Pengendalian Suhu
Pengendalian Suhu
Semester V 2016/2017
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN SUHU
II. TUJUAN :
1. Dapat mengendalikan suhu air dalam tangki proses secara manual, atau secara
otomatis menggunakan on-off controller dan PID controller.
2. Dapat membandingkan hasil pengendalian suhu secara otomatis menggunakan PID
controller dengan metode coba-coba dan optimasi.
`
Gambar 3. Stuktur Umum Konfigurasi Feedforward Control (Stephanopaoulos, 1984)
dengan:
m(t) = sinyal aktuasi
ε(t) = error
Kc = proportional gain dari pengendali
ms = sinyal bias (sinyal aktuasi ketika error e(t) = 0)
Dengan τ1 adalah konstanta integral time atau reset time dalam satuan menit.
Karakteristik penting pada controller jenis ini adalah konstanta waktu
integral.Konstanta ini merupakan parameter yang dapat diatur dan kadang-kadang
mengacusebagai minutes per repeat.
Jenis PI controller ini dalam aplikasinya pada industri dapat menangani hampir
setiap situasi pengendalian proses. Perubahan beban yang besar dan variasi yang
besar pada setpoint dapat dipengendalian dengan baik tanpa osilasi yang
berkepanjangan, tanpa offsetpermanen dan cepat ke keadaan seharusnya setelah
gangguan terjadi.
mengantisipasi apa yang akanterjadi pada error pada masa sesaat yang akan datang
dan kemudian melakukan aksi pengendalian yang sebanding dengan kecepatan
perubahan error saat ini. Berdasarkansifat ini, aksi pengendalian derivatif kadang-
kadang mengacu sebagai anticipatory control. Walaupun demikian, aksi
pengendalian derivatif memiliki beberapa kelemahan, seperti berikut ini :
a. Untuk respon dengan error konstan dan tidak nol, Pengendali ini tidak
𝑑𝜀
memberikan aksi pengendalian karena = 0,
𝑑𝑡
b. Untuk respon yang bergejolak, dengan error yang hampir nol, Pengendali
inidapat memperoleh nilai derivatif yang besar, yang menghasilkan aksi
control yang besar, meskipun seharusnya tidak perlu.
Efek dari PID controller ini adalah bila pada proses kesalahannya sangat besar,
maka controller PI akan membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai set
point-nya, tetapi untuk controller PID akan mempercepat proses pencapaian set
point tersebut. Rate time akan berpengaruh terhadap respon controller, rate time
yang terlalu besar mempercepat laju pencapaian set point tetapi akan menyebabkan
terjadinya osilasi di sekitar set point
V. RANGKAIAN ALAT
ARMFIELD, Basic Process Control Unit, Instruction Manual for PCT40 Bench
3
2
8
9
5 4 7
1
4
6
1
1 0
3
Keterangan : 1
1 2
1. T1 = Suhu air dalam tangki
1
2. T2 = Suhu pendingin (suhu air dalam coil)
3. T3 = Suhu air keluaran
4. Saluran air untuk mengisi tangki
5. Valve untuk keluaran air dalam tangki
6. Saluran sirkulasi
7. PSV (Pressure Safety Valve)
8. Tangki
9. Coil
10. Heater
11. USB sambungan ke computer
12. Tombol On-Off
13. Hot pump
14. By pass
VI. LANGKAH KERJA
Pengendalian Suhu dengan Manual Controller
1. Menyalakan alat PCT-40 dan komputer.
2. Membuka software percobaan pengendalian suhu.
3. Pasang selang sesuai rangkai alat pada sistem batch.
4. Mengisi air pada tabung hingga batas tertentu.
5. Mengatur “Hot Pump” pada nilai 50 dan “PSV” pada nilai 100.
6. Memilih “control” kemudian mengatur set point menjadi 40, memilih mode operasi
“manual” kemudian mengisi controller output 20, diklik ‘Ok’ lalu menekan “GO”
pada tab menu.
7. Setelah terjadi 3 osilasi pada variabel akhir, proses dimatikan dengan menekan
“STOP” pada tab menu.
8. Menyimpan data yang diperoleh.
9. Melakukan cara yang sama dengan mengubah cotroller output 30, 40, dan 50.
Penentuan Suhu dengan PID Controller Metode Tuning Zigol Nicholes dan Amfield
1. Menyalakan alat PCT-40 dan komputer.
2. Membuka software percobaan pengendalian suhu.
3. Pasang selang sesuai rangkai alat pada sistem batch.
4. Mengisi air pada tabung hingga batas tertentu.
5. Mengatur “Hot Pump” pada nilai 50 dan “PSV” pada nilai 100.
6. Memilih “control”, kemudian mengatur set point menjadi 40, memilih mode operasi
‘automatic’ kemudian mengklik ‘Ok’ lalu menekan “GO” pada tab menu.
7. Setelah terjadi 3 osilasi proses dimatikan dengan menekan “STOP” pada tab menu.
8. Menyimpan data yang diperoleh.
9. Menurunkan suhu dalam tabung hingga sama dengan suhu pada awal melakukan
proses (di bawah 40o C).
10. Menghitung nilai Amplitudo (y) yaitu jarak overshoot dan undershoot, dan periode (t)
yaitu waktu antar puncak untuk Zigol Nicholes dan periode (t) yaitu waktu antar
puncak dengan lembah untuk Amfield.
11. Menghitung optimasi PID dengan metode tuning, dimana:
P = y/3
I =t
D = t/6
12. Mengatur “Hot Pump” pada nilai 50 dan “PSV” pada nilai 100.
13. Memilih “control” kemudian mengatur set point menjadi 40, memilih mode operasi
‘automatic’, mengisi nilai P, I, dan D dengan nilai hasil perhitungan tadi, kemudian
mengklik ‘Ok’ lalu menekan “GO” pada tab menu (untuk zigol nicholes dan amfield)
14. Melakukan hingga osilasi telah stabil, mematikan proses dengan menekan “STOP”
pada tab menu.
KESELAMATAN KERJA
Selama percobaan, peralatan akan menjadi panas. Jangan sentuh tangki proses
atau memindahkan coil atau sensor dari dalam tangki. Dinginkan dahulu peralatan
sebelum membuang air dalam tangki proses atau meleps selang dari tangki proses.
Berhati-hati dan tertib dalam bekerja.Komputer dan monitor berada dalam satu
meja dengan peralatan. Mahasiswa dilarang keras meningga lkan alat bekerja sendiri
tanpa pengawasan dari anggota kelompok. Pelanggaran tentang halini akan berakibat
langsung penghentian praktikum secara sepihak oleh dosen penanggung jawab
praktikum.
VII. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
46.4 − 40
𝜀= 𝑥 100% = 16 %
40
46.6 − 40
𝜀= 𝑥 100% = 16.5 %
40
46.5 − 40
𝜀= 𝑥 100% = 16.25 %
40
4. Untuk controller output 50%
55,0
46.5 − 40
𝜀= 𝑥 100% = 16.25%
40
Temperature T1 [ᵒC]
50,0
Berdasarkan data diatas diperoleh
grafik 1 (respon manual controller)
sebagai berikut : 45,0
40,0
35,0
00:00 02:53 05:46 08:38 11:31 14:24 17:17 20:10 23:02 25:55
Axis Title
Pengendalian Suhu dengan PID Controller (Metode Coba-Coba)
Berdasarkan nilai data penentuan PB, I dan D secara coba-coba diperoleh data sebagai berikut :
Nilai rata-rata respon (TI) = 39 °C Grafik 2. Respon PID Controller Dengan Metode Coba-Coba
50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
00:00 02:53 05:46 08:38 11:31 14:24
Elapsed Time
Pengendalian Suhu dengan On-Off Controller
39 − 40 45,0
𝜀= 𝑥 100% = −2.5 %
40 44,0
43,0
42,0
Temperature T1 [ᵒC]
41,0
40,0
39,0
38,0
37,0
36,0
35,0
34,0
00:00 01:26 02:53 04:19 05:46 07:12 08:38 10:05 11:31 12:58 14:24 15:50 17:17
Elapsed Time
Pengendalian Suhu dengan PID Controller (Metode Zieger dan Nichols)
Berdasarkan pengendalian suhu dengan on-off controller, optimasi dapat dilakukan dengan metode Zieger dan Nichols dengan
menghitung nilai PB, I dan D sebagai berikut :
𝑦 (45 − 35.8) 𝑡 300
𝑃𝐵 = = = 3.1 ; 𝐼 = (500 − 200) = 300 ; 𝐷 = = = 50
3 3 6 6
Catatan : t merupakan waktu antar titik puncak.
nilai y pada metode Zieger dan Nichols sama dengan metode Armfield.
Berdasarkan pengamatan diperoleh titik puncak : (03:20) ; 45 dan titik terendah : (08:20) ; 45.2.
Nilai rata-rata respon (TI) = 40 °C Grafik 4. Respon PID Controller dengan Metode Zieger dan Nichols
50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
00:00 01:26 02:53 04:19 05:46 07:12 08:38 10:05 11:31
Elapsed Time
Pengendalian Suhu dengan PID Controller (Metode Armfield)
Berdasarkan pengendalian suhu dengan on-off controller, optimasi dapat dilakukan dengan metode Armfield dengan menghitung nilai PB, I
dan D sebagai berikut :
𝑦 (45 − 35.8) 𝑡 250
𝑃𝐵 = = = 3.1 ; 𝐼 = (450 − 200) = 250 ; 𝐷 = = = 41.67
3 3 6 6
Catatan : y dan t merupakan jarak dan waktu antara titik puncak dari bukit dengan titik terendah dari lembah yang berdekatan.
Berdasarkan pengamatan diperoleh titik puncak : (03:20) ; 45 dan titik terendah : (07:30) ; 35.8.
40.1 − 40
𝜀= 𝑥 100% = 0.25%
40
Grafik 5. Respon PID Controller dengan Metode Armfield
70,0
60,0
Temperature T1 [ᵒC]
50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
00:00 00:43 01:26 02:10 02:53 03:36 04:19 05:02 05:46 06:29 07:12
Elapsed Time
VII. PEMBAHASAN
Nama : Fitrah Nurul Imtinan
Praktikum pengendalian suhu bertujuan agar praktikan dapat mengendalikan suhu air
dalam tangki proses secara manual ataupun secara otomatis menggunakan on-off-controller dan
PID-controller dengan pemanasan langsung secara batch. Sehingga nilai variable proses dapat
Dalam praktikum, umpan berupa air akan masuk kedalam tangki poses sampai air
menenggalamkan coil. Selanjutnya selang dihubungkan pada masing- masing bagian seperti
pada sisi masuk coil di dalam tangki proses dan PSV, dan pada bagian keluaran coil dimana
selang mengarah ke dalam bak pembuangan. Kemudian untuk menghomogenkan suhu air
Pada setiap percobaan yaitu secara manual dan otomatis dengan metode on off
contereller, metode PID controller dengan trial error, serta metode Ziegler-nicholes dan
Amfield suhu set point di setting pada 40 o C, kemudian suhu pemanasan dan pendingin
diharapkan dapat seimbang dengan suhu rata rata 40 0 C, Hot pump 50%, laju alir dipertahanka n
Pada metode kurva manual didapatkan suhu rata-rata 46.5 dengan error 0.2% hal ini
dapat dilihat dari grafik terjadi offset karena osilasi yang berlebihan. Selain itu terjadi overshoot
maksimum.
Pada Metode on off controller didapatkan suhu rata-rata respon yaitu 39 0 C, dengan
error -0.025, grafik terlihat cukup stabil hanya saja kekurangannya kita tidak dapat
menghilangkan gangguan. Jadi seandainya metode on off controller dilanjutkan terus maka
sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik pada sistem tesebut. Pengontrol
PID akan memberikan aksi kepada Control Valve berdasarkan besar error yang diperoleh.
Control valve akan menjadi aktuator yang mengatur aliran fluida dalam proses yang terjad i,
adapun Level air yang diinginkan disebut dengan Set Point. Error adalah perbedaan dari Set
Point dengan level air aktual. Pada metode ini terlebih dahulu menentukan nilai propotional
band dimana proportional band merupakan suatu bilangan yang menyatakan penguatan
menjadi lebih sensitf dan mempunyai respon lebih cepat. Dengan mengubah- ubah besaran PB
maka akan mempengaruhi offset ( selisih antara nilai setpoint dan variable proses setelah tercapi
keadaan stedy state). Secara teori Harga PB yang besar menyebabkan offset semakin kecil
terbukti dari beberapa data yang diperoleh didapatkan PB 200% dengan trial error 0.025. tapi
pada praktikum kami sebenarnya sudah mendapatkan nilai error yang kecil pada PB 2%, yaitu
-0.025% yang berarti PB 200% merupakan titik balik dari PB 2% dan kami juga beranggapan
mungkin nilai error yang lebih kecil lagi terdapat pada 3%-4% hanya saja nilai tersebut tidak
kami uji di dalam praktikum. Pada proportional integral berfungsi menghasilkan respon sistem
yang memiliki kesalahan keadaan mantap nol (Error Steady State = 0 ). Aksi integral digunaka n
untuk mengeliminasi offset tetapi menyebabkan overshoot maksimum yang lebih tinggi dan
waktu pnegendalian lebih panjang. Dari grafik terlihat overshoot yang berlebihan akan tetapi
didapatkan trial error 0% . kemudiand dilanujtkan dengan penambahan aksi derivative pada
jumlah frekuensi dari osilasi respon sehingga nilai D untuk mendapatkan error 0% berada pada
D= 2 s.
Pada metode PID controller dengan zigol nicholes dan amfield terlebih dahulu
menentukan nilai y dan t dengan menggukan kurva on off controller dimana dari nilai y dan t
dapat ditentukan nilai P I D berdasarkan persamaan. Nilai P I D yang didapatkan dimasukkan
pada metode penentuan dengan zigler nichloles dan amfield. Sehingga pada metode zigler
nicholes didapatkan nilai P= 3.4% ; I = 300 s : D = 50 s dan persen error 0%. Sedangkan untuk
metode Amfield didapatkan nilai P= 3.1% ; I= 250 ; D=41.67 dengan persen error 0.01% .
sehingga dapat disimpulkan pengguaan metode PID controller dengan zigol nicholes lebih
1. Termocople sebagai sensor suhu mungkin sedikit melekat pada heater sehingga terjadi
kenaikan suhu yang tinggi yang menyebabkan nilai respon yang tadinya sudah dalam
grafik kenaikan suhu dan penurunan suhu tidak seimbang, hal ini disebabkan karena
laju alir pendinginan yang terganggu oleh alat ( selang yang panjang)
error lebih kecil karena kami mengambil perbandingan dari nilai PB pada metode zigol
4. Sol yang tidak dapat bekerja maksimal sehingga laju alir rata-rata hanya 980 ml/m.
Pada percobaan kali ini berjudul proses pengendalian suhu, dengan tujuan dapat
mengendalikan suhu air dalam tangki proses secara manual, atau secara otomatis menggunaka n
on-off controller dan PID controller. dan dapat membandingkan hasil pengendalian suhu secara
otomatis menggunakan PID controller dengan metode coba-coba dan optimasi. Alat yang
digunakan ARMFIELD, Basic Process Control Unit, Instruction Manual for PCT 40 dengan
pemanasan langsung secara batch. Nilai variable proses dapat dipertahankan agar sama dengan
nilai yang di inginkan (setpoint).
Pada percobaan ini, umpan yang digunakan berupa air. Pada rangkaian alat T1
merupakan suhu pada tangki, T2 merupakan suhu air pendingin yang masuk ke coil. dan T3
merupakan suhu air air keluar dari coil. Sebelum melakukan percobaan, tangki diisi dengan air
sampai batas (menyentuh termocople). Selanjutnya selang dihubungkan pada masing- masing
bagian seperti pada saluran T2 yang dihubungkan ke PSV (berhubung alat yang digunakan tidak
baik, jadi digunakan system by pass). Sedangkan pada bagian keluaran coil, selang mengarah
ke dalam bak pembuangan. Kemudian untuk menghomogenkan suhu air dalam tangki proses
digunakan hot pump yang dihubungkan dengan selang.
Pada percobaan ini, dilakukan dengan 2 cara yaitu secara manual dan otomatis. Secara
manual output controller diatur 20%, 30%, 40%, dan 50%. Sedangkan secara otomatis
dilakukan dengan metode on off controller, metode PID controller dengan trial error (coba-
coba), Ziegler- nicholes dan Amfield. Suhu set point di setting pada 40 o C,dengan hot pump
50%, dengan laju alir konstan dipertahankan rata rata 980 ml/menit.
Pada metode manual, berdasarkan kurva didapatkan suhu rata-rata 46.5 dengan error
0.25%. Hal ini dapat dilihat dari grafik terjadi offset karena osilasi yang berlebihan. Selain itu
terjadi overshoot maksimum.Sedangkan pada metode on-off controller didapatkan suhu rata-
rata respon yaitu 39 0C dengan error -0.025, grafik terlihat cukup stabil hanya saja
kekurangannya gangguan tidak dapat dihilangkan. Jadi seandainya metode on-off controller
dilanjutkan terus menerus maka kemungkin nilai error akan sama.
Pada metode PID controller merupakan kontroler untuk menentukan presisi suatu
sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik pada sistem tesebut. Pengontrol
PID akan memberikan aksi kepada Control Valve berdasarkan besar error yang diperoleh.
Control valve akan menjadi aktuator yang mengatur aliran fluida dalam proses yang terjad i,
adapun suhu air yang diinginkan disebut dengan set point. Yang mana error adalah perbedaan
dari set point dengan suhu air aktual. Pada metode ini terlebih dahulu ditentukan nilai
Propotional Band (PB) yang mana proportional band merupakan suatu bilangan yang
menyatakan penguatan proporsional dari pengontrol P. Pengaruh komponen PB adalah
memperkecil konstanta waktu menjadi lebih sensitf dan mempunyai respon lebih cepat.
Dengan mengubah-ubah besaran PB maka akan mempengaruhi offset (selisih antara nilai
setpoint dan variable proses setelah tercapi keadaan stedy state). Secara teori Harga PB yang
besar menyebabkan offset semakin kecil terbukti dari beberapa data yang diperoleh didapatkan
PB 200% dengan trial error 0.025, tapi pada praktikum kami sebenarnya sudah mendapatkan
nilai error yang kecil pada PB 2%, yaitu -0.025% yang berarti PB 200% merupakan titik balik
dari PB 2%. kami beranggapan mungkin nilai error yang lebih kecil lagi terdapat pada 3% - 4%
hanya saja nilai tersebut tidak kami lakukan di dalam praktikum.
Pada metode PID controller dengan zigol nicholes, berdasarkan pengendalian suhu
dengan on-off controller, optimasi dapat dilakukan dengan metode Zieger dan Nichols dengan
menghitung nilai PB, I dan D sebagai berikut :
Pada percobaan ini dilakukan pengontrolan suhu secara manual dan otomatis. Pada
metode manual output controller diatur 20%, 30%, 40%, dan 50%. Pada metode otomatis
metode yang digunakan antara lain metode on-off-controller, coba-coba (trial error), dan
optimasi (Armfield dan Ziegler-Nichols). Praktikum ini menggunakan alat PCT-40 dengan air
sebagai fluidanya. Pada percobaan ini suhu setpoint adalah 40°C, Hot pump 50% dan laju air
dipertahankan 980 ml/menit.
Langkah pertama pada percobaan ini adalah menggunakan metode manual yaitu
setpoint yang telah diset pada pengendali tidak akan terpengaruh oleh respon yang ada di
lapangan. Adapun pada pengendali manual ini, praktikan yang akan bertindak langsung sebagai
pengendali. Dalam hal ini bukaan hot pump divariasi agar diperoleh suhu yang diinginkan.
Langkah kedua yaitu pengendalian on-off. Adapun dalam praktikum ini menggunaka n
aliran bypass disebabkan oleh karena terjadinya masalah pada control bukaan katup sehingga
bukaan katup tidak dapat divariasikan. Setelah percobaan ini kami memperoleh nilai respon
rata-rata yaitu 39°C dengan nilai error adalah -0.025%. Error ini disebabkan karena beberapa
faktor, diantaranya kurangnya ketelitian pada kinerja alat maupun prosedur kerja yang kami
lakukan.
Langkah selanjutnya yaitu dengan metode coba-coba (trial error). Pada praktikum ini
dilakukan variasi pada PB (Proporsional Band). Pengaruh komponen PB adalah memperkecil
konstanta waktu menjadi lebih semsitif dan mempunyai respon lebih cepat. Dengan menguba h
besaran PB maka akan mempengaruhi offset, dimana offset merupakan selisih antara nilai
setpoint dan variable proses setelah tercapai keadaan steady state. Semakin besar nilai PB maka
offset semakin kecil. Terbukti dari data percobaan yang kami peroleh sehingga nilai PB yang
didapatkan adalah 200 dengan nilai error ]-0.025%. Selanjutnya mencari nilai Integral dengan
nilai PB yang telah diketahui. Adapun nilai error terendah terdapat pada Integral 12 yaitu 0%.
Aksi Integral digunakan untuk mengeliminasi offset tetapi menyebabkan overshoot maksimum
dan waktu pengendalian lebih panjang. Selanjutnya mencari nilai Derivatif dengan nilai P dan
I yang telah diperoleh. Adapun nilai Derivatif yang diperoleh yaitu 2s.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan data yang diperoleh maka dapat
disimpulkan bahwa metode Ziegler-Nichols merupakan metode terbaik dan lebih efisien dilihat
dari persen error yang diperoleh yaitu 0% dan offset yang kurang dari 1 derajat.
Adapun kesalahan yang terjadi pada percobaan ini yaitu kondisi pemanasan yang tidak
seimbang dengan kondisi pendinginan sehingga menyebabkan grafik kenaikan dan penurunan
suhu pun tidak seimbang. Selain itu termokopel sebagai sensor suhu yang mungkin melek at
pada heater sehingga grafik yang diperoleh tidak stabil. Kesalahan lainnya yaitu SOL yang
tidak dapat beroperasi maksimal sehingga berpengaruh pada laju alir yang tidak mencapai 1000
ml/min. Hal ini pun menyebabkan keadaan PSV tidak dapat diatur dan laju pendinginan yang
lambat sehingga untuk mengatasinya maka dilakukan sistem by-pass.
Nama : Rezki Yunita Apriana
Nim : 331 14 003
Pada pembahasan kali ini dilakukan perubahan pengendalian suhu yang bertujuan untuk
mengendalikan suhu air dalam tangki proses secara manual atu secara automatis menggunaka n
on-off-controller dan PID controller. Percobaan kali ini dilakukan Pengendalian suhu pada
tangki dengan menggunakan instrument Armfield PCT 40. Pada Pengendali ini, suhu cairan
dalam tangki proses dimonitor secara terus menerus oleh thermocouple tipe K yang berfungs i
sebagai sensor suhu. Untuk mengatur suhu cairan dalam tangki proses menuju setpoint.
Pada percobaan ini pengendaliannya yaitu sensor mengindra variabel proses, kemudian
informasi variabel proses diolah oleh transmitter dan dikirimkan oleh ke pengendali
(komputer). Pada praktikum ini dilakukan pengendali suhu dengan beberapa percobaan dengan
perlakuan pengendali yang berbeda pula. Cara pengontrolan suhu dapat dilakukan dengan
metode Manual dan Automatis. Pada metode manual output controller di atur 20%, 30%, 40%,
dan 50%. Dan pada
metode automatis terbagi atas 3 percobaan yaitu on-off-controller, Trial error (coba-coba), dan
Optimasi ( Ziegler-Nichols dan Amfield ).
Pada percobaan ini pertama dilakukan percobaan dengan menggunakan metode manual
yaitu setpoint yang telah diset pada pengendali tidak akan terpengaruh oleh respon yang ada
dilapangan. Sehingga respon yang ditunjukkan oleh alat berbeda dengan setpoint yang di
inginkan. Pada pengendali manual ini, manusia yang akan bertindak langsung sebagai
pengendali. Dalam hal ini dilakukanlah variasi bukaan Hot Pump agar dapat diperoleh nilai
suhu yang diinginkan.
Pada percobaan kedua on-off-controller secara automatis yaitu dengan cara memasang
selang sesuai rangkaian alat dengan sistem batch. Pada praktikum ini kami menggunakan aliran
by-pass. Kemudian mengisi tangki proses dengan air hingga batas tertentu dan menyalakan hot
pump pada nilai 50%, program di kontrol pada suhu setpoint 40 o C, dan laju alir dipertahanka n
rata-rata 980 ml/menit. Pada metode on-off controller didapatkan suhu rata-rata respon yaitu
39o C dengan trial error -0.025, grafik terlihat cukup stabil hanya saja kekurangannya kita dapat
menghilangkan gngguan. Jadi jika metode on-off-controller dilanjutkan terus maka
kemungkinan trial error akan sama.
Pada percobaan ketiga dilakukan trial dan erorr nilai PID dengan set point 40 0 C serta
Hot Pump 50%. Yang menjadi variable proses pada praktikum ini yaitu variasi nilai P, I, dan
D. Trial dan error yg dilakukan pertama kali merupakan variasi nilai P untuk mendapatkan
nilai P optimun, dimana pada saat trial digunakan variasi nilai, nilai yang dianggap optimun
adalah nilai dimana erorr yang dihasilkan kecil serta osilasi yg ditimbulkan kecil dan stabil
menuju set point. Pada percobaan ini kami memvariasikan nilai PB (Proportional Band)
sehingga diperoleh nilai PB yaitu 200. Selanjutnya mencari nilai integral dengan nilai PB yang
diperoleh dan didapatkan I yaitu 12, dimana pada saat itu nilai setpoint sama dengan nilai respon
yang diperoleh. Selanjutnya mencari nilai D yaitu 2. Dengan menggunakan nilai P, I, D yang
didapatkan, maka dibuatlah grafik hubungan waktu dan suhu.
Pada percobaan keempat dilakukan metode Ziegler-Nichols. Pada percobaan ini nilai
setpoint konstan pada suhu 40o C dan diatur pengendaliannya secara automatis. Sehingga
diperoleh grafik hubungan antara waktu vs suhu. Dari grafik yang diperoleh dipilih puncak
yang tertinggi dan lembah yang terendah dan dihitung nilai P, I, dan D. Dari perhitunga n
didapatkan nilai P = 3,4% ; I = 300 s dan D = 50 s dengan %error = 0%.
Pada percobaan selanjutnya dilakukan metode Amfield. Pada percobaan ini nilai
setpoint konstan pada suhu 40o C dan diatur pengendaliannya secara automatis. Sehingga
diperoleh grafik hubungan antara waktu vs suhu. Dari grafik yang diperoleh dipilih puncak
yang tertinggi untuk menghitung nilai P, I, dan D. Dari perhitungan didapatkan nilai P = 3,4%
; I = 246 s dan D = 4 s.
Pada praktikum ini terdapat beberapa kesalahan diantaranya Sol yang tidak dapat
bekerja maksimal sehingga laju alir rata-rata hanya 980 ml/m. sehingga menyebabkan laju
pendinginan lambat dan keadaan PSV tidak dapat diatur (dilakukan system by pas). Dan
Thermocouple K sebagai sensor suhu mungkin sedikit melekat/bergerak pada heater sehingga
pada menit tertentu terjadi kenaikan suhu yang tinggi pada dinding tangki sehingga nilai respon
yang tadinya sudah dalam keadaan stabil kembali bergejolak. Dan kondisi pemanasan tidak
seimbang dengan kondisi pendinginan yang menyebabkan, grafik kenaikan suhu dan penurunan
suhu tidak seimbang, hal ini disebabkan karena laju alir pendinginan yang terganggu.
Sofyiani Insanil Kamiliah N.
331 14 013
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum pengendalian suhu. Adapun
tujuan dari praktikum kali ini yaitu dapat mengendalikan suhu air dalam tangka proses secara
manual, atau secara otomatis menggunakan on-off-controller dan PID-controller. Pada
praktikum yang dilaksanakan digunakan beberapa metode, yaitu metode trial error (coba-
coba), metode Ziegler-Nichols, dan metode Armfiel.
Pada percobaan pertama yaitu pengendalian on-off secara manual (metode trial error).
Pertama, kami merangkai alat, menghubungkan dengan menggunakan selang. Pada praktikum
ini kami menggunakan aliran by-pass. Hal ini disebabkan terjadi masalah pada kontrol bukaan
katup pada alat yang digunakan, sehingga dalam praktikum ini bukaan katupnya tidak dapat
divariasikan. Aliran by-pass berarti 100% bukaan katup. Pada percobaan ini setpoint konstan
pada suhu 40o C dan kami memvariasikan nilai PB (Proportional Band) sehingga diperoleh nilai
PB yaitu 200. Selanjutnya mencari nilai Integral dengan nilai PB yang telah diperoleh dan
didapatkan nilai I yaitu 12, dimana pada saat itu nilai setpoint sama dengan nilai respon yang
diperoleh. Selanjutnya mencari nilai Derivatif dengan Nilai P dan I yang telah diperoleh dan
didapatkan nilai D yaitu 2. Dengan menggunakan nilai P, I dan D yang didapatkan, maka
dibuatlah grafik hubungan waktu vs suhu.
Pada percobaan ketiga dengan menggunakan metode Armfiel. Pada percobaan ini nilai
setpointnya konstan pada suhu 40o C dan diatur pengendaliannya secara otomatis. Sehingga
diperoleh grafik hubungan waktu vs suhu. Sama halnya pada percobaan kedua, namun pada
metode Armfiel, dipilih nilai antar puncak untuk menghitung nilai P, I dan Dnya. Dari
perhitungan didapatkan nilai P yaitu 3,4; nilai I yaitu 246; dan nilai D yaitu 41. Dengan
menggunakan nilai P, I dan D yang didapatkan, maka dibuatlah grafik hubungan waktu vs suhu.
Dari grafik yang diperoleh, dapat dilihat bahwa laju pemanasannya lebih cepat
dibandingkan dengan laju pendinginannya. Padahal diharapkan laju pemanasan dan
pendinginan dapat seimbang agar nilai yang diperoleh pada percobaan lebih akurat. Untuk
memperoleh keadaan yang seimbang, maka laju alir perlu ditingkatkan lagi. Hal tersebut dapat
diperoleh dengan memakai selang yang pendek. Karena pada diameter dan panjang pipa
tertentu, kerugian tekanan di dalam pipa disebabkan adanya efek gesekan. Jadi, semakin pendek
pipa yang digunakan maka semakin kecil nilai rugi geseknya sehingga dapat memperbesar laju
aliran fluida.
Pada praktikum ini terdapat beberapa masalah diantaranya SOL yang tidak dapat
beroprasi maksimal sehingga laju alir tidak mencapai 1000 ml/min. Hal ini menyebabkan laju
pendinginan yang lambat dan keadaan PSV tak dapat diatur. Untuk mengatasi masalah ini maka
dilakukan system by-pass tanpa SOL.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan :
1. Pengendalian suhu dengan system PID cotroller lebih baik dari pengendalian suhu
secara manual maupun dengan On-Off Controller, bergantung dari penggunaan.
2. Pengendalian suhu dengan system PID Controller secara optimasi lebih baik
dibandingkan dengan metode coba-coba. Metode yang paling baik digunakan yaitu
metode Zigol Nicholes dengan ε = 0.
Menurunkan/men
Proporsional Menurunkan Meningkatkan Perubahan kecil
gurangi
X. DAFTAR PUSTAKA
https://putraekapermana.wordpress.com/2013/11/21/pid/
Fahrina, U. 2012. Studi Sistem Pengendalian Kadar Oksigen di dalam Air pada Thermal
Deaerator di Pabrik Kelapa Sawit Murini Sam Sam-I. Skripsi. Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Medan.