Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

“ PERKEMBANGAN KOGNITIF “

Makalah ini dibuat untuk melengkapi salah satu tugas pada matakuliah
psikologi perkembangan

DISUSUN OLEH :

ATHIYYAH : 170901002

DINNI SARAH KHUMAIRA : 170901105

MUHAMMAD ATTUR YAFIS : 170901029

RIFAIL SAUNI : 170901160

WILDA NADHLIA : 170901011

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI AR-RANIRY


2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan
kelancaran dalam penyusunan tugas mata kuliah ”Psikologi Perkembangan”.
Shalawat dan salam semoga selalu tersampaikan kepada Nabi agung, Muhammad
SAW semoga kita tergolong umatnya dan mendapatkan syafaatnya amin.

Dalam tugas mata kuliah ini kami akan membahas tentang “perkembangan
kognitif” dengan harapan semoga dapat memberikan sedikit wawasan kepada kita
semua .

Selanjutnya apabila dalam tugas ini terdapat kesalahan dari susunan kalimat
maupun dalam penulisan, kami mohon maaf dan selalu terbuka menerima masukan,
kritikan serta mengharapkan saran dari rekan-rekan semua khususnya kepada dosen
pengampu yaitu ibu Hayail Umrah, M.Si. Tentunya kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna perbaikan tugas selanjutnya. Kesempurnaan hanya milik Allah
SWT semata.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah turut serta melancarkan tersusunnya tugas mata kuliah ini, mudah-mudahan ini
semua bisa menjadi suatu amal shaleh bagi penyusun maupun pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
Perkembangan kognitif...............................................................................................4
Perubahan kualitatif dan kualitatif............................................................................5

Teori Perkembangan kognitif Piaget.......................................................................10

Konsep egosentrisme kognitif menurut David Elkind............................................13

Teori pemrosesan informasi Deane Khun.. .............................................................14

Pengaruh Perkembangan Kognitif Pada Tingkah Laku dan


kepribadian..............................................................................................................16

KESIMPULAN..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19
A. PERKEMBANGAN KOGNITIF

Perkembangan dalam diri manusia terjadi sejak dari dalam kandungan hingga
akhir hayat. Perkembangan kognitif merupakan salah satu hal yang harus terjadi
selama manusia hidup. Pemberian rangsangan sejak dini sangat dibutuhkan bagi
manusia agar perkembangan kognitifnya dapat berlangsung secara optimal. Kognitif
berkaitan erat dengan proses berpikir.

Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,


mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Pengertian
yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku
seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Sedangkan perkembangan kognitif adalah suatu perubahan yang tersusun


dalam jangka waktu tertentu. Perkembangan ini berkaitan secara langsung dengan
pikiran.

Perkembangan pikiran yang terjadi dalam diri anak antara lain ketika
anak belajar untuk mengenal dan memahami orang baru, belajar mengenai sesuatu
yang ada dilingkungan sekitarnya, belajar tentang kemampuan-kemampuan baru,
belajar untuk dapat mengingat sesuatu yang kemudian dapat dihubungkan dengan
pengetahuan baru yang ia peroleh. Sepanjang perkembangan pikiran terjadi pada anak
membuat anak menjadi semakin cerdas dan dewasa dalam pemikirannya.

B. PERUBAHAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

perkembangan sehingga kedua istilah ini seringkali dipertukarkan untuk


makna yang sama.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu
yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari
konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk
proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.

Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa


perkembangan berjalan dengan prinsip, perkembangan berlangsung dari keadaan
global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi,
dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip
totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laut bagian- bagiannya
akan menjadi semakin nyata dan tambah jelas dalam rangka keseluruhan.

Perkembangan menunujukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang


menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia
terjadi perubahan perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat
diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan perubahan dalam suatu arah
yang bersifat tetap dan maju.

1. CONTOH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANAGAN


Contoh istilah pertumbuhan dan perkembangan saling melengkapi, sebenarnya
mempunyai arti dan makna yang agak berlainan pertumbuhan mengandung arti
adanya perubahan dalam ukuran atau fungsi-fungsi mental

sedangkan perkembangan mengandung makna pemunculan hal yang baru .pada


peristiwa pertumbuhan akan tampak adanya penambahan jumlah atau ukuran dari
hal-hal yang telah ada ,sedangkan dalam peristiwa perkembanagn akan tampak
adanya sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari yang sebelumnya.

Conto pertumbuhan yaitu:

1. Pohon mangga yang semulanya kecil menjadi besar adalah peristiwa


pertumbuhan.
2. Anak ayam kecil menjadi anak ayam besar adalah peristiwa pertumbuhan.
Sedangkan contoh perkembangan yaitu:

1. Dari telur menjadi anak ayam adalah peristiwa perkembangan.


2. Peristiwa pembuahan sel telur dengan seperma dalam kandungan ibu sampai
menjadi anak adalah peristiwa perkembangan.
Dalam peristiwa pertumbuhan, hanya menumbuhkan apa yang telah ada dan lebih
banyak bergantung pada factor luar. Apakah pohon magga kecil dapat menjadi pohon
magga besar, itu bergantung pada air, tanah, ikclim tampak pohon tersebut tumbuh.
Sedangkan pada peristiwa perkembangan telah ada suatu potensi yang menentukan
arah perkembangannya kelak. Biji mangga, bagai manapun tidak akan menumbuhkan
pohon jambu. Dengan demikian, yang diperlukan dalam perkembangan adalah waktu
dan perawatan agar potensi-potensi yang telah ada terealisasi.

Meskipun demikian, antara kedua peristiwa, yaitu pertumbuhan dan


perkembangan, harus ada keseimbangan yang sehat. Kalau tidak, akan menimbulkan
ketidak normalan atau penyimpangan-penyimpangan.

Dalam proses perkembangan rohani terjadi perubahan yang terus menerus,


tetapi perkembanagan itu tetap merupakan suatu kesatuan. Diantara masa-masa
perkembangan adalah masa bayi, masa kanak-kanak, masa sekolah, dan masa remaja,
suatu hal yang mengembirakan ialah adanya ahli psikologi yang mengemukakan
tentang masa sebelum lahir. Hal ini sangat bermanfaat walaupun pokok bahasannya
masih terbatas pada bidang kesehatan dan pendidikan. Dengan memperhatikan
perkembangan sebelum lahir, berguna untuk mengarahkan perkembangan pada masa
bayi mendatang.

C.PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DAN


FUNGSINYA.
1. pertumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan sangatlah berbeda karna pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai arti sendir , seperti halnya dalam pribadi manusia, baik
yang jasmania maupun yang rohania ,terdapat dua bagian yang berbeda sebagai
kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju kearah kesempurnaan.
Adapun dua bagian kondisional pribadi manusia itu meluputi dua bagian.

 Pertumbuhan yaitu:
a).Bagian pribadi material yang kuantitatif

b). Ada batas, kuantitatif, fisik, sudah ada.

 Perkembangan yaitu:
a).Bagian pribadi fungsional yang kualitatif.

b). terus berkembang selama hidup, kualitatif , jiwa,berubah atau belu ada
sebelumnya.

Kenyataan itulah yang melahirkan perbedaan konsep antara pertumbuhan dan


perkembangan.lBagian pribadi material yang kuantitatif mengalami
pertumbuhan,sedangkan bagian pribadi fungsional yang kualitatif mengalami
perkembangan.Uraian ini kiranya cukup memberikan bayangan tentang perbedaan
pengertian antara pertumbuhan dan perkembangan terlebih dahulu, uraian berikut ini
adalah mengenai pertumbuhan pribadi manusia.
Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan kuantitatif ptomselada material
sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. perubahan kuantitatif ini
dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada ,dari kecil
menjadi besar ,dari sempit menjadi luas,dan sebagainya .ini tidak berarti bahwa
pertumbuhan itu hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif seperti misalnya
atom,sel,ekromosom,rambut,molekul dan lain-lain dapat pula material terdiri dari
bahan-bahan kuantitatif seperti misalnya kesan keinginan ,ide,gagasan,pengetahuan
,nilai, dan lain-lainjadi material itu dapat terdiri dari kualitas ataupun kuantitas
.kenyataan inilah yang barang kali membuat orang mengalami k esulitan dalam
membedakan antara pertumbuhan dan perkembangan.salah satu kelengahan orang
adalah yang menyebut pertumbuhan material kualitatif sebagai perkembangan .
Dari urain diatas dapatlah kita merumuskan arti pertumbuhan pribadi sebagai
perubahan kuantitatif pada material pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan. Material pribadi seperti sel, kromosom, butir darah, rambut, lemak,
tulang adalah tidak dapat dikatakan berkembang, melainkan bertumbuh. Begitu juga
material pribadi seperti: kesan, keinginan, ide, pengetahuan, nilai selama tidak
dihubungkan dengan fungsinya tidak dapat dikatakan berkembang, melainkan
bertumbuh.

b .perkembangan
telah dikemukakan di dalam uraian terdahulu tentang pertumbuhan, bahwa
bertumbuh itu tidak sama dengan berkembang. Bagian pribadi yang material serta
kuantitatif mengalami pertumbuhan, sedangkan bagian pribadi fungsional yang
kualitatif mengalami perkembangan. Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan
perubahan ini juga tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan
tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional. Dari urain ini,
perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kulitatif dari pada fungsi-fungsi.
Perubahan suatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan
material yang memungkinkan adanya fungsi itu. Dan disamping itu disebabkan oleh
karena perubahan tingkah laku hasil belajar. Dengan demikian kita boleh
merumuskan pengertian perkembangan pribadi sebagai pribadi sebagai perubahan
kulitatif dari setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar.

Fungsi-fungsi kepribadian manusia berhubungan dengan aspek jasmaniah dan aspek


kejiwaan. Fungsi-fungsi kepribadian yang jasmaniah misalnya:

1. Fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh.


2. Fungsi sensoris pada alat-alat indra.
3. Fungsi neurotic pada asisten saraf dll.
Sedangkan fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan misalnya:

1. Fungsi perhatian.
2. Fungsi pengamatan.
3. Fungsi tanggapan.
4. Fungsi ingatan.
5. Fungsi fantasi.
Setiap fungsi yang disebutkan. Baik yang jasmaniah maupun yang kejiwaan,
dapat mengalami perubahan, perubahan pada fungsi-fungsi tersebut tidak secara
kuantitatif, melainkan lebih berdifat kualitatif. Perubahan yang kualitatif tidak dapat
dikatakan sebagai pertumbuhan,melainkan sebagai perkembangan. Oleh karena
perkembangan menyangkut berbagai fungsi, baik jasmaniah maupun rohaniah, maka
akan salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan adalah semata-mata
sebagai perubahan atau proses psikologis.
Sebenarnya istilah pertumbuhan dan perkembangan ada kesamaannya, yaitu
setidak tidaknya kedua istilah tersebut menunjukkan adanya proses tertentu dan
terjadi perubahan-perubahn menuju ke depan (taraf yang lebih tinggi). Serta tidak
dapat begitu saja diulang kembali. Bahkan ada yang lebih senang menggunakan
istilah pertumbuhan (growth) saja, untuk lebih menunjukan bahwa seseorang akan
selalu bertambah dalam berbagai macam kemampuan (diferensiasi) dan akhirnya
sampai pada tingkatan yang lebih tinggi yakni suatu kemampuan yang terintegrasi.

Adapun istilah perkembangan adalah suatu proses perubahan yang lebih dapat
mencerminkan sifat-sifat yang mengenai gejala psikologis yang tampak. Hal ini
sengaja dipakai sebagaimana dikehendaki oleh Herbert Sorenson dalam psychology in
education, dan juga Prof. Dr. F.J Monks, dan kawan-kawan dalam (psikologi
perkembangan).

C. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan
bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-
kejadian disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-
objek, seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek social seperti diri,
orang tua dan teman.
Pada pandangan piaget (1952), kemampuan atau perkembangan kognitif
adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan system nervous dan pengalaman-
pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Piaget (1964) berpendapat, karena manusia secara genetik sama dan
mempunyai pengalaman yang hampir sama, mereka dapat diharapkan untuk sungguh-
sungguh memperlihatkan keseragaman dalam perkembangan kognitif mereka.
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang
berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1. Periode sensorimotorik (usia 0–2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan
untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks
bawaan tersebut. Periode sensorimotorik adalah periode pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan
pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:

a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu
dan berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat
bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan
dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan
sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek
sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari
sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan
awal kreativitas anak.

2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan


mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua
tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran Pra
Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental
terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan
secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak
dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua
benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat
walau warnanya berbeda-beda.

3. periode operasional kongkret (usia 7-11 tahun)

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia
enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a. Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk,
atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b. Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,
termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda
lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan
logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan).
c. Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan
lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding
cangkir kecil yang tinggi.
d. Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat
diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan
cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4,
jumlah sebelumnya.
e. Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda
adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau
benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran
dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain
yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi
cangkir lain.
f. Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara
yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti
menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian
Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke
ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan
tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

4. periode operasional formal (usia 11 tahun- dewasa)

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif


dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat
pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat
memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu
hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya.
Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini,
sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap
menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

D. KONSEP EGOSENTRISME KOGNITIF DAVID ELKIND

Egosentrisme itu tidak hanya terjadi pada tahap perkembangan masa kanak-
kanak. Ada yang disebut dengan egosentrisme remaja yang muncul di usia 11 atau 12
tahun yaitu pada periode transisi menuju ke dalam tahap operasional formal
perkembangan kognitif dari Piaget. Pada remaja awal, berkembang pemikiran mentah
dan imatur secara sosial yang didasarkan pada pemahaman yang tidak murni
mengenai diri dan orang lain dimana remaja memiliki fokus diri yang kuat dan
perasaan kepentingan diri serta salah memaknai pemikiran orang lain mengenai diri
remaja itu sendiri (Elkind dalam Harvey, 2012).
Egosentrisme ini berbentuk imaginary audience (penonton khayalan)
dan personal fable (dongeng pribadi).
Penonton khayalan (imaginary audience) ialah keyakinan remaja bahwa
orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri (Elkind
dalam Beyth-Marom, Austin, Fischhoff, Palmgren, and Jacobs-Quadrel,
1993). Gejala dari imaginary audience ini adalah mencakup berbagai perilaku untuk
mendapatkan perhatian seperti keinginan agar kehadirannya diperhatikan, semua
aktivitasnya disadari oleh orang lain dan menjadi pusat perhatian. Remaja merasa
bahwa mereka berada di atas “panggung” dan beranggapan bahwa merekalah
pemeran utamanya, sementara orang lain adalah penontonnya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa gejala imaginary audience lebih merupakan produk dari
pikiran atau hanya ada dalam pikiran remaja, dan bukan yang sebenarnya terjadi.
Dongeng pribadi (personal fable) merupakan akibat wajar dari imaginary
audience. Dengan remaja berpikir bahwa dirinya sebagai pusat perhatian orang lain
membuatnya percaya bahwa perhatian orang tersebut adalah karena dirinya spesial
dan unik. Personal fable dicirikan oleh ketidakmampuan untuk membayangkan
bahwa diri (the self) bisa saja sama dengan orang lain, dan menghasilkan perasaan ke-
diri-an yang ekstrim (extreme individuation) (Greene, Walters, Rubin, &
Hale,1996). Personal fable merupakan perasaan unik dari seorang remaja bahwa
tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Bahkan
mendorong perilaku merusak diri (self-destructive) oleh remaja yang berpikir bahwa
diri mereka secara magis terlindung dari bahaya, misalnya perilaku beresiko seperti
tawuran, seks bebas, terlibat geng remaja, begal, dan lain-lain.
Pada proses perkembangannya, biasanya egosentrisme mulai berkurang di
usia 16 atau 17 tahun, atau bisa jadi di usia 15 tahun sudah berkurang. Secara umum
egosentrisme memiliki hubungan terbalik dengan usia, artinya semakin bertambahnya
usia maka egosentrisme akan semakin berkurang. Karena semakin tumbuh remaja
menuju tahap dewasa, otomatis pemikirannya juga berubah, sehingga egosentrisme
ini hilang sendiri pada perkembangan tahap dewasa (Elkind dalam Greene, Rubin,
Hale, dan Walters, 1996).

E. TEORI PEMROSESAN INFORMASI DEANNE KUHN

Pendekatan pemrosesan informasi, menekankan bahwa anak-anak


memanipulasi informasi, memonitor, dan menyiasatinya. Inti dari pendekatan ini
adalah proses memori dan pikiran. Menurut pendekatan pemrosesan informasi, anak-
anak mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi yang secara bertahap
mengalami peningkatan. Hal tersebut memungkinkan mereka untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang semakin kompleks (Keil,2006; Munakata, 2006).
Kemampuan pemrosesan informasi anak-anak meningkat ketika mereka tumbuh dan
menjadi dewasa, ketika mereka mengenal dunia. Perubahan ini kemungkinan besar
dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas dan kecepatan pemrosesan (Frye, 2004). Dua
karakteristik ini sering dirujuk sebagai sumber kognitif yang dikemukakan memiliki
pengaruh penting terhadap memori dan penyelesaian maslah.
Faktor biologis maupun pengalaman, berkontribusi dalam pertumbuhan
sumber kognitif, pikirkanlah seberapa cepat anda bisa memproses informasi dengan
bahasa ibu anda daripada dengan bahasa kedua. Perubahan-perubahan pada otak,
memberikan dasar biologis untuk sumber kognitif yang lebih baik. Ketika anak-anak
tumbuh dan menjadi dewasa, perkembangan biologis yang penting terjadi di struktur
otak. Seperti perubahan lobus frontal dan pada tingkat neuron, seperti mengembang
dan memendeknya hubungan antara neuron-neuron yang menghasilkan hubungan
yang lebih sedikit, tetapi lebih kuat ( Kuhn & Franklin, 2006; Nhelson, Thomas, &
De Haan, 2006).
Kecepatan anak-anak dalam memproses informasi dihubungkan dengan
kompetensi mereka dalam berfikir (bjorklund, 2005). Sebagai contoh, seberapa cepat
anak-anak bisa melafalkan serangkaian kata mengaruhi seberapa banyak kata yang
mereka simpan dan ingat. Pada umumnya, pemrosesan yang cepat berhubungan
dengan kinerja yang baik pada tugas kognitif. Namun, beberapa kompensasi untuk
pemrosesan yang lambat bisa dicapai melalui strategi-strategi yang efektif.
Para peneliti telah menemukan beberapa cara untuk menilai kecepatan
pemrosesan. Sebagai contoh, kecepatan pemrosesan bisa dinilai dari tugas waktu
reaksi ( reaction –time task) dimana individu-individu diminta untuk menekan sebuah
tombol segara setelah mereka melihat stimulus, seperti lampu. Atau individu-individu
mungkin diminta untuk mencocokan huruf atau angka dengan simbol-simbol pada
layar komputer.
Ada banyak bukti bahwa kecepatan individu-individu menyelesaikan tugas
semacam itu meningkat secara drastis selama tahun-tahun masa kanak-kanak (kail,
2000).
Kecepatan pemrosesan terus meningkat pada masa remaja awal (Kuhn dan
Franklin, 2006; Luna dan yang lainnya,2004). Pikirkan seberapa cepat anda bisa
memproses jawaban untuk sebuah soal aritmetika sederhana sebagai seorang remaja
daripada sebagai seorang anak. Dalam sebuah studi, anak-anak usia 10 tahun rata-rata
1,8 kali lebih lambat dalam memproses informasi dibandingkan orang dewasa dalam
tugas-tugas, seperti waktu reaksi, mencocokkan huruf, rotasi mental, dan
pencocokkan abstrak (Hale, 1990). Anak-anak usia 12 tahun kira-kira 1,5 kali lebih
lambat daripada orang dewasa, tetapi anak-anak usia 15 tahun memproses informasi
dalam tugas-tugas itu sama cepatnya dengan orang dewasa.
F. PENGARUH PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA KEPRIBADIAN

Kepribadian adalah sesuatu yang abstrak untuk dapat dilihat secara kasat
mata. Kepribadian merupakan suatu konstruksi sosial yang dibuat oleh manusia guna
memahami manusia. Kepribadian adalah kumpulan dari sifat-sifat relatif permanen
pada manusia yang muncul pada saat tertentu secara konsisten. Kepribadian ini
adalah suatu topeng dari watak yang dimiliki manusia, fungsinya untuk dapat
menutupi wajah aslinya dari orang lain. Terdapat perbedaan antara watak dan
kepribadian, watak merupakan sekumpulan sifat yang tidak mungkin diubah dan
berasal dari bawaan sejak lahir, sedangkan kepribadian itu sama dengan watak tapi
yang membedakan yaitu sifat-sifatnya bisa diubah karena hanya bersifat relative
permanen. Kepribadian dimunculkan secara berbeda-beda dalam berbagai situasi dan
merupakan suatu individual differences. Begitu pula dengan remaja yang sedang
dalam perjalanan menuju dewasa dalam berhubungan dengan orang lain. Perlu
diketahui bahwa setiap manusia itu mempunyai kepribadian semenjak lahir dan
otentik/khas. Kepribadian ini contohnya yaitu bagaimana kita berbicara dengan orang
lain, cara bergaul, berpakaian, duduk, berperilaku, dan lainnya. Pada masa remaja
terdapat suatu dorongan untuk dapat berdiri sendiri dan originalitas. Ini dikarenakan
adanya suatu kognisi pada remaja yang mengarahkan untuk harus berbeda dari
pencitraan anak-anak dan dewasa. Maksud dari berdiri sendiri yaitu berusaha untuk
bertindak tanpa bantuan orang tua. Karena tidak ingin dicap sebagai anak mami dan
ingin bebas dari belenggu orang tua. Sikap ini mendorong remaja untuk memisahkan
diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya. Hasil dari pergaulan
dengan teman sebaya menghasilkan suatu kelompok dengan pengkonformitasan
kelompok antar sesama anggotanya. Baik itu berupa perilaku, sikap, dan cara
pandang tentang kehidupan. Sebaliknya originalitas ini adalah salah suatu upaya
remaja untuk membentuk kepribadian yang berbeda dari orang lain menurut
keinginannya. Bukan seperti Erikson yang mengatakan bahwa pada masa remaja
terjadi kebingungan identitas. Remaja sudah mempunyai kepribadian dan yang terjadi
yaitu upaya untuk dapat membentuk sesuai dengan originalitasnya. Seperti dalam
tinjauan Debesse (1936) yang mengatakan bahwa remaja sebetulnya menonjolkan apa
yang membedakan dirinya dari orang dewasa, yaitu originalitasnya dan bukan
identitasnya. Dan perlu diingat bahwa remaja itu mempunyai kecenderungan untuk
memberikan kesan lain daripada yang lain (anak-anak dan dewasa).
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad fauzi, 2002. Psikologi umum. Bandung: PT pustaka Setia


Abu Ahmad, Manawar Sholeh, 2005,Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Rineka Cipta
http://edwinmunip.blogspot.com/2014/09/teori-kognitif-jean-piaget.html

https://yogapermanawijaya.wordpress.com/2014/10/26/teori-perkembangan-kognitif-jean-
piaget/

https://gudangjurnalpsikologi.wordpress.com/2015/03/06/egosentrisme-remaja/

http://sunuwijianto.blogspot.com/2010/05/bab-i-pendahuluan-semua-oang-dewasa.html

Anda mungkin juga menyukai