KONSEP PERKEMBANGAN
OLEH :
Puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga disampaikan
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah
dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita
dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Kami selaku penulis tidak pernah luput megucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian tugas makalah ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada wktunya.
Dan tidak lupa juga kami megucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Matakuliah
ini. Dalam penyusunan makalah perkembangan manusia ini, penulis berharap kiranya dapat
bermanfaat terutama bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya. Apabila terdapat
kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf dan kami sangat mengharap kritikan
dan saran yang bersifat membangun untuk penulisan kembali karya ini menjadi jauh lebih
sempurna.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………..………………...
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...……………….
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………..………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu dilahirkan di dunia dengan membawa hereditas tertentu yang diperoleh
melalui warisan dari pihak orang tuanyanya yang menyangkut karakteristik fisik dan psikis atau
sifat-sifat mental. Lingkungan (environment) merupakan factor penting di samping hereditas
yang menentukan perkembangan individu yang meliputi fisik, psikis, social dan relegius.
Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna jika dibandingkan dengan makhluk
hidup lainnya. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan
mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisologik maupun
perubahan-perubahan dalam segi psikologik.
Bahwa setiap anak secara kodrat membawa variasi dan irama perkembangannya sendiri, perlu
diketahui setiap orang tua, agar ia tidak bertanya-tanya bahkan bingung atau bereaksi negatif
yang lain dalam menghadapi perkembangan anaknya. Bahkan ia harus bersikap tenang sambil
mengikuti terus menerus pertumbuhan anak, agar pertumbuhan itu sendiri terhindar dari
gangguan apapun, yang tentu saja akan merugikan.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan proses yang dialami oleh individu mulai dari masa konsepsi
sampai meninggal dunia yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.
Hal ini senada dengan pernyataan dari Abin Syamsuddin bahwa perkembangan adalah proses
yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan (maturity) yang berlangsung secara sistematis
(Lefrancois, 1975), progresif (Witherington, 1952), dan berkesinambungan (Hurlock, 1956) baik
pada aspek fisik maupun psikis.
Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut. Sampai usia
dua tahun, perkembangan anak terpusat pada pengendalan
lingkungannya,penguasaan garak fisik, dan belajar bicara.
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidup yang normal dan berusia
panjang, individu akan mengalami fase- fase perkembangan; bayi, kanak – kanak
anak, remaja, dewasa, dan masa tua.
Menurut Baltes, dkk. (dalam Papalia, dkk., 2009) mengidentifikasi tujuh prinsip kunci tentang
pendekatan perkembangan sepanjang hidup. Prinsip-prinsip tersebut menjadi kerangka
konseptual untuk mempelajari perkembangan sepanjang hidup (life span development).
1. Development is Lifelong
Perkembangan adalah proses perubahan sepanjang hidup. Setiap periode dari rentang
kehidupan dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada periode sebelumnya dan apa yang terjadi saat
ini akan pula mempengaruhi apa yang akan terjadi kemudian. Sebagai contoh, memiliki orang
tua yang responsif dan sensitif dapat mengembangkan rasa percaya (trust) pada bayi. Rasa
percaya ini selanjutnya akan membantu si bayi pada masa kanak-kanak untuk 7dapat
bersosialisasi dengan baik. Berkaitan dengan periode perkembangan dapat dikatakan bahwa
setiap periode memiliki karakteristik dan nilai yang unik sehingga tidak ada satu periode pun
yang lebih atau kurang penting daripada periode yang lainnya.
2. Development is Multidimensional
Perkembangan berlangsung dalam lebih dari satu arah (multidirectional). Sejalan dengan
mening katnya kemampuan di satu area, seseorang mungkin akan mengalami penurunan
dalam area yang lain dalam waktu yang bersamaan. Anak-anak kebanyakan tumbuh dalam satu
arah, yaitu ke arah peningkatan, baik dalam ukuran maupun kemampuan. Remaja, secara khusus,
mengalami peningkatan dalam kemampuan fisik, tetapi kecakapannya dalam belajar bahasa
mengalami penurunan. Beberapa kemampuan, seperti perbendaharaan kata, secara khusus
berlanjut meningkat sepanjang masa dewasa; hal yang lain, seperti kemampuan memecahkan
masalah yang asing bagi seseorang, mungkin menurun. Akan tetapi, beberapa hal, seperti
keahlian, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Manusia belajar untuk memaksimalkan
hal-hal yang dapat ditingkatkan dan meminimalkan penurunan dengan cara belajar mengelola
atau mengompensasi hal-hal tersebut. Sebagai contoh, seorang atlet yang sudahtua dan tidak
sanggup lagi berlari kencang mungkin akan memilih untuk menjadi pelatih atau penulis buku
olahraga, sementara seorang nenek yang mengalami penurunan dalam daya ingat, mungkin akan
membuat catatan-catatan kecil untuk membantunya mengingat daftar belanjaan.
4. Relative Influences of Biology and Culture Shift Over the Life Span
Seseorang dapat mengalokasikan sumber-sumber yang ada, seperti waktu, energi, talenta,
uang, dan dukungan sosial dalam cara yang beragam.
Manusia tidak hanya mempengaruhi tetapi juga dipengaruhi oleh konteks sejarah dan budayanya.
Sebagai contoh, seorang anak yang terbiasa hidup bebas, mungkin akan memberontak saat
berada di lingkungan yang penuh dengan keteraturan. Contoh lainnya, anak yang diasuh dalam
keluarga yang demokratis mungkin akan berkembang menjadi anak yang penuh inisiatif di
lingkungan teman-temannya.
9
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Selain adanya proses yang bersifat universal dalam perkembangan, setiap orang
juga memiliki perbedaan individual. Perbedaan-perbedaan tersebut akan mempengaruhi
perkembangan dan hasil perkembangan. Sebagai contoh, manusia bisa berbeda dalam
jenis kelamin, tinggi dan berat badan, kesehatan dan tingkat energi, inteligensi,
kepribadian, temperamen, dan reaksi emosional. Konteks di mana seseorang tinggal juga
berbeda, seperti rumah, masyarakat tempat kita tinggal, hubungan yang kita punya, jenis
sekolah yang dimasuki, serta cara seseorang menggunakan waktu luang (Papalia, dkk.,
2009).
Mengapa satu orang dapat berbeda dari orang yang lain? Jawabannya adalah
karena perkembangan bersifat kompleks dan faktor-faktor yang mempengaruhi tidak
dapat selalu diukur secara tepat atau bahkan ditemukan. Ilmuwan sekalipun tidak dapat
menjawab pertanyaan itu sepenuhnya. Bagaimanapun, para ilmuwan belajar banyak
tentang apa yang orang 10butuhkan untuk berkembang secara normal, bagaimana mereka
bereaksi terhadap berbagai pengaruh yang ada di luar dan di dalam dirinya, serta
bagaimana mereka dapat mencapai potensi mereka sebaik-baiknya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah faktor
herediter. Tentu Anda masih ingat apa yang dimaksud dengan faktor tersebut pada saat
kita membicarakan kontroversi nature dan nurture. Selanjutnya, pengaruh yang lain
datang dari lingkungan dalam (inner) dan lingkungan luar (outer), yaitu dunia di luar diri
seseorang mulai dalam rahim hingga pembelajaran yang berasal dari pengalaman
(Papalia, dkk., 2009).
Proses-proses yang akan dilalui oleh setiap orang bervariasi dalam tempo dan
waktu. Meskipun dalam modul-modul selanjutnya kita akan berbicara tentang milestones
atau tanda-tanda perkembangan yang terkait pada usia tertentu, usia tersebut semata-mata
merupakan rata-rata untuk terjadinya peristiwa tertentu. Misalnya, anak rata-rata mampu
berjalan pada usia 12 bulan dan berbicara pada usia 14 bulan. Namun, apabila terjadi
penyimpangan yang sangat ekstrim dari rata-rata yang ada, kita harus mulai
mempertimbangkan bahwa “ada sesuatu” yang terjadi pada perkembangan anak tersebut
(Papalia, dkk., 2009).
2.Konteks Perkembangan
Manusia adalah makhluk sosial. Sejak awal, mereka berkembang dalam konteks sosial.
Secara umum, konteks yang langsung berhubungan dengan seorang bayi adalah keluarga. Pada
gilirannya, keluarga adalah bagian dari pengaruh perubahan yang lebih besar, yang meliputi
lingkungan tempat tinggal dan masyarakat luas (Papalia, dkk., 2009).
A. Keluarga
Ada dua bentuk susunan keluarga yang umum ditemukan, yaitu nuclear family dan extended
family. Nuclear family atau keluarga inti/keluarga batih dapat diartikan sebagai unit rumah
tangga yang terdiri dari satu atau dua orang tua dan anak-anak mereka, baik anak biologis, anak
adopsi, atau anak tiri. Bentuk keluarga seperti ini dominan di dalam masyarakat Barat. Extended
family atau keluarga besar merupakan jaringan hubungan multigenerasi yang terdiri dari kakek-
nenek, paman-bibi, sepupu, dan saudara-saudara yang lebih jauh hubungannya (Papalia dkk.,
2009).
Bentuk keluarga seperti ini merupakan bentuk keluarga tradisional (Papalia dkk., 2009) dan
banyak ditemukan dalam masyarakat.Dengan makin banyaknya orang tua yang bekerja di luar
rumah, anakanak menerima lebih banyak pengasuhan dari sanak keluarga, bahkan dari orang
yang tidak ada hubungan keluarga sama sekali, misalnya pembantu atau pengasuh anak. Jika
orang tua bercerai, anak mungkin akan tinggal dengan salah satu dari orang tua atau mungkin
berpindah mondar-mandir antara rumah kedua orang tuanya. Rumah tangga mungkin pula akan
meliputi orang tua tiri dan saudara tiri. Kesemuanya itu tentu akan berpengaruh pada
perkembangan seseorang.
Status sosial-ekonomi keluarga didasarkan pada pendapatan dan pendidikan keluarga, serta
tingkat pekerjaan orang dewasa dalam rumah tangga. Sekalipun banyak penelitian menunjukkan
bahwa status sosial ekonomi mempengaruhi proses perkembangan (seperti interaksi verbal ibu
dengan anak-anaknya) dan hasil-hasil perkembangan (seperti kesehatan dan performa kognitif),
pengaruh tersebut terhadap proses-proses ini bersifat tidak langsung. Status sosial ekonomi yang
rendah biasanya dihubungkan dengan lingkungan tempat keluarga tinggal serta kualitas dari
nutrisi, perawatan kesehatan, dan sekolah yang tersedia untuk mereka (Papalia dkk., 2009).
C. Kemiskinan, khususnya untuk jangka waktu yang lama, berpengaruh buruk terhadap
kesejahteraan fisik, kognitif, dan psikososial anak dan keluarga. Anak dari keluarga miskin lebih
rentan untuk memiliki masalah emosi dan tingkah laku. Perkembangan kognitif serta performa
sekolah mereka juga lebih buruk (Evans dalam Papalia dkk., 2009). Sekali lagi, pengaruh buruk
yang ditimbulkan oleh kemiskinan bersifat tidak langsung. Pengaruh buruk timbul akibat
keadaan emosi orang tua serta praktek pengasuhan yang dilakukan orang tua terhadap anak.
Bagaimanapun, perkembangan yang positif tetap dapat berlangsung pada anak-anak yang
tumbuh dalam kemiskinan (Kim-Cohen, Moffitt, Caspi, & Taylor dalam Papalia dkk., 2009).
Tidak hanya kemiskinan, anak-anak yang berasal dari keluarga berada juga memiliki risiko
terhadap pengaruh negatif dari status sosial ekonomi orang tuanya. Adanya tekanan untuk
berprestasi dan seringnya mereka ditinggal oleh orang tua dengan kesibukan orang tua
meningkatkan angka penyalahgunaan obat-obatan, kecemasan, dan depresi pada anak-anak
(Luthar & Latendresse dalam Papalia dkk., 2009).
Status sosial-ekonomi membatasi pilihan tempat tinggal keluarga. Para peneliti mempelajari
bagaimana komposisi lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi perkembangan seorang
anak. Tinggal dalam lingkungan yang miskin dengan sejumlah besar pengangguran dapat
membuat anak kurang memiliki dukungan sosial yang efektif (Black & Krishnakumar dalam
Papalia, dkk., 2009).
Budaya mengacu pada keseluruhan cara hidup dari masyarakat atau kelompok meliputi adat,
tradisi, belief (keyakinan), nilai, bahasa, dan produkproduk fisik dari alat hingga karya seni
(Papalia dkk., 2009). Semua tingkah laku tersebut dipelajari dan diwariskan pada anggota-
anggota kelompok masyarakat di budaya tersebut. Dalam keluarga, nilai-nilai biasanya
diwariskan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Budaya secara konstan berubah. Perubahan ini
sering terjadi karena adanya kontak dengan budaya lain. Sebagai contoh, ketika orang Eropa
sampai ke tanah Amerika, mereka segera belajar dari orang asli Indian tentang bagaimana
caranya menanam jagung. Perkembangan komputer dan telekomunikasi semakin makin
meningkatkan kontak budaya (Papalia, dkk., 132009). Di Indonesia, kita juga dapat melihat
pengaruh budaya Tionghoa pada budaya Betawi dalam hal kosakata, pakaian, kesenian, dan
arsitektur. Kelompok etnik terdiri dari orang-orang yang dipersatukan oleh keturunan/nenek
moyang, agama, bahasa, dan atau oleh daerah asal, yang menyumbang pada perasaan berbagi
identitas serta berbagi sikap, belief, dan nilai-nilai di antara mereka. (Papalia dkk., 2009).
Kebanyakan kelompok etnik memiliki akar yang sama, di mana mereka atau nenek moyang
mereka berbagi budaya dan hal ini berlanjut mempengaruhi cara hidup mereka selanjutnya
(Papalia dkk, 2009). Pola etnik dan budaya mempengaruhi perkembangan dalam hal komposisi
rumah tangga, sumber-sumber sosial dan ekonomi, cara anggota-anggotanya bertindak satu sama
lain, makanan yang dimakan, permainan yang anak mainkan, cara anak belajar, seberapa baik
Anak melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sekolah, pekerjaan yang dipilih orang
dewasa, serta cara anggota keluarga berpikir dan memandang dunia (Parke dalam Papalia dkk.,
2009).
E. Konteks historis
Konteks historis merupakan bagian penting dari studi perkembangan. Konteks ini berkaitan
dengan rentang waktu di mana seseorang hidup (Papalia, dkk., 2009), dan penelitian saat ini
mulai difokuskan pada pengaruh pengalaman tertentu, yang terikat pada waktu dan tempat,
terhadap perjalanan hidup seseorang.
Secara umum perkembangan anak selama masa perkembangannya akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terangkum dalam dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah segala sesuatu yang ada dalam diri individu yang keberadaannya
mempengaruhi dinamika perkembangan. Termasuk ke dalam faktor-faktor internal tersebut
adalah faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kematangan fisik dan psikis.
2. Faktor Eskternal
Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar diri individu yang
keberadaannya mempengaruhi terhadap dinamika perkembangan. Yang termasuk faktor
eksternal antara lain : faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan
non fisik.
Pertumbuhan dan perkembangan tidak hanya menyangkut masalah fisik atau jasmani saja,
tetapi juga menyangkut masalah rohani. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap individu
terdapat beberapa macam, antara lain :
Faktor Pembawaan
Pada waktu anak lahir, membawa berbagai kemungkinan potensi yang ada pada dirinya.
Secara umum kemungkinan-kemungkinan potensi yang ada pada anak yang baru lahir adalah :
o Kecerdasan
o Bakat-bakat khusus
o Jenis kelamin
o Jenis ras
o Sifat-sifat fisik
o Sifat-sifat kepribadian
o Dorongan-dorongan
Faktor Lingkungan
Pada anak usia ini anak anak sudah siap memasuki dunianya yakni masuk dunia kanak-
kanak. Kemampuan berbicara, mobilitas, keikutsersertaan sosial yang cepat, kesemuanya
mempercepat pertumbuha intelektual anak. Pada masa anak usia seperti ini telah mendapat
sebagian besar perkembangan berbahasa mereka sebagai salah satu tugas belajar mereka yang
penting. Kemampuan berbahasa yang dicapai akan memeudahkan mereka belajar lebih lanjut.
Faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak usia ini adalah
orang tua. Orang tua sebagai guru alamiah akan mampu melihat dan mengerti serta menanggapi
kemauan anak. Melalui berbagai komunikasi serta interaksi dengan orang tua akan terbentuk
sikap, kebiasaan dan kepribadian seorang anak, selain itu ada pula faktor lingkungan yang secara
tidak langsung mempengaruhi perkembangan anak, seperti halnya dengan kebudayan.
Kebudayaan (culture) secara tidak langsung ikut mewarnai situasi, kondisi ataupun corak
interaksi di mana anak itu berada. Selain faktor-faktor di atas, faktor agama juga sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pribadi dan kebiasaan anak. Salah satunya adalah anak
mulai tahu tentang kebersihan, yakni dengan melakukan buang air di tempat yang biasa
dilakukan oleh orang tuanya.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha
mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik,dalam arti menggabung berbagai
kelebihan model-model tersebut menjadi satu model.
Tampaknya terdapat kesepakatan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang
tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Seorang anak yang cakap dan terampil akan lebih mudah dalam mengembangkan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya: seorang anak yang pandai bergaul, akan
lebih mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
2. Harga diri.
Seorang anak yang dapat menghargai dirinya sendiri dengan baik tidak akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi berbagai hal yang dihadapinya.
4. Keinginan.
Anak yang memiliki keinginan dipastikan memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih
keinginannya.
Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan
mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan
diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan potensi-potensi yang
dimilikinya. Contohnya: orang tua mengajarkan tentang kepercayaan diri kepada seorang anak
disertai dengan memberikan dorongan kepada anak.
Pergaulan seorang anak dalam lingkungannya akan berpengaruh terhadap motivasi yang
dimunculkan dalam dirinya.
Kelompok bermain yang diikuti oleh seorang anak berpengaruh dalam pengembangan potensi
seorang anak.
Tahap I : dari 0,0 sampai 7,0 tahun (masa anak kecil atau masa bermain).
Tahap II : dari 0,7 sampai 14,0 tahun (masa anak, masa sekolah rendah).
Tahap III : dari 14,0 sampai 21,0 tahun (masa remaja/ pubertas, masa peralihan masa
usia anak menjadi remaja).
Tahap I : fase prenatal (sebelum lahir), mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran
yaitu sekitar 9 bulan 280 hari.
Tahap V : adolesence /puberty, mulai usia 11 atau 13 tahun sampai usia 21 tahun. Tahap
ini terdiri:
Pre adolesence, (usia 11-13 tahun pada wanita, sedangkan pada pria lebih lambat dari
pada itu);
Late adolesence perkembangan yang terakhir (sampai masa usia kuliah di perguruan
tinggi).
Dipandang dari segi pendidikan, menurut comenius, pendidikan yang lengkap bagi
seseorang itu berlangsung dalam empat jenjang, yaitu:
Sekolah ibu (scola materna), untuk anak- anak 0,0 sampai 6,0 tahun,
Sekolah bahasa ibu (scola vernaculann) untuk anak-anak 6,0 sampai 12,0 tahun,
Sekolah latin (scola latina), untuk remaja usia 12,0 sampai 18,0, dan
Akademi (academika) untuk pemuda- pemudi usia 18,0 sampai 24,0 tahun.
b. Rousseau mengemukakan penahapan perkembagan sebagai berikut:
Tahap II : 2,0 sampai 12,0 tahun, masa pendidikan jasmani dan pancaindra
Dari lahir sampai masa keguncangan pertama (tahun ketiga atau keempat yang biasa
disebut masa kanak- kanak).
Dari masa keguncangan pertama sampai pada masa keguncangan kedua yang biasa
disebut masa keserasian bersekolah.
Dari masa keguncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa
kematangan.
Setiap individu yang lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu, ini berarti bahwa
karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan/ pemindahan dari cairan-cairan “geminal”
dari pihak orang tuanya. Disamping itu individu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari
lingkungannya, baik lingkungan fisik, psikologis, maupun lingkungan sosial. Setiap
pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan
lingkungan. Agar kita dapat mengerti dan mengontrol perkembangan tingkah laku manusia, kita
hendaknya mengetahui hakekat dan peranan dari masing-masing (hereditas dan lingkungan).
Warisan atau keturunan memiliki peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia
lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari Ibu bapaknya, atau nenek
dan kakeknya, warisan (keturunan atau pembawaan) tersebut yang paling penting antara lain :
bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelgensi, bakat, sifat-sifat, atau watak dan penyakit
warisan yang di bawa anak sejak dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya
dan selebihnya berasal dari nenek dan moyangnya dari kedua belah pihak (Ibu dan Ayahnya).
Hal ini sesuai dengan hukum mendel yang dicetuskan Gregor mendel (1857) setelah
mengadakan percobaan perkawinan berbagai macam tanaman dikebunnya. Hukum mendel ini
juga berlaku untuk manusia. Warisan yang diterima anak tidak selamanya berasal dari kedua
orang tuanya, tetapi dapat juga dari nenek atau kakeknya. Misalnya seorang anak memiliki sifat
pemarah, itu tidak dimiliki oleh ibu-bapaknya tetapi kakeknya.
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.
Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, namun keluarga merupakan unsur yang sangat
menentukan dalam pembentukan kepribadian dan kemampuan anak sebagai dasar pertumbuhan
dan perkembangan yang cukup kuat untuk menjadi manusia dewasaHal tersebut mempunyai
pengaruh yang cukup kuat terhadap keturunan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada usia
selanjutnya.
Dari sinilah kita mengetahui bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh yang sangat besar,
meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor. Hal ini dikarenakan masih ada unsur-unsur/ faktor-
faktor lain yang ikut mempengaruhi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti;
faktor keluarga dan masyarakat.
a. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam kehidupan manusia.
Anggotanya terdiri dari ayag, ibu dan anak-anak. bagi anak keluarga merupakan lingkungan
sosial pertama yang dikenalnya.
Peranan lingkungan keluarga selain tempat pertemuan antarkomponen yang ada didalamnya,
lebih dari itu juga memiliki fungsi reproduktif, religius, rekreatif, edukatif, sosial dan
protektif.Peran yang diambil orang tua khususnya ibu, pada masa-masa awal kelahiran anak,
sangatlah besar, mendalam, dan mendasar, karena sejak bayi anak di gendong dan di susui
ibunya. Hubungan antara ibu dengan anak begitu kuat, kepribadian, tingkah laku, dan semua
ekspresi orang tua di tuangkan melalui semacam kekuatan yang tersembunyi yang lambat laun
membentuk diri anak menjadi manusia.Pada masa ini anak membutuhkan seorang ibu yang mau
meluangkan waktunya untuk mengembangkan sifat-sifat yang kontra dengan pertumbuhan yang
seimbang, seperti perasaan takut, dan berharap, senang dan benci.
Faktor yang paling penting di dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah teladan
dari orang tuanya. Anak-anak akan mengamati, berusaha meniru, melakukan kesalahan,
melupakan dan untuk sesaat anak-anak akan berusaha untuk mencari ide alternatif serta
kemudian mempolakan dirinya kepada model orang tuanya.
Tetapi harus di akui bisa jadi kontraproduktif, bila para orang tua tidak memberikan teladan
yang tidak baik. Teladan orang tua jauh lebih membekas dari semua kata yang mereka ajarkan.
Penanaman prinsip-prinsip musyawarah, keimanan, saling menolong, kewibawaan seorang
ayah dalam keluarga, sikap yang muda menghormati yang tua, yang tua mengasihi yang lebih
muda, itu semua merupakan teladan yang perlu di tanamkan pada seorang anak pada masa awal
kanak-kanak. Dia akan tumbuh berkembang sesuai dengan dasar-dasar di atas.
b. Pengaruh masyarakat
Dalam pengertian yang sederhana masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang
diikat oleh kesatuan negara kebudayaan dan agama.
Hal ini, disebabkan karena adanya interaksi antara anak sebagai individu dan masyarakatnya
sehingga dalam perkembangan anak sangatlah penting dan tidak boleh diabaikan begitu saja
akan pengaruh faktor lingkungan masyarakat sekitar.Karena boleh jadi anak yang tadinya
penurut, baik akan tetapi karena lingkungan masyarakat yang kurang baik anak akan bersikap
sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor-faktor seperti yang
telah disebutkan dan di jelaskan diatas. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi perkembangan
manusia mulai sejak lahir sampai meninggal dalam mempengaruhi ke arah yang lebih baik
maupun yang tidak baik.
B. Saran
Demikian makalah perkembangan manusia ini dapat menjadi acuan dalam meningkatkan
wawasan kita tentang faktor-faktor perkembangan manusia,serta menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun dalam kesempurnaan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2009
Muzdalifah M Rahman, S.Psi, M.Si., “Psikologi Perkembangan”, Kudus: Nora Media Enterpise
Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi Offset, Yogyakarta, 2002