Anda di halaman 1dari 12

PENULISAN PARAGRAF DAN KUTIPAN

Mohammad Alvian, Hani Risma Wanti, Fijrina Ashlakha

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam

Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon

Mohammadalvian074@gmail.com, hanirismawanti65843@gmail.com,
fijrinaaslakha@gmail.com

ABSTRAK

Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk karya tulis yang dihasilkan oleh seseorang
baik melalui hasil pemikiran maupun hasil penelitian. Dalam menulis karya ilmiah, diperlukan
juga sebuah paragraf untuk mengungkapkan sebuah pikiran menjadi kalimat dalam bahasa
ilmiah. Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi
paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Oleh karena itu, seorang
penulis karya ilmiah tidak diperkenankan menulis asal jadi atau seperti membalikkan kedua
telapak tangan. Oleh karena itu, makalah ini dibuat dengan menggunakan penelitian
kepustakaan (Library Research), dan menyimpulkan beberapa hal, pertama paragraf
merupakan sebuah rangkaian atau himpunan kalimat-kalimat yang saling berkaitan dalam
suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan didalamnya. Kedua, ketentuan dalam
menulis paragraf yaitu kelengkapan unsur paragraf, kesatuan antar kalimat, dan kepaduan
antar kalimat. Ketiga, teknik penggunaan kutipan dengan menggunakan kutipan tidak
langsung/parafrase.
Kata Kunci: paragraf, kutipan, karya Ilmiah.

PENDAHULUAN

Karya ilmiah merupakan merupakan karya tulis yang bersifat keilmuan, karya tersebut
disusun secara sistematis menurut kaidah-kaidah tertentu berdasarkan hasil berfikir ilmiah.
kemampuan melahirkan karya tulis ilmiah yang berkualitas tidaklah mudah, lebih-lebih bagi
penulis pemula.

Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk karya tulis yang dihasilkan oleh seseorang
baik melalui hasil pemikiran maupun hasil penelitian. Dalam menulis karya ilmiah, diperlukan
juga sebuah paragraf untuk mengungkapkan sebuah pikiran menjadi kalimat dalam bahasa
ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan
tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan dalam kalimat lain yang membentuk paragraf,
paragraf merupakan senian kecil sebuah karangan yang membangun satuan pikiran sebagai
pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangan.

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi
paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh
kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan (gagasan tunggal). Kepaduan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal
paragraf.

Penulisan paragraf tersebut sebaiknya diperhatikan secara cermat dan seksama oleh
penyusun karya ilmiah agar pembaca dapat memahami gagasan pokok atau kalimat topik yang
disampaikan penulis. Oleh karena itu, seorang penulis karya ilmiah tidak diperkenankan
menulis asal jadi atau seperti membalikkan kedua telapak tangan. Akan tetapi harus jelas dalam
membuat kalimat agar mudah dipahami oleh pembaca contohnya seperti membuat paragraf
yang akan diuraikan di pembahasan.
Maka dari itu berdasarkan uraian diatas, dalam upaya memahami tahap penulisan karya
ilmiah, penulis akan membahas tentang bagaimana cara penulisan paragrapf dalam karya
ilmiah yang benar dan tepat?

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis metodologi yang dipakai dalam pembahasan ini adalah metode studi kepustakaan
atau mengkaji bahan pustaka. Studi kepustakaan adalah dimana seorang peneliti yang
mendalami, mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam
kepustakaan baik berupa sumber bacaan, buku-buku referensi atau hasil penelitian lain.
Dalam pembuatan karya ilmiah, tentu kita memerlukan sejumlah data. Data merupakan
keterangan-keterangan tentang sesuatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang
dianggap atau anggapan. Berhubung pemakalah menggunakan studi kepustakaan, maka data
yang digunakan hanyalah data-data primer. Data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitan atau yang
bersangkutan yang memerlukannya. Dalam hal ini berupa sumber buku-buku, jurnal, skripsi,
dan bacaan-bacaan lainnya. Dari sumber-sumber tersebut, pemakalah berusaha untuk
memahami, merangkum, dan kemudian dituangkan melalui penulis karya ilmiah ini.
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Pengertian Paragraf
Paragraf disebut juga dengan istilah alinea, bukan termasuk ke dalam pembagian serta
konvensional dari suatu bab yang terdiri atas kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya
dari satu kesatuan kalimat. Paragraf tidak lain merupakan satu kesatuan dari sebuah pikiran,
satu kesatuan yang lebih tinggi atau luas maknanya dari kalimat. Secara tipografis, paragraf
merupakan suatu kelompok teks yang ditandai lekukan (Identation), kata yang pertama ditulis
lebih dalam sebanyak beberapa ketukan.
Menurut pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan sebuah
rangkaian atau himpunan kalimat-kalimat yang saling berkaitan dalam suatu rangkaian untuk
membentuk sebuah gagasan yang didalamnya mengandung suatu ide pokok atau pikiran pokok
dan penulisannya biasanya dimulai dengan baris baru.1 Adapun beberapa pendapat para ahli
bahasa Indobesia dalam mengidentifikasi paragraf.

“Alinea adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok
dan penulisannya dimulai dengan garis baru).”2 Menurut Keraf, “alinea tidak lain merupakan
satu kesatuan dari pikiran, satu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia
merupakan himpunan kalimat yang saling berkaitan dalam suatu rangkaian untuk membentuk
sebuah gagasan.”3 Adapun pendapat lain mengatakan, “paragraf adalah seperangkat kalimat
yang tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan
mengandung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.”4
Berdasarkan ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa “paragraf adalah
seperangkat kalimat yang tersusun logis-sistematis yang merupakan ekspresi pikiran yang
relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan dan
merupakan bagian bab dalam karangan tersebut yang ditandai oleh garis baru”.5
Jenis-jenis Paragraf
Banyak ragam untuk mengetahui jenis-jenis paragraf. Untuk membedakan yang satu
dengan yang lain, paragraf dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) menurut posisi kalimat
topiknya, (2) menurut sifat isinya, (3) menurut fungsinya dalam karangan. Anggota dari ketiga
kelompok itulah yang akan menunjukan berbagai jenis alinea/paragraf.
1. Jenis Paragraf Menurut Posisi Kalimat Topiknya
Menurut Finoza berdasarkan posisi kalimat topiknya, paragraf dapat dibedakan atas
empat macam, yaitu: (a) paragraf deduktif, (b) paragraf induktif, (c) paragraf dediktif-
induktif, dan (d) paragraf penuh kalimat topik.

1
Dalman. (2016). Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. P. 77.
2
Diknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. P. 828.
3
Gorys Keraf. (1997). Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. P. 2.
4
Djago Tarigan. (1996). Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung:
Angkasa. P. 1.
5
Heri Jauhari. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia. P. 107.
a. Paragraf Deduktif
Bila kalimat topik ditempatkan pada awal paragraf akan terbentuk paragraf
deduktif, yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu
menyusul uraian atau rincian permasalahan paragraf. Berikut contoh paragraf
deduktif:
Kebudayaan dapat dibagi atas dua macam, yaitu kebudayaan fisik dan
kebudayaan nonfisik. Kebudayaan fisik sangat jelas karena merujuk pada benda-
benda. Kebudayaan nonfisik ada yang berupa pemikiran dan ada yang berupa
tingkah laku. Contoh kebudayaan fisik adalah patung, lukisan, rumah, mobil dan
jembatan. Contoh kebudayaan yang berupa pemikiran adalah filsafat, pengetahuan,
ideologi, etika, dan estetika. Hasil kebudayaan yang berupa tingkah laku adalah adat
istiadat, tidur, bertani, bahkan berkelahi.

b. Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada akhir paragraf akan terbentuk paragraf
induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah
diakhiri dengan pokok permasalahan paragraf. Berikut contoh paragraf induktif:
Yang dimaksud dengan kebudayaan fisik tapak jelas karena merujuk pada
benda-benda. Kebudayaan nonfisik ada yang berupa pemikiran dan berupa tingkah
laku. Contoh kebudayaan yang berupa pemikiran adalah filsafat, pengetahuan,
ideologi, etika, dan estetika. Hasil kebudayaan yang berupa tingkah laku adalah adat
istiadat, tidur, bertani, bahkan berkelahi. Jadi, Kebudayaan dapat dibagi atas dua
macam, yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan nonfisik.

c. Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah
paragraf campuran deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya
menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf. Berikut
contoh paragraf deduktif-induktif:
Pemerintah menyadari bahwa rakyar Indonesia memerlukan rumah murah,
sehat, dan kuat. Departemen PU sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah,
tetapi kuat. Agaknya bahan perlit yang diperoleh dari batu-batuan gunung berapi
sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan tahan air. Lagi pula
bahan perlit dapat dicetak menurut keinginan seseorang. Usaha ini menunjukan
bahwa pemerintah berusaha membangun rumah murah, sehat, dan kuat untuk
memenuhi keperluan rakyat.

d. Paragraf Penuh Kalimat Topik


Ada paragraf yang mempunya kalimat-kalimat yang sama pentingnya sehingga
tidak satupun kalimatnya yang bukan kalimat topik. Kondisi ini mengakibatkan
terbentuknya paragraf yang penuh kalimat topik. Paragraf semacam ini sering
dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan naratif terutama dalam
karangan fiksi. Berikut contoh paragraf penuh kalimat topik:6

6
Dalman. (2016). Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. P. 97-99.
Pagi hari ini aku duduk di bangku panjang dalam taman di belakang rumah.
Matahari belum tinggi benar, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi
menghangatkan badan. Di depanku bermekaran bunga beraneka warna. Kuhirup
hawa pagi yang segar sepuas-puasku.

2. Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya


Finoza bahwa berdasarkan sifat isinya paragraf dapat digolongkan atas lima macam
yaitu:
a. Paragraf persuasif, yaitu paragraf yang mempromosikan sesuatu dengan cara
mempengaruhi dan mengajak pembaca;
b. Paragraf argumentatif, yaitu paragraf yang membahas suatu masalah dengan bukti-
bukti atau alasan yang mendukung;
c. Paragraf naratif, yaitu paragraf yang menuturkan peristiwa atau keadaan dalam
bentuk cerita;
d. Paragraf deskriptif, yaitu paragraf yang melukiskan atau memberikan sesuatu;
e. Paragraf ekspositoris, yaitu paragraf yang memaparkan suatu fakta atau kejadian
tertentu.7

3. Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan


Berdasarkan fungsinya dalam karangan paragraf dapat dibedakan atas tiga macam,
yaitu (1) paragraf pembuka, (2) paragraf pengembang atau isi, (3) paragraf Penutup.
Ketiga jenis paragraf itu memiliki fungsi tersendiri yang membedakannya satu sama
lain.
a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam
karangan. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan. Paragraf pembuka
harus dapat difungsikan untuk menghantarkan pokok pembicaraan, menarik minat
dan perhatian pembaca, menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk
mengetahui isi seluruh karangan.
b. Paragraf Pengembang atau Isi
Paragraf ini bertujuan mengembangkan topik atau pokok pembicaraan yang
sebelumnya terah dirumuskan dalam paragraf pembuka. Paragraf pengembang atau
isi di dalam karangan dapat difungsikan untuk mengemukakan inti persoalan,
memberi ilustrasi atau contoh, menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf
berikutnya, meringkas paragraf sebelumnya, mempersiapkan dasar atau landasan
bagi simpulan.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup berisi simpulan bagian karangan (subab, bab) atau simpulan
seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataann kembali maksud
penulis agar lebih jelas.

Ketentuan paragraf yang padat dan terstruktur

Sebuah paragraf dapat dikatakan sebagai paragraf yang terstruktur apabila memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Kelengkapan unsur paragraf
Kelengkapan unsur paragraf cakupannya meliputi :

7
Lumuddin Finoza. (2008). Komposisi Bahasa IndonesiaEdisi Ketiga. Jakarta: Diksi. P. 201.
a) Gagasan utama / ide pokok
Gagasan utama / ide pokok adalah suatu hal yang menjadi pokok atau inti dari
permasalahan yang tertuang pada kalimat utama pada sebuah paragraf. Gagasan
utama juga merupakan inti masalah yang ingin disampaikan oleh penulis terhadap
pembaca.
b) Kalimat Utama
Kalimat utama adalah sebuah kalimat yang memuat gagasan utama di dalamnya
dan merupakan inti permasalahan yang dibahas pada paragraf.
c) Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas ialah kalimat yang berperan sebagai pendukung gagasan
utama pada kalimat utama. Kalimat penjelas biasanya berisikan rincian, uraian, dan
juga fakta yang menguatkan ide atau gagasan utama pada paragraf.
2. Kesatuan antar kalimat
Paragraf yang baik haruslah memenuhi syarat kesatuan utuh antar kalimat di
dalam suatu paragraf. Maksudnya adalah antara gagasan utama di dalam kalimat
utama dengan gagasan penjelas dalam kalimat penjelas harus saling berkaitan atau
berhubungan satu sama lainnya. Tidak saling bertentangan kerena adanya kalimat
sumbang di dalamnya.
3. Kepaduan antar kalimat
Kepaduan adalah suatu hubungan selaras antar kalimat yang saling mengikat
satu dengan lainnya sehingga mampu menyampaikan gagasan utama dengan efektif
dan sistematis. Kepaduan juga erat kaitannya dengan efektivitas kalimat
(penggunaan kalimat efektif) serta penggunaan kata hubung (konjungsi) dan diksi
yang tepat.8

Langkah – Langkah membuat Paragraf yang menarik

Paragraf adalah salah unsur penting dalam tulisan. Ada lima jenis paragraf yang perlu
kita ketahui, yaitu deskripsi, eksposisi, persuasi, argumentasi, dan narasi. Kelima jenis paragraf
tersebut dapat terangkai membentuk suatu kesatuan dalam tulisan. Ada banyak cara dalam
merangkai kalimat untuk membentuk paragraf yang padu.9

Akan tetapi, tidak banyak orang yang mengetahui cara membuat paragraf yang
menarik minat pembaca. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam membuat paragraf yang
menarik.

a. Mengulangi judul dalam paragraf pertama


Bagi penulis yang telah menentukan judul tulisannya terlebih dahulu, bisa
memasukkannya pada awal kalimat suatu paragraf. Unsur dalam judul tidak harus
ditulis lengkap, melainkan bisa ditulis sebagian saja. Hal ini dapat memberi kesan
adanya hubungan antara judul dengan keseluruhan tulisan.
Contoh:
Adakah yang salah dengan senja? Dengan semburat warna jingga keemasannya
yang indah? Ataukah aku yang selama ini salah menilai senja?

8
Sri Handayani. (2013). Bahasa Indonesia Tulisan dan Penyajian Karya Tulis. Bandung: Kharisma
Putra Utama Offiset. P. 103-104.
9
Ibid. P. 74.
(Paragraf pertama dalam cerpen berjudul Muslihat Senja)
b. Memulai dengan pertanyaan
Pertanyaan selalu menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri pembaca serta
mengajak kita semua untuk berpikir lebih dalam tentang suatu hal. Pertanyaan juga
bisa bersifat retoris maupun mengangkat tema yang umum dalam masyarakat,
seperti politik, agama, sosial, ekonomi, dan banyak lagi.
Contoh:
Berapa banyak balita yang menderita kurang gizi? Berapa banyak rakyat dari
kalangan atas yang menderita obesitas dan sindrom metabolik? Kita hidup di
sebuah negara yang ironis di mana dua masalah gizi sama-sama menjadi
permasalahan besar yang harus dipecahkan oleh seluruh tenaga kesehatan.
c. Memulai dengan tindakan
Melalui sebuah tindakan yang nyata, pembaca digiring untuk turut merasakan
suasana yang ingin diciptakan oleh penulis. Tindakan memberikan kesan tidak
bertele-tele dan membosankan sehingga menjadikan paragraf menarik untuk
dibaca.
Contoh:
Seorang pencuri berlari dari kejaran dua orang berseragam polisi. Pencuri itu
menerobos kerumunan orang yang tengah menyaksikan sebuah pertunjukan
sulap.10 Lalu ia menikung ke kiri menuruni tangga menuju pasar tradisional dan
bersembunyi di bawah meja sebuah kios yang gelap dan sesak tak. Ia mengintip
melalui celah kayu yang sudah lapuk, tampak dua polisi tadi berlari melewatinya.
Pencuri itu kini bisa bernapas lega.
d. Memulai dengan dialog
Dialog antarkarakter membuat paragraf menjadi lebih hidup. Dibandingkan
dengan narasi, dialog lebih tidak membosankan. Akan tetapi, hendaknya kalian
hanya menggunakan dialog yang benar-benar penting dalam membentuk jalan
cerita. Jangan gunakan dialog yang tak berarti.
Contoh:
“Aku mau pergi. Aku mau merantau saja di negeri orang. Mungkin di Cina,
Jepang, atau Amerika sekalian. Pokoknya aku mau pergi jauh dari sini,” ujar
Budiman sambil meneguk secangkir kopinya yang mengepul.
“Memangnya gampang merantau di negeri orang? Siapa tahu kamu malah jadi
gelandangan di sana,” Andi menanggapi pernyataan temannya dengan sinis.
“Tidak. Aku sudah bertekad. Paling tidak di sana tidak ada yang mengenalku,
tidak ada yang akan menghakimiku. Di sana peluang masih terbuka lebar untukku.
Pokonya aku akan berangkat bulan ini juga setelah pasporku selesai.”
e. Memulai dengan konflik
Pembaca cenderung tertarik setelah mereka mengetahui gambaran
permasalahan secara keseluruhan. Pembaca akan merasa tidak perlu banyak waktu
untuk mengetahui apa yang sebenarnya sedang mereka baca. Konflik bisa juga
dinyatakan dengan fakta umum, misalnya hasil sebuah riset atau survei.
Contoh:
Indonesia masih berkutat dengan tingginya angka kematian akibat penyakit infeksi
tahun ini. Tuberkulosis masih menempati urutan pertama penyumbang penyakit
infeksi terbesar, diikuti dengan kolera, malaria, dan demam berdarah. Berada di
wilayah tropis tak bisa lagi dijadikan satu-satunya alasan kejadian penyakit

10
Sri Handayani. (2013). Bahasa Indonesia Tulisan dan Penyajian Karya Tulis. Bandung: Kharisma
Putra Utama Offiset. P. 74-75.
infeksi, melainkan juga sanitasi yang sepertinya memang kurang diperhatikan di
Indonesia.11
f. Menggambar karakter
Karakter adalah unsur intrinsik terpenting dari sebuah cerita. Melebihi tema,
alur, dan latar, sebuah karakter membangun cerita menjadi lebih kokoh. Tak jarang
pembaca terlebih dahulu jatuh hati pada karakter daripada isi dari cerita itu sendiri.
Contoh:
Anak lelaki kecil itu muncul setiap pagi di perempatan Pucang, siang di
perempatan Dharmawangsa dan sore di perempatan Kertajaya. Kerjanya bergelut
dengan jalanan dan asam pahit kehidupan. Meski demikian, dengan koran dan
kaleng di tangannya yang kusam, sorot matanya tetap memancarkan semangat
kehidupan. Kudengar anak-anak yang lain menjulukinya ‘Si Mata Sipit’.
g. Menghindari latar belakang dalam kalimat awal
Latar belakang tempat dan waktu sering digunakan penulis amatir untuk
memulai paragraf. Padahal salah satu cara membuat paragraf yang menarik adalah
dengan menghindari hal tersebut. Di bawah ini adalah contoh paragraf yang harus
dihindari penulisannya.
Contoh:
Pada suatu pagi yang cerah, angin berembus sepoi-sepoi. Ombak bergulung
menuju tepi. Aku sangat menikmati pagi yang segar di pinggir pantai.
h. Menggunakan sebuah kutipan
Sebuah kutipan yang arif dapat membangkitkan perasaan pembaca. Kalian bisa
mengutip dari novel, puisi, atau kata-kata orang yang terkenal. Kutipan tersebut
bisa menggunakan bahasa Indonesia maupun asing disertai dengan sumbernya.
Contoh:
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan Bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
(Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono).12

Penulisan Kutipan
“Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seseorang pengarang atau ucapan
seseorang yang terkenal, baik yang terdapat dalam buku-buku atau majalah”.13 Kata kutipan
berasal dari kata kutip yang ditambahkan dengan kalimat tambah –an, menurut kamus praktis
bahasa indonesia “kutip artinya mengambil sebagian tulisan atau informasi dalam membuat
karya tulis ilmiah”.14

Dalam setiap penggunaan karya ilmiah orang lain, baik berupa ide, gagasan, maupun
kata-kata sepenuhnya harus dengan jelas mengakui penulisannya dengan cara yang biasa

11
Sri Handayani. (2013). Bahasa Indonesia Tulisan dan Penyajian Karya Tulis. Bandung: Kharisma
Putra Utama Offiset. P. 75.
12
Sri Handayani. (2013) Bahasa Indonesia Tulisan dan Penyajian Karya Tulis. Bandung: Kharisma
Putra Utama Offiset. P. 76.
13
Gorys keraf. (1980). komposisi: sebuah pengantar kemahiran bahasa. Ende flores: nusa indah. P.
180.
14
Imam taufik. (2010). kamus praktis bahasa indonesia. Bekasi: Ganeca exact. P. 691.
disebut dengan kutipan (citation) dan prafrase (parapharse). Secara umum, pengutipan berarti
penulisan menggunakan sepenuhnya kata-kata yang disampaikan karya ilmiah orang lain,
sedangkan prafrase artinya menggunakan ide atau gagasan yang telah disampaikan penulis lain.
Jika pengakuan terhadap karya orang lain dalam bentuk pengutipan dan prafrase ini tidak
dilakukan dengan benar, seseorang penulis dapat dikatakan telah melakukan kejahatan atau
kecurangan akademik atau plagiat.15
Dapat disimpulkan dari definisi diatas bahwa kutipan adalah penulisan pendapat
seorang ahli dalam karya tulis ilmiah, dan penulisan kutipan haruslah ditambahkan dengan
tanda-tanda baca yang telah ditentukan oleh para ahli dalam bidan penulisan karya ilmiah. Agar
tidak ada kata plagiasi atau meniru karya ilmiah orang yang penulis kutip.

Jenis-jenis Kutipan :
a. Kutipan langsung, adalah kutipan yang sama dengan bentuk asli yang dikutip baik
dalam susunan kata maupun tanda bacanya. Kutipan langsung tidak dibenarkan lebih
dari satu halaman. Kutipan lansung dipergunakan hanya untuk hal-hal yang penting
saja seperti definisi atau pendapat seseorang yang khas. Diketik biasa dalam teks skripsi
dengan diawali dan diakhiri oleh tanda petik(“) dan diberi nomor kutipan yaitu dengan
pola footnote.
b. Kutipan tak langsung (parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil isinya saja
contohnya ringkasan. Dalam kutipan semacam ini , penulis tidak perlu memberi tanda
petik dan tidak ditulis miring serta tidak menyebut kata artinya.
c. Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam bidangnya.
d. Kutipan tafsir dan hadits harus bersumber pada kitab asli (sumber primer)
e. Kutipan dapat bersumber dari internet atau CD dengan mencantumkan situs dan
menunjukkan print-outnya.16
Dari penjabaran diatas dapat diketahui bahwa, kutipan memiliki berbagai penulisan
serta macamnya. Melakukan kutipan haruslah sesuai dengan prosedur yang sudah disepakati
oleh ahli, tidak boleh menulis kutipan menggunakan istilah gaya bahasa sendiri atau tanda-
tanda baca yang dibuat sendiri.

Di dalam metodologi penulisan ilmiah menulis kutipan itu haruslah menambahkan


keterangan dari buku yang telah dikutip seperti menulis footnotenya sehingga penulisan karya
ilmiah kita diterima oleh ahli dan dapat dipertanggungjawabkan karya ilmiahnya. Ada lima
jenis teknik pengutipan yang bisa digunakan dalam karya ilmiah. Adalah sebagai berikut:
1. Pengutipan kalimat-kalimat pendek, Tidak ad aturan pastitentang panjang kalimat
yang dapat dikatakan pendek, tetapi mungkin dapat disepakati paling banyak tiga atau
empat baris. Penulis dapat menggunakan tanda kutipan ganda pada awal dan akhir
kutipan.

15
Suaedi. (2015). penulisan ilmiah. Bogor: IPB Press., P. 43.
16
Abdul Munip. “penulisan karya tulis ilmiah”,
https://www.researchgate.net/publication/320508023_PENULISAN_KARYA_TULIS_ILMIAH. (diakses pada
26 september 2018, pukul 9.51).
2. Pengutipan kalimat-kalimat panjang, Sebaiknya tidak diletakkan sama dengan teks
dan tidak dalam tanda kutip, tetapi harus dibuat dalam spasi yang lebih rapat dibanding
teks dan harus diletakkan pada alinea baruyang seluruh isinya masuk kedalam dari
margin kiri.
3. Metode elipsis, Untuk menghindari kalimat yang tidak relevan dengan apa yang sedang
ditulis oleh penulis, penulis merasa perlu mengambil bagian-bagian penting dari suatu
uraian kalimat yang panjang dari karangan asli, maka seorang penulis dapat
menghilangkan bagian-bagian tertentu dari kalimat panjang yang dikutipnya
menggunakan tanda tiga titik (...).
4. Metode interpolasi, Melakukan penyisipan kata sendiri oleh pengutip dalam upaya
untuk memperjelas, mempertegas ataupun mengoreksi pengetikan asli yang dikutipnya
tanpa menghilangkan atau mengaburkan makna asli dari penulisnya. Secara teknis
interpolasi atau penyisipan kata harus diletakkan pada tanda kurung persegi [...] bukan
tanda kurung parentheses (...) atau kurung kurawal {...}. ada tiga bentuk interpolasi
yang biasa dilakukan dalam penulisanilmiah; (a) penggunaan sic untuk sebuah koreksi
terhadap kesalahan kata pada kalimat asli, (b) penggunaan komentar pada kata yang
dipakai dalam kalimat asli, dan (c) penggunaan antecendence atau kata penjelas pada
kata yang dipakai dalam kalimat asli.
5. Metode lainnya, Sejumlah kemungkinan sewaktu melakukan pengutipan dapat terjadi
dalam berbagai hal khusus, seperti (1) pengutipan dari kutipan, (2) pengutipan puisi,
pantun dan sejenisnya, serta (3) penggunaan catatan kaki.17

Dari penjabaran metode diatas mahasiswa bisa menerapkannya dalam makalah, jurnal,
skripsi, dan jenis lainnya. Menerapkan metode pengutipan adalah ciri bahwa kualitas karya
ilmiah seorang penulis sangat relevan dan teruji keasliannya. Namun, jika menggunakan
metode pengutipan, sebaiknya tidak semua isi paragraf bermuatan kutipan. Harus ada tulisan
asli dari penulis atau argumentasi langsung oleh penulis.
Cara lain dalam mengutip yaitu menggunakan kutipan tidak langsung, kutipan tersebut
tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang
dikutip untuk dinyatakan kembali dengan kalimat yang disusun oleh pengutip. Pengutipan
tidak langsung dilakukan dengan cara memprafrase kalimat yang akan dikutip. Parafrase
(paraphrase) artinya mengekspresikan ide pemikiran dari penulis asli menggunakan kata-kata
sendiri yang lebih mudah dimengerti tanpa mengubah makna aslinya dan tetap menyatakan
sumber referensinya.18

Dari pengertian diatas dijelaskan bahwa mengutip tidak harus menyalin semua isi
dalam buku yang kita kutip, bisa juga dengan tidak menulis bahasa yang tidak relevan
dengan materi kita atau meringkas pengertiannya saja untuk dikutip. Ada istilah ilmiah
sendiri dari mengutip tidak langsung yaitu memprafrase.
Merujuk kepada panduan yang dikembangkan dalam buku handbook for student di
MIT, USA, setidaknya ada enam cara/teknik sekaligus diterapkan dalam membuat parafrase
dari kalimat-kalimat yang disampaikan dalam karangan asli, yaitu:

17
Suaedi. (2015). penulisan ilmiah.Bogor: ipb Press. P. 45-49.
18
Suaedi. (2015). penulisan ilmiah. Bogor: ipb Press. P. 50.
1. Menggunakan kata sinonim pada semua kata yang tidak umum digunakan dalam
karangan asli. Kata-kata seperti orang, dunia, makanan, adalah kata-kata umum yang
tidak perlu lagi dicari sinonimnya.
2. Mengubah struktur kalimat
3. Mengubah tekanan kalimat dari aktif menjadi pasif atau sebaliknya.
4. Mengurangi anak-anak kalimat yang tidak perlu untuk diurakan atau dimaknakan
kembali oleh penulis (pengutip).
5. Mengubah bagian-bagian pembicaraan yang diurai penulis asli.
6. Menulis sumber bacaan dengan lengkap.19

Penjelasan mengenai langkah-langkah memprafrase diatas sudah cukup mumpuni


untuk menulis sebuah karya ilmiah. Tetapi sebaiknya, jika penulis menggunakan survey atau
penelitian agar karya ilmiah yang dibuat oleh penulis mampu menjadi sumber kutipan untuk
penulis lain yang akan membuat karya ilmiah.

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud paragraf adalah
seperangkat kalimat yang tersusun logis-sistematis yang merupakan ekspresi pikiran yang
relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan dan
merupakan bagian bab dalam karangan tersebut yang ditandai oleh garis baru. Banyak ragam
yang dimiliki dari paragraf. Menurut kalimat topiknya, paragraf terbagi menjadi 4, yaitu
paragraf deduktif, induktif, deduktif-induktif, serta paragraf penuh kalimat topik. Menurut sifat
isinya, paragraf terbagi menjadi 5, yaitu paragraf persuasif, argumentatif, naratif, deskriptif,
dan ekspositoris. Sedangkan menurut fungsi dalam karangan, terbagi menjadi 3 jenis paragraf,
yaitu paragraf pembuka, pengembang atau isi, dan penutup. Dalam menulis sebuah paragraf,
terdapat ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan agar terbentuk paragraf yang padat dan
terstruktur. Sebuah pargraf harus memiliki kelengkapan unsur paragraf, kesatuan antar kalimat,
dan kepaduan antar kalimat. Di dalam sebuah paragraf, tidak semuanya menggunakan ide
pokok pikiran penulis saja, tetapi bisa juga diambil dari ide/gagasan karya ilmiah orang lain
dengan menggunakan kutipan. Pengutipan berarti penulisan menggunakan sepenuhnya kata-
kata yang disampaikan karya ilmiah orang lain. Cara lain dalam mengutip yaitu menggunakan
kutipan tidak langsung/parafrase. Dengan menggunakan parafrase, kita dapat mengekspresikan
ide pemikiran dari penulis asli menggunakan kata-kata sendiri yang lebih mudah dimengerti
tanpa mengubah makna aslinya dan tetap menyatakan sumber referensinya.

19
Suaedi. (2015). penulisan ilmiah. Bogor: ipb Press. P. 51.
DAFTAR PUSTAKA
Dalman. (2016). Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Diknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Finoza, Lamuddin. (2008). Komposisi Bahasa IndonesiaEdisi Ketiga. Jakarta: Diksi.
Handayani, Sri. (2013) Bahasa Indonesia Tulisan dan Penyajian Karya Tulis.
Bandung: Kharisma Putra Utama Offiset.
Jauhari, Heri. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia.
Keraf , Gorys. (1980). komposisi: sebuah pengantar kemahiran bahasa. Jakarta: Nusa
Indah.
Keraf, Gorys. (1997). Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Munip, Abdul. “penulisan karya tulis ilmiah”,
https://www.researchgate.net/publication/320508023_PENULISAN_KARYA_TULIS_ILMI
AH. (diakses pada 26 september 2018, pukul 9.51).
Suaedi. (2015). penulisan ilmiah. Bogor: ipb Press.

Taufik ,Imam. (2010). kamus praktis bahasa indonesia. Bekasi: Ganeca exact.
Tarigan, Djago. (1996). Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan
Pengembangannya. Bandung: Angkasa.
Taufik, Imam. (2010). kamus praktis bahasa indonesia. Bekasi: Ganeca exact.

Anda mungkin juga menyukai