Anda di halaman 1dari 8

Exposure Draft

KODE ETIK DAN TATA LAKU PENILAI INDONESIA


(KEPI)

1.0 Pendahuluan

Kode Etik dan Tata laku Penilai Indonesia (KEPI) merupakan landasan yang paling mendasar
dalam pengoperasian Standar Penilai Indonesia (SPI) agar seluruh hasil pekerjaan penilaian dapat
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dengan cara yang jujur dan kompeten secara professional,
bebas dari kecurigaan adanya kepentingan pribadi, untuk menghasilkan laporan yang jelas, tidak
menyesatkan dan mengungkapkan semua hal yang penting untuk pemahaman penilaian secara tepat.

Dalam KEPI ini kata “Penilai” dapat berarti “Penilai sebagai perorangan (individu)” dan dapat pula
berarti “Usaha Jasa Penilai” tergantung pada konteks kalimatnya.

2.0 Ruang Lingkup

2.1 Kode Etik dan Tata Laku Penilai Indonesia (KEPI) mengatur agar penilai dalam menjalankan
tugasnya, wajib mematuhi Etika, Kompetensi dan Tata Laku, agar hasil pekerjaan penilaian dapat
dipertanggungjawabkan kepada pemberi tugas, masyarakat, profesi dan asosiasi penilai yang diakui.

2.2 KEPI ini tidak memiliki kewenangan formal dalam hukum, dan tidak lain dimaksudkan sebagai
pelengkap aturan-aturan dari asosiasi atau organisasi yang mengawasi kegiatan-kegiatan para
Penilai.

2.3 Penilaian yang dilakukan berdasarkan SPI hanya akan dapat dilaksanakan oleh penilai yang
secara professional terlatih yang menjadi anggota suatu organisasi profesi yang diakui, yang
menerapkan standar-standar kualifikasi, kompetensi, pengalaman, etika dan pengungkapan dalam
penilaian. Adalah menjadi tanggung jawab pengguna jasa untuk menentukan penilai yang tepat guna
melakukan tugasnya.

3.0 Definisi

3.1 Kode Etik

Kode Etik adalah aturan tingkah laku yang baik dan bermoral yang dibuat dan dilaksanakan oleh
sekelompok orang yang berkeahlian tertentu untuk menjunjung profesi demi tanggung jawab
terhadap profesi, masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa.

3.2 KEPI adalah dasar moral yang melandasi pengoperasian dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari SPI, agar seluruh hasil pekerjaan penilaian dapat memenuhi persyaratan yang
ditetapkan melalui cara yang jujur, obyektif dan kompeten secara professional, sehingga
menghasilkan laporan penilaian yang jelas, tidak menyesatkan, dan mengungkapkan semua hal
yang penting. Anggota asosiasi wajib mentaati KEPI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari SPI.

3.3 Profesi adalah keahlian yang memerlukan pelatihan yang mendalam dalam suatu bidang ilmu,
seni ataupun pekerjaan.

3.4 SPI adalah Standar Penilaian Indonesia yang merupakan Standar Profesi Penilai untuk

Kode Etik Dan Tata Laku Penilai Indonesia (KEPI) -1-


Exposure Draft

melakukan kegiatan penilaian di Indonesia. Anggota asosiasi wajib mematuhi SPI yang merupakan
acuan praktek penilaian di Indonesia.

3.5 Dalam KEPI ini kata “Penilai” dapat berarti “Penilai sebagai perorangan (individu)” dan dapat
pula berarti “Usaha Jasa Penilai” tergantung pada konteks kalimatnya.

3.4.1. Penilai adalah seorang yang memiliki kualifikasi, kemampuan dan pengalaman yang
sehari-hari melakukan kegiatan praktek penilaian dan konsultansi yang terkait dengan penilaian
sesuai dengan keahlian dan profesionalisme yang dimiliki, serta mengacu kepada SPI, KEPI
dan Standar Keahlian lain yang terkait dengan kegiatan penilaian dan menjadi anggota asosiasi
penilai yang diakui Pemerintah.

3.4.1.1 Penilai Internal adalah penilai yang bekerja di salah satu perusahaan yang
memiliki asset. Hasil laporan penilaian internal hanya terbatas pada kepentingan
perusahaan atau manajemen.

3.4.1.2 Penilai Eksternal adalah penilai yang tidak mempunyai hubungan secara material
dengan perusahaan pemberi tugas atau obyek yang dinilai.

3.4.2 Usaha Jasa Penilai (UJP) adalah usaha dibidang penilaian dan jasa-jasa lainnya yang
terkait dengan penilaian sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

3.4.2.1 Usaha dibidang penilaian meliputi penilaian harta berwujud ataupun tidak
berwujud, penilaian usaha, penilaian proyek dan atau monitoring pembiayaan proyek

3.4.2.2 Jasa-jasa lainnya yang terkait dengan penilaian antara lain; konsultansi
Investasi, konsultansi pengembangan property, desain system informasi asset,
pengelolaan property dan atau studi kelayakan usaha.

Pengaturan dan pelaksanaannya melibatkan asosiasi penilai yang diakui oleh Pemerintah.

4.0 Etika

Penilai wajib menjunjung tinggi integritas serta perilaku dalam menjalankan tugasnya yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada pemberi tugas, masyarakat, profesi dan assosiasi penilai yang
diakui Pemerintah.

4.1 Integritas

4.1.1 Penilai tidak boleh bertindak dengan cara yang menyesatkan atau bertindak curang.

4.1.2 Penilai tidak boleh dengan sengaja menetapkan dan menyampaikan suatu laporan
penilaian yang isinya palsu, tidak tepat, atau berdasarkan pendapat dan analisis yang memihak.

4.1.3 Penilai tidak boleh berpartisipasi atau berperan serta dalam suatu jasa penilaian yang
tidak dibenarkan berdasarkan pertimbangan rasional penilai umumnya.

4.1.4 Penilai wajib bertindak menurut hukum dan sesuai dengan hukum dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia atau di negara dimana Penilai mendapat
penugasan.

4.1.5 Penilai tidak boleh dengan sengaja salah menafsirkan kualifikasi professional yang
tidak dimilikinya

Kode Etik Dan Tata Laku Penilai Indonesia (KEPI) -2-


Exposure Draft

4.1.6 Penilai tidak dibenarkan mengiklankan usahanya secara berlebihan dan menyesatkan.

4.1.7 Penilai harus memastikan bahwa para staf pendukungnya menangani penugasan
dengan mematuhi KEPI.

4.2 Benturan Kepentingan (Conflict of Interests)

4.2.1 Penilai tidak akan bertindak untuk dua atau lebih para pihak pada penugasan dan
tujuan yang sama, kecuali dengan persetujuan tertulis dari pihak-pihak yang berkepentingan.

4.2.2 Penilai harus mengambil upaya yang rasional untuk mencegah dalam rangka
meyakinkan bahwa tidak ada konflik dalam menjalankan tugasnya antara kepentingan–
kepentingan Pemberi Tugas yang bersangkutan dan kepentingan-kepentingan Pemberi Tugas
lainnya, maupun Penilai, perusahaannya, keluarga, rekan bisnis, atau mitranya. Apabila terjadi
konflik yang potensial harus dijelaskan secara tertulis sebelum menerima penugasan. Setiap
konflik yang demikian dimana Penilai baru kemudian menyadarinya, harus segera menjelaskan
secara tertulis kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Apabila konflik yang demikian baru
diketahui setelah Penilai menyelesaikan tugas penilaiannya, penjelasannya harus segera dibuat
dalam waktu sesingkat-singkatnya.

4.3 Kerahasiaan

4.3.1 Penilai setiap waktu harus menjaga kerahasiaan data dan informasi yang terkait dengan
penugasan yang berasal dari Pemberi Tugas berdasarkan pertimbangan yang tepat dan wajar.

4.3.2 Penilai tidak boleh mengungkapkan data yang memuat fakta yang sensitif, yang
diperoleh dari Pemberi Tugas atau sebagai hasil dari suatu penugasan yang dipersiapkan kepada
Pemberi Tugas kepada siapa saja di luar daripada pihak-pihak yang secara khusus diberi
wewenang oleh Pemberi Tugas, kecuali apabila dipersyaratkan oleh hukum yang berlaku untuk
berbuat demikian seperti dalam situasi dimana Penilai harus mengikuti tata cara kuasi yudisial
tertentu dalam asosiasi profesi Penilai yang diakui secara nasional dimana Penilai yang
bersangkutan adalah menjadi salah satu anggotanya.

4.4 Ketidakberpihakan (Impartiality)

4.4.1 Penilai yang melaksanakan tugas penilaian harus dengan ketat menjaga kemandirian,
obyektifitas, dan ketidakberpihakan serta tanpa mengakomodasi kepentingan pribadi Penilai
yang bersangkutan.

4.4.2 Penilai tidak boleh menerima suatu penugasan yang laporan penilaiannya mencakup
pendapat dan kesimpulan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

4.4.3 Imbalan jasa yang berkaitan dengan suatu penugasan tidak boleh tergantung pada hasil
yang telah ditetapkan terlebih dahulu dari suatu penilaian atau berdasarkan laporan penilaian
yang isinya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang tidak mandiri dan tidak obyektif.

4.4.4 Apabila imbalan jasa tidak mencakup beberapa aspek dari ruang lingkup laporan
penilaian, harus diungkapkan dalam laporan.

4.4.5 Penilai tidak boleh mendasarkan pekerjaannya pada informasi yang kritis yang
disediakan oleh Pemberi Tugas, atau setiap pihak lainnya, tanpa kualifikasi atau konfirmasi
yang tepat dari suatu sumber yang mandiri dan kompeten, kecuali sifat hakekatnya dan

Kode Etik Dan Tata Laku Penilai Indonesia (KEPI) -3-


Exposure Draft

berlakunya secara khusus dapat dipercaya sebagai syarat pembatas.

4.4.6 Penilai tidak boleh menerima suatu penugasan untuk membuat laporan penilaian
berdasarkan asumsi pada prasyarat hipotesa yang tidak mungkin dilaksanakan dalam kurun
waktu yang wajar.

4.4.7 Prasyarat hipotesa yang wajar terjadi dapat dilaporkan dengan disertai oleh beberapa
pembahasan, baik mengenai prospek realisasi hipotesa tersebut maupun pertimbangan nilai
yang mencerminkan keadaan yang berlaku, misalnya suatu situasi dimana Pemberi Tugas ingin
mengetahui berapa nilai dari tanah sebelum dilakukan proses pembebasan dari unsur– unsur
yang mengandung racun.

4.4.8 Penilai tidak boleh menggunakan atau bergantung kepada kesimpulan yang tidak
didukung oleh alasan yang memadai, semata-mata hanya berdasarkan praduga, atau kesimpulan
laporan yang mencerminkan suatu opini bahwa praduga tersebut dapat menjaga atau
memaksimalisasi nilai.

4.4.9 Dalam melakukan kaji ulang Laporan Penilaian dari Penilai lainnya, Penilai harus
menjelaskan ketidakberpihakan dan mempertimbangkan alasan-alasannya untuk setuju atau
tidak setuju terhadap kesimpulan laporan tersebut.

5.0 Kompetensi (Competence)

Penilai harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam rangka menyelesaikan
penugasannya secara efisien dalam hubungannya dengan Standar Penilaian Indonesia.

5.1 Menerima Penugasan (Acceptance of Instructions)

Sebelum menerima suatu pekerjaan atau sebelum menandatangani perjanjian kerja untuk
melaksanakan pekerjaan, Penilai harus secara cermat mengidentifikasi permasalahan yang akan
disampaikan dan memastikan dirinya memiliki pengalaman dan pengetahuan. Apabila penugasan itu
diluar negeri, dapat bekerja sama dengan tenaga professional yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan mengenai kondisi pasar, bahasa, dan hukum yang berlaku, dalam rangka
menyelesaikan penugasannya secara kompeten.

5.2 Bantuan dari Luar (Outside Assistance)

5.2.1 Apabila memerlukan jasa-jasa bantuan dari luar untuk melengkapi ketrampilan yang
dimiliki Penilai, maka Penilai harus mempertimbangkan bahwa bantuan tersebut memenuhi
persyaratan ketrampilan dan dasar-dasar etika.

5.2.2 Penilai harus memberi informasi dan seharusnya mendapatkan persetujuan Pemberi
Tugas jika dipersyaratkan menggunakan tenaga ahli dari luar.

Identitas dari para tenaga ahli dari luar serta seberapa jauh peranannya dalam pekerjaan
tersebut, seharusnya dijelaskan dalam laporan yang dibuat oleh Penilai yang bersangkutan.

5.3 Efisiensi dan Ketelitian (Efficiency and Diligence)

5.3.1 Penilai akan bertindak tepat waktu dan efisien dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan syarat penugasan.

5.3.2 Penugasan seharusnya ditolak apabila keadaan tidak memungkinkan untuk diadakan

Kode Etik Dan Tata Laku Penilai Indonesia (KEPI) -4-


Exposure Draft

pemeriksaan secara memadai sehingga mempengaruhi kualitas dari pekerjaan, dan


penyelesaian dalam jangka waktu yang wajar.

5.3.3 Sebelum penilaian dilaporkan, syarat penugasan tertulis yang cukup rinci harus
dipahami dan disetujui antara Pemberi Tugas dan Penilai untuk mencegah setiap interpretasi
yang keliru.

5.3.4 Penilai akan melakukan pemeriksaan dan penelitian untuk memperoleh keyakinan
bahwa data yang digunakan untuk analisis dalam penilaian adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan.

5.3.5 Penilai wajib membuat arsip data pekerjaan untuk setiap penugasan yang telah
diselesaikan dalam suatu copy yang benar pada kertas atau dalam bentuk elektronik (disket dan
lain-lainnya).

5.3.6 Penilai wajib memelihara arsip data pekerjaan selama jangka waktu 5 (lima) tahun
setelah laporan penilaian diserahkan dan diterima oleh Pemberi Tugas. Apabila terjadi
sengketa yang diselesaikan melalui Pengadilan, sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun setelah
putusan pengadilan yang bersangkutan mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dimana
kesaksian dimaksud diberikan, perlu dicatat hari, tanggal dan tahunnya. Penilai wajib
menyimpan data kerjanya sendiri atau membuat aturan yang sesuai dengan keperluannya
apabila kerjasama dengan Penilai lainnya, agar Penilaian tersebut memiliki akses ke data
kerja dimaksud. Jangka waktu tersebut harus disesuaikan dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan kewajiban menyimpan dokumen -dokumen.

6.0 Syarat Pengungkapan (Disclosure)

Hal ini adalah sangat penting bagi Penilai membuat dan mengkomunikasikan analisisnya, pendapat-
pendapatnya, dan kesimpulan kepada pengguna jasa penilaian melalui laporan-laporan yang sangat
bermanfaat, tidak menyesatkan dan menjelaskan segala sesuatunya yang akan memperkuat
obyektifitasnya.

7.0 Tata Laku

7.1 Tanggung Jawab terhadap Integritas Pribadi Penilai

7.1.1 Dalam menjalankan tugas, Penilai mempunyai kewajiban untuk memberikan jasa yang
sebaik-baiknya, sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang disyaratkan dalam SPI, dengan
menjunjung tinggi integritas, kejujuran dan tidak memihak.

7.1.2 Setiap Penilai bertanggungjawab sepenuhnya atas kebenaran hasil Penilaian dalam
batas-batas yang ditetapkan berdasarkan SPI.

7.1.3 Setiap Penilai tidak boleh mempunyai kepentingan atas hasil penilaiannya, baik bagi
dirinya sendiri maupun pihak lain yang terkait sekarang maupun dimasa mendatang.

7.1.4 Setiap Penilai sebagai karyawan atau tenaga ahli yang bekerja pada suatu Usaha Jasa
Penilai tidak dibenarkan untuk melaksanakan pekerjaan Penilaian atas namanya sendiri tanpa
ijin tertulis dari Usaha Jasa Penilai dimana ia bekerja.

7.1.5 Setiap Penilai sebagai karyawan atau tenaga ahli yang bekerja pada suatu Usaha Jasa
Penilai tidak dibenarkan untuk melaksanakan pekerjaan Penilaian pada Usaha jasa Penilai yang
lain tanpa izin tertulis dari Usaha Jasa Penilai tempat ia bekerja.

Kode Etik Dan Tata Laku Penilai Indonesia (KEPI) -5-


Exposure Draft

7.1.6 Setiap Penilai harus menjaga integritas pribadinya dan tidak akan bertindak atau
bertingkah laku dengan cara-cara yang dapat merendahkan derajat Profesi Penilai, dan tidak
melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat merusak nama baik Penilai lain dan citra asosiasi dan
profesi Penilai.

7.1.7 Setiap Penilai wajib menandatangani Pernyataan Penilai didalam Laporan Penilaian
yang disusunnya dengan mencantumkan nama dan Nomor Anggota Assosiasi sesuai dengan
yang diatur dalam Standar Penilaian Indonesia.

7.1.8 Setiap Penilai wajib meningkatkan pengetahuannya dalam bidang penilaian, dengan
mengikuti program peningkatan kemampuan atau keahlian berkelanjutan (continuing
professional development/CPD) yang diselenggarakan oleh asosiasi penilai atau pihak lain yang
diakui oleh asosiasi.

7.1.9 Penilai harus taat dan tunduk kepada norma moral, norma etika serta etika bisnis dan
wajib menghindarkan diri dari setiap tindakan yang cenderung mengakibatkan profesi penilai
asosiasi atau anggota-anggotanya tercemar nama baiknya.

7.2 Tanggung Jawab terhadap Pemberi Tugas

7.2.1 Tanggung jawab utama Penilai terhadap pemberi tugas adalah memberikan Penilaian
yang lengkap dan teliti tanpa menghiraukan atau memperhatikan keinginan dan instruksi-
instruksi atau permintaan pihak pemberi tugas yang sifatnya dapat mempengaruhi kemandirian
atau untuk mengubah hasil Penilaian yang obyektif dan tidak memihak sebagaimana ditetapkan
dalam SPI.

7.2.2 Hubungan kerja antara Penilai dengan pemberi tugas wajib dituangkan dalam
perjanjian tertulis yang akan menjadi dasar hukum pemberian tugas dan hubungan kerja kedua
belah pihak yang isinya antara lain menyebutkan jenis kegiatan atau penugasan, jangka waktu
penugasan dan imbalan jasa yang telah disepakati kedua belah pihak sesuai dengan standard
yang berlaku.

7.2.3 Setiap Penilai Wajib menolak pekerjaan yang ditawarkan kepadanya atau diminta oleh
pemberi tugas, apabila ia tidak memiliki kompetensi, kualifikasi dan pengetahuan yang cukup
memadai untuk melaksanakan Ketentuan dalam Pedoman kerja Profesi Penilai, KEPI dan SPI.

7.2.4 Setiap Penilai Wajib bertindak dengan cara yang professional dalam hubungan kerja
dengan pemberi tugas dan wajib merahasiakan sebagian atau seluruh data dan hasil perhitungan
serta laporan Penilaian kepada pihak yang tidak berhak, kecuali Penilai mendapat persetujuan
tertulis dari pemberi tugas.

7.2.5 Setiap Penilai wajib memberi penjelasan kepada pemberi tugas mengenai ruang
lingkup pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan pemberian tugas, termasuk jumlah
imbalan jasanya.

7.2.6 Setiap jumlah imbalan jasa yang diajukan kepada pemberi tugas harus merujuk kepada
standar imbalan jasa (fee) minimum yang ditetapkan asosiasi Penilai yang diakui oleh
Pemerintah.

7.2.7 Imbalan jasa yang akan diterima oleh Penilai hanya yang berhubungan langsung
dengan pekerjaan penilaian yang dilaksanakannya dan tidak dibenarkan mengkaitkannya
dengan besarnya nilai obyek Penilaian yang dilaporkan. Untuk pekerjaan selain penilaian diatur
berdasarkan kepakatan antara Penilai dan Pemberi Tugas.

Kode Etik Dan Tata Laku Penilai Indonesia (KEPI) -6-


Exposure Draft

7.2.8 Jumlah imbalan jasa yang diterima Penilai semata-mata harus didasarkan atas lamanya
waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan Penilaian dan tariff (rate) yang lazim
berlaku berdasarkan standard imbalan jasa (fee) minimum yang ditetapkan oleh asosiasi Penilai
yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan keahlian yang digunakan dalam Pelaksanaan tugas
tersebut berikut biaya-biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugasnya dilapangan.
Untuk pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang, imbalan jasa diatur sesuai standard fee dan
kesepakatan antara Penilai dan Pemberi Tugas.

7.2.9 Penilai tidak diperbolehkan mempunyai kepentingan lain di luar imbalan jasa yang
ditentukan bersama antara Penilai dengan pemberi tugas.

7.2.10 Setiap Penilai atas permintaan pemberi tugas wajib bersedia memberikan penjelasan
atas hasil Penilaiannya Kepada pihak pemberi tugas sebelum dibuat laporan Akhir Penilaian.

7.2.11 Apabila ada dua atau lebih pihak pemberi tugas meminta bantuan dalam jasa Penilaian
dan atau jasa-jasa lain yang berkaitan dengan pekerjaan Penilaian pada obyek yang sama dan
pada waktu yang sama, Penilai tersebut hanya boleh menerima penugasan dari salah satu pihak
saja kecuali apabila pihak-pihak pemberi tugas yang berkepentingan menyetujui secara tertulis
bahwa Penilai yang bersangkutan bekerja untuk kepentingan para pihak.

7.2.12 Apabila Penilai dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan Penilaian dan atau jasa yang
berkaitan dengan pekerjaan Penilaian memerlukan bantuan jasa professional lainnya yang tidak
dimilikinya untuk dapat melaksanakan penugasannya ia wajib mengadakan perjanjian tertulis
dengan Profesi lain yang diperlukan dan wajib menyebutkan hasil pekerjaan jasa professional
yang bersangkutan dalam laporan penilaiannya.

7.2.13 Setiap Penilai tidak diperbolehkan mengumumkan atau menggunakan laporan


penilaiannya sebagai referensi dalam melaksanakan kegiatan Penilaian untuk kepentingan
pihak lain, kecuali atas dasar persetujuan tertulis dari pemberi tugas yang bersangkutan.

7.3 Tanggung Jawab terhadap Sesama Penilai dan Usaha Jasa Penilai.

7.3.1 Setiap Penilai tidak dibenarkan melakukan persaingan curang yaitu antara lain
menggunakan imbalan jasa yang lebih rendah daripada standar imbalan jasa (fee) minimum
yang ditetapkan oleh asosiasi dan atau dengan mempromosikan dirinya sendiri kepada pemberi
tugas untuk menggantikan kedudukan atau mengambil alih penugasan Penilai lain dengan dalih
dan cara apapun.

7.3.2 Mencemarkan atau mencoba untuk mencemarkan nama baik Penilai lainnya dengan
memberikan dan atau menyampaikan ucapan atau pernyataan kepada pihak lain atau pemberi
tugas yang dapat merugikan kepentingan dan nama baik Penilai lainnya.
Drop

7.3.3 Apabila Penilai mengetahui adanya kecenderungan atau indikasi bahwa Penilai yang
bersangkutan telah melakukan perbuatan sebagaimana disebutkan pada butir 7.3.1 dan 7.3.2. di
atas adalah menjadi kewajiban setiap Penilai untuk melaporkan kepada pengurus asosiasi
Penilai dan atau Dewan Penilai Indonesia, termasuk memberikan bukti-bukti yang tersedia
yang diperlukan dalam usahanya mengupayakan pengusutan terhadap Penilai yang
bersangkutan.

Kode Etik Dan Tata Laku Penilai Indonesia (KEPI) -7-


Exposure Draft

7.4 Tanggung Jawab terhadap Masyarakat.

7.4.1 Setiap Penilai tidak diperbolehkan :


a. Melakukan kolusi dalam rangka mendapatkan penugasan atau pekerjaan Penilaian.
b. Melakukan kegiatan – kegiatan promosi terhadap dirinya sendiri yang sifatnya
menurunkan derajat Profesi Penilai.

7.4.2 Setiap Penilai harus selalu menyadari akan tanggung jawabnya terhadap Masyarakat
yang telah memberikan kepercayaan oleh karenanya wajib bertindak jujur dan obyektif serta
tidak memihak dalam melakukan profesinya.

7.4.3 Apabila pemberi tugas menggunakan laporan Penilaian untuk tujuan yang berbeda dari
yang disepakati maka penilai tidak wajib bertanggung jawab atas laporan yang digunakan untuk
tujuan berbeda tersebut.

7.4.4 Setiap Penilai Wajib mentaati hukum serta perundang-undangan yang berlaku yang
berkaitan dengan profesinya Sebagai Penilai maupun kegiatan lainnya yang terkait dengan
Penilaian dalam rangka memberikan kepastian hukum Kepada Masyarakat pengguna jasa
Penilai.

7.4.5 Penilai boleh memasang iklan, promosi dan pemasaran lainnya sepanjang hal tersebut
dilakukan secara proporsional, wajar dan pada tempatnya dengan tujuan semata-mata untuk
memberikan informasi Kepada Masyarakat pengguna jasa mengenai keberadaan profesinya dan
tidak merendahkan citra Profesi.

8.0 Kutipan dan Tanggal Berlaku

8.1 Kode etik ini dapat dikutip Sebagai Kode Etik dan Tata Laku Penilai Indonesia (KEPI) 2005
yang terdiri atas :
• KEPI 1 PENDAHULUAN
• KEPI 2 RUANG LINGKUP
• KEPI 3 DEFINISI
• KEPI 4 ETIKA
• KEPI 5 KOMPETENSI (COMPETENCE)
• KEPI 6 SYARAT PENGUNGKAPAN (DISCLOSURE)
• KEPI 7 TATA LAKU
• KEPI 8 KUTIPAN DAN TANGGAL BERLAKU.

8.2 KEPI 2005 ini mulai berlaku sejak tanggal ……….. 2005.

Kode Etik Dan Tata Laku Penilai Indonesia (KEPI) -8-

Anda mungkin juga menyukai