Anda di halaman 1dari 12

PERANAN TENTARA PELAJAR DETASEMEN IV DALAM MENGHADAPI

PENGHADANGAN GEROMBOLAN DI/TII DI KAMPUNG BONGAS SINGAPARNA


TAHUN 1949
Atep Nurjaman 122171092
Program Studi Pendidikan Sejarah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Siliwangi 2018
e-mail: atepnurjaman534@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan,. 1.Untuk mengetahui yang mendorong gerombolan DI/TII melakukan
Penghadangan. 2.Untuk mengetahui peran tentara pelajar detasemen 4 menghadapi penghadangan
gerombolan DI/TII.Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah yaitu dengan
melalui langkah-langkah heuristik, kritik sumber, interpretasi dan penulisan sejarah atau historiografi.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber primer dan sumber sekunder.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis historis, dengan melakukan kritik ekstern dan intern.
Hasil penelitian menunjukkan sikap pemusuhan Gerombolan DI/TII terhadap Tentara Pelajar Siliwangi
sudah diperlihatkan sejak Divisi Siliwangi kembali ke Jawa Barat. Mereka menuduh bahwa pasukan
Siliwangi tiada lain adalah tentara liar yang harus di lucuti dan dimusnahkan. Lebih-lebih setelah pihak
tentara melakukan operasional di daerah Bongas-Sukakarsa dan berhasil menangkap 6 anggota DI/TII, pihak
Gerombolan DI/TII langsung mengerahkan pasukan ang begitu besar untuk melaksanakan penyerangan,
pengepungan, dan penghadangan terhadap Tentara Pelajar Siliwangi di Daerah tersebut. Sengitnya
pertempuran yang terjadi dan memakan waktu yang begitu lama walaupun pihak tentara Pelajar Siliwangi
berhasil melumpuhkan sebagian musuh-musuhnya, namun karena pihak Gerombolan memiliki kekuatan
yang jauh lebih banyak akhirnya pihak Tentara Pelajar Siliwangi merasa kewalahan dan kehabisan peluru
sebagai salah satu kekuatannya.Aksi Penghadangan yang dilakukan Gerombolan DI/TII terhadapTentara
Pelajar Siliwangi di Bongas-Sukakarsa terjadi pada tanggal 19 Februari 1949. Akibatnya dari peristiwa itu,
telah gugur 15 anggota Tentara Pelajar Siliwangi Bridge XVII Detesemen IV yang di bunuh satu persatu
oleh pihak gerombolan. Setelah melakukan pembunuhan tersebut Gerombolan DI/TII pun menghilang
ditelan gelapnya malam dengan meninggalkan Jenazah para tentara yang bergelimpangan dan bersimbah
darah.

Kata Kunci : 19 Februari 1949, DI/TII, Tentara Pelajar Siliwangi.

Abstract
The result of the research shows that the attitude of the DI / TII Gangs against the Siliwangi Student Army
has been shown since the Siliwangi Division returned to West Java. They allege that Siliwangi troops are
nothing but wild soldiers to be stripped and destroyed. Moreover, after the army operated in the Bongas-
Sukakarsa area and managed to capture 6 DI / TII members, the DI / TII Gangs immediately mobilized a
large army to carry out the siege, siege and suspension of the Siliwangi Student Army in the area. The fierce
fighting that took place and took so long even though the Siliwangi Student soldiers managed to paralyze
some of its enemies, but because the Gang has a far more force finally the Siliwangi Student Army feels
overwhelmed and run out of bullets as one of its forces. the DI / TII Gang conducted against the Siliwangi
Student Army in Bongas-Sukakarsa occurred on 19 February 1949. As a result of that event, 15 members of
the Student Siliwangi Bridge XVII of the IV Detachment were killed one by one by the gang. After the killings
the DI / TII Gang disappeared in the darkness of the night by leaving the bodies of soldiers lying face down
and covered in blood.

Keywords:19February1949,DI/TII,Siliwangi Student Army.


menganalisis secara kritis dari rekaman dan
I. PENDAHULUAN peninggalan masa lalu”.
Penting tidaknya suatu peristiwa sejarah tidak Metode sejarah yang penulis gunakan dalam
dipandang dari betapa luasnya suatu peristiwa itu. penelitian ini diaplikasikan melalui empat tahapan
Tapi suatu peristiwa yang terbatas luasnya (lokal) yang harus ditempuh, yaitu:
dapat menjadi peristiwa yang penting apabila 1. Heuristik atau mengumpulkan sumber yang
memiliki kontribusi dalam khasanah pengetahuan berhubungan dengan tema pokok kajian
ilmu sejarah. Oleh karna perlu dan terus kita harus penelitian skripsi. Sumber data berasal dari
berusaha menemukan jejak-jejak sejarah baik lokal sumber primer maupun dari sumber
maupun non lokal demi untuk menambah khasanah sekunder. Sumber primer yaitu cerita atau
pengetahuan sejarah. penuturan atau catatan para saksi mata. Data
Di Jawa Barat pada masa pasca kemerdekaan tersebut dilaporkan oleh pengamat atau
banyak terjadi peristiwa bersejarah, peristiwa terjadi partisipan yang benar-benar menyaksikan
dalam rangka mempertahankan kemerdekaan, suatu peristiwa. Sedangkan sumber sekunder
diantaranya yaitu melawan Kolonial Belanda, yaitu cerita atau penuturan atau catatan
maupun mengatasi aksi-aksi sepihak yang ingin mengenai suatu peristiwa yang tidak
mengambil alih pemerintahan yang sah. Dari sekian disaksikan sendiri oleh pelapor. Sumber
banyak peristiwa itu dalam dalam mengatasi aksi- sekunder seringkali dapat dipergunakan,
aksi sepihak yaitu aksi yang diluncurkan tetapi karena ada distorsi dalam
gerombolan DI/TII di bawah pimpinan S. M penyampaian informasi dari tangan ke
Kartosuwiryo. Gerombolan DI/TII di bawah tangan, maka sejarawan boleh menggunakan
pimpinan S. M Kartosuwiryo yang memerdekakan sumber sekunder hanya kalau data primer
diri dengan Negara Islam Indonesia (NII), tentu tidak berhasil diperoleh. Sumber sekunder
sangat mengganggu stabilitas NKRI (Negara yang digunakan dalam penelitian ini
Kesatuan republik Indonesia ) yang dengan sah lebih meliputi antara lain : buku-buku sejarah,
berdiri sebelumnya. diktat sejarah, internet dan sumber-sumber
Salah satu peristiwa yang diluncurkan gerombolan lain yang relevan dengan penelitian.
DI/TII S. M Kartosuwiryo adalah berupa 2. Kritik merupakan kegiatan menganalisa dan
penghadangan terhadap Tentara Pelajar dari menilai sumber yang telah dikumpulkan
Detasemen IV di Kampung Bongas Kecamatan untuk menentukan diperlukan tidaknya
Singaparna Pada peristiwa itu, suatu sumber dalam kegiatan metode
karena memang taktik dari gerombolan DI/TII sudah selanjutnya. Kritik sejarah merupakan
menggunakan taktik perang gerilya, pada awalnya proses menarik bukti sejarah dari data
sulit diatasi sehingga tidak sedikit memakan korban sejarah. Ada dua bentuk kritik sejarah yaitu
dari pihak Republik Indonesia. kritik eksternal yaitu proses penetapan
Berkenan dengan peristiwa dikampung tersebut di keaslian atau otensitas suatu dokumen atau
atas, penulis tertarik untuk mengungkapkanya dalam peninggalan sejarah, dan kritik internal yaitu
sebuah tulisan, sekaligus tulisan bagi penulis proses pengungkapan akurasi atau nilai
dijadikan tulisan tugas akhir studi di Program Studi dokumen/ peninggalan itu.
Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu 3. Interpretasi merupakan kegiatan menafsirkan
Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya. sumber yang diperlukan untuk menerangkan
Setelah penulis secara langsung menelusuri terhadap tema pokok penelitian. Proses
ketempat kejadian, penulis mendapat beberapa Penafsiran dilaksanakan dengan
informasi pendahuluan. Dari informasi tersebut, mengelompokkan sumber-sumber sejarah
penulis akhirnya dapat merumuskan topik masalah yang didapatkan berdasarkan sub tema
sebagai berikut : subtema penelitian.
“Peranan Tentara Pelajar Detasemen IV Dalam 4. Historiografi merupakan kegiatan penulisan
Menghadapi Penghadangan Gerombolan sejarah sebagai laporan akhir dari seluruh
DI/TII di Kampung Bongas Singaparna Tahun rangkaian hasil penelitian dalam bentuk
1949” penyajian deskriptif analisis kritis. Penulisan
penelitian sejarah ini hendaknya ditulis
II. BAHAN DAN METODE/METODOLOGI secara jujur dan objektif.
Metode yang lazim dipergunakan dalam upaya
merekonstruksi peristiwa masa silam adalah metode III. HASIL DAN PEMBAHASAN
historis. Menurut winarno surakhmadi ( 1978: 123) ,
A. Pertumbuhan dan Perkembangan DI/TII
yang dimaksud dengan “ metode historis atau
metode sejarah adalah proses pengujian dan Munculnya aktivitas DI/TII di Bongas Desa
Sukakarsa merupakan bagian dari pertumbuhan dan kesadaran sebagai penghasil pendidikan
perkembangan DI/TII di Jawa Barat. Oleh karena itu pembinaan tersebut.
pada bagian ini akan diuraikan terlebih dahulu Selain daripada hal tersebut diatas masyarakat
mengenai pertumbuhan dan perkembangan DI/TII di Jawa Barat sebagian besar percaya terhadap
Jawa Barat. Pertumbuhan dan perkembangan “Uga-Uga” atau Ramalan. Salah satu
DI/TII/SMK di Jawa Barat tidak bisa dipisahkan diantaranya Uga-Uga tersebut ialah Uga “Ratu
dengan tokoh pemberontak Sekarmaji Marijan Adil”. Mereka mempercayai bahwa suatu
Kartosuwiryo. Selain itu ada faktor-faktor dominan ketika akan datang ratu adil di Jawa Barat, yaitu
yang sangat berpengaruh diantaranya ialah situasi seorang kepala negara yang melaksanakan
politik dan militer yang mempercepat proses hukum islam. Paham semacam itu tumbuh dan
realisasi gagasan S. M Kartosuwiryo mendirikan berkembang ditengah-tengah masyarakat secara
“Negara Islam Indonesia”. (DISJARAH TNI-AD, turun temurun. Oleh karna itu rakyat selalu
1985 : 93). menanti dan menanyakan, kapan datangnya
1. Faktor Sosial Ratu Adil itu dan siapa sebenarnya Ratu Adil
Masyarakat Jawa Barat hampir seluruh itu belum dapat diketahui dengan pasti.
penduduknya menganut ajaran Agama Islam. Kebanyakan masyarakat periangan timur
Hal ini terbukti dengan banyaknya bangunan menganggap bahwa Ratu Adil yang pertama di
Mesjid dan Surau di kota-kota besar, kota-kota Indonesia S. M. Kartosuwiryo. Sebagian lagi
kecil maupun di desa-desa. Penduduk Jawa ada yang menganggap bahwa Ratu Adil itu
Barat merupakan penganut ajaran Agama Islam identik dengan Imam Mahdi, yaitu suatu gelar
yang teguh, oleh karna itu tidak mengherankan yang diberikan kepada seorang Imam yang
apabila sementara tokoh-tokoh islam di Jawa mendapat petunjuk Tuhan. Oleh karna itu tidak
Barat mengharapkan Negara Indonesia sebagai mengherankan bahwa gagasan S. M.
Negara Islam. Dikalangan mereka tumbuh Kartosuwiryo untuk mendirikan “Negara Islam
dengan kuat cita-cita yang menghendaki Indonesia”; mendapat dukungan dari
Indonesia berdiri sebagai Negara Islam. masyarakat, terutama dari daerah Periangan
Daerah Priangan Timur yang merupakan Timur. (DISJARAH TNI-AD, 1972 : 53).
sebagian dari wilayah Jawa Barat, tidak jauh 2. Faktor Politik
berbeda dengan daerah-daerah lainya. Di daerah Politik Pemerintah Republik Indonesia yang
Tasikmalaya dan Ciamis serta daerah Garut berdasarkan dari kepada diplomasi sering
banyak didirikan pesantren-pesantren yang menimbulkan akibat yang negatif, karena
merupakan pusat-pusat pendidikan Agama politik tersebutsering menimbulkan berbagai
Islam. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam persoalan padahal dengan diplomasi itu
Hisbullah dan sabillilah yang pada waktu itu Belanda mendapat kesempatan untuk
merupakan kekuatan untuk menanggulangi membangun kekuatanya, kemudian
kemungkinan bila terdapat golongan tau orang- dipergunakan untuk menghantam Republik
orang yang mau merusak agama mereka. Indonesia. Politik diplomasi Pemerintah
Pandangan masyarakat yang demikian itu telah Republik Indonesia mendapat tantangan dari
di tanamkan kepada rakyat semenjak kecilnya, berbagai golongan politik termasuk S. M
dimana mereka mendapatkan pendidikan itu Kartosuwiryo dan golongannya, terbukti
dipesantren yang merupakan wahana dengan timbulnya reaksi sesudah perjanjian
pendidikan masyarakat setempat. Dewasa itu Renville ditandatangani. (Holk, 1995 : 103).
banyak kiai-kiai dan guru-guru agama atau Keputusan Renville mengharuskan kepada TNI
ajengan di Periangan Timur melahirkan ide dan pejuang-pejuang lainya di Jawa Barat
untuk mendirikan Negara Islam. (Van Dijk, hijrah ke Jawa Tengah, hal tersebut
1987 : 113). menimbulkan rasa tidak puas bagi S. M.
Pesantren-pesantren di Periangan Timur pada Kartosuwiryo dan kawan-kawanya. Mereka
umumnya memberikan pendidikan yang menolak untuk hijrah ke Jawa Tengah bahkan
intensip. Menurut ajaran mereka bilamana menuduh Pemerintah Pusat telah menjual
imam mahdi sudah datang dan terjadi perang Negara kepada Belanda. Oleh karna itu S. M.
sabil, maka setiap orang diwajibkan mengambil Kartosuwiryo bertahan untuk tidak
bagian didalamnya. Mengingat kehidupan melaksanakan hijrah dengan cara bergerilya.
sosial masyarakat yang demikian itu, maka Bagaimana juga, persetujuan Renville telah
lahirnya DI/TII/SMK bukanlah suatu hal yang menjadi keputusan Pemerintah yang harus
asing dan aneh. Bantuan rakyat kepada ditaati oleh seluruh wrganya.
DI/TII/SMK sebenarnya adalah merupakan Kesempatan bagi S. M. Kartosuwiryo untuk
merealisasikan cita-citanya mendirikan Negara
Islam Indonesia tiba, ketika Jawa Barat telah “Negara Islam Indonesia”, beserta
ditinggalkan oleh Siliwangi hijrah ke Jawa perlengkapanya. (Surya Endra, 1979 : 820.
Tengah. Ia lebih leluasa untuk bergerak dan 3. Faktor Militer
bertindak apalagi pasukan-pasukan Hisbullah Sejak ditandatanganinya perjanjian Renville,
dan Sabilillah tidak ikut serta hijrah. Pembinaan sebenarnya pihak militer kurang
terhadap kedua pasukan itu dilakukan secara menyetujuinya, Namun demikian, sebagai alat
intensif. Demikian pula usaha untuk Negara tetap patuh dan loyal terhadap
mempengaruhi kesatuan-kesatuan yang tinggal keputusan yang telah diambil oleh
di Jawa Barat agar memihak kepadanya terus Pemerintahanya. TNI tetap patuh dan setia
ditingkatkan. terhadap keputusan pemerintah, meskipun
Situasi semakin bertambah buruk, ketika di dengan perasaan berat. Betapa tidak, suatu
madiun timbul pemberontakan PKI. Pemerintah daerah di kantong-kantong perjuangan yang
Republik Indonesia harus menghadapi musuh telah mereka rintis dan bina, terpaksa harus
dari dua jurusan yang harus diselesaikan diserahkan kepada musuh. Suatu daerah yang
sekaligus, ke dalam menghadapi secara taktis untuk meneruskan perjuangan
pemberontakan PKI, sedangkan keluar sangat menguntungkan.
menghadapi Belanda. Daerah Republik Dengan hijrahnya divisi Siliwangi ini maka
Indonesia semakin ciut sebagai akibat Renville, Jawa Barat terjadi kekosongan unsur-unsur
ditambah dengan bertambahnya penduduk di Militer Republik Indonesia. Keadaan ini dengan
Yogyakarta sebagai akibat hijrahnya TNI dari cekatan dimanfaatkan oleh S.M.Kartosuwiryo
daerah kantong-kantong perjuangan. Sedangkan untuk menyusun kekuatan dalam rangka
Belanda yang merasa dirinya semakin kuat, usahanya mewujudkan cita-citanya membentuk
berusaha untuk membuat agar perundingan di “Negara Islam Indonesia”. (Dinas Sejarah TNI-
Kaliurang yang merupakan kelanjutan dari AD, 1985 : 46-53.
Renville dapat digagalkan. Oleh karna itu Demikian gambaran singkat tentang mengenai
Belanda sudah tidak mau mentaati keputusan- pertumbuhan dan perkembangan DI/TII di Jawa
keputusan perundingan dan berusaha Barat. Kalau kita perhatikan lebih jauh tentang
menggunakan senjatauntuk memaksa inti atau focus gerakanya dapat ditarik
kehendaknya kepada Republik Indonesia. kesimpulan bahwa gerakan gerombolan DI/TII
Kenyataan itu terjadi ketika pihak Republik terfocus di daerah-daerah terutama Priangan
Indonesia masih mempunyai kepercayaan atas Timur sebelah timur, yakni : Tasikmalaya,
bentukan KTN untuk menyelesaikan Garut, dan Ciamis. Sebagai imbas dari daerah
perselisihan di meja perundingan. Belanda tersebut salah satunya adalah Bongas Desa
dengan tiba-tiba menyerang Republik Sukakars, secara geografis daerah Bongas-
Indonesia, pada tanggal 19 Desember 1948 Ibu Sukakarsa merupakan daerah yang sangat
Kota Republik Indonesia Yogyakarta diserang memungkinkan terkena dampak dengan cepat
dan didudukinya, beberapa anggota kabinet dari timbulnya gerakan gerombolan DI/TII. Hal
ditawan termasuk Presiden dan wakil Presiden ini dikarnakan daerah Bongas-Sukakarsa
Republik Indonesia. (Panitia Hari Ulang Tahun merupakan jalur lalu lintas yang
Kodam Siliwangi, 1991 : 153). menghubungkan antara daerah Cikeusal dengan
Dengan didudukinya Ibu Kota Yogyakarta dan daerah Sukaratu - Galunggung. Dimana di
ditawanya Presiden, Wakil Presiden beserta kedua tempat tersebut terdapat markas
beberapa anggota kabinet, S. M. Kartosuwiryo DI/TII/SMK yang satu sama lain saling
mendapat kesempatan yang luar biasa. Sejak berhubungan. (Wawancara dengan Ahmid , di
Jawa Barat ditinggalkan oleh TNI dimanfaatkan Sukamenak : 10 Januari 2017).
dengan sebaik mungkin oleh S. M.
B. B. Tentara Pelajar Detasemen IV Tiba di Bongas
Kartosuwiryo dengan merintis jalan melalui
beberapa komperensi baik di Cisayong, Sebelum menguraikan tentang keadaan Tentara
Cirebon, maupun Cijoho, kesemuanya untuk Pelajar Detasemen IV Siliwangi di Bongas. Terlebih
merealisasikan berdirinya “Negara Islam dahulu akan diulas secara singkat mengenai
Indonesia”. Lebih-lebih setelah Belanda terbentuknya Tentara Republik Indonesia Pelajar
berhasil menduduki ibu Kota Republik (TRIP) Jawa Barat. Salah satu sebab timbulnya ide
Indonesia Yogyakarta. S. M. Kartosuwiryo pembentukan suatu kesatuan sendiri bagi pelajar
beranggapan bahwa Pemerintah republik pejuang adalah melihat kenyataan yang dialami oleh
Indonesia telah hancur. Oleh karena itu, maka para pelajar pejuang di Tasikmalaya. Pada waktu itu
untuk meneruskan peruangan mempertahankan sering terjadi para pelajar secara berkelompok
Proklamasi 17 Agustus 1945, ia mendirikan meninggalkan bangku sekolah untuk kembali ke
satuanya atau sebaliknaya berkelompok Kapten Sitorus karena Mayor Daeng dan Letkol
meninggalkan kesatuanya karena tidak ada tugas di Daan Yahya ditawan Belanda diperjalanan (setelah
front untuk kembali bersekolah. Keadaan yang pertempuran) di Banyuasin (perbatasan Magelang-
demikian tidak membawa manfaat baik untuk Purworejo). Route Long March : Yogya-Bunaran-
pendidikan maupun untuk perjuangan. Karena itulah Banyuasin-Karangkobar-Bumiayu-Gunung Selamet-
mereka bersepakat untuk membentuk suatu kesatuan Bantarkawung-Gunung Sawal-Panjalu. (Sejarah
sendiri bila mereka tergabung dalam suatu kesatuan, Milititer Kodam VI Siliwangi, 1968 : 74).
maka mereka akan selalu bisa bergerak bersama-
Detasemen Solihin GP kemudian beroprasi di
sama, baik pergi ke garis depan maupun kembali
daerah Singaparna sedangkan Staf Siliwangi
kesekolah.
kemudian berkedudukan di Buahdua Sumedang.
Beberapa orang pelajar berunding untuk Selain dari itu pelajar-pelajar yang tergabung dalam
membicarakan gagasan pembentukan pasukan CPS (Corps Pelajar Siliwangi) di daerah Operassi
sendiri. Dalam perundingan diputuskan bahwa nama Gunung Galunggung-Singaparna. Kompi
yang dipakai adalah TRIP (Tentara Republik dipencarkan ke tiga bagian :
Indonesia pelajar).
Peleton I : Wang Suwandi di Dimanggu -
Gagasan pembentukan TRIP mendapat sambutan Cipari
yang baik dan sekaligus didukung oleh Panglima
Peleton II : Amiar Hamjah di Gunung Agra –
Divisi Siliwangi Kolonel A. H. Nasution, yang pada
Cikunir
waktu itu berada di Tasikmalaya. Untuk
merealisasikan gagasan ini maka Insan kamil Peleton III : Suparman Soeyoed di Bongas
mengadakan perundingan dengan Sutijab Sukadis Desa Sukakarsa. (Sejarah Militer Kodam VI
dan Moch . Sutari. Kebetulan pada waktu itu Siliwangi, 1968 : 76).
terdengar pula bahwa di Jawa Timur dan Jawa Kedatangan Tentara Pelajar Siliwangi Brigade
Tengah telah terbentuk kesatuan-kesatuan pelajar XVII Detasemen IV di Bongas Desa Sukakarsa
khusus. Maka, untuk menjajaki segala kemungkinan disambut dengan baik oleh masyarakat. Masyarakat
ini. Insan Kamil dan Sutijab Sukadis diutus ke Jogja pada waktu itu sangat mendambakan keamanan,
untuk menghubungi Markas Tentara Pelajar Pusat ketentraman, dan kedamaian yang hampir tidak
(MTPP) yang di pimpin oleh Iman Selamet, pernah dirasakan lagi akibat ulah gerombolan DI/TII
Soewarto dan A. Fatah. (Sejarah dan Tradisi ABRI, dengan berbagai aksinya seperti : perampokan,
1985 : 163) penggarongan dan pembakaran rumah rumah
Dalam rangka reorganisasi Tni, oleh Siliwangi penduduk, tentunya sangat menaruh harapan kepada
diadakan wadah penampungan para pelajar Jawa Siliwangi yang datang dan berada di tengah tengah
Barat, yaitu dengan membentuk Corps Pelajar masyarakat, untuk menciptakan situasi dan kondisi
Siliwangi (CPS) di Magelang, Yogyakarta, dan Solo. yang lebih baik. Untuk itu, masyarakat pada
Di kota-kota tersebut dibuka SMA peralihan bagi umumnya punya itikad untuk membantu sepenuhnya
pelajar pejuang, termasuk pula bagi CPS. Sedangkan terhadap kelancaran kegiatan operasi yang dilakukan
Tentara Pelajar Jawa Barat Kompi Solihin GP inilah Tentara Pelajar Siliwangi Brigade XVII di Bongas
yang menjadi Tentara Pelajar Detasemen IV, setelah Desa Sukakarsa. (Wawancara dengan Hodri di
Markas Tentara Pelajar Pusat dilebur menjadi Bongas : 12 Januari 2017). Pasukan Siliwangi yang
Brigade XVII dibawah Komandan Letkol Sudarto. baru tiba dari Yogyakarta setelah melaksanakan
(Pusat Sejarah dan Tradisi Abri, 1985 : 184). Long March yang begitu jauh dan melelahkan serta
keadaanya sangat memprihatinkan. Pakaian mereka
Sebagaimana halnya dengan semua pasukan yang
yang lusuh disertai kondisi fisik yang penuh
bersasal dari Jawa Barat juga anggota-anggota
kelesuan, ternyata di Jawa Barat terutama di daerah
Tentara Pelajar baik yang tergabung dengan
Priangan Timur mereka harus menghadapi dua
Detasemen Solihin GP maupun dalam staf Siliwangi
lawan sekaligus yaitu Darul Islam (DI) dan Belanda.
kembali ke Jawa Barat dengan mengadakan Long
Sikap permusuhan DI/TII terhadap Siliwangi yang
March. Kompi mundur ke perbatasan Yogya sebelah
kembali ke Jawa Barat tiada lain sebagai Tentara
barat (Pingit,Sukoharjo) untuk mengadakan Stelling
Liar yang harus di tindak. Banyak diantara anak-
bagi perlawanan selanjutnya ke Yogyakarta. Ada
anak Siliwangi yang belum menyadari adanya
perintah kemudian Siliwangi harus melakukan
perubahan-perubahan keadaan wilayah Jawa Barat,
wingate ke Jawa Barat, dimana Detasemen IV
jatuh dalam jebakan-jebakan DI/TII, diracun,
Brigade XVII asal Jawa Barat mengikuti perintah
disergap, untuk kemudian ditawan atau dibunuh
tersebut. Kemudian bergerak kearah pegunungan
setelah melalui penganiyayaan yang tidak
sebelah barat melintasi kali Progo (ke Desa
berprikemanusiaan. (Sejarah Militer Kodam VI
Bungaran) bersama-sama Batalyon Daeng kemudian
Siliwangi, 1968 : 184).
Kegiatan yang dilakukan Tentara Pelajar Siliwangi Indonesia yang syah. Suatu Negara yang
selama berada di Bongas Desa Sukakarsa antara lain tumbuh dan berkembang jauh dari kota-kota
sebagai berikut : Langkah pertama mereka besar, tumbuh dipersiapkan dan
menggabungkan diri dengan rakyat terutama dengan diproklamasikan di daerah pedalaman Jawa
badan-badan keaman rakyat, yang ada pada waktu Barat. Susunan Pemerintahanya di buat dan
itu seperti PD (Pager Desa) dan OKD (Organisasi diatur dengan suatu organisasi Negara yang
Keamanan Desa), untuk bersama-sama menyatukan dalam keadaan perang. Demikian juga
langkah dalam menjaga dan meningkatkan mengenai organisasi pertahananya disusun
keamanan lingkungan dari gangguan-gangguan yang sesuai dengan keadaan negara dalam keadaan
pada waktu itu sangat meresahkan masyarakat. perang. Oleh karena itu tidak mengherankan
Gangguan tersebut terutama yang dilakukan oleh kalau dalam pelaksanaan pertahananya telah
Gerombolan DI/TII, sebagaimana telah disinggung disusun suatu konsepsi pertahanan yang
sebelumnya, yakni : merajalelanya perampokan, mendasarkan kepada pelaksanaan taktik dan
penggarongan dan pembakaran rumah-rumah perang gerilya rakyat semesta. (Dina Sejarah
penduduk. Langkah atau kegiatan selanjutnya adalah TNI-AD, 1985 : 102).
melakukan penyisiran atau patrol ketempat Pada dasarnya konsepsi pertahanan gerilya
persembunyian Gerombolan DI yang menurut rakyat semesta itu dijelaskan bahwa siasat dan
informasi dari penduduk ( yang tidak dengan sengaja taktik yang demikian itu dimaksudkan untuk:
menemukanya), mereka (DI) bersembunyi di lereng- 1. Melemahkan idiologi musuh
lereng bukit yaitu pada lubang-lubang atau goa-goa 2. Mematahkan urat syaraf musuh
yang dibuatnya sendiri. Penyisiran itu sendiri atau 3. Mengadakan gerakan racun
“ngadamar” (menurut istilah penduduk setempat) 4. Mengadakan propaganda
dilakukan pada malam hari. Hasil dari ngadamar 5. Mengadakan gerakan air, membongkar dan
tersebut dapat menangkap sebanyak enam orang merusak pusat-pusat air, waduk.
anggota Gerombolan DI. Mereka yang tertangkap 6. Mengadakan sabotase besar-besaran
kemudian ditawan dirumah Jahudi (Polisi Desa 7. Mengadakan Kolone 5 (yang berhubungan
Sukakarsa). Setelah terjadi penawanan terhadap dengan jiwa) politik ke modern. (Dina Sejarah
enam orang anggota Gerombolan DI/TII, keesokan TNI-AD, 1985 : 103).
harinya tanpa disangka dan diduga sebelumnya D. Penghadangan Gerombolan DI/TII
datanglah secara berbondong-bondong pasukan Aksi penghadangan yang di lakukan
Gerombolan DI/TII dari berbagai arah untuk Gerombolan DI/TII terhadap Tentara Pelajar
mengepung daerah Bongas – Sukakarsa sekaligus Siliwangi Brigade XVII Detasemen IV di
menggempur kekuatan Tentara Pelajar Siliwangi Bongas Sukakarsa terjadi pada tanggal 19
yang ada di kawasan Bongas dan sekitarnya. Februari 1949. Ketika itu hari Sabtu kira-kira
(Wawancara dengan Hodri, di Bongas : 12 Januari pukul 08.00 pagi, datanglah secara warga
2017). Gununghelang (Salah satu kampungan di
C. Inti Kekuatan Gerombolan DI/TII perbatasana Desa Sukakarsa sebelah utara)
Inti kekuatan Pasukan DI/TII/SMK terdiri atas yaitu ling. Dengan tergesa-gesa ia mengabarkan
kesatuan Hisbullah dan Sabillilah yang tidak bahwa di daerahnya terdapat banyak sekali
mau masuk menjadi anggota TNI. Kekuatan Tentara Belanda yang sedang menuju daerah
lain yang memberikan bantuan kepada Bongas. Rupanya kabar dari ling itu sedikit
Gerombolan pemberontakan DI/TII/SMK meleset, karena pasukan Bongas yang datang ke
diantaranya yaitu bekas anggota-anggota KNIL, Bongas itu bukanlah Tentara Belanda
Polisi Belanda dan Polisi Perkebunan. melainkan pasukan Gerombolan DI/TII yang
Terutama mereka yang pernah ikut dalam hendak menyerang Tentara Pelajar Siliwangi
gerakan yang menamakan dirinya APRA. yang diketahuinya berada di Bongas. Kesalahan
Bentuk kearah kekuatan bersenjata Gerombolan dugaan ling semata-mata karena tidaktahuannya
DI/TII dimulai sejak 15 Februari 1948 yang dan terdorong niat baiknya untuk membantu
ditandai dengan lahirnya Resimen I/Sunan memberikan informasi kepada Tentara, kalau-
Rachmat yang terdiri dari 4 Batalyon. kalau apa yang dilihatnya itu membahayakan,
Selanjutnya terus diadakan perubahan- maka para tentara akan segera mengambil
perubahan kearah perkembangan yang tindakan untuk mengantisipasinya.
disesuaikan dengan keperluan. (Dina Sejarah Gerombolan DI/TII yang menurut ling itu
TNI-AD, 1985 : 111). tentara Belanda, merupakan salah satu pasukan
Negara Islam Indonesia (NII) ciptaan S. M. DI/TII yang mengkondisikan untuk melakukan
Katosuwiryo, merupkan suatu gerakan yang serangan dari arah utara. Pada saat yang hampir
jelas-jelas menentang Pemerintah Republik datang pula pasukan DI/TII yang lain dari arah
selatan dan barat serta dari jurusan lainnya, yang menjadi kekuasaannya antara lain ke
sehingga pasukan Gerombolan DI/TII daerah Cidahu dan Cikesal. Caranya yaitu
membentuk formasi mengepung atau dengan memasukan mayat-mayat ke dalam
meningkar musuh. Setelan posisi mereka karung-karung goni yang telah mereka siapkan,
menyerbu markas Tentara Pelajar Siliwangi lalu diikat-ikatkan ke dalam bambu-bambu
dengan beberapa tembakan sambil terus yang mereka tebang di sekitar pertempuran
merasuk maju ke garis pertahanan tentara. selanjutnya mereka pikul secara bergotong-
Melihat situasi itu dan menyadari bahwa royong. Dengan hal tersebut, maka di daerah
mereka telah di serang, para tentara pun tidak sekitar pertempuran kelihatan banyak korban
tiggal diam. Segera mereka melakukan dari pihak mereka. (Wawancara, dengan Hodri,
perlawanan dengan tembakan-tembakan di Bongas : 12 Januari 2017).
balasan. Maka dengan demikian, mulailah baku Setelah pihak tentara Pelajar Siliwangi
tembak terjadi dan pertempuran sengitpun melakukan perlawanan secara maksimal dan
berkobar diantara kedua pihak. telah menjatuhkan lawan-lawannya dengan
(Wawancara dengan S. Sadili, di Bongas : 12 berondong peluru, mengakibatkan mereka
Januari 2017). kehabisan peluru, mengakibatkan mereka
Pasukan DI/TII melakukan penyerbuan itu kehabisan peluru yang masih sangat di
dengan mengerahkan anggota pasukan yang butuhkan untuk mengantisipasi serangan-
cukup besar, karena besarnya tersebut serangan berikutnya. Mengingat daerah itu,
menimbulkan kesulitan untuk menghitung kemudian mereka memutuskan untuk
kepastian jumlahnya sebagaimana di menggabungkan diri dengan teman-teman
kemukakan beberapa orang saksi mata antara disana. Adapun jalur yang akan dilewti oleh
lain S. Sadeli, Ahmad dan Hodari, beliaulah Bongas-Langgar-Cihonje-Cihandeuleum.
mengatakan bahwa entah berapa jumlahnya, Bergeraklah mereka ke cihandeuleung
pokoknya banyak. Dengan banyaknya anggota dengan bantuan beberapa orang penduduk
pasukan itulah mereka seolah-olah tidak ada Bongas yang antara lain ahmid, Suaedin dan
kekhawatiran akan banyaknya jatuh korban. Fahrudin. Jumlah Rombongan mereka pada saat
Hal ini terlihat dari cara mereka melakukan itu adalah 18 orang karena yang lainnya sudah
penyerangan yang kurang perhitungan akan terlebih dahulu berpencar kea rah lain atau
bahaya yang akan menimpa dirinya. Dimana menyamar sebagai penduduk setempat. Ketiga
mereka terus saja maju ke garis pertahanan orang tadi merupakan petunjuk jalan dan sekali-
tentara, padahal sekuat tenaga memberikan kali membantu membawakan senjata para
perlawan yang cukup gencar dan di lakukannya tentara. Rasa Cape setelah bertempur begitu
dengan cara yang efektif dan efesien. lama tak dihiraukan, mereka terus berjalan
Tindakan gegabah Gerombolan DI/TII seperti dengan menyusuri jalan yang di perkirakan
itu dimanfaatkan oleh pihak tentara dengan bakal aman dari serangan dn gangguan
memaksimalkan penggunaan senjata yang Gerombolan DI.TII lainnya. Baru saja sampai
mereka bawa. Dimana disamping senjata- di perbatasan Cihonje ketika rombongan tentara
senjata kecil, mereka pun membawa senjata melintas lereng-lereng bukit daerah tersebut,
jenis juki. Dengan senjata juki itulah pasukan tiba-tiba dari atas bukit berloncatan
Gerombolan DI/TII yang terus menerobos Gerombolan DI/TII dengan jumlah yang sangat
pertahanan, diberondong oleh peluru-peluru banyak menghadang dan menyergaprombongan
yang di muntahkan melalui mulut senjata tentara yang akan ke Cihandeuleum. Dalam
tersebut yang akibatnya cukup banyak di keadaan terkejut dan tidak bersenjata lagi
antaranya mereka yang menjadi korban sia-sia membuat pihak tentara bersama rombongan
terkena sasaran peluru, sehingga mayat-mayat tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghindar
gerombolan bergelimpangan di sana-sini. atau melawan, kecuali pasrah dan angkat
Banyaknya korban pihak gerombol dapat di tangan.
buktikan dengan faka anatara lain: Melalui gerakan penghadangan tersebut
Pertama,peluru yang dihabiskan oleh senjata diatas, pihak Gerombolan DI/TII berhasil
juki sebanyak 9 untai. Kedua, Korban akibat mengkap seluruh rombongan tentara. Kemudian
terkena tembakan senjata-senjata kecil dan diikatnya satu persatu dan digiring ke suatu
Ketiga,pohon-pohon bamboo yang di gunakan tempat yang tempat yang tidak begitu jauh dari
untuk mengusung mayat hampir menghabiskan tempat penyerrgapan. Ternyata tempat itu
satu rumpun. Mengapa demikian? Karena berada diantara rumpun-rumpun bamboo
mayat-mayat yang bergelimpangan sebagai dimana pemimpin gerombolan telah
korbantembak tadi, mereka angkut ke daerah menunggunya disana. Sesampainya di tempat
itu, mereka di periksa satu persatu dengan kata- Seminggu sudah para tentara berada di
kata yang kasar dan penyiksaan yang sangat daerah Bongas-Sukakarsa yang sudah barang
kejam. Selesai pemeriksaan itu 15 orang tentu dengan segala aktifitas yang dilakukannya
diantara mereka di ketahui sebagai anggota telah berhasil dan menangkap 6 orang anggota
Tentara Pelajar Siliwangi dengan Siliwangi Gerombolan DI/TII dibalik Penangkapan dan
dengan penuh kebencian dan amarah tak penawaran itu ternyata membawa dampak yang
terkendali langsung saja mereka membunuhnya tidak di pehitungkan sebelumnya. Karena
dengan tembakan satu persatu. Seketika itu 15 setelah kejadian itulah pihak Gerombolan
orang Tentara Pelajar Siliwangi gugur sebagai DI/TII melakukan Penghadangan Terhadap
kesuma bangsa sebagai akibat dari aksi Tentara Pelajar Siliwangi, mereka lakukan
penghadangan yang di lakukan Gerombolan dengan mengarahkan pasukan secara besar-
DI/TII. Sedangkan 3 orang lagi, tidak terbukti besaran. Disamping jumlah anggota pasukan
sebagai anggota Tentara yang di perkuat lagi yang cukup banyak, mereka pun melakukan
oleh Keterangan yang anggota Tentara yang di penyerangan dengan mengepung pihak tentara
Perkuat lagi keterangan yang diberikan dari berbagai arah secara beringas dan membabi
masyarakat Cihonje bahwa yang bersangkutan buta. Kelihatannya mereka sudah tidak
benar-benar sebagai penduduk biasa, akhirnya mengenal kompromi lagi untuk segera
mereka dibebaskan untuk kembali ke tengah- membabat habis para tentara yang di anggapnya
tengah masyarakat. sebagai rintangan dan prnghalang perjuangan
Saat itu hari menjelang malam, setelah mereka.
melakukan penghadangan dan pembunuhan Dalam menyikapi aksi yang dilakukan
terhadap anggota Tentara Pelajar Siliwangi Gerombolan DI/TII tersebut diatas pihak
Bridge XVII Detesemen IV, seluruh pasukan Tentara Pelajar Siliwangi sebagai Prajurit sejati
Gerombalan DI/TII pergi meninggalkan tempat yang memiliki jiwa patriotism yang tinggi,
yang akhirnya sirna ditelan gelapnya malam. pantang mundur dan pantang menyerah begitu
(Wawancara dengan Ahmid, di Sukamenak : 10 saja dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Januari 2017). Mereka pun langsung bereaksi untuk
E. Peranan Tentara Pelajar Menghadapi menghadapinya. Sebagai masing-masing untuk
Penghadangan DI/TII kemudian melakukan perlawanan dengan
Timbulnya aksi penghadangan yang membalas tembakan-tembakan dari pihak
dilakukan Gerombolan DI/TII membuat para lawan. Sementara itu pihak Gerombolan DI/TII
Tentara Pelajar Siliwangi yang beroperasi di sebagai lawan, dengan kekuatan pasukannya
daerah Bongas-Sukakarsa lebih menyadari yang lebih besar terus mengepung dan
bahwa mereka harus menghadapi dua musuh mendesak mereka dengan berondongan peluru
sekaligus yaitu Belanda dan Gerombolan yang diarahkan kepada para tentara. Dengan
DI/TII. Baru saja mereka selesai melaksanakan sangat gigih pihak tentara melakukan
Long March yang begitu jauh dan sangat perlawanan hingga baku tembak anatara kedua
melelahkan, mestinya mereka beristirahat dan belah pihak tidak dapat dihindari lagi
berkumpul di tengah-tengah sanak keluarga. (Wawancara dengan H. Igih Sofyan, Bongas :
Apa lagi seandainya mereka bisa bercengkrama 15 Januari 2017).
dan bersedia gurau bersamanya, sudah barang Pada saat itulah mereka memutuskan untuk
tentu akan memberikan sesuatu yang berarti mundur dengan maksud menggabungkan
dan sangat menyebagkan hati, sehingga segala dengan pasukan Tentara Siliwangi yang berada
kelelahan yang ada di perjalanan mereka atau bertugas di daerah lain, seperti di
rasakan akan terobati dan sirna karenanya. Cihandeleum sebelah barat Bongas dan di
Tetapi semua itu tidak dilakukannya, karena Karikil atau Cipari disebelah timur. Oleh
perjuangan mereka belum selesai dan tugas lain karenanya berpencarlah mereka, sebagian
telah menanti. Seperti halnya gangguan- bergerak ke arah barat dan sebagian lagi
ganggguan keamanan yang dilakukan bergerak kea rah timur. Bagi mereka yang
Gerombolan DI/TII yang sangat mengganggu bergerak ke arah Barat secara panjang lebar
dan meresahkan masyarakat, perlu segera telah di bahas pada bagian sebelumnya. Namun
mendapat perhatian untuk mengatasinya. Dalam demikian untuk mengurangi kekaburan dalam
menangani hal seperti itu, sangat diperlukan membahasnya, akan diulas bagian-bagian yang
tenaga-tenaga yang terlatih dan prifesional. penting saja dan penambahan seperlunya.
Untuk itulah Tentara Pelajar Siliwangi Bridge Tentara Pelajar Siliwangi yang bergerak kea
XVII Detesemen IV berada di Bongas- rah sebelah barat dengan tujuan Cihandeuleum
Sukakarsa. mengalami nasib buruk. Sebelum mencapai
tujuan, di daerah Cihonje mereka mendapat dan menemui jalan buntu, kecuali melewati
penghadapangan dari Gerombolan DI/TII. jurang kali cikunir yang begitu curam.Oleh
Rombongan Tentara yang jumlahnya 18 orang karena itu, mereka memilih untuk berhenti
di sergap, lalu diikat dan di giring ke suatu sampai di situ. Lalu mereka berangsur-angsur
tempat, sehingga akhirnya 15 orang yang membubarkan diri masing-masing hingga tidak
terbukti sebagai tentara dibunuh satu persatu, kelihatan lagi batang hidungnya.
sedangkan 3 orang lainnya dibebaskan karena Dengan sampainya ke daerah karikil, berrti
mereka itu merupakan penduduk/rakyat biasa. mereka telah berhasil mencapai tujunnya.
Tentara Pelajar Siliwangi yang gugur pada Sekarang mereka berada dalam situasi dan
peristiwa itu adalah sebagai berikut : kondisi yang aman, terutama dari pengejaran
1. Suparman gerombolan DI/TII. Dengan demikian, Tentara
2. Dahlan Pelajar Siliwangi yang bergerak kearah timur,
3. Engkus walaupun dengan susah payah dan perjuangan
4. Suhud TJakradipura yang sangat berat, secara keseluruhan mereka
5. Emon selamat ( Wawancara dengan H. Iqih Sofyan
6. Saleh Tsaori, di Bongas: 15 januari 2017).
7. Ahmad Toma F. Bantuan Masyarakat Terhadap Aksi
8. Gaos Penghadangan DI/TII
9. Engkos Sejak dari awal kedatangan Tentara Pelajar
10. Kusnadi Siliwangi di Bongas-Sukakarsa, masyarakat
11. Salim telah bertekad untuk membantu sepenuhnya
12. Totong terhadap segala kegiatan yang akan di
13. Garmadi laksanakan para tentara. Lebih-lebih terhadap
14. Ahmad Surjadi usaha yang menyangkut pemberantsan terhadap
15. Surjati. (Wawancar dengan Sadili, di gangguan keamanan yang kerap sekali sebagai
Bongas : 15 Februari 2017). ulah dari Gerombolan DI/TII. Antsias
Sedangkan para Tentara Pelajar Siliwangi masyarakat dalam menyambut kedatangan para
yang bergerak kea rah Timur dengan tujuan tentara di perlihatkannya dalam berbagai cara
Karikil dan Cipari, mereka berjuang sekuat dan kegiatan. Dianatar mereka ada yang sibuk
tenaga untuk menghindari kejaran Gerombolan menyiapkan sebagai makanan untuk sekedar
DI/TII. Dengan bantuan 3 orang warga Bongas menjamu para tentara yang telah di tunggu-
(Hodari, Sadili dan pematang-pematang sawah tunggunya sejak gerombolan DI/TII melakukan
dan naik turun bukit, hingga menemui jalan aktifitasnya di daerah mereka.
cagak di dekat Cukangendong sebagai tempat Tepat satu minggu para tentara berada di
perpisahan diantara mereka.para tentara tengh-tengah masyarakat bongas dan
mengambil jalan lurus,sementara itu 3 orang sekitarnya. Situsi dan komdisi keamanan sedikti
warga yang menyertai tadi belok ke arah sebuah demi sedikit mulai membaik, demikian juga
makam keramat yang mennurut kepercayaan rasa saling membutuhkan di anatara mereka
mereka bahwa tempat itu merupakan anggapan semakin Nampak. Oleh karenanya, setiap
lainnya,yang pernting mereka telah kegiatan dilakukan secara bahu membahu.
memilihtempat itu untuk bersembunyi sambil Masyarakat secara suka rela membantu
beristirahat. Diiringi rasa takut yang mencekam menyediakan keperluan-keperluan yang di
ditempat persembunyian itu,mereka masih butuhkan tentara, terutama yang menyangkut
sempat mendengar suara-suara dan langkah kebutuhan jasmani seperti makanan dan
kaki Gerombolan DI/TII yang masih melakukan minuman. Demikian juga pihak tentara tidak
pengejaran terhadap tentara. Cukup lama mensia-siakan dukungan dan harapan
mereka bersembunyi di tempat itu hingga masyarakat. Keamanan dan ketentraman
waktu menjelang magrib, baru berani keluar masyarakat di jaganya dengan melakukan
dari tempat persembunyian di tempat itu hingga berbagai aktivitas yang mengarah pada situasi
waktu menjelang magrib, setelah itu mereka dan kondisi yang lebih baik.
bersepakat untuk kembali ke Bongas dengan Lain daripada itu masyarakat sedang
mengambil jalan melingkar yaitu dekat gunung berusaha untuk mengganti pakaian tentra yang
agra dan cikunir (Wawancara dengan hodri, di kelihatnnya sudah tidak layak lagi, dengan
Bongas : 12 Januari 2017). mengumpulkan dana dari masyarakat. Namun
Pengejaran pihak Gerombolan DI/TII sangat di sayangkan,sebelum niat baik
terhadap Tentara Pelajar Siliwangi terhenti masyarakat itu terwujud, terpaksa harus sirna
setelah mereka ketinggalan jauh oleh buruannya dengan adanya peristiwa yang tidak di inginkan
terjadi di Bongas-Sukakarsa. Peristiwa itu mengurus dan menguburkan Jenazah para
adalah aksi penghadangan yang di lakukan Tentara yang bergelimpang dan bersimbah
Gerombolan DI/TII terhadap tentara Pelajara darah akibat luka tembak yang
Siliwangi Brigade XVII Detesmen IV. menimpanya.(Wawancar dengan Suhaeli dan
Partisipasi masyarakat bongas sekitarnya Hadiri,Cihonje:19 Januari 2017).
terhadap aktifitas Tentara Siliwagi di daerahnya G. Konsolidasi Akhir Penghadangan
tidak berhenti sampai di situ, dukungan dan Berakhirnya aksi penghadangan yang
bantuan masyarakat semakin tinggi dan sangat dilakukan oleh yang dilakukan oleh gerombolan
berarti bagi perjuangan dan keselamatan DI/TII tentara pelajar siliwangi di bongas-sukakarsa,
Tentara Pelajar Siliwangi. Seperti halnya tidak berarti berakhirnya pula perjuangan bangsa
pasukan-pasukan Gerombolan DI/TII yang Indonesia dalam mempertahankan dan menegakkan
begitu banyak datang di Bongas an menyerang kemerdekaan yang di proklamasikan tanggal 17
tentara secara Bringas dan membabi buta, agustus 1945. Hal ini dikarenakan sampai saat itu
segera masyarakat membantu tentara untuk berbagai gangguan dan rongrongn masih mewarnai
mengantisipasi serangan tersebut. Anatara lain jalannya pemerintahan secara silih berganti. Baik
dengan member informasi yang di butuhkan gangguan dan rongrongan yang datang dari luar,
dan menyiapkan segala perlengkapan untuk maupun yang di timbulkan oleh bangsa kita sediri.
mengadakan perlawanan. Peristiwa penghadangan di atas merupakan sala satu
( Wawancara dengan S. Sadeli, di Bongas : 12 perjalanan sejarah perjuangan bangsa yang mesti di
Januari 2017 ). lewati dengan segala resiko yang harus di tanggung .
Ketika pihak tentara pelajar Siliwangi sekecil apapun peristiwa yang terjadi di suatu
terkepung dan terdesak oleh pihak Gerombolan daerah, sudah barang tentu membawa dampak
yang jauh lebih besar, di tambah lagi kondisi situasi dan kondisi daerah tersebut. Demikian pula
tentara saat itu dalam keadaan kehabisan setelah aksi penghadangan di bongas-sukakarsa
peluru, benar-benar mereka berada dalam selesai, dampak positif maupun negative telah
kondisi yang sangat kritis. Dalam situasi kritis mewarnai situasi kondisi daerah setempat
seperti itu, partisipasi masyarakat kali ini adalah
membantu tentara dalam usaha menyelamatkan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
diri. Bagi tentara yang sudah tidak ada A. SIMPULAN
kesempatan lagi untuk menghindar, masyaakat Sikap pemusuhan Gerombolan DI/TII
membantunya dengan memberikan fasilitas terhadap Tentara Pelajar Siliwangi sudah
penyamaran sebagai penduduk setempat, diperlihatkan sejak Divisi Siliwangi kembali ke
dianatara mereka ada yang menyamar sebagai Jawa Barat. Mereka menuduh bahwa pasukan
petani, sbagai peternak ikan atau sengaja di Siliwangi tiada lain adalah tentara liar yang
sembunyikan di tempat yang di perkirakan harus di lucuti dan dimusnahkan. Lebih-lebih
tidak aakan terjangkauan oleh operasi setelah pihak tentara melakukan operasional di
gerombolan DI/TII sedangkan bagi mereka daerah Bongas-Sukakarsa dan berhasil
yang akan bergerak mundur dalam uasaha menangkap 6 anggota DI/TII, pihak
menggabungkan diri dengan pasukan tentara di Gerombolan DI/TII langsung mengerahkan
daerah lain, mereka membantu membawakan pasukan ang begitu besar untuk melaksanakan
alat-alat yang masih di perlukan oleh tentara penyerangan, pengepungan, dan penghadangan
serta membantu menunjukan jalan yang harus terhadap Tentara Pelajar Siliwangi di Daerah
di tempuh untuk sampai ketempat yang di tuju. tersebut.
(Wawancara dengan Khodri, di Bongas : 12 Para Tentara Siliwangi yang di kejutkan
Januari 2017). dengan tembakan-tembakan yang di arahkan
Partisipasi masarakat yang lain ketika terjadi kepadanya, langsung bereksi melakukan
aksi penghadangan di daerah Cihonje.pada perlawanan dengan tembakan-tembakan
waktu itu pihak gerombolan DI/TII berhasil balasan sehingga terjadilah pertempuran sengit
menyerap dan membunuh 15 orang anggota antara Tentara Pelajar Siliwangi dengan
tentara pelajar siliwangi.Jenazah para tentara Gerombolan DI/TIIyang kekuatan pasukannya
yang telah gugur sebagai korban pembunuhan jauh lebih besar. Sengitnya pertempuran yang
yang sangat kejam dan tidak berperi terjadi dan memakan waktu yang begitu lama
kemanusiaan itu,telah mereka tinggalkan begitu walaupun pihak tentara Pelajar Siliwangi
saja.Oleh karena itu begitu Gerombolan DI/TII berhasil melumpuhkan sebagian musuh-
pergi,di bawah komando Ahmid dan tokoh musuhnya, namun karena pihak Gerombolan
pemuda lainnya, seperti Suhaeli dan Hadiri memiliki kekuatan yang jauh lebih banyak
msyarakat setempat diajak untuk bersama-sama akhirnya pihak Tentara Pelajar Siliwangi
merasa kewalahan dan kehabisan peluru mempertahankan Proklamasi kemerdekaan
sebagai salah satu kekuatannya. dari gangguan dan rongrongan DI/TII.
Pada saat kondisi melemah pihak Tentara 4. Sebagai generasi penerus hendaknya
Pelajar Siliwangi melakukan gerakan lain yaitu mempertahankan dan meneruskan tentang
terpencar untuk menyelamatkan untuk kegiatan-kegiataan yang berguna dan
menyelamatkan diri dan bergabung dengan bermanfaat bagi nusa dan bangsa, dengan
pasukan Tentara Pelajar Siliwangi yang berada jiwa oleh rasa persatua dan kesatuan.
didaerah lain. Sebagian bergerak kearah timur 5. Sebagai generasi penerus bangsa, haruslah
dan sebagian lagi bergerak kea rah barat. Bagi bangga atas keberanian para took pejuang
mereka yang bergerak ke arah timur walaupun terdahulu dalam menegakkan kebenaran
mendapat kejaran dari gerombolan pada dan keadilan juga harus dijadikan contoh
akhirnya selamat namun bagi rombongan yang dalam menghadapi berbagai ancaman yang
bergerak kea rah barat mereka mendapat datang dari dalam maupun luar.
penghadangan di Daerah Cihonje oleh 6. Setiap peristiwa yang terjadi pada masa
gerombolan yang begitu banyak sehingga harus lampau, oleh generasi penerus bangsa harus
mengalami nasib yang mengerikan. Mereka dijadikan catatan termasuk setiap
disegap. Disiksa lalu di bunuh dengan begitu peninggalan-peninggalan yang masih ada
kejam dan tidak berperikemanusiaan. harus betul-betul dilestarikan.
Aksi Penghadangan yang dilakukan
Gerombolan DI/TII terhadapTentara Pelajar
Siliwangi di Bongas-Sukakarsa terjadi pada
tanggal 19 Februari 1949. Akibatnya dari DAFTAR PUSTAKA
peristiwa itu, telah gugur 15 anggota Tentara Ahmid. 2017. Wawancara Tentang Penghadangan
Pelajar Siliwangi Bridge XVII Detesemen IV TRIP Detasemen IV Terhadap DI/TII.
yang di bunuh satu persatu oleh pihak
Sukamenak
gerombolan. Setelah melakukan pembunuhan
tersebut Gerombolan DI/TII un menghilang Dengel, Holk, H. (1995). Darul Islam dan
ditelan gelapnya malam dengan meninggalkan
Jenazah para tentara yang bergelimpangan dan Kartosuwiryo Langkah Perwujudan Angan-
bersimbah darah. angan yang Gagal. Jakarta : Pustaka Sinar
Akhirnya begitu Gerombolan DI/TII pergi Harapan
meninggalkan tempat kejadian dan suasana
kelihatan aman masyarakat segera mengurus Dijk, C. Van. (1987). Darul Islam Sebuah
jenazah para tentara dan menguburkannya Pemberontak. Jakarta : Pusaka Utama
dengan penuh ketulusan. Grafiti.

B.SARAN Dinas Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan


Saran yang ingin penulis sampaikan kepada Darat. (1985). Penumpas Pemberontakan
pembaca, pencinta ilmu sejarah dan generasi DI/TII S. M. Kartosuwiryo di Jawa Barat,
penerus bangsa adalah sebagai berikut :
Jakarta.
1. Setelah mengetahui penghadangan yang
dilakukan Gerombolan DI/TII terhadap
Dinas Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Tentara Pelajar Siliwangi Bridge XVII
Detesemen IV di Bongas-Sukakarsa, Darat, (1994). Siliwangi Dari Masa Kemasa.
junjung tinggilah dan hormatilah para Jakarta.
tokoh pejuang yang terlebih dalam aksi
penghadangan di atas. Dinas Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan
2. Sebagai generasi penerus pejuang bangsa Darat. (1972). Cuplikan Sejarah TNI-AD.
sangat perlu untuk memahami dan Jakarta.
mengamalkan hasil-hasil perjuangan para
tokoh pejuang terdahulu. Khodri. 2017. Wawancara Tentang Penghadangan
3. Aksi Penghadangan yang terjadi di TRIP Detasemen IV Terhadap DI/TII.
Bongas-Sukakarsa harus selalu diingat Bongas
kembali sekalipun kejadiannya sudah
begitu lama, karena peristiwa tersebut Panitia Hari Ulang Tahun Kodam Siliwangi III.
mereka suatu kisah para tokoh pejuang (1991). Siliwangi Esa Hilang Dua
terdahulu dalam menegakkan dan
Terbilang. Jakarta.
Pusat Sejarah dan Tradisi Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia. (1985). Peran
Pelajaran Dalam Perang Kemerdekaan.

Sadeli,S. 2017. Wawancara Tentang Penghadangan


TRIP Detasemen IV Terhadap DI/TII.
Bongas

Sedjarah Militer Kodam VI Siliwngi. (1968).


Siliwangi Dari Masa Ke Masa. Djakarta:
Fakta Mahjuma.

Suhaeli. 2017. Wawancara Tentang Penghadangan


TRIP Detasemen IV Terhadap DI/TII.
Cihonje

Surahmadi, Winarto (1978). Dasar Dan Teknik


Reaserch. Bandung : Tarsito.

Surya, Endar. (1979). Darul Islam di Jawa Barat.


Bandung : Batara.

Tsaori,H Ikih Sofyan. 2017. Wawancara Tentang


Penghadangan TRIP Detasemen IV
Terhadap DI/TII. Bongas

Anda mungkin juga menyukai