Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017

PENGGUNAAN SOFTWARE MATLAB


UNTUK ANALISA STRUKTUR
Ramses Hutahaean
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Yapis 
Jl.Dr Sam Ratulangi, Dok 5, Jayapura
ramses_yh@yahoo.com

Abstrak

Perkembangan teknologi komputasi banyak digunakan dalam dunia rekayasa teknik, dalam tulisan ini akan
dijelaskan penggunaan perangkat lunak MATLAB yang digunakan untuk simulasi terjadinya resonansi pada
suatu struktur, dimana fenomena resonansi adalah fenomena yang harus dihindari karena akan mengakibatkan
kerusakan struktur mesin atau bangunan. Dengan simulasi terjadinya resonansi kita akan dapat mengetahui
parameter parameter dinamik yang harus di pilih, yaitu berupa nilai massa, redaman dan kekakuan yang tepat
agar tidak terjadi resonansi.

Kata kunci : Resonansi, Matlab, Parameter dinamik.

1. Pendahuluan
Berkembangkan teknologi komputer saat ini, sangat 2.1 PERSAMAAN GERAK
membantu analisa perhitungan teknik, yang Persamaan gerak sistim dengan dua derajat
dilakukan pada struktur bangunan, automotive, kebebasan suatu sistim yang diperlihatkan pada
pesawat terbang dan lain lain. Pada tulisan ini gambar 2 dapat kita turunkan dengan menerapkan
penulis akan menjabarkan penggunaan software hukum Newton kedua.
MATLAB sebagai software yang digunakan untuk
analisa perilaku dinamik suatu struktur, software
yang ada saat ini adalah software yang langsung
dapat digunakan oleh praktisi, seperti ANSYS,
STAAD PRO, PRO MECHANICA dan lain lain,
namun software software tersebut tidak praktis jika
digunakan untuk menjelaskan perilaku dinamik
suatu struktur. Pada tulisan ini penulis akan
mendemonstrasikan perilaku dinamik sederhana,
dengan menggunakan sistem pegas, massa dan
peredam.

1. Pemodelan Struktur Sederhana


Kita akan memodelkan suatu struktur sederhana
yang terdiri dari massa, pegas dan peredam, model Gambar 2
yang ditunjukan berupa sistem dengan dua derajat Kita asumsikan bahwa redaman adalah redaman
kebebasan, seperti ditunjukan pada gambar 1. viskus dan perpindahan x1(t) dan x2(t) diukur dari
posisi keseimbangan statik. Dengan menjumlahkan
gaya gaya dinamik yang bekerja pada tiap-tiap
massa, diperoleh :

Persamaan tersebut kita susun kembali menjadi ;

Gambar 1 2

204
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017

Dimana F1(t) dan F2(t) adalah gaya eksitasi terhadap Dari persamaan 9 akan diperoleh nilai eigen
massa 1 dan massa 2, dari persamaan (1) kita , , , … , , dimana adalah jumlah derajat
ketahui bahwa kedua persamaan tersebut terkopel, kebebasan struktur.
karena pada persamaan yang berisi m1 terdapat suku 2.3 RESPON SISTEM DENGAN
yang berisi x1 dan x2, hal yang sama juga terjadi MENGGUNAKAN METODE RUNGE KUTTA
pada persamaan yang berisi m2. Suku kopel pada Cara lain untuk mendapatkan respon dari struktur

persamaan pertama adalah  cx 2  kx2 . Hal  secara teoritis dan dengan hasil yang akurat adalah
dengan menggunakan metoda integrasi numerik
yang serupa suku kopel pada persamaan pertama
 
Runge-Kutta.
adalah  cx1  kx1 . Dengan kata lain, gerak Fungsi dari metode ini adalah
masssa 1, x1(t) dipengaruhi oleh gerak massa 2, menyelesaikan persamaan diferensial tingkat satu.
x2(t) dan sebaliknya. Untuk persamaan dinamik dengan persamaan
Dalam bentuk matriks persamaan 1 kita susun diferensial tingkat dua, persamaan tersebut dirubah
kembali menjadi : menjadi persamaan diferensial tingkat satu.
0 Sistem dinamik dengan satu derajat
0 kebebasan memiliki persamaan diferensial tingkat
dua sebagai berikut :
2
9
Atau Kemudian persamaan gerak tersebut disederhanakan
menjadi :
dimana [M] adalah matriks massa, [C] adalah 1
, , 10
matriks redaman ,[K] adalah matriks kekakuan, {x}
adalah matriks perpindahan dan {F(t)} adalah dari persamaan tersebut diketahui bahwa percepatan
matriks gaya eksitasi. merupakan fungsi terhadap , , . Dengan
1.2 Kurva Fungsi Respon Frekwensi menentukan , maka
Merupakan fungsi respon suatu titik terhadap gaya , ,
atau eksitasi di titik tertentu, karena atau
,
dan , ,
Maka respon sistem adalah
Kedua suku x dan y disekitar xi dan yi dapat
3
dinyatakan dalam deret taylor. Dengan mengambil
Dimana dalam fungsi respon frekwensi gaya
merupakan satuan. pertambahan waktu h = t, didapat :

1.3 MENENTUKAN FREKWENSI NATURAL 2
11
Kita dapat mencari frekwensi natural dengan ⋯
menggunakan metoda elemen hingga, kita 2
mengabaikan faktor redaman, dalam hal ini matriks
kita abaikan, sehingga persamaan gerak menjadi Dengan menggunakan deret dari persamaan (11),
dapat diambil turunan pertama sebagai rata-rata
0 4 kemiringan, sehingga turunan yang lebih tinggi
Dimana adalah matriks massa struktur dan dapat dihilangkan, sehingga diperoleh
adalah matriks kekakuan struktur. Solusi homogen
untuk persamaan 3 adalah
5
Dimana adalah amplitudo dari perpindahan nodal, 12
dengan mensubstitusikan persamaan 5 pada
persamaan 4, diperoleh
Dengan menggunakan metoda simpson, rata
0 6
kemiringan dalam interval h menjadi :
Atau
0 7 1
4
Dimana 6
8 13
Persamaan 7 atau persamaan 8 dinamakan 1
4
persamaan eigen. Untuk memperoleh nilai eigen 6
tersebut, harus terpenuhi kondisi Metoda Runge-Kutta menggunakan persamaan(13)
| | 0 9 dan mengubah bagian tengah dari persamaan
tersebut menjadi 2 bagian , sehingga kita memiliki
205
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017

empat parameter. Keempat parameter dapat dihitung ww=input(' frekwensi getar ? ');
dengan menggunakan persamaan berikut : sc=input(' Skala animasi ? ');

M=[10 0;0 10];K=[9000 -4000;-4000 4000];


C=0.002.*K;
x10=input('Simpangan awal m1 ? ');
v10=input('Kecepatan awal m1 ? ');
x20=input('Simpangan awal m2 ? ');
v20=input('Kecepatan awal m2 ? ');
x=[x10;x20]./1000;
v=[v10;v20]./1000;
Dari persamaan (14) terlihat bahwa empat
nilai Yi dibagi enam merupakan rata-rata kemiringan
for i = 1:n;
dx/dt , dan empat nilai Fi dibagi enam merupakan
t1=t;
rata-rata kemiringan dy/dt.
x1=x;
Dengan kondisi awal :
xt 0   x 0
v1=v;
f1=inv(M)*([0;ff2*sin(ww.*t1)]-C*v1-K*x1);
x t 0   x 0  y 0 %
Substitusi kondisi awal pada persamaan (14) akan t2=t+dt/2;
menghasilkan respon struktur sebagai fungsi waktu x2=x+v1.*dt/2;
untuk setiap interval h atau (∆t) dapat dihitung v2=v+f1*dt/2;
dengan menggunakan persamaan : f2=inv(M)*(sin(ww.*t2).*ff-C*v2-K*x2);
%
x t n  h  xt n   hY1  2Y2  2Y3  Y4 
1 t3=t+dt/2;
6 x3=x+v2.*dt/2;
x t n  h  x t n   hF1  2F2  2F3  F4 
1 v3=v+f2.*dt/2;
6 f3=inv(M)*(sin(ww.*t3).*ff-C*v3-K*x3);
xt n   1 f t n   cx t n   kx t n 
m t4=t+dt;
x4=x+v3.*dt;
v4=v+f3.*dt;
f4=inv(M)*(sin(ww.*t4).*ff-C*v4-K*x4);
(15) t=t+dt;
dengan v=v+dt/6.*(f1+2.*f2+2.*f3+f4);
h  t x=x+dt/6.*(v1+2.*v2+2.*v3+v4);
x t n   yt n  tt(i)=t;
vv1(i)=v(1,1);
2. Listing Pemrograman MATLAB Untuk vv2(i)=v(2,1);
Respon Sistem suatu Struktur xx1(i)=x(1,1);
Berikut ini akan ditunjukan listing pemrograman xx2(i)=x(2,1);
MATLAB untuk sistem dua derajat kebebasan,
berikut dengan animasinya. dx(i)=0.08*sin(ww*t);
dy(i)=-0.025*cos(ww*t);
%Program Animasi ini menggunakan metode Runge ffk(i)=ff2*sin(ww*t);
Kutta end
disp '
****************************************** pegas1=[ ...
************************' 0.00 0.25
disp ' * PROGRAM ANIMASI TWO DEGREE 0.10 0.25
OF FREEDOM *' 0.20 0.275
disp ' * Oleh : Ramses Y Hutahaean *' 0.30 0.225
disp ' ***********************************' 0.40 0.275
clf 0.50 0.225
clear 0.60 0.275
n=input('Jumlah data ? '); 0.70 0.25
t=0.0; 1.00 0.25];% panjang pegas 1
dt=0.001;
ff2=input(' Amplitudo gaya pada massa 2( N ) ? '); pegas2=pegas1;
ff=[0;ff2]; xyBox1=[ ...

206
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017

0.00 0.25 axis([0 n*dt -1.1*am 1.1*am])


0.00 0.20 title('Response ')
0.00 0.30 if j==p
0.3 0.30 grid
0.3 0.20 end
0.00 0.20 subplot(212)
0.3 0.20 h=plot(pxt,pyt,'k-','EraseMode','background');
0.3 0.25];
set(h,'lineWidth',3);
xyBox2=[ ... axis([0 4 0.1 .32])
1.30 0.25 axis off
1.30 0.20 drawnow
1.30 0.30
1.6 0.30 else
1.6 0.20 subplot(311)
1.30 0.20]; h=plot(tk,fk,'k-','EraseMode','background');
aa=[max(xx1);max(xx2)]; set(h,'lineWidth',1);
am=max(aa); axis([0 n*dt -1.1*ff2 1.1*ff2])
title('Unbalance Force ')
L=1;
xr1=xx1/L; subplot(312)
xr2=(xx2-xx1)/L; h=plot(tk,yyk1,'k-',tk,yyk2,'r-
X1=[xyBox1(:,1)]+1;Y1=[xyBox1(:,2)]; .','EraseMode','background');
X2=[xyBox2(:,1)]+1;Y2=[xyBox2(:,2)]; set(h,'lineWidth',1);
ddx=1.15;ddy=0.25; axis([0 n*dt -1.1*am 1.1*am])
title('Response ')
p=length(xx1); subplot(313)
for j=1:p h=plot(pxt,pyt,'k-',ux-
tk(j)=tt(j); dx(j),0.25,'bo',ux,uy,'ro','EraseMode','background');
fk(j)=ffk(j); %
set(h,'lineWidth',3);
yyk1(j)=xx1(j);yyk2(j)=xx2(j); axis([0 4 0.1 .32])
axis off
psx1=pegas1(:,1)*(1+xr1(j)); drawnow
% pause(0.01)
psx2=pegas2(:,1)*(1+xr2(j))+(0.3+max(psx1)).*one end
s(size(psx1)); end

psy1=pegas1(:,2); 3. Simulasi
psy2=psy1; Dari hasil menjalankan bahasa pemrograman
cx1=X1+sc*xx1(j); MATLAB, diperoleh kurva fungsi respon frekwensi,
cx2=X2+sc*xx2(j); dengan data data sebagai berikut
xp1=[psx1;cx1]; 1.5 0 900 300
; ;
xp2=[psx2;cx2]; 0 1 300 600
0.005
yp1=[psy1;Y1];
yp2=[psy2;Y2]; Pada gambar 3, ditunjukan kurva respon frekwensi,
dimana puncak kurva terjadi pada frekwensi 18.85
ux=[max(xp2)-0.15+dx(j)]; rad/s dan pada frekwensi 29.07 rad/s.
uy=[0.25+dy(j)]; Tahap pertama kita menggunakan frekwensi getar
15 rad/s, dimana frekwensi natural sistem adalah
pxt=[0;0;0;xp1;xp2]; 18.85 / dan 29.07 / .
pyt=[0.2;0.3;0.25;yp1;yp2];
if ff2==0

subplot(211)
h=plot(tk,yyk1,'k-',tk,yyk2,'r-
.','EraseMode','background');
set(h,'lineWidth',1.2);

207
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017

Hasil simulasi dengan frekwensi getar 29.8 rad/s


0
ditunjukan pada gambar 6
10
Unbalance Force

10
-1
10
Respon massa 1 dan massa 2 (m)

-10

-2
10 22.5 23 23.5 24 24.5 25

Response

-3 0.2
10
0

-0.2
-4
10
22.5 23 23.5 24 24.5 25

-5
10

-6
10
0 10 20 30 40 50 60 70 Gambar 6 Animasi pada frekwensi 29.8 rad/s
Frekwensi rad/s

Pada animasi yang ditunjukan pada gambar 4


Gambar 3 Kurva fungsi respon frekwensi
dan gambar 5, bahwa arah getaran massa 1 dan
massa 2 adalah sama, pada saat massa 1 bergerak
Hasil simulasi dengan frekwensi getar 15 rad/s
kekiri maka massa 2 juga bergerak ke kiri.
ditunjukan pada gambar 4
Sedangkan jika massa 1 bergerak ke kanan, maka
Unbalance Force massa 2 juga bergerak kekanan, hal ini terjadi pada
4 mode 1.
2
Pada animasi yang ditunjukan gambar 6,
0
-2
ditunjukan bahwa gerakan massa 1 berlawanan
-4
dengan arah massa 2, hal ini menunjukan mode
17.5 18 18.5 19 19.5 20 kedua.
Response

0.02 4. Kesimpulan
0
Bahasa pemrograman MATLAB dapat digunakan
untuk menganalisa perilaku struktur.
 Berdasarkan pengalaman penulis, Bahasa
-0.02

17.5 18 18.5 19 19.5 20 pemrograman MATLAB telah digunakan untuk


melakukan condition monitoring suatu sistem
permesinan, dan kemudian menentukan waktu
yang tepat untuk melakukan perbaikan.
 Bahasa pemrograman MATLAB juga digunakan
Gambar 4 Animasi pada frekwensi 15 rad/s untuk penerapan transformasi Fourier.
Hasil simulasi dengan frekwensi getar 18 rad/s Daftar Pustaka:
ditunjukan pada gambar 5 1. Clough, W Ray, Penzien Joseph, ‘Dynamics Of
Unbalance Force Structures ‘, Mc Graw Hill, International
5 Edition. 1993
2. Dimaragonas D Andrew, Haddad Sam,’
0
Vibration For Engineers’, Prentice Hall,
-5 Englewood, 1992.
22.5 23 23.5 24 24.5 25
3. Hanselman, Duane, Little, Field ,’Student
Response
0.2 edition of MATLAB ‘, Prentice Hall,1997
0.1 4. Hutahaean, Ramses ,’ Getaran Mekanik ‘ ,
0 Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2010
-0.1 5. Hutahaean, Ramses,’ Teknik Kontrol
-0.2
22.5 23 23.5 24 24.5 25
Automatik ’. Penerbit ANDI Yogyakarta, 2015
6. Knight, Andrew,’ Basics of MATLAB and
beyond’. Chapman and Hall/CRC, 2000.
7. Rao, Singiresu, “ Mechanical Vibration ‘
Prentice Hall, 5th Edition, 2011.
Gambar 5 Animasi pada frekwensi 18 rad/s
208

Anda mungkin juga menyukai