Anda di halaman 1dari 76

TUGAS KELOMPOK

LAPORAN RW 06
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Community Health Nursing 2

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
VITARA DARU RAHMI 155070200111022
TIM MURNI 155070201111002
VENNY GRACELIA SOPLANIT 155070201111004
ALISSA PUSPITA SURAHMAN 155070201111006
OKTAVIA INDRIYANI 155070201111010
SINDY OLIVIA ROEMAHLAISELAN 155070201111012
ZIADAH NIKMATUR RIZQIYAH 155070201111020
DYAH EKAFARAVIQA AYU SEKARPUTERI 155070201111022
REGULER 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan ujung tombak
untuk pembangunan kesehatan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat
masyarakat. Program PHBS di Rumah Tangga merupakan upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk
mencapai Rumah Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup
bersih dan sehat seseorang sangat berkaitan dengan peningkatkan kesehatan
individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya (Choiri et al, 2016).
Program pembinaan PHBS yang dicanangkan pemerintah sudah berjalan
cukup lama, namun pada kenyataanya capaian keberhasilannya masih jauh dari
harapan. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan tahun 2013, bahwa rumah
tangga di Indonesia yang mempraktekkan PHBS baru mencapai 55,6%
sedangkan capaian ini masih jauh bila dibandingkan dengan target tahun 2013
yaitu sebesar 65%. Angka tersebut masih terlampau jauh dengan target Rencana
Strategis (Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 mencantumkan
target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat) pada tahun 2014 (Choiri et al, 2016).
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) tahun 2013,
cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di Jawa Tengah
sebesar 75,1%, capaian ini sudah memenuhi target bila dibandingkan dengan
Renstra nasional tahun 2010-2014 yaitu sebesar 70%. Berdasarkan data Profil
Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2013, dari 114.140 rumah tangga yang
diperiksa PHBS, sebanyak 96.922 rumah tangga yang sudah menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat, itu artinya sebanyak 82,2% masyarakat sudah
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (Choiri et al, 2016).
Melihat data di atas, penting untuk melaksanakan pembinaan kesehatan di
wilayah tersebut untuk menurunkan tingkat kejadian perilaku kesehatan yang
buruk dengan cara fokus pada pemberdayaan masyarakat dalam mengontrol
kesehatan dan pola hidup sehat.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah asuhan keperawatan komunitas dan
keluarga. Keperawatan komunitas dan keluarga merupakan suatu bentuk
pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelayanan promotif dan prevensi
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitative kepada individu,
keluarga, kelompok serta masyarakat. Tindakan penatalaksanaan tersebut
merupakan suatu cara untuk mengurangi angka mortalitas dan morbiditas
perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga diharapkan adanya perubahan
perilaku masyarakat yang sehat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan komunitas pada RW 06 Kelurahan
Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota Malang dengan masalah kesehatan
perilaku hidup bersih dan sehat melalui pola hidup yang bersih dan sehat
dengan pendekatan edukatif pada individu, keluarga, kelompok khusus
ataupun pada komunitas tertentu dalam rangka mewujudkan tercapainya
masyarakat RW 06 yang sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan tokoh masyarakat dan
semua anggota masyarakat
b. Mampu mengumpulkan dan menganalisa data kesehatan yang ditemukan
di masyarakat
c. Menetapkan diagnosis keperawatan komunitas pada masyarakat RW 06
Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota Malang
d. Mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat RW 06 Kelurahan
Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota Malang
e. Mampu memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat
f. Mampu bekerja sama dengan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan
sesuai dengan program yang disepakati
g. Mampu mengevaluasi hasil dari implementasi keperawatan komunitas
yang telah dilakukan dan memberikan rencana tindak lanjut dari masalah
yang diatasi
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mampu mengaplikasikan ilmu keperawatan komunitas secara nyata di
masyarakat
b. Menambah wawasan dan pengalaman dalam menemukan, menganalisa
dan menyelesaikan masalah keperawatan di komunitas
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengenali masalah kesehatan yang dihadapi dalam
komunitas dan memberikan promosi kesehatan yang bermanfaat untuk
menambah wawasan serta ilmu pengetahuan masyarakat terkait masalah
perilaku hidup bersih dan sehat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Konsep Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah suatu sintesa ilmu dan praktik kesehatan
masyarakat, yang diimplementasikan melalui penggunaan proses keperawatan
yang sistematis, dirancang untuk mempromosikan kesehatan dan mencegah
penyakit pada kelompok populasi (Clark, 1999 dalam Nurhayati, 2011). Dimana
sebagai pelayanan keperawatan profesional diberikan komprehensif ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang dipengaruhi oleh
lingkungan (bio, psiko, sosio, mental dan spiritual) mempengaruhi status
kesehatan masyarakat (Nurhayati, 2011).
Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan
oleh organisasi-organisasi profesional. Berdasarkan pernyataan dari American
Nurses Association (2004) yang mendefinisikan keperawatan kesehatan
komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan ketrampilan dan pengetahuan
yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat. Praktik yang
dilakukan komprehensif dan umum serta tidak terbatas pada kelompok tertentu,
berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang bersifat episodik. Definisi
keperawatan kesehatan komunitas menurut American Public Health Association
(2004) yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori keperawatan
profesional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan
komunitas (Efendi F & Makhfudli, 2015).
Pada praktik keperawatan komunitas itu sendiri rangkaian prosesnya dimulai
dari awal tahap pengkajian sampai evaluasi, dimana diharapkan terjadi alih peran
sehingga peran perawat yang lebih banyak berangsur-angsur berkurang
digantikan meningkatnya kemandirian masyarakat sebagai klien seperti terlihat
pada gambar berikut (Nurhayati, 2011).
Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dapat dicapai dengan pengorganisasian masyarakat karena peran
serta masyarakat didalamnya akan meningkat oleh karena itu, dalam proses
keperawatan komunitas ada tahap-tahap yang perlu dilaksanakan perawat
(Depkes RI, 1993 dalam Nurhayati, 2011), yaitu :
1. Tahap persiapan
Memilih area atau daerah yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk
berhubungan dengan masyarakat, mempelajari serta bekerjasama dengan
masyarakat.
2. Tahap pengorganisasian
Persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian pola dalam masyarakat
dilanjutkan dengan pemilihan ketua kelompok dan pengurus inti.
3. Tahap pendidikan dan pelatihan kelompok masyarakat
Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat, melakukan
pengkajian, membuat program berdasarkan masalah atau diagnosa
keperawatan, melatih kader kesehatan yang akan membina masyarakat di
lingkungannya dan pelayanan keperawatan langsung terhadap individu,
keluarga dan masyarakat.
4. Tahap formasi kepemimpinan
Memberi dukungan latihan dan pengembangan keterampilan kepemimpinan
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan
kegiatan pemeliharaan kesehatan.
5. Tahap koordinasi intersektoral
Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan masyarakat.
6. Tahap akhir
Supervise bertahap, evaluasi serta umpan balik untuk perbaikan kegiatan
kelompok kerja berikutnya.
Keperawatan kesehatan komunitas dibedakan dari spesialis keperawatan lainnya
berdasarkan delapan prinsip di bawah ini (Efendi F & Makhfudli, 2015) :
1. Klien atau unit keperawatan adalah populasi
Walaupun perawat komunitas memberikan asuhan pada individu, keluarga
dan kelompok tetapi tanggung jawab dominan tetap pada populasi
keseluruhan.
2. Tugas utama adalah meraih yang terbaik bagi sejumlah orang atau populasi
keseluruhan
Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi kemungkinan menemukan
individu yang kebutuhannya tidak sesuai dengan prioritas kesehatan yang
menguntungkan bagi populasi keseluruhan.
3. Proses yang digunakan oleh perawat komunitas termasuk bekerja dengan
klien sebagai mitra yang sejajar
Tindakan perawat kesehatan komunitas harus menggambarkan kesadaran
dari kebutuhan yang komprehensif dari kesehatan dalam kemitraan dengan
komunitas dan populasi meliputi perspektif, prioritas dan nilai dari populasii
dalam menginterpretasikan data, kebijakan dan memutuskan program serta
memilih strategi yang sesuai untuk dilakukan.
4. Pencegahan primer adalah prioritas dalam memilih tindakan yang sesuai
Pencegahan primer meliputi promosi strategi kesehatan dan proteksi
kesehatan
5. Memilih strategi untuk menciptakan lingkungan sehat, kondisi sosial dan
ekonomi pada populasi yang berkembang merupakan fokus utama
Intervensi keperawatan kesehatan komunitas meliputi pendidikan,
pengembangan masyarakat, perencanaan sosial, kebijakan pengembangan
serta enforcement. Dan intervensi tersebut akan berkembang ketika kita
bekerja dengan komunitas dan berakibat pada hukum, peraturan, kebijakan
dan prioritas dana. Advokasi pada komunitas untuk menciptakan kondisi
sehat merupakan bagian penting dari praktik keperawatan kesehatan
komunitas.
6. Ada tanggung jawab untuk mencapai keseluruhan populasi yang memerlukan
intervensi spesifik atau pelayanan
Beberapa faktor resiko tidak terdistribusi secara acak, subpopulasi spesifik
kemungkinan lebih dapat dipantau perkembangan penyakitnya atau
kecacatannya atau kemungkinan sulit untuk mengakses atau menggunakan
pelayanan, oleh sebab itu memerlukan jangkauan yang khusus. Keperawatan
kesehatan komunitas berfokus pada keseluruhan populasi dan tidak hanya
pada mereka yang datang ke pelayanan.
7. Penggunaan sumber-sumber kesehatan yang optimal untuk mendapatkan
perbaikan yang terbaik dari populasi merupakan kunci pokok dari kegiatan
praktik
Perawat kesehatan komunitas harus terlibat dalam koordinasi dan organisasi
tindakan dalam merespon isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan.
Perawat komunitas menggunakan dan memberikan informasi pada pembuat
kebijakan berdasarkan bukti ilmiah yang berhubungan dengan outcome aksi
spesifik, program atau kebijakan, seperti keuntungan biaya atau efektifitas
biaya dari strategi yang potensial. Pada pembuat kebijakan berdasarkan bukti
ilmiah yang berhubungan dengan outcome aksi spesifik, program atau
kebijakan, seperti keuntungan biaya atau efektifitas biaya dari strategi yang
potensial. Perawat kesehatan komunitas harus selalu berkembang untuk
mencari bukti ilmiah ketika diperlukan.
8. Kolaborasi dengan berbagai jenis profesi, organisasi dan perkumpulan
merupakan cara paling efektif untuk mempromosikan dan melindungi
kesehatan orang-orang
Menciptakan kondisi dimana komunitas selalu sehat kemungkinan sangat
kompleks, proses sumber daya yang intensif. Perawat kesehatan komunitas
bekerja sama dengan disiplin ilmu lain dari berbagai bidang dan profesi dalam
upaya meningkatkan kesehatan populasi. Hal ini meliputi identifikasi perawat
kesehatan komunitas akan pentingnya tindakan legislatif dan keterlibatan
kebijakan sosial dan kesehatan di semua tingkat. Kolaborasi ini kemungkinan
terjadi dalam sistem pelayanan ksehatan dan pemerintah mengadopsi
program promotif dan kebijakan yang perlu direvisi.

B. Asuhan Keperawatan Komunitas


Pelayanan dalam asuhan keperawatan komunitas sifatnya berkelanjutan
dengan pendekatan proses keperawatan sebagai pedoman dalam upaya
menyelesaikan masalah kesehatan komunitas. Proses keperawatan komunitas
meliputi pengkajian, analisa dan diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Nurhayati, 2011) :
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif dan
negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka membangun
strategi untuk promosi kesehatan. Dimana menurut model Betty Neuman
(Anderson and Mc 2arlane, 2000) yang dikaji meliputi demografi, populasi,
nilai keyakinan dan riwayat kesehatan individu yang dipengaruhi oleh sub
sistem komunitas yang terdiri dari lingkungan fisik, perumahan, pendidikan,
keselamatan dan transportasi, politik pemerintahan, kesehatan, pelayanan
sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi. Aspek-aspek tersebut dikaji melalui
pengamatan langsung, data statistik, angket dan wawancara.
2. Analisa dan diagnose keperawatan komunitas
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa
seberapa besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat
reaksi yang timbul dalam masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar
dalam pembuatan diagnosa atau masalah keperawatan. Diagnosa
keperawatan menurut Muecke (1995) terdiri dari masalah kesehatan,
karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat aktual, ancaman
dan potensial.
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder, tersier
yang cocok dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang sesuai dengan
diagnosa yang telah ditetapkan. Proses didalam tahap perencanaan ini
meliputi penyusunan, pengurutan masalah berdasarkan diagnosa komunitas
sesuai dengan prioritas, penetapan tujuan dan sasaran, menetapkan strategi
intervensi dan rencana evaluasi.
4. Pelaksanaan (implementasi)
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan
(Anderson dan Mcfarlene, 1985), yaitu :
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi dan
diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan
kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap suatu
penyakit. Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi, imunisasi, stimulasi dan
bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnosa dini dan iner)ensi yang tepat untuk menghambat
proses penyakit atau kelainan sehingga memperpendek waktu sakit dan
tingkat keparahan. Misalnya mengkaji dan memberi intervensi segera
terhadap tumbuh kembang anak usia bayi sampai balita.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan
pada pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya
kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk
mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses penyakit.
5. Evaluasi
Evaluasi perbandingan antara status kesehatan klien dengan hasil yang
diharapkan. Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi proses
dan evaluasi hasil. Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi,
menginterpretasi data sesuai dengan kriteria evaluasi,
menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam
memberikan asuhan keperawatan.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)


PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan
supaya rumah tangga tersebut menjadi rumah tangga Ber-PHBS (Depkes RI, 2010).
Rumah Tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di
Rumah Tangga, yaitu (Depkes RI, 2010) :
A. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan (bidan/dokter) di fasilitas kesehatan. Setiap persalinan
harus ditolong oleh tenaga kesehatan karena tenaga kesehatan merupakan
orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu
dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan, akan cepat diketahui dan
segera dapat ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi
dan bahaya kesehatan lainnya. Tanda-tanda persalinan yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Ibu mengalami mulas-mulas yang timbulnya semakin sering dan semakin
kuat
2. Rahim terasa kencang bila diraba, terutama pada saat mulas
3. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
4. Pecahnya selaput ketuban dengan ditandai oleh keluarnya cairan ketuban
yang berwarna jernih kekuningan dari jalan lahir
5. Merasa seperti mau buang air besar
Peran keluarga untuk mendukung persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
(Depkes RI, 2010):
1. Ingatkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan dan meminta persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan.
2. Bila ada salah satu tanda persalinan, segera ke bidan/dokter. Usahakan
kencing sesering mungkin dan banyak berjalan bila masih memungkinkan.
3. Bila ada tanda bahaya persalinan, ibu harus segera dibawa ke rumah sakit.
4. Setelah bersalin, Ibu diingatkan untuk memeriksakan kesehatannya dan bayi
ke tenaga kesehatan (bidan, dokter) sedikitnya tiga kali selama masa nifas
(40 hari setelah bersalin), supaya Ibu dan bayi yang baru dilahirkan tetap
sehat.
5. Menyiapkan biaya persalinan atau tabungan ibu bersalin.

B. Memberi bayi ASI Eksklusif


Bayi yang diberi ASI Eksklusif adalah bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan hanya
diberi ASI saja, tidak diberi makanan atau minuman tambahan apapun. ASI
adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan
sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan
baik. ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Keunggulan ASI yaitu
(Depkes RI, 2010) :
1. Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan
2. Mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi dari berbagai penyakit
infeksi seperti diare, batuk pilek, radang tenggorokan dan gangguan
pernafasan
3. Melindungi bayi dari alergi
4. Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada bayi
dalam keadaan segar
5. Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan
kapan saja dan dimana saja
6. Membantu memperbaiki refleks mengisap, menelan dan pernafasan bayi
ASI diberikan pada saat (Depkes RI, 2010) :
1. Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui. ASI mulai diberikan
segera setelah ibu melahirkan dengan meletakkan bayi di dada ibu. Biarkan
bayi berusaha mencari puting susu ibunya (Inisiasi Menyusu Dini) untuk
merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan pendarahan. Jangan
memberikan makanan atau minuman pada bayi sebelum diberikan ASI,
karena sangat membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu
keberhasilan menyusui.
2. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan tidak perlu dijadwal.
3. Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan.
4. Setelah bayi berusia 6 bulan, selain ASI diberikan pula Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) dalam bentuk makanan lumat dan jumlah yang sesuai dengan
pertambahan umur bayi.
5. Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.

C. Menimbang balita setiap bulan


Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan dan
perkembagan balita setiap bulan. Penimbangan balita dilakukan setiap bulan
mulai umur 1 tahun sampai 5 tahun di posyandu. Manfaat penimbangan balita
setiap bulan di posyandu, yaitu (Depkes, 2010) :
1. Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat
2. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita
3. Merujuk balita ke puskesmas, bila balita sakit (demam/batuk/pilek/diare),
berat badan 2 bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya
BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai gizi buruk
4. Ibu balita mendapat penyuluhan gizi untuk memantau pertumbuhan balita

D. Menggunakan air bersih


Air dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur,
membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian dan sebagainya.
Oleh karena itu, air yang digunakan harus bersih, agar tidak terkena penyakit
atau terhindar dari sakit. Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indera
kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium dan diraba) (Depkes RI, 2010) :
1. Air tidak berwarna harus bening/jernih
2. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan
kotoran lainnya
3. Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak
pahit, harus bebas dari bahan kimia beracun
4. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau bau belerang
Manfaat menggunakan air bersih, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera disentri, thypus,
kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan
2. Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya
Peran keluarga untuk menggunakan air bersih, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Menyediakan sumber air bersih di rumah antara lain dengan membuat sumur,
sumur pompa, menyediakan bak penampungan air sementara, penampungan
air hujan bagi daerah sulit air, membuat saluran/pipa/bambu dari sumber
mata air
2. Apabila sumber air tidak memenuhi persyaratan air bersih secara fisik,
keluarga tersebut diharapkan melapor ke Puskesmas untuk mendapatkan
tindak lanjut
3. Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang
pentingnya menggunakan air bersih
E. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Alasan harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun, yaitu
(Depkes RI, 2010) :
1. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan,
kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan
penyakit
2. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa
sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan
Waktu untuk mencuci tangan (Depkes RI, 2010) :
1. Setelah buang air besar
2. Sebelum makan dan menyuapi anak
3. Sebelum menyusui bayi
4. Setiap kali tangan kita kotor (setelah : memegang uang, memegang binatang,
berkebun, dll)
5. Setelah menceboki bayi atau anak
6. Sebelum memegang makanan
Manfaat mencuci tangan, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
2. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Disentri, Kolera, Typhus,
kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Flu
Burung, Flu H1N1 atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
3. Tangan menjadi bersih dan penampilan lebih menarik
Cara mencuci tangan yang benar, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
2. Bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, selah-selah jari dan
punggung tangan
3. Setelah itu keringkan dengan lap bersih
Peran keluarga dalam membina perilaku cuci tangan di rumah tangga, yaitu
(Depkes RI, 2010) :
1. Menyediakan air bersih yang mengalir dan sabun kepada anggota keluarga
untuk mencuci tangan, misalnya wastafel, air pancuran dari gentong/ember,
gayung)
2. Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk menanamkan kebiasaan
cuci tangan dan mengingatkan tentang pentingnya cuci tangan
3. Mengadakan kegiatan cuci tangan bersama ketika akan makan atau setelah
bekerja membersihkan rumah untuk mengingatkan dan menanamkan
kebiasaan cuci tangan

F. Menggunakan jamban sehat


Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jenis jamban yang
dianjurkan, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Jamban cemplung
Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang
yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam
tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung
diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
2. Jamban tangki septik/leher angsa
Jamban tangki septik/leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai
wadah proses penguraian kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya.
Alasan menggunakan jamban, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
2. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya
3. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit infeksi
saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracunan.
Syarat jamban sehat, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Tidak mencemari tanah disekitarnya
2. Mudah dibersihkan dan aman digunakan
3. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
4. Penerangan dan ventilasi cukup
5. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
6. Tersedia air , sabun dan alat pembersih
Cara memelihara jamban sehat, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Lantai jamban hendaknya selau bersih dan tidak ada genangan air
2. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
bersih
3. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
4. Tidak ada serangga, (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
5. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
6. Bila ada kerusakan, segera diperbaiki
Peran keluarga agar memelihara dan menggunakan jamban sehat, yaitu (Depkes
RI, 2010) :
1. Menyiapkan jamban di rumah, jamban keluarga dan atau jamban umum
2. Berpartisipasi untuk membuat jamban melalui arisan jamban, jamban bergulir
atau yang mampu membuat jamban sendiri dan jamban umum. Untuk jamban
umum disarankan membentuk kelompok pemelihara jamban
3. Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang
pentingnya menggunakan jamban sehat
4. Membagi tugas kepada anggota rumah tangga secara bergilir untuk
membersihkan jamban
5. Setiap keluarga yang mempunyai bayi dan balita harus membuang kotoran
anaknya ke dalam jamban

G. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu


Alasan harus memberantas jentik di rumah yaitu agar rumah bebas jentik.
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan
jentik berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)
adalah pemeriksaan jentik pada tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk
(tempat penampungan air) yang ada di dalam rumah seperti bak mandi/WC, vas
bunga, tatakan kulkas dan di luar rumah seperti talang air, alas pot kembang,
ketiak daun, tempat minum burung, lubang pohon atau pagar bamboo yang
dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.
Manfaat rumah bebas jentik, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan
perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi
2. Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Chikungunya, atau Kaki Gajah
3. Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat
Yang perlu dilakukan keluarga agar rumah bebas jentik, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M Plus
(Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk)
2. PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk
penular berbagai penyakit seperti Demam Berdarah, Demam Dengue,
Chikungunya, Malaria, Filariasis (Kaki Gajah) di tempat-tempat
perkembangbiakannya
3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu :
1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tatakan kulkas, alas/tatakan pot kembang
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol,
lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan
3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung
air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang
sembarangan (bekas botol/gelas akua, plastik kresek, dll
Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu :
1. Menggunakan kelambu
2. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk
bakar, semprot, oles/diusap ke kulit, dll
3. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
4. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai
5. Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak
6. Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit
dikuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air
7. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya ikan
cupang, ikan nila,dll
8. Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, Zodia, Lavender, Rosemerry,
dll
H. Makan buah dan sayur setiap hari
Anggota keluarga diharapkan mengkonsumsi 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap sangat
penting karena mengandung vitamin dan mineral yang mengatur metabolisme
energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang
tinggi (Depkes RI, 2010).
Manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah (Depkes RI, 2010) :
1. Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata
2. Vitamin D untuk kesehatan tulang
3. Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda
4. Vitamin K untuk pembekuan darah
5. Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi
6. Vitamin B mencegah penyakit beri-beri
7. Vitamin B12 dapat meningkatkan nafsu makan
Serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang berguna
untuk memelihara usus. Serat tidak dapat dicerna oleh pencernaan sehingga
serat tidak menghasilkan tenaga dan dibuang melalui tinja. Serat tidak untuk
mengenyangkan tetapi dapat menunda pengosongan lambung sehingga orang
menjadi tidak cepat lapar. Manfaat makanan berserat, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Mencegah diabetes
2. Melancarkan buang air besar
3. Menurunkan berat badan
4. Membantu proses pembersihan racun
5. Membuat awet muda
6. Mencegah Kanker
7. Memperindah kulit, rambut dan kuku
8. Membantu mengatasi anemia
9. Membantu perkembangan bakteri yang baik dalam usus
Peran keluarga untuk menanamkan kebiasaan makan sayur dan buah (Depkes
RI, 2010) :
1. Memanfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah
2. Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau
3. Perkenalkan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi,
siang dan malam
4. Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang
pentingnya makan sayur dan buah

I. Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan
bugar sepanjang hari. Setiap anggota keluarga diharapkan melakukan aktivitas
fisik 30 menit setiap hari. Melakukan aktivitas fisik setiap hari bisa dilakukan di
tempat olahraga, di rumah, di tempat kerja, bahkan di tempat umum sesuai
dengan aktivitas fisik yang dilakukan. Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan,
yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Bisa berupa kegiatan sehari-hari yaitu: berjalan kaki, berkebun, kerja di taman,
mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga,
membawa belanjaan
2. Bisa berupa olahraga, yaitu : push-up, lari ringan, bermain bola, berenang,
senam, bermain tenis, yoga, fitness, angkat beban/berat
Keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Terhindar dari Penyakit Jantung, Stroke, Osteoporosis, Kanker, Tekanan
Darah Tinggi, Kencing Manis, dll
2. Berat badan terkendali
3. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat
4. Bentuk tubuh menjadi bagus
5. Lebih percaya diri
6. Lebih bertenaga dan bugar
7. Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik
Peran keluarga untuk mendorong anggota keluarga melakukan aktivitas fisik
setiap hari (Depkes RI, 2010) :
1. Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang
pentingnya melakukan aktivitas fisik
2. Bersama anggota keluarga sering melakukan aktifitas fisik secara bersama,
misalnya jalan pagi bersama, membersihkan rumah secara bersama dll
3. Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan
pekerjaan di rumah
J. Tidak merokok di dalam rumah
Setiap anggota keluarga tidak merokok. Alasan harus tidak merokok yaitu
karena dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan Sekitar 4000
bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin
(menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah), tar
(menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker), dan carbon monoksida/CO
(menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga
sel-sel tubuh akan mati) (Depkes RI, 2010).
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan
sekecil apapun walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari. Atau orang yang
mengisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekedar coba-coba dan
cara mengisap rokok cuma sekedar menghembuskan asap walau tidak diisap
masuk ke dalam paru-paru. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi
menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan
tertutup dengan orang yang sedang merokok (Depkes RI, 2010).
Bahaya perokok aktif dan perokok pasif, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Menyebabkan kerontokan rambut
2. Gangguan pada mata, seperti katarak
3. Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok
4. Menyebabkan penyakit paru-paru kronis
5. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap
6. Menyebabkan stroke dan serangan jantung
7. Tulang lebih mudah patah
8. Menyebabkan kanker kulit
9. Menyebabkan kemandulan dan impotensi
10. Menyebabkan kanker rahim dan keguguran
Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu (Depkes RI, 2010) :
1. Seketika
Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin
perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena
rokok mengandung zat adiktif.
2. Menunda
Perokok dapat menunda mengisap rokok pertama 2 jam setiap hari
sebelumnya dan selama 7 hari. Contohnya, seorang perokok biasanya
merokok setiap hari pada pukul 07.00, maka pada :
a. Hari 1 : pukul 09.00
b. Hari 2 : pukul 11.00
c. Hari 3 : pukul 13.00
d. Hari 4 : pukul 15.00
e. Hari 5 : pukul 17.00
f. Hari 6 : pukul 19.00
g. Hari 7 : pukul 21.00
3. Mengurangi
Jumlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur
dengan jumlah yang sama sampai 0 batang pada hari ke 7 atau yang
ditetapkan. Misalnya, dalam sehari-hari seorang perokok menghabiskan 28
batang rokok maka si perokok dapat merencanakan pengurangan jumlah
rokok selama 7 hari dengan jumlah pengurangan sebanyak 4 batang perhari.
Contohnya :
a. Hari 1 : 24 batang
b. Hari 2 : 20 batang
c. Hari 3 : 16 batang
d. Hari 4 : 12 batang
e. Hari 5 : 8 batang
f. Hari 6 : 4 batang
g. Hari 7 : 0 batang
Peran keluarga untuk menciptakan rumah tanpa asap rokok, yaitu (Depkes RI,
2010) :
1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok
kepada seluruh anggota keluarga
2. Menggalang kesepakatan keluarga untuk menciptakan rumah tanpa asap
rokok
3. Menegur anggota rumah tangga yang merokok di dalam rumah
4. Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk
apapun, antara lain dengan tidak memberikan uang untuk membeli rokok,
tidak memberikan kesempatan siapapun untuk merokok di dalam rumah,
tidak menyediakan asbak
5. Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya
6. Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok
7. Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru
karena alasan kesehatan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

PRA PENGKAJIAN
A. Jadwal Kegiatan
No Tanggal Kegiatan Keterangan
- Kisi-kisi Pengkajian
komunitas,
penyusunan
instrumen
Pembuatan kisi-kisi pengkajian,
21-26 Agustus pengkajian komunitas dan pengarahan dan
1
2018 penyusunan instrumen pelaksanaan survei
pengkajian - Kuisioner
- Panduan
wawancara
- Panduan observasi

Pembagian tugas
Melanjutkan pengkajian
untuk Pengkajian data
2 27 Agustus 2018 komunitas dan pembentukan
di RW 06
tim pengkajian di RW 06

Pembagian tim untuk


wawancara kader, key
Pengkajian komunitas di RW informan serta
3 29 Agustus 2018
06 observasi di wilayah
RW 6

B. Populasi
Dari data hasil wawancara dan dokumentasi RW 06 didapatkan data populasi
sejumlah 203 KK dengan rincian RT 1 terdapat 51 KK, RT 2 sejumlah 46 KK, RT
3 sejumlah 32 KK, RT 4 sejumlah 32 KK dan RT 5 sejumlah 42 KK dengan
jumlah total 633 jiwa. Semua total populasi menjadi responden.

Jumlah KK

42
51
1

3
32
4

46 5

32

PENGKAJIAN
A. Hasil Pengkajian Core
1. Demografi
 Batas Wilayah : Sungai
 Laki-laki : 330 orang
 Perempuan : 303 orang
 KK : 203 KK
 RW : 6 RW
 RT : 5 RT
 Penyakit Terbanyak : Hipertensi yaitu 41 orang dari jumlah 633 orang
 Penyakit Lain : ISPA, Diare, DM dan Stroke
2. Suku dan Budaya
 Bahasa : Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia
 Suku : Mayoritas adalah Suku Jawa
 Gaya Hidup :
- 77 KK dari 203 KK memiliki kebiasaan merokok
- 87 KK dari 203 KK memiliki kebiasaan olahraga yang baik
- 181 KK dari 203 KK memiliki kebiasaan konsumsi buah dan sayur
yang baik
B. Hasil Pengkajian Subsistem
1. Lingkungan Fisik
a) Sumber Air
 PAM : sebanyak 129 KK
 Sumur : sebanyak 95 KK
 Penampungan air di rumah warga dari hasil survey keluarga sehat
menyatakan bahwa 16 KK yang terdata masih ditemukan jentik-jentik
b) Pembuangan limbah
Limbah rumah tangga mayoritas mengarahkan ke sungai.
c) Kualitas Udara
Sirkulasi udara di lingkungan rumah kurang memadahi yang didukung
dengan kondisi lingkungan terlalu padat.
d) Tanaman
Rata-rata tiap rumah warga sudah memiliki tanaman atau taman kecil.
e) Perumahan
 Rata-rata memiliki tempat sampah tertutup pribadi
 Lingkungan padat penduduk
 Rata-rata Ventilasi serta pencahayaan kurang
 Penampungan Pembuangan TInja : Pribadi 129 KK dan ke sungai 37
KK
 Pada musim hujan daerah tepi sungai mengalami kebanjiran yang
dikarenakan kurang baiknya kondisi resapan air serta banyaknya
sampah di sungai
f) Fasilitas Umum
 3 Masjid dan 2 Gereja
 TK, SD, SMK
 Saung ( Tempar rekreasi dan berkumpul warga )
 Pos Ronda dan Papan Informasi Kegiatan Warga
 Terdapat banyak penjual makanan dan toko Kelontong
2. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
a) Pelayanan Kesehatan
 Puskesmas Janti
Masyarakat kurang optimal dalam menggunakan failitas kesehatan
tersebut, hal ini dikarenakan oleh kebiasaan masyarakat yang lebih
memilih menggunakan fasilitas kesehatan praktik klinik mandiri dan
beranggapan bahwa puskesmas memiliki pelayanan yang kurang
optimal bahkan ada masyarakat yang takut memeriksakan kesehatan
di puskesmas. Masyarakat juga memiliki kebiasaan untuk membeli
obat sendiri di warung atau apotik untuk mengobati sakitnya.
Masyarakat juga menutarakan bahwa rujukan di puskesmas sulit
didapatkan.
b) Pelayanan Sosial
 Posyandu Lansia, diadakan layanan Posyandu Lansia setiap satu
bulan sekali pada minggu ke dua
 Posyandu Balita, diadakan setiap satu bulan sekali dan pernah
diadakan penyuluhan mengenai ASI
3. Ekonomi
a) Rumah Tangga
Rata-rata rumah yang ditinggali oleh warga RW 06 adalah rumah pribadi
b) Rata-rata kepala keluarga yang ada di RW 06 memiliki pekerjaan yang
dapat menunjang perekonomian mereka
c) Industri/Home Industri
Terdapat industry raket
d) Mayoritas setiap KK dalam RW 06 telah memiliki Jaminan Kesehatan
Nasional
4. Transportasi dan Keamanan
a) Keamanan
 Kebakaran: lingkungan di RW 06 adalah lingkungan yang pandat
penduduk, apabila terdapat peristiwa kebakaran di area ini maka
penyebarannya akan cepat
 Terdapat pos ronda tiap-tiap RT
 Beberapa anak kecil sering dibiarkan bermain tanpa pengawasan
orang tua, sedangkan di wilayah tersebut memiliki batas wilayah
sungai yang cukup besar.
 Tidak ada pengolahan limbah di lingkungan warga, sehinhga
meningkatkan terjadinya pencemaran lingkungan yang berdampak
pada kondisi kesehatan warga
 Kriminalitas: terdapat peristiwa curanmor di area tersebut dalam kurun
waktu satu bulan terakhir
b) Transportasi
 Akses jalan mudah dilalui oleh masyarakat namun lebar jalan masih
kurang apabila dilalui oleh mobil
 Rata-rata setiap KK sudah memiliki kendaraan bermotor (sepeda
motor) dan beberapa juga sudah memiliki mobil
 Mobilisasi di lingkungan tersebut cukup padat
5. Politik dan Pemerintahan
a) Terdapat 16 Kader Kesehatan
b) Terdapat Kader JUMANTIK yang menangani masalah PHBS di RW 06
6. Komunikasi
a) Terdapat papan pengumuman untuk menginformasikan acara terkait
dengan kegiatan warga di RW/RT setempat. Informasi yang disajikan
belum mencakup informasi kesehatan terutama mengenai PHBS
b) Dilakukan musyawarah RW untuk menyelesaikan masalah di lingkungan
setempat seperti akses pembuangan sampah
7. Pendidikan
Terdapat sarana pendidikan mulai dari TK sampai SMK dan sarana mudah
terjangkau.
8. Persepsi
Berdasarkan wawancara dari salah satu ibu kader menayatakan bahwa
kondisi lingkungan di RW 06 bersih, sehat dan tidak ada wabah penyakit yang
besar.
9. Rekreasi
a) Tidak tersedia taman rekreasi untuk warga RW 06
b) Terdapat satu lapangan di RT 05 yang biasanya digunakan untuk senam
warga Sekitar
c) Terdapat Saung yang digunakan sebagai tempat rekreasi dan
musyawarah warga. Saung mudah dijangkau dan dikelola
C. Hasil Pengkajian PHBS
Kelurahan Bandungrejosari terdiri dari 13 RW dan 12 RT (Data Kelurahan
Bandungrejosari, 2018). Dari segi demografi, jumlah penduduk Kelurahan
Bandungrejosari berjumlah 30.133 jiwa dengan jumlah laki-laki 15.079 orang dan
perempuan 15.054 orang. Jumlah KK yaitu 8.032 KK. Luas wilayah Kelurahan
Bandungrejosari sekitar 4.452 ha. Kelurahan Bandungrejosari memiliki 5 RT di
RW 6, yaitu RT 1 (51 KK), RT 2 (46 KK), RT 3 (32 KK), RT 4 (32 KK), RT 5 (42
KK).
Dalam pembinaan kesehatan, Kelurahan Bandungrejosari dibawah naungan
oleh puskesmas Janti. Jarak puskesmas dengan pemukiman warga sekitar
kurang lebih 1 km dan mudah diakses.
Ditinjau dari paradigma sehat yang menjelaskan tentang lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan keturunan sebagai faktor kesehatan. Perilaku yang
ditemukan di wilayah tersebut, khususnya di RW 6, masih banyak yang memilki
kebiasaan merokok.
Pemukiman warga RW 6 tergolong padat, lingkungan sekitar ramai
dikarenakan berada di belakang SMK, yang mana keramaian terdapat di jalan
raya. Jarak antar rumah sangat berdekatan, dan hampir tidak ada jarak,
sehingga lingkungan terasa pengap, dan ventilasi di beberapa rumah di RW 6
bisa dibilang kurang.
Pembuangan sampah warga masih ada yang membuang di sungai, seperti di
RW 6. Kondisi sungai tampak keruh dan terdapat banyak sampah berserakan di
tepi sungai ditambah lagi dengan bau sungai yang kurang mengenakkan. Saat
musim penghujan datang, air pada sungai meninggi sehingga menimbulkan
banjir, hal ini dikarenakan resapan air kurang baik.
1. Data Merokok

JUMLAH (KK)

RT 1
18
24
RT 2

RT 3
7
RT 4
7 RT 5
21

2. Kebiasaan Olahraga
YA TIDAK

12
RT 1 RT 1
27 18
RT 2 28 RT 2
17 RT 3 RT 3
RT 4 7 RT 4
11 RT 5 RT 5
20 0 14

Terdapat fasilitas senam rutin 2-3 x setiap minggunya yang memiliki struktur,
dan bisa dibilang banyak warga yang mengikuti kegiatan senam tersebut.
3. Diet Keluarga

YA TIDAK

41 36 RT 1 4 RT 1
RT 2 RT 2
RT 3 RT 3
38 4 11 RT 4
34 RT 4
RT 5 1 RT 5
32 0

4. Sumber Air Bersih yang ada di RW 6 mayoritas dari PDAM dan sumur

PDAM SUMUR

29 22 15
RT 1 RT 1
30
RT 2 RT 2
RT 3 RT 3
24
27 37 RT 4 RT 4
9
RT 5 RT 5
14 17

Tempat buang air besar mayoritas menggunakan WC, namun RT 1 sebanyak


1 KK menggunakan sungai dan RT 5 sebanyak 2 KK.
5. KK yang memiliki jentik

JUMLAH (KK)
1
1 RT 1
5
RT 2
RT 3
RT 4
7 2 RT 5

Warga mengaku tidak memiliki tanaman pengusir nyamuk. Terdapat kader


jentik di RW 6.

Dalam 3 bulan terakhir, masyarakat RW 6 pernah mengeluhkan menderita


penyakit ISPA dengan gejala demam, pilek, batuk, influenza, selain ISPA juga
ada diare, diabetes mellitus, stroke dan hipertensi. Untuk prevalensi diare sendiri
ada, tapi tidak diketahui data statistiknya dikarenakan warga sudah mengetahui
apa itu diare dan cara penanganannya. Hipertensi menjadi penyakit tertinggi di
RW 6, dengan total penderita sebanya 41 orang. Selain itu terdapat penyakit
gatal-gatal berjumlah 1 orang.
Tempat refreshing warga di RW 6 yaitu saung yang terdapat di RT 5. Saung
tersebut digunakan sebagai tempat musyawarah, tempat pertemuan kader dan
kegiatan-kegiatan lain, namun tidak terdapat papan informasi kesehatan di situ.
Dari aspek pelayanan kesehatan, puskesmas janti mudah dijangkau, namun
masyarakat lebih memilih untuk berobat ke fasilitas kesehatan yang lain, seperti
praktik dokter pribadi, bidan desa atau klinik lainnya, masyarakat belum
memanfaatkan secara optimal. Banyak penyebabnya seperti anggapan
masyarakat bahwa fasiltas kesehatan belum lengkap, tidak mendaoatkan obat
dan takut menggunakan fasilitas kesehatan. Jika terdapat penyakit, masyarakat
lebih memilih untuk mengobati penyakitnya sedniri dengan membeli obat-obatan
generic di apotek (Survey keluarga sehat, 2016).
ANALISA DATA DAN PRIORITAS

A. Analisa Indikator
Data Indikator Kesehatan Kesimpulan
Berdasarkan hasil Salah satu indikator Mayoritas warga belum
survey Keluarga program Indonesia sehat memenuhi indikator
Sehat pada RW 06 dengan pendekatan keluarga sehat dan dapat
terdapat 77 KK yang keluarga adalah anggota meningkatkan risiko
merokok. keluarga tidak ada yang terkena ISPA.
merokok (Kemenkes RI, (Masalah: aktual)
2017).

Saluran Kualitas air sungai disuatu Masih terdapat warga


Pembuangan Akhir daerah sangat dipengaruhi yang belum optimal
Limbah (SPAL) oleh aktifitas manusia, dalam menjaga
warga RW 6 khususnya yang berada di kebersihan lingkungan
sejumlah 37 KK sekitar sungai seperti seperti membuang
septictanknya aktifitas membuang sampah di sungai
menuju ke sungai. sampah (Ibisch, dkk, 2009). sehingga menyebabkan
Selain itu terdapat air sungai bewarna keruh
banyak limbah dan baunya tidak sedap.
rumah tangga (Masalah: risiko)
(sampah) yang
berada di pinggiran
bantaran sungai, air
sungai berwarna
keruh dan baunya
tidak sedap.

Berdasarkan Banyak faktor diduga Perilaku warga yang


wawancara salah menyebabkan terjadinya kurang menjaga sanitasi
satu kader penyakit diare. Salah satu lingkungan dapat menjadi
mengatakan bahwa faktor yang paling sering factor yang menyebabkan
terdapat warga yang diteliti adalah faktor diare.
terkena diare, lingkungan yang meliputi (Masalah: aktual)
diakibatkan kondisi sarana air bersih (SAB),
lingkungan yang sanitasi, jamban, saluran
kurang bersih. pembuangan air limbah
(SPAL), kualitas
bakteriologis air dan kondisi
rumah. (Adisasmito, 2012).

Berdasarkan survey, ISPA merupakan Kondisi pemukiman padat


peumikiman padat Penyakit Berbasis penduduk serta ventilasi
penduduk, jarak Lingkungan. Penyakit udara yang kurang
antar rumah sangat berbasis lingkungan menjadi faktor yang
berdekatan, adalah suatu kondisi menyebabkan ISPA.
sehingga ventilasi patologis berupa kelainan (Masalah: aktual)
udara kurang dan fungsi atau morfologi suatu
terasa pengap dan organ tubuh yang
lembab, sehingga disebabkan oleh interaksi
dapat menjadi faktor manusia dengan segala
pemicu munculnya sesuatu disekitarnya yang
ISPA. memiliki potensi penyakit
(Purnama, 2016).
Rumah sehat adalah
proporsi rumah yang
memenuhi kriteria seperti
terdapat langit-langit,
dinding, lantai, jendela
kamar tidur, jendela ruang
keluarga, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur,
dan pencahayaan, sarana
air bersih, jamban (sarana
pembuangan kotoran),
sarana pembuangan air
limbah (SPAL), dan sarana
pembuangan sampah
(Dinas Kesehatan, 2005).

Berdasarkan hasil Fungsi daerah resapan air Resapan air kurang yang
wawancara, adalah untuk menampung tersumbat menjadi salah
resapan air kurang air hujan yang turun di satu faktor penyebab
baik dikarenakan daerah tersebut. Secara terjadinya banjir ketika
tersumbat oleh tidak langsung daerah musim penghujan.
sampah, sehingga resapan air memegang (Masalah: aktual)
saat musim peran penting sebagai
penghujan terjadi pengendali banjir pada
banjir di daerah tepi musim hujan dan
sungai. kekeringan pada musim
kemarau (Wahyuni, 2017
dkk).

Ada 17 KK masih Salah satu kegiatan yang Adanya jentik-jentik


terdapat jenti-jentik dilakukan dalam upaya ini nyamuk di beberapa
di rumahnya. yaitu Pemeriksaan Jentik rumah dan tidak ada
Berkala (PJB) rumah warga pemantauan berkala
berupa pemeriksaan dapat memicu
tempat penampungan air perkembangbiakan
dan tempat nyamuk aides aighepty
perkembangbiakan nyamuk dan akhirnya dapat
dan jentik nyamuk penular memunculkan risiko DBD.
DBD oleh petugas (Masalah: risiko)
kesehatan dan jumantik
(juru pemantau jentik) untuk
mengetahui keberadaan
jentik nyamuk di rumah
penduduk beserta
lingkungannya (Agustini,
2015).

Dari aspek Menurut Notoatmodjo Masyarakat belum


pelayanan (2010), rendahnya utilisasi optimal dalam
kesehatan, (penggunaan) fasilitas memanfaatkan fasilitas
puskesmas janti kesehatan seperti kesehatan karena belum
mudah dijangkau, Puskesmas, Rumah Sakit, mengetahui apa manfaat
namun masyarakat Balai pengobatan, dan yang didapat ketika
lebih memilih untuk sebagainya tidak hanya menggunakan fasilitas
berobat ke fasilitas disebabkan oleh faktor kesehatan secara tepat .
kesehatan yang lain, jarak antara fasilitas (Masalah: aktual)
seperti praktik tersebut dengan
dokter pribadi, bidan masyarakat yang terlalu
desa atau klinik jauh (baik jarak secara fisik
lainnya, masyarakat maupun social), tarif yang
belum tinggi, pelayanan yang tidak
memanfaatkan memuaskan dan
secara optimal. sebagainya, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor
masyarakat itu sendiri,
diantaranya persepsi atau
konsep dari masyarakat.

B. Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
Data primer :
- 77 KK memiliki kebiasaan merokok
- Dari aspek pelayanan kesehatan, puskesmas
Perilaku Kesehatan
janti mudah dijangkau, namun masyarakat lebih
Cenderung Berisiko
memilih untuk berobat ke fasilitas kesehatan
yang lain, seperti praktik dokter pribadi, bidan
desa atau klinik lainnya, masyarakat belum
memanfaatkan secara optimal
Data sekunder :
- Saluran Pembuangan Akhir Limbah (SPAL)
warga RW 6 sejumlah 37 KK septictanknya
menuju ke sungai.
- Terdapat banyak limbah rumah tangga (sampah)
yang berada di pinggiran bantaran sungai, air
sungai berwarna keruh dan baunya tidak sedap
Data primer :
- Dalam 3 bulan terakhir warga pernah menderita
penyakit ISPA, DM dan Hipertensi sebanyak 41
orang
- Masyarakat beranggapan fasilitas kesehatan
belum lengkap, tidak mendapatkan rujukan
dengan cepat ke faskes yang lebih tinggi
- Masyarakat tidak mendapatkan obat yang
Defisiensi Kesehatan
diinginkan dan takut menggunakan faskes
Komunitas
Puskesmas
Data sekunder :
- Ventilasi udara kurang dan terasa pengap dan
lembab, sehingga dapat menjadi faktor pemicu
munculnya ISPA
- Tidak ada papan informasi yang memberikan
informasi mengenai PHBS
C. Penetapan Prioritas Masalah
Diagnosa Pentingnya Motivasi Peningkata Rangkin Jumla
Keperawata masalah Masyarakat n Kualitas g h
n Untuk Untuk Hidup masalah skor
Diselesaika Menyelesaika Masyarakat dari 1
n n Masalah bila sampai 6
1 : rendah 0 : tidak ada masalah 1 : paling
2 : sedang 1 : rendah diselesaika tidak
3 : tinggi 2 : sedang n penting
3 : tinggi 0 : tidak ada 6 : yang
1 : rendah paling
2 : sedang penting
3 : tinggi
Perilaku 3 2 3 6 14
Kesehatan
Cenderung
beresiko
Defisiensi 2 2 3 5 12
kesehatan
komunitas

D. Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
2. Defisiensi kesehatan komunitas
WOC

Penggunaan fasilitas pelayanan


kesehatan belum optimal

Kurangnya pengetahuan
kesadaran PHBS

Penurunan perhatian
terhadap kebersihan

Pembuangan sampah
tidak pada tempatnya

Resapan air Pencemaran Pencemaran


Genangan
kurang baik air udara Merokok (77 KK)
air

DIAR ISPA Udara lembab


Banjir dan pengap
Jentik-jentik E
(16 KK)

Kualitas air kurang Kurangnya ventilasi


bersih dan cahaya

Pemukiman
padat
RENCANA INTERVENSI

A. Rencana Intervensi
Diagnosa
No Tujuan NOC NIC
Keperawatan
1 Perilaku Tujuan umum: Prevensi Primer Prevensi Primer
Kesehatan Meningkatkan 1. Perilaku Promosi Kesehatan 1. Pendidikan Kesehatan
Cenderung kemampuan No Indikator 1 2 3 4 5 a. Tentukan pengetahuan
Berisiko masyarakat tentang 1. Monitor lingkungan kesehatan dan gaya hidup
perilaku sehat dan terkait dengan risiko perilaku saat ini pada
menghindari perilaku 2. Melakukan perilaku individu, keluarga, atau
berisiko yang kesehatan secara rutin kelompok sasaran
mengganggu 3. Menghindari paparan b. Prioritaskan kebutuhan
kesehatan asap rokok orang yang belajar dengan
Tujuan khusus: 4. Menghindari mengidentifikasi kebutuhan
- Masyarakat penggunaan tembakau berdasarkan apa yang
memahami tentang 5. Menggunakan latihan disukai klien, keterampilan
perilaku hidup sehat rutin yang efektif perawat, sumber yang
- Perilaku merokok 6. Memperoleh tersedia, dan kemungkinan
dimasyakat menurun pemeriksaan rutin keberhasilan pencapaian
- Masyarakat mampu tujuan
melakukan diet Keterangan : c. Rencanakan tindak lanjut
seimbang dan 1 = Tidak pernah jangka panjang untuk
olahraga 2 = Jarang memperkuat perilaku
- Masyarakat mampu 3 = Kadang-kadang kesehatan atau adaptasi
memanfaatkan 4 = Sering terhadap gaya hidup
fasilitas kesehatan 5 = Secara konsisten d. Rancang dan
dengan optimal implementasikan strategi
untuk mengukur outcome
klien secara berkala selama
dan setelah berakhirnya
program
e. Berikan diskusi kelompok
dan bermain peran, untuk
mempengaruhi keyakinan
terhadap kesehatan sikap
dan nilai-nilai
Prevensi Sekunder
1. Kontrol Risiko Prevensi Sekunder
No Indikator 1 2 3 4 5 1. Pengaturan Tujuan Saling
1. Mencari informasi Menguntungkan
tentang risiko kesehatan a. Pertimbangkan pengenalan
pasien terhadap masalahnya
2. Mengidentifikasi faktor sendiri
risiko b. Dukung pasien untuk
3. Mengenali kemampuan mengidentifikasi kekuatan
untuk merubah perilaku dan kemampuan diri
4. Monitor faktor risiko di c. Bantu pasien
lingkungan mengembangkan rencana
5. Mengembangkan untuk mencapai tujuan
strategi yang efektif d. Bantu pasien berfokus pada
dalam mengintrol risiko apa yang diharapkan
6. Modifikasi gaya hidup daripada hasil yang
untuk mengurangi risiko diinginkan
7. Berpartisipasi dalam e. Eksplorasi bersama pasien
skrining risiko dan mengenai metode
masalah kesehatan pengukuran terkait dengan

8. Menghindari paparan kemajuan dari tujuan yang

ancaman kesehatan akan dicapai


2. Modifikasi Perilaku

Keterangan : a. Bantu pasien untuk dapat

1 = Tidak pernah mengidentifikasi kekuatan

2 = Jarang [dirinya] dan menguatkannya

3 = Kadang-kadang b. Kenalkan pasien pada orang


(atau kelompok) yang telah
4 = Sering berhasil melewati
5 = Secara konsisten pengalaman yang sama
c. Dukung pasien untuk
memeriksa perilakunya
sendiri
d. Identifikasi masalah pasien
terkait dengan istilah perilaku
e. Fasilitasi keterlibatan dari
perawatan kesehatan lain,
sediakan dalam proses
modifikasi dengan cara yang
tepat
f. Dokumentasikan dan
komunikasikan proses
modifikasi, untuk
penanganan tim, sesuai
Prevensi Tersier dengan kebutuhan
1. Partisipasi dalam Keputusan Perawatan
Kesehatan Prevensi Tersier
No Indikator 1 2 3 4 5 1. Bantuan Penghentian Merokok
1. Menentukan pilihan a. Informasikan pasien
mengenai produk pengganti
yang diharapkan terkait nikotin (misalnya, tambalan,
dengan outcome permen karet, semprotan
kesehatan hidung, inhaler)
2. Identifikasi hambatan b. Bantu pasien untuk
untuk mencapai mengidentifikasi aspek
outcome yang ingin psikososial (misalnya,
dicapai perasaan positif dan
3. Menggunakan teknik negative yang terkait dengan
penyelesaiian masalah merokok) yang
untuk mencapai mempengaruhi perilaku
outcome yang merokok
diinginkan c. Dorong pasien untuk
4. Mencari pelayanan bergabung dengan kelompok
perawatan kesehatan pendukung berhenti merokok
untuk memenuhi yang bertemu setiap minggu
outcome yang d. Bantu pasien merencanakan
diinginkan strategi koping tertentu dan
5. Identifikasi tingkat menyelesaikan masalah
pencapaian outcome yang timbul dari [rencana]
berhenti merokok
Keterangan : e. Promosikan kebijakan yang
menetapkan dan
1 = Tidak pernah menegakkan lingkungan
2 = Jarang bebas asap rokok
3 = Kadang-kadang 2. Bimbingan Antisipatif
4 = Sering a. Bantu klien untuk
5 = Secara konsisten mengidentifikasi
kemungkinan perkembangan
situasi krisis yang akan
terjadi dan efek dari krisis
yang bisa berdampak pada
keluarga dan klien
b. Berikan informasi mengenai
harapan-harapan yang
realistik terkait dengan
perilaku pasien
c. Pertimbangkan metode yang
biasa digunakan klien dalam
pemecahan masalah

2. Defisiensi Tujuan umum: Prevensi Primer Prevensi Primer


Kesehatan Meningkatkan 1. Status Kesehatan Komunitas 1. Pengembangan kesehatan
Komunitas pengetahuan, sikap dan No Indikator 1 2 3 4 5 komunitas
a. Identifikasi bersama
kemampuan 1. Tingkat partisipasi komunitas mengenai
masyarakat untuk dalam pelayanan masalah, kekuatan, dan
menjaga kesehatan dan perawatan kesehatan prioritas kesehatan
lingkungannya prevensi b. Bantu anggota komunitas
Tujuan khusus : 2. Prevalensi program untuk meningkatkan
- Masyarakat peningkatan kesehatan kesadaran dan memberikan
memahami perilaku 3. Tingkat partisipasi perhatian mengenai
hidup bersih dan dalam program masalah-masalah kesehatan
sehat kesehatan komunitas c. Bantu anggota komunitas
- Masyarakat aktif 4. Kesesuaian dengan terkait dengan
menjaga kebersihan standar kesehatan pengembangan dan
lingkungan lingkungan pengadaan sumber daya
- Masyarakat 5. Angka perokok 2. Pendidikan Kesehatan
melakukan skrining 6. Monitoring standar a. Targetkan sasaran
kesehatan kesehatan komunitas kelompok berisiko tinggi dan
- Masyarakat untuk ukuran dan rentang usia yang akan
melaksanakan evaluasi kesehatan mendapat manfaat besar
program kebijakan dari pendidikan kesehatan
kesehatan Keterangan : b. Sasar kebutuhan-kebutuhan

1 = Buruk yang teridentifikasi dalam

2 = Cukup baik Healthy People 2010:


Promosi Kesehatan Nasional
3 = Baik dan Tujuan Pencegahan
4 = Sangat baik Penyakit, atau kebutuhan
5 = Sempurna lokal, negara bagian, dan
kepentingan nasional lainnya
c. Identifikasi faktor internal
atau eksternal yang dapat
meningkatkan atau
mengurangi motivasi untuk
[ber]perilaku sehat
d. Tentukan pengetahuan
kesehatan dan gaya hidup
perilaku saat ini pada
individu, keluarga, atau
kelompok sasaran

Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder


1. Keefektifan Skrining Kesehatan Komunitas 1. Skrining Kesehatan
No Indikator 1 2 3 4 5 a. Tentukan populasi target
1. Identifikasi kondisi untuk [dilakukannya]
berisiko yang umum pemeriksaan kesehatan
dikomunitas b. Sediakan akses yang mudah
bagi layanan skrining
2. Identifikasi kondisi yang (misalnya, waktu dan
bisa mendapatkan tempat)
manfaat dari deteksi dini c. Gunakan instrumen skrining
pengobatan yang valid dan terpercaya
3. Mengiklankan peluang d. Dapatkan persetujuan untuk
untuk skrining [dilakukannya] prosedur
4. Koordinasi dengan skrining kesehatan, yang
organisasi perawatan sesuai
yang menyediakan e. Berikan kenyamanan selama
skrining prosedur skrining
5. Penyediaan skrining f. Berikan saran kepada pasien
untuk prevalensi umum [yang memiliki hasil] dengan
dimasyarakat temuan abnormal mengenai
alternatif pengobatan atau
Keterangan : kebutuhan untuk
1 = Buruk [dilakukannya] evaluasi lebih
2 = Cukup baik lanjut
3 = Baik 2. Manajemen Lingkungan:
4 = Sangat baik Komunitas
5 = Sempurna a. Inisiasi skrining risiko
kesehatan yang berasal dari
lingkungan
b. Monitor status risiko
kesehatan yang sudah
diketahui
c. Berpartisipasi dalam
program di komunitas untuk
mengatasi risiko yang sudah
diketahui
d. Lakukan program edukasi
Prevensi Tersier untuk kelompok berisiko
1. Keefektifan Program Komunitas
No Indikator 1 2 3 4 5 Prevensi Tersier
1. Tujuan program 1. Monitor Kebijakan Kesehatan
konsisten dengan a. Kaji dampak negatif dan
pengkajian komunitas positif dari kebijakan
2. Tujuan program dapat kesehatan terhadap standar
dicapai praktik keperawatan,
3. Tingkat partisipasi terhadap pasien dan
program terhadap biaya yang
4. Peningkatan status dikeluarkan
kesehatan peserta b. Identifikasi dan selesaikan
5. Kepuasan komunitas ketimpangan antara standar
dan kebijakan kesehatan
terhadap program terhadap praktik
keperawatan saat ini
Keterangan : 2. Pengembangan Program
1 = Buruk a. Bantu kelompok atau
2 = Cukup baik masyarakat dalam
3 = Baik mengidentifikasi kebutuhan
4 = Sangat baik atau masalah kesehatan
5 = Sempurna yang signifikan
b. Prioritaskan kebutuhan
kesehatan terhadap masalah
yang [telah] diidentifikasi
c. Identifikasi alternatif
pendekatan untuk mengatasi
kebutuhan atau masalah
d. Pantau kemajuan
pelaksanaan program
B. Plan Of Action (POA)
Waktu Pelaksanaa
Bentuk
No Kegiatan Strategi Tujuan Sasaran dan Media n/PJ Dana
Kegiatan
Tempat kegiatan
1. KBS (Kader Primer Tujuan Kader Pembentuk Hari Sabtu Daftar nama Mahasiswa 500.000
PHBS) (Dx2) umum: PHBS RT 1- an struktur 01 kader, PSIK ( Zia)
Membentuk 5 kepengurus September modul, dan ketua
kader PHBS an kader 2018 di LCD+ppt RW 6
Tujuan PHBS dan Saung RW dan lembar
khusus : memberika 6 pukul pre post test
Membentuk n 15.00-
struktur penyuluhan 16.30 WIB
kader PHBS tentang
Memberikan PHBS
pengetahua
n kader
tentang
PHBS
2. Penyuluhan Primer Tujuan Warga RW  Seminar, Hari Sabun cuci Mahasiswa Rp 500.000
PHBS (Dx 1) umum : 06 tanya Minggu 02 tangan, air PSIK
 Masyarak Kelurahan jawab September bersih, pipa ( Timmy)
at Bandungrej mengenai 2018 di air, leaflet dan kader-
mengetah osari bahaya Saung RW tangan, kader PHBS
ui tentang Malang merokok, 06 LCD, PPT,
kompone dengan gaya hidup Pukul lembar pre
n Perilaku rincian: sehat, 09.00- post test,
Hidup  Masing- membuang 12.00 WIB Proyektor,
Bersih masing sampah Video Cuci
dan RT pada Tangan dan
Sehat mendeleg tempatnya, PPT PHBS.
PHBS asikan 10 memberant
Tujuan orang as jentik
khusus : sebagai dan cara
 Masyarak perwakila mencuci
at mampu n tangan
memaha  Total yang benar.
mi sasaran  Simulasi
tentang 50 orang dan Praktik
PHBS Cuci
 Masyara Tangan
kat
memaha
mi 10
poin
penting
PHBS

3. Penyuluhan Primer Tujuan Warga RW Pemberian Hari Senin- leaflet. Mahasiswa 150.000
Yuk Tantik (DX 1) umum: 06 informasi Jumat, 03- PSIK
(Yuk Masyarakat Kelurahan melalui 07 (Indri) ,masy
Berantas mampu Bandungrej diskusi September arakat
jentik) memahami osari dengan 2018 di setempat
informasi Malang: keluarga masing- dan kader
mengenai Senin: RT dilakukan masing jumantik
pemberanta 01 oleh rumah
san jentik Selasa: RT mahasiswa warga
Tujuan 02 dan kader Pukul
khusus : Rabu: RT dengan cara 15.00-
Masyarakat 03 menyebar di 17.00 WIB
mampu Kamis: RT setiap KK per
memahami 04 RT menurut
tentang Jumat: RT jadwal yang
prinsip 3M 05 sudah
ditentukan.

2 Proteksi Sekunder, Tujuan Warga RW Dengan Hari Senin- Alat Mahasiswa Rp 500.000
lingkungan: tersier Umum: 06 gerakan 3M Jumat, 03- penyedot PSIK
Yuk Tantik (dx1) Memberant Kelurahan yaitu 07 jentik,obat (Indri),masy
(Yuk as jentik di Bandungrej menutup,men September abate,embe arakat
Berantas rumah yang osari guras dan 2018 di r, senter. setempat
Jentik) belum Malang: mengubur masing- dan kader
bebas jentik Senin: RT serta masing jumantik
Tujuan 01 pemberian rumah
Khusus: Selasa: RT obat Abate warga
 Masyarak 02 Pukul
at mampu Rabu: RT 15.00-
melakuka 03 17.00 WIB
n Kamis: RT
tindakan 04
pemberan Jumat: RT
tasan 05
jentik
dirumah
masing-
masing
4 Program Sekunder Tujuan Semua Membersihka Hari Sabtu Alat Mahasiswa Rp 500.000
Bersih (dx1) Umum: Warga RW n sungai dan 08 kebersihan PSIK
Desa: Membersihk 06 lingkungan September (sapu lidi, (Vitara) dan
GEMESDE an dan sekitar 2018 di cangkul, kader-kader
(Gerakan menata Sepanjang parang, kesehatan
Membersihk lingkungan sungai RW serok
an Sungai sungai 06 sampah),
Desa) sekitar Desa Pukul Handscone,
Tujuan 08.00- plastik
Khusus: 11.00 sampah
 Warga besar,
mampu Toak/alat
menjaga pengeras
kebersiha suara
n sungai
dan desa
 Warga
mampu
membias
akan diri
untuk
tidak
membuan
g sampah
ke sungai
5 Gerakan Primer Tujuan Semua Berkeliling Hari Kupon, Mahasiswa Dana Pribadi:
mengajak (Dx1) Umum: Warga RW sekitar Minggu 09 sound, PSIK (Deas, Rp 700.000
beraktifitas Meningkatk 06 kampung September minum, Sindy) dan Dana
Fisik: an aktivitas 2018 di doorprize. kader-kader Penjualan
Jalan Sehat fisik warga Saung RW kesehatan Kupon
RW 06 RW 06 06 @2.000x633
Tujuan Pukul = 1.266.000
Khusus: 07.00-
 Mengen 09.00
alkan
warga
akan
pentingn
ya
olahraga
 Memban
gun
kerukun
an
warga
 Memfasi
litasi
kegiatan
refreshin
g bagi
warga
6. Pemeriksaa Sekunder Tujuan Semua Dilakukan Hari alat ukur Mahasiswa 200.000
n Gratis (Dx2) umum: warga RW 6 pemeriksaan Minggu 09 BB, PSIK
(Petis) sebagai kesehatan September mikrotoise, (Venny,
sarana gratis mulai 2018 di tensimeter Alissa) dan
deteksi dini dari Saung RW stetoskop kader-kader
tentang pengukuran 06 serta lembar kesehatan
penyakit BB, TB, Pukul dokumentas
yang ada di tekanan 09.15- i
masyarakat darah. 12.00
Tujuan
khusus:
Masyarakat
mengetahui
kondisi
kesehatann
ya serta
mampu
menjaga
kesehatann
ya
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI FORMATIF

Diagnosa: Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko


A. Kegiatan Penyuluhan PHBS
1. Prevensi Primer
Laporan Kegiatan :
a. Proses
Penyuluhan PHBS merupakan program untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat RW 6 mengenai PHBS melalui kegiatan penyuluhan
berbentuk seminar dan simulasi serta praktik mencuci tangan yang
dilakukan selama 3 jam.
Tujuan umum :
Masyarakat mengetahui tentang Komponen Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat PHBS
Tujuan khusus :
 Masyarakat mampu memahami tentang PHBS
 Masyarakat memahami 10 poin penting PHBS

b. Sasaran Kegiatan
Warga RW 06 Kelurahan Bandungrejosari Malang dengan rincian:
Masing-masing RT mendelegasikan 10 orang sebagai perwakilan. Total
sasaran 50 orang
c. Metode Kegiatan
Penyuluhan PHBS yang diikuti oleh 50 orang warga RW 6 dan
dilanjutkan dengan simulasi mencuci tangan serta diikuti praktik mencuci
tangan yang benar oleh warga.

d. Rangkaian Kegiatan
Penyuluhan dimulai pada pukul 09.00 WIB. Penyuluhan berisi tentang
PHBS yang berisi tentang bahaya merokok, gaya hidup sehat, membuang
sampah pada tempatnya, memberantas jentik dan cara mencuci tangan
yang benar. Pada pelaksanan penyuluhan ada 1 mahasiswa dan 1 kader
PHBS yang memberikan penyuluhan dan ada 5 mahasiswa dan kader
PHBS lainnya yang mensimulasikan cara mencuci tangan dengan benar
kemudian warga mempraktikannya.

 Evaluasi Formatif
Struktur
a. Media (leaflet, ppt dan video mencuci tangan) yang diperlukan sudah
tersedia sebelum hari H

b. Penyuluh sudah mempersiapkan materi dengan baik

c. Semua alat untuk simulasi dan praktik mencuci tangan sudah tersedia.

Proses

Selama proses penyuluhan berlangsung warga antusias dengan


materi dan simulasi yang diberikan dan terlihat kondusif

Hasil

- Warga mampu memahami materi PHBS meliputi bahaya merokok, gaya


hidup sehat, membuang sampah pada tempatnya, memberantas jentik
dan cara mencuci tangan yang benar dibuktikan dengan peningkatan
nilai dari pre tes ke pos tes sebesar 75%

- Peserta dapat memperagakan praktik mencuci tangan dengan benar


dilihat dari hasil observasi kader dan mahasiswa

B. Penyuluhan Yuk Tantik (Yuk Berantas Jentik)


1. Prevensi primer
Laporan Kegiatan :
a. Proses
Yuk Tantik merupakan program untuk meningkatkan pengetahuan
akan bahaya jentik dalam tempat penampungan air dalam rumah karena
dapat berpotensi munculnya nyamuk penyebab DBD. Kegiatan ini
dilakukan dengan cara memberikan informasi tentang gerakan 3M
(Menguras, Menutup, Mengubur) tempat penampungan air dalam rumah
yang di lakukan di setiap rumah warga secara langsung dari RT 01- RT 05
selama 5 hari senin – jumat.

Tujuan umum : Masyarakat mampu memahami informasi mengenai


pemberantasan jentik
Tujuan khusus : Masyarakat mampu memahami prinsi 3M yaitu
Menguras, Menutup, Mengubur
b. Sasaran Kegiatan

Warga RW 06 Kelurahan Bandungrejosari Malang dengan rincian: RT


01 – RT 05

c. Metode Kegiatan
Memberikan informasi melalui poster kepada rumah warga yang
dikunjungi oleh petugas

d. Rangkaian Kegiatan
Kagiatan dimulai pada pukul 15.00-17.00 WIB, mulai hari Senin: RT
01,Selasa: RT 02,Rabu: RT 03,Kamis: RT 04,,Jumat: RT 05. Pemberian
informasi dilakukan oleh mahasiswa dan kader dengan cara menyebar di
setiap KK per RT menurut jadwal yang sudah ditentukan.

 Evaluasi Formatif
Struktur
a. Media poster yang diperlukan sudah tersedia sebelum hari H

b. Penyuluh sudah mempersiapkan materi dengan baik

Proses

a. selama pemberian informasi 3M , warga aktif bertanya sehingga terjadi


komunikasi 2 arah
b. Kader dapat bekerja sama dengan warga maupun mahasiswa dengan
baik
Hasil

a. Warga memahami apa yang telah diinformasikan dibuktikan dengan


warga mampu menjelaskan 3M dengan benar

2. Prevensi Sekunder
Proteksi lingkungan : Yuk Tantik (Yuk Berantas Jentik)
Laporan Kegiatan :
Yuk Tantik (Yuk Berantas Jentik) merupakan kegiatan dimana
mahasiswa dan kader melakukan observasi ada atau tidaknya jentik pada
tempat penampungan air di setiap rumah warga secara langsung dari RT 01-
RT 05 selama 5 hari senin – jumat.

 Evaluasi Formatif
Struktur
a. Peralatan (ember, senter) sudah tersedia sebelum hari H

Proses
a. selama proses observasi dan pemberantasan jentik, warga terbuka
menerima kedatangan petugas dengan ramah
b. warga antusias selama proses observasi berlangung

Hasil :

a. Ditemukan 17 KK dari RT 01-05 masih terdapat jentik di tempat


penampungan airnya

3. Prevensi Tersier
Laporan Kegiatan :
Yuk Tantik (Yuk Berantas Jentik) merupakan kegiatan dimana
mahasiswa dan kader melakukan pemberantasan pada tempat penampungan
air di rumah warga yang masih terdapat jentik-jentik secara langsung dari RT
01- RT 05 selama 5 hari senin – jumat. Kegiatan ini juga diajrkan cara
memberikan obat Abate pada tempat penampungan air yang masih terdapat
jentik, serta memberikannya secera gratis ke warga.
 Evaluasi Formatif
Struktur
a. peralatan (penyedot jentik, abate) sudah tersedia sebelum hari H

Proses
a. selama proses pemberantasan jentik, warga terbuka menerima
kedatangan petugas dengan ramah
b. warga antusias selama proses pemberantasan berlangung

Hasil
a. jentik terberantas dengan baik pada rumah warga yang terdapat jentik

C. Program Bersih Desa: GEMESDE (Gerakan Membersihkan Sungai Desa)


1. Prevensi sekunder
Laporan Kegiatan :
a. Proses
Program Bersih Desa: GEMESDE (Gerakan Membersihkan
Sungai Desa) merupakan program untuk mencegah banjir pada tepi
sungai dengan cara membersihkan sampah sampah yang ada, baik di
tepi sungai maupun di lingkungan sekitar wilayah RW 6.
Tujuan Umum:
Kegiatan ini bertujuan untuk Membersihkan dan menata
lingkungan sungai sekitar Desa
b. Sasaran Kegiatan

Masyarakat RW 05 Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan


Sukun Kota Malang

c. Metode Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan bersama-sama oleh seluruh warga


RW 5 yang hadir di acara

d. Rangkaian Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 September 2018,


dimulai pada pukul 08.00 WIB. Kemudian seluruh warga
dikelompokkan dan nantinya dibagi sesuai dengan area yang telah
ditentukan.

 Evaluasi Formatif
Struktur
a. warga sudah menyiapkan alat alat kebersihan yang dibutuhkan untuk
membersihkan area sungai dan lingkunga sekitarnya

Proses
Diharapkan kegiatan bersih sungai dan lingkungan sekitar diikuti oleh
warga dengan antusias
Hasil
a. seluruh warga mengikuti kegiatan bersih sungai dan lingkungan
sekitar

b. sungai dan lingkungan sekitar menjadi lebih bersih dan bebas


sampah

c. seluruh warga menyadari akan pentingnya tidak membuang sampah


sembarangan

D. Gerakan Mengajak Beraktivitas Fisik: Jalan Sehat


1. Prevensi primer
Laporan kegiatan:
a. Proses
Gerakan mengajak beraktifitas Fisik: Jalan Sehat RW 06
merupakan kegiatan jalan sehat yang diadakan untuk warga RW 06
agar mau melakukan dan meningkatkan aktivitas fisiknya, sehingga
dapat dilakukan secara rutin. Selain itu, gerakan mengajak beraktifitas
fisik bertujuan untuk mengenalkan kepada warga akan pentingnya
aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin bagi kesehatan.

Tujuan Umum:

Meningkatkan aktivitas fisik warga RW 06


Tujuan Khusus

 Mengenalkan warga akan pentingnya olahraga


 Membangun kerukunan warga
 Memfasilitasi kegiatan refreshing bagi warga

b. Sasaran Kegiatan
Masyarakat RW 06 Kelurahan Bandungrejosari
c. Metode Kegiatan
Jalan sehat dilakukan bersama-sama oleh masyarakat RW 06
Bandungrejosari yang hadir di tempat.
d. Rangkaian Kegiatan
Acara Gerakan mengajak beraktifitas Fisik: Jalan Sehat RW 06
dilaksanakan pada hari Minggu, 9 September 2018 yang dimulai pukul
07.00-09.00 WIB. Seluruh peserta berkumpul terlebih dahulu di Saung
RW 06, setelah selesai pengkondisian oleh kader dan mahasiswa serta
memberikan kupon, warga melakukan jalan sehat dengan berkeliling
sekitar kampung.

 Evaluasi Formatif

Struktur

a. Media dan barang yang diperlukan sudah dipersiapkan sebelum hari


H
b. Penentuan jalan yang akan dilalui warga sudah ditentukan sebelum
hari H

Proses

a. Pelaksanaan jalan sehat diikuti oleh warga dengan sangat antusias


dan berjalan dengan kondusif
b. Kader dapat bekerja sama dengan mahasiswa dan warga dalam
mensukseskan acara jalan sehat.
Hasil

a. Jalan sehat dihadiri oleh 80% warga kelurahan Bandungrejosari RW


06 dan 20% warga tidak menghadiri kegiatan.

Diagnosa : Defisiensi kesehatan komunitas


A. Pembentukan Kader PHBS ( KBS)
1. Prevensi primer
Laporan Kegiatan :
KBS (kader PHBS) merupakan kegiatan dimana mahasiswa membentuk
dan pemberdayakan perwakilan tiap RT untuk dijadikan kader PHBS. Kader
juga dibekali pengetahuan mengenai PHBS dan mampu mengedukasi
warganya terkait masalah PHBS yang ada. Program KBS dipantau oleh ketua
dan sekretaris dibawah pengawasan pihak puskesmas Janti.

 Evaluasi Formatif
Struktur
Persiapan yang dilakukan panitia sudah cukup baik, segala peralatan sudah
disiapkan
Proses

a. Pembentukan kader PHBS berjalan dengan lancar

b. Kader PHBS antusias dalam terhadap kegiatan yang sedang


berlangsung dan semua kader mengikuti penyuluhan dari awal sampai
akhir

Hasil

a. Pemilihan struktur kader PHBS disepakati oleh seluruh kader

b. Kader PHBS mampu memahami tentang PHBS dengan baik


dibuktikan dari skor post test yang meningkat 75% dari pretest
c. Seluruh kader bersedia melakukan penyuluhan dan home visit
untuk menangani masalah PHBS

B. Pemeriksaan gratis (Petis)


1. Prevensi Sekunder
Laporan Kegiatan :
a. Proses
program pencegahan sekunder yang dilakukan untuk mendeteksi dini
status gizi dan penyakit tidak menular yang ada di masyarakat wilayah
RW 6 Bandungrejosari. Skrining ini dilakukan dengan bantuan kader yang
telah mendapatkan pelatihan sebelumnya untuk melakukan pengukuran
tekanan darah. Pemeriksaan yang lain dalam proses skrining ini adalah
pemeriksaan tekanan darah serta pengukuran BB dan TB. Pada warga
yang memiliki hasil pemeriksaan abnormal akan diberikan konseling
kesehatan
Tujuan umum: sebagai sarana deteksi dini tentang penyakit yang ada di
masyarakat
Tujuan khusus: Masyarakat mengetahui kondisi kesehatannya serta
mampu menjaga kesehatannya

b. Sasaran Kegiatan
Warga RW 06 Kelurahan Bandungrejosari Malang

c. Metode Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan berupa pemeriksaan gratis dan konseling
kesehatan.

d. Rangkaian Kegiatan
Pemeriksaan gratis dimulai pada pukul 09.15- 12.00. Kader di wilayah RW
6 akan melakukan pengukuran BB dan TB setelah itu dilanjutkan dengan
pengukuran tekanan darah oleh mahasiswa. Selanjutnya warga akan
mendapatkan sesi konseling terkait kesehatannya.
 Evaluasi Formatif
Struktur
d. Alat yang akan digunakan dalam pemeriksaan sudah tersedia sebelum
hari H

Proses

a. Selama proses pemeriksaan berlangsung, warga terlihat antusias dan


berjalan secara kondusif

b. 80% warga menghadiri pemeriksaan gratis

Hasil

- Warga mengetahui kondisi kesehatannya terkait status gizi dan tekanan


darahnya
EVALUASI SUMATIF

Diagnosa Kriteria Hasil Yang Diharapkan Hasil Kesimpulan


Diagnosa Prevensi Primer Prevensi Primer Secara umum, masalah
satu 2. Perilaku Promosi Kesehatan a. Masyarakat mengetahui sudah 70% dilaksanakan,
No Indikator 1 2 3 4 5 kesehatan dan gaya hidup dengan indikator
keberhasilan sebagai
1. Monitor perilaku saat ini pada individu,
berikut :
lingkungan keluarga, atau kelompok
terkait dengan sasaran - Dari hasil penyuluhan,
risiko b. Masyarakat mampu memonitor diperoleh adanya
2. Melakukan lingkungan terkait risiko peningkatan pengetahuan
perilaku c. Masyarakat mampu melakukan masyarakat tentang PHBS
kesehatan perilaku kesehatan secara rutin (Bahaya merokok, gaya
secara rutin d. Masyatakat mampu hidup sehat, membuang
3. Menghindari merencanakan tindak lanjut sampah pada tempatnya,
paparan asap jangka panjang untuk memberantas jentik dan
rokok memperkuat perilaku kesehatan cara mencuci tangan yang
4. Menghindari atau adaptasi terhadap gaya benar), dibuktikan dengan
penggunaan hidup peningkatan nilai pre ke
tembakau e. Masyarakat mampu mengindari pos tes sebesar 75
5. Menggunakan dan menurunkan penggunaan - warga mampu menjelaskan
latihan rutin yang rokok 3M dengan benar dari
efektif f. Masyarakat dapat mengikuti informasi yang diberikan
6. Memperoleh pemeriksaan secara rutin - Jentik terberantas 100%
pemeriksaan pada rumah warga yang
rutin terdapat jentik
Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder - Ditemukan 17 KK dari RT
2. Kontrol Risiko a. Masyarakat mengetahui 01-05 masih terdapat jentik
No Indikator 1 2 3 4 5 masalah yang dialaminya di tempat penampungan
1. Mencari b. Masyarakat mampu airnya
informasi tentang mengidentifikasi faktor risiko - 80% warga mengikuti
risiko kesehatan c. Masyarakat mengetahui kegiatan jalan sehat
2. Mengidentifikasi kemampuan untuk merubah sampai akhir
faktor risiko perilaku - 80% warga mengikuti
3. Mengenali d. Masyarakat dapat memonitor kegiatan bersih sungai dan
kemampuan faktor risiko di lingkungan lingkungan sekitar
untuk merubah e. Masyarakat dapat
perilaku mengeksplorasi mengenai
4. Monitor faktor metode pengukuran terkait
risiko di dengan kemajuan dari tujuan
lingkungan yang akan dicapai
5. Mengembangkan f. Masyarakat dapat
strategi yang mengidentifikasi kekuatan
efektif dalam [dirinya] dan menguatkannya
mengintrol risiko untuk perubahan perilaku
6. Modifikasi gaya g. Masyarakat dapat bertemu
hidup untuk dengan orang (atau kelompok)
mengurangi yang telah berhasil melewati
risiko pengalaman yang sama
7. Berpartisipasi h. Masyarakat mampu memeriksa
dalam skrining perilakunya sendiri
risiko dan i. Masyarakat berpartisipasi dalam
masalah skrining risiko dan masalah
kesehatan kesehatan
8. Menghindari j. Masyarakat terlibat dengan
paparan perawatan kesehatan dan ikut
ancaman proses modifikasi yang tepat
kesehatan k. Masyarakat mampu
memodifikasi gaya hidup untuk
mengurangi risiko

Prevensi Tersier Prevensi Tersier


3. Partisipan dalam Keputusan a. Masyarakat mengetahui produk
Perawatan Kesehatan pengganti nikotin (misalnya,
No Indikator 1 2 3 4 5 tambalan, permen karet,
1. Menentukan semprotan hidung, inhaler)
pilihan yang b. Masyarakat dapat bergabung
diharapkan dengan kelompok pendukung
terkait dengan berhenti merokok yang bertemu
outcome setiap minggu
kesehatan c. Masyarakat dapat
2. Identifikasi merencanakan strategi koping
hambatan untuk tertentu dan menyelesaikan
mencapai masalah yang timbul dari
outcome yang [rencana] berhenti merokok
ingin dicapai d. Masyarakat dapat
3. Menggunakan mempromosikan kebijakan yang
teknik menetapkan dan menegakkan
penyelesaiian lingkungan bebas asap rokok
masalah untuk e. Masyarakat mampu
mencapai menggunakan teknik
outcome yang penyelesaian masalah untuk
diinginkan mencapai outcome yang
4. Mencari diinginkan
pelayanan f. Masyarakat mampu mencari
perawatan pelayanan perawatan kesehatan
kesehatan untuk untuk memenuhi outcome
memenuhi
outcome yang
diinginkan
5. Identifikasi
tingkat
pencapaian
outcome
Diagnose Prevensi Primer Prevensi Primer Secara umum, masalah
dua 2. Status Kesehatan Komunitas a. Masyarakat dapat sudah 70% dilaksanakan,
No Indikator 1 2 3 4 5 mengidentifikasi mengenai dengan indikator
keberhasilan sebagai
1. Tingkat masalah, kekuatan, dan
berikut :
partisipasi dalam prioritas kesehatan di komunitas
pelayanan b. Masyarakat dapat - Terbentuknya Kader
perawatan meningkatkan kesadaran dan PHBS yang telah
kesehatan memberikan perhatian mendapatkan
prevensi mengenai masalah-masalah pengetahuan mengenani
kesehatan di komunitas PHBS
2. Prevalensi
- Dari hasil penyuluhan
program c. Masyarakat dapat berpartisipasi
PHBS ke kader, kader
peningkatan dalam pelayanan perawatan lebih memahami tentang
kesehatan kesehatan prevensi PHBS dibuktian dengan
3. Tingkat d. Masyarakat dapat berpartisipasi peningkatan pengetahuan
partisipasi dalam aktif dalam program kesehatan 75% dari pretest dan
program komunitas postest
e. Masyarakat dengan kelompok - Kader PHBS telah
kesehatan
membantu penyuluhan
komunitas berisiko tinggi dan rentang usia
4. Kesesuaian mendapat manfaat besar dari terkait PHBS
dengan standar pendidikan kesehatan - Kader telah melakukan
kesehatan f. Masyarakatdapat memonitoring home visit untuk
memberikan informasi
lingkungan standar kesehatan komunitas
seputar pemberantasan
5. Angka perokok untuk ukuran dan evaluasi jentik dan cara mencegah
6. Monitoring kesehatan atau mengatasinya
standar - Sebanyak 80% warga
kesehatan telah melakukan
komunitas untuk pemeriksaan terkait gizi
dan tekanan darahnya
ukuran dan
serta mendapatkan
evaluasi konseling
kesehatan

Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder


2. Keefektifan Skrining Kesehatan a. Masyarakat melakukan
Komunitas pemeriksaan kesehatan
No Indikator 1 2 3 4 5 b. Masyarakat dapat mengakses
1. Identifikasi dengan muda layanan skrining
kondisi berisiko (misalnya, waktu dan tempat)
yang umum c. Masyarakat menyutujui untuk
dikomunitas [dilakukannya] prosedur skrining
2. Identifikasi kesehatan
kondisi yang d. Masyarakat merasa nyaman
bisa selama prosedur skrining
mendapatkan e. Masyarakat mengetahui risiko
manfaat dari kesehatan yang berasal dari
deteksi dini lingkungan
pengobatan f. Masyarakat dapat berpartisipasi
3. Mengiklankan dalam program di komunitas
peluang untuk untuk mengatasi risiko yang
skrining sudah diketahui
4. Koordinasi
dengan
organisasi
perawatan yang
menyediakan
skrining
5. Penyediaan
skrining untuk
prevalensi umum
dimasyarakat
Prevensi Tersier Prevensi Tersier
2. Keefektifan Program Komunitas a. Kader mampu membantu
No Indikator 1 2 3 4 5 kelompok atau masyarakat
1. Tujuan program dalam mengidentifikasi
konsisten kebutuhan atau masalah
dengan kesehatan yang signifikan
pengkajian b. Kader mampu dan masyarakat
komunitas mampu memprioritaskan
2. Tujuan program kebutuhan kesehatan terhadap
dapat dicapai masalah yang [telah]
3. Tingkat diidentifikasi
partisipasi c. Kader mampu mengidentifikasi
program alternatif pendekatan untuk
4. Peningkatan mengatasi kebutuhan atau
status kesehatan masalah
peserta d. Kader memantau kemajuan
5. Kepuasan pelaksanaan program
komunitas
terhadap
program
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. 2008. Penyakit berbasis wilayah. UI Pres: Jakarta.


Adisasmito. (2007). Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia:
Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Jurnal
Makara Kesehatan, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Agustini, Rina Tri. 2015. Evaluasi Pemeriksaan Jentik Berkala Rumah Warga Di
Wilayah Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya. Jurnal Promkes, Vol. 3, No.
2 Desember 2015: 195–205.
Choiri, et al. 2016. Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Wilayah
Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo Bulan Januari-Maret 2015.
Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Depkes RI. 2005. Cheklist Penilaian Rumah Sehat. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
Depkes RI. 2010. Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Efendi F, Makhfudli. 2015. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. https://www.researchgate.net/publication/207713109.
Diakses pada tanggal 3 September 2018.
Ibisch, R. dan Borchardt, D. 2009. Integrated Water Resouces Management
(IWRM): From Reasearch to Implementation. www.wasserressourcen-
management.de.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. TUBERKULOSIS (TB).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurhayati. 2011. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas.
https://www.academia.edu/9403415/KONSEP_DASAR_ASUHAN_KEPERAWAT
AN_KOMUNITAS. Diakses pada tanggal 3 September 2018.
Purnama SG. 2016. BUKU AJAR PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/e1cf67b8122c12a4d2a95d
6ac50137ff.pdf. Diakses pada tanggal 24 Agustus 2018.
Wahyuni dkk. 2017. Identifikasi Daerah Resapan Air di Sub Daerah Aliran Sungai
Malino Hulu Daerah Aliran Sungai Jeneberang Kabupaten Gowa. Jurnal Hutan
dan Masyarakat. Vol. 9 (2): 93-104.

Anda mungkin juga menyukai