Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini
merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju
dan berkembang, termasuk Indonesia. Diperkira kan bahwa diseluruh dunia,
PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar
36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari angka
kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan
menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama
dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih
tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker(6%).
Oleh karena itu, untuk mengurangi kasus ini, dilakukanlah
penanganan yang berupa operasi bypass arteri koroner yang merupakan
jenis operasi dimana darah dilewati sekitar arteri tersumbat sehingga aliran
darah dan oksigen ke jantung meningkat. Operasi ini juga dirujuk ke CABG
(Coronary Artery Bypass Grafting).
Arteri koroner bertanggung jawab untuk membawa darah ke otot
jantung. Kadang-kadang arteri bisa tersumbat yang disebabkan oleh plak
dan bahan lemak lainnya. Sumbatan ini akhirnya memperlambat aliran
darah atau dapat menghentikan aliran darahsepenuhnya. Ketika seseorang
memiliki penyumbatan arteri koroner, ia akan mengalami nyeri di dada atau
mengembangkan serangan jantung. Namun, dengan melakukan operasi
bypass arteri koroner, aliran darah ke jantung membaik dan akhirnya
mengurangi nyeri dada dan risiko serangan jantung.

1.2 Rumusan Masalah


Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat
ini merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara

Coronary Artery Bypass Graft | 1


maju dan berkembang. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan
tentang penanganan PJK dengan dilakukan operasi CABG yang merupakan
jenis operasi dimana darah dilewati sekitar arteri tersumbat sehingga aliran
darah dan oksigen ke jantung meningkat.

1.3 Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Untuk memberikan sumber informasi tentang Penyakit Jantung
Koroner yang penatalaksanaannya dengan Coronary Artery Bypass
Graft (CABG) kepada pembaca.

1.2.2 Tujuan Khusus


 Mengetahui definisi dari CABG
 Mengetahui indikasi CABG
 Mengetahui persiapan operasi CABG
 Mengetahui prosedur (instrumen, posisi, serta langkah –
langkah operasi) CABG
 Mengetahui perawatan pasca operasi CABG
 Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif
CABG

Coronary Artery Bypass Graft | 2


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) adalah bedah pintas koroner
yang merupakan salah satu upaya atau tindakan yang dilakukan untuk
revaskularisasi pada penderita penyakit jantung koroner. (Muttaqin, A.
2009)
Coronary Artery Bypass Grafting adalah operasi pintas koroner yang
dilakukan untuk membuat saluran baru melewati bagian arteri koroner yang
mengalami penyempitan atau penyumbatan (Medical Surgical Nursing vol
1, 2000).
Coronary Artery Bypass Grafting atau Operasi CABG adalah teknik
yang menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk
memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah ke
jantung.
Operasi bypass jantung dilakukan dengan membuat saluran baru
melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan dan juga
penyumbatan sehingga ada aliran darah baru yang membawa oksigen ke
jantung. Saluran baru yang dibuat berasal dari pembuluh darah nadi dan
pembuluh darah balik dari bagian tubuh lain, kemudian dicangkokkan ke
arteri koroner yang mengalami penyempitan dan penyumbatan.

Coronary Artery Bypass Graft | 3


2.2 Indikasi Pembedahan CABG
Bypass merupakan salah satu pengobatan dari PJK untuk mengurangi
keluhan angina dan membuat kehidupan jangka panjang yang lebih baik
terutama untuk pasien-pasien dengan PJK dengan penyempitan berat
koroner yang berpotensi tinggi menimbulkan serangan jantung, bypass juga
dilakukan pada penderita paska serangan jantung dengan penyempitan
koroner yang berpotensi fatal. Operasi bypass kadang dilakukan pada
kondisi darurat yaitu saat serangan jantung terjadi. Operasi ini
direkomendasikan apabila obat-obatan maupun pelebaran dengan balon atau
pemasangan stent tidak efektif dalam mengatasi gangguan koroner.
Indikasi CABG menurut American Heart Association (AHA):
a) Stenosis Left Mean Coronary Artery yang signifikan
b) Angina yang tidak dapat di kontrol dengan terapi medis
c) Angina yang tidak stabil
d) Iskemik yang mengancam dan tidak respon terhadap terapi non bedah
yang maksimal
e) Gagal pompa ventrikel yang progresif dengan stenosis koroner yang
mengancam daerah miokardium
f) Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan PTCA dan trombolitik
g) Sumbatan/stenosis LAD dan LCx pada bagian proksimal > 70 %
h) Satu atau dua vessel disease tanpa stenosis LAD proksimal yang
signifikan
i) Klien dengan komplikasi kegagalan PTCA
j) Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel
disease) dengan angina stabil atau tidak stabil, dan pada klien dengan
2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil, dan
lesi proksimal LAD yang berat
k) Pasien dengan stenosis (penyempitan lumen > 70% pada 3 arteri,arteri
koronaria komunis sinistra, bagian proksimal dari arteri desenden
anterior sinistra

Coronary Artery Bypass Graft | 4


2.3 Kontraindikasi Pembedahan CABG
1. Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner
kurang dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak
sehingga mencegah aliran darah yang adekuat pada pintasan.
Akibatnya, akan terjadi bekuan pada graft sehingga hasil operasi akan
menjadi sia-sia.
2. Tidak ada gejala angina.
3. Struktur arteri koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung.
4. Fungsi ventrikel kiri jelek ( kurang dari 30 % )
(Pierce A. et al, 2006)

2.4 Tipe Pembedahan Jantung


Terdapat tiga tipe pembedahan jantung.
1. Prosedur reparatif, membuat suatu penyembuhan atau perbaikan
yang tahan lama. Contohnya adalah penutupan ductus arterious
paten, defek septum atrium, dan defek septum ventrikel; perbaikan
stenosis mitral; perbaikan sederhana tetralogi Fallot.
2. Prosedur Rekonstruktif, bersifat lebih kompleks, tidak selalu kuratif
dan dapat memerlukan operasi ulang. Contohnya adalah CABG dan
rekonstruksi katup mitral, trikuspid, atau aorta yang inkompeten.
3. Prosedur substitusional, tidak selalu kuratif karena kondisi
praoperasi klien. Sebagai contoh adalah penggatian katup,
penggantian jantung dengan operasi pencangkokan, penggantian
ventrikel atau bantuan dan penggantian jantung dengan alat mekanis.

2.5 Persiapan Operasi CABG


a) Persiapan perawat
- Menyiapkan klien secara mental siap menjalani operasi,
menghilangkan kegelisahan menghadapi operasi. Hal ini
ditempuh dengan cara wawancara dengan dokter bedah dan

Coronary Artery Bypass Graft | 5


kardiolog tentang indikasi operasi, keuntungan operasi,
komplikasi operasi dan resiko operasi. Diterangkan juga hal-hal
yang akan dialami/akan dikerjakan di kamar operasi dan ICU
dan alat yang akan dipasang, juga termasuk puasa, rasa sakit
pada daerah operasi dan kapan drain dicabut.
- Persiapan medikal
- Semua obat-obatan antikoagulan harus dihentikan 1 minggu
sebelum operasi (minimal 3 hari sebelum operasi). Aspirin dan
obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi. Digitalis dan
diuretik dihentikan 1 hari sebelum operasi. Obat-obat jantung
diteruskan sampai hari operasi. Antibiotika hanya diberikan
untuk propilaksis dan diberikan waktu induksi anestesi di kamar
operasi, hanya diperlukan test kulit sebelum operasi apakah ada
alergi.
- Mencari infeksi fokal
- Lakukan fisioterapi dada
b) Persiapan pasien
- Informed concent
- Obat-obatan pra operasi : aspirin, nitrogliserin, nifedipine,
diltiazem
- Pemeriksaan laborat lengkap terutama : Hb, Hematokrit, jumlah
leukosit, kadar elektrolit, faal hemostasis, foto thorak, EGC,
serta tes fungsi paru – paru ( vital capacity )
- Persiapan darah 6 – 10 bag sesuai golongan darah pasien
- Puasa malam 10 – 2 jam
- Cukur area pembedahan
- Lepaskan perhiasan, kontak lensa, mata palsu, gigi palsu (
identifikasi dan simpan yang aman atau berikan keluarganya ).
- Cek benda – benda asing dalam mulut.

Coronary Artery Bypass Graft | 6


2.6 Prosedur Operasi
a) Persiapan Instrumen
- Bahan habis pakai (spuit, masker, jarum, benang, kassa x-ray
dll)
- Alat penunjang kamar operasi
- Linen set (3 set)
- Instrument dasar (1 set dasar bedah jantung dewasa )
1) Kelompok Tajam (Sharps)
 Pisau bedah/pisturi (No. 11, 12, 15)
 Gunting jaringan kasar (mayo)
 Gunting jaringan halus (metzenbaum)
 Gunting operating dan gunting benang
2) Kelompok Penjepit (Klem)
 Towel forsep (duk klem)
 Hemostatic forsep lurus dan bengkok
 Kocher
 Klem jaringan halus (babcock)
 Klem halus ( alis )
3) Kelompok Pemegang (Grasping/Holding)
 Pinset anatomis
 Pinset sirugis
 Sponge Holding Forcep
 Needle Holder
4) Kelompok Penarik (Retractor)
 Schempe wound haag
 Lagen back
 Finochieto Retractor
- Instrumen tambahan ( 1 set tambahan bedah jantung )
- Cardiopulmonary Bypass (CPB) Machnine

Coronary Artery Bypass Graft | 7


- Gergaji listrik
- Intrumen AV graft ( 1 set )
b) Posisi saat pembedahan
Supine
c) Prosedur operasi
1) Pemasangan CVP pada vena jugularis dekstra atau vena
subklavia dekstra, arteri line dan saturasi oksigen.
2) Pasien dipindah dari ruang premedikasi ke kamar operasi.
3) Pasang kateter dan kabel monitor suhu, diselipkan dibawah
femur kiri pasien dan diplester.
4) Pasang plate diatermi di daerah pantat / pangkal femur bawah .
5) Posisi pasien terlentang, kedua tangan disamping kiri dan kanan
badan dan diikat dengan duek kecil, dibawah punggung tepat di
scapula diganjal guling kecil.
6) Bagian lutut kaki diganjal guling, untuk memudahkan
pengambilan graft vena.
7) Menyuntikkan agen induksi untuk membuat pasien tidak sadar.
8) Petugas anestesi memasang ETT memulai ventilasi mekanik.
9) Melakukan desinfeksi dengan betadin 10 % mulai dari batas
dagu dibawah bibir kesamping leher melewati mid aksila
samping kanan kiri, kedua kaki sampai batas malleolus ke
pangkal paha (kedua kaki diangkat) kemudian daerah pubis dan
kemaluan didesinfeksi terakhir selanjutnya didesinfeksi dengan
larutan hibitan 1% seperti urutan tersebut diatas dan dikeringkan
dengan kasa steril.
10) Dada dibuka melalui jalur median sternotomi dan operator mulai
memeriksa jantung.
11) Pembuluh darah yang sering digunakan untuk bypass grafting
ini antara lain ; arteri thoracic internal, arteri radial, dan vena
saphena.

Coronary Artery Bypass Graft | 8


12) Saat dilakukan pemotongan arteri tersebut, klien diberi heparin
untuk mencegah pembekuan darah.
13) Pada operasi “off pump”, operator menggunakan alat untuk
menstabilkan jantung.
 Off Pump CABG
Operasi bedah jantung ini tidak memakai mesin jantung
paru atau CPB. Dengan teknik ini jantung tetap berdetak
normal dan paru-paru berfungsi seperti biasa.
Kriteria pasien off pump:
a) Pasien yang direncanakan operasi elektif
b) Hemodinamik stabil
c) Ejection friction normal
d) Pembuluh distal cukup besar

 Keuntungan dari tehnik off pump menurut Benetti dan


Ballester, 1995:
a) Meminimalkan efek trauma operasi
b) Mobilisasi pasca operasi dapat dilakukan lebih dini
c) Drainage pasca bedah minimal
d) Tranfusi darah dan komponennya minimal
e) Dapat cepat kembali pada pekerjaan semula
f) Tersedia akses sternotomi untuk re-operasi

 Mid CABG (bedah minimal invasif bypass jantung)


prosedur ini dilakukan dengan sayatan yang lebih kecil
sekitar 3-4 cm. Dapat dilakukan tanpa jantung berhenti, dan
beberapa pasien dapat keluar RS dalam waktu 48 jam,
karena tidak ada pemotongan di tulang dada, masa
pemulihan menjadi lebih cepat dengan rasa sakit yang
berkurang, masa rawat lebih singkat dan bekas luka lebih

Coronary Artery Bypass Graft | 9


kecil. Tetapi prosedur ini hanya dilakukan pada pasien yang
penyumbatannya hanya dapat di bypass dengan sayatan
kecil dengan resiko komplikasi rendah

14) Pada operasi “on Pump”, maka ahli bedah membuat kanul ke
dalam jantung dan menginstruksikan kepada petugas
perfusionist untuk memulai cardiopulmonary bypass (CPB).
 Operasi ini dilakukan dengan memakai mesin pintas
jantung paru atau CPB. Dengan teknik ini jantung tidak
berdenyut, dengan menggunakan obat yang disebut
cardioplegik. Sementara itu, peredaran darah dan
pertukaran gas diambil alih oleh mesin pintas jantung paru
 Prinsip cairan kardioplegik yang digunakan yaitu:
a) Konsentrasi kalium cukup tinggi sehingga cepat
terjadi arrest
b) Dextrose sebagai sumber energi
c) Buffer pH untuk mencegah asidosis
d) Hiper osmolaritas untuk mencegah edema interstitial
miokardium
e) Anastesi lokal untuk stabilitas membran sel
 Pada teknik operasi ini, suhu diturunkan menjadi 28°- 30°
C, yang bertujuan untuk menurunkan kebutuhan jaringan
akan oksigen seminimal mungkin, heart rate di
pertahankan 60 – 80 x/menit, tekanan arteri 70 – 80
mmHg.

15) Setelah CPB terpasang, operator ditempat klem lintas aorta


(aortic cross clamp) diseluruh aorta dan mengintruksikan
perfusionist untuk memasukkan cardioplegia untuk
menghentikan jantung.

Coronary Artery Bypass Graft | 10


16) Ujung setiap pembuluh darah grefting dijahit pada arteri
koronaria diluar daerah yang diblok dan ujung lain dihubungkan
pada aorta.
17) Jantung dihidupkan kembali; atau pada operasi “off pump” alat
stabilisator dipisahkan. Pada beberapa kasus, aorta didukung
sebagian oleh klem C-Shaped, jantung dihidupkan kembali dan
penjahitan jaringan grafting ke aorta dilakukan sembari jantung
berdenyut.
18) Protamin diberikan untuk memberikan efek heparin
19) Sternum dijahit bersamaan dan insisi dijahit kembali.
20) Pasien akan dipindahkan ke unit perawatan intensif (ICU) untuk
penyembuhan.
21) Setelah keadaan sadar dan stabil di ICU (sekitar 1 hari), pasien
bisa dipindah ke ruang rawat sampai pasien siap untuk pulang.

2.7 Perawatan Pasca Operasi


Perawatan di ICU
a) Monitoring Hemodinamik
Setelah penderita pindah di ICU maka timbang terima antara
perawat yang mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang
bertanggung jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap
penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya
selama 24 jam. Pemantauan yang dikerjakan harus secara
sistematis dan mudah : CVP, RAP, LAP, denyut jantung,
“Wedge presure” dan PAP, tekanan darah, curah jantung, obat-
obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung
dosisnya, rutenya dan lain-lain, alat lain yang dipakai untuk
membantu seperti IABP, pach jantung dll.

Coronary Artery Bypass Graft | 11


b) EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama
dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES,
blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap
minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung dari problem yang
dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar jantung yang
membahayakan.
c) Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan
malahan diberikan sedasi sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di
ICU segera respirator dipasang dan dilihat : Tube dan ukuran yang
dipakai, melalui mulut / hidung, Tidal volume dan minut volume,
RR, Fi O 2, PEEP. Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus /
tube, apakah lendirnya normal, kehijauan, kental atau berbusa
kemerahan sebagai tanda edema paru.
d) Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih
diberikan obat-obatan sedatif pelumpuh otot. Bila penderita mulai
bangun maka disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya.
e) Sistem ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi
akibat hemolisis dan lain-lain. Pemeriksaan ureum / kreatinin bila
fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.
f) Gula darah
Bila penderita adalah diabetes maka kadar gula darah harus
dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus
insulin.
g) Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa HB, HT, trombosit, ACT,

Coronary Artery Bypass Graft | 12


Analisa gas darah, LFT / Albumin, Ureum, kreatinin, gula darah,
Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
h) Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari
mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu
biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi
dikerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi
lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap
sebagai perdarahan pasca bedah dan muingkin
memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.
i) Foto toraks
Pemeriksaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU
untuk melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz. Perawatan pasca
bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi
seperti komplikasi yang dijumpai. Umumnya bila fungsi jantung
normal, penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu
juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
j) Fisioterapi
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita
dengan ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk
mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural
drinase).

Perawatan setelah di ICU / di Ruangan


Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua
organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua
pasca bedah. Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto
telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
 Hari ke 3 : lihat keadaan dan diperiksa antara lain Elektrolit
thrombosis, Ureum, Gula darah, Thoraks foto, EKG 12 lead.

Coronary Artery Bypass Graft | 13


 Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
 Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto
thoraks tegak.
 Hari ke 6 - 10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
 Obat - obatan
Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu
batuk akan mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti
anti hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus sudah dimulai,
expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan
sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
 Perawatan luka
Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada
luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus
dibuka jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa bebas keluar.
Kadang-kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah
cepat kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di
buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien
yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama
untuk mencegah luka terbuka.
 Fisioterapi
Setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan
untuk mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem
pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di tempat
tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan
ke kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh
fisioterapis atau oleh perawat.

Coronary Artery Bypass Graft | 14


2.8 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Perioperatif CABG
a) Penatalaksanaan Pra operatif
1. Pengkajian
Pengkajian Kesehatan. Riwayat praoperatif dan pengkajian
kesehatan harus lengkap dan didokumentasikan dengan balk
karena merupakan landasan sebagai pembanding pascaoperatif.
Pengkajian sistematis mengenai semua sistem harus dilakukan,
dengan penekanan pada fungsi kardiovaskuler. Status fungsional
sistem kardiovaskuler ditentukan dengan mengamati
simptomatologi pasien. Termasuk pengalaman sekarang maupun
masa lampau tentang adanya nyeri dada, hipertensi, berdebar-
debar, sianosis, susah bernapas (dispneu). nyeri tungkai yang
terjadi setelah berjalan, ortopneu, dispnu nokturnal paroksismal,
edema perifer dan klaudikasio intermiten. Karena perubahan
curah jantung dapat mempengaruhi fungsi ginjal, pernapasan,
gastrointestinal, kulit, hematologi dan saraf, maka sistem-sistem
tersebut harus dikaji dengan lengkap. Riwayat penyakit utama,
pembedahan sebelumnya, terapi obat-obatan, dan penggunaan
obat, alkohol dan tembakau juga harus dieksplorasi.
Dilakukan pemeriksaan fisik lengkap, dengan penekanan khusus
pada parameter berikut:
- Keadaan umum dan tingkah laku
- Tanda-tanda vital
- Status nutrisi dan cairan, berat dan tinggi badan
- Inspeksi dan palpasi jantung, menentukan titik impuls
maksimal (PMI = point of maximal impulse), pulsasi
abnomsal, thrill
- Auskukasi jantung, mencatat frekuensi nadi, mama dan
kualitasnya. S, S4, snap, klik, murmur, friction rub
- Tekanan vena jugularis

Coronary Artery Bypass Graft | 15


- Denyut nadi perifer
- Edema perifer

Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial dan pengkajian kebutuhan belajar-
mengajar pasien dan keluarganya sama pentingnya dengan
pemeriksaan tisik. Persiapan pembedahan jantung merupakan
sumber stres yang berat bagi pasien dan keluarganya. Mereka
akan menjadi cemas dan ketakutan dan kadang mempunyai
banyak pertanyaan yang tidak terjawab. Kecemasan mereka
biasanya bertambah saat pasien dirawat di rumah sakit dan
segera dilakukan operasi. Pengkajian beratnya kecemasan sangat
penting. Bila ringan, mungkin merupakan penolakan. Bila berat,
perlu diajarkan pemakaian mekanisme koping secara efektif
melalui penyuluhan praoperatif. Pertanyaan perlu diajukan
untuk memperoleh informasi berikut mengenai pasien maupun
keluarganya:
- Arti pembedahan bagi pasien dan keluarganya
- Mekanisme koping yang digunakan
- Cara yang digunakan pada masa lampau untuk mengatasi
stres
- Perubahan gaya hidup yang diantisipasi
- Sistem pendukung yang efektif
- Ketakutan mengenai masa kini dan masa mendatang
- Pengetahuan dan pemahaman prosedur pembedahan,
perjalanan pascaoperasi, dan rehabilitasi jangka panjang

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan bagi pasien yang menjalani pembedahan
jantung sangat bervariasi antara pasien satu dengan pasien lain,

Coronary Artery Bypass Graft | 16


tergantung penyakit jantung mereka dan simptomatologinya -
Kebanyakari pasien mernpunyai diagnosa keperawatan
penurunan curah jantung. Selain itu, diagnosa keperawatan
praoperatif bagi kebanyakan pasien mencakup yang berikut:
- Takut sehubungan dengan prosedur pembedahan. hasil
pembedahan yang belum jelas, dan takut akan
kehilangan keadaan sehat
- Kurangnya pengetahuan mengenai prosedur pcmbedahan
dan penjalanan pascaoperatif
Masalah Kolaborasi / Komplikasi Potensial
- Stres karena pembedahan yang akan dilakukan dapat
mencetuskan komplikasi yang memerlukan
penatalaksanaan secara kolaboratif dengan dokter.
Berdasarkan data pengkajian, komplikasi potensial yang
mungkin terjadi meliputi: Angina (atau yang sesuai
dengan angina), kecemasan berat yang memerlukan obat
antiolitik (pengurang-kecemasan), henti jantung

3. Intervensi Keperawatan
a. Mengurangi Ketakutan. Pasien dan keluarganya harus diberi
kesempatan yang cukup dan untuk mengekspresikan
ketakutan mereka. Bila ada ketakutan yang tidak diketahui,
pengalaman operasi lain yang pernah dijalani pasien dapat
dibandingkan dengan pembedahan yang akan dilakukan.
Terkadang sangat membantu menjelaskan kepada pasien
perasaan yang akan timbul (Anderson dan Masur 1989). Bila
pasien pernah menjalani kateterisasi jantung, maka
persamaan dan perbedaan prosedur ini dengan pembedahan
yang akan dijalankan dapat dibandingkan. Pasien juga

Coronary Artery Bypass Graft | 17


didorong untuk menyatakan mengenai setiap keprihatinan
yang berhubungan dengan pengalaman sebelumnya.
b. Penyuluhan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah.
Pendidikan pasien dan keluarganya didasarkan pada
kebutuhan belajar yang telah dikaji. Penyuluhan biasanya
meliputi informasi mengenai perawatan di rumah sakit,
mengenai pembedahan (asuhan praoperatif dan pascaoperatif,
latnanya pembedahan, nyeri dan ketidaknyamanan yang
mungkin terjadi, jam berkunjung, dan prosedur di unit kritis),
dan informasi mengenai fase pemulihan (lamanya perawatan
di rumah sakit, kapan aktivitas normal seperti pekerjaan
rumah tangga, helanja dan bekerja dapat dimulai kembali).
Setiap perubahan yang dilakukan pads terapi obat-obatan dan
persiapan praoperatif harus dijelaskan dan ditekankan.
c. Pemantauan dan Penatalaksanaan Komplikasi Potensial.
Pasien yang mengalami angina biasanya berespons dengan
terapi angina yang biasa, yang tersering adalah nitrogliserin
yang diletakkan di bawah lidah Beberapa pasien memerlukan
oksigen dan drip nitrogliserin intravena
4. Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
a. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan
- Mengidentifikasi rasa takut
- Mendiskusikan rasa takut dengan keluarga
- Menggunakan pengalaman dahulu sebagai fokus
perbandingan
- Mengekspresikan pandangan positif mengenai hasil
pembedahan
- Mengekspresikan rasa percaya diri mengenai cara yang
digunakan untuk mengurangi rasa sakit.

Coronary Artery Bypass Graft | 18


b. Menerima pengetahuan mengenai prosedur pembedahan dan
perjalanan pascaoperatif
- Mengidentifikasi maksud prosedur persiapan
praoperatif
- Meninjau unit perawatan intensif bila diinginkan
- Mengidentitikasi keterbatasan hasil setelah
pembedahan
- Mendiskusikan lingkungan pascaoperatif dengan
segera, mis, pipa, mesin, pemeriksaan perawat.
- Memperagakan aktivitas yang seharusnya dilakukan
setelah pembedahan (mis, menarik napas dalam, batuk
efektif, latihan kaki)

b) Penatalaksanaan Intra Operatif


Kebanyakan prosedur pembedahan jantung dilakukan melalui insisi
sternotomi median. Pasien dipersiapkan untuk pemantauan
berkesinambungan: elektroda, kateter indwelling, dan probe
dipasang sebelum prosedur untuk rnemudahkan pengkajian status
pasien dan perubahan terapi bila diperlukan. Pipa intravena harus
dipasang bila diperlukan pemberian cairan, obat, dan komponen
darah. Selain itu pasien akan diintubasi dan dihubungkan dengan
ventilasi mekanis. Sebelum insisi dada ditutup, dipasang tabung
dada untuk pengeluaran udara dan drainase dan mediastinum dan
toraks. Elektroda pacu jantung epikardial diimplantasikan pada
permukaan atrium kanan dan ventrikel kanan. Elektroda epikardial
ini dapat dipakai pascaoperatif untuk memacu jantung atau untuk
memantau jantung apabila ada disritmia melalui lead atrium. Selain
membantu prosedur pembedahan, perawat bedah juga bertanggung
jawab terhadap kenyamanan dan keamanan pasien. Ruang lingkup
intervensinya meliputi mengatur posisi, perawatan kulit, serta

Coronary Artery Bypass Graft | 19


dukungan emosional terhadap pasien dan keluarganya. Komplikasi
intraoperatif yang mungkin terjadi meliputi disritmia, pendarahan,
infark miokardium, cedera pembuluh darah otak, emboli, dan gagal
organ akibat syok, embolus atau reaksi sobat. Pengkajian pasien
imraoperatif yang cermat sangat penting dalam mencegah
komplikasi tersebut selain dapat mendeteksi gejala dan memulai
tindakan segera.

c) Penatalaksanaan Post Operatif


1. Pengkajian
Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut;
- Status neurologis—tingkat responsivitas, ukuran pupil dan
reaksi terhadap cahaya, refleks, gerakan ekstremitas, dan
kekuatan genggaman tangan.
- Status Jantung—frekuensi dan irama jantung, suara
jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena sentral (CVP),
tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP =
pulmonary artery wedge pressure). tekanan atrium kiri
(LAP), bentuk gelombang dan pipa tekanan darah invasif,
curah jantung atau indeks. tahanan pembuluh darah sistemik
dan paru, saturasi oksigen arteri paru (SVO,) bila ada,
drainase rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker.
- Status respirasi—gerakan dada, suana napas, penentuan
ventilator (fnekuensi, volume tidal, konsentrasi oksigen,
mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi [PEEPfl,
kecepatan napas, tekanan ventilator, saturasi oksigen anteri
(SaO,), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga dada, gas
darah arteri.

Coronary Artery Bypass Graft | 20


- Status pembuluh darah perifer—denyut nadi perifer, warna
kulit, dasar kuku, mukosa. bibir dan cuping telinga, suhu
kulit, edema, kondisi balutan dan pipa invasif.
- Fungsi ginjal—haluaran urin, berat jenis urin, dan
osmolaritas
- Status cairan dan elektrolit—asupan; haluaran dan semua
pipa drainase serta parameter curah jantung, dan indikasi
ketidakseinibangan elektrolit berikut:
Hipokalemia: intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U,
AV blok,gelombang T yang datar atau terbalik)
Hiperkalemia.- konfusi mental, tidak tenang, mual,
kelemahan, parestesia eksremitas, disrirmia (tinggi,
gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo, pelebaran
kompleks QRS; perpanjangan interval QT)
Hiponatremia: kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang,
koma
Hipokalsemia parestesia, spasme tangan dan kaki, kram
otot, tetani
Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole
- Nyeri—sifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus
dibedakan dengan nyeri angina): aprehensi, respons
terhadap analgetika.
- Catatan: Beberapa pasien yang telah menjalani CABG
dengan arteri mamaria interns akan mengalami parestesis
nervus ulnanis pada sisi yang sama dengan graft yang
diambil. Parestesia tersebut bisa sementara atau permanen.
Pasien yang menjalani CABG dengan arieni gasiroepiploika
juga akan mengalami ileus selama beberapa waktu
pascaoperatif dan akan mengalami nyeri abdomen pada
tempat insisi selain nyeri dada. Pengkajian juga mencakup

Coronary Artery Bypass Graft | 21


observasi segala peralatan dan pipa untuk menentukan
apakah fungsinya baik: pipa endotrakheal, ventilator,
monitor CO2 akhir tidal, monitor Sa02, kateter arteri paru,
monitor SO2, pipa arteri dan vena, slat infus intravena dan
selang, monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan sistem
drainase urin. Begitu pasien sadar dan mengalami kemajuan
selama periode pasca-operatif, perawat harus
mengembangkan pengkajian dengan memasukkan
parameter yang menunjukkan status psikologis dan
emosional. Pasien dapat irternperlihatkan iingkah laku yang
mencerminkan penolakan dan depresi atau dapat pula
mengalami psikosis pasca kardiotomi. Tanda khas psikosis
meliputi (1) ilusi persepsi sementara, (2) halusinasi dengar
dan penglihatan (3) disorientasi dan waham paranoid.

Pengkajian komplikasi
Pasien terus-menerus dikaji mengenai adanya indikasi ancaman
komplikasi. Perawat dan dokter bekerja secara kolaboratif untuk
mengetahui tanda dan gejala awal komplikasi dan memberikan
tindakan untuk mencegah perkembangannya.
- Penurunan Curah Jantung
Penurunan curah jantung selalu merupakan ancaman bagi
pasien yang baru saja menjalani pembedahan jantung. Hal ini
dapat terjadi karena berbagai penyebab:
Gangguan preload—terlalu sedikit atau terlalu banyak
volume darah yang kembali ke jantung akibat hipovolemia,
perdarahan yang berlanjut, tamponade jantung, atau cairan
yang berlebihan.

Coronary Artery Bypass Graft | 22


Gangguan afterload—arteri dan kapiler yang terlalu
konstriksi atau terlalu dilatasi karena perubahan suhu tubuh
atau hipertensi.
Gangguan frekuensi jantung—terlalu cepat, terlalu lambat.
atau disritmia.
Gangguan kontraktilitas—gagal jantung. infark miokardium.
ketidakseiinbangan elektrolit, hipoksia
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi
setelah
pembedahan jantung. Pengkajian keperawatan untuk
komplikasi ini meliputi pemantauan asupan dan haluaran,
berat PAWP, hasil pengukuran tekanan atrium kiri dan CVP,
tingkat hematokrit, distensi vena leher, edema, ukuran hati,
suara napas (misalnya krekels halus, wheezing) dan kadar
elektrolit. Perubahan elektrolit serum harus dilaporkan segera
sehingga penanganan dapat segera diberikan. Yang penting
kadar kalium, natrium dan kalsium tinggi atau rendah.
- Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas adalah komplikasi lain yang
mungkin terjadi pasca bedah jantung. Semua jaringan tubuh
memerlukan suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat untuk
bertahan hidup. Untuk mencapai hal tersebut pada pasca
pembedahan, maka perlu dipasang pipa endotrakeal dengan
bantuan ventilator selama 4 sampai 48 jam atau lebih.
Bantuan ventilasi dilanjutkan sampai nilai gas darah pasien
normal dan pasien menunjukkan kemampuan bernapas
sendiri. Pasien yang stabil setelah pembedahan dapat
diekstubasi segera setelah 4 jam pasca pembedahan,
sehingga mengurangi kecemasannya sehubungan dengan

Coronary Artery Bypass Graft | 23


keterbatasan kemampuan berkomunikasi. Pasien dikaji terus
menerus untuk adanya indikasi gangguan pertukaran gas;
gelisah, cemas, sianosis pada selaput lendir dan jaringan
perifer, takikardia dan berusaha melepas ventilator. Suara
napas dikaji sesering mungkin untuk mendeteksi adanya
cairan dalam paru dan untuk memantau pengembangan paru
Gas darah arteri selalu dipantau.
- Gangguan Peredaran Darah Otak.
Fungsi otak sangat tergantung pada suplai oksigen darah
yang berkesinambungan. Otak tidak memiliki kapasitas untuk
menyimpan oksigen dan sangat bergantung pada perfusi
berkesinambungan yang adekuat dan jantung. Jadi sangat
penting mengobservasi pasien mengenai adanya gejala
hipoksia: gelisah, sakit kepala, konfusi, dispnu, hipotensi. dan
sianosis. Gas darah arteri, SaO, SO dan CO akhir tidal harus
dikaji bila ada penurunan oksigen dan peningkatan
karbondioksida. Pengkajian status neurologis pasien meliputi
tingkat kesadaran. Respons terhadap perintah verbal dan
stimulus nyeri, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya,
gerakan ekstremitas, kekuatan, menggenggarn tangan, adanya
denyut nadi poplitea dan kaki, begitu juga suhu dan warna
ekstremitas. Setiap tanda yang menunjukkan adanya
perubahan status harus dicatat dan setiap temuan yang
abnormal harus dilaporkan ke ahli bedah segera karena bisa
merupakan tanda awal komplikasi pada periode
pascaoperatif. Hipoperfusi dan mikroemboli dapat
rnenyebahkan kerusakan sistem saraf pusat setelah
pembedahan jantung.

Coronary Artery Bypass Graft | 24


2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian dan jenis prosedur bedah yang
dilakukan diagnosis utama keperawatan mencakup yang berikut:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
preload/afterload/kontraktilitas/frekuensi jantung..
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidaksesuaian ventilasi/perfusi atau pirau inrapulmonal.
c. Risiko kekurangan volume cairan dan keseirnbangan
elektrolit berhubungan dengan berkurangan volume darah
yang beredar
d. Risiko gangguan persepsi-penginderaan berhubungan dengan
penginderaan yang berlebihan (suasana ruangan asuhan
kritis, pengalaman pembedahan)
e. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
akibat sternotomi atau insisi tungkai.
f. Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan stasis
vena, embolisasi. penyakit aterosklerosis yang mendasarinya.
efek vasopresor, atau rnasalah pembekuan darah.
g. Risiko perubahan perfusi ginjal berhubungan dengan
penurunan curah jantung, hemolisis, atau terapi obat
vasopresor
h. Risiko hipertermia berhubungan dengan infeksi atau sindrorn
pasca perikardiotomi
i. Kurang pengetahuan mengenai aktivitas perawatan diri

Masalah Kolaboratif / Komplikasi Potensial


Berdasarkan pada data pengkajian, komplikasi potensial yang dapat
terjadi mencakup:
a. Komplikasi jantung: gagal jantung kongestif, infark
miokardium, henti jantung, disritmia.

Coronary Artery Bypass Graft | 25


b. Komplikasi paru: edema paru, emboli paru. efusi pleura,
pneumo atau hematotoraks, gagal napas. sindrom distres
napas dewasa
c. Perdarahan
d. Komplikasi neurologis: cedera serebrovaskuler, emboli udara
e. Nyeri
f. Gagal ginjal, akut atau kronis
g. Ketidakseimbangan elektrolit
h. Gagal hati
i. Koagulopati
j. Infeksi, sepsis

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan utama meliputi restorasi curali jantung, pertukaran gas
yang adekuat, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit
berkurangnya gejala penginderaan yang berlebihan.
penghilangan nyeri, usaha untuk beristirahat, pemeliharaan
perfusi jaringan yang memadai, pemeliharaan perfusi ginjal yang
memadai, pemeliharaan suhu tubuh normal, mempelajari
aktivitas perawatan diri. dan tidak adanya komplikasi.
a) Menjaga Curah Jantung
Penatalaksanaan keperawatan mencakup observasi terus-
menerus status jantung pasien dan segera memberitahu ahli
bedah setiap perubahan yang menunjukkan penurunan curah
jantung. Perawat dan ahli bedah kemudian bekerja sarna
secara kolaboratif untuk memperbaiki masalah yang terjadi.
Disritmia, yang dapat terjadi ketika perfusi jantung
berkurang, juga merupakan indikator penting mengenai
fungsi jantung. Disritmia yang paling sening terjadi selama
peniode pascaoperasi adalah bradikardi, takikardi dan

Coronary Artery Bypass Graft | 26


denyutan ektopik. Observasi terus-menerus pantauan jantung
untuk adanya berbagai disritmia merupakan bagian penting
dalam penatalaksanaan dan perawatan pasien. Setiap
petunjuk adanya penurunan curah jantung harus segera
dilaporkan ke dokter. Data dan hasil pengkajian uji tersebut
kemudian akan digunakan dokter untuk menentukan
penyebab masalahnya. Begitu diagnosa telah ditegakkan,
dokter bersama perawat bekerja secara kolaboratif untuk
menjaga curah jantung dan mencegah komplikasi lebih
lanjut. Bila perlu, dokter dapat membenikan komponen
darah, cairan, digitalis, diuretik, vasodilator, atau vasopresor.
Bila perlu dilakukan pembedahan lagi, maka pasien dan
keluanganya harus dibenitahu mengenai prosedur tersebut.
b) Promosi Pertukaran Gas yang Memadai.
Untuk meyakinkan adanya pertukaran gas yang memadai,
perawat harus mengkaji dan menjaga patensi selang
endotrakheal. selang harus dihisap bila ada wheezing atau
krekel (ronkhi). Pengisapan dapat dilakukan melalui kateter
yang sudah ada; perawat dan ahli terapi napas harus
menaikkan fraksi oksigen inspirasi ventilator (Fi02) selama
tiga tarikan napas atau lebih, sebelurn mulai menghisap. Bisa
juga, oksigen 100% diherikan kepada pasien dengan
resusitator manual (Ambu) sebelum dan sesudah
penghisapan untuk mencegah hipoksia yang dapat terjadi
akibat prosedur penghisapan. Pengukuran gas darah arteri
harus dibandingkan dengan data awal dan setiap ada
perubahan harus dilaporkan kepada dokter segera.

Coronary Artery Bypass Graft | 27


c) Menjaga Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.
Untuk promosi keseimbangan cairan dan elektrolit, peravat
harus mengkaji dengan cermat setiap pemasukan dan
pengeluaran. Pergunakan lembar khusus untuk mencatat
keseimbangan cairan positif atau negatif. Semua masukan
cairan harus dicatat, termasuk cairan intravena, larutan
pembilas yang digunakan untuk membilas kateter arteri dan
vena dan pipa nasogastrik, dan cairan peroral. Begitu pula,
semua keluaran juga harus dicatat, meliputi urin, drainase
nasogastrik, dan drainase dada.
Parameter hemodinamika (tekanan darah, tekanan baji
pulmonal dan atrium kiri, dan CVP) harus sesuai dengan
asupan, haluaran dan berat badan untuk menentukan
kecukupan hidrasi dan curah jantung. Elektrolit serum harus
dipantau dan pasien harus diobservasi mengenai adanya
tanda ketidakseimbangan kalium, natrium dan kalsium
(hipokalemia, hiperkalemia, hiponatremia dan hipokalsemia).

d) Menurunkan Gejala Penginderaan yang Berlebihan


Penginderaan yang berlebihan mempakan efek yang biasa
terjadi, yang berhubungan dengan pengalaman pembedahan
dan faktor lingkungan di unit perawatan kritis. Psikosis pasca
kardiotomi dapat terjadi setelah pembedahari jantung. Istilah
mi mengacu pada sekelompok tingkah laku abnormal yang
terjadi dalam intensitas dan durasi yang beragam pada
kebanyakan pasien. Pada tahun-tahun awal pembedahn
jantung, fenomena ini lebih sering terjadi dibanding
sekarang. Pada saat itu disebabkan karena kurangnya perfusi
otak selama pembedahan, mikroemboli, dan lamanya pasien
berada dalam mesin pintasan jantung paru. Kemajuan dalam

Coronary Artery Bypass Graft | 28


teknik pembedahan telah menurunkan secara bermakna
faktor-faktor tadi. Sekarang, apabila terjadi, mungkin
disebabkan oleh kecemasan, kurang tidur, masukan indrawi
yang berlebihan, dan disorientasi terhadap malam dan siang
saat pasien kehilangan perjalanan waktu. Ada temuan
penting yang menunjukkan bahwa pasien yang tak mampu
mengekspresikan kecemasannya sebelum pembedahan akan
lebih rentan mengalami psikosis pada periode pasca operasi.

e) Pengurangan Nyeri
Nyeri dalam kemungkinan tidak dapat dirasakan tepat di atas
daerah cedera tetapi ke tempat yang lebih luas dan merata.
Pasien yang baru saja menjalani pembedahan jantung akan
mengalami nyeri akibat terpotongnya syaraf interkostal
sepanjang irisan dan iritasi pleura oleh kateter dada. (Begitu
pula, pasien dengan CABG arteria mamaria interna dapat
mengalami parestesia saraf ulna pada sisi yang sama dengan
sisi grafnya.) Observasi dan mendengarkan adanya Tanda
nyeri yang diucapkan ataupun tidak diucapkan oleh pasien
perlu diperhatikan. Perawat harus mencatat secara akurat
sifat, jenis, lokasi, dan durasi nyeri. (Nyeri irisan harus
dibedakan dengan nyeri angina.) Pasien harus dianjurkan
minum obat sesuai resep untuk mengurangi nyeri. Kemudian
pasien harus dapat berpartisipasi dalam berlatih menarik
napas dalam dan batuk. dan secara progresif memngkatkan
perawatan diri. Nyeri menyebabkan ketegangan. yang akan
menstimulasi sistem saraf pusat untuk mengeluarkan
adrenalin, yang mengakibatkan konstriksi arteri. Hal ini akan
mengakibatkan peningkatan afrerload dan penurunan curah
jantung. Morfin sulfat dapat mcngurangi nyeri dan

Coronary Artery Bypass Graft | 29


kecemasan serta merangsang tidur, yang pada gilirannya
menurunkan kecepatan metabolik dan keburuhan oksigen.
Setelah pemberian opioid (narkotika), setiap tanda-tanda
adanya penurunan aprehensi dan nyeri harus dicatat dalam
status pasien. Pasien juga harus dipantau akan adanya tanda
efek depresi pernapasan akibat analgetika. Bila terjadi
depresi pernapasan. harus diberikan antagonis opioid
(mis.,naloxone [Narcan]) untuk melawan efek tersebut.

f) Meningkatkan Istirahat.
Upaya dasar untuk memberikan rasa nyaman pada pasien
bersama dengan pembehan analgetika akan memperkuat efek
analgesia dan meningkatkan istirahat. Pasien harus dibantu
merubah posisi setiap 1 sampai 2 jam dan diposisikan
sedemikian rupa sehingga dapat menghindari ketegangan
pada daerah luka operasi dan selang dada. Penekanan pada
daerah irisan selama batuk dan nenarik napas dalam dapat
mengurangi nyeri. Aktivitas keperawatan dijadwalkan
sebanyak mungkin uniuk mengurangi gangguan saat
istirahat. Bila kondisi sudah mulai stabil dan prosedur terapi
serta pemantauan sudah mulai berkurang, maka pasien dapat
beristirahat lebih lama lagi.

g) Menjaga Perfusi Jaringan yang Adekuat


Denyut nadi perifer (pedis, poplitea. tibialis, femoralis,
radialis, brakhialis) dipalpasi secara rutin untuk mengkaji
adanya obstruksi arteri. Bila tidak teraba denyutan pada satu
ekstremitas, penyebabnya mungkin akibat kateterisasi
sebelurnnya pada ekstremitas tersebut. Bila ada denyut yang
baru saja menghilang harus segera dilaporkan kepada dokter.

Coronary Artery Bypass Graft | 30


Setelah pembedahan harus diupayakan mencegah stasis vena
yang dapat mengakibatkan pembentukan trombus dan
selanjutnya emboli: (1) memakai stoking elastik atau halutan
elastik, (2 menghindari menyilang kaki. (3) menghindari
pengunaan peninggi lutut pada tempat tidur, (4) mengambil
semua bantal pada rongga popliteal. dan (5) memberikan
latihan pasif diikuti dengan latihan aktif umuk meningkaikan
sirkulasi dan mencegah hilangnya tonus otot. Gejala
embolisasi, yang berbeda menurut tempatnya, bisa ditandai
dengan (1) nyeri abdomen atau punggung tengah (2) nyeri,
hilangnya denyutan, pucat, rasa baal, atau dingin pada
ekstremitas (3) nyeri dada atau distres pernapasan pada
emboli paru dan infark miokardium: dan (4) kelemahan satu
sisi dan perubahan pupil, seperti yang terjadi pada cedera
pembuluh darah otak. Semua gejala yang timbul harus segera
dilaporkan.

h) Menjaga Kecukupan Perfusi Ginjal.


Perfusi ginjal yang tidak mencukupi dapat tenjadi sebagai
akibat pembedahan jantung terbuka. Salah satu penyebab
yang mungkin adalah rendahnva curah jantung. Selain itu
trauma terhadap sel darah selama pintasan jantung paru
menyebabkan hernolisis sel darah merah. Kejadian ini
mengakibatkan terbentuknya senyawa racun karena
glomerulus tersumbat oleh debris sel darah merah yang rusak
tadi. Penggunaan bahan vasopresor untuk meningkatkan
tekanan darah juga dapat menyebabkan penurunan alinan
darah ke ginjal.
Penatalaksanaan keperawatan meliputi pengukuran haluaran
urin yang akurat. Haluaran urin kurang dari 20 ml jam

Coronary Artery Bypass Graft | 31


menunjukkan adanya hipovolemia. Berat jenis juga harus
diukur untuk mengetahui kemampuan ginjal
mengkonsentrasilcan urin dalam tubulus renalis. Diuretik
kerja cepat atau obat inotropika (digitalis, isopnoterenol)
dapat diberikan untuk meningkatkan cunah jantung dan
aliran darah ginjal. Perawat harus memperhatikan nitrogen
urea darah (BUN) dan kadar kreatinin serum serta kadar
elektrolit serum. Bila ditemukan ketidaknormalan segera
laporkan kepada dokter karena mungkin diperlukan
pembatasan cairan dan pembatasan pemakaian ohat-obat
yang biasanya diekskresi melalui ginjal.

i) Menjaga Suhu Tubuh Tetap Normal.


Pasien biasanva hipotermik saat dimasukkan ke unit
perawatan intensif dan prosedur pembedahan jantung. Pasien
harus dihangatkan secara bertahap sampai ke suhu normal,
yang sebagian dapat diperoleh dari proses metabolisme basal
pasien itu sendiri dan ditambah bantuan udara ventilator yang
dihangatkan, selimut hangat, atau lampu pemanas. Selain
pasien masih hipotermik, proses pembekuan menjadi kurang
efisien. jantung rentan terhadap disritmia, dan oksigen tidak
segera siap dipindahkan dan hemoglobin ke jaringan. Karena
anestesi menekan metabolisme basal. suplai oksigen yang
ada biasanya sudah mencukupi kebutuhan sel. Setelah
pembedahan jantung, pasien berisiko mengalami kenaikan
suhu tubuh akibat infeksi atan sindrorn pascaperikardiotomi.
Peningkatan kecepatan metabolisme yang terjadi akan
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan sehingga
meningkatkan beban kerja jantung. Upaya harus dilakukan

Coronary Artery Bypass Graft | 32


untuk mencegah terjadinya urutan kejadian tersebut atau
menghentikannya begitu diketahui.

4. Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
a) Tercapainya curah jantung yang adekuat
b) Terpeliharanya pertukaran gas yang adekuat
c) Terpeliharanva keseimbangan cairan dan elekirolit
d) Hilangnya gejala penginderaan yang berlebihan, kembali
terorientasi terhadap orang. tempat dan waktu
e) Hilangnya nyeri
f) Terpeliharanya perfusi jaringan yang adekuat
g) Tercapainya istirahat yang adekuat
h) Terpeliharanya perfusi ginjal yang adekuat
i) Terpeliharanya suhu tubuh normal
j) Mampu melakukan aktivitas perawatan diri

Coronary Artery Bypass Graft | 33


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) merupakan salah satu
penanganan intervensi dari PJK yaitu membuat saluran baru melewati
bagian arteri coronaria yang mengalami penyempitan. Saluran baru diambil
dari pembuluh darah arteri ataupun vena, sehingga menyediakan jalan untuk
aliran darah yang menuju sel otot jantung
CABG bertujuan untuk mengatasi terhambatnya aliran arteri koroner
akibat adanya penyumbatan. Tindakan Kateterisasi dilakukan untuk
memastikan daerah yang mengalami penyumbatan.
Sasaran yang ingin diperoleh pasca dilakukan tidndakan CABG
adalah mengurangi gejala penyakit arteri koroner, sehingga pasien mampu
meningkatkan kualitas hidup lebih baik dibandingkan sebelum dilakukan
operasi CABG.

3.2 Saran

Hendaknya pengetahuan mahasiswa keperawatan Politeknik


Kesehatan Kemenkes Banten terutama dalam keperawatan perioperatif
pembedahan jantung dapat meningkat dapat benar – benar memahami dan
mewujud nyatakan peran perawat yang profesional, serta dapat
melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung jawab, dan selalu
mengembangkan ilmu keperawatan.

Coronary Artery Bypass Graft | 34

Anda mungkin juga menyukai