Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

GENETIKA DAN REPRODUKSI


REPLIKASI DNA DAN SINTESIS PROTEIN

OLEH
KELOMPOK 3
1. AULIA VICTORINA (17177005)
2. INE TENTIA (17177018)
3. NANA SUTRISNA (17177048)
4. SALNI RIAU WANA (17177033)

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. LUFRI, M. S.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah “Replikasi DNA dan
Sintesis Proteiin” sebagai salah satu tugas mata kuliah Genetika dan Reproduksi.
Penyelesaian penulisan makalah ini tidak terlepas dari kerjasama dan
partisipasi dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Lufri, M. S. selaku dosen mata kuliah Genetika dan
Reproduksi
2. Orang tua yang selalu memberikan bantuan moril dan materil sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya konstruktif untuk perbaikan makalah ini kedepannya. Penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
terutama mengenai replikasi DNA dan sintesis protein.

Padang, April 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan genetik yang ada pada setiap jasad akan mengalami proses
perbanyakan sebagai salah satu tahapan sangat penting dalam proses pertumbuhan
sel atau perbanyakan partikel virus. Proses perbanyakan bahan genetik dikenal
sebagai proses replikasi. Studi awal mengenai proses perbanyakan bahan genetik
dilakukan pada jasad yang genomnya berupa molekul DNA. Meskipun demikian,
perlu diingat bahawea pada jasad tertentu, khususnya kelompok virus tertentu,
genomnya berupa molekul RNA. Genom yang berupa molekul RNA ini juga akan
direplikasi meskipun dengan melalui tahapan yang sedikit berbeda dibanding
dengan replikasi genom yang berupa molekul DNA.
Replikasi bahan genetik dapat dikatakan sebgai proses yang mengawali
pertumbuhan sel, meskipun sebenarnya pertumbuhan merupakan suatu resultan
banyak proses yang saling berkaitan satu sama lain. Sel mempunyai mekanisme
replikasi bahan genetik yang dilengkapi dengan sistem penyuntingan (editing)
yang sangat akurat sehingga bahan genetik yang diturunkan kepada sel anakan
mempunyai komposisi yang sangat identik dengan komposisi bahan genetik sel
induk. Replikasi bahan genetik diikuti oleh pembentukan sel-sel anakan yang
membawa duplikat bahan genetik hasil replikasi. Oleh karena itu, kesalahan
dalam proses replikasi bahan genetik dapat mengakibatkan perubahan pada sifat-
sifat sel anakan.
Secara umum, replikasi bahan genetik merupakan proses pengkopian
rangkaian molekul bahan genetik (DNA/RNA) sehingga dihasilkan molekul
anakan yang sangat identik. Meskipun konsep dasar replikasi antara struktur
bahan genetik yang satu dengan lainnya adalah serupa, namun diketahui ada
banyak perbedaan dalam hal mekanisme rincinya. Sebagai contoh, bahan gentik
yang berupa molekul RNA mempunyai mekanisme yang rinci yang berbeda
dengan replikasi molekul DNA. Dalam makalah ini akan disajikan materi tentang
hipotesis replikasi DNA dan bukti bahwa DNA bereplikasi secara
semikonservative, replikasi pada prokariot dan eukariot, kontrol replikasi oleh
bermacam-macam gen rekombinasi DNA.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana hipotesis tentang replikasi DNA dan apa bukti bahwa DNA
bereplikasi secara semikonservative?
2. Bagaimana proses replikasi pada prokariot dan eukariot?
3. Bagaimana mekanisme kontrol replikasi DNA?
4. Bagaimana mekanisme rekombinasi DNA?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menngetahui hipotesis tentang replikasi DNA dan bukti bahwa
DNA bereplikasi secara semikonservative.
2. Untuk mengetahui proses replikasi pada prokariot dan eukariot.
3. Untuk mengetahui mekanisme kontrol replikasi DNA.
4. Untuk mengetahui meknisme rekombinasi DNA.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hipotesis replikasi DNA dan Bukti Bahwa DNA Bereplikasi Secara Secara
Konservative

Secara umum, replikasi bahan genetik (DNA) merupakan proses


pengkopian rangkaian molekul bahan genetik (DNA) sehingga dihasilkan molekul
anakan yang sangat identik.
1. Hipotesis dan bukti replikasi DNA
Sebelum mekanisme replikasi DNA dapat dibuktikan secra eksperimental
oleh Matthew Meselson dan Franklin Stahl pada tahun 1958 , ada 3 hipotesis yang
berkembang mengenai mekanisme replikasi DNA. Hipoeseis pertama dikenal
sebgai model replikasi secara semikonservatif seperti yang dikemukakan oleh
Watson dan Crick. Menurut hipotesis ini, setipa molekul untai ganda DNA anakan
terdiri dari satu untai tunggal DNA induk dan satu untai tunggal DNA hasil
sintesis baru. Hipotesis kedua dikenal sebagai model replikasi secara konservatif.
Menurut model konservatif, molekul DNA untai ganda induk tetap bergabung
sedangkan kedua untaian DNA anakan terdiri atas molekul hasil sintesis baru.
Hipotesis ketiga yaitu model replikasi secara dispersif menyatakan bahwa
molekul DNA induk megalami fragmentasi sehingga DNA anakan terdiri atas
campuran molekul lama (berasal dari DNA induk) dan molekul hasil sintesis baru.
Ketiga hipotesis mengenai replikasi DNA dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tiga Hipotesis Mengenai Replikasi DNA


Pada tahun 1958 Matthew Meselson dan Franklin Stahl berhasil
menunjukkan secara empris bahwa replikasi DNA berlangsung dengan
mekanisme secara semikonservatif. Meselson dan Stahl melakukan eksperimen
untuk menegtahui mekanisme replikasi DNA dengan menggunakan bakteri
Escherichia coli. Pertama kali, bakteri E. coli ditumbuhkan dalam medium yang
15
mengandung Nitrogen berat yaitu isotop N selama beberapa generasi. Dengan
cara demikian maka molekul DNA induk mempunyai label DNA isotop berat
sehingga molekulnya mempunyai densitas yang lebih tinggi dibanding dengan
DNA normal. Sel-sel yang molekul DNA nya sudah berlabel tersebut kemudian
dipindahkan ke dalam medium baru yang mengandung isotop nitogen yang
14
ringan, yaitu N. Pada selang waktu tertentu setelah dipindahkan ke medium
baru, sampel sel dipanen dan DNA nya diisolasi. DNA hasil isolasi tersebut
kemudian disentrifugasi dengan ultrasentrifugasi gradien CsCl untuk menentukan
densitasmolekul DNA nya. Hasil pengukuran densitas DNA yang diisolasi pada
generasi E. coli yang berbeda menunjukkan perbedaan satu sama lain. Pada
generasi pertama, semua DNA mempunyai densitas molekul hibrid, yaitu densitas
15 14
yang dihasilkan oleh gabungan molekul DNA yang mengandung N dan N.
Perlu diingat bahwa sebelum dipindahkan ke medium yang mengandung 14N
15
(yaitu generasi ke 0), kekdua untaian DNA induk mengandung isotop N. Pada
generasi kedua, densitas molekul DNA terdiri atas dua kelompok yang
mempunyai densitas molekul hibrid yang mempunyai densitas lebih rendah
dibanding dengan densitas molekul hibrid. Kelompok kedua tersebut terdiri atas
14
molekul DNA yang kedua untaiannya mengandung isotop N. Secara skematis
eksperimen tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema Eksperimen Meselson dan Stahl

Hasil eksperimen Meselson dan Stahl tersebut dengan jelas menunjukkan


bahwa molekul DNA anakan terdiri atas satu untai DNA induk dan satu untaian
DNA hasil sintesis baru sehingga sesuai dengan model replikasi secara
semikonservatif. Hasil eksperimen tersebut kemudian dikonfirmasi lagi dengan
eksperimen kedua. Dalam eksperimen ini, molekul DNA hibrid didenaturasi
dengan pemanasan pada suhu 100˚C, kemudian disentrifugasi dalam gradien
CsCl. DNA yang sudah didenaturasi tersebut menghasilkan dua pita DNA yang
15
terdiri atas untai tunggal DNA yang mengandung N dan untai tunggal DNA
yang mengandung 14N.
Berdasarkan atas eksperimen seperti yang dijelasakan di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa replikasi DNA berlangsung secara semikonservatif. Meskipun
demikian, bukti-bukti baru menunjukkan adanya penyimpangan dari teori
replikasi seperti ini. Diketahui bahwa mekanisme replikasi DNA pada virus
tertentu, misalnya virus X174, yang genomnya berupa DNA untai tunggal,
melibatkan tahapan proses replikasi DNA dengan mekanisme yang berbeda yanitu
dengan model konservatif, meskipun hanya pada tahapan tertentu.
2. Mekanisme Dasar Replikasi DNA
Model replikasi DNA secara semikonservatif menunjukkan bahwa DNA
anakan terdiri atas pasangan untaian DNA induk dan untaian DNA hasil sintesis
baru. Model ini memperlihatkan gambaran bahwa untaian DNA induk berperanan
sebagai cetakan (template) bagi pembentukan unataian DNA baru. Seperti
diketahui, molekul DNA untai ganda terdiri atas dua molekul DNA yang
berpasangan secara komplementaer yaitu antara basa nukleotida A dan T, dan
antara C dangan G. Oleh karena itu, proses replikasi DNA diawali dengan
pemutusan (denaturasi) ikatan antaraa untaian DNA yag satu dengan unataisn
komplementarnya. Hal ini dimaksudakan agar masing-masing untaian DNA
tersebut bertindak sebagai cetakan, sebab proses pemasangan nukleotida-
nukleotida baru dengan cetakannya akan terhalangi jika kedua untai itu masih
berada dalam keadaan berikatan. Dengan demikian salah satu bagian yang sangat
penting dalam proses replikasi DNA adalah denaturasi antara untaian DNA yang
satu dengan untaian komplementernya.
Denaturasi yang terjadi pada saat awal replikasi DNA adalah proses
enzimatis. Oleh karena itu moleku DNA adalah biomolekul yang sangat vital bagi
jasad, maka denaturasi DNA terjadi secara parsial dan bertahap. Denatrusai awal
terjadi pada bagian yang dikenal sebagai ori (origin of replication) atau titik awal
replikasi. Ikatan hidrogen anatara A-T dan C-G akan terputus dan diikuti dengan
pembukaan untaian DNA. Untain DNA membuka membentuk struktur yang
disebut sebagai garpu replikasi (replication fork). Garpu replikasi akan bergerak
sehingga molekul DNA induk akan membuka secraa bertahap. Masing-masing
untaian DNA induk yang sudah terpisah satu sama lain berfungsi sebagai cetakan
untuk penempelan nukleotida-nukleotida yang akan menyusun molekul DNA
baru. Nukleotida-nukleotida baru akan dipolimerisasi menjadi untaain DNA baru
dengan urutan yang sesuai dengan urutan cetakan DNA komplemennya. Basa
nukleotida A dipasangkan dengan basa T yang ada pada cetakannya. Sedangkan
basa C dipasangkan dengan basa G (Gambar 3). Oleh karena itu, untaian DNA
baru yang terbentuk merupakan komplemen untaian DNA induk. Proses
polimerasi nukleotida terjadi pada kedua untaian DNA cetakan sehingga pada
akhir satu kali putaran replikasi akan dihasilkan dua molekul DNA baru yang
identik. Masing-masing molekul DNA untai ganda yang terbentuk terdiri atas
untain DNA induk dan untai DNA baru hasil polimerisasi selama proses replikasi.
Dalam putaran relikasi berikutnya akan terjadi proses yang serupa sehingga DNA
anakan menjadi DNA induk untuk replikasi berikutnya. Gambaran umum
replikasi DNA dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Gambaran Umum Pasangan Komplementer Basa Pada DNA

Gambar 4. Gambaran Umum Replikasi DNA


3. Komponen-komponen Penting dalam Replikasi
Replikasi bahan genetik ditentukan oleh beberapa komponen utama, yaitu:
1. DNA cetakan, yaitu molekul DNA atau RNA yang akan direplikasi.
2. Molekul deoksiribonukleotida, yaitu dATP, dTTP, dCTP, dan dGTP.
Deoksiribonukleotida terdiri atas tiga komponen yaitu: basa purin atau
pirimidin, gula 5-karbon (deoksiribosa), dan gugus fosfat.
3. Enzim DNA polimeras, yaitu enzim utama yang mengkatalisis proses
polimerisasi nukleotida menjadi untaian DNA. Pada bakteri E. coli terdapat
tiga macam DNA polimerase yaitu DNA polimerasi I, DNA polimerase II, dan
DNA polimerase III. Pada jasad eukaryot terdapat lima macam DNA
polimerase yaitu DNA polimerase α, DNA polimerase δ, DNA polimerase ɛ,
DNA polimerase β, DNA polimerase γ.
4. Enzim primase, yaitu enzim yang mengkatalis sintesis primes untuk memulai
replikasi DNA. Pada bakteri E. coli kompleks enzim ini disebut primosom
yang terdiri atas beberapa macam protein.
5. Enzim pembuka ikatan untaian DNA induk, yaitu enzim helikase dan enzim
lain yang membantu proses tersebut yaitu enzim girase.
6. Molekul protein yang menstabilkan untaian DNA yang sudah terbuka, yaitu
protein SSB (Single Strand Binding Protein)
7. Enzim DNA ligase, yaitu suatu enzim yang berfungsi untuk menyambung
fragmen-fragmen DNA.
B. Replikasi pada Prokariota dan Eukariota
Perbedaan replikasi DNA pada prokariota dan eukariota yang paling
menonjol adalah tempat memulai replikasi DNA. Replikasi molekul DNA dimulai
dari tempat khusus yang disebut titik mula replikasi (origin of replication),
bentangan pendek DNA yang memilki sekuens nukleotida spesifik. Pada
prokariota, seperti halnya bakteri E. coli dan bakteri lainnya, kromosom
melingkar dan memiliki satu titik mula. Protein-protein yang menginisiasi
replikasi dna mengenali sejuens ini dan melekat ke dna, memisahkan kedua dna
dan membuka ‘gelembung’ replikasi. Replikasi dna kemudian berlanjut ke kedua
arah sampai keseluruhan molekul tersalin. Sedangkan pada eukariota, kromosom
memiliki beberapa ratus atau beberapa ribu titik ula replikasi. Gelembung
replikasi terbentuk dalam jumlah yang banyak dan kemudian menyatu, sehingga
mempercepat penyalinan molekul dna yang sangat panjang. Namun untuk tahap
selanjutnya, sama dengan prokariota, replikasi dna eukariota berlanjut ke kedua
arah dari setiap titik mula.
Gambar 5. Titik Mula Replikasi pada Prokariota dan Eukariota

Gambar diatas menunjukkan titik mula replikasi pada prorariota dan


eukariota. Anak panah merah mengindikasi pergerakan garpu replikasi, dengan
demikan mengindikasikan pula arah keseluruhan replikasi DNA pada setiap
gelembung.
Perbedaan lainnya replikasi DNA pada prokariotik dan eukariotik dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel Perbedaan Replikasi DNA Prokariot dan Eukariot
No Replikasi DNA Prokariotik Replikasi DNA Eukariotik
1 Hal ini terjadi di dalam Hal ini terjadi di dalam nukleus
sitoplasma
2 Hanya ada satu asal replikasi per Asal replikasi banyak (lebih dari
molekul DNA 1000) dalam setiap kromosom
eukariotik
3 Asal replikasi terbentuk sekitar Setiap asal replikasi terbentuk dari
100-200 atau lebih nukleotida sekitar 150 nukleotida
4 Replikasi DNA terjadi pada satu Replikasi DNA terjadi di beberapa
titik di setiap molekul DNA titik secara bersamaan di setiap
prokariotik kromosom.
5 Hanya dua cabang replikasi Sejumlah cabang replikasi
dibentuk di setiap kromosom terbentuk secara bersamaan di
prokariotik replikasi, replikasi setiap DNA replikasi.
DNA adalah dua arah
6 kromosom prokariotik memiliki Molekul DNA eukariotik memiliki
satu replikon sejumlah besar replikon (50.000
dan di atas), tetapi replikasi tidak
terjadi secara bersamaan pada
semua replikon
7 Satu replikasi gelembung Banyak gelembung replikasi
terbentuk selama replikasi DNA terbentuk dalam satu molekul DNA
bereplikasi.
8 Inisiasi replikasi DNA di 8. Inisiasi replikasi DNA dilakukan
prokariota dilakukan oleh DNA oleh protein multisubunit
A protein dan DNA B
9 Enzim girase DNA diperlukan Enzim girase DNA diperlukan
10 Okazaki fragmen besar, 1000- Okazaki fragmen pendek, 100-200
2000 nukleotida panjang. nukleotida panjang.
11 Replikasi sangat cepat, Replikasi lambat, ditambahkan
ditambahkan sekitar 2000 sekitar 100 nukleotida per detik
nukleotida per detik

C. Kontrol Replikasi
Siklus sel merupakan bagian dari proliferasi sel yang berfungsi
mempertahankan populasi sel pada organisme dewasa. Terdapat empat fase yan
berurutan dalam siklus sel, yaitu S, G1, G2, dan M (Gambar 6). Fase S (sintesis),
yaitu fase sintesis atau replikasi DNA inti. Fase G1 (Gap 1), yaitu fase persiapan
replikasi DNA yang tereletak antara mitosis dan fase S. Fase G2 (Gap 2) juga
merupakan penyusunan komponen sel yang terletak di antara fase S dan mitosis.
Fase M (mitosis), yaitu pembelahan sel yang disertai pembagian kromosom sel
anak.
Siklus sel bertujuan untuk menjamin bahwa replikasi DNA hanya terjadi
sekali selama fase S dan kromosom yang dihasilkan masing-masing dapat
disegregasikan ke sel anak pada fase M. Selama fase S dan fase M, pada kondisi
normal sel tidak akan merespons sinyal ekstraseluler.
Gambar 6. Siklus Sel

Tetapi pada fase G1, sinyal ekstraseluler akan menentukan perjalanan siklus
sel apakah akan memasuki fase S untuk melanjutkan siklusnya ataukah memasuki
fase G0, yaitu fase dimana sel tidak lagi mempunyai kemampuan membelah.
Masa penentuan ini terletak pada fase G1 akhir yang dinamakan restriction point
yang dapat dipakai menjelaskan bagaimana dan mengapa sel kanker terus
menerus melakukan proliferasi. Mekanisme kontrol replikasi DNA dapat dilihat
pada Gambar 7.

Gambar 7. Mekanisme Kontrol Replikasi DNA


Gambar 7. mengilustrasikan beberapa protein yang terlibat dalam inisiasi
replikasi DNA. Multi-protein besar yang disebut kompleks pengenalan (oRc),
yang mengikat ke asal replikasi sepanjang siklus sel. Pada akhir mitosis dan awal
G1, protein cdc6 dan cdtl mengikat ORC pada daerah pengenalan (ori) dan
membantu memuat kelompok protein terkait yang disebut protein Mcm.
Kompleks besar yang dihasilkan adalah pra-RC, dan asal sekarang berlisensi
untuk replikasi.
Protein Mcm dari pra-RC membentuk cincin di sekitar DNA yang dianggap
berfungsi sebagai helikase DNA utama yang melepaskan DNA asal ketika sintesis
DNA dimulai dan sebagai garpu replikasi keluar dari asalnya. Dengan demikian,
tujuan utama dari pra-RC adalah untuk memuat helicase yang akan memainkan
bagian sentral dalam proses replikasi DNA berikutnya. Setelah pra-RC dirakit di
G1, replikasi siap untuk diaktifkan. Aktivasi s-cdk di akhir G1 memicu perakitan
beberapa kompleks protein tambahan pada titik ori, yang mengarah ke
pembentukan kompleks preinitiasi yang melepaskan heliks dan memulai sintesis
DNA.
Pada saat yang bersamaan ketika menginisiasi replikasi DNA, S Cdk
memicu pembongkaran beberapa komponen pra-RC pada titik ori. Cdks
memfosforilasi oRC dan cdc6, menghasilkan penghambatan dengan berbagai
mekanisme. Selanjutnya, inaktivasi APC/G di akhir G1 juga membantu
menginaktivkan perakitan pra-RC. Pada akhir mitosis dan awal G1, APC/C
memicu penghancuran protein, geminin, yang mengikat dan menghambat
komponen Cdtl pra-RC. Dengan demikian, ketika APC/C dimatikan pada akhir
G1, geminin terakumulasi dan menghambat Cdtl. Dengan berbagai cara ini,
aktivitas S dan M-Cdk, dikombinasikan dengan aktivitas APC/C rendah,
memblokir pembentukan pra-RC selama fase S dan sesudahnya. Lalu, bagaimana
sistem kontrol siklus sel disetel ulang agar replikasi terjadi di siklus sel
berikutnya? Jawabannya sederhana. Pada akhir mitosis, aktivasi APC/C
menyebabkan inaktivasi Cdks dan penghancuran geminin. Komponen Pra-RC
dephosphorylated dan Cdtl diaktifkan, memungkinkan perakitan pra-RC untuk
menyiapkan sel untuk fase S berikutnya.
D. Rekombinasi DNA
1. Pengertian rekombinasi DNA
Proses menyambungkan DNA disebut rekombinasi DNA. Karena tujuan
rekombinasi DNA adalah untuk menyambungkan gen yang ada di dalam DNA
maka disebut juga rekombinasi gen. Rekombinasi DNA (rDNA) adalah suatu
upaya meletakkan DNA dari suatu organisme kedalam DNA bakteri dengan
menggabungkan dua atau lebih sekuens yang biasanya tidak akan terjadi bersama-
sama melalui penyambungan gen. Dalam hal modifikasi genetik, itu diciptakan
melalui pengenalan yang relevan DNA ke dalam DNA organisme yang ada
seperti plasmid dan bakteri, untuk kode atau mengubahciri yang berbeda dengan
tujuan tertentu seperti resistensi antibiotik. Ini berbeda dari rekombinasigenetika
dalam hal itu tidak terjadi melalui dalam sel, tetapi di rekayasa. Sebuah protein
rekombinan adalah suatu protein yang dihasilkan dari DNA rekombinan.
Teknik DNA rekombinan pertama kali di usulkan oleh Peter Lobban.
Eksploitasi teknologi DNA rekombinan di fasilitasi oleh isolasi, penemuan dan
penerapanendonuklease restriksi oleh Werner Arber, Daniel Nathans, dan
Hamilton Smith, yang mereka terimatahun 1978 dalam penghargaan nobel dalam
kedokteran. Sebuah terobosan dalam penerapan teknologiDNA rekombinan
terjadi pada tahun 1977 ketika Herbert Boyer di produksi biosintetik manusia
insulin dilaboratorium. Urutan gen tertentu atau polinukleotida yang mengkode
untuk insulin produksi padamanusia diperkenalkan ke koloni sampel yang E.coli
bakteri. Ini adalah obat pertama kali dibuat melaluiteknologi DNA rekombinan
untuk disetujui oleh FDA dn komersial tersedia dibawah nama merek humulin.
Sebagian besar insulin saat ini digunakan diseluruh dunia sekarang biosintetik
rekombinanmanusia insulin atau analognya.
Proses rekombinasi DNA menghasilkan dna rekombinan. DNA rekombinan
pertama kali dihasilkan oleh Paul Berg pada tahun 1972 menggunakan ecoRI.
Pada tahun 1973 Boyer, Cohen dan Chang melakukan rekayasa pada bakteri E.
coli dengan plasmid rekombinan. Meskipun teknologi DNA rekombinan pertama
kali ditunjukkan tahun 1970an, prinsip-prinsip dasar dalam rekombinasi telah
ditemukan jauh sebelumnya sebagai contoh oleh Frederick Giffith pada tahun
1928 saat meneliti tentang penyakit pneumonia di London.
2. Komponen-komponen yang Diperlukan dalam Rekombinasi DNA
a. Enzim Pemotong dan Penyambung
Enzim pemotong dikenal sebagai enzim restriksi atau enzim penggunting.
Nama umumnya enzim restriksi endonuklease. Fungsi enzim mi memotong-
motong benang DNA yang panjang menjadi pendek agar dapat disambung-
sambungkan kembali. Enzim pemotong secara alami dimiliki oleh sel untuk
memotong DNA di dalam sel. Enzim pemotong itu jumlahnya banyak, dan yang
telah dikenal mencapai 350-an. Setiap enzim bekerja secara khusus. Artinya,
setiap enzim hanya dapat memotong urutan basa tertentu pada DNA. Hasil
potongannya berupa sepenggal DNA berujung runcing yang komplemen yang
dikenal sebagai DNA ujung runcing.
Selain enzim pemotong restriksi endonuklease, terdapat pula enzim
penyambung yang berfungsi menyambungnyambungkan DNA, yaitu enzim
ligase. Enzim ligase DNA mengkatalisis ikatan fosfodiester antara dua rantai
DNA. Ligase DNA tidak dapat menyambungkan DNA untai tunggal, melainkan
harus DNA rangkap.
b. Pembawa Gen atau Vektor
Mengingat ukuran gen yang sangat kecil, maka memasukkan gen ke dalam
sel target harus menggunakan pembawa gen atau vektor. Vektor itu bertugas
sebagai “kendaraan” bagi gen untuk mengangkut gen masuk ke dalam sel target.
Dalam memilih vektor mi para ahli meniru kondisi alami. Secara alami,
bakteri memiliki plasmid, yaitu DNA sirkuler yang ukurannya 1 / 1.000
kromosom (DNA) bakteri, dan dapat keluar masuk sel bakteri. Jelasnya, plasmid
dapat keluar dan sel bakteri yang satu kemudian masuk ke sel bakteri yang lain.
Akibatnya, bakteri yang lain tadi mendapatkan sifat baru yang berasal dan bakteri
pertama. Peristiwa perubahan sifat mi dikenal sebagai transformasi.
Plasmid secara alami dapat keluar masuk sel sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai “kendaraan” bagi gen. Plasmid tersebut dapat disambung dengan gen
terlebih dahulu sehingga terbentuk DNA hasil sambungan yang disebut sebagai
chimera (kimera) atau DNA rekombinan. Selanjutnya, kimera dimasukkan ke
dalam sel target yaitu ke sel bakteri. Sel target akan mendapatkan sifat baru sesuai
dengan gen yang diterimanya.
Oleh karena kimera tersebut berupa DNA, maka sesuai dengan sifatnya,
kimera akan mengadakan replikasi di dalam sel inangnya sehingga jumlahnya
bertambah banyak. Dengan demikian berlangsunglah proses pengklonaan DNA.
Ketika kimera melakukan replikasi, gen yang dibawanya akan ikut tereplikasi
sehingga terjadilah pengklonaan gen.
c. Sel Target
Sel target yang biasa digunakan dalam rekombinasi DNA adalah sel bakteri
Escherichia coli.
1) E. coli mudah diperoleh dan mudah dipelihara
2) tidak mengandung gen yang membahayakan (tidak ganas)
3) Dapat membelah diri setiap 20 menit sekali sehingga dapat diperoleh keturunan
dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Hal ini juga berarti produknya dapat
dihasilkan dalam jumlah banyak dan waktu yang singkat.
3. Metode Rekombinasi Gen
Rekombinasi DNA terbagi menjadi alami dan buatan. Rekombinasi Alami
berupa: pindah silang, transduksi, dan transformasi. Konjugasi merupakan suatu
proses tranfeksi gen dengan menyisipkan fage (turunan dari bakteriofag lamda
yang terdapat didalam virus). Sedangkan rekombinasi buatan berupa
penyambungan DNA secara in vitro.
Transformasi merupakan salah satu metode untuk memasukkan DNA ke
dalam sel bakteri. Metode transformasi ini pertama kali dikembangkan untuk
memindahkan sifat-sifat genetika yang membawa kenyataan bahwa DNA adalah
bahan genetika. Meskipun transformasi telah dieksploitasi untuk mempelajari
pautan gen pada berbagai organisme, metode ini sekarang secara luas dipakai
untuk mentransfer plasmid-plasmid kecil dari satu galur bakteri ke galur lainnya.
Prinsip dari transformasi adalah dengan ekstraksi DNA dari sel donor, kemudian
dicampur dengan sel resipien yang telah dibuat rentan terhadap masuknya
molekul DNA melalui pori atau saluran dalam dinding dan membran sel. Bila
molekul DNA yang masuk berupa plasmid, maka replikasi plasmid dapat
dimungkinkan dengan genom inang yang baru selama transformasi.

Gambar Metode Rekombinasi DNA


BAB III
PENUTUP
A. Penutup
replikasi bahan genetik (DNA) merupakan proses pengkopian rangkaian
molekul bahan genetik (DNA) sehingga dihasilkan molekul anakan yang sangat
identik. Ada 3 hipotesis yang berkembang mengenai mekanisme replikasi DNA.
Hipoeseis pertama dikenal sebgai model replikasi secara semikonservatif seperti
yang dikemukakan oleh Watson dan Crick. Menurut hipotesis ini, setipa molekul
untai ganda DNA anakan terdiri dari satu untai tunggal DNA induk dan satu untai
tunggal DNA hasil sintesis baru. Hipotesis kedua dikenal sebagai model replikasi
secara konservatif. Menurut model konservatif, molekul DNA untai ganda induk
tetap bergabung sedangkan kedua untaian DNA anakan terdiri atas molekul hasil
sintesis baru. Hipotesis ketiga yaitu model replikasi secara dispersif menyatakan
bahwa molekul DNA induk megalami fragmentasi sehingga DNA anakan terdiri
atas campuran molekul lama (berasal dari DNA induk) dan molekul hasil sintesis
baru.
Berdasarkan hasil eksperimen Meselson dan Stahl, dapat diambil
kesimpulan bahwa replikasi DNA berlangsung secara semikonservatif. Meskipun
demikian, bukti-bukti baru menunjukkan adanya penyimpangan dari teori
replikasi seperti ini. Diketahui bahwa mekanisme replikasi DNA pada virus
tertentu, misalnya virus X174, yang genomnya berupa DNA untai tunggal,
melibatkan tahapan proses replikasi DNA dengan mekanisme yang berbeda yanitu
dengan model konservatif, meskipun hanya pada tahapan tertentu.
B. Saran
Makalah ini menyajikan materi tentang replikasi DNA dan sintesis protein.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah wawasan
tentag replikasi DNA dan sintesis protein. Selain itu, penulis juga berharap adanya
masukan dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Alberts, Bruce, dkk. 2002. Molecular Biology Of The Cell Fifth Edition. New
York: Garland Science.

Campbell. 2008. BiologiEdisi 8, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Elrood, Susan dan Stansfield, William. 20007. Genetika Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga.

Yuwono, Triwibowo. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai