KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
BAB
Gambaran Umum Wilayah
2
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik
Dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Konawe Selatan, wilayah kecamatan dengan
luas terbesar yaitu Kecamatan Kolono sedangkan wilayah kecamatan dengan luas terkecil yaitu
Kecamatan Ranomeeto Barat. Khusus untuk 6 Kecamatan yang masuk dalam wilayah kajian,
yang memiliki luas terbesar yaitu Kecamatan Tinanggea dengan luas 354,74 Km2 sedangkan
yang memiliki luas terkecil yaitu Kecamatan Ranomeeto dengan luas 95,57 Km2.
Tabel 2.1: Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Konawe Selatan
Nama DAS Luas (Ha)
Abeli DS 868,776
Adaka 913,616
Alalodanga 1121,289
Andinete DS 5241,827
Andrakura DS 2093,811
Awiu Hilir 201,809
Baho 446,544
Bakutaru DS 44655,098
Balubuaja 317,448
Balubuaja 317,448
Batu-Batu 279,942
Batusanga 1593,566
Beleo 7,94
Bulenge 530,13
1
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
2
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
3
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Peta 2.1: Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Konawe Selatan
4
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
5
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Kecamatan Kolono, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa Puupi,
desa Tiraosu, desa Matandahi, desa Mataiwoi, desa Andinete, desa Langgolawa, desa
Sawah, desa Kolono, desa Mondae Jaya, desa Awonio, desa Meletumbo, desa Roda, desa
Lamapu, desa Rambu-Rambu, desa Lambangi, desa Tumbu-Tumbu Jaya, desa Ngapawali,
desa Batu Putih, desa Rumba-Rumba, desa Ampera, desa Amolengu, desa Langgapulu, desa
Silea, desa Alosi, desa Pudongi dan desa Ulunese.
Kecamatan Moramo Utara, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa
Wawatu, desa Tanjung Tiram, desa Lalowaru dan desa Puasana.
Kecamatan Moramo, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa
Wawosunggu, desa Penambea Barata, desa Lapuko, desa Landipo, desa Lakomea dan desa
Mario Jaya.
Kecamatan Palangga Selatan, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu
desa Lakara, desa Ulu Lakara, desa Lalowua, desa Koeono, desa Amondo, desa
Watumbohoti, desa Parasi dan desa Mondoe
Kecamatan Lainea, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa
Lalonggobu, desa Aoreo, desa Watumeeto, desa Pamandati, desa Kaindi, desa Lainea, desa
Matabubu Jaya, desa Molinese, desa Polewali, desa Bangun Jaya, desa Kalo-Kalo dan desa
Ngapa Jaya.
2.1.3 Administratif
Luas wilayah 5.779,47 Km2, atau 15,15 persen dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara
yaitu 38.140 Km2. Sedangkan luas wilayah perairan (laut) adalah mencapai 9.368 Km2, dengan
panjang garis pantai mencapai ± 200 Km. Dengan demikian luas wilayah daratan dan laut mencapai
15.147,47 Km2. Berdasarkan luas tersebut, Kabupaten Konawe Selatan merupakan wilayah
potensial untuk pengembangan sektor pertanian dan kelautan dengan luas daratan 38,15 % dan laut
61,85 %. Dari luas wilayah tersebut Kabupaten Konawe Selatan dibagi dalam 22 (dua puluh dua)
kecamatan, yaitu: Kecamatan Tinanggea, Kecamatan Lalembuu, Kecamatan Andoolo, Kecamatan
Buke, Kecamatan Palangga, Kecamatan Palangga Selatan, Kecamatan Baito, Kecamatan Lainea,
Kecamatan Laeya, Kecamatan Kolono, Kecamatan Laonti, Kecamatan Moramo, Kecamatan Moramo
Utara, Kecamatan Konda, Kecamatan Wolasi, Kecamatan Ranomeeto, Kecamatan Ranomeeto
Barat, Kecamatan Landono, Kecamatan Mowila, Kecamatan Angata, Kecamatan Benua, Kecamatan
Basala. Dari 22 kecamatan tersebut, Kabupaten Konawe Selatan terbagi menjadi 351 desa dan
kelurahan, masing-masing 336 desa dan 15 kelurahan. Kecamatan yang memiliki desa/kelurahan
yang paling banyak adalah Kecamatan Kolono dengan rincian 30 desa dan 1 kelurahan, sedangkan
kecamatan yang memiliki desa/kelurahan yang paling sedikit adalah Kecamatan Wolasi dengan
rincian 7 desa dan 0 kelurahan.
6
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
7
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
8
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
2.2 Demografi
2.2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Konawe Selatan di Tingkat Kecamatan
Jumlah penduduk Kabupaten Konawe Selatan tahun 2013 adalah 280.595 jiwa. Kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yakni di
Kecamatan Tinanggea berjumlah 22.676 jiwa. Dengan distribusi penduduk mencapai 8,08% dari seluruh penduduk di Kabupaten Konawe Selatan.
Tabel 2.3: Jumlah Penududuk dan Kepadatan 5 Tahun Terakhir Kabupaten Konawe Selatan
9
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
10
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Tabel 2.4: Jumlah penduduk saat ini dan proyeksi untuk 5 tahun Kabupaten Konawe Selatan
11
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009-2013
Tahun Rata-rata
No Realisasi Anggaran
2009 2010 2011 2012 2013 pertumbuhan
12
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Tahun Rata-rata
No Realisasi Anggaran
2009 2010 2011 2012 2013 pertumbuhan
13
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Belanja modal sanitasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Konawe Selatan terdapat
pada tabel berikut :
Tabel 2.6: Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009-2013
Tahun Rata2
No SKPD pertumbuh
2009 2010 2011 2012 2013 an
1 PU-CK 0 0 0 4,102,587,350 0
1.a Investasi 4,102,587,350
operasional/pemeliharaan
1.b 0
(OM)
2 KLH 0 0 0 195,793,000 0
2.a Investasi 195,793,000
operasional/pemeliharaan
2.b 0
(OM)
4 Dinkes 0 0 0 47,029,000 0
4.a Investasi 47,029,000
operasional/pemeliharaan
4.b 0
(OM)
5 Bappeda 0 0 0 0 0
5.a Investasi 0
operasional/pemeliharaan
5.b 0
(OM)
Belanja Sanitasi
8
(1+2+3+…n) - - - 4,345,409,350 -
Pendanaan investasi
9 sanitasi Total
- - - 4,345,409,350 -
(1a+2a+3a+…na)
Pendanaan OM
10
(1b+2b+3b+…nb) - - - - -
11 Belanja Langsung
240,493,274,000 198,310,681,000 241,806,535,000 300,407,071,000 393,231,171,000
Proporsi Belanja
12 Sanitasi – Belanja 0% 0% 0% 1% 0%
Langsung(8/11)
Proporsi Investasi
13 Sanitasi – Total Belanja 100%
Sanitasi (9/8)
Proporsi OM Sanitasi –
14 Total Belanja Sanitasi 0%
(10/8)
Sumber : Realisasi APBD tahun 2009-2013, diolah
14
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Pendanaan sanitasi yang di biayai oleh APBD Kabupaten Konawe Selatan telah mencapai 4 Milyar
dengan rincian pendanaan sebagai berikut :
Tabel 2.7: Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009-2013
Belanja Sanitasi (Rp.) Rata-rata
No Uraian
Pertumbuhan
2009 2010 2011 2012 2013
Belanja Sanitasi ( 1.1 +
1 0 0 0 4,345,409,350 0
1.2 + 1.3 + 1.4 )
1.1 Air Limbah Domestik 1,992,605,850
1.2 Sampah rumah tangga 6,043,000
1.3 Drainase perkotaan 2,299,731,500
1.4 PHBS 47,029,000
Dana Alokasi Khusus (
2 72,544,000 51,853,500 57,350,500 66,988,470 97,978,590
2.1 + 2.2 + 2.3 )
2.1 DAK Sanitasi 72,544,000 51,853,500 57,350,500 66,988,470 97,978,590
2.2 DAK Lingkungan Hidup
DAK Perumahan dan
2.3
Permukiman
Pinjaman/Hibah untuk
3
Sanitasi
Bantuan Keuangan
4
Provinsi untuk Sanitasi
Tabel 2.7: Belanja Sanitasi per Kapita Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009-2013
Tahun
No Deskripsi Rata-rata
n-4 n-3 n-2 n-1 n
Total Belanja Sanitasi
1 240,493,274,000 198,310,681,000 241,806,535,000 300,407,071,000 393,231,171,000 274,849,746,400
Kabupaten/Kota
2 Jumlah Penduduk 244,046 264,587 269,853 275,234 280,595 266,863
Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) 985,442 749,510 896,068 1,091,461 1,401,419 1,024,780
Sumber : Realisasi APBD dan BPS tahun 2009-2013, diolah
15
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Di Kabupaten Konawe Selatan hingga saat ini belum ada perda yang mengatur tentang realisasi
retribusi terkait sanitasi tetapi dengan melihat kondisi sanitasi saat ini maka Kabupaten Konawe Selatan
dapat memiliki potensi retribusi terkait sanitasi yang dapat diuraikan pada tabel sebagi berikut :
2 Retribusi Sampah
2.a Realisasi retribusi 0 0 0 0 0 0.0%
2.b Potensi retribusi 1,089,600,000 1,195,740,000 1,219,060,000 1,246,350,000 1,268,130,000 3.9%
3 Retribusi Drainase
3.a Realisasi retribusi 0 0 0 0 0 0.0%
3.b Potensi retribusi 217,920,000 239,148,000 243,812,000 249,270,000 253,626,000 3.9%
Peta perekonomian Kabupaten Konawe Selatan dapat dilihat dari keadaan Produk Domestik Regional
Bruto harga konstan, pendapatan perkapita Kabupaten Konawe Selatan dan juga pertumbuhan ekonominya
yang dapat dirincikan pada tabel berikut :
16
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
(1) Strategi dalam mewujudkan pengembangan wilayah berbasis konsep minapolitan dan
agropolitan, terdiri atas :
a. mengembangkan kawasan pusat pengembangan minapolitan dan agropolitan;
b. meningkatan infrastruktur penunjang kawasan minapolitan dan agropolitan;
c. meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan minapolitan dan agropolitan; dan
d. menetapkan sentra kawasan minapolitan dan agropolitan.
(2) Strategi dalam mewujudkan pengendalian kawasan agropolitan dan minapolitan secara ketat,
terdiri atas :
a. menetapkan kawasan pertanian potensial;
b. mengoptimalkan kawasan pertanian lahan basah;
c. mengoptimalkan kawasan pertanian lahan kering;
d. mengembangkan lahan sawah baru pada kawasan potensial;
e. melakukan perlindungan terhadap alih fungsi lahan pertanian potensial;
f. menetapkan kawasan minapolitan;
g. mengembangkan kawasan minapolitan secara terintegrasi;
h. meningkatkan kelestarian sumberdaya laut; dan
i. mengintegrasikan kawasan unggulan agropolitan dan minapolitan.
(3) Strategi dalam mewujudkan pengembangan kawasan kota terpadu mandiri berbasis potensi
wilayah, terdiri atas :
a. mengembangkan kawasan kota terpadu mandiri;
b. mensinergikan program pembangunan kota terpadu mandiri dengan pihak-pihak terkait
berdasarkan tugas pokok dan fungsi serta berdasarkan kewenangan; dan
c. mengembangkan kawasan kota terpadu mandiri secara terintegrasi.
(4) Strategi dalam mewujudkan penataan kawasan pertambangan yang berbasis lingkungan,
terdiri atas :
a. melaksanakan penataan dan mengalokasikan kawasan pertambangan;
b. mengembangkan pusat industri pertambangan sebagai suatu kawasan pertambangan dan
pengolahan bahan tambang secara terpadu;
c. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung guna menunjang aksesibilitas pusat
kawasan industri pertambangan dengan usaha ekonomi pada wilayah sekitar;
d. mengintegrasikan usaha-usaha untuk mendukung pengembangan pusat industri
pertambangan dengan usaha-usaha ekonomi masyarakat sekitar;
e. mengembangkan sistem pengelolaan lingkungan secara preventif maupun kuratif sebelum
dan sesudah eksplorasi bahan tambang dan limbah pabrik pengolahan;
f. mengembalikan rona alam melalui pengembangan kawasan hutan, atau kawasan budidaya
seperti tanaman jarak atau tanaman yang berfungsi merehabilitasi lahan pada area bekas
penambangan;
g. meningkatkan nilai ekonomis hasil pertambangan melalui pengolahan hasil tambang;
h. mencegah galian liar terutama pada kawasan yang membahayakan lingkungan;
17
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
i. pada kawasan tambang bernilai ekonomis tinggi yang berada pada kawasan lindung atau
permukiman, kegiatan penambangan yang akan dilakukan harus melakukan kajian
kelayakan ekologis dan lingkungan, ekonomis dan sosial; dan
j. mengelola lingkungan kawasan pertambangan.
(5) Strategi dalam mewujudkan penataan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan sistem
perkotaan yang menunjang sistem pemasaran hasil pertanian, perikanan dan pelayanan dasar
masyarakat, terdiri atas :
a. menetapkan simpul hierarki pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah;
b. memantapkan fungsi simpul-simpul wilayah; dan
c. memantapkan keterkaitan antar simpul-simpul wilayah dan interaksi antara simpul wilayah
dengan kawasan perdesaan sebagai kawasan pendukung.
(6) Strategi dalam mewujudkan pengembangan infrastruktur wilayah yang mendukung sistem
minapolitan, agropolitan dan kota terpadu mandiri, terdiri atas :
a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan
transportasi darat, laut dan udara;
b. mengembangkan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi;
c. meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan
secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;
d. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan
sumberdaya air; dan
e. mengembangkan sarana dan prasarana guna mendukung pengembangan dan
aksesibilitas ke pusat-pusat kegiatan agropolitan, minapolitan dan kota terpadu mandiri.
(7) Strategi dalam mewujudkan pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung lahan,
daya tampung kawasan dan aspek konservasi sumberdaya, terdiri atas :
a. mempertahankan luasan kawasan hutan konservasi dan hutan lindung;
b. mengembangkan ruang terbuka hijau pada kawasan lindung bantaran sungai, ruang
evakuasi bencana alam dan kawasan perlindungan bawahan; dan
c. melestarikan sumber air dan mengembangkan sistem cadangan air untuk musim kemarau.
(8) Strategi dalam mewujudkan pengembangan kawasan budidaya dengan menumbuhkan
kearifan lokal dan memperhatikan aspek, terdiri atas :
a. mengendalikan pengelolaan kawasan hutan produksi;
b. mengembangkan usaha pertanian dalam arti luas secara terpadu;
c. mengembangkan usaha pertambangan yang berbasis lingkungan;
d. mengembangkan dan memberdayakan industri besar, industri kecil dan industri rumah
tangga;
e. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa; dan
f. mengembangkan kawasan permukiman.
(9) Strategi dalam peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, terdiri
atas :
a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar
aset-aset pertahanan dan keamanan;
c. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar aset-aset
pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan
d. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan/TNI.
18
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
(10) Strategi dalam pengendalian dan penataan kawasan lindung secara ketat dengan
memperhatikan aspek, terdiri atas :
a. mengembalikan fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan melalui penanganan
secara teknis dan vegetative;
b. mempertahankan kawasan resapan air;
c. meningkatkan peran serta masyarakat sekitar kawasan untuk ikut serta dalam pelestarian
kawasan lindung;
d. melestarikan kawasan yang termasuk sekitar daerah aliran sungai dengan pengembangan
hutan atau perkebunan tanaman keras; dan
e. meningkatkan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan, pariwisata, penelitian dan
kerjasama pengelolaan kawasan.
(11) Strategi dalam penataan wilayah mitigasi bencana dalam mengurangi resiko bencana, terdiri
atas :
a. mewujudkan lingkungan hidup yang lebih berkualitas bagi masyarakat;
b. membangun sarana dan prasarana sistem peringatan dini serta berbagai fasilitas untuk
perlindungan dan penyelamatan apabila terjadi bencana alam;
c. memulihkan dan meningkatkan kegiatan pertanian dan perikanan;
d. membangun daerah penyangga sesuai dengan karakter pantai;
e. melakukan pembenahan wilayah rawan bencana;
f. merehabilitasi tanah yang rawan longsor;
g. mengamankan fungsi kawasan hutan;
h. rehabilitasi sumber air;
i. membangun sistem peringatan dini secara terintegrasi;
j. meningkatkan kepedulian masyarakat dalam mengatasi bencana; dan
k. melibatkan masyarakat dalam pembangunan bidang sumberdaya alam dan lingkungan
hidup.
(12) Strategi dalam peningkatan sistem jaringan energi dalam rangka peningkatan kesejahteraan
dan kemakmuran, terdiri atas :
a. optimalisasi tingkat pelayanan energi meliputi perluasan jaringan energi, pengembangan
sumberdaya energi, pengembangan jaringan energi baru, peningkatan infrastruktur
pendukung, penambahan dan perbaikan sistem jaringan energi dan peningkatan serta
optimalisasi pelayanan energi;
b. perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa meliputi peningkatan jaringan listrik
pada wilayah pelosok, pengembangan sistem jaringan energi baru melalui mikro hidro; dan
c. peningkatan kapasitas dan pelayanan melalui pengembangan sumber listrik, peningkatan
kapasitas sumber listrik, peningkatan efisiensi pemakaian listrik dan pengembangan
sumber energi terbarukan.
(13) Strategi pengembangan kawasan pariwisata dalam mendukung sistem minapolitan dan, terdiri
atas :
a. mengembangkan infrastruktur kawasan pariwisata berbasis minapolitan dan agropolitan;
b. meningkatkan promosi sektor pariwisata dengan Kabupaten Konawe Selatan menjadi
tujuan pariwisata daerah; dan
c. melibatkan masyarakat lokal dalam mengembangkan sektor pariwisata.
19
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Konawe Selatan terdiri atas Pusat Kegiatan Lokal
(PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan, yang tersebar di
beberapa kecamatan yaitu :
a. PKL yaitu Kecamatan Andoolo sebagai ibukota kabupaten.
b. PPK, terdiri atas :
Tinanggea di Kecamatan Tinanggea;
Kolono di Kecamatan Kolono;
Atari Jaya di Kecamatan Lalembuu;
Punggaluku di Kecamatan Laeya;
Ranomeeto di Kecamatan Ranomeeto;
Mowila di Kecamatan Mowila;
Moramo di Kecamatan Moramo; dan
Konda di Kecamatan Konda.
c. PPL, terdiri atas :
Baito di Kecamatan Baito;
Sangi-Sangi di Kecamatan Laonti;
Basala di Kecamatan Basala;
Benua di Kecamatan Benua;
Motaha di Kecamatan Angata;
Buke di Kecamatan Buke;
Wolasi di Kecamatan Wolasi;
Lakara di Kecamatan Palangga Selatan;
Palangga di Kecamatan Palangga;
Lalowaru di Kecamatan Moramo Utara;
Pamandati di Kecamatan Lainea;
Lameuru di Kecamatan Ranomeeto Barat; dan
Landono di Kecamatan Landono.
Selain pusat-pusat kegiatan terdapat sistem jaringan prasarana utama di daerah, terdiri
atas :
sistem jaringan transportasi darat;
sistem jaringan transportasi laut; dan
sistem jaringan transportasi udara.
20
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
21
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya.
a. Kawasan lindung terdiri atas :
Kawasan hutan lindung
Kawasan perlindungan setempat
Kawasan suaka alam dan pelestarian alam
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Kawasan rawan bencana alam
Kawasan geologi
Kawasan lindung ditetapkan seluas 44.251 (empat puluh empat ribu dua ratus lima
puluh satu) hektar terdapat di Kecamatan Moramo, Moramo Utara, Kolono, Lainea,
Konda, Ranomeeto, Wolasi, Baito, Landono, Mowila, Buke, Palangga Selatan dan
Tinanggea.
b. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas :
Sempadan pantai
Sempadan sungai
Kawasan sekitar waduk
Ruang terbuka hijau
c. Kawasan suaka alam dan pelestarian alam, terdiri atas :
Kawasan suaka margasatwa
Kawasan taman nasional
d. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, terdiri atas :
situs makam Raja Silondae di Kecamatan Andoolo
situs makam Pejuang Lamarota di Kecamatan Tinanggea
situs makam Pejuang Laulewulu di Kecamatan Mowila
situs makam Pejuang Lapadi di Kecamatan Lainea
situs makam Pejuang Tongasa di Kecamatan Palangga
situs makam Pejuang Polingai di Kecamatan Palangga
situs makam Pejuang Tawulo di Kecamatan Laeya;
situs makam Pejuang Lababa di Kecamatan Lalembuu
situs Benteng Lapadi di Kecamatan Lainea
situs Goa Jepang di Kecamatan Laeya.
e. Kawasan lindung geologi, terdiri atas :
kawasan rawan bencana alam geologi;
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; dan
kawasan Karst.
f. Kawasan budidaya, terdiri atas :
kawasan peruntukan hutan produksi;
kawasan hutan rakyat;
kawasan peruntukan pertanian;
kawasan peruntukan perikanan;
kawasan peruntukan pertambangan;
kawasan peruntukan industri;
kawasan peruntukan pariwisata;
kawasan peruntukan permukiman; dan
kawasan peruntukan lainnya.
g. Kawasan peruntukkan hutan produksi, terdiri atas :
kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; dan
22
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
23
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
24
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami
bencana alam, terdiri atas :
a. Kawasan rawan longsor, tersebar di :
Kecamatan Laonti yaitu di Desa Laonti, Labuan Beropa, Batu Jaya, Tambolosu,
Woru-Woru, Baho dan Namu;
Kecamatan Kolono yaitu di Desa Lamotau, Ulusena dan Tiraosu;
Kecamatan Lainea yaitu di Desa Lainea dan Bangun Jaya;
Desa Anduna Kecamatan Laeya;
Desa Boro-Boro Kecamatan Ranomeeto;
Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi;
Desa Tanea Kecamatan Konda;
kompleks perkantoran Andoolo di Kecamatan Andoolo;
Desa Arongo Kecamatan Landono; dan
Desa Tambosupa Kecamatan Moramo.
b. Kawasan rawan banjir terdapat pada lokasi yang berpotensi terkena dampak luapan
sungai Roraya, Sungai Laeya, Sungai Bakutaru, Sungai Roda, Sungai Awunio, Sungai
Aosole dan Rawa Aopa Watumohai yaitu Kecamatan Tinanggea, Andoolo, Baito, Buke,
Laeya, Kolono, Palangga, Angata, Laonti dan Morami.
c. Kawasan rawan angin putting beliung terdapat di Kecamatan Lainea, Moramo Utara,
Lalembuu, Tinanggea, Landono, Andoolo, Angata, Mowila dan Konda.
25
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Untuk mengetahui jumlah fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten Konawe Selatan maka
akan diuraikan melalui tabel berikut :
Tabel 2.11: Jumlah Fasilitas Pendidikan yang Tersedia di Kabupaten Konawe Selatan
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Nama Kecamatan Umum Agama
SD SLTP SMA SMK MI MTs MA
Tinanggea 14 6 3
Lalembuu 17 7 2 1 1 1
Andoolo 19 5 5
Buke 18 5 2
Palangga 17 3 1 1 1 1
Palangga Selatan 11 3 3
Baito 10 3 1
Lainea 13 5 2
Laeya 18 4 2
Kolono 21 5 2 1 2 1
Laonti 15 6 2
Moramo 17 6 3
Moramo Utara 11 3 1 1 1
Konda 16 5 2
Wolasi 6 2 1
Ranomeeto 11 3 1 1
Ranomeeto Barat 9 2 1
Landono 16 3 1
Mowila 11 3 1
Angata 21 6 3
Benua 10 2 1
Basala 6 1 1
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Kab. Konawe Selatan 2013
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis kemiskinan makanan (GKM) merupakan nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per
kapita perhari. Garis kemiskinan non-makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya. Sejak Desember
1998 digunakan standar kemiskinan baru yang merupakan penyempurnaan standar yang
lama. Penyempurnaan ini meliputi perluasan cakupan komoditi yang diperhitungkan dalam
kebutuhan dasar. Disamping itu penyempurnaan juga dilakukan dengan mempertimbangkan
keterbandingan antar daerah (provinsi serta perkotaan-perdesaan) dan antar waktu yang
disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat harga antar daerah yaitu dengan cara melakukan
standarisasi harga terhadap harga di DKI Jakarta. Penyempurnaan standar kemiskinan ini
diharapkan dapat mengukur tingkat kemiskinan secara lebih realistis.
26
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Tabel 2.12: Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan Kabupaten Konawe Selatan
27
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Di Kabupaten Konawe Selatan tiap rumah tangga rata-rata terdiri dari 4 (empat) jumlah
penduduk dan setiap rumah biasanya dihuni lebih dari satu kepala keluarga. Untuk mengetahui
jumlah rumah yang ada di tiap kecamatan maka akan dijelaskan pada tabel berikut :
28
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
STRUKTUR ORGANISASI
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN
29
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah pemerintah Kabupaten Konawe Selatan yang masuk dalam
Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi adalah sebagai berikut : Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
Selatan, Dinas Pekerjaan Umum (Bidang Cipta Karya) Kabupaten Konawe Selatan, Badan Lingkungan
Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Konawe Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah ( BAPPEDA ) Kabupaten Konawe Selatan, Dinas Perhubungan dan Infokom dan Dinas
Pengelola Aset Daerah Kabupaten Konawe Selatan.
Gambar 2.2: Struktur SKPD Yang Terkait Dalam Pembangunan Sanitasi Kabupaten Konawe Selatan
Keterangan :
Mandat Tupoksi Langsung
(Stakeholder Utama)
30
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe
Selatan Tahun 2014
31