PENDAHULUAN
VISI :
“Menjadi produsen pig iron dan produk turunan pasir besi lainnya yang terbesar
di Indonesia yang membawa nilai tambah dan kemakmuran bagi dunia usaha,
komunitas sekitarnya serta bangsa dan negara.”
MISI :
“Melakukan eksplorasi, akusisi dan pengembangan usaha yang membuka potensi
pasir besi serta mendirikan industri besi baja dan logam dengan biaya produksi
rendah”
Endapan pasir besi ini terjadi karena adanya proses pelapukan dari batuan
andesit yang umumnya mengandung unsur-unsur mineral seperti Magnetite (Fe3O4),
Hematite (Fe2O3) dan Ilmenite (FeTiO3).
Selama proses transportasi hasil pelapukan batuan andesit tersebut akan
mengalami proses perubahan bentuk dan ukuran (degradasi), dari partikel berukuran
besar menjadi partikel berukuran halus. Selama proses pelapukan batuan andesit
mengalami erosi sampai terbawa ke sungai dengan bantuan air dan dari sungai terus
terbawa sampai ke laut. Setelah sampai di laut karena pengaruh gelombang laut maka
partikel-partikel tersebut akan dihempaskan kembali disepanjang pantai sehingga
terbentuklah endapan pasir besi.
Tebal tipisnya akumulasi lapisan endapan bijih pasir besi yang terbentuk tergantung
pada besar kecilnya gelombang yang menghempaskan serta pengaruh angin. Selain
mineral diatas terdapat juga mineral pengganggu lain seperti Kwarsa (SiO2) dan
Piroksen (CaMgFeAl) (AlSi)2O6.
Pasir besi mengandung mineral besi utama yaitu titanomagnetite dengan sedikit
magnetite dan hematite yang disertai dengan mineral pengotor yang memiliki unsur
dominan Alumunium, silicon dan vanadium. Unsur-unsur ini biasa ditulis di sertifikat
dengan Al2O3, SiO2 dan V2O5. Pengotor lainnya yang biasa terdapat dalam pasir besi
adalah fosfor dan sulfur.
Keberhasilan pemisahan pasir besi sangat ditentukan oleh derajat liberasi dari mineral
besi dan gangue-nya. Derajat liberasi partikel mineral besi tergantung pada ukuran
partikelnya. Observasi mikroskop menunjukkan pada ukuran kasar derajat liberasi
mineral besi sangat rendah. Pada ukuran kasar Partikel mineral besi dan gangue
masih terikat dalam satu partikel. Parikel-partikel yang mengadung mineral besi dan
gangue disebut mineral middling. Kehadiran Mineral middling akan berdampak pada
kualitas pengolahan.
Gambar 5 menunjukkan hubungan derajat liberasi dengan ukuran partikel pasir besi.
Pada ukuran kasar, 500 mikron pasir besi hanya memiliki derajat leberasi 54 persen.
Artinnya hanya 54 persen mineral besi yang terbebas dari ikatan dengan gangue
mineral. Ada sekitar 46 persen mineral besi yang terikat dengan gangue membentuk
mineral middling. Derajat liberasi relatif tinggi pada pasir besi yang berukuran
kurang daripada 125 mikron. Hanya sekitar 8 persen mineral besi yang terikat dengan
gangue membentuk mineral middling.
PT. JMI melakukan kegiatan prospeksi pada tahun 2005 dengan mempelajari
literatur yang sudah ada sebelumnya yaitu pada bulan mei 1973 (Government of
Australia) ,Oktober 1973 (AMDAL-ANTAM), 1983 (Davy Mickey Ltd. & Lurgi
GMBH ), dilanjutkan dengan kegiatan pemetaan geologi lokal dan pengambilan
conto. Pada tahun 2006 Melakukan Eksplorasi pemboran dengan metode Aircore ,
Pola mengikuti Penyebaran Kadar , Grid awal (800mx100m), perapatan
(400mx100m) dan akhir (200m x 50m). dilanjutkan dengan pengambilan conto per
meter kedalaman, analisis parameter kualitas , pemetaan topografi & collar bor, serta
kajian hidrologi & hidrogeologi awal. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.
2.6.1 Pembongkaran
2.6.2 Pemuatan
2.6.3 Pengangkutan
Mineral besi utama dalam pasir besi memiliki sifat kemagnetan yang tinggi.
Sedangkan mineral pengotornya atau gangue memiliki sifat kemagnetan yang rendah.
Sehingga mineral besi dan mineral gangue memiliki selisih kemagnetan yang tinggi.
Perbedaan sifat kemagnetan ini menjadi alasan utama, mengapa peningkatan kadar Fe
atau mineral besi dalam pasir besi selalu menggunakan alat konsentrasi magnetic
separator.
Beberapa alat konsentrator lain yang biasa digunakan dalam pengolahan pasir
besi adalah spiral konsentrator atau palong, sluice box. Alat ini memanfaatkan
perbedaan sifat fisik densitas. Prinsip pemisahannya berdasarkan pada perilaku
partikel dalam aliran fluida tipis. Konsentrasi dengan alat ini biasanya dilakukan
diawal pengolahan.
Sifat kemagnetan mineral besi dalam pasir besi sangat kuat, sehingga operasi
konsentrasinya dapat menggunakan magnetic separator dengan intensitas rendah,
kurang dari 1200 gauss. Sebagian pasir besi terdapat di daerah pesisir atau pantai,
oleh karenanya pengolahan selalu dilakukan dengan metoda basah, ditambahkan air
dengan perbandingan tertentu.
Gambar 1 menunjukkan salah satu contoh pengolahan pasir besi dengan kadar
Fe awal 37 persen. Pengolahan menggunakan dua tahap pemisahan dengan magnetic
separator tipe double drum. Dari pengolahan ini diperoleh Konsentrat akhir yang
mengandung Fe sebesar 56 persen. Penjelasan lebih lanjut pada lampiran A.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada PT JMI yang diterapkan antara lain JMI
menyediakan ruang perawatan kesehatan beserta juru rawat untuk pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) beserta kelengkapannya di kantor tambang.
2.10 Reklamasi
Visi : Menjadi Puslitbang yang terdepan, unggul, dan terpercaya dalam pemanfaatan
mineral dan batubara.
Misi : Untuk mewujudkan visi tersebut, Puslitbang tekMIRA memiliki empat misi
utama, yaitu :
Laboratorium Penelitian :
Laboratorium Piro/Hidro/Elektrometalurgi
Laboratorium Batubara
PRODUK
- Geoteknologi Tambang
- Teknologi Penambangan
- Lingkungan Pertambangan
- Teknologi Pengolahan Mineral
- Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batu Bara
- Tekno-Ekonomi Mineral dan Batu Bara
- Teknologi Informasi Pertambangan
JASA
Jasa teknologi merupakan salah satu bentuk pelayanan kepada masyarakat yang
dilakukan oleh tekMIRA.
Kegiatan ini merupakan penunjang yang sangat penting untuk mendukung
mandirinya institusi.
Banyaknya pelayanan jasa yang dikerjakan merupakan salah satu tolok ukur
kepercayaan masyarakat terhadap kredibilitas tekMIRA.
Jenis pelayanan jasa yang dapat diberikan tekMIRA kepada masyarakat meliputi :
- JASA PENGUJIAN KOMPOSISI KIMIA MINERAL
- JASA PENGUJIAN KIMIA LINGKUNGAN
- JASA PENGUJIAN X-RAY
- JASA PENGUJIAN MINERALOGI
- JASA PENGUJIAN FISIKA MINERAL
- JASA PENGUJIAN EKSTRAKTIF METALURGI
- JASA PENGUJIAN KIMIA DAN FISIKA BATUBARA
3.3 Kegiatan
Namun, dari sembilan kegiatan tersebut hanya beberapa kegiatan yang dapat
dilihat antara lain :
Bucket
Rotary Dryer Elevator Rotary Dryer
(dipanaskan 200oC) (dipanaskan 200oC)
Rotary Dryer
(dipanaskan
Mill Mill
200oC)
Mill
Bucket Bucket
Elevator Elevator
Bucket
Vibrating Screen Elevator Vibrating Screen
(lolos 60 mess yang (lolos 60 mess yang
dipakai) dipakai)
Vibrating Screen
(lolos 60 mess yang
dipakai)
Cone Crusher
Hydro Cyclone
Vibrating
Screen
Tangki Sianidasi
(sianida 15%)
Tangki
Karbon Aktif
(emas dan perak diserap)
Elution Elektrowining
(emas dan perak (Katoda dan Anoda)
dilepaskan)
Cake
Bullion
AgNO3 + NaCl => AgCl + NaNO3
AgCl di endapkan => Perak padat
Pengolahan Bauksit
Belt Conveyor
Rotary Drum
(menghilangkan mineral pengotor)
Bucket Elevator
Konsentrat Tailling
Bucket
Elevator Auto Claff/Reaktor + PaC dan FeS
NaOH
(Pengadukan dan
Pemanasan)
Rotary Dryer Auto Claff/Reaktor + NaOH Alumina
(Pengadukan dan Hidrat
Pemanasan)
Bauksit Kering
Batu andesit berasal dari magma yang biasanya meletus dari stratovolcanoes
pada lahar tebal yang mengalir, beberapa diantaranya penyebarannya dapat mencapai
beberapa kilometer. Magma andesit dapat juga menghasilkan letusan seperti bahan
peledak yang kuat yang kemudian membentuk arus pyroklastik dan surges dan suatu
kolom letusan yang sangat besar. Batu andesit terbentuk pada temperatur antara 900
dan 1100°C. Di dalam batu andesit terdapat sekitar 52-63% kandungan silika (𝑆𝑖𝑂2 ).
Mineral-mineral penyusun andesit utama terdiri dari plagioclase feldspar danjuga
terdapat mineral pyroxene (clino-pyroxene dan orthopyroxene) dan hornblende
dalam jumlah yang kecil.
4.3 Eksplorasi
Pemetaan Topografi
Pengambilan Conto Bongkah
Pemboran Inti
Analisis Conto (Sifat Fisik dan Mekanik)
Perhitungan Cadangan
4.4 Penambangan
Pemboran
Metode pemboran yang utama dipergunakan dalam tambang
terbuka atau quarry adalah pemboran pertikal atau miring. Dalam
pekerjaan tambang, pemboran ini dilakukan untuk media bahan
peledak. Sehingga dapat difungsikan sebagaimana mestinya dan juga
pemboran ini sangat berpengaruh terhadap bentuk permukaan tambang
khususnya bentuk bench yang diledakkan. Oleh karena itu, agar hasil
dari suatu proses peledakan baik itu dilihat dari fragmentasi batuan
dan kondisi dari tambang yang terbentuk terkoordinasi dengan baik,
maka pola pemboran yang baik, aman dan efisien adalah “Staggered
Dill Pattern” dan pola peledakan yang digunakan adalah “Staggered
‘V’ Cut”.
Peledakan
4.5 Pengolahan
DIAGRAM ALIR
PENGOLAHAN ANDESIT
ROM Andesit
Hooper
Secondary Crusher
Double Deck Vibrating Screen
4.7 Reklamasi
Obyek yang dikunjungi adalah daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Jawa
Barat. Di daerah Istimewa Yogyakarta yang dikunjungi adalah PT. Jogya Magasa
Iron (PT. JMI) terletak di Kulon Progo yang akan melakukan penambangan dan
pengolahan Pasir Besi di Kecamatan Temon Kulon Progo. Di daerah Jawa Barat akan
dikunjungi Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan Batubara (tekMIRA)
yang beralamat di jalan jendaral sudirman 625 Bandung, tekMIRA Cimahai. Di
samping itu akan di kunjungi juga obyek penambangan dan pengolahan batu andesit
di PT.Panghegar yang terletak di Desa Lagadar Kecamatan Leuwi Gajah Kabupaten
Bandung Propinsi Jawa Barat.Salah satu kondisi pabrik peremuk batu dan
pengolahan
PT. JMI melakukan kegiatan prospeksi pada tahun 2005 dengan mempelajari
literatur yang sudah ada sebelumnya yaitu pada bulan mei 1973 (Government of
Australia) ,Oktober 1973 (AMDAL-ANTAM), 1983 (Davy Mickey Ltd. & Lurgi
GMBH ), dilanjutkan dengan kegiatan pemetaan geologi lokal dan pengambilan
conto. Pada tahun 2006 Melakukan Eksplorasi pemboran dengan metode Aircore ,
Pola mengikuti Penyebaran Kadar , Grid awal (800mx100m), perapatan
(400mx100m) dan akhir (200m x 50m). dilanjutkan dengan pengambilan conto per
meter kedalaman, analisis parameter kualitas , pemetaan topografi & collar bor, serta
kajian hidrologi & hidrogeologi awal. Saat ini PT. JMI masih dalam tahapan
5.1.2 tekMIRA
Keberadaan Sentra Pengolahan Mineral pada skala pilot ini dirasa sangat baik
karena diperlukan adanya suatu lembaga pemerintah yang mampu memberikan
aplikasi-aplikasi pengolahan mineral kaitannya dalam pemberlakukan Undang-
Undang Minerba No. 4 tahun 2009 yang mengharuskan pengolahan bahan mineral
terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Dampak positif dengan adanya Sentra
Percontohan Pengolahan Mineral adalahdapat meningkatkan nilai kadar dari suatu
mineral sehingga dapat meningkatkan nilai jual dan pendapatan suatu hasil produksi
bagi Negara. Kedepannya Sentra Percontohan Pengolahan Mineral ini tetap terjaga
karena manfaat yang diberikan dari eksistensinya sangat besar untuk mensejahterakan
masyarakat.
6.1 Kesimpulan
Waloejo Adji, DP dan Thaib Hasywir S.2015. Buku Panduan Ekskursi Tambang
2015.Yogyakarta: Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Tekologi
Mineral,Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta
http://tigakali-enam.blogspot.com/2011/10/kegiatan-penambangan-adalah
serangkaian.html tanggal 04-04 -2015