Anda di halaman 1dari 4

Metode Penambangan Block Caving

Ridho Kresna Wattimena

Kelompok Keahlian Teknik Pertambangan


Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung

1. Pendahuluan

Metode penambangan block caving telah diterapkan sejak lebih dari 100 tahun yang lalu.
Pewabic Mine, Menominee Range, Michigan, USA merupakan tambang bawah tanah
pertama yang mencoba menerapkan metode ini (Brown, 1895; Brinsmade, 1910). Peele
(1941) menjelaskan bahwa meskipun penambangan yang dilakukan secara kasar hanya
penanganan bijih, tetapi prinsip-prinsip ambrukan (caving) menurut praktik sekarang
telah diterapkan. Deposit pada tambang ini berupa lensa-lensa siliceous hematite keras,
panjang sekitar 600 m (2.000 ft), lebar sekitar 60 m (200 ft), kemiringan 76O-90O, dan
ditutupi oleh batupasir berlapis yang keras dengan batuan samping berupa slate. Metode
block caving diterapkan pada bijih berkadar rendah yang meliputi hampir semua deposit.
Blok-blok dengan panjang 60-76 m (200-250 ft), tinggi 30-38 (100-125ft) dengan lebar
penuh semuanya dapat diambrukkan.
Meskipun metode block caving ini telah dikenal lebih dari 100 tahun, hanya dalam 20
tahun terakhir ini metode penambangan ini menyebar. Eberhardt et al. (2015) mencatat
bahwa pada tahun 2015 di seluruh dunia hanya terdapat 21 tambang block caving dan
panel caving dalam tahap operasi dan 18 dalam tahap lainnya. Sedangkan Potvin &
Jakubec (2018) mencatat bahwa di seluruh dunia pada saat ini terdapat 50 proyek caving
dalam berbagai tahap.

Gambar 1
Distribusi tambang block caving dan panel caving termasuk tambang yang sudah tutup
(Eberhardt et al., 2015)
2. Perkembangan Penerapan Metode Block Caving

Gambar 2 menunjukkan penjelasan umum tentang metode block caving. Pada kedalaman
tertentu di dalam badan bijih level produksi/ekstraksi dibuat di bawah sebuah blok atau
panel badan bijih. Pada elevasi tertentu, biasanya 10-20 m di atas level produksi, level
undercut dibuat. Pilar-pilar di antara drift-drift undercut diledakkan untuk membuat slot
di bawah badan bijih. Kegiatan ini dikenal sebagai kegiatan undercutting. Ketika kegiatan
ini telah menghasilkan luasan tertentu, cave back akan runtuh dan material ambrukan ini
akan mengisi ruang kosong yang dibentuk pada kegiatan undercutting. Drawbell-drawbell
dikonstruksi di antara level poduksi dan level undercut dan bijih hasil peledakan akan
jatuh ke drawpoint-drawpoint pada level produksi. Pada kebanyakan operasi block caving
saat ini, bijih hasil peledakan ini diambil dengan menggunakan alat Load-Haul-Dump
(LHD). Pengambilan bijih hasil peledakan akan menginduksi aliran material ambrukan
dan menghilangkan penyangga cave back. Ketika dimensi kritis undercut tercapai,
runtuhan cave back akan terjadi secara kontinyu. Istilah jari-jari hidrolik (hydraulic
radius), yang didefinisikan sebagai luas area dibagi keliling, sering digunakan untuk
menyatakan perluasan area undercut.

Gambar 2
Tahapan penambangan block caving dengan LHD di Bell Mine, Canada
(Lacasse and Legast, 1981)

Dalam beberapa literatur tambang terdahulu (Peele, 1941; Hartman, 1987) metode
penambangan block caving dinyatakan cocok diterapkan pada deposit bijih dengan
karakteristik sebagai berikut:
1. Kekuatan bijih lemah sehingga mudah pecah atau runtuh dan dapat dipisahkan dari
blok di sebelahnya.
2. Kekuatan batuan samping lemah sehingga mudah pecah menjadi bongkah-bongkah
yang lebih besar dari pada bongkah bijih, dimana tekanannya akan membantu
memecah endapan bijih di bawahnya.
3. Bentuk endapan homogen karena tidak mungkin dilakukan tambang pilih. Sebaiknya
antara endapan bijih dan lapisan penutup (capping) terdapat perbedaan fisik yang
mudah dilihat, sehingga pengotoran (dilution) pada drawpoint dapat dihindari.
Endapan bijih sebaiknya tidak mudah bereaksi dengan udara. Oleh karena itu,
metode ini tidak cocok untuk endapan bijih sulfida.
4. Kemiringan endapan tidak menjadi persoalan, tetapi jika berbentuk urat bijih
sebaiknya memiliki kemiringan > 65O.
5. Ketebalan endapan > 3 m dengan tinggi > 35 m.
6. Kadar bijih tidak perlu bernilai tinggi.
7. Kedalaman moderat.
Melalui pendekatan yang lebih kuantitatif, Miller-Tait et al. (1995) menyatakan bahwa
metode block caving sangat cocok digunakan untuk menambang deposit dengan
karakteristik berikut ini:
1. Badan bijih masif dengan ketebalan lebih dari 100 m, kemiringan lebih dari 55O, dan
kedalaman lebih dari 100 m.
2. Distribusi kadar relatif seragam.
3. Badan bijih sangat lemah (Rock Mass Rating, RMR = 0-20), batuan samping sangat
lemah sampai dengan sedang (RMR = 0-60)
4. Kuat tekan uniaksial (c) badan bijih dan batuan samping sangat rendah.
Dibandingkan dengan tegangan utama (1) yang bekerja, perbandingan c/1
kurang dari 5.
Dalam penerapannya, banyak paradigma baru yang berkembang pada metode block
caving. Oleh karena itu, para praktisi block caving secara berkala mendiskusikannya
dalam International Symposium on Block and Sublevel Caving. Simposium ini telah empat
kali diadakan yaitu pada tahun 2007 di Cape Town, tahun 2010 di Perth, tahun 2014 di
Santiago, dan tahun 2018 di Vancouver.
Beberapa hal penting yang dapat dicatat sebagai perkembangan metode block caving
sampai saat ini adalah:
1. Block caving menjadi menarik terutama dengan semakin berkurangnya badan bijih
dekat permukaan yang cocok untuk tambang terbuka, tingkat produksi relatif tinggi,
dan biaya operasi rendah.
2. Sejumlah tambang terbuka mempunyai badan bijih yang menerus sampai di bawah
kedalaman ekonomis dan penambangan seterusnya untuk bijih yang sering
berkadar rendah pada kedalaman yang besar tidak mungkin dilakukan dengan
metode penambangan selain metode caving yang berbiaya rendah.
3. Penerapan teknik-teknik pra-pengkondisian, khususnya hydraulic fracturing, dan
undercut yang senantiasa bertambah luas memungkinkan penerapan metode block
caving pada batuan-batuan yang sangat keras yang menurut pendekatan tradisional
tidak akan mudah ambruk atau tidak cocok untuk metode block caving karena akan
menghasilkan fragmentasi yang besar. Sebagai contoh, ketika mengembangkan
metode hibrida numerik-empirik untuk perancangan level undercut dan level
produksi pada tambang block caving, Wattimena (2003) hanya mempertimbangkan
jari-jari hidrolik sampai maksimum 50 m, tetapi saat ini beberapa tambang akan
mencapai ambrukan kontinyu pada jari-jari hidrolik 60-70 m atau setelah kegiatan
undercutting mencapai luas 240 m x 240 m sampai 280 m x 280 m.
4. Metode block caving saat ini diterapkan pada kedalaman yang besar dengan tinggi
blok yang sangat besar dan produksi dari beberapa tambang telah melebihi 100.000
ton per hari.
5. Banyak perusahaan tambang block caving telah menerapkan otomasi dan mereka
merupakan perintis otomasi tambang.
6. Seismisitas merupakan masalah yang sering dihadapi oleh tambang block caving,
khususnya yang menambang pada massa batuan keras. Masalah ini secara intensif
dievaluasi dan beberapa metode dan peralatan untuk mengelola risiko seismik,
pendeteksian permuka ambrukan, dan bahaya seismik telah dikembangkan.
7. Larian lumpur (mudrush) tetap menjadi risiko pada penambangan dengan metode
block caving dan beberapa tambang telah mempunyai solusi untuk masalah ini.
8. Aturan dan petunjuk untuk penarikan material ambrukan harus ditinjau ulang
mengingat tinggi kolom penarikan saat ini yang dapat mencapai tiga sampai lima kali
tinggi kolom penarikan tradisional.
9. Model-model matematik dan numerik saat ini digunakan secara luas untuk
mengevaluasi mekanisme ambrukan, pengendalian penarikan, fragmentasi dan juga
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan tambang.
10. Penelitian dan inovasi dari industri, perguruan tinggi, dan lembaga penelitian
memainkan peran penting dalam penembangan block caving.

Daftar Pustaka
Brown, E.F., 1895. Distribution of phosphorus and system of sampling at the Pewabic
mine, Iron Mountain, Michigan, Proc. Lake Superior Mining Institute, 3: 49-55.
Brinsmade, R.B., 1910. The Michigan Copper Mines and Methods, Mining World, 32: 549-
552.
Eberhardt, E., Woo, K., Stead, D., and Elmo, D., 2015. Transitioning from open pit to
underground mass mining: Meeting the rock engineering challenges to going deeper.
Proc. ISRM Congress 2015, Montreal.
Hartman, H.L., 1987. Introductory Mining Engineering. John Wiley & Sons: New York.
Lacasse, M. and Legast, P. 1981. Change from grizzly to LHD extraction system. In Design
and Operation of Caving and Sublevel Stoping Mines (ed. D. R. Stewart), SME, AIME:
NewYork, 107–118.
Miller-Tait, L., Pakalnis, R., and Poulin, R. 1995. UBC mining method selection. Proc. Mine
Planning and Equipment Selection, Balkema: Rotterdam, 163-168
Peele, R., 1941. Mining Engineers' Handbook, 3rd edition. John Wiley & Sons: New York.
Potvin, Y. and Jakubec, J., 2018. Preface of Proc. 4th International Symposium on Block and
Sublevel Caving. Australian Centre for Geomechanics: Vancouver.
Wattimena, R.K., 2003. Designing Undercut and Production Level Difts of Block Caving
Mines. Ph.D. Thesis, University of Queensland: Brisbane.

Anda mungkin juga menyukai