Metode Penelitian Kualitatif Beserta Contoh Judul
Metode Penelitian Kualitatif Beserta Contoh Judul
Metode Penelitian Kualitatif-Saat anda mengijak perguruan tinggi dan menginjak semester
akhir biasanya akan di beri tugas untuk membuat karya penelitian, nah salah satunya adalah
penelitian kualitatif ini, untuk mempermudah anda dalam mencari referensi berikut adalah
pembahasa lengkap mengenai metode penelitian kualitatif serta contoh dan pembahasannya :
Tujuan dari metode ini adalah Pemahaman secara luas dan mendalam terhadap suatu
permasalahan secara mendalam pada suatu permasalahan yang sedang dikaji atau akan di kaji.
Dan data yang dikumpulkan lebih banyak huruf, kata ataupun gambar dari pada angka.
wikipdia>>
from: al-balad.news
Adapun ciri pokok yang terdapat dalam metode penelitian kualitatif ada lima ciri, antara lain :
Sumber data yang dipakai dalam penelitian kualitatif berupa lingkungan alamiah. Kajian utama
dalam penelitian kualitatif adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kondisi dan situasi
sosial.
Penelitian dilaksanakan ketika berinteraksi langsung dalam tempat kejadian. Peneliti melakukan
pengamatan, mencatat, mencari tahu, menggali sumber yang berkaitan dengan peristiwa yang
sedang terjadi pada saat itu.
Hasil yang didapat segera disusun saat itu juga. Apa yang sudah diamati pada umumnya tidak
lepas dari konteks lingkungan dimana kejadian itu berlangsung.
Hasil analisis data tersebut berupa pemaparan yang berkenaan dengan situasi yang sedang diteliti
dan disajikan dalam bentuk uraian narasi. Pemaparan data tersebut biasanya adalah menjawab
dari pertanyaan dalam rumusan masalah yang sudah ditetapkan.
Data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian kualitatif bersangkut paut dengan
pertanyaan untuk mengungkapkan proses dan bukan dari hasil dari suatu kegiatan. Pertanyaan
menuntut gambaran keadaan yang sebenarnya tentang kegiatan, prosedur, tahap-tahap, alasan-
alasan dan interaksi yang terjadi dimana serta pada saat dimana proses itu sedang berlangsung.
4. Bersifat induktif
Penelitian kualitatif diawali mulai dari lapangan yaitu fakta empiris, Peneliti terjun langsung ke
TKP/lapangan, mempelajari suatu proses penemuan yang sedang terjadi secara alami dengan
mencatat, menganalisis, melaporkan dan menarik kesimpulan dari proses berlangsungnya
penelitian tersebut.
Hasil penemuan penelitian dari lapangan dalam bentuk konsep, prinsip, teori dikembangkan lagi,
bukan dari teori yang telah ada. Penelitian kualitatif menggunakan proses induktif maksudnya
dari data yang terpisah-pisah namun saling berkaitan erat satu sama lain.
5. Mengutamakan makna
Makna yang diungkapkan berkisar pada persepsi orang Dengan suatu peristiwa yang akan diteliti
tersebut. Contoh: penelitian yang dilakukan tentang peran kepala sekolah di dalam pembinaan
guru. Peneliti memfokuskan perhatiannya pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang
dibinanya.
mencari informasi serta pandangan kepala sekolah tentang keberhasilan dan kegagalannya
membina guru, apa saja yang dialami di dalam membina guru, mengapa gurun bisa gagal dibina,
dan kenapa hal itu bisa terjadi?.
Selain mencari informasi kepada kepala sekolah, peneliti juga harus mencari informasi dari guru
sebagai bahan perbandingan supaya dapat diperoleh pandangan mengenai mutu pembinaan yang
dilakukan oleh kepala sekolah. Ketepatan informasi dari partisipan diungkap oleh peneliti supaya
dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara tepat dan benar.
Berdasarkan ciri-ciri diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif diawali dari lapangan
yang berdasarkan pada lingkungan alami, bukan pada teori. Data serta informasi yang diperoleh
dari lapangan ditarik makna dan konsepnya, melalui pemaparan secara deskriptif analitik, dan
tanpa menggunakan angka, karena lebih mementingkan prosesnya.
Di dalam dunia pendidikan, penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan suatu proses
kegiatan, pendidikan yang berdasakan pada apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian
untuk menemukan kelebihan, kelemahan dan kekurangannya sehingga dapat ditentukan upaya
dalam perbaikannya ;menganalisis suatu fakta, gejala serta peristiwa pendidikan yang terjadi di
lapangan; menyusun hipotesis yang berkenaan dengan prinsip dan konsep pendidikan
berdasarkan pada data dan informasi yang terjadi di lapangan.
From: eMeReR.com
1. Penelitian Fenomenologi
Penelitian fenomenologi yang bersifat induktif. pendekatan yang digunakan adalah deskriptif,
dikembangkan dari filsafat fenomenologi. Fokus filsafat fenomenologi maksudnya pemahaman
tentang respon atas kehadiran atau kebaradaan manusia, tidak sekedar pemahaman atas bagian-
bagian yang spesifik atau perilaku khusus.
Contoh penelitian fenomenologi atau study mengenai daur hidup masyarakat tradisional diamati
dari perspektif kebiasaan hidup sehat.
penelitian grounded yaitu tekhnik penelitian induktif. Tekhnik ini pertama kali dicetuskan oleh
Strauss dan sayles pada tahun 1967.Pendekatan penelitian grounded ini bermaslahat dalam
menemukan problem-problem yang muncul dalam situasi kebidanan serta aplikasi proses-proses
pribadi untuk menanganinya.
Metodologi teori ini menekankan pada observasi dan mengembangkan basis praktik hubungan
”intuitif” antara variabel.
3. Penelitian Etnograf
Penelitian tipe ini berusaha untuk memaparkan kisah kehidupan keseharian orang-orang yang
dalam kerangka menjelaskan fenomena budaya tersebut, mereka menjadi bagian integral lainnya.
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan secara sistematis dan deskriptif. Analisis data
dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan teori prilaku kultural.
Dalam penelitian etnografi, peneliti secara aktual hidup atau menjadi bagian dari setting budaya
dalam tatanan untuk mengumpulkan data secara sistematis dan holistik. Melalui penelitian inilah
perbedaan-perbedaan budaya tersebut dapat dijelaskan, dibandingkan untuk menambah
pemahaman mengenai dampak budaya pada perilaku atau kesehatan manusia.
4. Penelitian Historis
Penelitian historis yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk merekonstruksi kondisi masa lalu
secara objektif, sistematis dan akurat. Melalui penelitian inilah, bukti-bukti dikumpulkan ,
dievaluasi, dianalisis serta disintesiskan.
Penelitian historis umumnya memperoleh data melalui catatan catatan artifak, atau laporan-
laporan verbal. Ada beberapa ciri yang dominan dalam penelitian historis antara lain:
Adakalanya lebih bergantung terhadap data hasil observasi orang lain daripada hasil
observasinya milik sendiri
Data penelitian diperoleh melalui observasi yang cermat, dimana data yang ada harus
objektif,otentik, serta diperoleh dari sumber yang tepat pula
Data yang didapat bersifat sistematis menurut, urutan peristiwa dan bersifat lengkap dan
tuntas.
5. Penelitian Kasus
Penelitian khusus atau penelitian di lapangan dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif
mengenai latar belakang keadaan, posisi saat ini dan interaksi linkungan unit sosial tertentu yang
bersifat apa adanya (given).
Subjek yang diteliti sendiri relatif terbatas, namun variabel-variabel serta fokus yang diteliti
sangat luas sekali dimensinya. Contoh, studi lapangan yang tuntas serta mendalam mengenai
kegiatan yang paling banyak dilaksanakan oleh tenaga pekerja sosial selama menjalankan
tugasnya di camp pengungsi.
6. Inquiry Filosofi
Peneliti filosofis mempertimbangkan gagasan atau isu-isu dari semua perspektif dengan
eksplorasi ekstensif atas literatur,menguji/menelaah secara mendalam makna
konseptual,merumuskan pertanyaan,mengajukan jawaban, serta menyarankan implikasi atas
jawaban-jawaban tersebut.
Peneliti dipandu dengan pertanyaan- pertanyaan itu.Terdapat tiga inquiry filosofis,antara lain
yaitu:
1. Foundational Inquiry
2. Philosophical Analyses
3. Ethical Analyses
Study fondasional melibatkan analisis mengenai struktur ilmu dan proses berpikir tentang
penilaian dalam fenomena tertentu yang dianut bersama oleh ”anggota” disiplin ilmiah.
Tujuan analisis filosofis yaitu menguji makna serta mengembangkan teori yang didapat melalui
analisis konsep atau analisis linguistik.inquiry. etikal melibatkan analisa intelektual atas masalah
etik berkaitan dengan andil, hak,tugas,benar dan salah, kesadaran dan tanggungjawab.
Teori kritik sosial yaitu filosofi lain dari sebuah metodologi kualitatif yang unik.Dipandu dengan
filsafat dari teori kritik sosial,peneliti mendapatkan pemahaman mengenai cara seseorang
berkomunikasi serta bagaimana ia mengembangkan makna-makna simbolis dalam masyarakat.
Banyak pemahaman yang muncul dalam sebuah dunia, yang fakta kemasyarakatan pasti di
terima apa adanya,tidak didiskusikan terlebih dahulu atau diposisikan secara dogmatik.
Tatanan politik yang mapan itu dipersepsi tertutup bagi perubahan dan tidak patut
dipertanyakan.Tatanan politik semacam ini umumnya muncul pada masyarakat dibawah
pemerintahan yang otoriter.
Artike Terkait: 16+ Contoh Kata Pengantar Makalah, Laporan, Skripsi Yang Baik dan
Benar
From: blogdoniumarsono.blogspot.com
Berikut adalah penjelasan dari jenis-jenis penelitian kualitatif tersebut :
Menurut para ahli, Miles & Hubberman seperti yang dikutip oleh Lodico, Spaulding & Voegtle
dalam bukunya Methods in Educational Research From Theory to Practice, disebutkan kalau
etnografi berasal dari bahasa Yunani ethos dan graphos.
Yang artinya tulisan mengenai suatu kelompok budaya. Sedangkan Menurut Le Clompte dan
Schensul etnografi yaitu metode penelitian yang berguna dalam menemukan pengetahuan yang
terdapat/terkandung dalam suatu budaya atau komunitas tertentu.
Istilah fenomenologis ini berasal dari bahasa Yunani, yakni phainomenon (penampakkan diri)
dan logos (akal). Ilmu tentang penampakan ialah ilmu tentang apa yang menampakkan diri pada
pengalaman subjek.
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus adalah pengujian secara rinci terhadap satu latar
atau satu subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
Surachrnad (1982) telah membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan
memusatkan perhatian terhadap suatu kasus secara intensif serta rinci.
Jujun S. Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni yakni penelitian
yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Metode Studi kritis yaitu metode yang digunakan untuk penelitian yang berkembang dari teori
kritis, feminis, ras serta pasca modern yang bertolak dari asumsi kalau pengetahuan itu bersifat
subjektif.
Peneliti yang kritis memandang bahwa masyarakat terbentuk oleh orientasi kelas, status, ras,
suku bangsa, jenis kelamin dan lain sebagainya. Peneliti feminis umumnya memusatkan
perhatiannya terhadap masalah gender, ras, sedangkan peneliti pasca modern memusatkan
perhatian pada institusi sosial dan kemasyarakatan.
6. Metode Analisis Konsep
Menurut Peter Salim di dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990:61) analisis yaitu
penyelidikan terhadap suatu problem/peristiwa (perbuatan, karangan dan sebagainya) guna
mendapatkan fakta yang tepat (asal-usul, sebab, penyebab, sebenarnya, dan lain sebagainya)”.
Sedangkan pengertian konsep menurut Woodruf yaitu suatu ide atau gagasan yang relatif
sempurna serta bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang bermula
dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda lewat
pengalamannya (setelah melakukan persepsi pada objek/benda).
Dari dua definisi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa definisi metode analisis konsep yakni
penelitian yang memfokuskan pada suatu konsep yang sudah ada sebelumnya, supaya dapat
difahami, digambarkan, dijelaskan serta implementasinya di lapangan.
Penelitian ini mencoba untuk merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lampau
selengkap dan seakurat mungkin, dan pada umumnya menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi.
Dalam mencari data dilakukan secara sistematis supaya mampu menggambarkan, menjelaskan,
serta memahami kegiatan/peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
Fom: rahasiapenulis.com
1. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Membeli Produk
2. Analisis Nilai-Nilai Patriotisme
3. Analisis Peran Kepala Sekolah Dalam Menerapkan Manajemen Mutu Pendidikan
4. Cara Belajar Siswa Berprestasi
5. Cara Belajar Siswa SD Dalam Menghadapi Ujian Nasional
6. Eksploitasi Anak Jalanan
7. Evaluasi Kebijakan Pendidikan Inklusif
8. Gambaran Manajemen Pembelajaran PAI
9. Kebiasaan Belajar Pada Siswa Berprestasi Di SD
10. Kebiasaan Membaca Siswa Sekolah Dasar
11. Keefektifan Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengarang Melalui Kebiasaan Menulis
Buku Harian
12. Kesulitan Pemahaman Konsep Gaya Pelajaran IPA
13. Kinerja Dan Profesionalisme Guru SD
14. Kompetensi Global Guru Sekolah Dasar
15. Kompetensi Guru Dalam Perencanaan Pembelajaran
16. Makna Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
17. Manajemen Keuangan Sekolah
18. Metode Pembelajaran Yang Efektif Dalam Membentuk Karakter
19. Metode Pembelajaran Yang Efektif Untuk Menyampaikan Materi Pecahan
20. Minat Kegiatan Kepramukaan Siswa SD
21. Model Pembelajaran Yang Efektif Dalam Pembelajaran
22. Model Pemberian Tugas Pembelajaran Matematika
23. Pelaksanaan Bimbingan Konseling Di SD
24. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Di SD
25. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Pada Bahasan Trigonometri
26. Pentingnya Keterampilan Membaca Bagi Siswa SD
27. Pentingnya Semangat Kerja Karyawan Guna Meningkatkan Produktivitas
28. Peran Guru Kelas Sebagai Fasilitator
29. Peran Orang Tua Terhadap Anak Berprestasi
30. Peran Orang Tua Terhadap Anak Dalam Bidang Akademik
31. Persepsi Dan Perilaku Merokok Mahasiswa PGSD
32. Persepsi Guru Kelas Terhadap Pelaksanaan KTSP
33. Persepsi Guru Matematika Terhadap Penggunaan Bahan Manipulatif
34. Persepsi Guru Terhadap Penerapan Kurikulum KTSP
35. Persepsi Masyarakat Terhadap Penggunaan Metode Inkuiri
36. Persepsi Siswa Terhadap Peran Guru Bimbingan
37. Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Guru Dalam Pembelajaran
38. Pesan Dalam Tarian Topeng Panji Cirebon
39. Pola Belajar Siswa Dalam Menghadapi Ujian Nasional
40. Pola Emosi Guru Dalam Menjalankan Tugas Di SD
41. Profesionalisme Guru SD
42. Profil Guru Yang Efektif Mendidik Siswa SD
43. Strategi Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa
44. Strategi Harian Tribun Timur Untuk Menjadi Surat Kabar Terpercaya Di Kota Makassar
45. Teknik-Teknik Motivasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
46. Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SD
47. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
48. Upaya Peningkatan Belajar Matematika Melalui Tugas Pekerjaan Rumah
49. Variasi Keterampilan Mengajar Guru
From: CustomShow.com
Oleh:
………….
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Tahun 20../20..
1. PENDAHULUAN
Istilah pubertas atau adolescensia umum di maknai dengan masa remaja, yaitu masa
perkembangan sifat tergantung pada (dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian
(independence), minat-minat seksual, perenungan diri, perhatian pada nilai-nilai estetika
dan isu-isu moral.
Sedangkan menurut ahli, Harold Alberty (1967:86), remaja adalah masa peralihan antara
masa anak dengan masa dewasa yakni berlangsung 11-13 tahun hingga 18-20 tahun
menurut umur kalender kelahiran seseorang.
Sejauh mana remaja dapat mengamalkan nilai-nilai yang sudah di anutnya serta yang
telah dicontohkan kepada mereka? Salah satu tugas perkembangan yang sangat perlu
dilakukukan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya
kemudian menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan sosial tanpa bimbingan,
pengawasan, motivasi, serta ancaman sebagaimana pada waktu kecil.
Ia juga di tuntut untuk mampu mengendalikan tingkah lakunya karena dia bukan lagi
tanggung jawabguru, orang tua atau orang lain.
Berdasarkan penelitian empiris yang dilaksanakan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus
menjadi disertasi doktornya yang judul “The Developmental of model of moral Think
and choice in the years 10 to 16”. Menyebutkan tahap-tahap perkembangan moral pada
individu bisa di bagi yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat Prakonvensional
Dalam tingkat ini anak tanggap pada aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-
ungkapan budaya mengenai baik atau buruk, benar atau salah. Namun, hal ini semata-
mata ditafsirkan dari sudut pandang sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan
(hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan).
2. Tingkat Konvensional
Dalam tingkat ini, anak hanya menurut pada harapan keluarga, kelompok ataupun
bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut penting bagi dirinya sendiri, tanpa
mengindahkan akibat yang segera dan nyata.
3. Tingkat Pasca-konvensional
Dalam tingkatan ini ada usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai serta prinsip
moral yang dimiliki keabsahan dan dapat diterapkan, lepas dari otoritas kelompok atau
orang yang berpegang terhadap prinsip-prinsip tersebut dan terlepas pula dari identifikasi
individu sendiri dengan kelompok itu.
Piaget mengatakan bahwa masa remaja sudah mencapai tahap pelaksanan formal dalam
kemampuan kognitif. Ia dapat mempertimbangkan semua kemungkinan untuk mengatasi
suatu problem dari beberapa sudut pandang serta berani mempertanggung jawabkan.
Beberapa prinsip di terimanya melalui dua tahap; pertama meyakini kalau dalam
keyakinan moral harus ada fleksibilitas sehingga bisa memungkinkan dilakukannya
perbaikan dan perubahan standar moral jika menguntungkan semua anggota kelompok;
kedua menyesuaikan diri dengan standar sosial serta ideal untuk menjahui hukuman
sosial terhadap dirinya pribadi, sehingga perkembangan moralnya tak lagi atas dasar
keinginan pribadi, namun mernghormati orang lain.
Tapi, pada kenyataan banyak ditemukan remaja yang belum dapat mencapai tahap pasca-
konvensional tersebut, dan pernah juga ditemukan remaja yang baru mencapai tahap
prakonvensional.
Fenomena itu banyak dijumpai dalam remaja yang pada umumnya mereka masih duduk di
bangku SMA/SMK, seperti:
1. Berperilaku tidak terpuji, meremehkan peraturan dan disiplin sekolah yang ada
2. Senang berfoya-foya dan bergerombol/berkelompok
3. Mentaati peraturan sekolah, karena satu hal, takut pada hukuman
Dan tidak jarang juga kita mendengar/melihat perkelahian,tawuran terjadi antar remaja yang
tidak jelas sebabnya. Bahkan perkelahian bisa meningkat menjadi permusuhan kelompok, yang
dapat menimbulkan korban pada kedua belah pihak.
Jika ditanyakan kepada mereka, apa yang menyebabkan mereka bisa berbuat kekerasan sesama
remaja, dan apa masalahnya sehingga peristiwa yang memalukan itu bisa terjadi, banyak yang
menjawab bahwa mereka tidak tahu, tidak sadar mengapa mereka secepat itu menjadi marah dan
ikut berkelahi.
Fenomena di atas menggambarkan kalau upaya remaja untuk menggapai moralitas dewasa;
mengganti konsep moral yang bersifat khusus dengan konsep moral yang bersifat umum,
merumuskan konsep yang baru dikembangkan dalam kode moral untuk pedoman tingkah laku,
dan mengendalikan tingkah laku pribadi, adalah upaya yang tidak mudah dicapai bagi mayoritas
remaja.
Menurut Rice (1999), masa remaja yakni masa peralihan, ketika individu yang mempunyai
kematangan. Pada masa tersebut, terdapat dua hal penting yang menyebabkan remaja melakukan
pengendalian diri.
Dua hal itu adalah, pertama hal yang bersifat eksternal, yakni adanya perubahan dalam
lingkungan. Pada tahap ini, masyarakat dunia sedang mengalami banyak perubahan dengan
begitu cepat yang dapat membawa berbagai dampak, baik dampak positif maupun dampak
negatif bagi remaja.
kedua adalah hal yang bersifat internal, adalah karakteristik dalam diri remaja yang membuat
relatif lebih bergejolak dibanding dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress period).
Supaya remaja yang sedang mengalami perubahan cepat di dalam tubuhnya itu dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan perubahan tersebut, maka berbagai usaha baik dari pihak
orang tua, guru maupun orang dewasa lainnya, sangat diperlukan.
Salah satu peran konselor yakni sebagai pembimbing dalam tugasnya yaitu mendidik, guru harus
membantu murid-muridnya supaya mencapai tahap kedewasaan secara optimal.
Maksudnya kedewasaan yang sempurna (sesuai dengan kodrat yang dimiliki murid) Dalam
peranan ini guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi pada setiap murid antara lain
kematangan, kebutuhan, kemampuan, kecakapannya dan sebagainya supaya mereka dapat
mencapai tingkat perkembangan dan kedewasaan yang optimal.
Dalam hal ini di samping orang tua, konselor di sekolah juga memiliki peranan penting dalam
membantu remaja untuk mengatasi kesulitanya, keterbukaan hati konselor di dalam membantu
kesulitan yang dialami oleh remaja, akan menjadikan remaja sadar akan sikap serta tingkah
lakunya yang kurang baik.
Dengan kemampuan pengendalian diri (self control) yang matang, remaja diharapkan bisa
mengendalikan dan menahan tingkah laku yang bersifat tidak terpuji dan merugikan orang lain
atau mampu mengendalikan serta menahan tingkah laku yang bertentangan pada norma-norma
sosial yang berlaku.
Remaja/Murid juga diharapkan bisa mengantisipasi akibat-akibat negatif yang akan terjadi pada
masa stroom and stress period. Dari fenomena yang terdapat diatas penulis sangat tertarik untuk
meneliti bagaimana pendidikan anak dalam keluarga buruh dengan judul “UPAYA GURU BK
DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA DI MA Nurul Azhar Ngawi”
B. Fokus Penelitian
Untuk mempermudah penulis untuk menganalisis hasil penelitian, maka Penelitian ini
difokuskan terhadap Guru BK dalam rangka meningkatkan Self Control siswa di MA Nurul
Azhar Ngawi yang meliputi tujuan, kegiatan sosial dan keagamaan yang dilakukan dalam
meningkatkan self control hasil yang digapai, serta faktor pendukung dan penghambat.
C. Rumusan Masalah
Dalam sub penelitian ini pelaku peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Upaya yang dilakukan Guru BK dalam meningkatkan Self Control siswa di
MA Nurul Azhar Ngawi?
2. Hasil apa yang digapai dalam meningkatkan self control siswa di MA Nurul Azhar Ngawi?
3. Apa faktor saja pendukung dan penghambat terhadap peningkatan Self Control siswa di MA
Nurul Azhar Ngawi?
D. Tujuan Penelitian
Berdasar pada latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka Tujuan Penelitian yang ingin
digapai adalah:
1. Untuk mendiskripsikan serta menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan Guru BK dalam angka
meningkatkan self control siswa di MA Nurul Azhar Ngawi.
2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hasil yang diraih dalam meningkatkan self control
siswa di MA Nurul Azhar Ngawi.
3. Untuk mendeskripsikan serta menjelaskan apa faktor pendukung dan penghambat terhadap
peningkatan self control siswa di MA Nurul Azhar Ngawi.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menunjukkan bahwa konseling yang dilaksanakan oleh Guru BK
di MA Nurul Azhar Ngawi dapat membentuk self control siswa.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini bisa berguna sebagai masukan di dalam menentukan kebijakan lebih lanjut bagi
MA Nurul Azhar Ngawi mengenai peranan Guru BK dalam membantu siswa siswa untuk
membentuk self control yang baik.
Dalam rangka memperkuat masalah yang akan di teliti maka penulis mengadakan telaah pustaka
dengan cara mencari serta menemukan teori-teori yang mau di jadikan landasan penelitian, yaitu:
Self Control (kontrol diri) yaitu kemampuan untuk membimbing tingkah laku/etika sendiri;
kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau
merintangi impuls-impuls atau etika laku impulsif.
Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) Menyebutkan kontrol diri dengan sebutan kontrol personal,
yakni terdiri dari tiga jenis kontrol, sebagai berikut:
1. Behavior Control (kontrol perilaku), yang terdiri dalam dua komponen, adalah kemampuan
mengatur pelaksanaan (regulated administration) serta kemampuan memodifikasi stimulus
(stimulus modifiability).
2. Cognitive control (kontrol kognitif), terdiri dari dua komponen, yakni memperoleh informasi
(information gain) dan melakukan penilaian (appraisal).
3. Decisional Control adalah kemampuan seseorang dalam memilih hasil atau suatu tindakan
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujui nya, kontrol diri di dalam menentukan
pilihan dapat berfungsi dengan baik, dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau
kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
Tiga langkah orang dewasa untuk membangun kontrol diri pada anak, berikut:
1. Langkah pertama yakni memperbaiki perilaku anda, sehingga dapat memberi contoh control
diri yang baik untuk anak dan menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan prioritas utama.
2. Langkah kedua yaitu membantu anak menumbuhkan sistem regulasi internal sehingga bisa
menjadi motivator bagi diri mereka sendiri khususnya.
3. Langkah ketiga yaitu mengajarkan cara membantu anak menggunakan kontrol diri ketika
menghadapi masalah dan stres, mengajarkan untuk berfikir dahulu sebelum bertindak sehingga
mereka akan memilih sesuatu yang aman dan baik untuk dirinya maupun orang lain.
Artikel Terkait: Cara Membuat Latar Belakang Makalah yang Baik dan Benar Beserta
Contohnya
Pada penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang mempunyai
karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih
dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara
analisa induktif serta makna merupakan hal yang esensial.
Dalam hal ini penelitian yang digunakan yakni penelitian studi kasus (case study), yaitu: suatu
penelitian yang dilaksanakan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan
sekarang, serta interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau
masyarakat.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini berlokasi di MA Nurul Azhar Ngawi karena di dasarkan pada beberapa
pertimbangan:
MA adalah Sekolah Menengah Atas yang mempunyai konotasi perilaku yang tidak begitu baik
menurut pandangan masyarakat. sehingga Konselor di MA sangat berperan dalam memantau
penyimpangan perilaku para siswa.
C. Instrumen Penelitian
pada penelitian ini, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri.
Sumber data utama dalam penelitian ini yaitu kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
tambahan, seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini
berupa kata-kata dan tindakan sebagai sumber utama, sedangkan sumber data tertulis, foto dan
catatan tertulis adalah sumber data tambahan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi serta dokumentasi.
Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti maksudnya secara baik, jika dilakukan
interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana
fenomena tersebut terjadi, di samping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi
(tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).
Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara antara
lain
(a) mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian dan lain-lain,
(b) mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian yang dialami masa lalu.
Pada penelitian ini teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara mendalam
maksudnya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan
dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian bisa
terkumpul secara maksimal sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive Sampling yakni
pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan peneliti.
Teknik Observasi, dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan menurut 3 cara. Pertama,
pengamat bisa bertindak sebagai partisipan atau nonpartisipan. Kedua, observasi dapat
dilaksankan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar
penelitian dan dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi yang pertama di mana
pengamat bertindak sebagai partisipan.
Teknik Dokumentasi, menggunakan teknik ini untuk mengumpulkan data dari sumber non
insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.
“Rekaman” sebagai setiap tulisan/pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau
kelompok dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa. Sedangkan “Dokumen”
digunakan untuk mengacu atau bukan selain pada rekaman, yakni tidak dipersiapkan secara
khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan lain
sebagainya.
Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengelolahan dan analisa data.
Yang di maksud dengan analisis data ialah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusunnya ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, serta
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif, jadi dalam analisis data
selama di lapangan peneliti menggunakan model spradley, yaitu tehnik analisa data yang di
sesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, adalah:
1. Dalam tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question, yaitu pertama
dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity),
2. Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seorang informan “key
informant” yang merupakan informan, berwibawa dan dipercaya dapat “membukakan pintu”
kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian.
Kemudian peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil
wawancara yang dilakukan. Setelah itu perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai
untuk mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara.
Berdasarkan hasil dari analisis wawancara berikutnya peneliti melakukan analisis domain.
3. Dalam tahap menentukan fokus (dilakukan dengan observasi terfokus) analisa data dilakukan
menggunakan analisis taksonomi.
4. Dalam tahap selection (dilakukan dengan cara observasi terseleksi) kemudian peneliti
mengajukan pertanyaan kontras, yang dilakukan dengan analisis komponensial.
5. Hasil dari analisis komponensial, melalui analisis tema peneliti menemukan tema-tema
budaya. Berdasar pada temuan tersebut, selanjutnya peneliti menuliskan laporan penelitian
kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Borba, Michele. Membangun Kecerdasan Moral; Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral
Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Ghufron, M. Nur. ” Hubungan Kontrol diri, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang
tua dengan prokrastinasi akademik.” Tesis Ilmu Psikologi UGM Yogyakarta, 2003.
http://www.damandiri.or.id/file/mnurgufronugmbab2.pdf
Gunarsa, D. Singgih. Bunga rampai Psikologi Perkembangan; Dari anak sampai usia lanjut.
Jakarta: Gunung Mulia, 2006.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.
Sugiyono, Metodologi Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D Bandung: Alfabeta, 2006.