Makalah Agama Tentang Ibadah
Makalah Agama Tentang Ibadah
Nama Anggota :
Faza Rusyda Aghnia
Reza Gainino
Julie Estel
RintoAditya
Kelas : 1B
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………….……………………………............ 1
DAFTAR ISI…….…………………………………………………………………………… 2
PENDAHULUAN…….…………………...………………………………………………. 4
BAB I : PENGERTIAN DAN TUJUAN IBADAH
1.1 Pengertian Ibadah…………………………..…………………………………. 6
1.2 Pengertian arti kata Ibadah………………………………………………… 7
1.3 Kata Ibadah Menurut Terminologi Ilmu Fiqih…………………….. 7
1.4 Tingkatan –Tingkatan Ibadah………………..………………………...... 8
1.5 Perintah Beribadah Kepada Allah……………………..……..………… 9
2
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………….. 14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………. 15
3
PENDAHULUAN
4
Rumusan Masalah
1. Pengertian Ibadah dan hakikat ibadah
2. Jenis-jenis Ibadah
3. Tujuan Ibadah
4. Ruang lingkup Ibadah
Tujuan Makalah
1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ibadah dan hakikat ibadah
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis ibadah
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui tujuan ibadah
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui Ruang lingkup Ibadah
Fungsi Makalah
5
BAB I
PENGERTIAN DAN TUJUAN IBADAH
1.1Pengertian Ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “abida-ya’budu-
‘abdan-‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri.
Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang
tunduk, patuh dan merendahkan diri.
Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah
sebagai berikut :
6
Dari semua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik
pengertian umum dari ibadah itu sebagaimana rumusan berikut:
“Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan
diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik
terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT
dan mengharapkan pahala-Nya.”
Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat
dipahami maknanya (ma’qulat al-ma’na) seperti hukum yang menyangkut
dengan muamalah pada umumnya, maupun yang tidak dapat dipahami
maknanya (ghair ma’qulat al-ma’na), seperti shalat, baik yang berhubungan
dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan
dengan lidah seperti dzikir, dan hati seperti niat.
Ibadah adalah bentuk amal ritual agama yg sudah diperintahkan oleh Allah.
Seperti: menjalankan sholat fardu, menunaikan kewajiban zakat,
melaksanakan puasa ramadhan, pergi naik naik haji jika mampu.
Ibadah ialah menyembah Allah sebagai bukti ketaatan seorang hamba
terhadap Tuhannya dengan cara melaksanakan semua yang sudah
diperintahkan Allah dan meninggalkan semua yg dilarang Allah.
Ibadah ialah tidak menyembah Tuhan selain hanya menyebah Allah (Tidak
musrik). Laa ilaha illallallah.
Ibadah adalah cinta sepenuh hati jiwa dan raga kepada Allah. Menfokuskan
diri hanya untuk Allah. Tidak ada yg lain selain hanya mencintai Allah.
Ibadah mahdhoh disebut juga dengan istilah ibadah khos (ibadah khusus),
adalah ibadah dalam pengertian sempit, yaitu semua bentuk amal ibadah
yang telah menjadi ketentuan wajib syara`. Bentuk ibadah dalam
pengertian ini tidak dapat dirubah baik dalam cara, bacaan, rukun ibadah,
7
dll, semuanya harus mengikuti ketentuan panduan al-Qur`an dan Hadis.
Seperti: Ibadah Sholat, Ibadah Haji, Ibadah Puasa, dll.
Ibadah Ghairu Mahdhoh disebut juga dengan ibadah `Am (Ibadah Umum),
adalah ibadah dalam pengertian yg lebih luas, yaitu semua bentuk amal
ibadah manusia yang tidak melanggar ketentuan larangan syara`. Bentuk
ibadah dalam pengertian ini menyangkut seluruh aspek kegiatan manusia
seperti berumamalah, aktivitas sosial kemasyarakatan, dl
8
1.5 Perintah Beribadah Kepada Allah
9
Alladzi khalaqakum wal ladzina ming qablikum ( yang telah menciptakannmu
dan orang-orang sebelum kamu ).Allah Ta’ala telah menciptakan manusia yang
hidup di masa sekarang, dan orang-orang yang hdup di masa lampau. Allah swt.
Juga telah menciptakan segala sesuatu yang telah atau belum di ketaui oleh
manusia. Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu tanpa bantuan siapapun,serta
melimpahkan maslahat dan mudharat sesuai dengan kehendakn-nya.untuk itu
dia-lah satu-satunya yang pantas di taati dengan penuh keihlasan dan kerendahan
hati.
La’allakum tattaqun ( agar kamu bertaqwa ), artinya agar kalian mendapatkan
derajat yang mulia di sisi Allah. Berupa kaetaqwaan. Hanya bisa di capai dengan
memutuskan semua hubungan kecuali hubungan yang berkiatan dengan aktfitas
un menggapai keridha allah.perilaku ketaqwaan semacam ini ini pada akhirnya
menjadi puncak dari kesempurnaan ibadah seoran hamba kepada-Tuhan-nya.
Alladzi ja’ala lakumul ardla firasyan ( dia-lah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu ),artinya Allah swt.telah menjadikan bumi sebagi tempat
hidup.berbagai hal yang bermanfaat dapat di lakukan oleh manusia di muka
bumi.berbagai manfaat untuk hidup manusia juga diperoleh di bumi.misalnya :
bumi menampung hujan yang airnya berguna untuk berbagai keperluan idup
manusia dan alam.
Was sama-a bina-an ( dan langit sebagai atap ), artinya Allah menciptakan langit
sebagai atap yang meliputi bumi. Di manapun seseorang berada di muka bumi
maka ia akan selalu menemui langit sebagai atapnya. Langit dihiasi oleh bulan dan
bntang-bntang yang masing-masing berfungsi di antaranya sebagai cahaya
penerang di malam hari dan penunjuk arah bagi mereka yang berada di tengah
lautan.
Wa anzala minas sama-I ma-an (dan dia menurunkan air hujan dari langit ).
Hujan di turunkan pada kondisi dan waktu-waktu tertentu secara teratur menurut
iradah dan hikmah-nya. Hujan merupakan perlambangan nikmat dari Allah yang
keberadaanya harus di syukuri oleh setiap mausia.
10
fa akhraja bihi minats tsamarati rizqal lakum ( maka dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu ),artinya lewat perantara
hujan,Allah swt. Menumbuhkan berbagai tanaman di bumi,baik yang disegaja
oleh manusia oleh manusia maupun tidak.tentu saja sebagian besar dari tanaman
tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.sebagai contoh : buah-
buahan,aneka macam sayuran,pohon-pohon kayu,dan lain sebagainya. Hanya saja
wajib diyakini bahwa tumbuh tidaknya tanaman sangat bergantung pada izin dan
iradah allah swt. Di samping tentu saja bergantung pula pada usaha manusia.
Dengan mencermati ayat ini kita juga bisa memetik kesimpulan tentang adanya
keseimbangan dan hubungan yang “harmonis” antara langit dan bumi.langit
menurunkan air hujan maka tumbuhlah beraneka ragam tanaman di muka
bumi.Air hujan yang turun sebagian juga mengalir ke sungai yang ujung-ujungnya
bermuara di laut. Dari laut yang luas inilah langit menyerap air untuk kemudian di
olah kembali menjadi hujan. Hubungan yang teratur ini tidak mungkin terjadi
dengan sendirinya. Pastilah ada dzat yang maha kuasa yang mengatur semua ini.
Dia-lah Allah, tuhan semesta alam yang maha kuasa untuk mengatur dan
memelihara segala sesuatu.
11
BAB II
setiap ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah swt kepada hambaNya
memiliki tujuan masing-masing. Atau dengan kata lain bahwa setiap ibadah,
termasuk shalat memiliki fungsi dan peran dalam kehidupan hamba-hambaNya.
Inilah diantara Fungsi dan Peran Shalat dalam Kehidupan Kita PERTAMA Shalat
Sebagai Dzikrullah (Mengingat Allah) Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surat Thaha ayat 14 “Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. Ada sebagian
masyarakat yang melakukan kesalahan dalam memahami ayat ini. Diantara
mereka ada yang mengerjakan shalat hanya cukup dengan mengingat Allah swt
tanpa harus mengerjakan tata cara (Kaifiyyah) yang diajarkan Nabi saw. Tentu,
praktek seperti ini tidak bisa dibenarkan karena bertentangan dengan Hadits Nabi
yang mengatakan : “Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihatku
mengerjakan shalat”. (HR. Bukhori). Secara tidak langsung, hadits ini menjelaskan
bahwa yang dilakukan Nabi tidak hanya mengingat Allah dengan lisan dan hati,
akan tetapi juga dengan gerakan seluruh anggota badan. Dalam hal ini, para
ulama Fiqih memberikan definisi shalat sebagai berikut : “Shalat adalah semua
ucapan dan perbuatan yang diawali dengan Takbir dan diakhiri dengan salam”
Untuk mengetahui, apakah shalat yang kita kerjakan sudah berfungsi dan
berperan sebagai Dzikrullah atau belum, maka kita perlu mengevaluasinya dangan
firman Allah “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram”. Maka dengan demikian kita bisa meng-ambil kesimpulan bahwa setiap
orang yang telah mengerjakan shalat dengan baik dan benar, maka hati mereka
menjadi tenang dan tenteram karena shalat termasuk bagian dari dzikrullah. Dan
setiap orang yang memiliki hati yang tenang dan tenteram pasti akan selalu
melakukan tindakan-tindakan positif sesuai dengan hati nuraninya. Akan tetapi
sebaliknya, apabila sese-orang mengerjakan shalat tidak dengan baik dan benar,
maka hati mereka selalu gelisah. Dan setiap orang yang memiliki, hati yang gelisah
pasti akan selalu melakukan tindakan-tindakan negatif.
12
2.2 Ibadah sebagai Pencegah Tindakan Keji dan Mungkar
Sudahkah Anda men-cegah diri dari perbuatan keji dan mungkar seperti,
mencuri, merampok, menyuap, korupsi, berzina, berjudi, mengkonsumsi khamer
(narkoba), berdusta, berkhianat , berselingkuh, dan lain-lain? jawablah
pertanyaan ini dengan jujur dan simpanlah jawabannya dalam hati anda. Secara
matematis, jumlah umat Islam
di Indonesia terbesar di dunia dan masjid-masjidpun selalu dipenuhi pengunjung,
khususnya pada tiap hari Jum’at dan hari-hari besar Islam. Namun demikian,
mengapa dalam hal kejahatan seperti tersebut di atas Bangsa Indonesia selalu
menempati urutan pertama, alias rangking teratas.
Dari sinilah kita bisa menarik benang merah bahwa sesungguhnya shalat yang
selama ini dijalankan oleh bangsa ini baru sebatas simbol, belum berdampak pada
kehidupan kita sehari-hari. Ibarat tanaman padi di sawah ia masih gabuk (tidak
berisi).
Demikian juga shalat kita, ia belum berbuah
sehingga belum memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat sekitarnya.
Puasa memiliki tujuan yang secara tegas dijelaskan dalam Al Qur’an surah Al
Baqarah [2]:183 adalah untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa kepada
Allah. Yakni, mengerjakan semua perintah Allah dan menjauhi semua yang
dilarang Allah-Nya.
Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW menegaskan bahwa sesungguhnya
puasa itu ada tiga tingkatan. Yakni, puasanya orang awam, puasa khawas, dan
puasa khawasul khawas.
Puasanya orang awam (umum) adalah sekadar menahan haus dan lapar dari
terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Sedangkan puasanya orang khawas
adalah menahan makan dan minum serta semua perbuatan yang
membatalkannya. Misalnya mulutnya ikut berpuasa dengan tidak berkata kotor,
mencaci, mengumpat, atau mencela orang lain. Demikian juga dengan tangan dan
kakinya, dipergunakan untuk perbuatan yang baik dan terpuji. Sementara
telinganya hanya dipergunakan untuk mendengarkan hal-hal yang baik. Puasa
khawas ini adalah puasanya orang yang alim dan fakih.
13
Adapun puasa khawasul khawas adalah tidak hanya sekadar menahan makan
dan minum serta hal-hal yang membatalkannya, termasuk juga menahan seluruh
anggota pancaindera, tetapi hatinya juga ikut berpuasa. Menurut para ulama,
inilah jenis puasanya para Nabi dan Rasul Allah. Puasa yang demikian itulah yang
akan diberikan secara langsung balasannya oleh Allah SWT.
"Sesungguhnya seluruh amal anak Adam itu untuk diri mereka sendiri, kecuali
puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya." (Hadis Qudsi).
Puasa yang mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar inilah
yang mampu membentuk pribadi Muslim yang bertakwa, sebagaimana
penjelasan QS Al-Baqarah [2] ayat 183 di atas.
Bagi umat Islam, puasa di samping memiliki tujuan spiritual, juga mengandung
manfaat dan hikmah bagi kehidupan. Misalnya, puasa itu menyehatkan, baik
secara fisik maupun psikis (kejiwaan).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar kesehatan yang meliputi
empat dimensi, yaitu sehat fisik, psikis, sosial, dan spiritual. Dan ternyata, ibadah
puasa dapat memenuhi semua dimensi standar kesehatan yang ditetapkan oleh
WHO itu.
Bahkan, Dokter Alexis Carrel (1873-1944) yang pernah meraih hadiah Nobel
dua kali menyatakan, "Apabila pengabdian, shalat, puasa, dan doa yang tulus
kepada Sang Maha Pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat,
itu artinya kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat
tersebut."
Ahmad Syarifuddin dalam bukunya puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis
mengungkapkan, rumusan kesehatan psikis yang ditetapkan WHO ini bisa
dipenuhi dengan puasa yang dilakukan secara baik. Dalam beberapa hal puasa
bahkan memiliki keunggulan dan nilai lebih. Secara kejiwaan, sikap takwa sebagai
buah puasa, mendorong manusia mampu berkarakter ketuhanan (rabbani).
Itulah manfaat secara umum dari puasa. Namun demikian, bagi umat-umat
lainnya, seperti umat terdahulu, Yahudi, Nasrani, Shabiin, Majusi, Zoroaster,
Konghucu, Manu, Buddha, Hindu, dan aliran kebatinan, dipergunakan untuk
kepentingan yang berbeda.
Ada yang bertujuan untuk ketenangan batin, mengendalikan hawa nafsu,
mengekang jiwa, untuk memperoleh kemudahan belajar olah kanuragan, untuk
kekebalan, kesaktian, dan lain sebagainya.
14
BAB III
15
amalan - amalan yang diingkari oleh Islam dan ada hubungan dengan yang haram
dan maksiyat, maka tidaklah bisa dijadikan amalan ibadah.
b) Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik dengan tujuan untuk
memelihara kehormatan diri, menyenangkan keluarga nya, memberi manfaat
kepada seluruh umat dan untuk kemakmuran bumi seperti yang telah
diperintahkan oleh Allah.
ًب
ِ اح
ِ ص ًِ ُار ْال ُجن
َّ ب َوال ًِ ار ذِي ْالقُ ْربَى َو ْال َج
ًِ ين َو ْال َج َ ْالقُ ْربَى َو ْاليَت َا َمى َو ْال َم
ًِ سا ِك
ًللا لًَ ي ُِحبً َمن كَانًَ ُم ْخت َال ًَّ َت أ َ ْي َمانُ ُك ًْم ِإ
ًَّ ن ًْ ل َو َما َملَك
ًِ س ِبي
َّ ْن ال
ًِ ب ًَواب
ًِ ِبال َجن
ًفَ ُخورا
16
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman
sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.(QS. Annisa : 36).
Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.
Ayat ini menjelaskan tentang kecendrungan fitrah manusia untuk
beribadah. Tidak mungkin ada mahluk yàng keluar dari kecendrungannya sebagai
hamba, namun kecendrungan ini jika tidak diiringi oleh wahyu maka ketundukan
manusia sebagai bentuk penghambaan diri pada yang mutlak menjadi
pembelengguan diri manusia, sehingga manusia jatuh ke dalam derajat yang
hina.
17
3.3 Pembagian Ibadah
Ibadah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah mahdhoh dan ibadah ammah.
Ibadah mahdhah (murni), adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan
Allah Swt. Dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta
terlaksana atau tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari
masing-masing individu. Yang termasuk Ibadah mahdhoh misalnya: Shalat, puasa,
Zakat, dan haji.
Selain ibadah mahdhah, maka ada bentuk lain diluar ibadah mahdhah
tersebut yaitu Ibadah Ghair al-Mahdhah atau ibadah ammah, yakni sikap gerak-
gerik, tingkah laku dan perbuatan yang mempunyai tiga tanda yaitu: pertama,
niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua keridhoan Allah sebagai titik tujuan, dan
ketiga, amal shaleh sebagai garis amal. Ada pula yang memberikan definisi
ibadah ammah dengan semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan
dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT, seperti minum, makan,
dan bekerja mencari nafkah.
18
3.4 Tujuan ibadah
Mendapatkan ridho dari Allah Swt kita sebagai mahluk ciptaan Allah, kita
manjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Manusia bahkan seluruh
mahluk yang berkehendak dan berperasaan, adalah hamba-hamba Allah. Hamba
sebagaimana yang dikemukakan diatas adalah mahluk yang dimiliki. Kepemilikan
Allah atas hamba-Nya adalah kepemilikan mutklak dan sempurna, oleh karena itu
mahluk tidak dapat berdiri sendiri dalam kehidupan dan aktivitasnya kecuali
dalam hal yang oleh Alah swt. Telah dianugerahkan untuk dimiliki mahluk-Nya
seperti kebebasan memilih walaupun kebebasan itu tidak mengurangi
kepemilikan Allah. Atas dasar kepemilikan mutak Allah itu, lahir kewajiban
menerima semua ketetapan-Nya, serta menaati seluruh perintah dan larangan-
Nya.
Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian
mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk
beribadahhal ini dapat difahami dari firman Allah swt. :
Artinya : Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami menciptakan kamu
secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
(QS al-Mu’minun:115)
19
3.5 Hakikat Ibadah
a. Sebagai tujuan diciptakannya manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
menyembah pada Ku” (QS. Az Zariyat: 56)
b. Sebagai fitrah manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan ingatlah ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari selbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu ?” Mereka
menjawab,”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. “(Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak
mengatakan,”sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya). (QS. Al A’raf:72)
c. Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai.
Sebagaimana firman Allah swt:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-
orang yang beriman sangat cinta kepada Allah dan jika seandainya orang-orang
yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat)
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka akan menyesal.” (QS. Al Baqoroh:165)
Artinya: jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain Allah maka akan
menjadi dosa paling besar yang sulit diampuni kecuali dangan taubat nasuhah
sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud.
“Aku bertanya, “wahai Rasullullah, dosa apakah yang paling besar?” Rasulullah
saw menjawab,”bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia lah yang
menciptakan kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
20
3.6 Jenis-jenis Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1. Ibadah Mahdhah,
Artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba
dengan Allah secara langsung. segala jenis peribadatan kepada Allah yang
keseluruhan tatacaranya telah ditetapkan oleh Allah, Manusia tidak berhak
mencipta/merekayasa bentuk ibadah jenis ini. para ulama menetapkan qaidah
iaitu ‘Asalnya ibadah itu haram, terlarang’ (kecuali dengan perintah Allah dan
petunjuk Muhammad saw). Ibadah jenis ini diistilahkan oleh para fuqaha dengan
perkataan Al Ibadah atau Al Ubudiyyah. Ibadah jenis ini seperti shalat, puasa,
zakat, aqiqah dan qurban.
Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran
maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh
akal atau logika keberadaannya.
b. Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus
rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah
(QS. 4: 64).
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang
dilarang, maka tinggalkanlah( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara
haji kamu. Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai
dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara
meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah:
Sabda Nabi saw.:
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad
saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-
rasul mereka.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan
ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya
berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat,
adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan
21
ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan
ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan
rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul
adalah untuk dipatuhi.
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah
22
KESIMPULAN
Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat
singkat yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu
jalan hidup dan seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-
tanduk, pikiran dan perasaan semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan
suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan
tidak pantas terjadi .
Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan
kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits
baik dalam ibadah mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah
(umum) dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha Allah.
23
DAFTAR PUSTAKA
2. http://alazhar58.blogspot.com/2013/12/definisi-pembagian-ruang-lingkup-
serta.html
3. http://gudangilmu37.blogspot.com/2013/04/gudang-ilmu.html
4. http://buletinmi.com/fungsi-dan-peran-shalat-dalam-kehidupan-kita-edisi-10/
5. http://www.artikel.majlisasmanabawi.net/kamus-spiritual/arti-ibadah-
pengertian-ibadah/
6. http://www.H:\Agama\pengertian-hakikat-dan-fungsi-ibadah.html
7. H:\Agama\makalah-konsep-ibadah-dalam-islam.html
8. http://www. Islam/itu-indah2014/ibadah-dan-fungsinya.html
24