Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN STUDI LAPANGAN HUKUM ASURANSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Hukum Asuransi

Oleh:
RABINDRA WICAKSANA 153112330020142

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NASIONAL
2016
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke Tuhan Yang Maha Esa, bahwa


penulis telah dapat menyelesaikan makalah yang dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Asuransi. Pembuatan makalah ini dibimbing oleh dosen
Surajiman, S.H., M.Hum. dengan judul “LAPORAN TUGAS STUDI
LAPANGAN HUKUM ASURANSI”.
Penulis merasa didalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan penyusun, kritik serta saran saya harapkan. dalam pembuatan
makalah ini pun tak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulismengucap terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya makalah ini .
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi semua pihak.

JAKARTA , 27 Mei 2016

Ttd.

PENULIS
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................2
B. Perumusan Masalah.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
Type chapter level (level 2)......................................................................................4
Type chapter title (level 3)...................................................................................5

BAB III PENUTUP................................................................................................6


A. Kesimpulan..........................................................................................................7
B. Saran....................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kereta api merupakan salah satu alat transportasi darat antar kota yang
diminati oleh seluruh lapisan masyarakat. Sistem perkeretaapian di Indonesia
semakin maju, hal ini terlihat dari pengembangan-pengembangan yang terus
dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (persero). Dengan semakin banyaknya
masyarakat yang menggunakan jasa kereta api sebaiknya diimbangi oleh fasilitas
– fasilitas yang memadai, peningkatan kualitas pelayanan yang baik agar
masyarakat lebih percaya dan memilih menggunakan jasa transportasi kereta api.
Transportasi di Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam
sendi kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan jaman, proses
transportasi sebagai alat angkut mengalami perkembangan kemajuan. Semua ini
berlangsung sejak reformasi pembangunan digulirkan dan kebutuhan akan moda
transportasi massal dan murah.
Selama perkembangan sejarah tersebut, kereta api merupakan transportasi
yang dipilih sebagai alat angkut yang mampu mengangkut hasil bumi dan
penumpang dalam jumlah banyak, bebas hambatan serta memiliki tingkat
keamanan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan UU No. 13/1992 tentang moda
transportasi, yaitu : perkeretaapian adalah salah satu moda transportasi yang
memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuan
mengangkut, baik penumpang maupun barang secara massal, hemat energy, hemat
dalam penggunaan ruang. Mempunyai faktor keamanan yang tinggi dan tingkat
pencemaran yang rendah serta lebih efisien dibanding dengan moda lainnya.
Sebagai sebuah transportasi massal, yang mampu mengangkut penumpang
dan barang dalam jumlah banyak serta murah, kereta api menjadi salah satu
alternatif transportasi darat. Keberadaan stasiun merupakan bagian terpenting
sebagai terminal pemberangkatan dan menurunkan penumpang, serta dalam
proses interaksi dan aktivitas bagi pengguna transportasi kereta api yang
menunggu jadwal keberangkatannya.

1
Dalam pelaksanaan pengangkutan atau transportasi secara umum di
dalamnya terdapat tiga subyek, yaitu pengirim, penumpang, dan perusahaan
pengangkut. Ketiga subyek tersebut memiliki peran masing-masing. Dalam hal
ini, perusahaan pengangkut menyediakan jasa pelayanan pengangkutan bagi
pengirim atau penumpang, dengan kata lain pengirim atau penumpang adalah
pengguna atau konsumen jasa pelayanan pengangkutan yang disediakan oleh
perusahaan pengangkutan. Sebagai konsumen, pengguna jasa pengangkutan selain
memiliki kewajiban, juga memiliki hak-hak yang berhubungan dengan kerugian
yang ditimbulkan oleh perusahaan jasa pengangkutan terhadap pengguna jasa
pengangkutan. Hal ini sesuai dengan Pasal 1365 KUHPerdata, ditentukan bahwa
setiap orang bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh
perbuatannya,dan juga kerugian yang disebabkan oleh kelaiaiannya atau kekurang
hati-hatiannya. Dengan kata lain, hubungan dalam jasa pengangkutan juga
berkaitan erat dengan perlindungan bagi konsumen.
Ditegaskan dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa: “Konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan”. Sedangkan dalam Pasal 1 butir 3 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 menyebutkan: “Pelaku usaha adalah setiap orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi “.
Dalam pelaksanaan perlindungan konsumen sangat berkaitan erat dengan
peran pelaku usaha. PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai penyedia layanan jasa
pengangkutan merupakan salah satu pelaku usaha, dalam hal ini PT KAI
merupakan suatu badan usaha yang berbentuk badan hukum PT dan merupakan
suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sebagai pelaku usaha dalam hal
penyediaan jasa angkutan, PT KAI tentu memiliki kewajiban dan tanggung jawab
terkait perlindungan bagi pengguna jasa pengangkutan/konsumen. Pemerintah

2
dalam hal ini telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian dengan tujuan mengatur tanggung jawab pengangkut terhadap
penumpang, pemilik barang maupun pihak ketiga. Di dalam pasal 157 ayat (1)
ditentukan bahwa Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab
terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, luka-luka atau meninggal
dunia yang disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api.1 Dalam pasal ini
terdapat tiga unsur yakni Penyelenggara sarana perkeretaapian, tanggung jawab
dan pengguna jasa.
Ditentukan dalam Pasal 1 butir 12 Undang - Undang Nomor 23 Tahun
2007 Tentang Perkeretaapian bahwa pengguna jasa, adalah setiap orang dan atau
badan hukum yang menggunakan jasa angkutan kereta api, baik untuk angkutan
orang maupun barang. Karena pengangkutan di sini merupakan pengangkutan
orang, maka pengguna jasa untuk selanjutnya disebut penumpang. Sedangkan
pengangkut, adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
angkutan barang dan atau penumpang.2
Tanggung jawab terkait perlindungan bagi penumpang dalam hal ini
berkaitan dengan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, menentukan bahwa ganti rugi dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang, jasa yang setara jenis atau nilainya,
perawatan kesehatan, pemberian dan satunan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

B. Profil Perusahaan PT. Kereta Api Indonesia

1
Republik Indonesia, Pasal 157 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
2007 tentang Perkeretaapian.
2
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hlm.
50.

3
PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang selanjutnya disingkat sebagai PT
KAI (Persero) atau "Perseroan" adalah Badan Usaha Milik Negara yang
menyediakan, mengatur, dan mengurus jasa angkutan kereta api di Indonesia.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) didirikan sesuai dengan akta tanggal 1
Juni 1999 No. 2, yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, S.H., Sp.N., Notaris di
Jakarta, dan kemudian diperbaiki kembali sesuai dengan akta tanggal 13
September 1999 No. 14. Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan dari
Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan tanggal 1
Oktober 1999 No. C-17171 HT.01.01.TH.99 dan telah diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia tanggal 14 Januari 2000 No. 4 Tambahan No.
240/2000.
Riwayat PT KAI dibagi menjadi tiga periode, yaitu masa kolonial,
sebagai lembaga pelayanan publik, dan sebagai perusahaan jasa.
Pada masa kolonial, industri perkeretaapian dimulai pada tahun 1864
ketika Namlooze Venootschap Nederlanche Indische Spoorweg Maatschappij
memprakarsai pembangunan jalan kereta api dari Semarang ke Surakarta, Jawa
Tengah. Sejak itu tiga perusahaan lain berinvestasi membangun jalur-jalur kereta
api di dalam dan luar Pulau Jawa. Perusahaan yang terlibat dalam industri kereta
api zaman kolonial adalah Staat Spoorwegen, Verenigde Spoorwegenbedrifj, dan
Deli Spoorwegen Maatscappij.
Periode perusahaan berorientasi pada pelayanan publik bermula pada
masa awal kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 25 Mei berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 22 Tahun 1963, pemerintah Republik Indonesia membentuk
Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA).
Pada 15 September 1997 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61
Tahun 1971, PNKA diubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).
Dengan status sebagai Perusahaan Negara dan Perusahaan Jawatan, PT Kereta Api
Indonesia (Persero) saat itu beroperasi melayani masyarakat dengan dana subsidi
dari pemerintah.
Babak baru pengelolaan PT Kereta Api Indonesia (Persero) dimulai
ketika PJKA diubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka)

4
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 1990. Dengan status barunya
sebagai perusahaan umum, Perumka berupaya untuk mendapatkan laba dari jasa
yang disediakannya. Untuk jasa layanan penumpang, Perumka menawarkan tiga
kelas layanan, yaitu kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi.
Pada tanggal 31 Juli 1995 Perumka meluncurkan layanan kereta api
penumpang kelas eksekutif dengan merek Kereta Api Argo Bromo JS-950. Merek
ini kemudian dikembangkan menjadi Kereta Api (KA) Argo Bromo Anggrek dan
dioperasikan mulai tanggal 24 September 1997. Pengoperasian KA Argo Bromo
Anggrek mengawali pengembangan KA merek Argo lainnya, seperti KA Argo
Lawu, KA Argo Mulia, dan KA Argo Parahyangan.
Untuk mendorong Perumka menjadi perusahaan bisnis jasa, pada tanggal
3 Februari 1998 pemerintah menetapkan pengalihan bentuk Perusahaan Umum
(Perum) Kereta Api menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1998. Dengan status barunya, PT Kereta Api
Indonesia (Persero) beroperasi sebagai lembaga bisnis yang berorientasi laba.
Untuk tetap menjalankan sebagian misinya sebagai organisasi pelayanan publik,
pemerintah menyediakan dana Public Service Organization (PSO).
VISI DAN MISI PERUSAHAAN:
Visi: Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada
pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.
Misi: Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha
penunjangnya melalui praktik bisnis dan model organisasi terbaik untuk
memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian
lingkungan berdasarkan empat pilar utama: Keselamatan, Ketepatan Waktu,
Pelayanan, dan Kenyamanan.
BUDAYA PERUSAHAAN:
1. Integritas: Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) bertindak konsisten
sesuai dengan nilai-nilai kebijakan organisasi dan kode etik perusahaan.
Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan
kebijakan dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten walaupun sulit
untuk melakukanya.

5
2. Profesional: Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero), memiliki
kemampuan dan penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan
pekerjaan, mampu menguasai untuk menggunakan, mengembangkan, dan
membagikan pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan kepada orang lain.
3. Keselamatan: Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki sifat
tanpa kompromi dan konsisten dalam menjalankan atau menciptakan sistem
atau proses kerja yang mempunyai potensi risiko yang rendah terhadap
terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan
terjadinya kerugian.
4. Inovasi: Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) selalu
menumbuhkembangkan gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan yang
berkelanjutan, dan menciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi
sehingga memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan.
5. Pelayanan Prima: Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) memberikan
pelayanan terbaik sesuai dengan standar mutu yang memuaskan dan sesuai
harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan memenuhi 6 A unsur
pokok: Ability (Kemampuan), Attitude (Sikap), Appearance (Penampilan),
Attention (Perhatian), Action (Tindakan), dan Accountability (Tanggung
jawab).

6
Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. Kereta Api Indonesia

Gambar 1.2 Susunan Dewan Direksi PT. Kereta Api Indonesia

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asuransi Pengangkutan
Saat ini pengangkutan barang dari satu daerah ke daerah lain
memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian.
Terlebih dengan begitu pesatnya perkembangan bidang industri yang
tersebar hampir di seluruh wilayah tanah air.
Mengingat begitu besarnya arus perpindahan barang dari satu
daerah ke daerah lain, maka perlu adanya suatu jaminan terhadap risiko-
risiko yang mungkin terjadi.
Ada beberapa macam jenis asuransi yang termasuk dalam asuransi
pengangkutan, yaitu asransi pengangkutan darat, asuransi pengangkutan
laut, asuransi pengangkutan terpadu, dan asuransi aviasi, yang
kesemuanya bertujuan untuk memberikan jaminan terhadap risiko atas
segala kemungkinan yang terjadi dalam pengangkutan laut. Tapi untuk lebih
praktisnya penyampaiannya dibahas lebih dahulu asuransi pengangkutan
darat.

A.1 ASURANSI PENGANGKUTAN DARAT


Beberapa karakteristik asuransi pengangkutan darat, mulai dari
obyek pertanggungan, bahaya-bahaya dalam pengangkutan darat, jaminan
keselamatan penumpang, sampai dengan asuransi pengangkutan barang.
1. Obyek Pertanggungan
Obyek pertanggungan dalam asuransi pengangkutan darat adalah
kendaraan pengangkut darat beserta muatannya terhadap berbagai
macam bahaya yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada
kendaraan pengangkut maupun pada muatannya.
Asuransi pengangkutan darat meliputi 3 macam asuransi yaitu:
1.1. Asuransi Atas Keselamatan Penumpang
1.2. Asuransi Atas Barang yang Diangkut
1.3. Asuransi Atas Kendaraan Pengangkut

2. Risiko (bahaya) Dalam Pengangkutan Darat


2.1. Angin topan, angin rebut, gempa bumi, letusan gunung berapi, dan
banjir.

8
2.2. Tabrakan atau senggolan antara sesama kendaraan pengangkut,
menabrak benda keras, tergelincir keluar dari jalan atau rel, jatuh ke
sungai atau jurang.
2.3. Penahanan atau penyitaan oleh yang berwajib atau penduduk.
2.4. Peperangan, sabotase, pembajakan, perampasan.
2.5. Kerusuhan, kekacauan, pemogokan, demonstrasi, kebakaran,
pencurian, kehilangan, dan sebagainya.

3. Jaminan Keselamatan Penumpang


Jaminan atas keselamatan penumpang kendaraan darat ditutup
asuransinya oleh pengangkut kepada perusahaan asuransi kerugian. Di
Indonesia, jaminan diberikan oleh perusahan asuransi kerugian PT.
Jasaraharja (akan dibahas pada asuransi sosial).

4. Asuransi Pengangkutan Barang


Barang yang diangkut lewat darat, asuransinya ditutup oleh
perusahaan asuransi kerugian dengan menggunakan polis perjalanan
darat. Dalam garis besarnya, isi polis pengangkutan lewat darat (merujuk
Pasal 256 dan 686 KUHDagang) adalah sebagai berikut:
4.1. Nama, alamat tertanggung, dan pialang (apabila asuransi ditutup
dengan perantaraan pialang).
4.2. Bahaya atau risiko yang ditanggung atau (kondisi) standar
pertanggungan.
4.3. Saat bahaya mulai ditanggung dan saat bahaya terakhir ditanggung,
atau saat polis mulai berlaku dan berakhirnya polis.
4.4. Keterangan dan data barang yang ditanggung sepanjang yang
diketahui oleh tertanggung (dan broker = pialang).
4.5. Perjanjian yang telah diadakan oleh tertanggung kepada pihak
ketiga (bila ada) mengenai barang yang ditanggung.
4.6. Tanggal diadakan perjanjian asuransi.
4.7. Apabila dalam surat angkutan (surat muatan) disebutkan lamanya
perjalanan darat, disebutkan pula dalam polis.
4.8. Apakah perjalanan darat dilakukan langsung, terputus atau singgah
4.9. Nama dan alamat pengangkut atau ekspeditur yang menerima
pengangkutan
4.10. Jumlah harga pertanggungan dan prosedur menentukan harga
pertanggungan (real value, insered value, agreed value).
4.11. Nama tempat tujuan barang
4.12. Tarif premi (1%) dan jumlah pertanggungan.

9
Pasal 688 KUHDagang menetapkan bahwa jaminan dari
penanggung (butir 4.3 di atas) mulai berlaku sejak barang telah sampai ke
kendaraan yang akan mengangkutnya ke tempat tujuan atau sejak barang
sampai di kantor atau ke tempat lain yang diterima oleh pengangkut.
Jaminan berakhir sejak barang telah diserahkan oleh pengangkut ke dalam
kendaraan tertanggung atau orang-orang yang dikuasakannya.
Ketentuan Pasal 688 KUHDagang di atas oleh para pihak dapat
dikesampingkan yaitu dengan membuat ketentuan dalam polis bahwa
jaminan mulai berlaku dari suatu tempat tertentu dan berakhir pada
tempat tertentu pula.

5. Pengangkutan Berganti-ganti Melalui Darat dan Air


Pasal 691 KUHDagang menetapkan bahwa dalam pertanggungan
barang yang diangkut berganti-ganti melalui darat dan air, jaminan dari
penanggung tetap berlaku sekalipun selama perjalanan, barang yang
ditanggung dipindahkan ke dalam kendaraan pengangkut lain atau kapal
lain. Akan tetapi perjalan yang berganti-ganti melalui darat dan air harus
dilakukan melalui jalan atau rute yang lazim digunakan untuk kendaraan
pengangkut yang demikian. Kecuali dalam keadaan terpaksa, tidak boleh
dialkukan penyimpangan perjalanan. Apabila dilakukan, maka jaminan
dari penaggung berakhir sejak penyimpangan itu, kecuali dalam polis
pertanggungan barang dimasukan syarat diperkenankan penyimpangan
perjalanan, yang diminta oleh tertanggung ketika menutup asuransi
dengan membayar premi tambahan.

6. Asuransi Kendaraan Pengangkut Darat


Kendaraan pengangkut darat ditutup asuransinya kepada
perusahaan asuransi kerugian. Polis yang digunakan dapat berupa polis
perjalanan darat atau polis waktu. Apabila digunakan polis perjalanan,
maka jaminan dari penanggung hanya berlaku untuk satu kali perjalanan
dimulai dari tempat pemberangkatan sampai di tempat tujuan. Namun
umumnya digunakan adalah polis waktu (1 tahun, 1/2 tahun, 3 bulan, 1
bulan), tidak menjadi persoalan apakah kendaraan dijalankan atau tidak.
Khusus untuk kendaraan bermotor Dewan Asuransi Indonesia
(DAI) telah mengeluarkan Kondisi Standar Asuransi Kendaraan Bermotor
(hal ini akan dibahas pada bab-bab berikutnya).

A.2 ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT (Ocean Marine Insurance)

10
Di Indonesia Asuransi laut diganti dengan istilah Asuransi
Pengangkutan.
Adapun karakteristik dari asuransi pengangkutan laut adalah:
1. Kepentingan (obyek yang dijamin)
Asuransi pengangkutan laut itu menjamin kehilangan atau
kerusakan akibat adanya bahaya laut. Yang dijamin ada 3, yaitu:
1.1. Rangka Kapal (Hull)
Pertanggungan jenis ini menjamin lambung dan mesin kapal
terhadap risiko bahaya laut, misalnya cuaca buruk, kandas,
tubrukan, kebakaran, dan sebagainya.
1.2. Barang Muatan (cargo)
Pertanggungan ini menjamin barang-barang ekspor atau impor
ke atau dari berbagai penjuru dunia, yang dijamin terhadap
bahaya laut, risiko pemindahan muatan, dan risiko bahaya
perang.
1.3. Uang Tambang (Freight)
Di sini tertanggung dijamin tidak kehilangan uang angkutan
atau uang tambang, terutama uang angkutan pada konsumen.
Perlu diingat bahwa kerugian atau kehilangan barang muatan
berarti kerugian pada uang angkutan.

2. Polis yang Digunakan


Polis yang umumnya digunakan dalam asuransi pengangkutan
laut adalah:
2.1. Polis dengan jangka waktu 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan atau
lebih. Yang umumnya digunakan adalah jangka waktu 12 bulan.
2.2. Polis perjalanan untuk satu perjalanan atau bolak-balik.
Masa berlakunya polis ini biasanya ditentukan dengan syarat at
and from atau from saja.
Saat mulai dan berakhirnya pertanggungan dalam asuransi
pengangkutan laut ditentukan sebagai berikut:
"Sejak barang meninggalkan gudang atau tempat penyimpanan
di tempat yang disebut dalam polis, kemudian dilanjutkan dalam
perjalanan, dan berakhir:
2.2.1.pada waktu penyerahan kepada si penerima atau gudang
terakhir atau tempat penyimpanan di tempat tujuan yang
disebutkan pada polis.

11
2.2.2.pada waktu penyerahan kepada gudang lain atau tempat
penyimpanan, baik disebut atau tidak disebut dalam polis,
yang dipilih tertanggung:
2.2.2.1. untuk penyimpanan selain untuk transit
2.2.2.2. untuk lokasi atau distribusi, atau
2.2.2.3. dalam waktu 60 hari setelah barang tiba lengkap
dari kapal di pelabuhan tujuan.
Yang mana saja yang terjadi lebih dahulu '.

3. Macam-macam Penutupan Asuransi Pengangkutan Laut


Ada 3 macam cara yang ditempuh dalam melakukan penutupan
asuransi pengangkutan laut. Ketiga macam cara tersebut adalah secara
fakultatif, dengan floating policy, dan dengan open cover.
3.1. Secara fakultatif, yaitu mempertanggungkan pengangkutan
barang setiap terjadinya pengiriman.
3.2. Dengan floating policy, yaitu mengasuransikan untuk beberapa
kali pengangkutan yang telah direncanakan sekaligus.
3.3. Dengan open cover, yaitu pada dasarnya hampir sama dengan
floating policy, hanya dalam floating policy sudah merupakan
polis, sedangkan pada open cover merupakan kontrak antara
calon tertanggung dengan penanggung untuk jangka waktu
tertentu.

4. Premi
Besar kecilnya premi yang harus dibayar oleh tertanggung dalam
asuransi pengangkutan laut tergantung pada kesepakatan kedua belah
pihak. Setiap perusahaan asuransi belum tentu sama, tergantung pada
pertimbangan masing-masing. Dasar pertimbangan tersebut tergantung
pada:
4.1. Jenis barang yang diangkut, apakah mudah pecah, mudah
terbakar, dan sebaliknya.
4.2. Pengepakannya, apakah secara baik, kuat atau tidak, dan
apakah diangkat dengan kontainer atau tidak.
4.3. Umur kapal dan besar kapal, perlu diteliti apakah kapalnya
sudah tua (biasanya dibatasi sampai umur 15 tahun yang
terdapat pada buku registrasi kapal), apabila sudah diatas 15
tahun dipertimbangkan oleh perusahaan asuransi apakah
premi dinaikan atau pertanggungannya bahkan ditolak.

12
4.4. Rute kapal, apabila kapal melewati daerah perang atau
kenegara-negara yang masih belum maju, mungkin preminya
dinaikan atau pertanggungannya ditolak.
4.5. Kondisi asuransi yang diminta, kondisi asuransi yang diminta
adalah suatu hal yang paling menentukan besar kecilnya premi,
karena luasnya jaminan yang harus dipikul oleh perusahaan
asuransi.

5. Bahaya (risiko) yang dijamin


Bahaya yang dijamin dapat digolongkan menjadi bahaya maritim
(maritime perils) dan bahaya non maritime. Bahaya maritim dapat
dipisah ke dalam bahaya dari laut (perils of the sea) dan bahaya di laut
(perils on the sea).
Bahaya dari laut merupakan bahaya yang disebabkan langsung
oleh peristiwa yang secara kebetulan terjadi atau tidak menentu seperti
angin topan, angin rebut, cuaca buruk, gempa bumi, gunung berapi
meletus, halilintar dan bahaya lain yang berasal dari lautan. Sedangkan
bahaya di laut merupakan bahaya yang bukan disebabkan langsung oleh
bahaya ganas dari lautan, tetapi disebabkan oleh peristiwa-peristiwa
tertentu. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain:
5.1. Kapal tabrakan dengan kapal atau menabrak kapal lain atau
tongkang atau perahu, atau ditabrak oleh kapal lain
5.2. Kapal menabrak benda terapung di lautan (misalnya gunung
es) atau menabrak benda terapung di pelabuhan atau
menabrak dam atau dermaga atau benda permanen lainnya di
pelabuhan.
5.3. Kebakaran di kapal sekalipun kebakaran disebabkan oleh
kelalaian atau kebakaran di kapal disebabkan oleh sambaran
halilintar (petir)
5.4. Banjir, yaitu air masuk secara besar-besaran ke dalam kapal
karena bocor atau karena sebab-sebab lain
5.5. Pembajakan
5.6. Barratry (perbuatan tercela atau perbuatan melanggar hukum
dari nakhoda dan atau anak buah kapal yang menimbulkan
kerugian pada kapal)
Bahaya non-maritim merupakan risiko yang dihadapi kapal, yang
disebabkan oleh:
5.7. Peperangan, perang sipil, revolusi, pemberontakan,
perlawanan, atau kegaduhan sipil yang ditimbulkannya

13
5.8. Penangkapan, penahanan, perampasan, penyitaan ataupun
akibat-akibatnya atau setiap perbuatan untuk tujuan yang
demikian
5.9. Ranjau, torpedo, bom, atau senjata-senjata perang yang
terlontar
5.10. Pemogokan, kerusuhan buruh, huru-hara, kegaduhan sipil,
penutupan perusahaan atau pencegahan buruh-buruh dengan
paksa melakukan pekerjaannya, dan lain-lain yang senada
5.11. Perbuatan teroris atau perbuatan-perbuatan yang bermotif
politik
Menurut paham asuransi laut, yang dijamin oleh asuransi adalah
bahaya maritim, akan tetapi dapat juga ditutup asuransi untuk bahaya
non maritime.
6. Macam Kapal yang Ditanggung
Pada prinsipnya, macam kapal yang ditanggung adalah semua
jenis kapal laut, kapal sungai, dan kapal danau yang terbuat dari baja
atau kayu, dan digunakan secara legal, kecuali:
6.1. kapal perang, kapal selam, dan kapal apapun yang digunakan
untuk keperluan perang termasuk kapal logistik perang, dan
6.2. kapal yang digunakan untuk tujuan yang dilarang oleh
undang-undnag, misalnya kapal yang digunakan untuk
penyelundupan, perampokan, pembajakan, dan tujuan-tujuan
terlarang lainnya
Menurut hukum yang berlaku di Indonesia, persyaratan agar
kapal boleh diasuransikan adalah sebagai berikut :
6.3. berbendera Indonesia
6.4. berbendera negara lain, tapi kapal yang bersangkutan
dimiliki, atau di bawah pengawasan manajemen Indonesia
6.5. sedang memiliki ijin berlayar dari instansi yang berwenang
(Dirjen Perhubungan Laut)
6.6. tidak dalam status tahanan, baik tahanan yuridis, maupun
tahanan politis

A.3 ASURANSI PENGANGKUTAN TERPADU


Adapun karakteristik dari asuransi pengangkutan terpadu, yaitu :
1. Asuransi Pengangkutan Kepulauan
Asuransi pengangkutan barang yang disusun oleh Dewan Asuransi
Indonesia, disesuaikan dengan yang dibutuhkan oleh suatu kepulauan
seperti Indonesia, yaitu dipadukan antara asuransi pengangkutan barang

14
melalui laut, melalui darat, dan udara dengan menggunakan satu polis.
Apabila sejumlah barang diangkut dengan kapal laut dari Menado ke
Surabaya dan seterusnya diangkut ke Kediri dengan Kereta api, maka
asuransinya dapat ditutup satu kali untuk pengangkutan Menado-
Surabaya- Kediri dengan kondisi pertanggungan dipilih salah satu dari
Risiko I, Risiko II, dan Risiko III.

2. Risiko yang Ditanggung


Risiko dalam pengangkutan kepulauan dibedakan menjadi 3,
yaitu: risiko I, risiko II, dan risiko III. Adapun cirri-ciri dari masing-
masing risiko tersebut adalah sebagai berikut:
2.1. Risiko I
Menjamin smua risiko yang menimbulkan kerugian atau
kerusakan pada barang yang ditanggung, kecuali disebabkan
oleh risiko-risiko yang tidak ditanggung (yang disebutkan di
bawah)
2.2. Risiko II
Menjamin kerugian atau kerusakan atau biaya atas barang
yang ditanggung, yang timbul dari risiko-risiko di bawah ini,
kecuali disebabkan oleh risiko-risiko yang tidak ditanggung
(yang disebutkan di bawah)
2.2.1. Akibat dari alat pengangkutan mengalami:
2.2.1.1. kebakaran atau peledakan
2.2.1.2. terdampar, terkandas, terbalik, tenggelam,
tergelincir keluar rel atau jalur, tabrakan,
terjatuh, tersungkur, pendaratan darurat.
2.2.2. Pembongkaran di pelabuhan darurat
2.2.3. Gempa bumi, letusan gunung berapi, sambaran petir
2.2.4. Disebabkan oleh:
2.2.4.1. pengorbanan kerugian umum
2.2.4.2. pembuangan barang kelaut
2.2.4.3. terlemparnya barang ke laut
2.2.4.4. air laut, air sungai, air danau, air hujan atau air
tawar masuk ke dalam alat pengangkut
termasuk tempat penimbun barang
2.2.5. Kerugian akibat bongkar muat
2.2.6. Tanggung jawab akibat tabrakan kapal
2.3. Risiko III

15
Menjamin kerugian atau kerusakan keseluruhan atas barang
yang ditanggung, yang timbul dari risiko-risiko tersebut di
bawah ini, kecuali disebabkan oleh risiko-risiko yang tidak
disebut.
2.3.1. Akibat dari alat pengangkutan mengalami:
2.3.1.1. kebakaran atau peledakan
2.3.1.2. terdampar, terkandas, terbalik, tenggelam,
tergelincir keluar rel atau jalur, tabrakan,
terjatuh, tersungkur, pendaratan darurat
2.3.2.Pembongkaran di pelabuhan darurat
2.3.3.Yang disebabkan oleh:
2.3.3.1. pengorbanan kerugian umum
2.3.3.2. pembuangan barang ke laut
2.3.4.Kerugian akibat dari:
2.3.4.1. bongkar muat, dan
2.3.4.2. terlemparnya barang ke laut karena cuaca
buruk
2.3.5. Risiko yang dikecualikan
Selain risiko yang ditanggung oleh perusahaan asuransi,
juga terdapat risiko yang tidak ditanggung, yang
biasanya disebut dengan risiko yang dikecualikan adalah
sebagai berikut:
2.3.5.1. Kesalahan atau kelalaian tertanggung asuransi
ini tidak menjamin:
2.3.5.1.1. kerugian atau kerusakan barang yang
disebabkan oleh kelalaian atau
kesalahan tertanggung, pegawai-
pegawai tertanggung atau orang-
orang yang bekerja pada tertanggung
dan agen tertanggung
2.3.5.1.2. kerugian atau kerusakan barang dan
biaya-biaya yang timbul akibat dari
pembungkus yang kurang baik,
termasuk penimbunan atau
penyusunan barang di dalam
kontainer, tetapi hanya bila
penyusunan barang dilakukan oleh
orang-orang yang berada di bawah
pengawasan tertanggung.

16
2.3.5.1.3. kerugian atau kerusakan yang
disengaja pada barang yang
ditanggung atau bagian dari barang
yang ditanggung karena tindakan
salah oleh seorang atau orang-orang
lain. Ketentuan ini tidak berlaku untuk
risiko I.
2.3.5.2. Sifat Pembawaan Barang
Asuransi ini tidak menjamin:
kebocoran atau susut atau keausan yang wajar
dari barang-barang yang ditanggung kerugian
atau kerusakan barang atau biaya-biaya yang
timbul akibat dari sifat barang yang ditanggung
Karena alamiahnya barang-barang tertentu
dapat mengalami proses pembusukan sendiri
(sayur-mayur, buah-buahan, makanan, dan lain-
lain), demikian pula ada jenis barang yang dapat
terbakar sendiri, misalnya kopra dapat terbakar
sendiri di dalam palka bila udara sangat panas.
2.3.5.3. Kelambatan pengiriman barang
Asuransi ini tidak menjamin kerugian atau
kerusakan barang atau biaya-biaya yang timbul
yang diakibatkan langsung oleh kelambatan
walaupun kelambatan yang disebabkan oleh
risiko-risiko yang dijamin. Kelambatan yang
dialami oleh alat pengangkut, misalnya karena
kesalahan navigasi, dapat menimbulkan pada
barang yang diangkutnya. Kerugian yang
demikian tidak termasuk risiko asuransi
pengangkutan, tapi merupakan tanggung jawab
pengangkut. Berarti kerugian yang demikian
tidak dijamin oleh asuransi kelambatan
penyerahan barang kepada penerima barang di
tempat tujuan, juga dapat menimbulkan
kerugian pada barang, yang dikenal dengan
istilah liquidity damage. Kerugian yang
demikian merupakan tanggung jawab yang
demikian tidak dijamin oleh asuransi
pengangkutan.

17
Kelambatan barang tiba di tempat tujuan
disebabkan oleh kapal melakukan deviasi
diperbolehkan menurut hukum atau kapal
menghadapi bahaya laut sehingga terpaksa
menyingkir atau mengungsi, tidak terpaksa
dalam pengertian kelambatan ini.
2.3.5.4. Keadaan keuangan yang buruk
Asuransi tidak menjamin kerugian atau
kerusakan barang atau biaya-biaya yang timbul
dari keadaan keuangan yang buruk dari pemilik
kapal atau pengusaha atau pencharter kapal
atau operator kapal. Keadaan yang buruk
untukmembiayai operasi kapal dapat
menimbulkan gangguan terhadap jadwal
pelayaran sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada barang yang diangkut. Hal yang
demikian dapat juga terjadi terhadap alat
pengangkut udara dan darat. Kerugian yang
demikian merupakan tanggung jawab
pengangkut terhadap pemilik barang. Berarti
tidak dijamin oleh asuransi yang menjamin
barang yang bersangkutan.
2.3.5.5. Risiko senjata perang
Asuransi tidak menjamin kerugian atau
kerusakan barang atau biaya-biaya yang timbul
akibat penggunaan senjata perang, senjata atom
atau nuklir atau reaksi radioaktif. Yang
dimaksud di sini adalah penggunaan senjata-
senjata perang atau senjata atom atau nuklir
atau radio aktif yang bukan untuk tujuan
perang, diatur dalam bahaya perang.
2.3.5.6. Risiko perang
Asuransi tidak menjamin kerugian atau
kerusakan barang-barang yang disebabkan oleh:
2.3.5.6.1. peperangan, perang saudara, revolusi,
pemberontakan atau kerusakan di
kalangan masyarakat yang timbul dari
kejadian-kejadian tersebut atau
tindakan-tindakan yang bersifat

18
permusuhan oleh atau terhadap pihak
yang terlibat perang
2.3.5.6.2. penyitaan, penangkapan, pembatasan
kebebasan atau penahanan
pembajakan (dikecualikan) serta
akibatnya atau percobaan untuk
melakukan hal-hal tersebut.
2.3.5.6.3. ranjau, torpedo, dan lain-lain yang
tidak diurus lagi.
2.3.5.7. Risiko pemogokan
Asuransi ini tidak menjamin kerugian atau
kerusakan barang atau biaya-biaya yang timbul
atau disebabkan oleh pemogokan, pemecatan
buruh, atau orang-orang yang ikut serta dalam
kerusuhan, huru-hara dalam masyarakat; akibat
dari pemogokan, pemecatan buruh dan huru-
hara dalam masyarakat oleh teroris atau
tindakan seseorang dengan latar belakang
poitik.
2.3.5.8. Ketidaklayakan alat pengangkut
Asuransi ini tidak menjamin kerugian atau
kerusakan barang atau biaya-biaya yang timbul
dari tidal layaknya kapal atau tongkang atau
ketidaklayakan alat pengangkut darat maupun
udara, kecuali bila tertanggung atau orang-
orang yang bekerja padanya tidak mengetahui
ketidaklayakan alat pengangkut tersebut.
Persyaratan kelayakan kapal harus dilihat dari 3
komponen yang saling berkaitan satu sama lain.
Ketiga komponen tersebut sebagai berikut:
2.3.5.8.1. Rangka kapal dan mesin kapal berada
dalam keadaan baik dan mampu
berlayar di laut. Kondisi kapal dalam
keadaan baik dan mampu berlayar di
laut diproyeksikan dari kebenaran
material dari seluruh sertifikat kapal
yang direkomendasikan oleh Biro
Klasifikasi yang mengawasi operasi
kapal.

19
2.3.5.8.2. Kemampuyan anak buah kapal
bernavigasi yang diproyeksikan dari
ijazah dan pengalaman anak buah
kapal sesuai dengan besarnya ukuran
kapal dan luasnya jaringan operasi
kapal.
2.3.5.8.3. Kapal selalu dibekali dengan
perbekalan dan peralatan yang cukup
(bahan bakar, peta laut, baringan,
kompas, radio atau teleks, dan lain-
lain).
Ketiga macam persyaratan kelayakan tersebut
juga harus dipenuhi oleh alat pengangkut udara
agar dapat dikategorikan layak udara.
Sedangkan alat pengangkutan darat yang lazim
digunakan untuk mengangkut barang seperti
truk dan trailer, dapat dikategorikan layak darat
bila telah dites dan dikir oleh instansi yang
berwenang (DLLJR) dan sertifikat kir masih
berlaku.

3. Mulai dan Berakhirnya Risiko


Dalam polis asuransi biasanya disebutkan kapan mulai dan
berakhirnya risiko. Kapan mulai dan berakhirnya risiko pertanggungan
dapat dipaparkan sebagai berikut:
3.1. Risiko yang dijamin oleh asuransi dimulai sejak barang
bergerak meninggalkan gudang pengiriman untuk diangkut ke
tempat tujuan, dan berakhir pada saat barang
diserahterimakan:
3.1.1.di gudang tujuan disebutkan dalam polis, atau
3.1.2.di gudang lain yang ditunjuk oleh tertanggung, atau
3.1.3.lewat waktu 15 hari untuk pengangkutan melalui air;
lewat 4 hari untuk pengangkutan melalui darat; lewat 7
hari untuk pengangkutan melalui udara, yang mana saja
yang lebih dahulu terjadi.
Ketentuan ini merupakan syarat dari gudang ke gudang, tetapi
lamanya jaminan di tempat tujuan dibatasi 15 hari terhitung sejak
barang-barang selesai dibongkar dari alat pengangkut air.

20
Apabila waktu 15 hari ini dilewati, jaminan berakhir walaupun
barang-barang belum selesai diserahkan ke dalam gudang. Tapi bila
penyerahan lebih cepat dari 15 hari, maka jaminan berakhir ketika
barang-barang selesai diserahkan ke dalam gudang.
3.2. Apabila di luar kekuasaan atau kemampuan tertanggung,
kontrak pengangkutan berakhir sebelum barang tiba di
tempat tujuan yang disebutkan dalam polis, maka jaminan
diatur sebagaimana diatur dalam ayat (4.1) di atas, kecuali
ditentukan atau disetujui lain oleh penanggung dengan atau
tanpa penambahan premi, maka :
3.2.1.jaminan berakhir sebagaimana diatur dalam ayat (4.1.1)
di atas bila barang diteruskan ke tempat tujuan yang
disebutkan dalam polis.
3.2.2.jaminan berakhir bila barang terjual di tempat
pengakhiran kontrak pengangkutan atau lewat 7 hari
terhitung sejak barang dibongkar dari alat pengangkut,
yang mana saja yang lebih dahulu terjadi.

A.3 ASURANSI AVIASI


Asuransi Aviasi merupakan salah satu jenis asuransi pengangkutan.
Asuransi ini terdiri dari asuransi muatan udara, asuransi cargo udara, dan
asuransi pesawat udara.
1. Asuransi Muatan Udara
Karakteristik dari asuransi muatan udara adalah :
1.1.Obyek pertanggungan
Obyek pertanggungan dalam asuransi pengangkutan udara
dan muatannya (barang dan penumpang) terhadap
kemungkinan bahaya yang menimpanya, yang terjadi di
Bandar udara (ground risk) atau dalam penerbangan (flight
risk).
1.2.Jaminan keselamatan penumpang
Dalam pengangkutan udara, pengangkut diwajibkan oleh
undang-undnag untuk menutup asuransi atau tanggung
jawabnya terhadap penumpang, yaitu :
1.2.1. Tanggung jawab atas keselamatan penumpang
1.2.1.1. ketika menaiki pesawat udara
1.2.1.2. selama dalam pesawat udara, dan
1.2.1.3. ketika turun dari pesawat udara dengan
ketentuan bahwa jaminan keselamatan hanya

21
diberikan kepada penumpang yang memiliki
karcis penumpang yang sah. Di Indonesia,
keselamatan penumpang dijamin oleh PT. Jasa
Raharja.
1.2.2. Tanggung jawab atas kerugian bagasi penumpang
(hilang, rusak, terbakar), kecuali bagasi yang dibawa
sendiri oleh penumpang. Jaminan atas kemungkinan
kerugian atas bagasi penumpang diasuransikan kepada
perusahaan asuransi kerugian oleh pengangkut.

2. Asuransi Cargo Udara


Adalah asuransi atas barang-barang (bukan bagasi
penumpang)yang diangkut oleh pesawat udara untuk melindungi pemilik
barang terhadap kemungkinan bahaya yang menimbulkan kerugian atau
kerusakan yang dialami oleh barang yang disebabkan oleh pesawat udara
yang mengangkutnya ditimpa bahaya.

3. Asuransi Pesawat Udara


Adapun karakteristik dari asuransi pesawat udara adalah:
3.1. Obyek pertanggungan
Obyek pertanggungan dalam asuransi pesawat udara itu
sendiri, yang meliputi kerangka dan mesin pesawat, baling-
baling, motor, dan semua peralatan yang merupakan bagian
dari pesawat udara, termasuk perlengkapan yang dapat
dilepaskan dari pesawat udara itu seperti kompas, radio,
perlengkapan kabin, dan lain-lain.
3.2. Risiko yang dijamin
Jaminan dari polis gabungan pesawat udara meliputi hal-hal
sebagai berikut:
3.2.1. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga, tidak termasuk
tanggung jawab terhadap penumpang, misalnya
pesawat jatuh di pemukiman penduduk. Peristiwa ini
menyebabkan tertanggung dibebani tanggung jawab
untuk membayar kerugian atas kecelakaan tersebut,
dalam hal ini perusahaan asuransi akan mengganti
kerugian tersebut.
3.2.2. Tanggung jawab terhadap penumpang atau
keselamatan penumpang ketika :
3.2.2.1. menaiki pesawat udara

22
3.2.2.2. selama berada di dalam pesawat udara, dan
3.2.2.3. ketika turun dari pesawat udara dengan
ketentuan bahwa penumpang yang
bersangkutan memiliki karcis yang sah.
3.2.3. Tanggung jawab atas kerugian atau kerusakan bagasi
penumpang, kecuali bagasi sendiri yang dibawa oleh
penumpang.
3.2.4. Kehilangan atau kerusakan pesawat udara ketika
berada di udara, bergerak di landasan, di darat, dan di
permukaan air. Kehilangan atau kerusakan pesawat
udara disebabkan oleh berbagai bahaya seperti topan
badai, pesawat udara jatuh atau tersungkur, melakukan
pendaratan darurat, tabrakan di udara, menabrak
benda permanen di bandar udara, kebakaran dan
sebagainya.
3.2.5. Luas risiko dan lama pertanggungan
Semakin luas risiko yang dijamin semakin luas pula
bahaya yang ditanggung, maka preminya pun semakin
besar. Lamanya pertanggungan juga berpengaruh
terhadap besar kecilnya premi asuransi. Dalam
perbandingannya, premi untuk jangka panjang lebih
kecil daripada premi untuk jangka pendek.

B. Isi Keseluruhan Polis


Berikut terlampir keseluruhan Polis Asuransi antara PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) dengan Konsorsium PT. Jasa Raharja (Persero) dan PT.
Jasaraharja Putera tentang Asuransi Kecelakaan Penumpang dan Awak
Kereta Api:

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
C. Analisis Terhadap Isi Polis
Berikut terlampir keseluruhan Polis Asuransi antara PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) dengan Konsorsium PT. Jasa Raharja (Persero) dan PT.
Jasaraharja Putera tentang Asuransi Kecelakaan Penumpang dan Awak
Kereta Api:

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam makalah ini
menyangkut soal Teori Konstitusi maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Konstitusi adalah …..
b. Materi muatan konstitusi menyangkut…..

3.2 Saran
Untuk menghasilkan penyajian karya ilmiah yang lebih berkualitas
dan dapat mencapai tujuan, maka perlu kiranya penulis memberikan saran
sebagai berikut :
a. Perlunya kajian mengenai teori konstitusi yang ada di Indonesia serta
meninjau penerapannya apakah sudah sesuai dengan yang teori yang
ada.
b. -------

36
DAFTAR PUSTAKA

Henc van Maarveen dan Ger van der Tang, 1978. Written Constitution A
Computerized Comparative Study, Oceana Publications Inc. New York:
Dobbs Ferry.

Sri Soemantri, Fungsi dan Peranan DPR dalam Kaitannya dengan Realitas
Konstitusionalisme, dalam Konstitusionalime, Peran DPR dan Judicial
Review, disusun oleh Jaringan Masyarakat Informasi dan YLBHI.

Miriam Budiardjo. 1996. Dasar - dasar Ilmu Politik. Jakarta: Penerbit Gramedia.

37

Anda mungkin juga menyukai