Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Kista di definisikan sebagai rongga tertutup atau kantung yang dilapisi oleh epitel. Isi
kista dapat berupa cairan cair atauapun semisolid, bisa normal atau abnormal dan bisa muncul
di jaringan lunak atau tulang. Massa jinak atau ganas harus di bedakan dengan lesi kista. Pada
referat ini akan di bahas kista jinak yang berada di jaringan sekitar lutut.

Pemahaman berbagai macam bentuk kista disekitar lutut tergantung pemahaman


mengenai anatomi lutut. Yang merupakan struktur yang sangat mobile. Bursa merupakan
kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan antara jaringan
lunak dan tonjolan tulang, berdinding tipis dan dibatasi oleh membrane synovial. Bursa akan
berespon apabila terjadi gangguan atau kondisi patologis pada cariran synovial. Apabila terjadi
gangguan, bursa dapat terisi oleh cairan synovial dan terlihat sebagai kista disekitar lutut. (1)

Kista Baker merupakan kista yang paling sering ditemukan di fossa poplitea sehingga
disebut juga sebagai kista poplitea. Nama tersebut berasal dari ahli bedah Inggris, William
Morrant Baker (1839-1896). Kista Baker terbentuk akibat cairan sendi lutut yang keluar dari
sendi lutut dan membentuk kantung baru di luar sendi. Kista Baker dapat ditemukan di bagian
posteromedial dari lutut, Mayoritas merupakan perluasan dari fascia profunda dan bagian
medial dari kepala M. Gastrocnemius yang berupa distensi cairan dari bursa diantara tendon
gastrocnemius dan tendon semimembranosus melalui suatu hubungan anatomi di daerah lutut.
Kista tersebut dapat terjadi karena penyakit Osteoarthritis ataupun Cartilage tear (robekan
tulang rawan). (2)

BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi sendi lutut

Sendi lutut merupakan bagian dari extremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas
(paha) dengan tungkai bawah. Fungsi dari sendi lutut ini adalah untuk mengatur pergerakan
dari kaki. Dan untuk menggerakkan kaki ini juga diperlukan antara lain :

 Otot- otot yang membantu menggerakkan sendi


 Capsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang bersendi supaya
jangan lepas bila bergerak
 Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang mengatur luasnya gerakan.
 Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara
tulang pada permukaan sendi.
 Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang merupakan penghubung
kedua buah tulang yang bersendi sehingga tulang menjadi kuat untuk melakukan
gerakan-gerakan tubuh.

Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel , yaitu pergerakan dua condylus
femoris diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi ini yaitu
gerakan fleksi , ekstensi dan sedikit rotatio. Jika terjadi gerakan yang melebihi
kapasitas sendi maka akan dapat menimbulkan cedera yang antara lain terjadi
(3)(4)(5)(6)(7)
robekan pada capsul dan ligamentum di sekitar sendi.
.

2
Gambar 1 : Sendi lutut

1. Tulang pembentuk sendi lutut

Sendi lutut dibentuk dari empat buah tulang yaitu tulang femur, tulang tibia, tulang
fibula dan tulang patella.

a. Tulang femur

Merupakan tulang panjang yang bersendi keatas dengan pelvis dan kebawah dengan
tulang tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis proksimal, diaphysis dan epiphysis
distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis
distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepanjang yang disebut condylous
femoralis lateralis dan medialis.

Dibagian proksimal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut
epicondilus lateralis dan medialis. Bila dilihat dari depan, terdapat dataran sendi yang
melebar ke lateral yang disebut facies patelaris yang nantinya bersendi dengan tulang
patella. Dan bila dilihat dari belakang, diantara condylus lateralis dan medialis terdapat
cekungan yang disebut fossa intercondyloideal.

3
Gambar 2a. Tulang Femur Gambar 2b. Tulang Femur

tampak depan tampak belakang1

b. Tulang patella

Merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dengan bentuk segitiga
dan gepeng dengan aspex menghadap kearah distal. Pada permukaan depan atau
anterior tulang patella kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki
permukaan sendi yang lebih besar dan facies medial yang lebih kecil.

4
Gambar 3a. Patella tampak Gambar 3b. Patella tampak

Depan belakang2

c. Tulang tibia

Merupakan salah satu tulang tungkai bawah selain tulang fibula, tibia merupakan
tulang kuat satu-satunya yang menghubungkan femur dan tumit kaki. Seperti halnya
tulang femur, tulang tibia dibagi tiga bagian, bagian ujung proksimal, corpus dan ujung
distal bagian dari tulang tibia yang membentuk sendi lutut adalah bagian proksimal,
dimana pada bagian ujung proksimal terdapat condillus medialis dan tubercullum inter
condiloseum lateral. Didepan dan dibelakang eminentia terdapat fossa intercondilodea
anterior dan posterior.

5
Gambar 2. Tulang Tibia

d. Tulang fibula

Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang, terletak di sebelah lateral dari tibia juga
terdiri dari tiga bagian : epiphysis proximal, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis
proximalis membulat disebut capitulum fibula yang keproximal.

Gambar 3. Fibula

6
Ligamentum Pada Sendi Lutut

A. LIGAMENTUM EXTRACAPSULAR
1. Ligamentum Patellae
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat
pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan
lanjutan dari bagian pusat tendon bersama m. quadriceps femoris.
Dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella
dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris
superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit.

2. Ligamentum Collaterale Fibulare


Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus
lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum
ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan tendon m.
popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa m.
poplitei.

3. Ligamentum Collaterale Tibiae


Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat
dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah
melekat pada margo infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus
dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus medialis. Di
bagian bawah pada margo infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon
m. semimembranosus dan a. inferior medialis genu .
Ligamentum Popliteum Obliquum
Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi
lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian
dari ligamentum ini berjalan menurun pada dinding capsul dan fascia m.
popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendon m.
semimembranosus.

5. Ligamentum Transversum Genu

7
Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus ,
terdiri dari jaringan connective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal
dalam perkembangannya , sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian
orang.

B. LIGAMENTUM INTRA CAPSULAR


Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat,
saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian
yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae.
Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan
tibiae.

1. Ligamentum Cruciata Anterior


Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan
berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian
posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan
mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan
sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah femur bergeser ke
posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut berada dalam keadaan
fleksi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae tertarik ke
posterior.

2. Ligamentum Cruciatum Posterior


Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris
posterior dan berjalan kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan
pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-
serat anterior akan mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan
menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior
akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum
posterior berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila
sendi lutut dalam keadaan fleksi , ligamentum cruciatum posterior akan
mencegah tibiae tertarik ke posterior.

8
Gambar 4 : ligamen

CARTILAGO SEMILUNARIS (MENISCUS )


Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C, yang pada potongan
melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada
bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas . Permukaan atasnya
cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris.
Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk
menerima condylus femoris yang cekung.

1. Cartilago Semilunaris Medialis


Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada bagian
depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan
berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut
ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior
tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale sendi.
Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.
2. Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada area
intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris. Cornu posterior
melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia intercondylaris.

9
Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan mengikuti ligamentum
cruciatum posterior ke condylus medialis femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari
ligamentum collaterale laterale oleh tendon m. popliteus, sebagian kecil dari tendon
melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris
lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila di bandingkan dengan cartilago
semilunaris medialis.

Gambar 5 : Meniscus

CAPSULA ARTICULARIS

Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m. quadriceps femoris dan
didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari femur diatas tubrositas sendi.
Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak
yang tebal dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae menuju
bagian atas tepi dari dua meniscus dan ke bawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior .
Selanjutnya capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut
sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi
medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan , lipatan synovial, plica
alares yang terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi.

10
Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang mengarah pada
bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian paling bawah dari tepi
fossa intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan sagital yang lebar pada
synovial membran. Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian, berhubungan
dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae. Lipatan capsul sendi pada bagian samping
berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi
kemudian menutupi permukaan cartilago , dan bagian permukaan anterior dari femur tidak
ditutupi oleh cartilago. Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis,
sedikit bagian bawah dari permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-
masing meniscus.

BURSA PADA SENDI LUTUT

Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang terletak di bagian bawah dan belakang
pada sisi lateral didepan dan bawah tendon origo m. popliteus. Bursa ini membuka kearah sendi
melalui celah yang sempit diatas meniscus lateralis dan tendon m. popliteus. Banyak bursa
berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di depan, dan enam terdapat di belakang sendi. Bursa
ini terdapat pada tempat terjadinya gesekan di antara tulang dengan kulit, otot, atau tendon.

A. BURSA ANTERIOR

1. Bursa Supra Patellaris


Terletak di bawah m. quadriceps femoris dan berhubungan erat dengan rongga sendi.

2. Bursa Prepatellaris
Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah patella
dan bagian atas ligamentum patellae.

3. Bursa Infrapatellaris Superficialis


Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah
ligamentum patellae

4. Bursa Infapatellaris Profunda


Terletak di antara permukaan posterior dari ligamentum patellae dan permukaan anterior

11
tibiae. Bursa ini terpisah dari cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara
keduanya ini jarang terjadi.

B. BURSA POSTERIOR

1. Recessus Subpopliteus
Ditemukan sehubungan dengan tendon m. popliteus dan berhubungan dengan rongga
sendi.

2. Bursa M. Semimembranosus
Ditemukan sehubungan dengan insertio m. semimembranosus dan sering berhubungan
dengan rongga sendi.

Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan :


1. Tendon insertio m. biceps femoris
2. Tendon m. sartorius , m. gracilis dan m. semitendinosus sewaktu berjalan ke insertionya
pada tibia.
3. Di bawah caput lateral origo m. gastrocnemius
4. Di bawah caput medial origo m. gastrocnemius

Otot-otot sendi lutut

a) Otot-otot pada bagian depan tungkai atas (M.


Quadriceps Femoris)

12
Gambar 6. M. Quadriceps

a) M. Rectus Femoris

Origo : Spina iliaca anterior superior

Insertion : Tuberositas tibiae melalui ligament patela

Innervasi : N. Femoralis

Aksio : Ekstensi tungkai bawah

b) M. Vastus Medialis

Origo : Bagian paling caudal line intertrochanterica

Labium Mediale linea aspera

Insertion : Tepi medial tendon M. Rectus femoris bagian

Lateral patella

Innervasi : N. Femoralis

Aksio : Ekstensi tungkai bawah

c) M. Vastus Intermedius

Origo : Permukaan anterior dan lateral femur

Insertion : Tendon M. Rectus femoris

13
Innervasi : N. Femoralis

Aksio : Ekstensi tungkai bawah

d) M. Vastus Lateralis

Origo : Permukaan anterior dan caudal trochanter mayor

Insertion : Tepi lateral tendon M.Rectus femoris

Innervasi : N. Femoralis

Aksio : Ekstensi tungkai bawah

b) Otot-otot pada bagian belakang tungkai atas

Gambar 7 : M. Hamstring

a) M. Adductor Magnus

Origo : Ramus ossis ischii

Insertion : 2/3 proximal linea aspera

Innervasi : N. Obturatorius dan N. ischiadicus

Aksio : adduksi-hip

b) M. Piriformis

Origo : Os sacrum, facies pelvic (plexus scaralis)

Insertion : Tepi patella, tuberositas tibia

14
Innervasi : N. Femoralis

Aksio : Exorotasi dan adduksi hip

c) M. Sartorius

Origo : Sias

Insertion : Tuberositas tibia

Innervasi : N. Femoralis

Aksio : Fleksi-knee dan abduction-hip

d) M. Gracilis

Origo : Ramus inferior ossis pubis

Insertion : Mediale tuberositas tibiae

Innervasi : N. Obturatorius

Aksio : Adduksi-hip dan fleksi

e) M.Gastrocnemius

Origo : - Caput mediale : epicondylus medialis femoris

- Caput laterale : epicondylus lateralis femoris

Insertion : - Tuber calcanei dengan perantara tendo calcanei

achilles

- Facies posterior fibulae dan Linea poplitea tibiae

Innervasi : N. Tibialis

Aksio : Fleksi tungkai bawah

f) M. Biceps femoris

Origo : - Caput longum : Tuber ischiadicum

- Caput brevis : Labium lateral linea aspera

15
Insertion : - Capitulum fibulae

- Condylus lateralis tibiae

Innervasi : - N. Tibialis

- N. Peroneus Communis

Aksio : Fleksi pada articulation coxae

g) M. Semitendinosus

Origo : Tuber ischiadicum

Insertion : Tuberositas tibiae (medial)

Innervasi : N. Tibialis

Aksio : Fleksi-knee dan endorotasi-knee

h) M. Semi membranosus

Origo : Tuber ischiadicum

Insertion : Condylus medial tibiae dan lig. Popliteum oblicum

Innervasi : N. Tibialis

Aksio : Flexi-knee dan endorotasi

Vascularisasi dan persarafan sendi lutut

 Regio femoralis anterior (A. femoralis)

Di regio femoralis anterior dibungkus oleh selubung yang merupakan lanjutan dari
jaringan ikat ektraperitonial dan dinamakan femoral sheat yang dibungkus oleh fascia
latae sedangkan dasarnya merupakan lekukan yang dibentuk oleh mm.iliopsoas dan
pectineus.

 Regio femoralis posterior

16
Di regio femoralis posterior terdapat a. perforantes yang dipercabangkan dari a.
profunda femoris.

 Regio genu anterior

Di regio genu anterior tidak terdapat saraf dan pembuluh darah yang besar. Pada sisi
medial kira-kira selebar tangan, di sebelah dorsal patella terdapat v. saphena magna.

 Regio posterior

Arteri genu superior lateralis berjalan ke lateral proksimal terhadap condylus


lateralis femoris tertutup oleh tendon M. biceps femoris menuju M. vastus lateralis.

A. Biomekanik sendi lutut

Biomekanik adalah ilmu yang mempelajari gerakan tubuh manusia. Pada


bahasan Karya Tulis Ilmiah ini penulis hanya membahas komponen kinematis, ditinjau
dari gerakan secara Osteokinematika dan secara Artrokinematika yang terjadi pada
sendi lutut.
a. Osteokinematika sendi lutut
Lutut termasuk dalam sendi ginglyus (hinge modified) dan mempunyai gerak yang
cukup luas seperti sendi siku, luas gerak fleksinya cukup besar. Osteokinematika yang
memungkinkan terjadi pada sendi lutut adalah gerak flexi dan extensi pada bidang
segitiga dengan lingkup gerak sendi untuk gerak fleksi sebesar + 140° hingga 150°
dengan posisi ekstensi 0° atau 5° dan gerak putaran keluar 40° hingga 45° dari awal
mid posisi, 20.
Fleksi sendi lutut adalah gerakan permukaan posterior ke bawah menjauhi
permukaan posterior tungkai bawah. Putaran ke dalam adalah gerakan yang membawa
jari-jari ke arah sisi dalam tungkai (medial). Putaran keluar adalah gerakan membawa
jari-jari ke arah luar (lateral) tungkai. Untuk putaran (rotasi) dapat terjadi posisi lutut
fleksi 90°, R (<90°).
b. Artrokinematika sendi lutut
Pada kedua permukaan sendi lutut pergerakan yang terjadi meliputi gerak sliding
dan rolling, maka disinilah berlaku hukum konkaf-konvek. Hukum ini menyatakan
bahwa “jika permukaan sendi cembung (konvek) bergerak pada permukaan sendi

17
cekung (konkaf) maka pergerakan sliding dan rolling berlawanan. Dan “jika permukaan
sendi cekung, maka gerak slidding dan rolling searah” (Mudasir, 2002). Pada
permukaan femur cembung (konvek) bergerak, maka gerakkan slidding dan rolling
berlawanan arah. Saat gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan sliddingnya
kebelakang. Dan pada permukaan tibia cekung (konkaf) bergerak, fleksi ataupun
ekstensi menuju ke depan atau ventral.

18
BAB III

KISTA BAKER

Definisi

Kista Baker adalah pembengkakan yang disebabkan oleh cairan dari sendi lutut
menonjol di bagian belakang lutut. Bagian belakang lutut juga disebut sebagai daerah poplitea
lutut. Kista Baker kadang-kadang disebut kista poplitea. Ketika cairan berlebihan cairan
membentuk kantung berisi cairan dari kista Baker. Pemberian nama ini diilhami dari ahli bedah
Inggris William Morrant Baker (1839-1896). (1)

Gambar 9 : kista baker

Epidemiologi

Prevelensi kista Baker pada populasi secara umum tidak diketahui. Namun insidennya
meningkat dengan bertambahnya usia. Insiden tertinggi terjadi pada usia > 50 tahun dan sering
ditemukan pada pasien dengan riwayat Osteoarthritis saat dilakukan pemeriksaan USG. Pada
anak-anak, kista Baker sangat jarang terjadi. Namun biasa lebih sering terjadi pada anak laki-
laki dengan perbandingan 2:1 dengan insiden usia 4-7 tahun. Dan biasa pada anak kista dapat
hilang secara spontan dan tidak perlu dilakukan tindakan operasi. (8)

19
Etiologi

Kista baker diakibatkan oleh penumpukan cairan sendi yang terjebak, yang menonjol
dari kapsul sendi di belakang lutut sebagai kantung yang menonjol. Kista Baker biasanya
disebabkan karena noninfeksius efusi lutut sekunder karena kondisi seperti meniscal tears,
osteoarthritis, rheumatoid arthritis, trauma, synovitis ataupun pembedahan pada daerah lutut. (9)

Gambar 10 : kista baker

Patofisiologi

Lutut di bungkus dalam suatu membran kedap air yang bagian paling dalamnya disebut
membran synovial. Membran tersebut mensekresi sejumlah kecil cairan yang disebut cairan
synovial yang berfungsi sebagai pelumas dan menutrisi sendi. Ketika sendi mengalami iritasi
atau trauma, membran synovial akan merespon dengan mensekresi cairan synovial dalam
jumlah yang abnormal. Cairan tersebut nantinya akan mencari jalan keluar melalui bagian
paling lemah dari kapsul yang berada di bagian belakang dari lutut yang menyebabkan
terbentuknya suatu massa yang disebut kista. Karena bagian belakang lutut disebut area
(10)
poplitea, maka disebut juga kista poplitea atau kista Baker.

Gejala klinis

Kista Baker dapat tidak menimbulkan gejala. Namun pasien dapat mengeluh nyeri lutut
atau rasa ketat atau tegang dibelakang lutut, terutama saat lutut dalam posisi ekstensi atau di
fleksikan maksimal. Kista Baker biasa terlihat sebagai benjolan di belakang lutut saat sedang
berdiri atau saat dibandingkan dengan lutut yang tidak terdapat kista Baker. Saat diraba akan
terasa lunak dan lembut. (9)

20
Perkembangan yang cepat dalam hal banyaknya dan tekanan dari cairan dalam kista
bisa membuatnya pecah. Cairan yang dilepaskan dari kista bisa membuat jaringan sekitarnya
menjadi meradang, menghasilkan gejala yang mungkin seperti thrombophlebitis. Selain itu,
Kista baker menonjol atau pecah bisa menyebabkan thrombophlebitis di vena popliteal (yang
terletak di belakang lutut) dengan menekan vena.

Gambar 11 : kista baker

Diagnosis

Diagnosa dengan menanyakan pertanyaan khusus terhadap gejala dan meraba


pembengkakan di belakang lutut atau betis. Ultrasound, magnetic resonance imaging (MRI),
atau arthrography, kadang-kadang bisa membantu dalam diagnosa dan mendokumentasi sejauh
mana kista berkembang.

21
Gambar 12 : MRI kista baker

Diagnosa Kista Baker dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik. Namun karena gejala dari
Kista Baker terdang menyerupai penyakit lain seperti Deep Vein Thrombosis, Aneurysma atau
tumor, dilakukan pemeriksaan penunjang seperti:

1. USG

Sangat membantu dalam mengevaluasi massa di poplitea. Pada USG dapat dibedakan
apakah massa tersebut berupa kista massa padat.

Chatzopoulos et al menemukan bahwa Kista Baker sering ditemukan pada pasien


dengan Osteoarthritis lutut dan berkaitan dengan inflamasi synovial.

Color Doppler Ultrasonography dapat mendeteksi aliran pembuluh darah diantara


massa tersebut untuk membedakannya dengan popliteal artery aneurysma. Pada kista
yang diakibatkan degenerasi pembuluh darah dari arteri poplitea, ditemukan gambaran
kista multiple yang mengelilingi ukuran normal dari a. poplitea. USG merupakan cara
yang tercepat dan murah untuk mendeteksi Kista Baker.

QuickTimeª and a decompressor


are needed to see this picture.

2. MRI

Pada MRI, Kista Baker terlihat sebagai homogen, high-signal intensity, terdapat massa
kistik di kondilus media femoralis; tipis dan berisi cairan diantara tendon kepala m.
Gastrocnemius bagian medial dan m. Semimembranosus.

22
QuickTimeª and a decompressor
are needed to see this picture.

Gambar 14

3. Rontgen konvensional

Terlihat adanya gambaran kalsifikasi, soft-tissue mass dan bone involvement. Terlihat
adanya massa soft tissue di bagian posterio-medial sendi lutut. (9)

QuickTimeª and a
decompressor
are needed to see this picture

Gambar 13

(antero-posterior radiograph lutut menunjukkan adanya kalsifikasi (tanda panah) pada medial
tibial plateau)

Diagnosis Banding

1. Deep Vein Thrombosis

23
DVT terjadi akibat adanya aliran darah lambat di vena (biasanya tungkai bawah) yang
mengarah langsung ke jantung. Biasanya disebabkan oleh : vena stasis, aktivasi koagulasi
darah, kerusakan vena. terjadi pada usia > 60 tahun. Apabila bekuan darah tersebut lepas
ke sirkulasi (emboli) mengalir ke paru dapat menyebabkan emboli paru yang dapat
menyebabkan kerusakan lebih berat bahkan kematian.
Gejala DVT berupa kemerahan pada kaki, rasa nyeri, bengkak, dan teraba hangat saat
disentuh.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan : d- dimmer test, Doppler ultrasound.
2. Popliteal Artery Aneurisma

Lokasi a. politea berada dibelakang lutut. Aneurysma (dilatasi dari arteri) dapat terjadi
pada daerah tersebut. Penyebab aneurysma ini tidak diketahui dan jarang menimbulkan
gejala sehingga baru diketahui pada saat pasien melakukan pemeriksaan fisik rutin.
PAA sering terjadi pada usia > 50 tahun dan lebih sring terjadi pada laki-laki. 50%
terjadi pada kedua kaki. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dengan
menggunakan USG untuk melihat besarnya dan lokasi bekuan darah. Karena
terdapatnya keadaan abnormal dari pusaran aliran darah di dalam kantung aneurysma,
terbentuk bekuan darah. Bekuan darah tersebut dapat menyebabkan penyumbatan aliran
darah atau lepas ke aliran darah. Gejalanya dapat berupa iskemi pada ekstremitas bawah
yang menimbulkan claudication (rasa kesulitan, rasa sakit, rasa tidak nyaman saat
berjalan namun hilang saat istirahat) atau iskemi berat akibat thrombus atau emboli.

3. Lipoma

Umum dijumpai, termasuk tumor jinak yang berasal dari jaringan lemak. Benjolan
lunak, berwarna kuning terang dan disekelilingi oleh kapsul yang tipis. Umumnya dapat
digerakkan dari dasar dan tidak disertai nyeri. (nyeri timbul jika lipoma di tekan dan di
pijat). Pertumbuhannya lambat dan tidak pernah mengalami perubahan menjadi ganas
(meskipun type tumor ganas liposarkoma juga berasal dari jaringan lemak). (12)

Terapi

Jika tidak menimbulkan gejala, Kista Baker tidak memerlukan pengobatan. Namun apabila
pasien mengeluhkan gejala dapat dilakukan tatalaksana sebagai berikut:

 Non Medikamentosa:

24
 Istirahatkan kaki, hindari posisi berlutut, berjongkok, mengangkat beban berat,
berlari dan aktivitas lain yang mengakibatkan peregangan pada bagian posterior dari
lutut.

 Beri bantalan es atau bantalan hangat

 Kompresi dengan menggunakan balutan untuk mengurangi pembengkakan lutut

 Elevasikan kaki

 Medikamentosa

 NSAID sangat membantu apabila terjadi proses peradangan.

Ada dua jenis terapi yang dapat dilakukan untuk kista poplitea yang tidak hilang spontan atau
tidak hilang setelah diberi pengobatan : non surgical dan surgical

Nonsurgical Treatment

Mengambil cairan dengan jarum suntik ( aspirasi ) dapat mengurangi ukuran kista. Kemudian
kortison dapat disuntikkan ke daerah yang terkena untuk mengurangi peradangan. Injeksi intra-
artikular glukokortikoid merupakan terapi yang sering dilakukan untuk mengatasi gejala dari
osteoarthritis pada lutut dan Kista Baker. Injeksi tersebut terbukti efektif untuk terapi jangka
pendek untuk arthritis yang sangat menyakitkan dan mengecilkan ukuran dari Kista Baker. (13)
(14)(15)

Surgical

Tujuan pembedahan adalah untuk membuang kista dan memperbaiki lubang di lapisan
sendi tempat kista menerobos. Sayangnya, sekitar setengah dari waktu kista kembali, atau
berulang, setelah dibuang. Ahli bedah berhati-hati ketika menyarankan operasi untuk
menghapus poplitea kista karena mereka cenderung akan berulang. Penyembuhan sering
permanen, tetapi mencegah kembalinya kista tergantung pada keberhasilan mengobati
penyebab. Pembedahan memerlukan waktu satu jam untuk menyelesaikannya, dilakukan baik
di bawah anestesi umum atau spinal anestesi.

Indikasi pembedahan:

25
- Ukuran kista terlalu besar

- Mengganggu pergerakan

Komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan adalah infeksi karena insisi, cedera
pembuluh darah, cedera saraf yang dapat menyebabkan rasa baal atau mati rasa pada
ekstremitas bawah. (12)

Rehabilitasi setelah pembedahan:

- Gunakan Kruk selama beberapa waktu

- Hindari olahraga yang berat selama 6 bulan

- Fisioterapi untuk memulihkan kekuatan otot kaki

Komplikasi

Komplikasi dari Kista Baker sangat jarang terjadi. Komplikasi yang sering terjadi adalah
sepsis. Sepsis arthritis dapat merupakan komplikasi saat pemberian injeksi Glukokortikoid
dengan insiden terjadinya 1 : 3000 dan 1: 50. 000 (0.002%). Walaupun sangat jarang terjadi,
terdapat 20 laporan kasus dari infeksi Kista Bake primer dalam literature.yang paling banyak
terjadi adalah infeksi sekunder dari Staphylococcus aureus. Mikroorganisme lain yang dapat
menyebabkan infeksi sekunder antara lain: Mycobacterium tuberculosis, Candida albicans, dan
Streptococcus pnemoniae. Gejalanya muncul 3-4 hari setelah pemberian injeksi. Karena adanya
hubungan secara anatomi antara Kista Baker dengan rongga synovial pada sendi lutut, sehingga
apabila terjadi sepsis berpotensi untuk menyebar. Ruptur dari Kista Baker tersebut akan
menjadi abses.

Penekanan akibat pembengkakan akibat kista Baker dapat menekan dan menutup jalan dari
vena poplitea yang menyebabkan edema tungkai bawah dan deep vein thrombosis (DVT)
apabila kista tersebut ruptur dan menyebabkan nyeri pada tungkai bawah, bengkak dan
kemerahan. (16)(17)(18)(19)

Prognosis

Ad Vitam : Bonam

26
Ad Functionam : Bonam

Ad Sanationam : dubia ad Bonam

Kista Baker dapat hilang secara spontan tanpa dilakukan tindakan medis apapun. Namun pada
beberapa kasus dapat muncul kembali walaupun telah dilakukan aspirasi maupun pembedahan.
(12)

BAB III

KESIMPULAN

Kista Baker adalah pembengkakan yang disebabkan oleh cairan dari sendi lutut
menonjol di bagian belakang lutut. Bagian belakang lutut juga disebut sebagai daerah poplitea
lutut. Kista Baker kadang-kadang disebut kista poplitea. Ketika cairan berlebihan cairan
membentuk kantung berisi cairan dari kista Baker. Pemberian nama ini diilhami dari ahli bedah
Inggris William Morrant Baker (1839-1896).

Kista Baker sering terjadi pada usia > 50 tahun dan berhubungan dengan penyakit degenerative
sendi. Pada anak sering terjadi pada usia 4-7 tahun. Penyebabnya bisa karena trauma daerah
lutut, infeksi synovial dan arthritis.

Pasien biasa mengeluh terdapat rasa tegang atau nyeri di daerah lutut dan terdapat benjolan di
daerah belakang lutut. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah USG dan MRI.

Kista Baker dapat hilang secara spontan tanpa pengobatan, namun bisa juga menetap. Untuk
nyeri bisa diberikan NSAID, aspirasi cairan sendi, injeksi kortikosteroid, pembedahan jika kista
terlalu besar atau kista menggangu pergerakan pasien.

27
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Gonzales, David. Cystic Lesions About the Knee. Updated January 24, 2011. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1250593-overview. Accessed on: September 18,
2012.

2. Mansfield, Liem. Baker’s Cyst Imaging. Updated April 12, 2011. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/387399-overview#showall. Accessed on
September 21, 2012.

3. Frank, H , Netter , M.D. Interactive Atlas of Human Anatomy. Ciba Medical

Educations & Publications. 1995.

4. H.H.Lindner, Clinical Anatomy , a LANGE medical book , Connecticut , 1989

5. J.S.P.Lumley , J.L.Craven , J.T.Aitken. Essential Anatomy. fourth edition.


Churchill Livingstone. New York ,1987 .

6. Seeley, Stephen , Tate. Anatomy and Physiology. International edition sixth

28
edition. Mc Graw Hill. New York , 2003.

7. Snell Richard S Seeley , Stephen , Tate. Anatomy and Physiology. International


edition, sixth edition. Mc Graw Hill, New York , 2003.

8. J.M Dinham, Carshalton. Popliteal Cysts In Children The Case Against Surgery. The Journal
of Bone and Join Surgery. 1975 February; 57-B (1): p 69

9. Lee, Dennis. Baker’s Cysts. Updated April 14, 2011. Available at:
http://www.medicinenet.com/baker_cyst/page2.htm. Accessed on: September 20, 2012.

10. Bourdila, Philippe. Popliteal Cysts. Updated 2011. Available at:


http://www.genou.com/anglais/poplitealcyst/poplitealcyst.htm. Accesed on: September
20, 2012.

11. Baker cyst. Updated 2012. Available from:


http://medicastore.com/penyakit/3323/Kista_Baker.html. Accessed on: September 21,
2012

12. Gary B. Clark, MD, MPA. Poplitea (Baker’s) Cysts of the Knee. Journal of Prolotherapy.
2010 May; Vol 2 (2)

13. Acebes JC, Sanchez-Pernaute O, Diaz-Oca A, Herrero-Beaumont G. Ultrasonographic


assessment of baker's cysts after intra-articular corticosteroid injection in knee
osteoarthritis. Journal of Clinical Ultrasound 2006; 34(3): 113-117

14. Schumacher HR, Chen LX. Injectable corticosterids in treatment of arthritis of the knee.
The American Journal of Medicine 2005; 118:1208-1214

15. Bellamy N, Campbell J, Robinson V, Gee T, Bourne R, Wells G. Intraarticular


corticosteroid for treatment of osteoarthritis of the knee. Cochrane Database of
Systematic reviews 2006, Issue 2. Art. No.: CD005328. DOI: 10.
1002/14651858.CD005328.pub2

16. American College of Rheumatology Subcommittee on Rheumatoid Arthritis Guidelines.


Guidelines for the management of rheumatoid arthritis: 2002 update. Arthritis and
Rheumatism 2002; 46: 328-346.

29
17. Charalambous CP, Tryfounidis M, Sadiq S et al. Septic arthritis following intraarticular
steroid injection of the knee: a survey of current practice regarding antiseptic technique
used during intra-articular steroid injection of the knee. Clinical Rheumatology 2003; 22:
386-390

18. Stark RJ. Ruptured popliteal cyst and pyogenic arthritis. BMJ (Clin Res Ed) 1981;
282(6270): 1120-1.

19. Mannino M, Marino C, Chawla K. Ruptured pyogenic Baker's cyst. J Natl Med Assoc
1988; 80(9): 1018-9, 1022.

30

Anda mungkin juga menyukai