MAKALAH
PENYAKIT ELZHAIMER
OLEH KELOMPOK 4 :
RISKA
EVI ASHARI
FITRI RAMADHAN
PUTRI YUNIAR
SINAR WATI
MEGAWATI YUNUS
2016/2017
Type equation here.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ungkapkan kepada Allah swt. atas segala rahmat dan hidayah yang
telah dilimpahkan-Nya kepada kita, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik
yang membahas tentang Elzhaimer. Selanjutnya, salawat dan salam kami sanjungkan kepada
Rassulullah saw. Beserta keluarga dan para sahabat Beliau yang telah membawa ummat manusia
dari alam kebodohan ke alam penuh ilmu pengetahuan. Kami berterima kasih pada dosen
pembimbing. Selaku dosen mata kuiah Keperaatan Medikal Bedah III yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita Elzhaimer yang baik dan handal. Kami juga menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
saran, kritik, dan usulan demi perbaikan makalah ini serta makalah yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di masa
depan.
Penyusun
Type equation here.
Type equation here.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di jaman modern ini jumlah jenis penyakit yang menyebar di seluruh dunia
semakin banyak seiring dengan bertambahnya waktu. Salah satu penyakit yang sudah
banyak memakan korban dan dikenal publik tahun-tahun ini adalah penyakit Alzheimer.
Penyakit Alzheimer pertama kali dicetuskan oleh ahli syaraf asal German, Alois
Alzheimer, merupakan penyakit fisik yang mempengaruhi otak. Saat penyakit ini
menyerang, ‘plak’ protein dan ‘gumpalan’ mengembang pada struktur otak,
menyebabkan kematian pada sel-sel otak. Penderita Alzheimer juga mengalami
kekurangan beberapa zat kimia yang tertunda dari otak mereka. Padahal zat-zat tersebut
berperan penting dalam transmisi pesan dalam otak. Disisi lain, penyakit yang menyerang
jaringan otak ini sulit untuk dideteksi, terutama saat fase awal penyerangan dimana
tingkat kerusakan masih minimal. Tingginya angka kematian dari penderita Alzheimer
ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit mematikan ini. Selain
itu, kurangnya perhatian terhadap penderita berusia lanjut karena dianggap sebagai
penyakit pikun biasa dan dianggap normal. Penyakit Alzheimer memang sulit dideteksi
pada awal serangan karena menyerupai kepikunan biasa, namun berangsurangsur
kemampuan berpikir serta kemampuan motorik penderita semakin menurun. Puncaknya,
penderita tidak dapat lagi berpikir secara normal maupun melakukan aktivitas seperti
orang normal. Pada akhirnya penderita dapat mengalami kematian
kemampuan untuk mendeteksi keberadaan penyakit ini secara akurat, terutama saat-saat
dini serangan penyakit. Padahal semakin dini penyakit Alzheimer dideteksi,
kemungkinan pasien untuk hidup dan diobati jauh lebih besar. Hingga sekarang belum
ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit Alzheimer yang sudah parah. Yang
tersedia hanya obat-obat yang memperlambat proses penurunan kemampuan tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi alzheimer
2. Jelaskan pathay dari alzheimer?
3. Apa saja penatalaksanaan dari alzheimer
4. Bagaimana patofisiologi dari alzhaimer
Type equation here.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit Alzheimer adalah penyakit degeneratif otak dan penyebab paling umum
dari demensia. Hal ini ditandai dengan penurunan memori, bahasa, pemecahan masalah
dan keterampilan kognitif lainnya yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Penurunan ini terjadi karena sel-sel saraf (neuron) di
bagian otak yang terlibat dalam fungsi kognitif telah rusak dan tidak lagi berfungsi
normal.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan, terutama menyerang orang yang berusia 65 tahun ke atas. Penyakit
Alzheimer merupakan salah satu penyakit demensia yang paling sering ditemukan pada
orang tua berusia 65 tahun ke atas.
Penyakit Alzheimer merupakan penyebab tersering timbulnya dementia dan
menyebabkan gangguan kognitif pada populasi usia lanjut.1,2. Dementia pada penyakit
Alzheimer memiliki onset yang gradual dan adanya penurunan kognitif secara
berkelanjutan termasuk gangguan memori dan adanya satu atau lebih aphasia (gangguan
bahasa), apraxia (gangguan fumgsi motorik), agnosia (gangguan fungsi sensoris), dan
gangguan fungsi eksekutif seperti ketidakmampuan perencanaan, pengorganisasian, serta
melakukan aktivitas normal
B. Epidemiologi
Hal yang terpenting yang merupakan faktor resiko dari penyakit Alzheimer adalah
umur yang tua dan positive pada riwayat penyakit keluarga. Frekuensi dari penyakit
Alzheimer akan meningkat seiring bertambahnya dekade dewasa. Mencapai sekitar 20-
40% dari populasi lebih dari 85 tahun. Wanita merupakan faktor resiko gender yang lebih
beresiko terutama wanita usia lanjut. Lebih dari 35 juta orang di dunia, 5,5 juta di
Amerika Serikat yang mengalami penyakit Alzheimer, penurunan ingatan dan gangguan
kognitif lainnya dapat mengarahkan pada kematian sekitar 3 – 9 tahun ke setelah
Type equation here.
didiagnosis. Penyakit Alzheimer merupakan jenis yang terbanyak dari demensia, dihitung
berdasarkan 50 – 56 % kasus dari autopsy dan kasus klinis. Insiden dari penyakit ini dua
kali lipat setiap 5 tahun setelah usia 65 tahun, dengan diagnosis baru 1275 kasus per
tahun per 100.000 orang lebih tua dari 65 tahun. Kebanyakan orang-orang dengan
penyakit Alzheimer merupakan wanita dan berkulit putih. Karena sangat dihubungkan
dengan usia, dan wanita mempunyai ekspektasi kehidupan yang lebih panjang dari pria,
maka wanita menyumbangkan sebesar 2/3 dari total orang tua dengan penyakit ini .
C. Kategori Alzheimer
Kategori Alzheimer dapat dibagi menjadi:
1. Predementia: Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan kognitif ringan, defisit
memori, serta apatis, apatis.
2. Demensia onset awal.
Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan bahasa, kosakata, bahasa oral & tulisan,
gangguan persepsi, gangguan gerakan, terlihat bodoh, kurang inisiatif untuk
melakukan aktivitas.
3. Dementia moderat
Pada Alzheimer tingkat ini terjadi deteriorasi progresif, tidak mampu membaca &
menulis, gangguan long-term memory, subtitusi penggunaan kata (parafasia),
misidentifikasi, labil, mudah marah, delusi, Inkontinen system urinaria.
4. Dementia tahap lanjut (advanced)
Pada Alzheimer tingkat ini terjadi tidak dapat mengurus diri secara mandiri,
kehilangan kemampuan verbal total, agresif, apatis ekstrim, deteriorasi massa otot &
mobilitas, kehilangan kemampuan untuk makan.
Type equation here.
D. Etiologi
saat ini berhasil diidentiifikasi yang tampaknya berperan besar dalam timbulnya penyakit
ini.
1. Faktor genetik berperan dalam timbulnya Alzheimer Disease pada beberapa kasus,
seperti dibuktikan adanya kasus familial. Penelitian terhadap kasus familial telah
dan , mungkin sporadik. Mutasi di paling sedikit empat lokus genetik dilaporkan
21 dan kelainan mirip AP di otak yang sudah lama diketahui, mungkin tidaklah
mengherankan bahwa mutasi pertama yang berhasil diidentifikasi adalah suatu lokus
sebagai protein prekursor amiloid (APP). APP merupakan sumber endapan amiloid
yang ditemukan di berbagai tempat di dalam otak pasien yang menderita Alzheimer
disease. Mutasi dari dua gen lain, yang disebut presenilin 1 dan presenilin 2, yang
2. Pengendapan suatu bentuk amiloid, yang berasal dari penguraian APP merupakan
gambaran yang konsisten pada Alzheimer disease. Produk penguraian tersebut yang
dikenal sebagai β- amiloid (Aβ) adalah komponen utama plak senilis yang ditemukan
pada otak pasien Alzheimer disease, dan biasanya juga terdapat di dalam pembuluh
darah otak.
Type equation here.
3. Hiperfosforilisasi protein atau merupakan keping lain teka-teki Alzheimer disease. Tau
adalah suatu protein intra sel yang terlibat dalam pembentukan mikrotubulus intra
selalu ditemukan pada AD. Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan bentuk
mikrotubulus normal.
4. Ekspresi alel spesifik apoprotein E (ApoE) dapat dibuktikan pada AD sporadik dan
molekul APP. ApoE yang mengandung alel ε4 dilaporkan mengikat Aβ lebih baik
daripada bentuk lain ApoE, dan oleh karena itu, bentuk ini mungkin ikut
Trauma Cedera Otak sedang dan berat meningkatkan risiko perkembangan penyakit
Alzheimer. Trauma Cedera Otak adalah gangguan fungsi otak yang normal yang
disebabkan oleh pukulan atau tersentak ke kepala atau penetrasi tengkorak oleh benda
asing, juga dapat didefinisikan sebagai cedera kepala yang mengakibatkan hilangnya
kesadaran. Trauma Cedera Otak dikaitkan dengan dua kali risiko mengembangkan
Alzheimer dan demensia lainnya dibandingkan dengan tidak ada cedera kepala.
E. Patofisiologi
banyak neuron-neuron hipokampus dan korteks tanpa disertai kehilangan parenkim otak.
Selain itu juga terdapat kekusutan neurofibrilar yang difus dan plak senilis (makin banyak
plak senilis makin berat gejala – gejalanya). Kedua perubahan patologik terakhir ini
Type equation here.
bukan merupakan ciri khas dari penyakit Alzheimer, karena juga ditemukan pada
penderita ensefalopati timah dan sindrom Down. Hasil penemuan terakhir menunjukkan
adanya kaitan dengan kelainan neurotransmitter dan enzim-enzim yang berkaitan dengan
beberapa otak bahkan hanya mengandung 10% dari kadar normal. Beratnya demensia
berkaitan langsung dengan penurunan asetiklkolin pada otak. Penurunannya akan sangat
jelas pada korteks serebri, hipokampus, dan amigdaia. Hal lain yang masih terus
diselidiki oleh para peneliti adalah neurotransmiter peptida karena somatostatin menurun
pada otak penderita penyakit Alzheimer. Faktor tambahan lain yang juga masih dalam
bahwa ada kegagalan dalam system transport membrane pada pasien – pasien penyakit
F. Manifestasi Klinis
secara dini:
Hilangnya ingatan adalah salah satu tanda yang paling umum dari Alzheimer. Hal ini
terutama terjadi jika pria dan wanita melupakan hal-hal yang terjadi baru-baru ini,
lainnya termasuk melupakan tanggal penting dan acara yang telah diagendakan,
seperti catatan pengingat atau bahkan anggota keluarga untuk hal-hal pribadi yang
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara
umum didapatkan atrofi yang bilateral, simetris, sering kali berat otaknya berkisar 1000
gr (850-1250gr).Beberapa penelitian mengungkapkan atropi lebih menonjol pada lobus
temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer,
sistem somatosensorik tetap utuh. Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit
Alzheimer terdiri dari:
a. Neurofibrillary Tangles (NFT) Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari
filamenfilamen abnormal yang berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. NFT
ini juga terdapat pada neokorteks, hipokampus, amigdala, substansia alba, lokus
seruleus, dorsal raphe dari inti batang otak. NFT selain didapatkan pada penyakit
Alzheimer, juga ditemukan pada otak manula, down syndrome, parkinson, SSPE,
sindroma ektrapiramidal, supranuklear palsy. Densitas NFT berkolerasi dengan
beratnya demensia.
b. Senile Plaque (SP) Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi
nerve ending yang berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler,
astrosit, mikroglia.Protein prekursor amiloid yang terdapat pada SP sangat
berhubungan dengan kromosom 21.Senile plaque ini terutama terdapat pada
neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada
korteks motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik.Senile
plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. Perry (1987) mengatakan densitas
Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran
histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk
penderita penyakit Alzheimer.
c. Degenerasi neuron Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron
pada penyakit Alzheimer sangat selektif.Kematian neuron pada neokorteks terutama
didapatkan pada neuron piramidal lobus temporal dan frontalis.Juga ditemukan pada
hipokampus, amigdala, nukleus batang otak termasuk lobus serulues, raphe nukleus,
dan substanasia nigra.Kematian sel neuron kolinergik terutama pada nukleus basalis
Type equation here.
dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada lokus seruleus serta sel
serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis.Telah
ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada
lesi eksperimental binatang dan ini merupakan harapan dalam pengobatan penyakit
Alzheimer.
d. Perubahan vakuoler Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan
dapat menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan
jumlah NFT dan SP , perubahan ini sering didapatkan pada korteks temporomedial,
amygdala dan insula. Tidak pernah ditemukan pada korteks frontalis, parietal,
oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak.
e. Lewy body Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada
enterhinal, gyrus cingulate, korteks insula, dan amygdala.Sejumlah kecil pada
korteks frontalis, temporal, parietalis, oksipital.Lewy body kortikal ini sama dengan
immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body batang otak pada gambaran
histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al menyatakan lewy body merupakan
varian dari penyakit Alzheimer.
2. Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit Alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia.Fungsi pemeriksaan
neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi kognitif
umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.Tes psikologis ini juga
bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang
berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian, dan
pengertian berbahasa. Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi
diagnostik yang penting karena:
a. Adanya defisit kognisi yang berhubungan dengan demensia awal yang dapat
diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
b. Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif memungkinkan untuk
membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan defisit selektif yang
diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri.
c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh
demensia karena berbagai penyebab. The Consortium to establish a Registry for
Type equation here.
parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi dan selalu sesuai
dengan hasil observasi penelitian neuropatologi.
6. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas terendah pada regio parieral penderita Alzheimer. Kelainan ini
berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan supotif seakan hanya
memberi rasa puas pada penderita dan keluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C,
dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan. Beberapa pengobatan yang dapat
dilakukan antara lain:
1. Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk
pengobatan simptomatik penyakit alzheimer, dimana penderita alzeheimer
didapatkan penurunan kadar asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar
aseltikolin dapat digunakan anti kolisterase yang bekerja secara sentral seperti
fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dapat dikatakan
memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlagsung beberapa peneliti
menyatakan bahwa obat-obat antikolinergik akan memperburuk penampilan
intelektual pada orang normal dan penderita alzheimer.
2. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita alzheimer didapatkan
penurunan thiamin pyrophosphatase dependend enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%)
dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus
basalis. Pemberian thiamin hydrochlorida dengan dosis 3 gr/hari selama 3 bulan
peroral, menunjukkan pebaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan
placebo selama periode yang samae
Type equation here.
3. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat memperbaiki fungsi
kognisi dan proses belajar pada percobaan binatang. Terapi pemberian 400 mg pada
penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
4. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan
noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang merupakan
noradrenergik alfa 2 reseptor algonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral selama
4 minggu, didapatkan hasil kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi
kognitiff.
5. Haloperidol
Pada penderita alzheimer, seringkali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi)
dan tingkah laku. Pemberian obat haloperiiod 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan
memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita alzheimer menderita depresi sebaiknya
diberikan trichyclic anti depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari).
6. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subttrate endogen yang disintesa didalam miktokomdria dengan
bantuan enzym ALC transferase. Penelitian ini menunjukkan bahwa ALC dapat
meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberian
dosis 1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan, disimpulkan dapat
memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif.
I. Terapi Alzheimer
Penyakit Alzheimer hingga saat ini memang belum dapat disembuhkan, selain itu
belum adanya obat-obatan yang memiliki keefektivan hasil bagi pasien Alzheimer. Obat-
obatan tersebut hanya mengurangi progresifitas penyakit Alzheimer sehingga hanya
memberikan rasa tenang bagi pasien, sehingga mengurangi perubahan emosi dan
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Terapi yang dapat diberikan untuk pasien Alzheimer yaitu terapi farmakologis
dengan penggunaan obat-obatan dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis pada
pasien Alzheimer difokuskan pada tiga domain: mempertahankan fungsi kognitif,
Type equation here.
perilaku dan gejala kejiwaan. Sedangkan terapi non farmakologi dilakukan untuk
mempertahankan fungsi kognitif yang masih ada dengan berbagai macam program
kegiatan yang dapat diberikan, antara lain terapi relaksasi dan latihan fisik untuk
menyehatkan kerja otak, serta senam otak.
1. Terapi non-farmakologis
Merupakan cara terapi menggunakan pendekatan selain obat-obatan. Terapi non-
farmakologis sering digunakan dengan tujuan mempertahankan atau meningkatkan
fungsi kognitif, kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, atau kualitas
hidup secara keseluruhan. Mereka juga dapat digunakan dengan tujuan mengurangi
gejala perilaku seperti depresi, apatis, mengembara, gangguan tidur. Terapi non-
farmakologis diperlukan untuk lebih mengevaluasi efektivitas mereka dalam
kehidupa sehari-hari (Alzheimer’s Association, 2015). Prinsip-prinsip dasar dalam
pengobatan pasien dengan Alzheimer meliputi:
Kegiatan yang mencakup mengenai kegiatan dan lingkungan pasien rehabilitasi.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga dan masyarakat serta
lingkungan alam. Dalam konteks kegiatan pada pasien meliputi kegiatan kreatif
seperti olahraga, kegiatan keseharian secara konsisten. Dalam konteks lingkungan
yang mencakup keluarga dan masyarakat adalah menggunakan pendekatan halus
pada pasien, berempati pada pasien, serta dalam konteks lingkungan alam adalah
memberikan lingkungan yang aman dan nyaman.
2. Terapi Farmakologis
Perawatan farmakologis merupakan sebuah cara terapi dengan menggunakan obat
untuk memperlambat atau menghentikan suatu penyakit atau mengobati gejalanya.
Efektivitas obat ini bervariasi dari orang ke orang. Namun, tidak ada perawatan yang
tersedia saat ini untuk penyakit Alzheimer, hingga saat ini obat hanya memperlambat
atau menghentikan kerusakan neuron yang menyebabkan gejala Alzheimer dan
akhirnya membuat penyakit menjadi fatal.
Jenis obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk penyakit Alzheimer
adalah rivastigmine, galantamine, donepezil, dan memantine. Keempat obat ini
mampu meredakan gejala demensia dengan cara meningkatkan kadar dan aktivitas
kimia di dalam otak
Type equation here.
J. Pathway
Dimensia
Kehilangan kemampuan
Perubahan kemampuan menyelesaikan masalah; Tingkah laku aneh dan kacau,
memenuhi KDM dan cenderung mengembara.
perubahan mengawasi
Mempunyai dorongan
keadaan yang kompleks dan melakukan kekerasan
berpikir abstrak; emosi labil,
1. MK: Defisit perawatan pelupa, apatis
diri 2. MK: Risiko tinggi
trauma
BAB III
PROSES KEPERAATAN
A. Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan system
persarafan meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostic, dan pengkajian psikososial.
1. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, 50%
populasi berusia lebih dari 85 tahun), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnose
medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat, perubahan kognitif, dan
kelumpuhan gerak ekstremitas.
2. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pada anamnesis, klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang baru.
Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering mengalami
tingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar rumah sendiri tanpa meminta izin
pada anggota keluarga yang lain sehingga sangat meresahkan anggota keluarga yang
menjaga klien.
Pada tahap lanjut dari penyakit, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien
menjadi tidak dapat mengatur buang air, tidak dapat mengurus keperluan dasar
sehari-hari, atau mengenali anggota keluarga.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, penggunaan obat – obatan anti – ansietas
(benzodiazepine), penggunaan obat – obat antikolinergik dalam jangka waktu yang
lama, dan riwayat sindrom Down yang pada suatu saat kemudian menderita penyakit
Alzheimer pada usia empat puluhan.
Type equation here.
Inpeksi, didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif,
peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu nafas.
Palpasi, taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi, bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi pada klien
dengan peningkaan produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang
sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
B2 (BLOOD)
Hipotensi postural berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada penagaturan tekanan darah oleh system saraf otonom.
B3 (BRAIN)
Pengkajian B3 (Brain) merupakn pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada system lainnya.
Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
Tingkat kesadaran :Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung
pada perubahan status kognitif klien.
Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental: biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik
jangka pendek maupun memori jangka panjang.
7. Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I. biasanya pada klien dengan penyakit Alzheimer tidak ada kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II. Hasil tes ketajaman penlihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia.
Klien dengan penyakit Alzheimer mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf III, IV, dan VI. Pada beberapa kasus penyakit Alzheimer mengalami penurunan
ketajaman penglihatan.
Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada nervus ini.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis dan
penurunan aliran darah regional.
Type equation here.
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang
karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Karena penurunan
aktivitas umum, klien sering mengalami konstipasi.
B6 (BONE)
Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas karena
kelemahan umum dan penurunan status kognitif menyebabkan masalah pada pola
akivitas dan pemenuhan aktivitas sehari – hari. Adanya gangguan keseimbangan dan
koordinasi dalam melakukan pergerakan disebabkan karena perubahan pada gaya
berjalan dan kaku pada seluruh gerakan akan memberikan resiko pada trauma fisik bila
melakukan aktivitas.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Defisit perawatan diri ( makan, minum, berpakaian, hygiene) b/d perubahan proses pikir.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat, perubahan
proses pikir.
3. Kerusakan komunikasi verbal b/d perubahan proses pikir.
4. Koping individu tidak efektif b/d perubahan proses pikir dan disfungsi karena
perkembangan penyakit.
Type equation here.
C. Rencana Intervensi
NO Diagnosa Keperawatan TUJUAN INTERVENSI (NIC)
& KRITERIA HASIL (NOC)
1. Defisit perawatan diri NOC : NIC :
Berhubungan dengan : Self care : Activity of Daily Living (ADLs) Self Care assistane : ADLs
perubahan proses pikir. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor kemampuan klien
DS: - selama …. Defisit perawatan diri teratas perawatan diri yang mandir
DO : dengan kriteria hasil: 2. Monitor kebutuhan klien
1. Ketidakmampuan 1. Klien terbebas dari bau badan alat-alat bantu untuk keb
untuk mandi 2. Menyatakan kenyamanan terhadap diri, berpakaian, berhias, to
2. Ketidakmampuan kemampuan untuk melakukan ADLs dan makan.
untuk berpakaian. 3. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan 3. Sediakan bantuan sampa
3. Ketidakmampuan mampu secara utuh
untuk makan melakukan self-care.
4. Ketidakmampuan 4. Motivasi klien untuk mel
untuk toileting aktivitas sehari-hari yang
sesuai kemampuan yang di
5. Ajarkan untuk melakukan
mandiri, tapi beri bantuan
klien tidak m
melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga
mendorong kemandirian,
memberikan bantuan hany
pasien tidak mampu
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin seha
sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klie
mendorong pelaksanaan a
sehari-hari.
Type equation here.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan terjadi terutama menyerang orang yang berusia diatas 65 tahun.
Pasien dengan penyakit Alzheimer mengalami banyak kehilangan neuron – neuron
hipokarpus dan korteks tanpa disertai kehilangan parenkim otak, juga terdapat
kekusutan neuro fibrilar Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, namun terdapat
beberapa faktor predisposisi seperti proses infeksi virus lambat, autoimun, genetik dan
trauma.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Alzheimer dilakukan dengan
tujuan membantu mengembalikan fungsi kognitif, motorik dan fungsi - fungsi bagian
tubuh lain yang mengalami gangguan akibat kelainan neurotransmiternya. Selain itu
perhatian terhadap kebutuhan nutrisi juga tetap dibutuhkan untuk mencegah
berkembangnya penyakit lain akibat intake nutrisi yang tidak adekuat.
Type equation here.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2012. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Kusuma, Rose. 2013. Berdamai dengan Alzheimer: Strategi menjadi caregiver bagi
penderita Penyakit Alzheimer. Jogjakarta: Katahati
Ariani, Tutu April. 2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC – Ed.9.-. Jakarta EGC
Herdman, T. Heater. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012 –
2014. Jakarta EGC