Anda di halaman 1dari 47

MANAGEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NY.

“R” G6P5A0H5 USIA


KEHAMILAN 35-36 MINGGU DENGAN HEPATITIS DIPUSKESMAS
NANGGALO TANGGAL 25 SEPTEMBER 2018

DISUSUN OLEH:

ELVINI HARYANTI (16211861)

KIKI SAFITRI (16211885)

DOSEN PEMBIMBING:

ETY APRIANTI SKM.M,KES

PRODI DIII KEBIDANAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN AJARAN 2017/2018


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan seminar kasus berjudul “MANAGEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU


HAMIL NY. “R” G6P5A0H5 USIA KEHAMILAN 35-36 MINGGU DENGAN
HEPATITIS DIPUSKESMAS NANGGALO TANGGAL 25 SEPTEMBER 2018” ini
telah diperiksa, disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji seminar kasus

Prodi D III Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

Padang, 25 september 2018


Pembimbing

ETY APRIANTI SKM., M.Kes


NIDN. 1028047501

Prodi D III Kebidanan


STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

DEVI SYARIEF.,S.Si.T,M.Keb
NIDN. 10-1503-7501
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan karunia-NYA saya
dapat menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul “MANAGEMEN ASUHAN
KEBIDANAN IBU HAMIL NY. “R” G6P5A0H5 USIA KEHAMILAN 35-36
MINGGU DENGAN HEPATITIS DIPUSKESMAS NANGGALO TANGGAL 25
SEPTEMBER 2018” Asuhan kebidanan ini merupakan salah satu tugas dalam rangkaian
kesehatan Praktek Klinik Kebidanan (PKK II b) pada program studi DIII kebidanan
STIKes MERCUBAKTIJAYA padang.

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada :
1. Pasien Ny. “R” dan keluarga pasien yang telah membantu saya dalam kasus ini
2. Ibu Ety Aprianti,S.km.,M.Kes sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan masukan dan saran
3. Ibu Devi Syarief,S.Si.T,M.Keb sebagai KA.Prodi DIII Kebidanan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang
Semoga ALLAH SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan
kesempatan dan bantuan dan proses pembelajaran ini. Penulis berharap semoga dengan
tersusunnya laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Padang , 25 september 2018

Penulis
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 3
1.3 Tujuan.........................................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum.............................. ...............................................3
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Hepatitis....................................................................................6
2.2 Rumusan Masalah.......................................................................................6
2.3 Klasifikasi dan Pengobatan Hepatitis.........................................................6
2.4 Hepatitis dalam masa kehamilan................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 langkah pertama : pengkajian data.........................................................
4.2 langkah kedua : interprestasi data..........................................................
4.3 langkah ketiga : diagnosa potensial.......................................................
4.4 langkah keempat : tindakan segera dan kolaborasi....................................
4.5 langkah kelima : perencanaan.................................................
4.6 langkah keenam : pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan............................
4.7 langkah ketujuh : evaluasi
BAB V PENUTUP
5.1 kesimpulan...............................................................................
5.2 saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan pembuahan dan
diakhiri dengan proses persalinan (Mansjoer, 2001). Selama masa kehamilan, ibu dan janin
adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Selama kehamilan normal, saluran cerna dan organ-
organ penunjangnya mengalami perubahan, baik secara anatomis maupun fungsional, yang
dapat mengubah secara bermakna kriteria untuk diagnosis dan terapi untuk beberapa
penyakit.

Hepatitis bermasalah di Indonesia, pertama oleh karena carrier-nya tergolong


banyak, Kedua, imunisasi Hepatitis pada bayi (Universal Immunization) di Indonesia baru
dimulai beberapa tahun lampau (1996). Hal ketiga, belum semua orang berisiko tinggi kena
Hepatitis patuh meminta vaksinasi. Dengan kondisi seperti itu, berarti masyarakat yang
telanjur tertular Hepatitis sudah sekian banyak, dan kian tak terkontrol pula.

Masih banyak masyarakat kita yang belum tahu, bahwa hubungan seks bebas juga
bisa menjadi sumber penularan Hepatitis. Sembarang melacur, lalu seorang suami tanpa
disadarinya sebab mungkin tidak tahu, menularkan penyakitnya kepada istrinya, lalu kepada
anak-anaknya lewat cemaran cairan tubuh antar-anggota keluarga, atau persalinan bayi.

Penyakit ini biasanya jarang terjadi pada wanita hamil. Namun, apabila timbul
ikterus (gejala kuning) pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling sering adalah
hepatitis virus.

Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita
tidak hamil pada usia yang sama. Di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih mudah
terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi
yang kurang baik. Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan
angka kejadian yang sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5 persen hepatitis virus terjadi
pada trimester I, 32 persen terjadi pada trimester II, dan 58.5 persen terjadi pada trimester
III. Indonesia menjadi negara dengan penderita Hepatitis B ketiga terbanyak didunia setelah
China dan India dengan jumlah penderita 13 juta orang, sementara di Jakarta diperkirakan
satu dari 20 penduduk menderita penyakit Hepatitis B. Sebagian besar penduduk kawasan
ini terinfeksi Virus Hepatitis B (VHB) sejak usia kanak-kanak. Sejumlah Negara di Asia, 8-
10% populasi orang menderita Hepatitis B kronik (Sulaiman, 2013).Infeksi Hepatitis B
masih tinggi kejadiannya 4% - 30% pada orang normal, sedangkan pada penyakit hati
menahun angka kejadiannya 20% - 40%. Pada ibu hamil prevalensinya sebesar 4% dan
penularan ibu hamil yang mengidap Hepatitis ke bayinya sebesar 45,9% (Harahap, 2009).
Sedangkan di Kota Medan sendiri didapat 6,05% dari 314 pasien (survei nasional untuk
prevalensi Hepatitis B/C pada pasien hemodialisis) (Lukman, 2013).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

a. Agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan penapisan pada


bumil khususnya Kehamilan dengan Hepatitis.

1.2. 2 Tujuan khusus

a. Agar mengetahui pengertian dan macam – macam penyakit dalam


kehamilan, khususnya pada kasus ibu hamil dengan hepatitis.
b. Agar dapat melakukan manajemen pengkajian data.
c. Agar dapat melakukan diagnosis dari pengkajian data.
1.3 manfaat penelitian
Setelah melakukan seminar kasus diharapkan makalah ini bermanfaan bagi :
1.3.1 penulis
a. Penulis dapat mengerti,memahami dan menerapkan asuhan pada ibu hamil dengan
hepatitis
b. Menambahkan pengetahuan dan pengalaman khusus tentang ibu hamil dengan hepatitis.

1.3.2 institusi pendidikan


Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasswa STIKes
MERCUBAKTIJAYA PADANG program study D-III kebidanan dalam penerapan asuhan
kebidanan
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian hepatitis

Penyakit Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, sepertikimia, obat atau
agen penyebab infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang
dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari
6 bulan disebut hepatitis kronis. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan,
diantaranya hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan hepatitis G.

2.2. rumusan masalah

Hepatitis diisebabkan oleh beberapa jenis virus yang diketegorikan dalam beberapa
golongan, diantaranya hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan
hepatitis G. Hepatitis juga terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis
itinfeksiosa, demam kuning dan infeksi Virus Mumps, Virus Rubella, Virus
Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus Herpes. Penyebab hepatitis non – virus yang
utama adalah alkohol dan obat-obatan.

Penyebab-penyebab tersebut antara lain :

a. Infeksi virus; hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D,


hepatitis E, hepatitis F, hepatitis G.
b. Non virus ; Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan kimia atau zat
kimia, Penyakit autoimun.

2.3 Klasifikasi dan pengobatan Penyakit Hepatitis

A. HEPATITIS A

1.Definisi

Penyakit Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali
menyebabkan kematian, Virus Hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A). Penyakit Hepatitis A
disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran / tinja penderita biasanya dengan
penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (fecal – oral), bukan melalui
aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain
(B dan C). Penyebaran melalui tinja / kotoran terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di
negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan
makanan. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari
oleh kotoran manusia penderita.

2.Masa inkubasi

Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak waktu terkespos
atau terpapar terjadi, kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang
penyakit Hepatitis A.

3.Tanda dan Gejala

Penderita akan mengalami gejala – gejala subyektif dan obyektif (berdasarkan


pemeriksaan klinis).

 Gejala – gejala subyektif berupa lemah, letih, lesu, hilang nafsu makan, seringkali
terjadi mual dan muntah yang terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan
terasa lemas.
 Gejala – gejala obyektif yang ditemukan setelah pemeriksaan adalah Demam ( suhu
tubuh di atas 37,20C), mata dan kulit menjadi kuning, urin berwarna tua dan pekat,
dan tinja pucat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti
demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus.

Berdasarkan stadium yang diderita Hepatitis A dibagi menjadi 3 stadium:

(1) Pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan
dan mual;

(2) Stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan

(3) Stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk
memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT karena pada
hepatitis A bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama – GT dan alkali
fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.

4.Masa Pengasingan yang disarankan

Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit kuning muncul.
Pasien juga diharapkan menjaga kebersihan.

5.Pencegahan

Sebagai usaha pencegahan, menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan


dengan teliti dan menggunakan prinsip 6 langkah diperlukan untuk meminimalisasi
penyebaran mata rantai penyakit Hepatitis A. Jenis imunisasi hepatitis A dibagi menjadi :

a. Imunisasi Hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix)


b. Kombinasi dengan vaksin Hepatitis B (Twinrix).

Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang
dilakukan 6 – 12 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang
potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah.

6.Pengobatan

Penderita yang menunjukkan gejala Hepatitis A seperti minggu pertama munculnya


yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya , diharapkan tidak banyak beraktivitas
serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan
pengobatan dari gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai penurun demam dan
pusing,vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan dan obat mual.

1. HEPATITIS B

1.Definisi

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya di dunia,
Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota famili
Hepadnavirus pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker
hati yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti
halnya Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker
hati.

Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan
berbagaimacam zatkimia seperti karbon tetraklorida,chlorpromazine,chloroform, arsen, f
osfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa
menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap
melalui kulitpenderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah
pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa
saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.

Di daerah Timur dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis
menahun, sirosis dan kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai serum hepatitis dan telah
menjadi epidemi padasebagian Asia danAfrika.HepatitisBtelahmenjadi endemik di Tiongko
k dan berbagai negaraAsia.

2. Proses Penularan

Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan
darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularannya tidak semudah virus hepatitis A.
Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Hepatitis B dapat menyerang
siapa saja, tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan lebih berisiko terkena
penyakit.

Proses penularan penyakit Hepatitis B dibedakan menjadi dua :

a. Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus
Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau
segera setelah persalinan.
b. Secara horizontal, terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik
telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi
secara bersama-sama (jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi
berdarah) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual
dengan penderita atau mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria
homoseksual).

Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di
tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.

3.Tanda dan Gejala

Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B adalah demam, sakit perut dan
bagian tubuh tertentu bewarna kuning (terutama pada area mata yang putih / sklera).
Penderita hepatitis B kronik cenderung tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan
kepada orang lain menjadi lebih berisiko.

Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Memiliki gejala berupa selera
makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang
disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul
gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak
kuning dan air seni berwarna seperti teh.

4.Diagnosa

Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh
infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6
bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses
nekroinflamasi kronis hati. CarrierHBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten
hati tanpa nekroinflamasi.

Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi
Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi
dan histologi.

Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan


evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5).
Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting
karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting
untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT
menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi.

Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi.
Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat
dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon
serologi yang k urang baik pada terapi antiviral.

Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi,
kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Tujuan
pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis
penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral.

5.Pencegahan

Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah


pemberian vaksin atau imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan
6 bulan kemudian. Hal ini ditujukan terutama pada orang-orang yang berisiko tinggi terkena
virus ini, seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti pasangan /
homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan mereka yang berada di daerah
rentan banyak kasus Hepatitis B.

6.Pengobatan

Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka
akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada
cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.

a.Pengobatan oral yang terkenal adalah

1. Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal


dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak,
Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu
penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.
2. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan
lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh
buruk terhadap fungsi ginjal.
3. Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita
Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala,
pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan
dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil.

b.Pengobatan dengan injeksi / suntikan adalah

1. Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif


pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak
jaringan sehat di sekitarnya.
2. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN,
ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam
seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini
adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi
sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan
sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan
pemberian paracetamol.
3. Selain itu, pengobatan tradisional dapat dilakukan. Tumbuhan obat
atauherbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan
Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu
melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga
bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi
empedu oleh hati.
4. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan
Hepatitis, antara lain yaitu
a. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza),
b. Kunyit (Curcuma longa),
c. Sambiloto (Andrographis paniculata),
d. Meniran (Phyllanthus urinaria),
e. Daun Serut/mirten,
f. Jamur Kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum),
g. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica),
h. Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa),
i. Pegagan (Centella asiatica),
j. Buah Kacapiring (Gardenia augusta),
k. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia),
l. Jombang (Taraxacum officinale).
5. Selain itu juga ada pengobatan alternatif lain Hepatitis B seperti hijamah /
bekam yang bisa menyembuhkan segala penyakit hepatitis, asal dilakukan
dengan benar dan juga dengan standar medis.

7.Hasil Akhir Perawatan

Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus
Hepatitis B pasca periode akut.

1. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi
pembersihan virus, pasien sembuh.

2. Kedua,jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan


menjadi carrier inaktif.

3. Ketiga,jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas)


maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.

1. HEPATITIS C

1.Definisi

Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C(VHC). Infeksi virus
ini menyebabkan peradangan hati atau hepatitis yang biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis
kronik yang berlanjut dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati.

2.Proses Penularan

Proses penularan penyakit Hepatitis C sebanyak 80 % akibat transfusi darah dan jarum
suntik yang terkontaminasi. Virus hepatitis C ditularkan melalui pemakai obat yang
menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual.
Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita penyakit hati alkoholik seringkali menderita
hepatitis C.Proses penularannya dapat pula melalui kontak darah serangga yang menggiti
penderita lalu mengigit orang lain di sekitarnya. Hepatitis C adalah akibat dari transplantasi
hati di Amerika Serikat.

3.Tanda dan Gejala

Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, tetapi pada
penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan / kematian sel-sel hati dan terdeteksi
sebagai kanker (cancer) hati. Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita
Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun
lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah Lelah, Hilang selera
makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang
disebutjaundice (jarang terjadi).

Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan
urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi
bahkan normal.Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara
perlahan merusak hati bertahun-tahun.

4.Pencegahan

Sebagai usaha pencegahan, menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan
teliti dan menggunakan prinsip 6 langkah diperlukan untuk meminimalisasi penyebaran
mata rantai penyakit Hepatitis C.

5. Pengobatan

Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon
alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C
adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah
perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita
Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini
tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.

1. HEPATITIS D
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini
menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap
virus ini adalah pecandu obat. Hepatitis D menular melalui darah yang terinfeksi. Penyakit
ini hanya timbul pada orang-orang yang telah terinfeksi dengan hepatitis B sebelumnya.

Orang-orang yang berisiko terkena hepatitis D adalah pengguna obat-obatan yang


sering memakai jarum suntik bersama-sama. Penderita hepatitis B juga berisiko terkena jika
berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi hepatitis D, atau jika mereka tinggal dengan
orang yang terinfeksi. Untuk mencegahnya adalah dengan mencegah terkena hepatitis
B, yaitu dengan imunisasi hepatitis B; selain itu dengan menghindari terkena darah yang
terinfeksi, jarum yang terkontaminasi, atau barang-barang pribadi penderita (sikat gigi,
pisau cukur, gunting kuku). Hepatitis D kronik diterapi dengan interferon alfa.

1. HEPATITIS E

1. Defenisi

Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang


hanya terjadi di negara – negara terbelakang. Hepatitis E adalah virus hepatitis (peradangan
hati) yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). HEV memiliki rute transmisi
fecal-oral (kotoran ke mulut). Infeksi dengan virus ini pertama kali didokumentasikan pada
tahun 1955 selama wabah di New Delhi, India.

2.Epidemiologi
Insiden hepatitis E tertinggi terdapat pada remaja dan orang dewasa berusia antara
15 – 40 tahun. Meskipun anak-anak sering terkena infeksi ini juga, namun mereka jarang
menunjukkan gejala. Tingkat kematian umumnya rendah, Hepatitis E biasanya akan hilang
dengan sendirinya dan pasien sembuh. Namun selama durasi infeksi (biasanya beberapa
minggu), penyakit ini sangat mengganggu aktivitas keseharian. Hepatitis E kadang-kadang
berkembang menjadi sebuah penyakit hati akut yang parah, dan fatal pada sekitar 2% dari
semua kasus. Secara klinis, penyakit ini sebanding dengan hepatitis A, tetapi pada wanita
hamil penyakit ini lebih sering parah dan berhubungan dengan sindrom klinis yang disebut
kegagalan hati fulminan. Wanita hamil, terutama pada trimester ketiga, mengalami tingkat
kematian tinggi dari penyakit ini (sekitar 20%).
Meskipun ada satu serotipe virus ini, empat genotipe yang berbeda telah dilaporkan.
Genotipe 1 dan 2 hanya terbatas pada manusia dan sering dikaitkan dengan wabah besar dan
epidemi di negara-negara berkembang dengan kondisi sanitasi yang buruk. Genotipe 3 dan 4
menginfeksi manusia, babi dan spesies hewan lainnya dan telah bertanggung jawab untuk
kasus-kasus sporadis hepatitis E di negara-negara berkembang dan industri.

3.Penyebaran
Hepatitis E adalah lazim di kebanyakan negara berkembang, dan umum di negara
manapun dengan iklim panas. Hal ini meluas di Asia Tenggara, Afrika bagian utara dan
tengah, India, dan Amerika Tengah. Ini menyebar terutama melalui kontaminasi tinja pada
pasokan air atau makanan; transmisi orang-ke-orang jarang ditemukan, namun bisa terjadi
saat berhubungan seks oral-anus (misalnya menjilat anus). Wabah epidemi Hepatitis E
paling sering terjadi setelah hujan lebat dan musim hujan karena gangguan pasokan air.

Hewan peliharaan telah dilaporkan sebagai reservoir untuk virus hepatitis E, dengan
beberapa survei menunjukkan angka infeksi melebihi 95% yang diantaranya berasal dari
babi. Kemungkinan Ini berlaku juga jika seseorang mengkonsumsi daging babi hutan dan
daging rusa mentah. Namun, tingkat penularan pada manusia melalui rute ini masih
diperdebatkan para ahli.

Sejumlah mamalia kecil lainnya telah diidentifikasi sebagai reservoir potensial: tikus
Bandicoot lebih rendah (Bandicota bengalensis), tikus hitam (Rattus rattus brunneusculus)
dan cecurut rumah Asia (Suncus murinus).

Sebuah virus flu burung telah digambarkan terkait dengan gejala Hepatitis-Splenomegaly
pada ayam. Virus ini secara genetis dan antigenically terkait dengan HEV mamalia dan
mungkin merupakan sebuah genus baru.

replikasi virus telah ditemukan dalam usus kecil, kelenjar getah bening, usus besar serta hati
babi yang terinfeksi.

4.Pencegahan
Perbaikan sanitasi adalah ukuran paling penting, yang terdiri dari perawatan kebersihan
pada pembuangan limbah manusia; juga penting standar yang lebih tinggi untuk persediaan
air masyarakat, baik prosedur kebersihan pribadi maupun persiapan makanan sanitasi.
Sebuah vaksin, berdasarkan protein-protein virus yang di-re-kombinasi,telah
dikembangkan dan baru-baru ini diuji dalam suatu populasi berisiko tinggi (personil militer
dari negara berkembang). Vaksin tampak efektif dan aman, namun penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk menilai perlindungan vaksin jangka panjang dan efektifitas biaya vaksinasi
hepatitis E.

1. HEPATITIS G

1.Definisi
Hepatitis G adalah penyakit inflamasi hati yang baru ditemukan.

2.Penyebab
Disebabkan oleh hepatitis G virus (HGV), yang mirip dengan virus hepatitis C. Kontak
dengan darah yang terinfeksi HGV.

3.Gejala
Kebanyakan orang tidak memiliki gejala akut. Sebanyak 20 % dari penderita hepatitis C
juga menderita hepatitis ini.

4.Diagnosa
Metode yang digunakan untuk mendeteksi HGV sangat komplek untuk mengetahui
adanya antibodi HGV. Namun ketika antibodi telah ditemukan, virus itu sendiri telah
menghilang.

5.Pengobatan
Tidak ada perawatan spesifik untuk penyakit hepatitis akut ini. Penderita harus banyak
istirahat, menghindari alkohol dan makan makanan bergizi.

6.Pencegahan
Hepatitis G ditularkan melalui infeksi melalui darah. Pencegahannya dengan
menghindari kontak dengan darah yang terkontaminasi. Jangan gunakan jarum suntik atau
peralatan lain secara bersamaan.
2.4 Hepatitis Dalam Masa Kehamilan

Pada wanita hamil kemungkinan terjangkit virus Hepatitis dengan wanita tidak hamil pada
wanita yang tidak hamil namun memiliki klasifikasi usia yang sama. Kelainan hepar yang
mempunyai hubungan langsung dengan peristiwa kehamilan ialah

1. Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy)


2. Recurrent intra-hepatic cholestasis of pregnancy.

Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung dengan peristiwa
kehamilan, namun tetap memerlukan penanganan khusus, mengingat penyulit-penyulit yang
mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.

a. Hepar dalam Kehamilan

Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesaran. Hal ini bertentangan
dengan penelitian pada binatang yang menunjukkan bahwa hepar membesar pada waktu
kehamilan. Bila kehamilan sudah mencapai trimester ke III, sukar untuk melakukan palpasi
pada hepar, karena hepar tertutup oleh pembesaran rahim.

Oleh karena itu bila pada kehamilan trimester ke III hepar dapat dengan mudah diraba,
berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang sangat bermakna. Perubahan-perubahan
mikroskopik pada hepar akibat kehamilan adalah tidak khas. Pengaliran darah ke dalam
hepar tidak mengalami perubahan, meskipun terjadi perubahan yang sangat menyolok pada
sistem kardio vaskuler.

Wanita hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip adanya penyakit – penyakit hepar,
misalnya : spider naevi dan palmarerythema, yang wajar pada kehamilan, akibat
meningkatnya kadar estrogen. Semua protein serum yang disintesis dalam hepar mengalami
perubahan pada waktu kehamilan. Jumlah protein serum menurun sekitar 20% pada
trimester II, akibat penurunan kadar albumin secara menyolok, sedangkan fibrinogen justru
mengalami kenaikan.
b. Pengaruh Hepatitis Pada Kehamilan dan Janin

Bila hepatitis terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-gejala
nya akan sama dengan gejala hepatitis pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-gejala
yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester
III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.

Hepatitis terjadi pada trimester III menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat dan
penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute hepatic
necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi. Pada
trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropik disertai kebutuhan janin yang meningkat
akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic necrosis. Tampaknya
keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose.

Berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi
Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan
protein untuk pertumbuhan janin, menyebabkan infeksi hepatitis pada kehamilan memberi
gejala-gejala yang jauh lebih berat.

Pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses


pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan aktivitas
fibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadiDIC (Disseminated Intra Vascular
Coagulation). Penularan virus ini pada janin terjadi dengan beberapa cara, yaitu:

a. Melewati placenta
b. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
c. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
d. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.

5. Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus
in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus
yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B.

Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta ialah ditemukannya
hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah
dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi
hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai
dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis.

Perubahan-perubahan yang lanjut pada hepar ini, mungkin terjadi bila infeksi sudah
mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih
banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis
dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis
dari Ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi
pada Ibu dengan saat persalinan. Ibu hamil yang menderita hepatitis B dengan gejala-gejala
klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan jauh lebih besar kepada janinnya
dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.

Ibu hamil yang mengalami hepatitis B, dengan gejala yang jelas, 48% dari bayinya
terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B
antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus,
belum jelas pengaruhnya terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa
kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya
icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem icterus terjadi
akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang
mengalami hemolitik jaundice.

Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka gejala-
gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat
dibuktikan, bahwa hepatitis pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan kongenital
janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis, tidak dijumpai
perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi
penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin
dengan kehamilan berikutnya.

a. Pencegahan

Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A
hendaknya diberi immuno globulin sejumlah 0,1 cc/kg berat badan. Gamma globulin tidak
efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan
seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis. Untuk
kehamilan berikutnya diberi jarak sekurang – kurangnya enam bulan setelah persalinan,
dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laboratorium telah
kembali normal. Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan
laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.

b. Pengobatan

Pengobatan infeksi hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil.
Penderita harus istirahat di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam
serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi
protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison
baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan cukup
berat, mempunyai resiko untuk terjadinya perdarahan post-partum, karena menurunnya
kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan
dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigen secara
periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila tidak mengalami
penyulit-penyulit lain.

c. Penanganan Khusus
1. Rawat inap dan tirah baring
2. Isolasi pasien, lakukan pemeriksaan serologik
3. Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein
4. Rehidrasi apabila terjadi defisit cairan akibat muntah yang
d. berlebihan dan demam
1. Berikan vitamin K, glukosa dan kurkuma rhizoma
2. Evaluasi profil biofisik atau kondisi janin
3. Penatalaksanaan neonatal
4. Evaluasi sistem pembekuan darah

2.4 Kondep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Pasien Hipertensi


2.4.1 Pengertian
Manajemen kebidanan adalah suatu proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori-teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk suatu
pengambilan keputusan yang berfokus kepada klien (Varney, 2011).
2.4.2 Proses Asuhan Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidana menurut Varney terdiri dari 7 langkah yaitu pengumpulan data
dasar, interpretasi data, mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial, identifikasi
kebutuhan tindakan segera dan atau kolaborasi, merencanakan asuhan yang menyeluruh,
melaksanakan perencana dan evaluasi.
A. Langkah Pertama : Pengumpulan data dasar
Bidan harus mencari dan menggali data maupun fakta baik yang berasal dari pasien,
keluarga maupun kesehatan lainnya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan
sendiri, pengumpulan data mencakup subjektif dan objektif. Data subjektif dan objektif
merupakan data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan
kondisinya, menggunakan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
1. Data subyektif (anamnesa)
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut tidak dapat ditentukan oleh bidan
secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009)
a. Identitas pasien (suami/istri) meliputi :
1. Nama : Nama jelas dan lengkap, jika perlu menggunakan nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2. Umur : Untuk mengetahui ibu termasuk resiko tinggi atau tidak (umur
reproduksi sehat adalah 20-35 tahun) Usia yang aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah usia 20 - 35 tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil
dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 - 5 kali lebih tinggi
dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 – 35 tahun. Dampak
dari usia yang kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan.
Setiap remaja primigravida mempunyai resiko yang lebih besar mengalami
hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun.
(Manuaba, 2010)
3. Suku bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari.
4. Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa sesuai dengan keyakinannya.
5. Pendidikan : Berpengaruh dalam memberikan tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, pendidikan ibu menengah
karna hanya tamatan SMA sehingga bidan dapat memberikan kongseling
sesuai dengan pendidikannya.
6. Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat perkerjaan ibu, ibu dikatakan dalam
kategori tingkat perkejaan, ringan, sedang atau berat. Pekerjaan dapat
mempengaruhi kehamilan ini, berdasarkan hasil penelitian (Esti Nugraheny,
Khlaudi Prabandani) karakteristik pekerjaan yang ditemui peneliti sebagian
besar yang mengalami hipertensi yaitu ibu dengan pekerjaan sedang. Hal ini
dimungkinkan walaupun pasien tidak memiliki aktivitas berat melainkan
hanya aktivitas sedang tapi disertai adanya stress atau beban psikologis dapat
menyebabkan peningkatan angka kejadian hipertensi (Dalimartha, 2008)
7. Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
b. Keluhan utama : merupakan alasan utama klien untuk datang ke pelayanan
kesehatan dan apa-apa saja keluhan yang dirasakan ibu (Furwasyih dian, 2016).
Pada kasus dengan hipertensi yang dikeluhkan meliputi sakit kepala yang
menetap (Pudiastuti, 2012). Didapatkan pada kasus keluhan ibu sakit kepala dan
pandangan agak kabur.
c. Riwayat Menstruasi
Yang perlu ditanyakan atau di kaji adalah menarche sejak umur berapa, biasanya
mulai usai 12-16 tahun, siklus normal berlangsung selama beberapa hari,
lamanya beberapa hari, banyaknya berapa kali mengganti duk dalam sehari, dan
adanya disminorhoe atau tidak bertujuan untuk mengetahui apakah siklus
menstruasi pasien normal atau tidak (Purwasih dian,2016).
d. Riwayat Kehamilan dan nifas yang lalu
Yang perlu dikaji adalah fisiologi jarak kehamilan dengan persalinan yang
minimal 2 tahun, usia kehamilan aterm 37-40 minggu, jenis persalinan yang
bertujuan untuk menentukan ukuran panggul dan adanya riwayat persalinan
dengan tindakan, sehingga menunjukkan bahwa power, passage, passenger telah
berkeja sama dengan baik, penyulit bertujuan untuk mengetahui penyulit
persalinan yang pernah dialami oleh ibu, nifas yang lalu memungkinkan adanya
keadaan lochea, laktasi berjalan dengan normal atau tidak serta keadaan anak
sekarang.
e. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah menggunakan alat kontasepsi atau
tidak, apa jenis kontrasepsi yang digunakan, berapa lama penggunaan
kontrasepsi dan apakah ada keluhan selama pemakaian alat kontrasepsi atau
tidak. Gunanya untuk mengetahui apakah alat kontrasepsi yang digunakan
cocok atau tidak digunakan pasien. Jika alat kontrasepsi yang lama cocok dengan
ibu, maka ibu dapat memakainya kembali setelah proses persalinan ibu selesai.
f. Riwayat kehamilan ibu sekarang
Riwayat kehamilan sekarang menurut (Purwasyih dian,2016) meliputi :
1. HPHT (hari pertama haid terakhir) untuk menentukan usia kehamilan dan
TP.
2. Keluhan-keluhan umum yang terjadi pada saat kehamilan TM III. Menurut
sulistyawati (2009) adalah : sering BAK, hemoroid, sembelit, sesak napas,
nyeri ligamentum rotundum, perut kembung, pusing, sakit punggung atas dan
bawah, dan varises pada kaki.
3. Pergerakan janin : Pada primipara biasnya sudah terasa dalam kehamilan 20
minggu dan pada multipara pada usia 16 minggu. Gunanya untuk meng-
kroscek dengan HPHT ibu.
4. Keluhan-keluhan yang pernah dirasakan : pengkajian ini bertujuan untuk
mendeteksi kemungkinan adanya tanda-tanda bahaya pada ibu hamil seperti
5 L (lesu, lemah, letih, lelah, lunglai), mual dan muntah yang terus menerus,
nyeri perut, demam tinggi, sakit kepala berat, penglihatan kabur, rasa nyeri
atau panas waktu BAK, rasa gatal pada vulva, vagina, dan sekitarnya,
pengeluaran pervagianam, nyeri dan kemerahan pada tungkai dan bengkak
pada wajah, tangan dan kaki. Pada kasus ibu dengan hipertensi biasanya
megatakan keluhan seperti penglihatan kabur, sakit kepala hebat dan bengkak
pada wajah, tangan , dan kaki.
5. Imunisasi : untuk mengetahui apakah imunisasi ibu lengkap ataub tidak, jika
ibu tidak pernah diberikan imunisasi TT maka ibu harus diberikan paling
sedikit 2 kali selama kehamilan dimulai TM II dan TM III.
g. Riwayat kesehatan ibu
1. Riwayat penyakit yang pernah diderita
a. Jantung : Untuk mengethaui apakah ibu pernah menderita penyakit
jantung atau tidak. Pada ibu penderita penyakit jantung, ia tidak mampu
memompa darah guna mencukupi kebutuhan tubuh. Padahal seiring
pertambahan usia kehamilan, ibu hamil yang menderita penyakit jantung
akan cepat merasa lelah meskipun istihatnya cukup. Akibatnya beban
kerja jantung meningkat pada saat kontraksi rahim. Resiko yang terjadi
dapat berupa serangan jantung, stroke dan hipertensi.
b. Hipertensi : Untuk mengetahui apakah ibu pernah mengidap penyakit
hipertensi atau tidak sebelum kehamilan. Riwayat hipertensi kronis yang
dialami selama kahamilan dapat meningkatkan resiko terjadinya
hipertensi dalam kehamilan, dimana komplikasi tersebut dapat
mengakibatkan superimpose preeclampsia dan hipertensi kronis dalam
kehamilan (Manuaba, 2010)
c. Ginjal : Untuk mengetahui apakah ibu mengidap penyakit ginjal atau
tidak. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu
hamil dapat menyebabkan hipertensi dalalm kehamilan. Hal tersebut
berhubungan dengan kerusakan glomerulus yang menimbulkan gangguan
filtrasi dan vasokontriksi pembuluh darah (Mulihan FA, 2012).
d. DM : Untuk mengetahui apakah ibu memilki riwayat penyakit DM atau
tidak. Preeklamsia cenderung terjadi pada wanita yang menderita
diabetes militus karena diabetes merupakan penyakit yang dapat menjadi
faktor pencetus terjadinya preeklamsia (Manuaba, 2010). Hal ini terjadi
karena saat hamil, plasenta berperan untuk memenuhi semua kebutuhan
janin.
Pertumbuhan janin dibantu oleh hormon dari plasenta, namun hormone-
hormon ini juga mencegah kerja insulin dalam tubuh ibu hamil.Hal ini
disebut denganresistensi insulin atau kebal insulin. Resistensi insulin
mermbuat tubuh ibu hamil sulit mengatur kadar gula darah sehingga
glukosa tidak dapat diubah menjadi energy dan menumpuk di dalam
darah keadaan ini menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinngi.
Preeklamsia yang terjadi pada ibu dengan diabetes melitus terjadi karena
adanya peningkatan produksi deosikortikosteron (DOC) yang dihasilkan
dari progesteron didalam plasma dan meningkat tajam selama trimester
ketiga. Ibu dengan diabetes kehamilan terdapat peningkatan insiden
hipertensi dan preeklamsia yang akan memperburuk perjalanan
persalinan serta meningkatkan resiko diabetes tipe II dikemudian hari
(Jurnal Kesehatan Holistik Volume 9, Nomor 3, 2015)
e. Asma : untuk mengetahui apakah ibu pernah mengidap penyakit asma
atau tidak. Asma pada kehamilan yang tidak terkontrol dapat
mengakibatkan penurunan asupan oksigen ibu, sehinnga berefek negative
bagi janin. Asma yang tidak terkontrol pada kehamilan menyebabkan
komplikasi baik bagi ibu maupun janin. (OSUMC, 2005). Asma yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan stress yang berlebihan bagi ibu.
komplikasi asma yang tidak terkontrol bagi ibu termasuk preeklamsia,
hipertensi kehamilan, hyperemesis gravidarum dan perdarahan
pervaginam induksi kehamilan (OSUMC, 2005)
f. TBC : untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat penyakit TBC
sembelum hamil atau tidak.
g. Epilepsi : untuk mengetahui apakah ibu memilki riwayat penyakit
epilepsi atau tidak.
h. PMS/IMS : Untuk mengetahui apakah ibu mengalami penyakit melular
seksual atau infeksi menular sesksual atau tidak.
2. Riwayat Alergi
a. Makanan : untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat alergi pada
makanan atau tidak .
b. Obat-obatan : untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat alergi pada
obat-obatan atau tidak, tujuan agar dalam pemberian obat nanti bisa
sesuai dengan tubuh ibu.
3. Riwayat operasi dinding rahim : untuk mengetahui apakah ibu memiliki
riwayat operasi dinding rahim sebelumnya atau tidak. Sebab jika ibu pernah
mengalami oprerasi dinding rahim sebelumnya maka kemungkin besar untuk
melahirkan anak berikutnya harus di operasi lagi.
h. Riwayat kesehatan keluarga
a. Riwayat penyakit keturunan
1. Jantung : Untuk mengetahui apakah keluarga ibu memiliki penyakit
keturunan jantung atau tidak. Sebab jika ibu memilki riwayat keluarga
yang mengidap penyakit jantung, maka berkemungkinan ibu bisa
mengalami penyakit yang sama.
2. Hipertensi : untuk mengetahui apakah keluarga ibu ada riwayat hipertensi
atau tidak. Jika pada keluarga ibu ada yang mengidap penyakit hipertensi
maka berkemungkinan pula ibu bisa mengalami penyakit hipertensi kerna
faktor genetik.
3. DM : untuk mrngetahui apakah keluarga ibu memiliki riwayat penyakit
diabetes melitus atau tidak. Jika didalam keluarga ibu ada yang mengidap
penyakit diabetes melitus maka ibu berkemungkinan menagalami
penyakit yang sama. Pada ibu hamil jika ada keluarga yang mengidap
penyakit diabetes melitus maka ibu disarankan untuk memeriksakan
kadar guladarahnya. Sebab jika ibu dikatakan positif diabetes melitus
maka ibu akan mendapatkan komplikasi selama kehamilan berupa
hipertensi.
i. Riwayat Psikososial
1. Kehamilan direncanakan/tidak :Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah
kehamilan yang ada pada ibu ini direncanakan atau tidak, karena jika
kehamilan ini tidak direncanakan maka ini akan menjadi masalah pada ibu
sebab jika ini kehamilan yang tidak diinginkan maka ibu tidak akan peduli
dengan kehamilannya bahkan dengan janin yang sedang ia kandung.
2. Respon ibu, suami dan keluarga terhadap kehamilan: data ini diperlukan
untuk mengatahui apakah ibu, suami, dan keluarga menerima kahamilan ini
atau tidak. Sebab jika ibu, suami dan keluarga tidak peduli akan kehamilan
ibu maka tidak ada yang akan memperhatikan ibu dalam pemenuhan
nutrisinya. Ibu hamil dengan pola kebiasaan makanan yang salah maka akan
dapat memicu ibu untuk mengalami hipertensi.
3. Kekhawatiran-kekhawatiran khusus : data ini diperlukan untuk mengetahui
apakah ibu memiliki rasa takut atau khawatir pada kehamilan yang sekarang.
Sebab jika ibu terlalu stress akan kehamilannya maka itu akan memicu
terjadinya hipertensi. Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan
sekitarnya apakah baik atau tidak serta apakah ibu mengalami kekhawatiran
ibu dalam menghadapi persalinannya.
j. Riwayat Pernikahan
Data ini diperlukan untuk mengetahui pada umur berapa ibu menikah dan
lamanya ibu baru hamil setelah menikah, yang bertujuan apakah ibu memiliki
factor resiko dalam kehamilannya yang sekarang atau tidak.
k. Kebiasaan hidup sehari-hari
1. Pola makan dan minum : untuk mengetahui apakah ada peubahan pola
makan ibu pada saat sebelum hamil dan setelah hamil. Biasanya pada
kehamilan trimester III ibu mengalami kesulitan untuk makan. Ibu cepat
kenyang walaupun hanya makan sedikit. Hal ini disebabkan oleh
pembesaran perut yang semakin besar sesuai dengan usia kehamilannya.
2. Pola eliminasi : untuk mengetahui apakah ada kelainan atau tidak. Biasanya
pada kehamilan trimester III ibu mengalami sering kencing. Hal ini
disebabkan oleh penekan pada kandung kemih oleh kepala janin sehingga ibu
merasa ingin selalu berkemih.
3. Pola istirahat : Pola istirahat/tidur yang cukup ialah 8 jam/hari. Siang hari 1-2
jam dan malam hari 6-7 jam. Gunanya untuk mengetahui apakah pola
istirahat ibu sudah benar dan cukup atau tidak. Biasanya pada kehamilan TM
III ibu mengalami kesulitan tidur karna ibu susah untuk menentukan posisi
yang nyaman bagi ibu.
4. Hubungan seksual : Untuk mengetahui pasien mengalami gangguan seperti
nyeri dan keluar cairan pervaginam dalam hubungan atau tidak selama
kehamilan.
2. Data Objektif
Menurut (Sulistyawati 2009) untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosis,
kita harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi yang secara berurutan. Langkah pemeriksaannya
adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu tampak sehat atau
tidak.
b. Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu, composmentis (sadar
penuh), apatis (sadar tetapi kurang memberikan respon), somnolen (keadaan
mengantuk), spoor (tidak sadar total).
c. Tekanan darah : untuk mengatahui factor resiko hipertensi atau hipotensi.
Batas normal 120/80 - ≤ 140/90 mmHg (Prawirohardjo, 2008). Pada kasus
ibu hamil dikatakan bila tekanan darah tinggi 140/90 mmHg di ukur
sekurang-kurangnya dua kali dengan perbedaan 6 jam (Manuaba, 2008)
d. Suhu : untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak.
Batas suhu normal tubuh yaitu 36,5◦ - 37,5◦.
e. Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas
normal berkisar 60 - 100 x/menit.
f. Respirasi : untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang dihitung dalam
menit, respirasi normal dewasa 16-24 kali/menit.
g. Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145 cm
atau tidak, termasuk resti atau tidak.
h. Berat badan : penambahan berat badan rata-ratab 2 kg tiap bulan sesudah
kehamilan 20 minggu da nada penurunan berat badan dalam bulan terakhir
dianggap sebagai suatu tanda yang baik (Wiknjosastro 2007).
i. LILA : untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu 23,5 atau tidak.
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Insfeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk menilai pembesaran
perut sesuai atau tidaknya dengan usia kehamilan, bentuk perut membesar
kedepan atau kesamping (Alimul, 2008)
1. Kepala : untuk mengetahui bagaimana keadaan kulit kepala rambut untuk
menilai warna kelembaban dan krateristik lainnya.
2. Rambut : untuk mengetahui apakah bersih, tidak rontok dan tidak
berketombe.
3. Muka : untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada oedema
atau tidak. Pada kasus terlihat muka tidak pucat dan tidak ada oedema
(Manuaba, 2010)
4. Mata : untuk mengetahui konjungtiva berwarna merah muda atau tidak,
sklera berwarna putih atau tidak.
5. Mulut : untuk mengetahui bersih atau tidak, ada stomatitis atau tidak
6. Gigi : untuk mengetahui ada caries atau tidak
7. Leher : untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe dan
pembesaran kelenjar tyroid.
8. Payudara : untuk mengetahui payudara semetris atau tidak, areola mamae
mengalami hiperpigmentasi atau tidak, papilla mamae menonjol atau
tidak,kolostrum sudah keluar atau tidak.
9. Abdomen : untuk mengetahui apakah ada bekas luka operasi, pembesaran
perut sesui dengan usia kehamilan atau tidak striae dan linea alba ada
atau tidak.
10. Genetalia : untuk mengetahui apakah ada kemerahan atau tidak, ada
pembengkakan atau tidak, ada verises atau tidak, ada oedema atau tidak.
11. Ekstremitas : untuk mengetahui oedema atau tidak, varises atau tidak,
reflek patella untuk mengetahui reflek saraf kaki +/- , betis merah,
lembek atau keras (Saifuddin, 2010). Pada kasus hipertensi faktor
terjadinya hipertensi adalah karena bendungan vena akibat multigravida
akibat infeksi (Manuaba, 2010).
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk menetukan besarnya rahim dengan menetukan usia
kehamilan serta menetukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara
palpasi dilakukan dengan mengunakan metode leopold (Manuaba, 2010).
Leopold I : untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian fundus
dan kemungkinan teraba kepala,bokong, atau lainnya, normalnya fundus
teraba agak bundar, tidak melenting, lunak yang kemungkinan adalah bokong
janin.
Leopold II : untuk menentukan dimana letak punggung janin dan bagian-
bagian kecilnya. Pada dinding perut ibu sebelah kiri maupun kanan
kemungkinan teraba punggung, anggota gerak, bokong atau kepala.
Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah perut ibu
dan apakah bagian terbawah janin sudah masuk PAP atau belum, dan
normalnya pada bagian bawah perut ibu adalah kepala. Pada kehamilan TM
III pada ibu multipara pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
kepala masih dapat digoyangkan yang artinya kepala masih belum masuk
PAP. Sedangkan, pada ibu primipara kepala sebagian kecil sudah masuk
PAP.
Leopold IV : untuk menentukan seberapa jauh masuknya bagian terbawah
janin ke dalam rongga panggul dan dilakukan pelimaan untuk menentukan
seberapa masuknya ke PAP, sedangkan ibu primipara kepala sebagian kecil
sudah msuak PAP.
c. Auskultasi
Untuk mendengarkan DJJ dengan frekuensi normal 120-160 kali/menit,
irama teratur atau tidak, intensitas kuat, sedang, atau lemah.
d. Perkusi
Untuk mengetahui reflek patella kira dan kanan positif atau tidak, yang
berkaitan dengan kurangnya vitamin b atau penyakit saraf.
e. Pemeriksaan TBBJ
Dengan menggunakan rumus (TFU dalam cm- n) x 155 yang bertujuan untuk
mengetahui tafsiran berat badan janin normal atau tidak. N = posisi kepala
berada di bawah panggul bagian mana. Bila kepala diatas atau pada spina
iskiadika maka n= 13. Bila kepala sudah berada dispina iskiadika maka n=
12. Bila kepala sudah berada dibawah spina iskiadika maka n=11.
f. Pemeriksaan panggul luar
Yang diukur adalah distansia spinarum : jarak antara kedua spina iliaka kiri
dan kanan: 24-26 cm. Distansia cristarum : jarak antara kedua crista iliaka
kiri dan kanan : 28-30 cm. conjugate eksterna : 18-20 cm. lingkaran panggul
:80-90 cm. pada ibu multipara ukuran panggul luar dikatakan normal
menurut persalinan yang lalu jika, ibu melahirkan secara normal/pervaginam,
anak dengan berat ≥ 3000 gr, usia kehamilan aterm, melahirkan anak hidup,
dan ibu tidak mengalami kesulitan dalam proses persalinan terdahulunya.
g. Pemeriksaan penunjang
1. Menurut (manuaba 2007) tingkatan kadar HB normal pada ibu hamil
adalah :
Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia
Hb ≥ 9-10 gr% : anemia ringan
Hb ≥ 7-8 gr% : anemia sedang
Hb ≤ 7 gr% : anemia sedang
2. Urine, untuk mengetahui apakah ada protein urine dan glukosa urine.

B. Langkah Kedua : Interpretasi Data


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar diatas data yang telah dikumpulkan yaitu dengan diagnose
kebidanan. Pada ibu hamil dengan hipertensi adalah sebagai berikut: (Salmah, 2010)
Diagnose, (menurut Salmah 2010) diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi nomenklatur diagnosa kebidanan (Salmah, 2006)
Ny.. G..P..A..H.. usia kehamilan…minggu, janin hidup/mati tunggal/kembar,
intra/ekstra uteri, letak memanjang/melintang, presentasi kepala/bokong,
keadaan jalan lahir, KU ibu dan janin.. dengan hipertensi.
Data dasar :
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian, data tersebut tidak dapat ditentukan oleh
tenaga kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau
komunikasi (Nursalam, 2008).
Data subyektif pada ibu hamil dengan hipertensi menurut (Rukiyah, 2010) :
a) HPHT (hari pertama haid terakhir)
b) Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke…
c) Ibu mengatakan sering pusing
d) Ibu mengatakan pandangan kabur
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat
oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2009)
Data objektif pada ibu hamil dengan hipertensi meliputi :
a) HPL ( hari perkiraan lahir)
b) Keadaan umum ibu dan vital (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi)
c) Leopold I : untuk mengetahui TFU dan bagian apakah yang terdapat di
fundus.
d) Leopold II : untuk mengetahui bagian punggung janin berada disebelah
kanan atau kiri perut ibu.
e) Leopold III : untuk mengetahui bagian terbawah perut ibu.
f) Leopold IV : untuk menentukan seberapa jauh kepala janin masuk PAP.

2. Masalah
Hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian yang menyertai diagnosa. Masalah yang terjadi pada ibu hamil
dengan hipertensi meliputi : pandangan mata kabur dan sering pusing (Dian,
2012)
3. Kebutuhan
merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi di dalam
diagnose dan masalah. Kebutuhan pada ibu hamil dengan hipertensi adalah diet
tinggi protein dan rendah garam Dian, 2012) menpenjelasan tentang penyebab
terjadinya hipertensi tujuannya agar ibu tidak cemas dan memberikan
perencanaan untuk mengurangi kecemasan dan ketidaknyamanan ibu tersebut.
C. Langkah Ketiga : Diagnosa potensial
Pada langkah ini mengidentikasi masalah potensial dan diagnose potensial
berdasarkan diagnose atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ini bidan dituntut untuk
mampu mengatasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnose potensial
tidak terjadi. Diagnosa yang mengkin terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi adalah
pertumbuhan janin terhambat (IUGR), kematian janin, persalinan prematur, solusio plasenta
dan pre eklamsia . Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.

D. Langkah Keempat : Antisipasi Tindakan Segera


Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Pada tahap ini
bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi,
dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Tindakan segera untuk ibu dengan
hipertensi melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk memberikan terapi obat
antihipertensi (Puji, 2012)

E. Langkah Kelima : Perencanaan


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh oleh langkah-langkah
sebelumnya atau diagnose yang telah diidentifikasi atau indikasi. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi.
Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan
hasil pembahasan asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.
1. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG
2. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilaksanakan tindakan operasi
3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga
4. Melakukan persiapan pre operasi
5. Pemantauan TTV dan DJJ
F. Langkah Keenam : Implementasi
Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman.
Rencana asuhan menyeluruh seperti apa yang telah direncanakan, dilaksanakan secara
efisien dan aman biasanya dilaksanakan oleh bidan, sebagian lagi oleh klien, atau anggota
tim kesehatan lainnya.
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
2. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG tentang tindakan SC
3. Memberitahukan keluarga pasien bahwa akan dilaksanakan tindakan operasi dan
meminta keluarga untuk menandatangani surat persetujuan tindakan medis sebelum
dilakukannya tindakan operasi.
4. Melakukan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga dengan cara meyakinkan
ibu dan keluarga bahwa perawatan medis yang ditangani oleh dokter akan lebih baik
karena peralatan dan sarana dan prasarana yang tersedia juga komplit dan memadai
sehingga komplikasi yang mungkin akan terjadi pada ibu dan janin dapat di tangani,
selain itu menyarankan keluarga untuk tetap tenang dan selalu mendukung ibu
dengan cara berdoa.
5. Melakukan persiapan pre operasi
a. Pasien dipuasakan
b. Mencukur rambut kemaluan (vibriding)
c. Memasang infus RL 20 tetes/menit
d. Ceftriaxsone 2x1 gr IV (Skin test)
e. Nifedipine 3x10 gram
f. Pasang kateter
g. Persiapan bersalin seperti kain, softek dan gurita ibu
6. Pemantauan TTV dan DJJ

G. Langkah Ketujuh : Evaluasi


Evaluasi merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan
bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali manajemen
dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Sulistyawati, 2009)
BAB III

TIJAUAN KASUS

MANAGEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NY. “R” G6P5A0H5 USIA


KEHAMILAN 35-36 MINGGU DENGAN HEPATITIS DIPUSKESMAS
NANGGALO TANGGAL 25 SEPTEMBER 2018

I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 30 Oktober 2017
Jam masuk : 11.00 WIB
Tanggal masuk Ruang OK : 30 Oktober 2017
Jam masuk Ruang OK : 18.00 WIB
Jam Pengkajian : 11.00 WIB
No. MR : 2409XX

A. IDENTITAS / BIODATA
Nama ibu : Ny. R Nama suami : Tn. M
Umur : 37 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Minang Suku : Minang
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : nanggalo siteba padang Alamat : nanggalo siteba padang
No. HP : 08238356xxxx No. HP : 08127788xxxx

Keluarga terdekat yang bisa dihubungi :


Nama : Ny. P
Umur : 42 tahun
Alamat : nanggalo siteba padang
No. HP : 08238562xxxx

B. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama
Ny r datang kepuskesmas inggin memeriksakan kehamilannya,ibu mengatakan ini
kehamilan yang ke enam dan inggin kontrol ulang kehamilan

2. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Haid : Teratur : Ya
Siklus : 28 hari
c. Disminorea : Tidak ada
d. Warna : Merah kehitaman
e. Bentuk perdarahan/haid : Encer
f. Flour albus : Tidak ada

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


No Tgl Usia Jenis Tem Komplikasi Penol Bayi Nifas
lahir keha persal pat Ibu Bayi ong PB/BB/ Kea Loche Laktasi
/um milan inan pers JK daan a
ur alina
n
1. 10 th Aterm Spont BPS Tdk Tdk Bidan 50cm/ Baik Baik Lancar
an ada ada 3800gr/
P

2. 6 th aterm sponta BPS Tdk Tdk Dokte 49cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada r 3500gr/
P

3. 4 th aterm sponta BPS Tdk Tdk Bidan 49cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada 3500gr/
LK
4 3 th aterm sponta BPS Tdk Tdk Bidan 50cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada 3400gr/
p
5 2th aterm sponta BPS Tdk Tdk Bidan 49cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada 3600gr/
p
6 ini

4. Riwayat kontrasepsi yang pernah digunakan : Pil


Keluhan : Tidak ada

5. Riwayat kehamilan sekarang


a. HPHT : 23-01-2018
b. TP : 30-10-2018
c. Keluhan – keluhan :
Trimester Keluhan / masalah Tindakan / terapi
Trimester 1 Mual muntah Makan sedikit tapi sering
Trimester 2 Tidak ada Tidak ada
Trimester 3 Tidak ada Tidak ada
d. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ±24 kali/menit
e. Riwayat ANC
Kunjungan : 10 kali
Tempat Pelayanan : Puskesmas

6. Riwayat Kesehatan Ibu


a. Riwayat penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
b. Riwayat alergi
Jenis makanan : Tidak ada
Jenis obatan : Tidak ada
c. Riwayat transfusi darah : Tidak ada
d. Riwayat operasi yang pernah dialami : Ada
e. Riwayat pernah mengalami gangguan jiwa : Tidak ada

7. Riwayat kesehatan keluarga


a. Riwayat penyakit menular : Tidak ada
b. Riwayat keturunan kembar : Tidak ada
8. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Kawin
Menikah umur : 22 tahun
Lama menikah : 10 tahun
Setelah menikah berapa lama baru hamil : 3 bulan

9. Kebiasaan hidup sehari – hari


a. Makan dan minum terakhir
Makan : 25-09-2018 Minum : 25-09-2018
Pukul : 08.00 WIB Pukul : 08.00 WIB
Macam : Nasi Macam : Air mineral
Jumlah : 1 Piring Jumlah : 2 gelas
Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak ada
b. Eliminasi terakhir
BAK : 25-09-2018 BAB : 25-09-2018
Pukul : 10.00 WIB Pukul : 06.00 WIB
Warna : Kuning jernih Warna : Kuning coklat
Jumlah : ± 100 cc Konsistensi : Lembek
c. Istirahat dan tidur
Istirahat siang : ± 2 jam
Istirahat malam : ± 7-8 jam

C. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Baik
Berat Badan Sebelum Hamil : 49 kg
Berat Badan Sekarang : 59 kg
Tinggi Badan : 154 cm
Lingkar Lengan Atas (LILA) : 26 cm

2. TANDA – TANDA VITAL


Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,6 ºC
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Wajah : Tidak pucat
b. Chloasma Gravidarum : Tidak ada
c. Kelopak Mata : Tidak oedema
d. Konjungtiva : Merah muda
e. Sclera : Putih
f. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar
limfe dan kelenjar tyroid
g. Dada dan Payudara : Simetris
h. Colostrum : Ada

4. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. INSPEKSI
Linea alba : Ada
Striae : Tidak Ada
Bekas Luka Operasi : Ada
b. PEMESARAN PERUT : Sesuai usia kehamilan
c. TERLIHAT GERAKAN ANAK : Ya
d. PALPASI
Leopold I : TFU setinggi PX, bagian fundus teraba
bundar, lunak dan tidak melenting
kemungkinan bokong janin.
Leopold II : Pada perut ibu sebelah kanan teraba keras,
memapan dan memanjang kemungkinan
punggung janin. Bagian kiri perut ibu teraba
tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan
ekstremitas janin
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras
dan masih bisa digoyangkan kemungkinan
kepala janin, kepala belum masuk PAP.
Leopold IV : belum dilakukan
Mc. Donald : 32 cm
TBBJ : 2.945 gram
e. AUSKULTASI
DJJ : Positif (+)
Frekuensi : 145 kali/menit
Intensitas : Kuat

5. EKSTREMITAS ATAS DAN BAWAH


Oedema Tangan dan Jari : Tidak ada
Oedema Tibia / Kaki : Tidak ada
Betis Merah/ Lembek/ Keras : Tidak ada
Varises Tungkai : Tidak ada
Reflek : Ada

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. LABORATORIUM :
HB : 10,5 gram %
Protein Urine : Negatif (-)
Glukosa Urine : Negatif (-)
HBsAG : positif
b. USG/CTG : Ada
c. RADIOLOGI : Tidak dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang terjadi antara
tinjauan teori dengan tinjauan kasus dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan pada
ibu bersalin Ny “R“ umur 37 tahun dengan Hepatitis. Pembahasan ini disusun berdasarkan
teori dari asuhan yang nyata dengan asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah Varney :

4.1 Pengumpulan Data


Hepatitis dapat dipengaruhi oleh faktor perilaku yang beresiko,sejumlah perilaku
tertentu dapat menjadi faktor resiko hepatitis meliputi jarum suntik dengan orang lain bisa
membuat ibu terpapar darah yang terinfksi,mendrita HIV juga menjadi salah satu faktor
terjadinya penyakit hepatitis (Diman Angsar. 2014) Pada teori riwayat kesehatan ibu,
penyakit yang harus ditanya seperti hepatitis, diabetes militus, jantung dan ginjal. Riwayat
hepatitis kronis yang dialami selama kahamilan dapat meningkatkan resiko terjadinya
hepatitis dalam kehamilan, dimana komplikasi tersebut dapat mengakibatkan dampak yang
besar saat hamil baik itu pada kesehatan ibu dan janin (Diman Angsar. 2014)
Ibu hamil yang menderita penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi dalam
kehamilan. Hal tersebut berhubungan dengan kerusakan glomerulus yang menimbulkan
gangguan filtrasi dan vasokontriksi pembuluh darah (Mulihan FA, 2012). Sementara pada
kasus Ny “Y” ibu mengatakan tidak ada memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi,
jantung, ginjal, dan diabetes melitus, dimana dari riwayat kesehatan ibu, ibu tidak berisiko
mengalami hipertensi.
Menurut teori pada ibu hamil status gravida harus ditanya apakah ibu primigravida
atau multigravida. Pada ibu primigravida sering mengalami stress dalam menghadapi
persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan peningkatan
pelepasan corticotropic-releasing hormone (CHS) oleh hipotalamus, yang kemudian
meyebabkan peningkatan kotisol. Efek kotisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespon
terhadap semua stressor dengan meningkatkan respon simpatis, termasuk respon yang
ditujukan untuk meningkatkan tekanan darah (Cormin, 2010). Hipertensi pada kehamilan
terjadi akibat kombinasi peningkatan curah jantung dan resistensi perifer drastis. Sementara
pada kasus Ny “Y” ibu mengatakan ini adalah kehamilan ketiga, berdasarkan dari tinjauan
teori dapat disimpulkan bahwa ibu tidak berisiko mengalami hipertensi.
Pada kasus Ny D mengalami keluhan pusing dan penglihatan kabur. Menurut
(Mansjoer, 2010) Ketidakseimbangan atau disequilibrium, yang juga disebut
ketidakmantapan, ketidakstabilan, dan inkoordinasi, tanpa vertigo merupakan ‘dizziness’.
Pasien sering mengeluh pusing untuk menyatakan pasien tidak seimbang sewaktu berdiri
atau berjalan. Pusing merupakan menifestasi berbagai gangguan atau penyakit. Oleh sebab
itu pusing harus dievaluasi secara sistematis dan komprehensif atau mencari penyebab
yang mendasarinya yang disebabkan oleh anemia, hipotensi, hipertensi dan lain
sebagainya. Hipertensi menyebabkan penyempitan arteriol fokal dan rusaknya sawar darah
retina yang menyebabkan munculnya tanda kebocoran vaskuler. Ini terutama terlihat bila
hipertensi bukan disebabkan oleh penyakit ginjal. Pasien sering mengeluh penglihatan kabur
dan hilangnya penglihatan temporer (James, 2006).
4.2 Interpretasi Data
Pada kasus ibu G6P5A1H4.usia kehamilan 35-36 minggu, janin hidup, tunggal, intra
uterin, let-kep, keadaan jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik dengan hepatitis. Dasar
ditegakkan diagnosa adalah sebagai berikut : hidup atau tidak, untuk menjawab pertanyaan
ini kita perlu mencari tanda-tanda pasti hamil antara lain : mendengar bunyi jantung janin,
melihat, meraba, dan mendengar pergerakan janin oleh pemeriksa.
Tuanya kehamilan dapat diduga dari HPHT, dan tinggi fundus uteri, dari besarnya
janin, dan saat mulai terasa pergerakan janin, normal berdasarkan persalinan yang lalu, dari
saat mulainya terdengar bunyi jantung janin. letak intrauterin atau ekstrauterin, tanda-tanda
bahwa anak ada didalam rahim adalah waktu meraba janin uterus berkontraksi.
Letak janin dalam rahim, letak janin sangat penting berhubungan dengan prognosa
persalinan. Beberapa letak seperti letak lintang dan letak sungsang tidak dapat lahir
spontan. Hepatitis untuk menjawab pertanyaan ini dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan HBsAG, apabila hasil yang didapatkan positif. Nilai tersebut diukur sekurang-
kurangnya 2 kali dengan perbedaan waktu 6 bulan dari waktu pemeriksaan pertama.hal ini
dilakukan untuk menentukan infeksi sudah sembuh atau malah bersifat kronis.tetapi jika pad
(Manuaba, 2008). 6 bulan berikutnya hasil pemeriksaan negatif maka ia dinyatakan sembuh.

4.3 Diagnosa Potensial


Pada teori ditemukan diagnosa potensial pada ibu hamil dengan hepatitis yaitu
Preeklamsia. J.Whitridge Williams,1930 melaporkan dan mengemukakan hipotesis tentang
hepatitis pada kehamilan yang menyatakan bahwa terdapat “toksin” yang menyebabkan
terjadinya gejala hepatitis
Berdasarkan dari kasus Ny “R” tidak ditemukan diagnosa potensial karena penulis
telah melakukan asuhan yang adekuat pada Ny “R”.

4.4 Tindakan Segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan tenaga
kesehatan dikonsultasikan tau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manejemen kebidanan. Jadi manejemen bukan hanya asuhan primer periodik atau
kunjungan prinatal saja tapi selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus misalnya,
pada waktu wanita dalam persalinan. Pada kasus Ny ”R” untuk tindakan segera pada kasus
dilakukan kolaborasi oleh bidan dengan dokter. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
antara tinjauan teori dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan.

4.5 Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manejemen terhadap masalah atau
diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada data ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien dan dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan
akan terjadi berikutnya.
Dengan kata lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencangkupi semua hal
yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan
efektif karena klien juga akan melaksanakan asuhan kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dari teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
1. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG
2. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilaksanakan tindakan operasi
3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga
4. Melakukan persiapan pre operasi
5. Pemantauan TTV dan DJJ
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan.
4.6 Penatalaksanaan
Rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di uraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanan ini bisa dilakukan seluruh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. Walaupun bidan tidak melakukan sendiri
bidan tetap bertanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan
langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaanan ibu dan janin
dalam batas normal.
2. Menjelaskan kepada ibu untuk melakukan diet tinggi kalori seperti mengkosumsi
ayam,alpokat,tetapi tidak selalu mengkosumsi makanan itu secara terus menerus,misalnya
diganti dengan mengkosumsi telur rebus,daging sapi tanpa lemak,susu rendah
lemak,selainan alpukat ada beberapa buah seperti (pisang,apel dan kiwia),dan diet rendah
lemak seperti atau atur pola makan yaitu gunakan minyak zaitun,minyak kedelai,minyak
kacang tanah,kmudia perbanyak makan sayur dan buah yang lebih segar,proses
memasaknya harus dengan dikukus,direbus,memangang dan hindari dengan cara digoreng.
3. Menjelaskan kebutuhan istirahat total,seperti siang 1-2 jam dan malam 7-8
jam,aktifitas sdikit dapat mengurangi kerja hepar.
4. Melakukan kolaborasi denga dokter dan tenaga medis lainnya, dalam memberikan
terapi tindakan dan pemeriksaan loboratorium ulang.

Pada kasus rencana tindakan yang sudah dibuat pada Ny ”R” sudah dilaksanakan
seluruhnya dengan demikian apa yang dijelaskan di tinjaun teori dan yang ditemukan di
studi kasus tidak ada kesenjangan.

4.7 Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut
dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut efektif dan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses
menajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu
mengulang lagi dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manejemen yang tidak
efektif serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Pada kasus Ny ”R” hasil evaluasi yang penulis dapatkan tercapai seluruh
perencanaan tindakan dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan teori dan yang
ditemukan di studi kasus tidak ada kesenjangan.
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hepatitis di sebabkan oleh virus dan merupakan penyakit hati yang paling sering di
jumpai dalam kehamilan. Pada wanita hamil, peniyebab hepatitis terutama oleh virus
hepatitis B walau kemungkinan juga dapat karena virus hepatitis A atau C . hepatitis juga
dapat terjadi pula setiap saat kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun
ibunya. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang
berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.

Pada trimester I dapat terjadi keguguran pada trimester II dan III sering terjadi
premature . adapun beberapa jenis virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G.

4.2 Saran

1. Penulis

Diharapkan menjadi koreksi diri dan juga bisa menjadi koreksi tentang pembuatan
makalah yang benar

2. Pembaca

Diharapkan pembaca memahami tentang penyakit hepatitis pada ibu hamil dan
persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Marmi, dkk.2013, Asuhan kebidanan patologi, 2012. Yogyakarta.Pustaka Pelajar


2. Diman Angsar. 2014. Hepatitis virus pada kehamilan. Jakarta : Cermin Dania
Kedokteran.
3. Hans Tandra, Widawati Soemarto. 2013. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC.
4. Oswari, 2015. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru.

Anda mungkin juga menyukai