DISUSUN OLEH:
DOSEN PEMBIMBING:
DEVI SYARIEF.,S.Si.T,M.Keb
NIDN. 10-1503-7501
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan karunia-NYA saya
dapat menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul “MANAGEMEN ASUHAN
KEBIDANAN IBU HAMIL NY. “R” G6P5A0H5 USIA KEHAMILAN 35-36
MINGGU DENGAN HEPATITIS DIPUSKESMAS NANGGALO TANGGAL 25
SEPTEMBER 2018” Asuhan kebidanan ini merupakan salah satu tugas dalam rangkaian
kesehatan Praktek Klinik Kebidanan (PKK II b) pada program studi DIII kebidanan
STIKes MERCUBAKTIJAYA padang.
Penulis
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 3
1.3 Tujuan.........................................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum.............................. ...............................................3
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Hepatitis....................................................................................6
2.2 Rumusan Masalah.......................................................................................6
2.3 Klasifikasi dan Pengobatan Hepatitis.........................................................6
2.4 Hepatitis dalam masa kehamilan................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 langkah pertama : pengkajian data.........................................................
4.2 langkah kedua : interprestasi data..........................................................
4.3 langkah ketiga : diagnosa potensial.......................................................
4.4 langkah keempat : tindakan segera dan kolaborasi....................................
4.5 langkah kelima : perencanaan.................................................
4.6 langkah keenam : pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan............................
4.7 langkah ketujuh : evaluasi
BAB V PENUTUP
5.1 kesimpulan...............................................................................
5.2 saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan pembuahan dan
diakhiri dengan proses persalinan (Mansjoer, 2001). Selama masa kehamilan, ibu dan janin
adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Selama kehamilan normal, saluran cerna dan organ-
organ penunjangnya mengalami perubahan, baik secara anatomis maupun fungsional, yang
dapat mengubah secara bermakna kriteria untuk diagnosis dan terapi untuk beberapa
penyakit.
Masih banyak masyarakat kita yang belum tahu, bahwa hubungan seks bebas juga
bisa menjadi sumber penularan Hepatitis. Sembarang melacur, lalu seorang suami tanpa
disadarinya sebab mungkin tidak tahu, menularkan penyakitnya kepada istrinya, lalu kepada
anak-anaknya lewat cemaran cairan tubuh antar-anggota keluarga, atau persalinan bayi.
Penyakit ini biasanya jarang terjadi pada wanita hamil. Namun, apabila timbul
ikterus (gejala kuning) pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling sering adalah
hepatitis virus.
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita
tidak hamil pada usia yang sama. Di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih mudah
terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi
yang kurang baik. Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan
angka kejadian yang sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5 persen hepatitis virus terjadi
pada trimester I, 32 persen terjadi pada trimester II, dan 58.5 persen terjadi pada trimester
III. Indonesia menjadi negara dengan penderita Hepatitis B ketiga terbanyak didunia setelah
China dan India dengan jumlah penderita 13 juta orang, sementara di Jakarta diperkirakan
satu dari 20 penduduk menderita penyakit Hepatitis B. Sebagian besar penduduk kawasan
ini terinfeksi Virus Hepatitis B (VHB) sejak usia kanak-kanak. Sejumlah Negara di Asia, 8-
10% populasi orang menderita Hepatitis B kronik (Sulaiman, 2013).Infeksi Hepatitis B
masih tinggi kejadiannya 4% - 30% pada orang normal, sedangkan pada penyakit hati
menahun angka kejadiannya 20% - 40%. Pada ibu hamil prevalensinya sebesar 4% dan
penularan ibu hamil yang mengidap Hepatitis ke bayinya sebesar 45,9% (Harahap, 2009).
Sedangkan di Kota Medan sendiri didapat 6,05% dari 314 pasien (survei nasional untuk
prevalensi Hepatitis B/C pada pasien hemodialisis) (Lukman, 2013).
1.2 Tujuan
TINJAUAN TEORI
Penyakit Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, sepertikimia, obat atau
agen penyebab infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang
dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari
6 bulan disebut hepatitis kronis. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan,
diantaranya hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan hepatitis G.
Hepatitis diisebabkan oleh beberapa jenis virus yang diketegorikan dalam beberapa
golongan, diantaranya hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan
hepatitis G. Hepatitis juga terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis
itinfeksiosa, demam kuning dan infeksi Virus Mumps, Virus Rubella, Virus
Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus Herpes. Penyebab hepatitis non – virus yang
utama adalah alkohol dan obat-obatan.
A. HEPATITIS A
1.Definisi
Penyakit Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali
menyebabkan kematian, Virus Hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A). Penyakit Hepatitis A
disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran / tinja penderita biasanya dengan
penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (fecal – oral), bukan melalui
aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain
(B dan C). Penyebaran melalui tinja / kotoran terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di
negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan
makanan. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari
oleh kotoran manusia penderita.
2.Masa inkubasi
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak waktu terkespos
atau terpapar terjadi, kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang
penyakit Hepatitis A.
Gejala – gejala subyektif berupa lemah, letih, lesu, hilang nafsu makan, seringkali
terjadi mual dan muntah yang terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan
terasa lemas.
Gejala – gejala obyektif yang ditemukan setelah pemeriksaan adalah Demam ( suhu
tubuh di atas 37,20C), mata dan kulit menjadi kuning, urin berwarna tua dan pekat,
dan tinja pucat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti
demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus.
(1) Pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan
dan mual;
(3) Stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk
memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT karena pada
hepatitis A bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama – GT dan alkali
fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.
Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit kuning muncul.
Pasien juga diharapkan menjaga kebersihan.
5.Pencegahan
Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang
dilakukan 6 – 12 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang
potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah.
6.Pengobatan
1. HEPATITIS B
1.Definisi
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya di dunia,
Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota famili
Hepadnavirus pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker
hati yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti
halnya Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker
hati.
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan
berbagaimacam zatkimia seperti karbon tetraklorida,chlorpromazine,chloroform, arsen, f
osfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa
menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap
melalui kulitpenderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah
pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa
saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.
Di daerah Timur dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis
menahun, sirosis dan kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai serum hepatitis dan telah
menjadi epidemi padasebagian Asia danAfrika.HepatitisBtelahmenjadi endemik di Tiongko
k dan berbagai negaraAsia.
2. Proses Penularan
Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan
darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularannya tidak semudah virus hepatitis A.
Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Hepatitis B dapat menyerang
siapa saja, tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan lebih berisiko terkena
penyakit.
a. Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus
Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau
segera setelah persalinan.
b. Secara horizontal, terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik
telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi
secara bersama-sama (jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi
berdarah) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual
dengan penderita atau mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria
homoseksual).
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di
tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B adalah demam, sakit perut dan
bagian tubuh tertentu bewarna kuning (terutama pada area mata yang putih / sklera).
Penderita hepatitis B kronik cenderung tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan
kepada orang lain menjadi lebih berisiko.
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Memiliki gejala berupa selera
makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang
disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul
gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak
kuning dan air seni berwarna seperti teh.
4.Diagnosa
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh
infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6
bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses
nekroinflamasi kronis hati. CarrierHBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten
hati tanpa nekroinflamasi.
Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi
Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi
dan histologi.
Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi.
Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat
dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon
serologi yang k urang baik pada terapi antiviral.
Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi,
kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Tujuan
pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis
penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral.
5.Pencegahan
6.Pengobatan
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka
akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada
cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.
Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus
Hepatitis B pasca periode akut.
1. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi
pembersihan virus, pasien sembuh.
1. HEPATITIS C
1.Definisi
Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C(VHC). Infeksi virus
ini menyebabkan peradangan hati atau hepatitis yang biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis
kronik yang berlanjut dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati.
2.Proses Penularan
Proses penularan penyakit Hepatitis C sebanyak 80 % akibat transfusi darah dan jarum
suntik yang terkontaminasi. Virus hepatitis C ditularkan melalui pemakai obat yang
menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual.
Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita penyakit hati alkoholik seringkali menderita
hepatitis C.Proses penularannya dapat pula melalui kontak darah serangga yang menggiti
penderita lalu mengigit orang lain di sekitarnya. Hepatitis C adalah akibat dari transplantasi
hati di Amerika Serikat.
Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, tetapi pada
penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan / kematian sel-sel hati dan terdeteksi
sebagai kanker (cancer) hati. Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita
Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun
lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah Lelah, Hilang selera
makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang
disebutjaundice (jarang terjadi).
Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan
urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi
bahkan normal.Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara
perlahan merusak hati bertahun-tahun.
4.Pencegahan
Sebagai usaha pencegahan, menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan
teliti dan menggunakan prinsip 6 langkah diperlukan untuk meminimalisasi penyebaran
mata rantai penyakit Hepatitis C.
5. Pengobatan
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon
alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C
adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah
perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita
Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini
tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.
1. HEPATITIS D
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini
menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap
virus ini adalah pecandu obat. Hepatitis D menular melalui darah yang terinfeksi. Penyakit
ini hanya timbul pada orang-orang yang telah terinfeksi dengan hepatitis B sebelumnya.
1. HEPATITIS E
1. Defenisi
2.Epidemiologi
Insiden hepatitis E tertinggi terdapat pada remaja dan orang dewasa berusia antara
15 – 40 tahun. Meskipun anak-anak sering terkena infeksi ini juga, namun mereka jarang
menunjukkan gejala. Tingkat kematian umumnya rendah, Hepatitis E biasanya akan hilang
dengan sendirinya dan pasien sembuh. Namun selama durasi infeksi (biasanya beberapa
minggu), penyakit ini sangat mengganggu aktivitas keseharian. Hepatitis E kadang-kadang
berkembang menjadi sebuah penyakit hati akut yang parah, dan fatal pada sekitar 2% dari
semua kasus. Secara klinis, penyakit ini sebanding dengan hepatitis A, tetapi pada wanita
hamil penyakit ini lebih sering parah dan berhubungan dengan sindrom klinis yang disebut
kegagalan hati fulminan. Wanita hamil, terutama pada trimester ketiga, mengalami tingkat
kematian tinggi dari penyakit ini (sekitar 20%).
Meskipun ada satu serotipe virus ini, empat genotipe yang berbeda telah dilaporkan.
Genotipe 1 dan 2 hanya terbatas pada manusia dan sering dikaitkan dengan wabah besar dan
epidemi di negara-negara berkembang dengan kondisi sanitasi yang buruk. Genotipe 3 dan 4
menginfeksi manusia, babi dan spesies hewan lainnya dan telah bertanggung jawab untuk
kasus-kasus sporadis hepatitis E di negara-negara berkembang dan industri.
3.Penyebaran
Hepatitis E adalah lazim di kebanyakan negara berkembang, dan umum di negara
manapun dengan iklim panas. Hal ini meluas di Asia Tenggara, Afrika bagian utara dan
tengah, India, dan Amerika Tengah. Ini menyebar terutama melalui kontaminasi tinja pada
pasokan air atau makanan; transmisi orang-ke-orang jarang ditemukan, namun bisa terjadi
saat berhubungan seks oral-anus (misalnya menjilat anus). Wabah epidemi Hepatitis E
paling sering terjadi setelah hujan lebat dan musim hujan karena gangguan pasokan air.
Hewan peliharaan telah dilaporkan sebagai reservoir untuk virus hepatitis E, dengan
beberapa survei menunjukkan angka infeksi melebihi 95% yang diantaranya berasal dari
babi. Kemungkinan Ini berlaku juga jika seseorang mengkonsumsi daging babi hutan dan
daging rusa mentah. Namun, tingkat penularan pada manusia melalui rute ini masih
diperdebatkan para ahli.
Sejumlah mamalia kecil lainnya telah diidentifikasi sebagai reservoir potensial: tikus
Bandicoot lebih rendah (Bandicota bengalensis), tikus hitam (Rattus rattus brunneusculus)
dan cecurut rumah Asia (Suncus murinus).
Sebuah virus flu burung telah digambarkan terkait dengan gejala Hepatitis-Splenomegaly
pada ayam. Virus ini secara genetis dan antigenically terkait dengan HEV mamalia dan
mungkin merupakan sebuah genus baru.
replikasi virus telah ditemukan dalam usus kecil, kelenjar getah bening, usus besar serta hati
babi yang terinfeksi.
4.Pencegahan
Perbaikan sanitasi adalah ukuran paling penting, yang terdiri dari perawatan kebersihan
pada pembuangan limbah manusia; juga penting standar yang lebih tinggi untuk persediaan
air masyarakat, baik prosedur kebersihan pribadi maupun persiapan makanan sanitasi.
Sebuah vaksin, berdasarkan protein-protein virus yang di-re-kombinasi,telah
dikembangkan dan baru-baru ini diuji dalam suatu populasi berisiko tinggi (personil militer
dari negara berkembang). Vaksin tampak efektif dan aman, namun penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk menilai perlindungan vaksin jangka panjang dan efektifitas biaya vaksinasi
hepatitis E.
1. HEPATITIS G
1.Definisi
Hepatitis G adalah penyakit inflamasi hati yang baru ditemukan.
2.Penyebab
Disebabkan oleh hepatitis G virus (HGV), yang mirip dengan virus hepatitis C. Kontak
dengan darah yang terinfeksi HGV.
3.Gejala
Kebanyakan orang tidak memiliki gejala akut. Sebanyak 20 % dari penderita hepatitis C
juga menderita hepatitis ini.
4.Diagnosa
Metode yang digunakan untuk mendeteksi HGV sangat komplek untuk mengetahui
adanya antibodi HGV. Namun ketika antibodi telah ditemukan, virus itu sendiri telah
menghilang.
5.Pengobatan
Tidak ada perawatan spesifik untuk penyakit hepatitis akut ini. Penderita harus banyak
istirahat, menghindari alkohol dan makan makanan bergizi.
6.Pencegahan
Hepatitis G ditularkan melalui infeksi melalui darah. Pencegahannya dengan
menghindari kontak dengan darah yang terkontaminasi. Jangan gunakan jarum suntik atau
peralatan lain secara bersamaan.
2.4 Hepatitis Dalam Masa Kehamilan
Pada wanita hamil kemungkinan terjangkit virus Hepatitis dengan wanita tidak hamil pada
wanita yang tidak hamil namun memiliki klasifikasi usia yang sama. Kelainan hepar yang
mempunyai hubungan langsung dengan peristiwa kehamilan ialah
Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung dengan peristiwa
kehamilan, namun tetap memerlukan penanganan khusus, mengingat penyulit-penyulit yang
mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.
Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesaran. Hal ini bertentangan
dengan penelitian pada binatang yang menunjukkan bahwa hepar membesar pada waktu
kehamilan. Bila kehamilan sudah mencapai trimester ke III, sukar untuk melakukan palpasi
pada hepar, karena hepar tertutup oleh pembesaran rahim.
Oleh karena itu bila pada kehamilan trimester ke III hepar dapat dengan mudah diraba,
berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang sangat bermakna. Perubahan-perubahan
mikroskopik pada hepar akibat kehamilan adalah tidak khas. Pengaliran darah ke dalam
hepar tidak mengalami perubahan, meskipun terjadi perubahan yang sangat menyolok pada
sistem kardio vaskuler.
Wanita hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip adanya penyakit – penyakit hepar,
misalnya : spider naevi dan palmarerythema, yang wajar pada kehamilan, akibat
meningkatnya kadar estrogen. Semua protein serum yang disintesis dalam hepar mengalami
perubahan pada waktu kehamilan. Jumlah protein serum menurun sekitar 20% pada
trimester II, akibat penurunan kadar albumin secara menyolok, sedangkan fibrinogen justru
mengalami kenaikan.
b. Pengaruh Hepatitis Pada Kehamilan dan Janin
Bila hepatitis terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-gejala
nya akan sama dengan gejala hepatitis pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-gejala
yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester
III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.
Hepatitis terjadi pada trimester III menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat dan
penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute hepatic
necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi. Pada
trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropik disertai kebutuhan janin yang meningkat
akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic necrosis. Tampaknya
keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose.
Berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi
Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan
protein untuk pertumbuhan janin, menyebabkan infeksi hepatitis pada kehamilan memberi
gejala-gejala yang jauh lebih berat.
a. Melewati placenta
b. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
c. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
d. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.
5. Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus
in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus
yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B.
Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta ialah ditemukannya
hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah
dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi
hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai
dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis.
Perubahan-perubahan yang lanjut pada hepar ini, mungkin terjadi bila infeksi sudah
mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih
banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis
dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis
dari Ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi
pada Ibu dengan saat persalinan. Ibu hamil yang menderita hepatitis B dengan gejala-gejala
klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan jauh lebih besar kepada janinnya
dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.
Ibu hamil yang mengalami hepatitis B, dengan gejala yang jelas, 48% dari bayinya
terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B
antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus,
belum jelas pengaruhnya terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa
kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya
icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem icterus terjadi
akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang
mengalami hemolitik jaundice.
Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka gejala-
gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat
dibuktikan, bahwa hepatitis pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan kongenital
janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis, tidak dijumpai
perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi
penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin
dengan kehamilan berikutnya.
a. Pencegahan
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A
hendaknya diberi immuno globulin sejumlah 0,1 cc/kg berat badan. Gamma globulin tidak
efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan
seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis. Untuk
kehamilan berikutnya diberi jarak sekurang – kurangnya enam bulan setelah persalinan,
dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laboratorium telah
kembali normal. Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan
laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.
b. Pengobatan
Pengobatan infeksi hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil.
Penderita harus istirahat di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam
serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi
protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison
baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan cukup
berat, mempunyai resiko untuk terjadinya perdarahan post-partum, karena menurunnya
kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan
dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigen secara
periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila tidak mengalami
penyulit-penyulit lain.
c. Penanganan Khusus
1. Rawat inap dan tirah baring
2. Isolasi pasien, lakukan pemeriksaan serologik
3. Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein
4. Rehidrasi apabila terjadi defisit cairan akibat muntah yang
d. berlebihan dan demam
1. Berikan vitamin K, glukosa dan kurkuma rhizoma
2. Evaluasi profil biofisik atau kondisi janin
3. Penatalaksanaan neonatal
4. Evaluasi sistem pembekuan darah
2. Masalah
Hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian yang menyertai diagnosa. Masalah yang terjadi pada ibu hamil
dengan hipertensi meliputi : pandangan mata kabur dan sering pusing (Dian,
2012)
3. Kebutuhan
merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi di dalam
diagnose dan masalah. Kebutuhan pada ibu hamil dengan hipertensi adalah diet
tinggi protein dan rendah garam Dian, 2012) menpenjelasan tentang penyebab
terjadinya hipertensi tujuannya agar ibu tidak cemas dan memberikan
perencanaan untuk mengurangi kecemasan dan ketidaknyamanan ibu tersebut.
C. Langkah Ketiga : Diagnosa potensial
Pada langkah ini mengidentikasi masalah potensial dan diagnose potensial
berdasarkan diagnose atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ini bidan dituntut untuk
mampu mengatasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnose potensial
tidak terjadi. Diagnosa yang mengkin terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi adalah
pertumbuhan janin terhambat (IUGR), kematian janin, persalinan prematur, solusio plasenta
dan pre eklamsia . Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.
TIJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 30 Oktober 2017
Jam masuk : 11.00 WIB
Tanggal masuk Ruang OK : 30 Oktober 2017
Jam masuk Ruang OK : 18.00 WIB
Jam Pengkajian : 11.00 WIB
No. MR : 2409XX
A. IDENTITAS / BIODATA
Nama ibu : Ny. R Nama suami : Tn. M
Umur : 37 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Minang Suku : Minang
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : nanggalo siteba padang Alamat : nanggalo siteba padang
No. HP : 08238356xxxx No. HP : 08127788xxxx
B. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama
Ny r datang kepuskesmas inggin memeriksakan kehamilannya,ibu mengatakan ini
kehamilan yang ke enam dan inggin kontrol ulang kehamilan
2. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Haid : Teratur : Ya
Siklus : 28 hari
c. Disminorea : Tidak ada
d. Warna : Merah kehitaman
e. Bentuk perdarahan/haid : Encer
f. Flour albus : Tidak ada
2. 6 th aterm sponta BPS Tdk Tdk Dokte 49cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada r 3500gr/
P
3. 4 th aterm sponta BPS Tdk Tdk Bidan 49cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada 3500gr/
LK
4 3 th aterm sponta BPS Tdk Tdk Bidan 50cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada 3400gr/
p
5 2th aterm sponta BPS Tdk Tdk Bidan 49cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada 3600gr/
p
6 ini
C. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Baik
Berat Badan Sebelum Hamil : 49 kg
Berat Badan Sekarang : 59 kg
Tinggi Badan : 154 cm
Lingkar Lengan Atas (LILA) : 26 cm
4. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. INSPEKSI
Linea alba : Ada
Striae : Tidak Ada
Bekas Luka Operasi : Ada
b. PEMESARAN PERUT : Sesuai usia kehamilan
c. TERLIHAT GERAKAN ANAK : Ya
d. PALPASI
Leopold I : TFU setinggi PX, bagian fundus teraba
bundar, lunak dan tidak melenting
kemungkinan bokong janin.
Leopold II : Pada perut ibu sebelah kanan teraba keras,
memapan dan memanjang kemungkinan
punggung janin. Bagian kiri perut ibu teraba
tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan
ekstremitas janin
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras
dan masih bisa digoyangkan kemungkinan
kepala janin, kepala belum masuk PAP.
Leopold IV : belum dilakukan
Mc. Donald : 32 cm
TBBJ : 2.945 gram
e. AUSKULTASI
DJJ : Positif (+)
Frekuensi : 145 kali/menit
Intensitas : Kuat
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. LABORATORIUM :
HB : 10,5 gram %
Protein Urine : Negatif (-)
Glukosa Urine : Negatif (-)
HBsAG : positif
b. USG/CTG : Ada
c. RADIOLOGI : Tidak dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang terjadi antara
tinjauan teori dengan tinjauan kasus dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan pada
ibu bersalin Ny “R“ umur 37 tahun dengan Hepatitis. Pembahasan ini disusun berdasarkan
teori dari asuhan yang nyata dengan asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah Varney :
4.5 Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manejemen terhadap masalah atau
diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada data ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien dan dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan
akan terjadi berikutnya.
Dengan kata lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencangkupi semua hal
yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan
efektif karena klien juga akan melaksanakan asuhan kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dari teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
1. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG
2. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilaksanakan tindakan operasi
3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga
4. Melakukan persiapan pre operasi
5. Pemantauan TTV dan DJJ
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan.
4.6 Penatalaksanaan
Rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di uraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanan ini bisa dilakukan seluruh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. Walaupun bidan tidak melakukan sendiri
bidan tetap bertanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan
langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaanan ibu dan janin
dalam batas normal.
2. Menjelaskan kepada ibu untuk melakukan diet tinggi kalori seperti mengkosumsi
ayam,alpokat,tetapi tidak selalu mengkosumsi makanan itu secara terus menerus,misalnya
diganti dengan mengkosumsi telur rebus,daging sapi tanpa lemak,susu rendah
lemak,selainan alpukat ada beberapa buah seperti (pisang,apel dan kiwia),dan diet rendah
lemak seperti atau atur pola makan yaitu gunakan minyak zaitun,minyak kedelai,minyak
kacang tanah,kmudia perbanyak makan sayur dan buah yang lebih segar,proses
memasaknya harus dengan dikukus,direbus,memangang dan hindari dengan cara digoreng.
3. Menjelaskan kebutuhan istirahat total,seperti siang 1-2 jam dan malam 7-8
jam,aktifitas sdikit dapat mengurangi kerja hepar.
4. Melakukan kolaborasi denga dokter dan tenaga medis lainnya, dalam memberikan
terapi tindakan dan pemeriksaan loboratorium ulang.
Pada kasus rencana tindakan yang sudah dibuat pada Ny ”R” sudah dilaksanakan
seluruhnya dengan demikian apa yang dijelaskan di tinjaun teori dan yang ditemukan di
studi kasus tidak ada kesenjangan.
4.7 Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut
dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut efektif dan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses
menajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu
mengulang lagi dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manejemen yang tidak
efektif serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Pada kasus Ny ”R” hasil evaluasi yang penulis dapatkan tercapai seluruh
perencanaan tindakan dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan teori dan yang
ditemukan di studi kasus tidak ada kesenjangan.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hepatitis di sebabkan oleh virus dan merupakan penyakit hati yang paling sering di
jumpai dalam kehamilan. Pada wanita hamil, peniyebab hepatitis terutama oleh virus
hepatitis B walau kemungkinan juga dapat karena virus hepatitis A atau C . hepatitis juga
dapat terjadi pula setiap saat kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun
ibunya. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang
berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.
Pada trimester I dapat terjadi keguguran pada trimester II dan III sering terjadi
premature . adapun beberapa jenis virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G.
4.2 Saran
1. Penulis
Diharapkan menjadi koreksi diri dan juga bisa menjadi koreksi tentang pembuatan
makalah yang benar
2. Pembaca
Diharapkan pembaca memahami tentang penyakit hepatitis pada ibu hamil dan
persalinan.
DAFTAR PUSTAKA