Standar auditing berisi empat standar pelaporan berlaku umum yaitu: a. Standar Pelaporan Pertama. Standar pelaporan yang pertama menyatakan sebagai berikut: “Laporan Audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum” Istilah prinsip akuntansi berlaku umum yang dimaksud diatas adalah meliputi prinsip akuntansi, praktik akuntansi, dan metode penerapan prinsip akuntansi. Standar pelaporan yang pertama mengharuskan auditor untuk secara eksplisit menyatakan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Standar ini menghendaki pernyataan suatu pendapat, bukan pernyataan tentang fakta. SA 411.04, Makna Menyajikan Secara Wajar Sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PSA No.08), menyatakan bahwa pendapat auditor tentang kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum harus didasarkan atas pertimbangan-pertimbangannya apakah: Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum. Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan. Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat memengaruhi penggunaanya, pemahamannya, dan penafsiran. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci ataupun tidak terlalu ringkas. Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kasdalam batas-batas yang dapat diterima, yaitu batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan. Yang menjadi sumber acuan prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah sebagai berikut: a) Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh Ikatan Akuntan Indonesia. b) Literatur akuntansi lainnya, termasuk di dalamnya International Accounting Standards Comittee Statements, yaitu pernyataan yang dibuat oleh asosiasi profesional lain atau badan pengatur buku teks, handbooks, dan artikel akuntansi.
b. Standar Pelaporan Kedua.
Standar pelaporan kedua berbunyi sebagai berikut: “Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya” Tujuan dari standar ini adalah memberi jaminan bahwa komparabilitas di antara dua periode akuntansi tidak dipengaruhi secara material oleh perubahan dalam prinsip akuntansi dan mengharuskan pelaporan yang tepat oleh auditor apabila komparabilitas telah dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi. 1) Perubahan akuntansi yang mempengaruhi konsistensi Perubahan akuntansi yang memengaruhi konsistensi yaitu antara lain sebagai berikut. a) Perubahan dalam prinsip akuntansi itu sendiri. b) Perubahan dalam metoda penerapan suatu prinsip. c) Perubahan dalam satuan usaha yang membuat laporan. 2) Perubahan-perubahan yang tidak memengaruhi konsistensi Standar konsistensi tidak mencakup perubahan atas komparabilitas yang diakibatkan oleh hal-hal berikut: a) Perubahan dalam estimasi akuntansi. b) Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi. c) Perubahan dalam klasifikasi dan klasifikasi kembali. d) Transaksi atau kejadian yang sangat berbeda. e) Perubahan atas kondisi perusahaan. f) Perubahan berupa adanya produk baru. g) Bencana alam. c. Standar Pelaporan Ketiga. Standar pelaporan ketiga menyatakan hal berikut ini. “Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit” Standar ini berkaitan erat dengan informasi tambahan sebagai pendukung dan pelengkap laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk catatan atas laporan keuangan ataupun dalam bentuk pengungkapan lain. Laporan audit tidak perlu menyatakan hal ini apabila pengungkapan informatif sudah memadai.
d. Standar Pelaporan Keempat.
“Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikulnya” Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah kesalahan penafsiran tingkat tanggungjawab auditor apabila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. 1) Pernyataan suatu pendapat. Standar ini mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat atau pernyataan bahwa suatu pendapat tidak dapat diberikan.Apabila pernyataan pendapat tidak dapat diberikan, alsannya harus dinyatakan dalam laporan auditor. 2) Laporan keuangan. Laporan keuangan yang dimaksud dengan standar ini bisa berupa sebuah laporan, seperti misalnya neraca, atau seperangkat laporan utam yang lengkap (neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas).Kata-kata “secara keseluruhan” dalam standar pelaporan keempat mempunyai berbagai makna yang sangat penting bagia auditor.Pertama, pendapat auditor diberikan untuk masing-masing laporan secara keseluruhan.Kedua, “secara keseluruhan” tidak berarti bahwa auditor dilarang untuk menyatakan pendapat yang berbeda atas laporan-laporan yang termasuk dalam seperangkat laporan keuangan yang lengkap. 3) Karakter suatu audit. Dalam menyatakan atau menolak memberi pernyataan pendapat atas laporan keuangan, auditor diminta untuk menunjukkan dalam laporannya petunjuk yang jelas mengenai karakter audit. 4) Keterkaitan dengan laporan keuangan. Seorang akuntan publik terkait dengan laporan keuangan auditan apabila ia telah ditunjuk untuk mengaudit laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan telah menerapkan prosedur-prosedur auditing atas laporan keuangan tersebut. 5) Tingkat tanggungjawab. Ketentuan terakhir dalam standar pelaporan keempat adalah bahwa auditor harus menunjukkan tingkat tanggungjawabnya atas audit dan pendapat yang diberikannya. Apabila terdapat lebih dari seorang auditor terlibat dalam audit dan setiap auditor hanya bertanggungjawab atas pekerjaan yang dilakukannya, maka laporan auditor harus menunjukkan pembagian tanggungjawab yang terjadi.
12.2 Laporan Auditor.
Keempat standar pelaporan dalam standar auditing dipenuhi dengan diterbitkannya sebuah laporan auditor dalam bentuk sesuai dengan keadaannya. Meskipun dalam kebanyakan audit, auditor menerbitkan laporan bentuk baku, namun dalam keadaan-keadaan tertentu auditor harus mengeluarkan laporan dalam bentuk menyimpang dari laporan bentuk baku. a) Laporan Bentuk Baku. Laporan bentuk baku terdiri dari paragraf pendahuluan, paragraf lingkup, dan paragraf pendapat dengan kalimat-kalimat standar (baku). Laporan pada umumnya ditujukkan kepada orang atau orang-orang yang menunjuk atau memberi penugasan kepada auditor. Laporan bnetuk baku diberi tanggal sesuai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Tanda tangan pada laporan adalah nama kantor akuntan publik, karena kantor akuntan publik memikul tanggung jawab atas pekerjaan dan temuan yang telah dilakukan staf profesionalnya. b) Penyimpangan dari Laporan Bentuk Baku. Penyimpangan dari laporan bentuk baku terjadi apabila auditor berkesimpulan bahwa perlu ditambahkan paragraf penjelasan pada laporan auditor dengan tetap memberi pendapat wajar tanpa pengecualian atau harus diberikan jenis pendapat yang lain atas laporan keuangan. 1) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas. Terdapat beberapa keadaan yang memerlukan tambahan paragraf penjelasan atas laporan bentuk baku dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yaitu: (a) Ketidaksesuaian dengan suatu prinsip akuntansi yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan- keadaan yang luar biasa. (b) Tidak konsisten dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum. (c) Ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang yang hasilnya belum dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit. (d) Keraguan besar tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. (e) Pemberian tekanan atas masalah tertentu oleh auditor. (f) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. 2) Pendapat auditor jenis lain Auditor mungkin berkesimpulan bahwa pendapat wajar tanpa pengecualian tidak dapat dibeikan. Dalam situasi demikian, SA 508.10 menyatakan bahwa auditor bisa menyatakan salah satu dari jenis pendapat berikut yaitu : (1) Pendapat wajar dengan pengecualian. Dengan pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas satuan usaha tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. (2) Pendapat tidak wajar. Dengan pendapat tidak wajar, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas satuan usaha tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. (3) Pernyataan tidak memberi pendapat. Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Keadaan-keadaan yang menyebabkan diterbitkannya pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, dan menolak memberikan pendapat yaitu : Pembatasan lingkup audit. Ketidaksesuaian dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Penerapan prinsip akuntansi tidak konsisten. Pengungkapan tidak memadai. Ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang. Keraguan besar akan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pendapat auditor sebagian didasarkan pada pendapat yang diberikan oleh auditor independen lain. 12.3 Pengaruh Situasi yang Menyebabkan Penyimpangan dari Laporan Standar. 1. Pembatasan Lingkup Apabila auditor tidak dapat melaksanakan prosedur yang diperlukan atau prosedur tidak dapat menghasilkan bukti yang cukup, dikatakan bahwa auditor mengalami pembatasan lingkup pemeriksaan. Pembatasan lingkup bisa berasal dari klien atau bisa juga merupakan akibat dari suatu keadaan. a) Penugasan Pelaporan Terbatas. Auditor bisa diminta untuk mengaudit hanya satu laporan keuangan utama. Penugasan demikian tidak merupakan pembatasan lingkup pemeriksaan sepanjang auditor bisa melaksanakan semua prosedur yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan. b) Jenis Pendapat Lainnya Pembatasan lingkup mengharuskan auditor untuk menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberi pendapat atas laporan keuangan. c) Pendapat Wajar Dengan Pengecualian. Apabila auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, maka yang harus dilakukan yaitu : (a) Menunjukkan adanya pembatasan lingkup pemeriksaan dalam paragraf lingkup. (b) Memberikan substansi alasan pembatasan dalam suatu paragraf penjelasan. (c) Menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian dalam paragraf pendapat dengan merujuk pada paragraf penjelas. d) Pernyataan Tidak Memberi Pendapat. Apabila auditor menyatakan pernyataan tidak memberi pendapat, maka yang harus dilakukan yaitu : (a) Paragraf pendahuluan harus dimodifikasi. (b) Paragraf lingkup audit dihilangkan. (c) Paragraf penjelasan dicantumkan setelah paragraf pendahuluan yang menerangkan alasan tidak memberi pendapat. (d) Paragraf ketiga dan kesimpulan berisi penolakan memberi pendapat. 2. Ketidaksesuaian dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Apabila laporan keuangan klien berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, dampaknya terhadap laporan auditor akan berbeda tergantung apakah penyimpangan itu terhadap prinsip akuntansi yang diterapkan IAI atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. 1) Paragraf Penjelasan dengan Pendapat Wajar tanpa Pengecualian. Apabila auditor setuju karena adanya keadaan luar biasa, maka diperlukan penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI agar laporan keuangan tidak menjadi menyesatkan, maka auditor bisa menerbitkan laporan dengan pendapat wajar tanpa pengecualian disertai dengan paragraf penjelasan. Secara spesifik laporan tersebut harus mengandung unsur-unsur berikut ini. a) Paragraf pendahuluan dan paragraf lingkup bentuk baku. b) Paragraf penjelasan yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat yang menjelaskan keadaan-keadaan dan menyatakan bahwa penggunaaan prinsip alternatif bisa dibenarkan. c) Pendapat wajar tanpa pengecualian dalam paragraf pendapat bentuk baku. 2) Jenis Pendapat Lainnya. SA 508.50 menyatakan bahwa dalam menetapkan pendapat yang tepat, auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut, yaitu besarnya dampak dalam nilai rupiah, signifikan tidaknya suatu pos bagi perusahaan, luasnya akibat salah saji, dan dampak salah saji terhadap laporan keuangan sebagai keseluruhan. 3) Pendapat Wajar dengan Pengecualian. Apabila diterbitkan pendapat wajar dengan pengecualian, maka auditor harus melakukan hal-hal sebagai berikut. a) Mengungkapkan dalam suatu paragraf penjelasan yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat semua alasan substantif mengenai pendapat yang diberikan. b) Mengungkapkan dalam paragraf penjelasan dampak utama penyebab pengecualian terhadap posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran kas, jika hal ini praktis dapat dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat secara beralasan ditentukan, laporan audit harus menyatakan hal tersebut. c) Menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian dalam paragraf pendapat dengan merujuk pada paragraf penjelasan. 4) Pendapat Tidak Wajar. Pengaruh pemberian pendapat tidak wajar atas laporan auditor serupa tapi tidak identik dengan pengaruh pendapat wajar dengan pengecualian. Dalam hal ini paragraf penjelasan harus menunjukkan semua alasan substantif yang mendukung pendapat tidak wajar, jika praktis dapat dilakukan dan paragraf pendapat harus menyatakan bahwa karena dampak hal- hal yang diterangkan dalam paragraf penjelasan, maka laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. 3. Tidak Ada Konsistensi dalam Penerapan Prinsip Akuntansi. Dampak dari tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi terhadap laporan auditor akan tergantung pada apakah perubahan tersebut masih sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Suatu perubahan dikatakan dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum apabila prinsip yang baru merupakan suatu prinsip akuntansi yang berlaku umum, perubahan dilakukan dengan benar dan diungkapkan dalam laporan keuangan, dan manajemen mempunyai alasan yang bisa dipertanggungjawabkan bahwa prinsip yang baru lebih tepat dibandingkan dengan prinsip yang lama. 1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan. Apabila perubahan dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, auditor akan menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan wajar tanpa pengecualian dan menjelaskan perubahan dalam suatu paragraf tambahan yang dicantumkan setelah paragraf pendapat. 2) Jenis Pendapat Lainnya. Apabila perubahan dalam prinsip akuntansi tidak dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas perubahan. Selain itu, auditor harus menambahkan paragraf penjelasan yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat untuk menjelaskan adanya penerapan prinsip akuntansi yang tidak konsisten dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 3) Pengungkapan Tidak Memadai. Apabila laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan gagal dalam mengungkapkan informasi sebagaimana dimintaoleh prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Dalam keadaan demikian, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar, karena terdapat ketidaksesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga oleh karenanya laporan auditor harus menyimpang dari laporan bentuk baku. Penyimpangan dari laporan bentuk baku karena pengungkapan tidak memadai jarang terjadi. 4. Keraguan Besar akan Kemampuan Perusahaan Untuk Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya. Dalam suatu audit, perusahaan diasumsikan akan berlangsung terus diwaktu-waktu yang akan datang. Namun auditor bertanggungjawab untuk menilai apakah dalam kenyataannya perusahaan akan mampu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca tahun yang diaudit. SA 341.06 (PSA No. 30) menunjukkan beberapa contoh, namun tak terbatas pada kondisi berikut, yaitu trend negatif, petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, masalah intern, dan masalah luar yang terjadi. Auditor harus mempertimbangkan rencana manajemen untuk mengatasipengaruh kondisi-kondisi di atas. Manajemen mungkin bisa merencanakan untuk menjual aktivanya, meminjam uang atau merestrukturisasi utang, mengurangi atau menunda pengeluaran atau menaikkan setoran modal pemilik. 1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan. Apabila keadaan-keadaan tentang kemapuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya diungkapkan secara memadai dalam catatan atas laporan keuangan, auditor harus menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian, dan menambahkan paragraf penjelsan yang dicantumkan setelah paragraf pendapat dengan mengacu pada catatan atas laporan keuangan yang bersangkutan. 2) Jenis Pendapat lainnya. Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan yang dilakukan perusahaan dalam laporan keuangan tidak memadai, berarti laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Oleh karena itu, auditor harus memberi pendapat wajar dengan pengecualian atau pernyataan tidak wajar karena adanya ketidaksesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang disebabkan oleh pengungkapan yang tidak memadai. 5. Penekanan Atas Suatu Hal. Dalam keadaan tertentu, auditor mungkin perlu memberi penekanan atas suatu hal yang berkaitan dengan laporan keuangan, namun ia bermaksud untuk menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian. Informasi penjelasan ini harus disajikan dalam suatu paragraf terpisah dalam laporan audit. Dalam laporan tersebut auditor harus menggunakan kalimat-kalimat baku dalam paragraf pendahuluan, lingkup, dan pendapat. Selain itu auditor juga harus menjelaskan hal yang ditekankan dalam suatu paragraf penjelasan, dan paragraf pendapat tidak merujuk kepada paragraf penjelasan. 6. Pendapat Auditor Sebagian Didasarkan Pada Laporan Auditor Lain. Apabila klien memiliki satu atau lebih anak perusahaan, divisi, atau cabang, kadang- kadang diperlukan lebih dari satu kantor akuntan publik untuk berpartisipasi dalam pengauditan laporan keuangan perusahaan tersebut. Apabila terdapat terdapat dua atau lebih kantor akuntan publik terlibat dalam suatu audit, maka salah satu kantor akuntan harus bertindak sebagai auditor utama. keuangan. 1) Keputusan untuk Tidak Mengacu. Apabila auditor utama dapat meyakinkan dirinya tentang (1) independensi dan reputasi profesional auditor lain, dan (2) lingkup dan kualitas pemeriksaan yang dilakukan auditor lain, biasanya auditor utama akan memutuskan untuk tidak mengacu kepada pemeriksaan auditor lain atau dengan perkataan lain ia akan memikul seluruh tanggungjawab atas audit dan pendapat yang diberikan dalam audit atas laporan keuangan klien yang bersangkutan. Apabila auditor memutuskan untuk tidak mengacu kepada pemeriksaan auditor lain, maka auditor utama bisa menerbitkan laporan bentuk baku. Dalam laporannya auditor utama sama sekali tidak menyinggung adanya bagian laporan keuangan yang diaudit auditor lain, karena ia memikul seluruh tanggungjawab atas audit dan pendapatnya. 2) Keputusan untuk Mengacu. Auditor utama bisa memutuskan untuk mengacu pada auditor lain apabila satu atau lebih faktor di atas tidak terpenuhi, termasuk apabila bagian dari laporan keuangan yang diaudit auditor lain cukup material terhadap laporan keuangan sebagai keseluruhan. Dalam mengambil keputusan demikian, auditor utama harus mengajukan pertanyaan tentang reputasi profesional auditor lain dan mendapatkan surat pernyataan dari auditor lain bahwa ia independen terhadap klien. Apabila auditor lain merupakan kantor akuntan yang berdomisili di luar negeri, maka auditor utama harus menanyakan kepada auditor tersebut apakah ia memahami standar auditing dan prinsip akuntansi berlaku umum yang berlaku di Indonesia. 3) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas. Apabila auditor utama memutuskan untuk mengacu pada auditor lain, laporan harus secara jelas menunjukkan pembagian tanggungjawab yang ada di antara para auditor. Hal ini bisa dicapai dengan melakukan perubahan berikut dalam laporan: (1) Dalam paragraf pendahuluan, harus ditunjukkan besarnya bagian dari laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain. (2) Dalam paragraf lingkup, laporan auditor lain harus dimasukkan sebagai sumber dasar bagi auditor utama dalam menentukan pendapat mengenai kewajaran. (3) Dalam paragraf pendapat, harus disebutkan bahwa auditor mengacu kepada laporan auditor lain. 4) Jenis Pendapat Lainnya. Apabila auditor berkesimpulan bahwa pekerjaan auditor lain tidak dapat diandalkan dan pekerjaan tersebut material terhadap laporan keuangan sebagai keseluruhan, maka terjadilah pembatasan lingkup. Dalam hal demikian, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau menyatakan tidak memberi pendapat.
12.4 Pertimbangan Lainnya dalam Pelaporan.
1. Pelaporan apabila akuntan publik tidak independen. Seorang akuntan publik mungkin mengaudit laporan keuangan dalam posisi tidak independen terhadap klien.Apabila akuntan publik mungkin berkedudukan tidak independen, maka akuntan publik tersebut tidak diperbolehkan mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian, melainkan harus mengeluarkan pernyataan tidak memberi pendapat. SA 504, Pengauditan Nama Auditor Dengan Laporan keuangan (PSA No. 52), menyatakan bahwa dalam situasi seperti di atas, auditor harus menerbitkan laporan satu paragraf. Walaupun berkedudukan tidak independen, seorang akuntan publik yang mengetahui adanya penyimpangan material terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum harus juga (1) mendesak dilakukannya revisi atas laporan keuangan, atau (2) menjelaskan penyimpangan dalam penolakan pendapatnay, atau (3) menolak namanya dikaitkan dengan laporan keuangan 2. Keadaan-keadaan yang Berhubungan dengan Laporan keuangan Komparatif. Selama audit atas tahun berjalan, auditor harus waspada terhadap keadaan atau kejadian yang terjadi pada periode-periode laporan keuangan yang lalu. Keadaan-keadaan tersebut meliputi: 1) Pendapat audit berbeda. Untuk suatu tahun tertentu, auditor mungkin menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian untuk suatu laporan dan memberi pendapat yang berbeda untuk laporan lainnya. Demikian pula, dalam laporan komparatif, auditor bisa memberi jenis laporan berbeda untuk satu atau lebih laporan untuk tahun yang lalu dan memberi pendapat wajar tanpa pengecualian untuk laporan yang sama tahun ini. 2) Pemutahiran suatu pendapat. Auditor yang mengaudit tahun sekarang mungkin memperoleh bukti bahwa pendapat atas laporan keuangan tahun lalu seharusnya berbeda dengan pendapat yang telah diberikan. Hal tersebut bisa timbul dari kejadian-kejadian seperti (1) penyelesaian kemudian suatu ketidakpastian yang ada pada tahun yang lalu, (2) ditemukannya suatu ketidakpastian yang seharusnya diterapkan ke tahun lalu yang tidak diketahui ketika pendapat atas laporan keuangan tahun lalu diberikan, atau (3) penyajian kembali laporan tahun lalu agar laporan tersebut menjadi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemutahiran atas pendapat tahun lalu diwujudkan dalam laporan auditor dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, kecuali untuk tambahan paragraf penjelasan yang menguraikan secara detil pendapat yang berbeda dan semua alasan substantif mengenai perubahan pendapat tersebut. 3) Penggantian auditor. Apabila laporan auditor pendahulu periode sebelumnya tidak disajikan, maka auditor pengganti harus memodifikasi laporannya untuk menjelaskan keadaan. Karena keadaan menyangkut kantor akuntan yang melaksanakan audit, maka penjelasan ditambahkan pada paragraf pendahuluan, bukan dalam paragraf terpisah. Auditor pengganti harus menunjukkan dalam laporan tahun ini hal-hal seperti (1) bahwa laporan keuangan periode lalu telah diaudit oleh auditor lain, (2) tanggal laporan auditor pendahulu, (3) jenis laporan yang diterbitkan oleh auditor pendahulu, dan (4) apabila pendapat bukan wajar tanpa pengecualian, maka alasan pemberian pendapat perlu dikemukakan. 3. Informasi yang Disertakan pada Laporan keuangan Auditan. 1) Informasi Tambahan Yang Diharuskan Oleh IAI Auditor diminta untuk menerapkan prosedur-prosedur tertentu atas informasi dan melaporkan setiap kekurangan atau tidak disertakannya informasi tersebut. Berhubung informasi tersebuttidak diaudit dan bukan merupakan bagian yang diharuskan dari lapora keuangan utama, maka SA 558.08 (PSA No. 50) menetapkan bahwa auditor tidak perlu mengacu ke informasi tambahan atau prosedur terbatas dalam paragraf penjelasan auditnya atas laporan keuangan auditan, kecuali jika terdapat keadaan berikut ini: (1) Informasi tambahan yang ditambahkan oleh IAI untuk disajikan dalam keadaan tertentu tidak disajikan oleh klien. (2) Pengukuran dan penyajian informasi tambahan tersebut menyimpang secara material dari pedoman yang ditetapkan (3) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur yang ditetapkan (4) Auditor tidak dapat menghilangkan kesangsian mengenai apakah informasi tambahan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan. 2) Informasi Yang Disajikan Secara Sukarela Oleh Manajemen. Auditor diminta untuk membaca informasi dari laporan tahunan suatu perusahaan untuk memastikan apakah data atau cara menyajikannya tidak konsisten secara material dengan laporan keuangan yang telah diberi pendapat oleh auditor. Apabila ketidakkonsistenan terjadi secara material, auditor harus menentukan apakah laporan keuangan, laporan auditor, atau informasi harus direvisi. 3) Tambahan Informasi Yang Diberikan Auditor. Setelah membuat kesimpulan atas penugasan auditnya, auditor menyerahkan kepada klien sebuah dokumen yang berisi laporan keuangan utama perusahaan klien dan laporan auditor.Auditor bisa memasukkan tambahan informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan utama.Perlu dipahami bahwa tambahan informasi dalam dokumen yang dikirimkan auditor disajikan di luar laporan keuangan utama dan tidak diperlukan untuk penyajian laporan keuangan secara wajar. DATAR REFERENSI
Jusup,Al.Haryono.2002.Auditing(Pengauditan).Yogyakarta:Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN.
Halim,Drs.Abdul.1999.Auditing.Yogyakarta:Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya
Manajemen Risiko Dan Uang Untuk Trading Harian Dan Swing Trading: Panduan Lengkap Cara Memaksimalkan Keuntungan Anda Dan Meminimalkan Risiko Anda Dalam Perdagangan Forex, Futures, Dan Saham