Anda di halaman 1dari 13

PENGAUDITAN II

LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN

12.1 Standar Pelaporan.


Standar auditing berisi empat standar pelaporan berlaku umum yaitu:
a. Standar Pelaporan Pertama.
Standar pelaporan yang pertama menyatakan sebagai berikut:
“Laporan Audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum”
Istilah prinsip akuntansi berlaku umum yang dimaksud diatas adalah meliputi prinsip
akuntansi, praktik akuntansi, dan metode penerapan prinsip akuntansi. Standar pelaporan yang
pertama mengharuskan auditor untuk secara eksplisit menyatakan apakah laporan keuangan
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Standar ini
menghendaki pernyataan suatu pendapat, bukan pernyataan tentang fakta.
SA 411.04, Makna Menyajikan Secara Wajar Sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum (PSA No.08), menyatakan bahwa pendapat auditor tentang kesesuaian dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum harus didasarkan atas pertimbangan-pertimbangannya
apakah:
 Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum.
 Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan.
 Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat
memengaruhi penggunaanya, pemahamannya, dan penafsiran.
 Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan
semestinya, yang tidak terlalu rinci ataupun tidak terlalu ringkas.
 Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam suatu
cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kasdalam batas-batas yang
dapat diterima, yaitu batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan
keuangan.
Yang menjadi sumber acuan prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah sebagai
berikut:
a) Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh Ikatan Akuntan
Indonesia.
b) Literatur akuntansi lainnya, termasuk di dalamnya International Accounting Standards
Comittee Statements, yaitu pernyataan yang dibuat oleh asosiasi profesional lain atau badan
pengatur buku teks, handbooks, dan artikel akuntansi.

b. Standar Pelaporan Kedua.


Standar pelaporan kedua berbunyi sebagai berikut:
“Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak secara
konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya”
Tujuan dari standar ini adalah memberi jaminan bahwa komparabilitas di antara dua
periode akuntansi tidak dipengaruhi secara material oleh perubahan dalam prinsip akuntansi dan
mengharuskan pelaporan yang tepat oleh auditor apabila komparabilitas telah dipengaruhi
secara material oleh perubahan prinsip akuntansi.
1) Perubahan akuntansi yang mempengaruhi konsistensi
Perubahan akuntansi yang memengaruhi konsistensi yaitu antara lain sebagai berikut.
a) Perubahan dalam prinsip akuntansi itu sendiri.
b) Perubahan dalam metoda penerapan suatu prinsip.
c) Perubahan dalam satuan usaha yang membuat laporan.
2) Perubahan-perubahan yang tidak memengaruhi konsistensi
Standar konsistensi tidak mencakup perubahan atas komparabilitas yang diakibatkan oleh
hal-hal berikut:
a) Perubahan dalam estimasi akuntansi.
b) Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi.
c) Perubahan dalam klasifikasi dan klasifikasi kembali.
d) Transaksi atau kejadian yang sangat berbeda.
e) Perubahan atas kondisi perusahaan.
f) Perubahan berupa adanya produk baru.
g) Bencana alam.
c. Standar Pelaporan Ketiga.
Standar pelaporan ketiga menyatakan hal berikut ini.
“Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan audit”
Standar ini berkaitan erat dengan informasi tambahan sebagai pendukung dan pelengkap
laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk catatan atas
laporan keuangan ataupun dalam bentuk pengungkapan lain. Laporan audit tidak perlu
menyatakan hal ini apabila pengungkapan informatif sudah memadai.

d. Standar Pelaporan Keempat.


“Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal
yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang
dipikulnya”
Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah kesalahan penafsiran tingkat
tanggungjawab auditor apabila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.
1) Pernyataan suatu pendapat.
Standar ini mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat atau pernyataan bahwa
suatu pendapat tidak dapat diberikan.Apabila pernyataan pendapat tidak dapat diberikan,
alsannya harus dinyatakan dalam laporan auditor.
2) Laporan keuangan.
Laporan keuangan yang dimaksud dengan standar ini bisa berupa sebuah laporan, seperti
misalnya neraca, atau seperangkat laporan utam yang lengkap (neraca, laporan laba rugi,
laporan laba ditahan, dan laporan arus kas).Kata-kata “secara keseluruhan” dalam standar
pelaporan keempat mempunyai berbagai makna yang sangat penting bagia auditor.Pertama,
pendapat auditor diberikan untuk masing-masing laporan secara keseluruhan.Kedua, “secara
keseluruhan” tidak berarti bahwa auditor dilarang untuk menyatakan pendapat yang berbeda
atas laporan-laporan yang termasuk dalam seperangkat laporan keuangan yang lengkap.
3) Karakter suatu audit.
Dalam menyatakan atau menolak memberi pernyataan pendapat atas laporan keuangan,
auditor diminta untuk menunjukkan dalam laporannya petunjuk yang jelas mengenai
karakter audit.
4) Keterkaitan dengan laporan keuangan.
Seorang akuntan publik terkait dengan laporan keuangan auditan apabila ia telah ditunjuk
untuk mengaudit laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia dan telah menerapkan prosedur-prosedur auditing atas laporan keuangan
tersebut.
5) Tingkat tanggungjawab.
Ketentuan terakhir dalam standar pelaporan keempat adalah bahwa auditor harus
menunjukkan tingkat tanggungjawabnya atas audit dan pendapat yang diberikannya.
Apabila terdapat lebih dari seorang auditor terlibat dalam audit dan setiap auditor hanya
bertanggungjawab atas pekerjaan yang dilakukannya, maka laporan auditor harus
menunjukkan pembagian tanggungjawab yang terjadi.

12.2 Laporan Auditor.


Keempat standar pelaporan dalam standar auditing dipenuhi dengan diterbitkannya sebuah
laporan auditor dalam bentuk sesuai dengan keadaannya. Meskipun dalam kebanyakan audit,
auditor menerbitkan laporan bentuk baku, namun dalam keadaan-keadaan tertentu auditor harus
mengeluarkan laporan dalam bentuk menyimpang dari laporan bentuk baku.
a) Laporan Bentuk Baku.
Laporan bentuk baku terdiri dari paragraf pendahuluan, paragraf lingkup, dan paragraf
pendapat dengan kalimat-kalimat standar (baku). Laporan pada umumnya ditujukkan kepada
orang atau orang-orang yang menunjuk atau memberi penugasan kepada auditor. Laporan
bnetuk baku diberi tanggal sesuai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Tanda tangan
pada laporan adalah nama kantor akuntan publik, karena kantor akuntan publik memikul
tanggung jawab atas pekerjaan dan temuan yang telah dilakukan staf profesionalnya.
b) Penyimpangan dari Laporan Bentuk Baku.
Penyimpangan dari laporan bentuk baku terjadi apabila auditor berkesimpulan bahwa
perlu ditambahkan paragraf penjelasan pada laporan auditor dengan tetap memberi pendapat
wajar tanpa pengecualian atau harus diberikan jenis pendapat yang lain atas laporan keuangan.
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas.
Terdapat beberapa keadaan yang memerlukan tambahan paragraf penjelasan atas laporan
bentuk baku dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yaitu:
(a) Ketidaksesuaian dengan suatu prinsip akuntansi yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-
keadaan yang luar biasa.
(b) Tidak konsisten dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
(c) Ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang yang hasilnya belum dapat
diperkirakan pada tanggal laporan audit.
(d) Keraguan besar tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
(e) Pemberian tekanan atas masalah tertentu oleh auditor.
(f) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.
2) Pendapat auditor jenis lain
Auditor mungkin berkesimpulan bahwa pendapat wajar tanpa pengecualian tidak dapat
dibeikan. Dalam situasi demikian, SA 508.10 menyatakan bahwa auditor bisa menyatakan
salah satu dari jenis pendapat berikut yaitu :
(1) Pendapat wajar dengan pengecualian.
Dengan pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas satuan
usaha tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk
dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
(2) Pendapat tidak wajar.
Dengan pendapat tidak wajar, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas satuan usaha tertentu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
(3) Pernyataan tidak memberi pendapat.
Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor menyatakan bahwa ia tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Keadaan-keadaan yang menyebabkan diterbitkannya pendapat wajar dengan
pengecualian, pendapat tidak wajar, dan menolak memberikan pendapat yaitu :
 Pembatasan lingkup audit.
 Ketidaksesuaian dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
 Penerapan prinsip akuntansi tidak konsisten.
 Pengungkapan tidak memadai.
 Ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang.
 Keraguan besar akan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
 Pendapat auditor sebagian didasarkan pada pendapat yang diberikan oleh auditor
independen lain.
12.3 Pengaruh Situasi yang Menyebabkan Penyimpangan dari Laporan Standar.
1. Pembatasan Lingkup
Apabila auditor tidak dapat melaksanakan prosedur yang diperlukan atau prosedur tidak
dapat menghasilkan bukti yang cukup, dikatakan bahwa auditor mengalami pembatasan lingkup
pemeriksaan. Pembatasan lingkup bisa berasal dari klien atau bisa juga merupakan akibat dari
suatu keadaan.
a) Penugasan Pelaporan Terbatas.
Auditor bisa diminta untuk mengaudit hanya satu laporan keuangan utama.
Penugasan demikian tidak merupakan pembatasan lingkup pemeriksaan sepanjang auditor
bisa melaksanakan semua prosedur yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan.
b) Jenis Pendapat Lainnya
Pembatasan lingkup mengharuskan auditor untuk menyatakan pendapat wajar
dengan pengecualian atau menolak memberi pendapat atas laporan keuangan.
c) Pendapat Wajar Dengan Pengecualian.
Apabila auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, maka yang harus
dilakukan yaitu :
(a) Menunjukkan adanya pembatasan lingkup pemeriksaan dalam paragraf lingkup.
(b) Memberikan substansi alasan pembatasan dalam suatu paragraf penjelasan.
(c) Menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian dalam paragraf pendapat dengan
merujuk pada paragraf penjelas.
d) Pernyataan Tidak Memberi Pendapat.
Apabila auditor menyatakan pernyataan tidak memberi pendapat, maka yang harus
dilakukan yaitu :
(a) Paragraf pendahuluan harus dimodifikasi.
(b) Paragraf lingkup audit dihilangkan.
(c) Paragraf penjelasan dicantumkan setelah paragraf pendahuluan yang menerangkan
alasan tidak memberi pendapat.
(d) Paragraf ketiga dan kesimpulan berisi penolakan memberi pendapat.
2. Ketidaksesuaian dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum.
Apabila laporan keuangan klien berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum, dampaknya terhadap laporan auditor akan berbeda tergantung apakah
penyimpangan itu terhadap prinsip akuntansi yang diterapkan IAI atau prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
1) Paragraf Penjelasan dengan Pendapat Wajar tanpa Pengecualian.
Apabila auditor setuju karena adanya keadaan luar biasa, maka diperlukan
penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI agar laporan keuangan tidak
menjadi menyesatkan, maka auditor bisa menerbitkan laporan dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian disertai dengan paragraf penjelasan. Secara spesifik laporan tersebut harus
mengandung unsur-unsur berikut ini.
a) Paragraf pendahuluan dan paragraf lingkup bentuk baku.
b) Paragraf penjelasan yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat yang menjelaskan
keadaan-keadaan dan menyatakan bahwa penggunaaan prinsip alternatif bisa
dibenarkan.
c) Pendapat wajar tanpa pengecualian dalam paragraf pendapat bentuk baku.
2) Jenis Pendapat Lainnya.
SA 508.50 menyatakan bahwa dalam menetapkan pendapat yang tepat, auditor harus
mempertimbangkan faktor-faktor berikut, yaitu besarnya dampak dalam nilai rupiah,
signifikan tidaknya suatu pos bagi perusahaan, luasnya akibat salah saji, dan dampak salah
saji terhadap laporan keuangan sebagai keseluruhan.
3) Pendapat Wajar dengan Pengecualian.
Apabila diterbitkan pendapat wajar dengan pengecualian, maka auditor harus
melakukan hal-hal sebagai berikut.
a) Mengungkapkan dalam suatu paragraf penjelasan yang dicantumkan sebelum paragraf
pendapat semua alasan substantif mengenai pendapat yang diberikan.
b) Mengungkapkan dalam paragraf penjelasan dampak utama penyebab pengecualian
terhadap posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran kas, jika hal ini praktis dapat
dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat secara beralasan ditentukan, laporan
audit harus menyatakan hal tersebut.
c) Menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian dalam paragraf pendapat dengan
merujuk pada paragraf penjelasan.
4) Pendapat Tidak Wajar.
Pengaruh pemberian pendapat tidak wajar atas laporan auditor serupa tapi tidak identik
dengan pengaruh pendapat wajar dengan pengecualian. Dalam hal ini paragraf penjelasan
harus menunjukkan semua alasan substantif yang mendukung pendapat tidak wajar, jika
praktis dapat dilakukan dan paragraf pendapat harus menyatakan bahwa karena dampak hal-
hal yang diterangkan dalam paragraf penjelasan, maka laporan keuangan tidak disajikan
secara wajar.
3. Tidak Ada Konsistensi dalam Penerapan Prinsip Akuntansi.
Dampak dari tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi terhadap
laporan auditor akan tergantung pada apakah perubahan tersebut masih sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Suatu perubahan dikatakan dilakukan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum apabila prinsip yang baru merupakan suatu prinsip
akuntansi yang berlaku umum, perubahan dilakukan dengan benar dan diungkapkan dalam
laporan keuangan, dan manajemen mempunyai alasan yang bisa dipertanggungjawabkan bahwa
prinsip yang baru lebih tepat dibandingkan dengan prinsip yang lama.
1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan.
Apabila perubahan dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
auditor akan menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan wajar tanpa pengecualian dan
menjelaskan perubahan dalam suatu paragraf tambahan yang dicantumkan setelah paragraf
pendapat.
2) Jenis Pendapat Lainnya.
Apabila perubahan dalam prinsip akuntansi tidak dilakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas perubahan. Selain itu,
auditor harus menambahkan paragraf penjelasan yang dicantumkan sebelum paragraf
pendapat untuk menjelaskan adanya penerapan prinsip akuntansi yang tidak konsisten
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3) Pengungkapan Tidak Memadai.
Apabila laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan gagal dalam
mengungkapkan informasi sebagaimana dimintaoleh prinsip akuntansi yang berlaku umum,
maka laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Dalam keadaan demikian, auditor
harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar, karena
terdapat ketidaksesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga oleh
karenanya laporan auditor harus menyimpang dari laporan bentuk baku. Penyimpangan dari
laporan bentuk baku karena pengungkapan tidak memadai jarang terjadi.
4. Keraguan Besar akan Kemampuan Perusahaan Untuk Mempertahankan Kelangsungan
Hidupnya.
Dalam suatu audit, perusahaan diasumsikan akan berlangsung terus diwaktu-waktu yang
akan datang. Namun auditor bertanggungjawab untuk menilai apakah dalam kenyataannya
perusahaan akan mampu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu
yang pantas, tidak lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca tahun yang diaudit. SA 341.06
(PSA No. 30) menunjukkan beberapa contoh, namun tak terbatas pada kondisi berikut, yaitu
trend negatif, petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, masalah intern, dan
masalah luar yang terjadi.
Auditor harus mempertimbangkan rencana manajemen untuk mengatasipengaruh
kondisi-kondisi di atas. Manajemen mungkin bisa merencanakan untuk menjual aktivanya,
meminjam uang atau merestrukturisasi utang, mengurangi atau menunda pengeluaran atau
menaikkan setoran modal pemilik.
1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan.
Apabila keadaan-keadaan tentang kemapuan satuan usaha untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya diungkapkan secara memadai dalam catatan atas laporan keuangan,
auditor harus menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian, dan menambahkan paragraf
penjelsan yang dicantumkan setelah paragraf pendapat dengan mengacu pada catatan atas
laporan keuangan yang bersangkutan.
2) Jenis Pendapat lainnya.
Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan yang dilakukan perusahaan
dalam laporan keuangan tidak memadai, berarti laporan keuangan tidak disajikan secara
wajar. Oleh karena itu, auditor harus memberi pendapat wajar dengan pengecualian atau
pernyataan tidak wajar karena adanya ketidaksesuaian dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum yang disebabkan oleh pengungkapan yang tidak memadai.
5. Penekanan Atas Suatu Hal.
Dalam keadaan tertentu, auditor mungkin perlu memberi penekanan atas suatu hal yang
berkaitan dengan laporan keuangan, namun ia bermaksud untuk menyatakan pendapat wajar
tanpa pengecualian. Informasi penjelasan ini harus disajikan dalam suatu paragraf terpisah
dalam laporan audit. Dalam laporan tersebut auditor harus menggunakan kalimat-kalimat baku
dalam paragraf pendahuluan, lingkup, dan pendapat. Selain itu auditor juga harus menjelaskan
hal yang ditekankan dalam suatu paragraf penjelasan, dan paragraf pendapat tidak merujuk
kepada paragraf penjelasan.
6. Pendapat Auditor Sebagian Didasarkan Pada Laporan Auditor Lain.
Apabila klien memiliki satu atau lebih anak perusahaan, divisi, atau cabang, kadang-
kadang diperlukan lebih dari satu kantor akuntan publik untuk berpartisipasi dalam pengauditan
laporan keuangan perusahaan tersebut. Apabila terdapat terdapat dua atau lebih kantor akuntan
publik terlibat dalam suatu audit, maka salah satu kantor akuntan harus bertindak sebagai
auditor utama. keuangan.
1) Keputusan untuk Tidak Mengacu.
Apabila auditor utama dapat meyakinkan dirinya tentang (1) independensi dan
reputasi profesional auditor lain, dan (2) lingkup dan kualitas pemeriksaan yang dilakukan
auditor lain, biasanya auditor utama akan memutuskan untuk tidak mengacu kepada
pemeriksaan auditor lain atau dengan perkataan lain ia akan memikul seluruh
tanggungjawab atas audit dan pendapat yang diberikan dalam audit atas laporan keuangan
klien yang bersangkutan. Apabila auditor memutuskan untuk tidak mengacu kepada
pemeriksaan auditor lain, maka auditor utama bisa menerbitkan laporan bentuk baku. Dalam
laporannya auditor utama sama sekali tidak menyinggung adanya bagian laporan keuangan
yang diaudit auditor lain, karena ia memikul seluruh tanggungjawab atas audit dan
pendapatnya.
2) Keputusan untuk Mengacu.
Auditor utama bisa memutuskan untuk mengacu pada auditor lain apabila satu atau
lebih faktor di atas tidak terpenuhi, termasuk apabila bagian dari laporan keuangan yang
diaudit auditor lain cukup material terhadap laporan keuangan sebagai keseluruhan. Dalam
mengambil keputusan demikian, auditor utama harus mengajukan pertanyaan tentang
reputasi profesional auditor lain dan mendapatkan surat pernyataan dari auditor lain bahwa
ia independen terhadap klien. Apabila auditor lain merupakan kantor akuntan yang
berdomisili di luar negeri, maka auditor utama harus menanyakan kepada auditor tersebut
apakah ia memahami standar auditing dan prinsip akuntansi berlaku umum yang berlaku di
Indonesia.
3) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas.
Apabila auditor utama memutuskan untuk mengacu pada auditor lain, laporan harus
secara jelas menunjukkan pembagian tanggungjawab yang ada di antara para auditor. Hal ini
bisa dicapai dengan melakukan perubahan berikut dalam laporan:
(1) Dalam paragraf pendahuluan, harus ditunjukkan besarnya bagian dari laporan keuangan
yang diaudit oleh auditor lain.
(2) Dalam paragraf lingkup, laporan auditor lain harus dimasukkan sebagai sumber dasar
bagi auditor utama dalam menentukan pendapat mengenai kewajaran.
(3) Dalam paragraf pendapat, harus disebutkan bahwa auditor mengacu kepada laporan
auditor lain.
4) Jenis Pendapat Lainnya.
Apabila auditor berkesimpulan bahwa pekerjaan auditor lain tidak dapat diandalkan
dan pekerjaan tersebut material terhadap laporan keuangan sebagai keseluruhan, maka
terjadilah pembatasan lingkup. Dalam hal demikian, auditor harus menyatakan pendapat
wajar dengan pengecualian atau menyatakan tidak memberi pendapat.

12.4 Pertimbangan Lainnya dalam Pelaporan.


1. Pelaporan apabila akuntan publik tidak independen.
Seorang akuntan publik mungkin mengaudit laporan keuangan dalam posisi tidak
independen terhadap klien.Apabila akuntan publik mungkin berkedudukan tidak independen,
maka akuntan publik tersebut tidak diperbolehkan mengeluarkan pendapat wajar tanpa
pengecualian, melainkan harus mengeluarkan pernyataan tidak memberi pendapat. SA 504,
Pengauditan Nama Auditor Dengan Laporan keuangan (PSA No. 52), menyatakan bahwa
dalam situasi seperti di atas, auditor harus menerbitkan laporan satu paragraf. Walaupun
berkedudukan tidak independen, seorang akuntan publik yang mengetahui adanya
penyimpangan material terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum harus juga (1) mendesak
dilakukannya revisi atas laporan keuangan, atau (2) menjelaskan penyimpangan dalam
penolakan pendapatnay, atau (3) menolak namanya dikaitkan dengan laporan keuangan
2. Keadaan-keadaan yang Berhubungan dengan Laporan keuangan Komparatif.
Selama audit atas tahun berjalan, auditor harus waspada terhadap keadaan atau kejadian
yang terjadi pada periode-periode laporan keuangan yang lalu. Keadaan-keadaan tersebut
meliputi:
1) Pendapat audit berbeda.
Untuk suatu tahun tertentu, auditor mungkin menyatakan pendapat wajar tanpa
pengecualian untuk suatu laporan dan memberi pendapat yang berbeda untuk laporan
lainnya. Demikian pula, dalam laporan komparatif, auditor bisa memberi jenis laporan
berbeda untuk satu atau lebih laporan untuk tahun yang lalu dan memberi pendapat wajar
tanpa pengecualian untuk laporan yang sama tahun ini.
2) Pemutahiran suatu pendapat.
Auditor yang mengaudit tahun sekarang mungkin memperoleh bukti bahwa pendapat
atas laporan keuangan tahun lalu seharusnya berbeda dengan pendapat yang telah diberikan.
Hal tersebut bisa timbul dari kejadian-kejadian seperti (1) penyelesaian kemudian suatu
ketidakpastian yang ada pada tahun yang lalu, (2) ditemukannya suatu ketidakpastian yang
seharusnya diterapkan ke tahun lalu yang tidak diketahui ketika pendapat atas laporan
keuangan tahun lalu diberikan, atau (3) penyajian kembali laporan tahun lalu agar laporan
tersebut menjadi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemutahiran atas
pendapat tahun lalu diwujudkan dalam laporan auditor dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian, kecuali untuk tambahan paragraf penjelasan yang menguraikan secara detil
pendapat yang berbeda dan semua alasan substantif mengenai perubahan pendapat tersebut.
3) Penggantian auditor.
Apabila laporan auditor pendahulu periode sebelumnya tidak disajikan, maka auditor
pengganti harus memodifikasi laporannya untuk menjelaskan keadaan. Karena keadaan
menyangkut kantor akuntan yang melaksanakan audit, maka penjelasan ditambahkan pada
paragraf pendahuluan, bukan dalam paragraf terpisah. Auditor pengganti harus
menunjukkan dalam laporan tahun ini hal-hal seperti (1) bahwa laporan keuangan periode
lalu telah diaudit oleh auditor lain, (2) tanggal laporan auditor pendahulu, (3) jenis laporan
yang diterbitkan oleh auditor pendahulu, dan (4) apabila pendapat bukan wajar tanpa
pengecualian, maka alasan pemberian pendapat perlu dikemukakan.
3. Informasi yang Disertakan pada Laporan keuangan Auditan.
1) Informasi Tambahan Yang Diharuskan Oleh IAI
Auditor diminta untuk menerapkan prosedur-prosedur tertentu atas informasi dan
melaporkan setiap kekurangan atau tidak disertakannya informasi tersebut. Berhubung
informasi tersebuttidak diaudit dan bukan merupakan bagian yang diharuskan dari lapora
keuangan utama, maka SA 558.08 (PSA No. 50) menetapkan bahwa auditor tidak perlu
mengacu ke informasi tambahan atau prosedur terbatas dalam paragraf penjelasan auditnya
atas laporan keuangan auditan, kecuali jika terdapat keadaan berikut ini:
(1) Informasi tambahan yang ditambahkan oleh IAI untuk disajikan dalam keadaan tertentu
tidak disajikan oleh klien.
(2) Pengukuran dan penyajian informasi tambahan tersebut menyimpang secara material
dari pedoman yang ditetapkan
(3) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur yang ditetapkan
(4) Auditor tidak dapat menghilangkan kesangsian mengenai apakah informasi tambahan
sesuai dengan pedoman yang ditetapkan.
2) Informasi Yang Disajikan Secara Sukarela Oleh Manajemen.
Auditor diminta untuk membaca informasi dari laporan tahunan suatu perusahaan
untuk memastikan apakah data atau cara menyajikannya tidak konsisten secara material
dengan laporan keuangan yang telah diberi pendapat oleh auditor. Apabila
ketidakkonsistenan terjadi secara material, auditor harus menentukan apakah laporan
keuangan, laporan auditor, atau informasi harus direvisi.
3) Tambahan Informasi Yang Diberikan Auditor.
Setelah membuat kesimpulan atas penugasan auditnya, auditor menyerahkan kepada
klien sebuah dokumen yang berisi laporan keuangan utama perusahaan klien dan laporan
auditor.Auditor bisa memasukkan tambahan informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan utama.Perlu dipahami bahwa tambahan informasi dalam dokumen yang
dikirimkan auditor disajikan di luar laporan keuangan utama dan tidak diperlukan untuk
penyajian laporan keuangan secara wajar.
DATAR REFERENSI

Jusup,Al.Haryono.2002.Auditing(Pengauditan).Yogyakarta:Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu


Ekonomi YKPN.

Halim,Drs.Abdul.1999.Auditing.Yogyakarta:Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN

Anda mungkin juga menyukai