Anda di halaman 1dari 2

Absorpsi obat di dalam tubuh terjadi setelah obat dibebaskan dari bentuk sediaannya.

Selain itu, faktor utama yang mempengaruhi absorpsi obat adalah sifat fisika kimia, yaitu
koefisien partisi. Koefisien partisi suatu obat menggambarkan rasio pendistribusian obat ke
dalam sistem dua fase (lemak dan air).

Pada percobaan kali ini digunakan larutan dapar karena larutan dapar memiliki sifat
yang mampu mempertahankan pH, meskipun ditambahkan asam ataupun basa. pH yang
digunakan pada percobaan kali ini adalah pH 2,5; 2,8; 3; 3,5; 3,8 dan 4. Hal tersebut dilakukan
agar dapat mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi.

Absorbansi merupakan banyaknya cahaya yang diserap oleh larutan tetapi larutan yang
diserap tersebut hanyalah larutan yang khusus mempunyai warna. Absorbansi berbanding lurus
dengan konsentrasi karena semakin besar absorbansi semakin banyak cahaya yang bisa diserap
absorbansi berbanding lurus dengan koefisien partisi. Dari percobaan kali ini didapatkan nilai
absorbansi dari PH 2,5 sebesar 0,879, PH 2,8 sebesar 0,933, PH 3 sebesar 1,117, PH 3,5 sebesar
1,273, PH 3,8 sebesar 1,320, dan PH 4 sebesar 1,470. Hal ini menunjukkan, semakin tinggi pH
suatu zat maka semakin tinggi absorbansinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah pH
suatu zat maka semakin rendah absorbansinya. PH larutan juga berpengaruh dengan koefisien
partisi zat tersebut.

Selanjutnya campuran buffer PH 2,5; 2,8; 3; 3,5; 3,8 dan 4, dan asam salisilat (larutan
stok) dicampurkan dengan pelarut n-heksan dan digojog. Tujuan larutan di gojog agar
terbentuk dua 2 lapisan berupa fase polar dan non-polar. .Pelarut n-heksan dipilih berdasarkan
sifatnya yang non polar sehingga tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar. Hal ini
memenuhi syarat dalam menentukan koefisien partisi yaitu rasio antara dua pelarut yang tidak
saling larut atau antara pelarut polar dan pelarut non-polar. Kemudian dibuang fase air dan
ditambahkan 1 ml feri nitrat hingga terbentuk warna. Tujuan penambahan feri nitrat ini agar
terbentuk kompleks warna yang menunjukkan adanya ikatan antara ion feri dan ion salisilat.

Kemudian di ukur absorbansi nya di spektrofotometer UV, didapatkan didapatkan nilai


absorbansi dari PH 2,5 sebesar 0,280, PH 2,8 sebesar 0,373, PH 3 sebesar 0,397, PH 3,5 sebesar
0,480, PH 3,8 sebesar 0,510, dan PH 4 sebesar 0,496. Hasil kedua absorbansi ini kemudian
yang akan digunakan untuk menetapkan koefisien partisi (Pc), Pka( kelarutan obat dalam
asam/basa). Untuk obat asam salisilat yang bersifat asam lemah berdasarkan hasil Ka didapatan
bahwa Ka larutan asam salisilat sebesar 1,3495 yang menunjukkan bahwa larutan asam salisilat
ialah asam lemah, karena semakin besar nilai Ka maka semakin kuat asam nya, artinya asam
lemah yang memiliki Ka rendah akan lebih mudah di absorbsi di lambung karena pada lambung
asam salisilat akan berada dalam bentuk terion. Dan didapatkan nilai koefisien partisi larutan
asam salisilat sebesar 1,6332.

Anda mungkin juga menyukai