Geopolitik
Geopolitik
Geopolitik
GEOPOLITIK INDONESIA
Geopolitik dan geostrategi merupakan permasalahan yang sangat penting pada
dua abad terakhir ini. Permasalahan ini menjadi penting karena manusia yang telah
berbangsa membutuhkan wilayah sebagai tempat tinggalnya yang kemudian di kenal
dengan Negara. Dalam perkembangannya pengertian Negara tidak saja di arikan
sebagai wilayah, tetapi di artikan lebih luas, yaitu sebagai intitusi. Prasarat Negara
sebagai initusi menurut Prof. DR. Sri Soemantri (Dikti, 2001 : 36) secara minimal
meliputi unsur wilayah, rakyat, dan pemerintah yang berkuasa. Unsur rakyat suatu
Negara di samping warga Negara juga meliputi bukan warga Negara. Agar Negara
mencapai tujuan nasioal aman dan sejahtera (Pembukaan UUD’45 Alinea IV) perlu
pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan yang dimaksud agar warga Negara
Indonesia tahu tentang hak dan kewajiban, serta mampu berdiri dan tetap menjaga
jati dirinya di tengah arus globalisasi.
141
mempunyai kesatuan cara pandang yang dikenal sebagai wawasan nasional. Para
ilmuwan politik dan militer menyebutnya sebagai geopolitik yang merupakan
kepanjangan dari geografi politik.
Konsep wawasan nasional setiap bangsa berbeda. Hal ini berkaitan dengan
profil diri bangsa sejarah, pandangan hidup, ideology, budaya dan sudah barang tentu
ruang hidupnya, yaitu geografi. Kedua unsure pokok profil bangsa dan geografi
inilah yang harus diperhatikan dalam membuat konsep geopolitik bangsa dan Negara.
Geopolitik Indonesia dinamakan wawasan nusantara, dengan alasan sebagai berikut :
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara kepulauan (Setneg RI, tt:
66)
2. Indonesia berada di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua lautan
(Lautan India dan Lautan pasifik) sehinnga tepatlah jika di namakan nusa
diantara laut/air yang selanjutnya dinamakan Nusantara.
3. Keunikan lainnya adalah bahwa wilayah Nusantara berada di Garis
Khatulistiwa dan diliwati oleh Geostationery Satellite Orbit ( GSO ).
1. Geomorfologi Negara
Sebelum membahas masalah geopolitik suatu negara, perlu didalami ciri
khusus negara berdasarkan bentuk geomorfologinya (ciri fisik dan nonfisik). Setelah
abad XIX, perkembangan geopolitik dipengaruhi oleh orentasi manusia pada
konstelasi wilayah. Pada masa lalu _sebelum abad XIX, pengertian negara identik
dengan tanah sehingga banyak bangsa menamakan negaranya dengan unsur tanah,
misalnya England, Holland, Poland, Rusland, atau Thailand.
142
oleh laut, dalam lingkungan terdapat pulau-pulau dan gugusan pulau-pulau. Selain
itu, kepulauan dapat diartikan: gugusan pulau-palau ddengan perairan diantaranya
dan angkasa di atasnya sebagai kesatuan utuh, dengan unsur air senagai
penghubung.
143
oleh negara unggul. Teori Ruang dan Kekuatan merupakan hasil penelitiannya serta
dikenal pula sebagai teori Pan Regional, yaitu:
b. Wawasan Geopilitik
Selanjutnya masih ada beberapa pandangan geopolitik lain, akan tetapi lebih
cenderung menunjukkan kepada suatu wawasan yaitu
1) Wawasan Benua
Sir Halford Mackinder (1861-1947)
Teori Daerah Jantung (dikenal pula sebagai wawasan benua). Dalam teori
ahli geografi ini, mungkin terkandung maksud agar negara lain selalu berpaling pada
pembentukan kekuatan darat. Dengan demikian, tidak mengganggu pengembangan
armada laut Inggris. Teorinya dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Dunia terdiri atas 9/12 air, 2/12 pulau dunia (Eropa, Asia, Afrika), serta
sisanya 1/12 pulau lainnya.
b. Daerah terdiri atas Daerah Jantung (Heartland), terletak di pulau dunia, yaitu
Rusia, Siberia, sebagian Mongolia, Daerah Bulan Sabit Dalam (inner cresent)
meliputi Eropa Barat, Eropa Selatan, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Timur,
serta Bulan Sabit Luar (outer cresent) meliputi Afrika, Australia, Amerika /
Benua Baru.
c. Apabila suatu negara ingin menguasai dunia, harus menguasai Dunia Jantung,
untuk itu diperlukan kekuatan darat yang memadai.
Teori geopolitik Mackinder dapat disimpulkan sebagai berikut
(Sunardi, 2004: 166): Who rules East Europe commands the Heartland; who rules
the Heartland commands the world; Island, Who rules the world Island commands
the World.
2) Wawasan Bahari
Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred T. Mahan (1840-1914)
Teori Kekuatan Maritim yang direncanangkan oleh Raleigh, bertepatan dengan
kebangkitan armada Inggris dan belanda yang ditandai dengan kemajuan teknologi
perkapalan dan pelabuhan, serta semangat perdagangan yang tidak lagi mencari emas
dan sutra di Timur (Simbolon,1995 : 425).
144
Pada masa ini pula, lahir pemikiran hukum laut internasional yang berlaku
sampai tahun 1994 (setelah UNCLOS 1982 disetujui melalui SU PBB).
a. Sir W.Raleigh: Siapa yang kuasai laut akan menguasai perdagangan
dunia/kekayaan dan akhirnya menguasai dunia, karena itu ia harus memiliki
armada laut yang kuat. Sebagai tindak lanjut, maka Inggris berusaha
menguasai pantai-pantai benua, paling tidak menyewanya.
b. Alfred T.Mahan: Laut untuk kehidupan, sumber daya alam banyak terdapat
di laut, maka harus dibangun armada laut yang kuat untuk menjaganya.
Menurut Mahan, di samping hal tersebut, juga perlu diperhatikan masalah
akses ke laut dan jumlah penduduk karena faktor ini juga akan
memungkinkan kemampuan industri untuk kemandirian suatu bangsa dan
negara.
3) Wawasan Dirgantara
Giulio Douhet (1869-1930) William Mitcel (1879-1936).
Awal abad XX merupakan kebangkitan ilm pengetahuan pener_bangan.
Kedua orang ini mencita-citakan berdinya Angkatan Udara. Dalam teorinya,
disebutkan bahwa kekuatan udara mampu beroperasi hingga belakang lawan, serta
kemenangan akhir ditentukan oleh kekuatan udara.
4) Wawasan Kombinasi
. Nicholas J. Spijkman (1893-1943).
Teori Daerah Batas (Rimland theory). Teorinya dipengaruhi oleh Mackinder
dan Haushover, terutama dalam membagi daerah. Karena ia adalah bangsa Belanda
yang pada dasarnya bangsa mari_tim, maka menurutnya penguasa daerah jantung
harus ada akses ke laut hendaknya menguasai pantai Eurasia. Dalam teorinya tersirat:
a. Dunia menurunya terbagi empat daerah, yaitu daerah jantung
(Hearland), Bulan Babit Dalam(Rimland), Bulan Sabit Luar, dan Dunia
Baru(Benua amerika);
b. Menggunakan kombinasi kekuatan darat, laut, udara untuk
kuasai dunia;
c. Daerah Bulan Sabit Dalam (Rimland) akan lebih besar
panga_ruhnya dalam percaturan politik dunia dari pada daerah jantung;
serta
d. Wilayah Amerika yang paling ideal dan menjadi negara
terkuat.
4. Bangsa Indonesia
145
Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori geopolitik menjadi
doktrin dasar bagi terbentuknya Negara nasional yang kuat dan tangguh. Sebagai
doktrin dasar, ada empat unsur yang perlu diperhatikan, yaitu (Sunardi, 2004: hlm.
189 s.d. 177):
1. Konsepsi Ruang, yang merupakan aktualisasi dari pemikiran Negara sebagai
organisasi hidup. Ruang yang merupakan inti dari konsepsi geopolitik merupakan
wadah dinamika politik dan militer. Hal ini juga dapat dirasakan pada era Perang
Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur_ ketika kedua kutub saling mencari
pengaruh di dunia ketiga (Negara Sedang Berkembang).
2. Konsepsi Frontier, yang merupakan konsekuensi dari kebutuhan dan lingkungan.
Frontier merupakan batas imajiner di antara dua Negara yang saling
mempengaruhi. Oleh karena itu, batas resmi (boundary) dapat bergeser karena
berbagai pengaruh, terutama masalah social, budaya, ataupun ekonomi. Pengaruh
negara asing/tetangga _yang lebih maju_ apabila tidak ditangani secara serius,
akan menimbulkan gejolak politik yang melibatkan pemerintah.
3. Konsepsi Politik Kekuatan, yang ingin menjelaskan tentang kehi_dupan
bernegara. Politik kekuatan yang merupakan faktor dinamika kehidupan bangsa
karena dinamika organisme bangsa. Dunia yang meyempit dan percepatan
jalannya sejarah (Wright, 1941: hlm. 5 s.d. 7) sebagai akibat revolusi teknik.
Dengan demikian dunia semakin terbuka dan cita-cita dunia tanpa batas (Ohmae,
1990: 214) merupakan ciri globalisasi. Fenomena ini harus dapat ditangkal oleh
setiap Negara, lebih-lebih bagi negara sedang berkembang.
4. Konsepsi Keamanan Negara dan Bangsa, yang kemudian melahirkan konsepsi
geostrategi. Geopolitik akhirnya bertujuan untuk pengamanan negara, baik secara
fisik maupun social (ekonomi, budaya, dan kehidupan social lainnya). Untuk itu,
perlu dipersiapkan daerah penyangga yang dikenal sebagai daerah frontier yang
berbatasan dengan Negara jira dan dipersiapkan secara sistematis
pembangunannya.
B. GEOPOLITIK INDONESIA
Wawasan Nasional
Wawasan berasal darai kata wawas yang berarti meninjau, memandang, atau
mengamati. Dengan demikian, wawasan dapat diartikan konsepsi cara pandang
(KBBI, 2002: 1271). Pada awal era revormasi, istilah ini menjadi kurang popular
sehingga para politisi pun enggan menggunakannya (tidak lagi tersurat dalm GBHN
19999 sebagai wawasan bangsa).
146
motivasi –yang semuanya dituangkan menjadi ajaran –doktrin -dasar untuk
membanngun negara yang berupa wawasan nasional.
Wawasan Nusantara
Geopolitik Indonesia dinamakan wawasan nusantara, yang secara umum
didefinisikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya yang
bhineka, serta lingkungan geografinya yang berwuud negara kepulauan berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. Adapun tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan
dan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional, dan turut serta menciptakan
ketertiban dan perdamaian dunia. Kesemua itu dalam rangka mencapai Tujuan
Nasional. Oleh karena itu, hakikat tujuan Wawasan Nusantara adalah kesatuan dan
persatuan dalam kebhinekaan, yang mengandung arti sebagai berikut :
1. Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi, posisi dan
potensi geografi, serta kebhinekaan budaya.
2. Pedoman dan pola tindak serta pola pikir kebiaksanaan nasional.
3. Hakekat Wawasan Nusantara dasar persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan.
147
Doktrin dasar adalah himpunan prinsip atau teori yang diajarkan, dianjurkan
dan diterima sebagai kebenaran, untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan
kegiatan, serta dalam usaha mencapai tujuan. Doktrin dasar adalah doktrin yang
timbul dari pemikiran yang bersifat falsafah.
148
datang dari luar negri maupun dari dalam negri sendiri. Untuk
menanggulanginya,dibutuhkan suatu kekuatan baik fisik maupun mental. Semakin
tinggi kekuatan itu makin tinggi pula kemampuannya. Kekuatan dan kemampuan
yang diistilahkan ketahanan nasional berdasarkan rangkaian pemikiran tersebut maka
ketahanan nasional diartikan sebagai konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan
dalam mencapai persatuan serta kesatuan nasional dalam rangka mencapai
kesejahteraan dan keamanan nasional. Bertolak dari pandangan ini maka ketahanan
nasional merupakan geostrategi nasional untuk mencapai sasaran yang telah
ditegaskan dalam wawasan nusantara dan perlu ditingkatkan dengan berpedoman
pada wawasan nusantara.
149
a. bahwa kekayaan wilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif adalah
modal dan milik bersama bangsa dan bahwa keperluan hidup sehari-hari
harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air;
b. tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah,
tanpa meninggalkan kehidupan ekonominya; serta
c. kehiduan perekonomian di setiap wilayah Nusantara meru_pakan satu
kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama mendasar
atas asas kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
3. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya yang
berarti:
a. bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, maka perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapat tingkat kemajuan
masyarakat yang sama merata dan seimbang, serta adanya keselarasan
kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa; serta
b. bahwa budaya bangsa Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan
corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekanyaan budaya bangsa.
Kekayaan ini menjadi modal dan landasan pengembagan budaya bangsa
seluruhnya. Tentunya dengan tidak menolak nilai-nilai budaya lain yang tidak
bertentangan dengan nilai budaya bangsa, serta hasil-hasilnya dapat dinikmati
oleh bangsa.
4. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai kesatuan pertahanan dan keamanan,
yang berarti:
a. bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya
merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan Negara; serta
b. bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam rangka pembelaan negara dan bangsa.
150
kekayaan alam beserta penyelarasannya, sedangkan di lain pihak dapat menunjukkan
kedaulatan negara Republik Indonesia.
Untuk dapat memenuhi tuntutan itu dalam perkembangan dunia, maka
seluruh potensi pertahanan ke amanan Negara haruslah sedini mungkin ditata dan di
atur menjadi suatu kekuatan yang utuh dan menyeluruh. Kesatuan pertahanan dan
keamanan negara mengandung arti bahwa ancaman terhadap sebagian wilayah mana
pun pada hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
Dalam sidang-sidang ini yang patut dicatat adalah pendapat Dr. Supomo, S.H.
dan Muh.Yamin, S.H. pada 31 Mei 1945, serta Ir.Sukarno pada 1 Juli 1945.
151
adalah satu kesatuan. Allah SWT membuat peta dunia, meyusun peta dunia, kita
dapat menunjukkan di mana “kesatuan-kesatuan” di situ. Seorang anak kecil pun,
jikalau ia melihat dunia, ia dapat menunjukakan bahwa kepulauan Indonesia
merupakan satu kesatuan…”(Setneg RI, tt: 66).
Sementara itu, di sisi luar atau sisi laut (outer limits) dari tiap-tiap laut
territorial dijumpai laut bebas. Jarak antara satu pulau dengan pulau lain yang
menjadi bagian wilayah negara Republik Indonesia “dipisahkan” oleh adanya
kantong-kantong laut yang berstatus sebagai laut bebas yang berada di luar yuridiksi
nasional. Dengan demikian, dalam kantong-kantong laut nasional tidak berlaku
hukum nasional.
152
yang dikenal sebagai “Deklarasi Juanda” – Ir. Juanda pada periode itu sebagai
Perdana Menteri Republik Indonesia – yang pada hakikatnya melakukan perubahan
terhadap ketentuan ordonansi pada lembaran negara (staatblad) No. 442 tahun 1939.
Isi pengumuman tersebut sebagai berikut:
1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi didasarkan pada garis pasang surut
(low water line), tetapi didasarkan pada system penarikan garis lurus (straight
base line) yang diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang
terluar dari pada pulau-pulau atau bagian pulau yang termasuk ke dalam wilayah
negara Republik Indonesia (= point to point theory).
2. Penentuan lebar laut wilayah dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut. Deklarasi
Juanda pada hakikatnya adalah menerapkan asas archipelago atau Nusantara. Di
dalam deklarasi ini terkandung kepentingan dan tujuan bangsa Indonesia, yaitu
keutuhan wilayah negara di lautan.
153
GEOPOLITIK DAN HUKUM KEWILAYAHAN
Hukum Laut dan Perkembangannya
Namun, sebelum membahas polemik yang menghasilkan rezim hukum laut, ada
baiknya dibahas terlebih dahulu hakikat laut. Hakikat laut adalah:
1. bebas, merdeka dan bergerak, serta relatif tetap dan tidak mudah dirusak;
2. datar dan tebuka, serta tidak dapat dipakai sembunyi;
3. tidak dapat dikuasai secara mutlak (tidak dapat dikaveling, sulit diberi tanda);
serta
4. media untuk bermacam-macam alat angkut, terutama yang bervolume besar.
Dari hakikat tersebut timbul, falsafah hukum laut yang berbuntut pada
perebutan wilayah laut yakni:
1. Res Nullius: Laut tidak ada yang memiliki, karena itu dapat diambil dan
dimiliki setiap negara;
2. Res Communis: Laut milik masyarakat dunia, karena itu tidak dapat
diambil/dimiliki oleh setiap negara.
Belanda dan Inggris merasa bahwa mereka tidak harus tunduk pada negara
yang lebih “primitif”. Oleh karena itu, para ahli hukum dari kedua negara tersebut
saling berpolemik mengeluarkan argumentasi tentang hak atas laut.
1. Hugo Grotius, seorang ahli hukum internasional Belanda memberikan teori
“Mare Liberum” (laut bebas). Laut tidak dapat di kuasai suatu negara dengan
jalan “okupasi” (menduduk), karena itu laut menjadi bebas.
2. John Selden, seorang ahli hukum Inggris yang pada tahun 1635 menulis
tentang hukum laut dengan judul, “Mare Clausum” (hak kuasa laut), sebagai
jawaban atas teori Grotius. Menurutnya, setiap negara dapat menguasai laut.
Sebagai koreksi atas tulisan tersebut di atas, Grotius memuat argument bahwa,
laut wilayah dapat dimiliki sepanjang dapat dikuasai dari darat. Ini berarti laut hanya
milik negara pantai. Selanjutnya , Selden menginginkan adanya hak lintas damai
bagi kapal-kapal dengan alasan untuk membeli suplai segar dari negara pantai.
154
lanjut dari United Nations Convention on the of the sea—di kenal UNCLOS 1982—
berdasarkan persetujuan 118 negara di Montego Bay, Jamaica, tahun 1982.
155
b. alur yang di tentukan dengan merangkai garis sumbuh pada peta,kapal dan
pesawat terbang tidak boleh melintas lebih dari 25 mil kiri/kanan dan garis
sumbuh.
5. Laut Lepas:
a. semua bagian laut yang tak termaksud laut territorial baik perairan pedalam
maupun ZEE;
b. laut terbuka untuk semua negara, baik berpantai maupun tidak berpantai;
serta
c. untuk laut lepas semua negara berhak berlayar, terbang riset ilmiah dan
menangkap ikan.
156
3. Masalah Ketinggian. Sampai kini masih belum ada kesepakatan (tahun 1910
pernah di tentukan batas ketinggian kurang lebih 500 km). Teori penguasaan
Cooper menyatakan bahwa batas ketinggian ditentukan kemampuan teknologi
setiap Negara. Sementara itu, menurut Teori Udara Schacter, bahwa batas
ketinggian s.d. 30 km atau s.d. balon dan pesawat terbang dapat mengapung dan
diterbangkan;
4. Batas Wilayah Udara. Cara menentukan wilayah udara ada perbedaan, yaitu
apabila ditarik garis tegak lurus dari permukaan bumi ke atas, luas daratan dan
lautan = luas udara, tetapi ada daerah yang lowong dan dapat menimbulkan
masalah. Kemudian, disepakati ditarik garis dari “pusat bumi” sampai batas
ruang angkasa/antariksa yang membentuk kerucut terbalik. Oleh karena itu, luas
daerah udara lebih luas dari pada luas daratan dan lautan.
5. Perjanjian Ruang Antariksa (Space Treaty):
6. Penggunaan damai bagi antariksa. Antariksa dan badan-badannya dianggap
menjadi wilayah internasional. Namun dalam perjanjian ini juga berlaku
pemafaatan ruang antariksa berdasarkan “first come,first serve” yang merugikan
negara sedang berkembang. Indonesia memiliki ruang digantara yang
luas,apalagi di bawah khatulistiwa yang memiliki jalur GSO. Sementara itu, batas
ruang udara dan ruang antariksa di tetapkan 100/110 km.
Seperti halnya dengan hukum laut, Indonesia juga menuntut perlakuan yang
sama terhadap ukum udara. Dalamhal ini, Indonesia menuntut berlakunya kedaulatan
negara kolong terhadap Ruang Digantara. Paling sedikit tujuan yang ingin di capai
Indonesia ialah Ruang Udara Indonesia sebagai wilayah udarah (air soverignty)
nasional dan ruang antariksa Indonesia sebagai wilayah kepentingan (air juridiction)
ZEE atau landas kontinen, yang meliputi manfaatan wilayah Geostationary Satellite
Orbit (GSO), Medium Earth Orbit (MEO), Low Earth Orbit (LEO).
1. GSO hanya pada padang khatulistiwa, ruas GSO ada di negara khatulistiwa;
2. Ukuran terbatas, yaitu tebal 30 km lebar 150 km; serta
3. Satelit pada orbit ini akan mengelilingi bumi dari barat ke timurdengan masa
orbit 24 jam (23 jam, 56 menit, 4 detik).
Panjang garis khatulistiwa Indonesia 6.110 km, GSO Indonesia 9.997 km atau
12,5% keliling GSO. GSO menjadi sumberdaya alam terbatas.
157
Wilayah Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia
158
2. Dekonsentrasi: diselenggarakan karena tidak semua tugas-tugas teknis pelayanan
kepada rakyat dapat diselenggarakan dengan baik oleh Pemerintah Daerah
(kabupaten/kota). Dekonsentrasi terdiri atas fungsional (kanwil/kandep) dan
integrasi (kepala wilayah).
Pada kenyataanya, otonomi daerah di Indonesia secara luas tidak/belum
pernah terlaksana. Sejak masa masa penjajahan Belanda, Jepang, dan setelah
kemerdekaan otonomi masih dalam bentuk dekonsentrasi.
Pembagian Daerah
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi,serta daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing
mempunyai pemerintah daerah (pasal 2 UU No. 32/2004). Pemerintah provinsi yang
berbatasan dengan laut memiliki kewenangan laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis
pantai kea rah laut lepas dan ke arah perairan kepulauan (pasal18 ayat [4] UU No.
32/2004). Asas ini bertentangan dengan Deklarasi Pemerintaan RI yang telah
dilakukan melalui UNCLOS, serta telah diratifikasi dengan UU No. 6/1996 tentang
perairan Indonesia.
Sehubungan dengan ini, ada yang patut diwaspadai bahwa semangat otonomi
seharusnya tidak menjurus pada semangat pembentukan daerah berdasarkan etnik
atau subkultur. Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Indonesia terbagi
berdasarkan subkultur dengan dibentuknya daerah keresidenan. Selanjutnya,
wilayah-wilayah tersebut terbagi habis menjadi provinsi, keresidenan,
kabupaten/kota, kewedaan, dan kecamatan.
159
2. Kewenangan Wajib Pemerintah Daerah Provinsi (Pasal 13)
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e.penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;
g. penanggulangan masalah sosial llintas kabupaten/kota
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota
i. fsilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah, termasuk lintas
kabupaten/kota;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota
l. pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan
oleh kabupaten/kota;
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-
undangan.
3. Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota (pada dasarnya sama,
tetapi dalam skala kabupaten/kota, Pasal 14):
a.perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c.penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masayarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e.penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan;
g. penanggulangan masalah sosial;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. fsilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan;
l. pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-
undangan.
4. Kewenangan Pemerintah Daerah untuk mengelola sumber daya alam dan
sumber daya lainnya di wilayah laut (Pasal 18):
a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan laut;
160
b. pengaturan administrasi;
c. pengaturan tata ruang;
d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau
yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah;
e. ikut serta pemeliharaan keamanan; dan
f. ikur serta dalam pertahanan kedaulatan negara.
Adapun batas wilayahnya adalah paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke
arah laut lepas dan 1/3-nya menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.
Daerah Frontier
Banyak pimpinan daerah politisi dan pejabat daerah yang tidak menyadari
dan mendalami makna filosofi otonomi daerah sehingga ada wilayah yang terpencil,
bahkan terisolasi pada era globalisasi. Mereka sering mengabaikan daerah
"hinterland' (pedalaman), tetapi apabila hinterlatid ini berada di tapal batas - batas
resmi, yang dikukuhkan melalui perjanjian internasional dengan negara jiran,
daerah ini merupakan daerah "frontier". Daerah frontier terbentuk karena sifat
manusia yang saling bergantung, baik dengan manusia maupun dengan alam
sehingga terjadi simbiosis. Kehidupan masyarakat Indonesia dengan masyarakat
negara jiran menjadi saling mempengaruhi. Akibatnya, terjadi pergeseran batas
negara secara imajiner.
161
Daerah frontier (Sunardi, 2004: 151) terjadi antara lain:
1. Dorongan ekonomi, berupa kemudahan masyarakat untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup;
2. Dorongan sosial budaya, berupa kesamaan subkultur (suku) dan kemudahan
mendapatkan fasilitas perlindungan masa depan (sekolah, kesehatan/social
security, dan lain-lain); serta
3. Dorongan politik, antara lain adanya kepastian hukum dan tidak menutup
kemungkinan adanya tuntutan referendum.
162
belum—mungkin tidak—tahu akan bahaya limbah B-3 yang dimasukkan sebagai
pupuk untuk pertanian. Kerusakan lingkungan pada pulau-pulau yang tidak
berpenghuni seperti halnya kasus di atas pada gilirannya akan merugikan masyarakat.
1. Dapat menuntut hak (claim) atas pulau tersebut di wilayah Indonesia apabila
diduduki secara diam-diam oleh negara tetangga;
2. Jangan sampai Indonesia kehilangan pulau, tetapi tidak tabu apa atau pulau mana
163
yang hilang; serta
3. Memberikan batas wewenang pada daerah otonom tentang batas laut
berdasarkan koordinat tidak berdasarkan perkiraan, seperti sekarang ini yang
berakibat pada konflik di kalangan masyarakat.
Dalam menghadapi negara yang memiliki armada angkutan laut besar yang
ingin tetap berperan dalam era globalisasi:
1. penambahan ALKI sesuai dengan permintaan International Maritime
Organization harus tetap ditolak karena pada hakikatnya akan membuat wilayah
Indonesia menjadi terbuka sehingga kontraproduktif dibandingkan dengan
Deklarasi Juanda.
2. ALKI perlu diinformasikan lebih intensif kepada masyarakat maritim Indonesia,
dengan ditindak lanjuti secara proaktif dalam bentuk pengawasan.
164
DAFTAR PUSTAKA
165
Wright, Quincy. 1942. Study of War. Chicago III: The University of Chicago Press.
166