Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan Gawat
Darurat dan Kritis
Dosen Pembimbing :
Ns. Ahmat Pujianto, S.Kep.,M.Kep
Ns. Reni Sulung Utami, S.Kep., M.Sc Suhartini, S.Kp., MNS., Ph.D
Disusun Oleh :
Budi Utomo 220201172100
Fachrudin AR 220201172100 Eliana Sari 220201172100 Rutlita Yessi Malau 22020117210034 Wiwik Sumbogo 22020117210040
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXX
DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2018 A. Analisis Situasi Intensif Care Unit ( ICU ) adalah salah satu unit di rumah sakit yang berfungsi untuk perawatan pasien kritis. Unit ini berbeda dari unit-unit lainnya karena selain pasien dirawat oleh perawat terlatih atau tim medis khusus untuk pasien di ICU, juga dalam merawat pasien perawat untuk satu atau dua pasien dalam satu waktu setiap shiftnya. ICU untuk peraturan kunjungan ke pasien dibatasi dan berbeda dengan unit lain sehingga keluarga akan mengalami suatu keadaan depresi, kecemasan bahkan gejala trauma setelah anggota keluarganya dirawat di ruang ICU menurut McAdam dan Puntillo dalam Bailey (2009). Ventilator adalah alat bantu pernapasan pada pasien yang mempunyai gangguan sistem pernapasan yaitu pada kondisi gagal napas atau kondisi yang berpotensi ke arah gagal napas (Marino, 2007). Menurut Hudak dan Gallo (2010), terapi ventilasi mekanik digunakan untuk mempertahankan ventilasi alveolar yang tepat untuk kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki hipoksemia dan memaksimalkan transpor oksigen. Selain itu Rab (2010) menambahkan kegunaan terapi ventilasi mekanik adalah untuk mengurangi kerja pernapasan yang biasanya tinggi saat respirasi. Salah satu kebutuhan utama manusia adalah menjadi sehat secara rohaniah yaitu kebutuhan akan lingkungan yang ramah, dan hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain melalui komunikasi (Tubbs & Moss, 2005). Selain itu komunikasi berfungsi untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, membangun konsep diri yaitu mengenai siapa diri kita dan apa yang harus dilakukan, mengekspresikan perasaan yang dialami, mengajar atau memotivasi untuk mengubah sikap dan perilaku (Mulyana, 2012). Komunikasi adalah aspek yang sangat penting pada pasien dengan ventilasi mekanik yang dirawat di ICU sehingga ketidakmampuan berkomunikasi yang dialami pasien dengan ventilasi mekanik menyebabkan pengaruh yang banyak pada psikologis dan emosional pasien tersebut. Dalam proses komunikasi, seorang komunikator yaitu orang yang menyampaikan informasi, akan menggunakan media atau saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan terhadap komunikan atau orang yang menerima informasi tersebut (Effendy, 2004). Terpenuhinya kebutuhan komunikasi merupakan aspek penting yang diharapkan oleh pasien dengan ventilasi mekanik dari perawat di Intensive Care Unit (ICU) untuk mencegah stres dan secara tidak langsung bermanfaat untuk meminimalkan waktu perawatan pasien di ICU. Oleh karena itu perawat perlu mengetahui tentang kebutuhan komunikasi yang diharapkan oleh pasien dengan ventilasi mekanik. Dukungan informasi yang jelas dan akurat tersebut akan mampu mengurangi tekanan psikologis terhadap kecemasan dan memungkinkan keluarga untuk lebih baik dalam mengambil keputusan untuk keselamatan pasien. Upaya untuk memenuhi kebutuhan dan rasa keprihatinan anggota keluarga selama pasien dirawat di ruang ICU merupakan tanggung jawab penting bagi perawat dalam memberikan bantuan. Hasil pengamatan mahasiswa selama praktik di ruang ICU, secara keseluruhan pasien yang dirawat di ICU terpasang ventilator mekanik. Tanggal 29 – 31 Januari 2018 jumlah pasien kelolaan di ICU 15 pasien. Pasien dengan ventilator mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Dengan keterbasan verbal yang dialami pasien terkadang perawat kurang memahami pesan yang disampaikan pasien tersebut, sehingga hal tersebut menimbulkan diskomunikasi antar pasien dan perawat. Dengan ketidakmampuan berbicara selama menggunakan ventilasi mekanik, membuat mereka merasa sedih, merasa putus asa dan menyebabkan perubahan tanda-tanda vital yang ditunjukkan pada monitor. Perubahan tanda vital dapat dilihat pada bed side monitor pasien khususnya pada bagian nadi dan tekanan darah, hal ini cenderung naik. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka kelompok mengangkat tema tentang komunikasi pada pasien yang terpasang ventilator yang dirawat di ICU untuk jurnal club kelompok. B. Evidence Knowledge Komunikasi adalah pertukaran & arus informasi dan ide dari satu orang ke orang lain. Ini melibatkan pengirim mengirimkan ide, informasi, perasaan ke penerima. Komunikasi yang efektif hanya terjadi pada penerima yang memahami informasi atau ide-ide yang tepat yang pengirim ingin kirimkan. Berkomunikasi secara efektif dengan pasien yang tergantung ventilator sangat penting sehingga berbagai kebutuhan fisiologis dan psikologis dasar dapat disampaikan, keputusan, serta keinginan tentang rencana perawatan hingga akhir kehidupan. Keputusan dapat dinyatakan, banyak metode yang dapat digunakan untuk berkomunikasi, termasuk gerakan, kepala mengangguk, mengucapkan kata-kata, menulis, penggunaan surat, gambar, papan & kata-kata umum atau frase disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan pasien individual, alternatif teknologi tinggi. Penting bagi perawat untuk memperbaiki kebutuhan komunikasi, mengidentifikasi strategi komunikasi alternatif yang tepat. Buat rencana perawatan khusus dengan pasien, keluarga pasien dan anggota tim lainnya, pastikan bahwa rencana perawatan bervariasi dan dapat diakses oleh semua staf yang berinteraksi dengan pasien dan terus berkolaborasi dengan rekan kerja dari semua disiplin untuk meningkatkan komunikasi yang efektif dengan pasien vokal. Ventilasi mekanis adalah suatu metode yang membantu secara mekanis atau menggantikan pernafasan spontan dengan mesin yang dikenal sebagai ventilator, prosedur ini memerlukan suatu tabung untuk dimasukkan ke dalam trakea agar udara mengalir masuk dan keluar, endotrachel tube melewati pita suara membuat pembicaraan menjadi tidak mungkin, sehingga secara dramatis mengubah proses komunikasi. Menjadi perlu untuk mengembangkan strategi yang dapat membantu dalam mengkomunikasikan kebutuhan pasien dengan pandangan untuk meningkatkan hubungan interpersonal antara perawat dan pasien. Metode komunikasi yang digunakan oleh pasien dengan ventilator mekanik didapatkan bahwa 1000 dari 1693 bentuk komunikasi adalah penggunaan jawaban “yes or no”, kemudian diikuti oleh berbicara, kemudian ekspresi non verbal, gesture, ekspresi wajah, menulis, mengerang serta menggambar (Happ., dkk, 2011). Penelitian Mary Beth Happ, dkk (2011) menunjukkan bahwa penggunaan komunikasi diruang ICU antara perawat dan pasien yang mengalami gangguan berbicara sementara adalah bahwa Perawat memulai sebagian besar (86,2%) dari pertukaran komunikasi. Nilai rata-rata pertukaran komunikasi yang diselesaikan adalah 2,62 pertukaran per menit. komunikasi yang paling umum adalah melakukan kontak mata dengan pasien. Meskipun pertukaran komunikasi pada umumnya (> 70%) berhasil, tetapi lebih dari sepertiga (37,7%) komunikasi tentang nyeri tidak berhasil. Pasien menilai 40% dari sesi komunikasi dengan perawat agak sulit. Strategi komunikasi yang bersifat membantu jarang terjadi, dengan sedikit atau tidak menggunakan materi komunikasi yang membantu (misalnya, persediaan tulisan, alfabet atau papan kata). pada penelitian ini sampel pasien dilakukan pada 12 pasien yang terpasang ET dan 18 pasien terpasang trakheostomi. Sebanyak 5140 tindakan komunikasi direkam dan dikodekan selama 360 menit video-direkam interaksi Hampir semua (n = 5015; 97,6%) dari interaksi ini adalah antara perawat dan pasien. Tindakan komunikasi ini dikelompokkan ke dalam 943 unit pesan topikal atau pertukaran komunikasi. Tingkat rata-rata pertukaran komunikasi yang diselesaikan antara perawat dan pasien yang tidak berbicara adalah 2,62 pertukaran per menit. Jumlah pertukaran komunikasi dalam sesi 3 menit berkisar antara 1 hingga 21 pertukaran (rata-rata, 9,32; SD, 4,3), dengan rata-rata 8,5 pertukaran komunikasi per sesi. Metode komunikasi yang digunakan oleh pasien adalah metode komunikasi alami (yaitu, anggukan kepala, gerakan tubuh, kata-kata yang terucap, dan ekspresi wajah). Kepala mengangguk dan gerakan ya / tidak adalah teknik komunikasi yang paling umum digunakan, diikuti dengan mengucapkan kata-kata dan tindakan dan gerakan nonverbal komunikatif. Menulis sangat minim (n = 20 tindakan). Tidak ada papan komunikasi, papan alfabet, atau papan gambar yang diamati digunakan selama pengamatan rekaman video ini. Jumlah tindakan dalam satu pertukaran komunikasi berkisar antara 1 hingga 38 (rata-rata, 5,45; SD, 5,1). Jumlah rata-rata tindakan dalam pertukaran adalah 4,0. Hampir sepertiga (31,8%) dari 943 pertukaran komunikasi dalam sampel ini terdiri dari 1 atau 2 tindakan. Lain sepertiga (34%) dari pertukaran yang diamati terdiri dari 3 hingga 5 tindakan komunikasi. Sebagian besar tindakan komunikasi dilakukan oleh perawat (3322 tindakan; 64,6%). Pasien melakukan 1693 (32,9%) dari tindakan komunikasi, dan keluarga anggota dan orang lain di ruangan menyumbangkan sisanya (125 tindakan; 2,4%) sebagai pihak ketiga dalam komunikasi perawat-pasien. Pengamatan ini dilakukan dengan mendokumentasikan pertukaran komunikasi perawat dan pasien dengan merekam pertukaran komunikasi antara pasien dan perawat. Metode komunikasi yang digunakan oleh pasien dalam penelitian ini mirip dengan yang didokumentasikan dalam penelitian sebelumnya. Metode komunikasi pasien di ICU tidak berubah dalam 3 dekade terakhir sejak penelitian asli Ashworth di mana masalah gangguan komunikasi pasien selama penyakit kritis didokumentasikan. Dalam penelitian ini juga menyebutkan beberapa komunikasi perawat yang negatif maupun positif. Melakukan kontak mata, mengajukan pertanyaan terbuka, menyapa dengan nama atau sentuhan, dan penggunaan gerakan atau menunjuk adalah perilaku komunikasi positif yang paling umum digunakan oleh perawat. Sebaliknya, kurangnya kontak mata untuk seluruh pertukaran adalah perilaku komunikasi negatif yang paling umum, diikuti dengan berbicara terlalu cepat dan tidak mendapatkan perhatian pasien sebelum memulai pertukaran komunikasi. Self-talk atau bergumam adalah perilaku perawat negatif yang cukup umum diamati dalam kelompok ini. Rata-rata, perawat menunjukkan 4,9 sebagai perilaku komunikasi positif sebagai perilaku komunikasi negatif. Secara keseluruhan, kelompok perawat perawatan kritis berpengalaman ini menunjukkan sebagian besar (73,7%) pertukaran komunikasi yang sukses. Namun demikian, lebih dari seperempat dari pertukaran komunikasi perawat-pasien yang mewajibkan tanggapan entah sebagian dipahami, ditinggalkan, atau sepenuhnya diabaikan. Intervensi berbasis bukti diperlukan untuk meningkatkan keterampilan perawat perawatan kritis dengan bantuan komunikasi, akses ke materi komunikasi (misalnya, alat menulis, papan komunikasi), dan keberhasilan dalam mengkomunikasikan rasa sakit dan gejala lainnya. Papan komunikasi dibuat oleh para ahli di bidang komunikasi dilatarbelakangi oleh kondisi pasien yang telah mengalami kesulitan komunikasi karena ventilator mekanik, maka ada kebutuhan untuk mengeksplorasi kebutuhan pasien dan mengidentifikasi konten yang mereka inginkan di papan komunikasi. Berbagai jenis papan yang dapat digunakan untuk membantu pasien berkomunikasi selama ventilasi mekanis: papan tulis huruf dan papan plastik magis, papan alfabet, papan gambar, dan papan tulis sederhana. Isi spesifik dan format dari papan ini tidak dijelaskan, juga tidak ada papan yang diuji untuk menilai efektivitas mereka dalam memfasilitasi komunikasi. Penulis pertama yang mengilustrasikan contoh papan komunikasi menyarankan bahwa isi papan termasuk huruf alfabet, kata-kata yang menggambarkan kebutuhan dasar (yaitu, rasa sakit dan kehausan), gambar bagian tubuh, dan nama-nama orang (yaitu, pasangan, anggota keluarga, dan dokter). Penelitian yang dilakukan oleh Das, Sasmita., dkk (2015) menunjukkan bahwa rata-rata skor pola komunikasi setelah diberikan papan komunikasi adalah 134,4 lebih tinggi daripada skor rata-rata pola komunikasi sebelumnya 78,85. Varians skor pola komunikasi post test 44.7446 kurang dari varians skor pola komunikasi pre test 51.2656. Nilai ‘z’ yang dihitung pada derajat kebebasan (df.) 59 adalah 31.2 yang lebih tinggi dari yang ditabulasikan z (59) pada tingkat signifikansi 0,05 (2,0). Ini menunjukkan bahwa papan komunikasi efektif dalam meningkatkan pola komunikasi pasien dengan ventilator mekanik Penelitian ini juga menunjukkan tentang tingkat kepuasan pasien dalam berkomunikasi menggunakan papan komunikasi, didapatkan bahwa rata-rata skor tes pasca tingkat kepuasan adalah 36,9, yang lebih tinggi dari rata-rata skor tes pra tingkat kepuasan 31,4. Temuan menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara pola komunikasi dan tingkat kepuasan pasien dengan ventilator mekanik. Nilai r dihitung adalah 0,25 (sebelum menggunakan papan komunikasi) dan 0,29 (setelah menggunakan papan komunikasi) menunjukkan hubungan yang signifikan antara pola komunikasi dan tingkat kepuasan pasien dengan ventilator mekanik. Penelitian ini didukung oleh penelitian Patak, Lance., dkk (2006) yang menunjukkan bahwa enam puluh sembilan persen subyek (n = 20) melaporkan bahwa papan komunikasi akan sangat membantu (41,4%; n = 12) dalam berkomunikasi secara efektif selama pasien dipasang mesin ventilator mekanik. Delapan (27,5%) subjek percaya bahwa menggunakan papan komunikasi selama ventilasi mekanis akan membantu (17,2%; n = 5) atau agak membantu (10,3%; n = 3). Satu (3,4%) subjek berpikir bahwa penggunaan papan komunikasi selama ventilasi mekanis tidak akan membantu. Alat komunikasi lain yang dapat digunakan oleh pasien dengan pemasangan ventilator mekanik adalah penggunaan alat komunikasi suara. Salah satunya adalah VOCA (voice output communication aids). VOCA adalah bagian dari perangkat AAC yang menghasilkan pesan suara digital yang direkam sebelumnya (pidato yang direkam) atau pidato yang disintesis (suara yang dihasilkan komputer) ketika komunikator mengakses lokasi tertentu pada layar tampilan dinamis atau papan tombol membran. Kebanyakan VOCA elektronik dapat diprogram sebelumnya dengan pesan-pesan yang relevan secara situasional, seperti "Saya mengalami rasa sakit," yang diakses melalui satu lokasi di layar perangkat. Pesan pra-diprogram pada "level" tambahan dapat ditambahkan untuk elaborasi. Misalnya, skala numerik yang mewakili tingkat rasa sakit dapat diaktifkan setelah pesan nyeri sederhana dikomunikasikan. Beberapa perangkat memungkinkan individu mengeja pesan baru melalui beberapa penekanan tombol. Sebelum operasi, pasien dan anggota keluarga memilih dan mencatat 30 hingga 40 item kosakata yang kemudian dikategorikan di bawah isyarat topik, seperti kata atau ikon. Proses penggunaannya adalah pasien menyentuh ikon gambar kata 1-inci 1 inci pada keypad untuk mengaktifkan pesan yang direkam sebelumnya dalam suara pasien atau orang lain. Menyentuh gambar berlabel pada layar tampilan dinamis akan mengaktifkan pesan suara. Mengakses simbol-simbol tertentu dapat "menghubungkan" komunikator ke pesan yang terkait pada "tingkat," atau layar yang berbeda. Pasien juga dapat mengeja pesan baru dengan menggunakan keyboard layar sentuh. Kedua perangkat dapat disesuaikan dengan mengubah pesan, ikon / simbol, dan tampilan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi unik pasien. Tabel 1 kontras fitur perangkat yang digunakan untuk kedua sistem dalam penelitian ini. Penyampaian pesan dengan VOCA dapat dilakukan dengan beberapa cara: pasien menggunakan gesture, kata-kata yang mengucapkan, kepala mengangguk, dan menulis. Tidak ada peserta yang menggunakan VOCA sebagai metode komunikasi yang dominan, namun, sebagian besar pasien menggunakan VOCA secara independen atau dengan isyarat. Pada wawancara, pasien melaporkan menggunakan VOCA lebih sering dengan pengunjung keluarga daripada dengan perawat. Pesan yang dapat direkam VOCA bervariasi, mulai dari perintah sederhana (misalnya, "bantuan!") Hingga pertanyaan yang diketik (misalnya, "Mengapa saya menggunakan ventilator?"). Konten utama pesan komunikasi yang diamati adalah, "Aku mencintaimu" pertanyaan tentang rumah / keluarga, ekstubasi, dan pelepasan ulang, khawatir, takut, atau cemas, nyeri, dan kebutuhan kenyamanan. Pasien sering menstabilkan perangkat dengan mengistirahatkan telapak tangan di atas perangkat dan menggunakan ibu jari untuk melakukan pemilihan kunci. Sebagian besar pesan yang dibuat VOCA memerlukan bantuan (misalnya, pemosisian ulang, pemberian isyarat, peninjauan opsi pesan, atau lokasi pesan) dan / atau validasi (misalnya, mengulang pesan atau mengajukan pertanyaan) dari mitra komunikasi. Pasien memulai komunikasi lebih sering bila menggunakan VOCA (36,4%) daripada dalam acara komunikasi yang tidak menggunakan VOCA (16,7%). Metode komunikasi lain menggunakan metode suara untuk pasien dengan pemasangan ventilator diteliti oleh Macaulay (2010) dengan judul ICU-Talk, A Communication Aid for Intubated Intensive Care Patients. ICU-Talk adalah proyek penelitian multidisiplin tiga tahun yang dikelola oleh personel dari keperawatan, ilmu komputer serta terapi bahasa. Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembangkan dan mengevaluasi bantuan komunikasi berbasis komputer yang dirancang khusus untuk pasien dewasa yang diintubasi di ICU. ICU-Talk dirancang agar cepat dipelajari dan mudah digunakan. Ada database frasa yang disimpan sebelumnya, yang dapat dipersonalisasi melalui penyelesaian wawancara berbasis komputer. Kode warna diberikan berdasarkan topik untuk membantu memori dan stimulasi visual. Misalnya, topik ‘Keluarga, pengunjung’ dan layar terkait diberi warna merah jambu dan topik, ‘Perasaan’ dan layar terkait diberi warna hijau. Frasa ditampilkan sebagai hitam pada latar belakang kuning untuk memaksimalkan kontras. Animasi sederhana digunakan untuk menghubungkan layar dinamis bersama-sama untuk memberikan transisi yang mulus dari satu layar ke layar berikutnya. Ada 2 bentuk tampilan yang disediakan dalam ICU Talk, yaitu Kotak dan Buble. Layar berisi kotak kancing berbentuk tombol. Ketika pilihan dibuat, layar baru 'slide' menjadi tampilan. Tampilan ini memungkinkan maksimum 10 frasa yang akan ditampilkan kapan saja ditambah tombol kontrol berada di bagian atas dan bawah layar. Penggunaan frasa yang direkam dalam ICU Talk dikumpulkan melalui 2 cara. Pertama, setiap perawat akan diminta untuk mengajukan 3 frasa yang memungkin akan sangat sering digunakan oleh pasien tersebut dalam berkomunikasi. Frasa yang lain yang akan sangat dibutuhkan oleh pasien didapatkan dengan mengamati metode komunikasi serta frasa yang digunakan oleh pasien. Kemudian keseluruhan frasa tersebut akan digabungkan sesuai topik yang sama kemudian diprogram dalam ICU Talk. Keunggulan penggunaan ICU Talk adalah dapat mencegah kemungkinan infeksi silang di antara pasien yang menggunakan ICU- Talk, sehingga perangkat ICU-Talk harus tahan air dan mampu dilakukan pembersihan menyeluruh. ICU Talk dimodifikasi dalam bentuk yang sesuai sehingga pasien harus dapat mengakses perangkat ICU-Talk dari sejumlah posisi yang berbeda, mis. duduk, berbaring telentang, berbaring miring. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Macaulay (2001) menunjukkan bahwa ICU-Talk mudah digunakan dan hanya membutuhkan sedikit pelatihan. Hasil wawancara dengan perawat didapatkan 97% perawat merasa harus terlibat dengan menggunakan ICU-Talk dengan pasien, 90% merasa pasien dalam perawatan intensif membutuhkan bantuan komunikasi berbasis komputer serta 88% merasakan kesehatan pasien dipengaruhi oleh kemampuan mereka untuk berkomunikasi. C. Critical Thinking Penatalaksanaan komunikasi pasien dengan pemasangan ventilator mekanik di Ruang ICU RSUP Dr Kariadi beberapa sudah sesuai dengan penelitian yang ada seperti penggunaan komunikasi metode alami. Komunikasi metode alami merupakan komunikasi yang sangat mudah untuk dilakukan, yaitu dengan menggunakan anggukan kepala, gerakan tubuh, kata-kata yang terucap, dan ekspresi wajah. Kepala mengangguk dan gerakan ya / tidak adalah teknik komunikasi yang paling umum digunakan, diikuti dengan mengucapkan kata-kata dan tindakan dan gerakan nonverbal komunikatif (Mary Beth Happ, dkk, 2011). Beberapa pasien yang dirawat di ICU RSUP Dr Kariadi juga telah menggunakan alat komunikasi tambahan berupa alat menulis, namun terbatas pada kondisi pasien, hanya pasien dengan kemampuan menulis dan membaca yang dapat menggunakannya serta pasien dengan kemampuan motorik yang masih baik. Nyatanya, hanya sedikit pasien yang memiliki kemampuan serta motivasi dalam menggunakan alat ini. Pengamatan yang didapatkan penulis selama 2 minggu praktik, hanya ada 3 dari 15 pasien yang menggunakan metode komunikasi ini. Kenyataan yang terjadi dilapangan adalah sering terjadi kesalahan mengartikan informasi atau pesan antara pasien dengan perawat. Hal ini sering kali menyebabkan pasien merasa kecewa, putus asa disertai dengan perubahan tanda vital pada bed site monitor pada pasien tersebut. Sehingga penggunaan metode komunikasi alami dinilai tidak cukup maksimal dalam komunikasi. Diperlukan alat komuniaksi tambahan yang dapat memaksimalkan komunikasi sehingga timbul rasa kepuasan serta dapat memenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan yang diinginkan. Metode komunikasi tambahan yang dapat menjadi alternatif untuk memaksimalkan komunikasi pasien dengan perawat ataupun keluarga adalah dengan papan komunikasi, alat menulis ataupun audio visual. Papan komunikasi dibuat oleh para ahli di bidang komunikasi dilatarbelakangi oleh kondisi pasien yang telah mengalami kesulitan komunikasi karena ventilator mekanik, maka ada kebutuhan untuk mengeksplorasi kebutuhan pasien dan mengidentifikasi konten yang mereka inginkan di papan komunikasi. Papan komunikasi disarankan harus terdiri dari huruf alfabet, kata-kata yang menggambarkan kebutuhan dasar (yaitu, rasa sakit dan kehausan), gambar bagian tubuh, dan nama- nama orang (yaitu, pasangan, anggota keluarga, dan dokter). Penelitian yang dilakukan oleh Das, Sasmita., dkk (2015) menunjukkan bahwa rata-rata skor pola komunikasi setelah diberikan papan komunikasi adalah 134,4 lebih tinggi daripada skor rata-rata pola komunikasi sebelumnya 78,85. Nilai ‘z’ yang dihitung pada derajat kebebasan (df.) 59 adalah 31.2 yang lebih tinggi dari yang ditabulasikan z (59) pada tingkat signifikansi 0,05 (2,0). Ini menunjukkan bahwa papan komunikasi efektif dalam meningkatkan pola komunikasi pasien dengan ventilator mekanik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memaksimalkan
komunikasi antara pasien dengan pemasangan ventilator mekanik dengan perawat dibutuhkan alat komunikasi tambahan berupa papan komunikasi yang terdiri dari alfabet ataupun simbol simbol kebutuhan pasien. Komunikasi yang maksimal diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasien serta meningkatkan kemampuan perawat memahami pesan yang disampaikan dengan tepat. Kepuasaan dalam berkomunikasi akan menimbulkan kenyamanan sehingga pelayanan keperawatan dapat diberikan secara maksimal dan dapat mengurangi gejala frustasi komunikasi akibat ketidakmampuan komunikasi dengan pemasangan ventilator mekanik di Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi. Daftar Pustaka Bailey, J. 2009. The Top 10 Rural Issues for Health Care Reform. Center for Rural Affairs. Retrieved from http://files. cfra. org/pdf/Ten-Rural-Issues- for- Health-Care-Reform. Pdf. Das, Sasmita., Xavier, Binu., Begum, Farzana. 2015. Effectiveness of Communication board on the Communication Pattern and level of Satisfaction among Mechanically Ventilated Patients. International Journal of Nursing Education and Research Vol. 03. No.01. Hal: 40-44 Effendy U.O. 2004. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Happ, Mary., dkk. 2004. Electronic voice-output communication aids for temporarily nonspeaking patients in a medical intensive care unit: A feasibility study. Heart & Lung. Vol. 33. No. 02: 92-102 Happ, Marry., dkk. 2011. Nurse – Patient Communication Interactions In The Intensive Care Unit. American Journal Of Critical Care Hudak, Carolyn M.G., Barbara M. 2010. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume 1. Edisi 6. Jakarta: EGC. Macaulay, F., dkk. 2001. ICU-Talk, A Communication Aid for Intubated Intensive Care Patients. University of Dundee: Departement of Applied Computing. Scotland Marino P.L. 2007. The ICU Book, Third Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Mulyana D. 2012. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Patak, Lance., Gawlinski, Anna., Fung Ng Irene., dkk. 2006. Communication boards in critical care: patients’views. Applied Nursing Research 19: 182-190 Rab T. 2010. Ilmu penyakit Paru. Jakarta: CV. Trans Info Media. Tubbs S.L., Moss S. 2005. Human Communication, Konteks – Konteks Komunikasi, Pengantar: Deddy Mulyana. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya CONTOH PAPAN KOMUNIKASI ICU TALK