Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

FARMAKOLOGI DASAR

DOSEN PENGAMPU :

ARIF SANTOSO, S.Farm.,Apt

DISUSUN OLEH :

Luciana Dewi Khabibah (1713206018)

S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA PUTRA BANGSA

JL.RAYA TULUNGAGUNG-BLITAR KM 4 SUMBERGEMPOL-


TULUNGAGUNG

TELP. (0355) 331 050 – FAX (0355) 332 960

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan

karunia-Nya. Sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan baik meskipun banyak

kekurangan didalamnya.

Diharapkan penyelesian makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan, bahwa sepenuhnya di dalamnya terdapat kekurangan dan

jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, diharap adanya kritik, saran, dan usulan demi

perbaikan makalah yang telah di buat untuk masa yang akan datang, mengingat tidak

ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna dan bermanfaat. Sebelumnya

mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Memohon

kritik dan saran yang bersifat membangun di tunggu untuk perbaikan makalah ini ke

depannya.

Tulungagung, 01 November 2018

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakologi berakar dari cerita cerita rakyat dan tradisi masa lampau ketika

pengetahuan tentang taanaman yang berkhasiat obat diturunkan dari generasi ke

generasi. Sejak tahun 1240 SM, farmakologi berali dari ranah terapi alternative

menjadi ilmu pengetahuan dimana standar obat ditetapkan dan sistem pengukuran di

kembangkan untuk mengukur dosis dan takaran obat. Dikarenakan obat dapat sangat

bervariasi baik dari segi khasiat maupun kemurniannya, pemerintah akhirnya

mengembangkan standar farmakologis untuk memproduksi mengatur obat

(Kamienski, 2015).

Farmakologi sebagai ilmu berbeda dari ilmu lain secara umum pada

keterkaitannya yang erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik. Sangat sulit

mengerti farmakologi tanpa pengetahuan tentang fisiologi tubuh, biokimia, dan

pathogenesis penyakitnya dan ilmu kedokteran klinik.

Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan Farmasi, yaitu ilmu

mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan dan menyediakan obat.

Farmakologi merupakan ilmu dasar yang berperan penting dalam penemuan

suatu obat yaitu pada tahap uji praklinik maupun uji klinik. Uji praklinik tersebut

meliputi uji aktifitas farmakologi, uji toksikologi, dan uji farmakodinamika obat pada

hewan percobaan. Uji praklinik tersebut bertujuan menentukan batas aman dan

keefektifan umtuk memperkirakan manfaat klinik suatu obat baru. Sedangkan pada

1
uji klinik, obat tersebut dilakukan evaluasi pada manusia baik dalam kondisi sehat

maupun sakit (Nugroho, 2012).

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud farmakologi?
b. Apa saja cabang-cabang ilmu farmakologi?
c. Apa yang dimaksud farmakokinetik?
d. Apa yang dimaksud farmakodinamik?
e. Apa yang dimaksud farmakologi molekuler?
f. Apa yang dimaksud dengan sistem saraf?

C. Tujuan
a. Untuk memahami pengertian dari farmakologi.
b. Untuk mengetahui cabang-cabang ilmu farmakologi.
c. Untuk memahami pengertian farmakokinetik.
d. Untuk memahami pengertian farmakodinamik.
e. Untuk memahami pengertian farmakologi molekuler.
f. Untuk memahami sistem saraf.

BAB II

TEORI UMUM

A. FARMAKOLOGI
a. Pengertian
Menurut Agung Nugroho dalam buku “Prinsip Aksi dan Nasib Obat

dalam Tubuh”, Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan

2
antara obat dengan mkahluk hidup. Farmakologi berasal dari bahasa yunani

yaitu pharmacos yang berarti senyawa bioaktif dan logos yang berarti ilmu.
Menurut Mary Kamienski dalam buku “Farmakologi”, farmakologi

adalah suatu ilmu yang mempelajari bahan kimia obat pada jaringan hidup

tersebut dan bagaimana bahan kimia tersebut membantu mediagnosis,

mengobati, menyembuhkan dan mencegah penyakit atau memperbaiki kelainan

fisiologis pada jaringan hudup tersebut.


Menurut Arini Setiawati dalam buku “Farmakologi dan Terapi”,

farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat

proses kimia khususnya lewat reseptor.


Menurut Zullies ikawati dalam buku “Farmakologi Molekuler”,

farmakologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana suatu bahan kimia / obat

berinteraksi dengan sistem biologis, khususnya mempelajari aksi obat di dalam

tubuh.
b. Pembagian Cabang Ilmu Farmakologi
Perkembangan farmakologi diawali dengan observasi empiris

penggunaan obat gubal. Dalam masa tersebut, penggunaan, penggolongan,

karakteristik obat masih didasarkan pada pengalaman empirik masyarakat.

Perkembangan lebih lanjut, farmakologi tidak lagi didasarkan pada

pengalaman empiric melainkan pada berbagai penelitian terpadu mengenai

obat meliputi nasib obat dalam tubuh, dan tempat aksi serta cara kerja

obat. Dengan dasar tersebut, para farmakologis terus mengembangkan

ilmu farmakologi menjadi berbagai anak cabang seperti farmakodinamika,

farmakokinetika, toksikologi, farmakologi klinik, farmakoterapi, farmakologi

3
molekuler, farmakogenetika, farmakoepidemiologi, , dan farmakoekonomi

(Nugroho, 2012).
1. Farmakodinamika, merupakan cabang ilmu farmakologi yang

mempelajari tempat (target aksi obat), dan mekanisme kerja serta efek

fisiologik dan biokimia organisme hidup. Teori maupun praktikum yang

mempelajari mengenai farmakodinamika berhubungan dengan ilmu-

ilmu lain meliputi anatomi dan fisiologi manusia, genetika, biokimia,

biologi sel dan molekuler, mikrobiologi, imunologi dan patologi.


2. Farmakokinetika, adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari

absorbsi, distribusi, metabolisme obat atau biotransformasi maupun

ekskresi suatu obat. Definisi ringkas dari farmakokinetika adalah

pengaruh organisme hidup terhadap obat (nasib obat dalam tubuh).

Farmakokinetika terkait dengan dosis yang menentukan keberadaan obat

pada tempat aksinya (reseptor) dan intensitas efek yang dihasilkan

sebagai fungsi waktu.


3. Toksikologi, mempelajari prinsip umum mengenai mekanisme kerja

senyawa toksik, maupun mengenai cara-cara pencegahan, penanganan

dan pengobatan keracunan akibat senyawa tersebut.


4. Farmakologi klinik, mempelajari interaksi obat dengan organisme hidup

yaitu manusia. Ilmu tersebut digunakan sebagai dasar bagi penggunaan

obat yang rasional pada manusia yang manjur, aman, tepat serta biaya

yang terjangkau.
5. Farmakoterapi, berhubungan dengan penggunaan obat untuk pencegahan

dan pengobatan suatu penyakit serta penggunaan obat untuk mengubah

fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu. Ilmu tersebut mempelajari

4
penggunaan obat yang menghasilkan efek yang sesuai atau diinginkan

tanpa menghasilkan efek samping (mempunyai efek samping yang

minimum).
6. Farmakologi molekuler, adalah ilmu yang mempelajari interaksi obat

dengan makhluk hidup pada aras molekuler. Definisi lain adalah ilmu

yang mempelajari aksi dan nasib obatdalam tubuh pada aras molekuler.
7. Farmakogenetika, merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh genetik

terhadap respons atau efek suatu obat.


8. Farmakoepidemiologi, merupakan cabang ilmu farmakologi yang

mempelajari efek suatu obat pada tingkat populasi. Tiap populasi

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini yang memungkinkan

bahwa pola pengobatan suatu penyakit pada beberapa populasi adalah

berbeda.
9. Farmakoekonomi, merupakan perpaduan ilmu farmakologi dengan ilmu

ekonomi kesehatan. Farmakoekonomi adalah ilmu yang mempelajari

pertimbangan ekonomi penggunaan obat pada proses terapi.


B. FARMAKOKINETIK
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat (Setiawati, 2008). Dalam arti sempit farmakokinetika
khususnya mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan
metabolitnya di dalam darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu (Tjay dan
Rahardja, 2007). Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni proses absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi. Metabolisme atau biotransformasi, dan
ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif, merupakan proses eliminasi obat (Setiawati,
2008).

1) Adsorbsi

Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam


darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah
saluran cerna (mulut sampai dengan rectum), kulit, paru, otot, dan lain-lain
(Setiawati, 2008). Laju dan jumlah absorpsi obat dalam tubuh dapat dipengaruhi

5
oleh beberapa faktor, yaitu: luas permukaan dinding usus, kecepatan
pengosongan lambung, pergerakan saluran cerna dan aliran darah ke tempat
absorpsi. Laju absorpsi obat ini dapat digambarkan secara matematik sebagai
suatu proses order kesatu atau order nol. Dalam model farmakokinetik ini
sebagian besar menganggap bahwa absorpsi obat mengikuti order kesatu,
kecuali apabila anggapan absorbsi order nol memperbaiki model secara
bermakna atau telah teruji dengan percobaan (Shargel dan Yu, 2005).

Factor yang mempengaruhi absorbs obat :

 Kelarutan obat = senyawa obat yang larut dalam air laju pelarutanya
cepat namun laju melintas membrane sel paling lambat
 Obat yang bersifat lipofilik akan mudah menembus melewati membrane
biologis daripada obat yang hidrofilik.
 Ukuran partikel = semakin kecil ukuran partiel obat makan akan
semakin mudah menembus membrane melewati celah-celah membrane
tersebut makan akan semakin mudah terabsorbsi.
 Permukaan saluran cerna = semakin tebal membrane maka semakin sulit
obat melewatinya. Membrane kapiler darah dan membrane pembuluh
darah masih mudah dilewati obat, tetapi membrane sawar otak sangat
sulit sehingga tidak semua obat dapat masuk membrane sawar darah otak
. biasanya obat tersebut bersifat lipofilik
 Motilitas saluran cerna = bila mortilitas sangat cepat maka waktu
tinggal obat dalam saluran akan semakin singkat. Waktu obat untuk
mengalami proses absorbsi menjadi lebuh singkat sehingga tidak
optimal.

2) Distribusi
Obat yang telah melaui hati bersamaan dengan metabolitnya disebarkan
secara merata keseluruh jaringan tubuh khususnya melalui peredaran darah.
Lewat kapiler dan cairn ekstra sel (yang mengelilingi jaringaan) obat diangkut ke
tempat kerjanya didalam sel (cairan intra sel) yaitu untuk organ atau otot yang
sakit. Tempat kerja ini hendaknya memiliki penyaluranh darah yang baik, karena
obat hanya dapat melakukan aktivitasnya apabila konsentrasi setempatnya
cukuptinggi selama waktu yang cukup lama.

6
3) Metabolisme
Metabolisme obat terutama terjadi di hati. Tempat metabolisme yang lain adalah
dinding usus, ginjal, paru, darah, otak dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora
usus). Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang non polar menjadi polar
agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif
umumnya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang
aktif, atau menjadi toksik (Setiawati, 2008). Reaksi metabolisme terjadi dari rekasi
fase I dan rekasi fase II. Reaksi fase I berfungsi untuk mengubah molekul lipofilik
menjadi molekul yang lebih polar. Metabolisme fase I bisa meningkatkan,
mengurangi, atau tidak mengubah aktivitas farmakologik obat (Mycek et al, 2001).
Sedangkan, pada rekasi fase II terjadi reaksi penggabungan (konjugasi). Disini
molekul obat bergabung dengan suatu molkeul yang terdapat didalam tubuh sambil
mengeluarkan air, misalnya dengan zat-zat alamiah seperti asetilasi, sulfatasi,
glukuronidasi, dan metilasi (Tjay dan Rahardja, 2007)

4) Ekskresi
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat di ekskresi melalui ginjal
dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi melalui ginjal melibatkan
3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal dan reabsorpsi
pasif di sepanjang tubulus (Anief, 2007). Selain itu ada pula beberapa cara lain yaitu
melalui kulit bersama keringat, paru-paru, empedu, air susu, dan usus (Tjay dan
Rahardja, 2007).
a) Model kompartemen
Tubuh dapat dinyatakan sebagai suatu susunan atau sistem dari kompartemen-
kompartemen yang berhubungan secara timbal balik satu dengan yang lain. Suatu
kompartemen bukan suatu daerah fisiologik atau anatomik yang nyata tetapi
dianggap sebagai suatu jaringan atau kelompok jaringan yang mempunyai aliran
darah dan afinitas obat yang sama (Shargel dan Yu , 2005). Model kompartemen satu
terbuka menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma
mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Tetapi,

7
model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap jaringan tersebut
adalah sama pada berbagai waktu (Shargel dan Yu, 2005).
Dalam model kompartemen dua dianggap bahwa obat terdistribusi ke dalam
dua kompartemen. Kompartemen kesatu, dikenal sebagai kompartemen sentral,
meliputi darah, cairan ekstraselular, dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi,
kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Kompartemen
kedua merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringan-jaringan yang
berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model ini menganggap obat
dieliminasi dari kompartemen sentral (Shargel dan Yu, 2005)
b) Parameter Farmakokinetika
Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara matematis
dari model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh atau metabolitnya dalam
darah, urin atau cairan hayati lainnya. Fungsi dari penetapan parameter farmakokinetik
suatu obat adalah untuk mengkaji kinetika absorbsi, distribusi dan eliminasi didalam
tubuh (Shargel dan Yu, 2005).
Secara umum parameter farmaakokinetika digolongkan menjadi parameter
primer, sekunder dan dan tururnan. Parameter primer adalah parameter
farmakokinetika yang harganya dipengaruhi secara langsung oleh variabel biologis.
Contoh dari parameter primer adalah volume distribusi (Vd), klirens (Cl), dan
kecepatan absorpsi (Ka). Volume distribusi adalah volume hipotetik dalam tubuh
tempat obat terlarut. Vd adalah salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam
memperkirakan jumlah obat dalam tubuh. Vd merupakan suatu parameter yang
berguna untuk menilai jumlah relatif obat di luar kompartemen sentral atau dalam
jaringan (Shargel dan Yu, 2005).
Klirens merupakan parameter farmakokinetika yang menggambarkan eliminasi
obat yang merupakan jumlah volume cairan yang mengandung obat yang dibersihkan
dari kompartemen tubuh setiap waktu tertentu. Eliminasi tersebut tidak
dipermasalahkan bagaimanakah prosesnya. Secara umum eliminasi obat terjadi pada
ginjal dan hati yang sering dikenal dengan istilah klirens total yang merupakan jumlah
dari klirens ginjal (renalis) dan hati (hepatik) (Mutschler, 1999).

8
Parameter sekunder adalah parameter farmakokinetika yang harganya
bergantung pada parameter primer. Contoh dari parameter sekunder adalah waktu
paruh eliminasi (t1/2 eliminasi) dan Kecepatan eliminasi (Kel). Waktu paruh eliminasi
adalah waktu yang dibutuhkan obat untuk tereliminasi menjadi separuh dari harga
awal. Besar kecilnya waktu paruh eliminasi sangat menentukan lama kerja obat dan
menjadi acuan untuk menentukan dosis pada pemakaian berulang dalam terapi jangka
panjang (Mutschler, 1999).
Sedangkan contoh dari parameter turunan adalah waktu mencapai kadar puncak
(tmaks), kadar puncak (cpmaks) dan area under curve (AUC). Kadar puncak adalah kadar
tertinggi yang terukur dalam darah atau serum atau plasma. AUC adalah permukaan
dibawah kurva (grafik) yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai
fungsi waktu. AUC dapat digunakan untuk membandingkan kadar masing-masing
plasma obat bila penentuan kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan (Tjay
dan Rahardja, 2007).
c) Interaksi Obat
Bila seorang pasien diberikan dua atau lebih obat, kemungkinannya besar akan
terjadi interaksi antara obat-obat tersebut di dalam tubhnya. Efek masing-masing obat
dapat saling mengganggu dan /atau efek samping yang tidak diinginkan mungkin akan
timbul. Ada beberapa cara berlangsungnya interaksi obat, diantaranya: interaksi
kimiawi, kompetisi untuk protein plasma, induksi enzim, inhibisi enzim (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan
atau dengan obat lain. Interaksi obat makanan dapat terjadi selama fase
farmakodinamik dan farmakokinetika. Interaksi farmakokinetika dapat terjadi selama
fase farmakokinetika secara menyeluruh yaitu pada absorpsi, distribusi dan eliminasi
(Setiawati, 2008). Adakalanya terjadi interaksi dari obat dengan bahan makanan, yang
dapat mempengaruhi farmakokinetika obat, obat dapat diikat oleh makanan sehingga
absorpsinya diusus dapat diperlambat atau dikurangi dan efeknya akan menurun (Tjay
dan Rahardja, 2007).
d) Efek obat yang diinginkan dan tidak diinginkan

9
Efek yang diinginkan = efek terapetuik, obat memang menyembuhkan tetapi tidak
semua obat betul-betul menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya
meniadakan atau meringankan gejala. Karena itu dapat dibedakan tiga jenis pengobatan
yaitu :
 Terapi kausal
 Terapi siptomatis
 Terapi subtitusi
Efek yang tidak diinginkan
 Efek samping adalah segala sesutu khasiat yang tidak diingikan untuk tujuan
terapi yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan
 Idiosinkrasi adalah peristiwa dimana obat member efek kualitatif berlainan dari
efek normalnya
 Alergi adalah reaksi antara obat dengan tubuh yang membentuk antibody
sehingga seseoraang menjadi hipersensitifitas

C. FARMAKODINAMIK

1. Pengertian Farmakodinamik

Pengertian farmakodinamika dalam ilmu farmakologi sebenarnya memiliki hubungan


yang cukup erat dengan farmakokinetik, jika farmakokinetik lebih fokus kepada
perjalanan obat-obatan di dalam tubuh maka farmakodinamik lebih fokus membahas dan
mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi
maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di
dalam tubuh manusia.

Farmakologi merupakan suatu studi tentang obat dan pengaruhnya terhadap manusia
(lehne, 1988 dalam Kuntarti). Dalam farmakologi dikenal dengan istilah farmakokinetik
dan farmakodinamik. Farmakokinetik merupakan bagian ilmu farmakologi yang

10
cenderung mempelajari tentang nasib dan perjalanan obat didalam tubuh dari obat itu
diminum hingga mencapai tempat kerja obat itu. Sedangkan farmakodinamik ini
merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi
obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit maupun sehat serta mekanisme
kerjanya.Pengertian lain dari farmakokinetik menurut ilmu farmakologi sebenarnya dapat
diartikan sebagai proses yang dilalui obat di dalam tubuh atau tahapan perjalanan obat
tersebut di dalam tubuh. Proses farmakokinetik ini dalam ilmu farmakologi meliputi
beberapa tahapan mulai dari proses absorpsi atau penyerapan obat, distribusi atau
penyaluran obat ke seluruh tubuh, metabolisme obat hingga sampai kepada tahap ekskresi
obat itu sendiri atau proses pengeluaran zat obat tersebut dari dalam tubuh.

Fase-fase tersebut diantaranya Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat


dari saluran gastrointestinalke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif,
atau pinositosis.Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan
vili mukosa yang luas. Jika sebagain dari vili ini berkurang, karena pengangkatan sebagian
dariusus halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-obat yang mempunyai dasar
protein,seperti insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak di dalam usus halus oleh enzim-
enzim pencernaan. Absorpsi pasif umumnya terjadi melalui difusi (pergerakan
darikonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah). Dengan proses difusi, obat tidak
memerlukan energi untuk menembus membran. Absorpsi aktif membutuhkan karier
(pembawa) untuk bergerak melawan perbedaan konsentrasi. Sebuah enzim atauprotein
dapat membawa obat-obat menembus membran. Pinositosis berarti membawaobat
menembus membran dengan proses menelan.Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah,
rasa nyeri, stres, kelaparan,makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat
vasokonstriktor, ataupenyakit yang merintangi absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan makanan
yang padat, pedas,dan berlemak dapat memperlambat masa pengosongan lambung,
sehingga obat lebih lama berada di dalam lambung. Latihan dapat mengurangi aliran darah
denganmengalihkan darah lebih banyak mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi
kesaluran gastrointestinal. Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat diabsorpsi
lebih cepat diotot-otot yang memiliki lebih banyak pembuluh darah, seperti deltoid,

11
daripada otot-otot yang memiliki lebih sedikit pembuluh darah, sehingga absorpsi lebih
lambatpada jaringan yang demikian..

Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh
danjaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas
(kekuatanpenggabungan) terhadap jaringan,dan efek pengikatan dengan protein. Ketika
obat didistribusi di dalam plasma, kebanyakan berikatan denganprotein (terutama albumin)
dalam derajat (persentase) yang berbeda-beda. Obat-Obatyang lebih besar dari 80%
berikatan dengan protein dikenal sebagai obat-obat yangberikatan dengan tinggi protein.
Salah satu contoh obat yang berikatan tinggi denganprotein adalah diazepam (Valium):
yaitu 98% berikatan dengan protein. Aspirin 49% berikatan dengan protein clan termasuk
obat yang berikatan sedang dengan protein.Abses, eksudat, kelenjar dan tumor juga
mengganggu distribusi obat.Antibiotika tidak dapat didistribusi dengan baik pada tempat
abses dan eksudat.Selain itu, beberapa obat dapat menumpuk dalam jaringan tertentu,
seperti lemak,tulang, hati, mata, dan otot.3. BiotransformasiFase ini dikenal juga dengan
metabolisme obat, diman terjadi proses perubahan struktur kimia obat yang dapat terjadi
didalam tubuh dan dikatalisis olen enzim.4. Ekskresi atau eliminasiRute utama dari
eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi empedu, feses, paru-paru,
saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang tidak berikatan, yang larut dalam air,
dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh ginjal.Obat-obat yang berikatan dengan
protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obatdilepaskan ikatannya dengan protein,
maka obat menjadi bebas dan akhirnya akandiekskresikan melalui urin.pH urin
mempengaruhi ekskresi obat. pH urin bervariasi dari 4,5 sampai 8.Urin yang asam
meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah. Aspirin,suatu asam lemah,
dieksresi dengan cepat dalam urin yang basa. Jika seseorangmeminum aspirin dalam dosis
berlebih, natrium bikarbonat dapat diberikan untuk mengubah pH urin menjadi basa. Juice
cranberry dalam jumlah yang banyak dapatmenurunkan pH urin, sehingga terbentuk urin
yang asam.Setiap orang mempunyai gambaran farmakokinetik obat yang berbeda-beda.
Dosis yang sama dari suatu obat bila diberikan pada suatu kelompok orang, dapat
menunjukkan gambaran kada dalam darah yang berbeda-beda dengan intensitas respon

12
yang berbda-beda pula. Kemudian setelah farmakodinamik, ada satu bahasan lagi dalam
ilmu farmakologi, yaitu farmakodinamik.Farmakodinamik ialah subdisiplin farmakologi
yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya.

Hubungan kadar obat dengan besarnya efek terlihat sebagai kurva dosis-intesitas
efek (graded dose-effect curve/DEC). 1/Kd menunjukkan afinitas obat terhadap reseptor,
yang artinya kemampuan obat berikatan dengan reseptornya. Jadi semakin besar KD
semakin kecil afinitas obat dengan reseptornya. E max menunjukkan aktivitas
intrinsik/efektivitas obat, yaitu kemampuan obat-reseptor untuk menimbulkan efek
farmakologi.

2. Rute pemberian obat


a. Oral

memberikan suatu obat melalui muut adalah cara pemberian obat yang

paling umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit

untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum

sering merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan

absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran cerna dan

masuk ke ahti sebelum disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langakah

pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per

oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi.

Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan

lambung sehingga obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak

atau tidak diabsorbsi. Oleh karena itu, penisilin ata obat yang tidak tahan asam

13
lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang dapat melindungi obat dari

lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini tergantung pada

formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat lepas

lambat.

b. Sublingual

penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi kedalam

anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi

sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat

melakukan bypass melewati usus dan hati dan obat tidak diinaktivasi oleh

metabolisme.

c. Rektal

50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi,

biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai

keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau

pH rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika obat

menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika penderita sering

muntah-muntah.

d. Parenteral

Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk

melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam

14
saluran cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang

tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.

Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang

sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.

e. Intravena (IV)

suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering

dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan.

Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu

menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek

yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun,

berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan

tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan activated

charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui

kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu

cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena

it, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga

harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.

f. Intramuskular (IM)

obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan dalam

air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum non

aqua seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi

15
preparat-preparat depo berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar

dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut

perlahan-lahan memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang

lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.

g. Subkutan

suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan

intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang

dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin

bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti

lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh lain pemberian obat subkutan

meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi

levonergestrel yang diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.

3. Respon Penderita Terhadap Suatu Obat

Didalam respon seorang penderita terhadap suatu obat dapat dipengaruhi oleh 2
faktor penting yaitu Farmakodinamik dan Farmakokinetik, farmakodinamik ini
merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi
obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit maupun sehat serta mekanisme
kerjanya.

Sedangan farmakokinetik merupakan bagian ilmu farmakologi yang cenderung


mempelajari tentang nasib dan perjalanan obat didalam tubuh dari obat itu diminum
hingga mencapai tempat kerja obat itu.

Dalam Farmakokinetik perjalanan obat dari dia diminum sampai mencapai tempat
kerja obat tersebut melewati beberapa fase, diantaranya :

16
a.Fase Absorpsi, Dimana fase ini merupakan fase penyerapan obat pada tempat
masuknya obat selain itu faktor absorpsi ini akan mempengaruhi jumlah obat yang
harus diminum dan kecepatan perjalanan obat didalam tubuh.
b. Fase Distibusi merupakan fase penyebaran atau distribusi obat didalam jaringan
tubuh. Faktor distribusi ini dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk obat yang digunakan,
komposisi jaringan tubuh, distribusi obat dalam cairan atau jaringan tubuh, ikatan
dengan protein plasma dan jaringan.
c.Fase Biotransformasi, fase ini dikenal juga dengan metabolisme obat, diman terjadi
proses perubahan struktur kimia obat yang dapat terjadi didalam tubuh dan
dikatalisis olen enzim.
d. Fase Ekskresi, merupakan proses pengeluaran metabolit yang merupakan hasil dari
biotransformasi melalui berbagai organ ekskresi. Kecepatan ekskresi ini akan
mempengaruhi kecepatan eliminasi atau pengulangan efek obat dalam tubuh.

Berikut adalah serba serbi tentang Farmakodinamik. Definisi farmakodinamik


adalah ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme
kerjanya.

4. Tujuan Mempelajari Farmakodinamik dan Mekanisme Obat

Selanjutnya akan kita bicarakan lebih mendalam tentang farmakodinamik obat.

Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat adalah:

a. Meneliti efek utama obat


b. Mengetahui interaksi obat dengan sel
c. Mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi

Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu
organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimia dan
fisiologi yang merupakan respons yang khas untuk obat tersebut.

a) Reseptor Obat

17
Reseptor adalah makromolekul ((biopolimer)khas atau bagiannya dalam
organisme yakni tempat aktif obat terikat.

Komponen yang paling penting dalam reseptor obat adalah protein. struktur
kimia suatu obat berhubungan erat dengan affinitasnya terhadap reseptor dan
aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat dapat
menimbulkan perubahan yang besar.

b) Interaksi Obat - Reseptor

Persyaratan untuk obat - reseptor adalah pembentukan kompleks obat reseptor.


apakah kompleks ini terbentuk dan seberapa besar terbentuknya tergantung pada
affinitas obat terhadap reseptor. kemampuan obat untuk menimbulkan suatu
rangsang dan membentuk kompleks dengan reseptor disebut aktivitas intrinsik.
Agonis adalah obat yang memilki baik afinitas dan aktivitas intrinsik. Pada teori
reseptor obat sering dikemukakan bahwa efek obat hanya dapat terjadi bila terjadi
interaksi molekul obat dengan reseptornya. Lebih mudahnya dirumuskan seperti ini.

Obat (O) + Reseptor (R) --> Kompleks obat reseptor (OR) ---> Efek

c) Efek Terapeutik

Tidak semua obat bersifat betul-betul menyembuhkan penyakit, beberapa obat


memang dibuat hanya untuk meniadakan atau meringankan gejala suatu penyakit.
Berikut ini adalah tiga jenis terapi obat:

Terapi Kausal, obat yang berfungsi untuk memusnahkan penyebab penyakit,


obat inilah yang digunakan untuk menyembuhkan penderita dari penyakit. contoh
obat dengan terapi kausal adalah antibiotik, anti malaria dan lain-lain.

18
Terapi simptomatis, obat ini berguna untuk meringankan gejala dari suatu
penyakit. contoh obat jenis ini adalah analgesik, antipiritik, anti emetik dan
sebagainya.

Terapi subtitusi, obat yang digunakan untuk mengantikan zat yang lazim
diproduksi oleh tubuh. misal insulin pada penderita diabetes, hormon estrogen pada
pasien hipo fungsi ovarium dan obat-obat hormon lainnya.

D. FARMAKOLOGI MOLEKULER

Farmakologi molekuler adalah ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan

makhluk hidup pada aras molekuler. Defenisi lain adalah ilmu yang mempelajari

aksi dan nasib obat dalam tubuh pada aras molekuler. Ilmu tersebut menjadi

penting karena interaksi obat dengan organisme hidup bukan aksi yang sederhana

melainkan suatu aksi yang sederhana melainkan suatu aksi yang kompleks yang

melibatkan sistem seluler yang dinamik, terjadi pada tingkat molekuler, dan

merupakan suatu aksi yang melibatkan serangkaian peristiwa biokimia dalam

menimbulkan efek. Disamping itu ilmu tersebut digunakan sebagai dasar dalam

klasifikasi reseptor. Dalam kaitannya dengan klasifikasi reseptor, farmakologi

molekuler merupakan ilmu sentral dalam penemuan obat baru. Bersama dengan

ilmu kimia medicinal farmakologi molekuler dapat digunakan dalam penemuan

obat baru yang tentu saja melibatkan hubungan struktur dan aktivitas (QSAR).

Ilmu farmakologi selain berkembang menjadi beberapa cabang ilmu diatas, bisa

menjadi luas yaitu mempelajari farmakologi pada tiap sistem dalam tubuh

misalnya farmakologi sistem syaraf, farmakologi sistem kardiovaskuler,

19
farmakologi sistem endokrin, farmakologi sistem pernapasan, imunofarmakologi

dan kemoterapeutika (Nugroho, 2012).

Berdasarkan model aksi farmakologi, obat dibagi menjadi dua kelas: obat dengan struktur
non-spesifik dan obat berstruktur spesifik.

a. Obat berstruktur non-spesifik.


Obat berstruktur non-spesifik adalah obat yang aktivitas farmakologinya tidak
berhubungan langsung dengan struktur kimia, kecuali bahwa struktur kimia tersebut
mempengaruhi sifat fisikokimianya. Sifat fisikokimia tersebut meliputi adsorpsi,
solubilitas, pKa, dan potensial oksidasi-reduksi; yang mempengaruhi permeabilitas
membran, depolarisasi membran, koagulasi protein dan pembentukan kompleks. Dapat
diasumsikan bahwa obat yang berstruktur non-spesifik bekerja melalui proses fisikokimia.
Walaupun struktur kimia bervariasi, namun dapat menyebabkan aktivitas biologis yang
serupa karena kesamaan sifat fisikokimia. Sedikit perubahan dalam struktur kimia tidak

20
akan terlalu mempengaruhi aktivitas biologis. Contoh adalah senyawa-senyawa
bakterisidal, seperti : fenol, o-kresol, etanol, timol, sikloheksanol, resorsinol, dan lain-lain.

b. Obat berstruktur spesifik


Obat berstruktur spesifik merupakan obat yang aktivitas biologisnya merupakan
hasil esensial dari struktur kimianya, dapat berinteraksi dengan struktur tiga dimensi
reseptor dalam organisme melalui pembentukan kompleks obat-reseptor. Reaktivitas
kimiawi, bentuk, ukuran, stereokimia, distribusi gugus fungsi, resonansi, efek induksi,
distribusi elektronik dan kemampuan berikatan dengan reseptor, mempunyai peranan
penting dalam aktivitas obat.
Obat-obat ini mempunyai karakteristik struktur tertentu, dengan menambahkan
gugus fungsi dengan orientasi arah tertentu, akan memberikan respon biologis yang serupa.
Sedikit modifikasi pada struktur fundamental akan menyebabkan perubahan aktivitas
biologi yang signifikan, sehingga suatu seri senyawa dapat menunjukkan rentang
aktivitas mulai dari antagonis hingga serupa dengan aktivitas senyawa induk.

1. Kanal Ion

Kanal ion merupakan protein penyusun pori yang mengontrol gradien voltage
melintasi membran plasma (mengontrol potensial sel) dengan memungkinkan aliran ion
berdasarkan gradien elektrokimia. Mekanisme kerja kanal ion pertama kali dihipotesiskan
oleh ahli biofisika (Alan Hodgkin dan Andrew Huxley, 1951), yang menyatakan bahwa ion
bergerak melalui “lubang” di membran sebagai hasil daya elektrokimia (aliran arus listrik).
Lubang bersifat selektif, hanya ion tertentu yang bisa lewat (misalnya Na+, K+ , Ca2+ dan
lain-lain).
Lubang atau kanal membuka dan menutup secara random, tapi pembukaan secara
kinetik dipengaruhi oleh voltase dan waktu. Hodgkin and Huxley membuktikan bahwa
untuk membuka dan menutup kanal mengalami berbagai kondisi konformasi, sebagai
berikut :
a. Aktivasi, yaitu proses pembukaan kanal saat terjadi depolarisasi
b. Inaktivasi, yaitu kanal menutup selama depolarisasi berlangsung

21
Pemahaman tentang kerja kanal lebih lanjut dibuktikan dengan teknik perekaman
elektrik (metode Patch Clamping) oleh Erwin Neher &Bert Sakman (1970).
Komponen molekuler kanal teridentifikasi pertama kali dengan metode kloning
molekuler. Kanal ion tersusun dari beberapa sub-unit protein membentuk suatu pori-pori.
Lubang kanal disusun oleh subnit utama (subunit a), yang menentukan infrastruktur kanal.
Selain itu beberapa kanal (kanal K+, Na+ dan Ca2+), mengandung protein pelengkap yang
dapat memodifikasi sifat kanal.

Fungsi kanal ion


Kanal ion terdapat pada hampir setiap sel. Kanal ion berfungsi untuk transport ion,
pengaturan potensial listrik melintasi membran sel, serta sinyaling sel. Kanal ion berperan
penting dalam proses normal tubuh. Beberapa penyakit terkait dengan disfungsi kanal ion
misal aritmia jantung, diabetes, epilepsi, hipertensi, cystic fibrosis, dan lain-lain.

Klasifikasi Kanal Ion


Berdasarkan penyebab terbukanya kanal, kanal ion diklasifikasikan :
a. Voltage-gated channel: kanal membuka dan menutup berdasarkan potensial
membran
b. Ligand-gated channel (reseptor ionotropik): kanal terbuka setelah berikatan dengan
ligan pada domain ekstraselular, kemudian terjadi perubahan konformasi, diikuti
dengan aliran ion
c. Other-gated channel: aktivasi/inaktivasi oleh second messenger di bagian dalam sel.

22
Berdasarkan ion yang melintasi kanal:
a. Kanal Na+
Fungsi dan Struktur Kanal Na
Kanal Na tergantung voltage merupakan golongan protein membran yang
memediasi masuknya dengan cepat ion Na+, sebagai respon depolarisasi
membran untuk membangkitkan potensial aksi dalam sel yang dapat teraktivasi.
Kanal Na berperan penting dalam inisiasi potensial aksi. Aktivasi kanal
menyebabkan masuknya Na+ ekstraseluler ke dalam sel.
Kanal Na merupakan heterooligomer yang tersusun dari subunit H dan I.
Subunit H terdiri 4 domain, masing-masing terlipat menjadi 4 heliks
transmembran, terhubung dengan potein lain seperti subunit I. Keempat domain
terlipat bersama membentuk pusat pori. Subunit I merupakan protein membran
dengan domain transmembran tunggal dan berperan mengatur kanal Na.
Subunit I1 mempercepat kinetika aktivasi dan inaktivasi. Subunit I2 secara
kovalen terikat pada H subunit, dan diperlukan untuk efisiensi kerja kanal.

Fase-fase perubahan konformasi kanal Na


Pembukaan dan penutupan kanal ion terjadi dalam . Ketiga fase tersebut
adalah:

 Deaktivasi/fase istirahat, kanal diblok pada sisi intraseuler oleh


“gerbang
 Aktivasi”(m), yang dibentuk oleh domain III & IV subunit H aktivasi,
terjadi depolarisasi dimana kanal terbuka, Na+ masuk
 Inaktivasi, terjadi repolarisasi dimana kanal tertutup segera sesudah
depolarisasi oleh partikel inaktivasi (h)..

b. Kanal K+
Fungsi dan Struktur Kanal K+
Kanal K merupakan protein transmembran yang membentuk pori selektif
terhadap ion kalium. Umumnya kanal K terletak di membran plasma. Kanal K

23
bertanggung jawab pada repolarisasi potensial aksi dan refraktori (konsekuensi
untuk kontraktilitas dan aritmia). Kanal K juga berperan mengontrol durasi
potensial aksi, mengatur potensial istirahat dan otomatisitas.
Struktur Kanal K terdiri dari subunit H (principal) dan I (auxiliary).
Klasifikasi utama kanal K:
• Ca activated K+ channel: terbuka dengan adanya ion Ca atau sinyal lain
• Inwardly retifying K+ channel: muatan positif lebih mudah masuk
 “Leak” K + channel: terbuka secara konstitutif, untuk menjaga potensial
membran neuron tetap positif
• Voltage gated K+ channel: terbuka/tertutup tergantung voltase
transmembran

Fungsi kanal K pada sistem biologis manusia adalah :


• Pada sel eksitasi (contoh: neuron) berfungsi membangkitkan potensial aksi
dan mengistirahatkan potensial membran (gangguan terhadap kanal K pada
otot jantung dapat menyebabkan aritmia)
• Regulasi proses seluler seperti sekresi hormon (contoh: sekresi insulin dari
sel beta pankreas, sehingga gangguan kanal K dapat menyebakan diabetes).

Efek Farmakologi
Antiaritmia kelas III: dofetilide, ibutilide, dan azimilide memblok Voltage-
Gated K+ Channels sehingga memperpanjang potensial aksi jantung dan
mempunyai efek antiaritmia.
Glibenclamide dan glipizide memblok kanal K-ATP pankreas, sehingga
digunakan untuk terapi diabetes. Tahapan kerjanya yaitu:
1. Menghambat kanal K tergantung ATP pada memberan sel beta
2. Mencegah efflux K+
3. Depolarisasi membran
4. Kanal Ca tergantung voltage terbuka
5. Influx Ca subsequent
6. Peningkatan kadar Ca intrasel
7. Induksi sekresi insulin dari sel beta

24
c. Kanal Ca2+
Fungsi dan Struktur Kanal Ca2+
Ion Ca2+ merupakan second messenger penting yang mengontrol fungsi
seluler termasuk kontraksi otot polos & otot jantung.
Kanal Ca tergantung voltase (Voltage-activated calcium channels) mengatur
kadar Ca intraseluler dan berkontribusi dalam sinyaling kalsium dalam berbagai
jenis sel, baik sel tereksitasi atau non-eksitasi. Pembukaan kanal ini terutama
dipicu oleh depolarisasi potensial membran tapi juga dimodulasi oleh berbagai
hormon, protein kinase, protein posfatase, toksin dan obat.
Klasifikasi Voltage-gated Ca channel berdasarkan tipenya : tipe L, tipe P/Q,
tipe N, tipe R dan tipe T. Sedangkan berdasarkan voltase aktivasi : high volatage
activated (HVA) dan low volatage activated (LVA).
Struktur kanal Ca terdiri dari subunit H, I, L, dan M.
Farmakologi
Obat-obat pemblok kanal Ca (Ca2+ channel blocker) bekerja dengan
menghambat depolarisasi sehingga menghambat masuknya Ca2+ sel ke dalam
sel otot. Hal ini menyebabkan penurunan tekanan darah, penurunan kontraksi
kardiak dan efek antiartimia, sehingga golongan pemblok kanal Ca dapat
digunakan untuk terapi hipertensi, iskhemia muikardial, aritmia.
Klasifikasi utama pemblok kanal Ca yaitu : Phenylalkylamines (verapamil),
Benzothiazipines (diltiazem), Dihydropyridines (nifedipine)
Mekanisme pemblokan identik dengan bloking kanal Na oleh anestesi
lokal:
 Seperti voltage-gated cation channels lain, kanal Ca2+ bisa berada pada
minimal 3 fase.
 Fase istirahat : pada potensial negatif (tertutup).
 Pembukaan kanal diinduksi oleh depolarisasi.

25
 Kanal tidak membuka untuk jangka waktu lama, karena depolarisasi
panjang (prolonged depolarization) menyebabkan transisi ke fase
inaktivasi.
 Kanal inaktivasi kemudian mengalami repolarisasi dan kembali ke fase
istirahat, kanal siap terbuka.
 Ca2+ channel blockers menghambat aliran Ca2+ terutama dengan
menstabilkan fase inaktivasi secara alosterik, serta beberapa dengan
menunda transisi ke fase istirahat.
2. Enzim Sebagai Target Kerja Obat

Enzim merupakan protein yang berperan sebagai katalisator berbagai reaksi


kimia dan biokimia dalam tubuh. Obat dapat memproduksi efek terhadap reaksi
enzim, dengan cara: kompetisi substrat dan modifikasi enzim (reversibel atau
ireversibel).
Ciri khas enzim adalah aksinya yang spesifik yaitu bahwa dia bekerja pada
hanya substrat tertentu saja.Enzim merupakan salah satu target aksi obat yang cukup
luas aplikasinya.Aksi obat pada enzim diperantarai oleh sedikitnya 2
mekanisme,yaitu :
a. Molekul obat bertindak menjadi substrat analog yang beraksi sebagai inhibitor
kompetitif bagi enzim.
b. Molekul obat bertindak sebagai substrat yang salah / palsu,sehingga molekul
obat mengalami transformasi kimia oleh kerja enzim,tetapi membentuk produk
yang abnormal .hal ini membuat jalur metabolic terganggu/ berubah.
Molekul obat yang bekerja menghambat kerja enzim (inhibitor kompetitif
terhadap enzim) cukup banyak dijumpai misalnya pada obat- obat system
saraf.sintesis dan degradasi neurotransmitter sangat menentukan keberadaan
neurotransmitter di tempat aksinya dan lebih lanjut menentukan kerja
neurotransmitter untuk fungsi tertentu.
Contoh yang menggambarkan selektivitas obat terhadap subtype enzim
yaitu:
Obat-obat anti inflamasi golongan inhibitor selektif Cox2 (enzim siklooksigenase)
seperti ketahui ,generasi pertama obat-obat golongan anti inflamasi non steroid

26
(AINS) bekerja menghambat rasa nyeri dengan cara menghambat pembentukan
mediator nyeri yaitu prostaglandin
Contoh enzim

Substrat Enzim Produk Inhibitor/obat penggunaan

Angiotensin I AT converting Angiotensin I kaptropil Anti


enzyme(ACE) hipertensi

Hipoksantin Ksantin Asam urat allopurinol Anti


oksidase encok/gout

HMG-CoA HMG-CoA Asam simvastatin Anti


mevalonat kolesterol

Folat Dihidrofolat tetrahidrofolat trimetroprim Anti bakteri


reduktase

Timidin Viral reverse Tidak Zidovudin Anti HIV


transcriptase terbentuk

Deoksiribonukleotida DNA DNA sitarabin Anti kanker


polimerase

Mekanisme kedua enzim sebagai target aksi obat adalah obat dapat berperan sebagai
substrat palsu sehingga menghasilkan produk yang salah dan tadak berfungsi atau disebut
juga antimetabolit contohnya 5-fluorourasil,5-bromourasil,floxuridin dan sitarabin.

3. Reseptor

Reseptor merupakan komponen makromolekul sel (umumnya berupa protein) yang


berinteraksi dengan senyawa kimia endogen pembawa pesan (hormon, neurotransmiter,
mediator kimia dalam sistem imun, dan lain-lain) untuk menghasilkan respon seluler. Obat
bekerja dengan melibatkan diri dalam interaksi antara senyawa kimia endogen dengan
reseptor ini, baik menstimulasi (agonis) maupun mencegah interaksi (antagonis).

27
Tipe reseptor:
 Reseptor terhubung kanal ion
 Reseptor terhubung enzim
 Reseptor terkopling protein G
 Reseptor reseptor nuklear

Gambar. Jenis-jenis Reseptor


A. Reseptor terkopling protein G (GPCR)

GPCR, disebut juga reseptor metabotropik, berada di sel membran dan


responnya terjadi dalam hitungan detik. GPCR mempunyai rantai polipeptida
tunggal dengan 7 heliks transmembran. Tranduksi sinyal terjadi dengan aktivasi
bagian protein G yang kemudian memodulasi/mengatur aktivitas enzim atau fungsi
kanal.

Tabel 1. Contoh reseptor terkopling protein G

CONTOH EFEK AGONIS ANTAGONIS


RESEPTOR

Histamin H1 Kontraksi otot polos posforilasi protein Histamin Mepiramin


(IP3) Berbagai efek
karena

Adrenoreseptor β2 Relaksasi otot polos Adrenalin Propanolol

Salbutamol

28
Muskarinik M2 Penurunan kekuatan Asetilkolin Atropin

kontraksi jantung

Pelambatan Jantung

B. Reseptor terhubung kanal ion


Reseptor ini berada di membran sel, disebut juga reseptor ionotropik.
Respon terjadi dalam hitungan milidetik. Kanal merupakan bagian dari reseptor.
Contoh : reseptor nikotinik, reseptor GABAA, reseptor ionotropik glutamat dan
reseptor 5-HT3

C. Reseptor terhubung transkripsi gen


Reseptor terhubung transkripsi gen disebut juga reseptor nuklear (walaupun
beberapa ada di sitosol, merupakan reseptor sitosolik yang kemudian bermigrasi ke
nukleus setelah berikatan dengan ligand, seperti reseptor glukokortikoid).
Contoh : reseptor kortikosteroid, reseptor estrogen dan progestogen, reseptor
vitamin D.

D. Reseptor terhubung enzim


Reseptor terhubung enzim merupakan protein transmembran dengan bagian
besar ekstraseluler mengandung binding site untuk ligan (contoh : faktor
pertumbuhan, sitokin) dan bagian intraseluler mempunyai aktivitas enzim (biasanya
aktivitas tirosin kinase). Aktivasi menginisiasi jalur intraseluler yang melibatkan
tranduser sitosolik dan nuklear, bahkan transkripsi gen. Reseptor sitokin
mengaktifkan Jak kinase, yang pada gilirannya mengaktifkan faktor transkripsi Stat,
yang kemudian mengaktifkan transkripsi gen

29
4. Transporter Sebagai Target Aksi Obat

Semua sel diselimuti oleh membrane sel yang tersusun dari dua lapis senyawa
lipid(lipid bilayer) yang sangat impermeable terhadap molekul- molekul yang larut dalam
air.padahal,banyak peristiwa biologis yang terjadi di dalam sel yang perlu melibatkan
transport berbagai molekul hidrofilik melalui membrane seperti pada pengambilan (uptake)
gula dan asam amino oleh sel,pergerakan berbagai ion nutrient,maupun senyawa metabolit
difasilitasi oleh adanya protein transporter atau molekul pembawa spesifik
Contoh transporter pada membrane plasma,mitokondria dan organela sel lainya
yaitu:

Local transporter Macam transporter

Membrane plasma - Glucose transporter - H+/dipeptide


transporter
- Na+/glucose symporter - Na+/bile acid
transporter
- Inorganic anion
- Organic cation
transporter of
transporter
erythrocytes - Monocarboxylic
acid transporter
- nucleoside transporter

Mitokondria Ca++,Na+,K+ transport ATP-Mg/phosphate carrier


system of the inner
mitochondrial membrane

Organela lain a.phosphate transporter


and K+ channel in
endoplasmic reticulum

b.clathrin-coated vesicles
and secretory granules.

30
c.vacuolar ATPase

Klasifikasi molekul pembawa berdasarkan energy yang digunakan untuk


menjalankan fungsinya di golongkan menjadi :

1. Transporter pasif
Yaitu yang bekerja menggunakan energy dari gradient konsentrasi atau gradient
elektrokimia,digolongkan menjadi 3 yaitu :uniport,simport dan antiport.

2. Transporter Aktif
Yaitu yang bekerja dangan energy dari ATP atau ATP – powered ion pumps.

Obat- obat yang bekerja pada transporter yaitu:


a. Obat diuretic gol tiazid bekerja dengan cara memblokade simport Na+/Cl- di
tubulus distal ginjal.
b. Furosemide bekerja pada ginjal dengan memblok simport Na+/K+/Cl- pada loop
Henle aksinya menghambat reabsorpsi Na+ dan Cl- sehingga menyebabkan efek
diuretic .
E. SISTEM SARAF PUSAT (SSP)

Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan

saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,

menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.

Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system

tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara

berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang

harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran,

ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami,

belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja

integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan

31
tingkah laku individu. Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel

penyokong) sertaNeuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat

berkaitan dan terintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-sama berfungsi

sebagai satu unit.

a. Fungsi Sistem Saraf Pusat


1. Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan oleh

alat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan

adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui adanya

perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.


2. Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat bekerja

serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf, semua organ

tubuh akan bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang akurat.
3. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan Saraf merupakan pusat pengendali atau

reaksi tubuh terhadap perubahan atau reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan

sekitar. Karena saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh,

maka jaringan saraf terdapat pada seluruh pada seluruh alat-alat tubuh kita.

Struktur Sel Saraf

Sel saraf terdiri dari Neuron dan Sel Pendukung


Neuron
Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan

sitoplasma.
a. Badan sel atau perikarion Suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan

neuron. Bagian ini tersusun dari komponen berikut :

32
 Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menonjol dan organel lain seperti

kompleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan

tidak dapat bereplikasi.


 Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom

bebas serta berperan dalam sintesis protein.


 Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui

mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.

b. Dendrit
Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi

untuk menghantar impuls ke sel tubuh.


c. Akson
Suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagian

ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau

kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.

Gambar struktur Neuron

b. Saraf Tepi Manusia

Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang

belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut

33
saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang

serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata,

telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan motorik

yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi

dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya, yaitu sebagai berikut.

1. Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita.Ketika Anda

makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya.Saraf ini mene-

ruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem

saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf

kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum

tulang belakang 31 pasang saraf spinal terlihat pada Gambar 8.8. Saraf-saraf spinal

tersebut terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf

kranial tersebut, antara lain sebagai berikut.

a. Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf

sensori.

b. Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut

merupakan saraf motorik.

c. Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut

merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih

memahami tentang jenis-jenis saraf kranial.

34
2. Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)

Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah

kehendak saraf pusat.Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan

pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain.Kerja saraf

otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda ingat

kembali fungsi hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila hipotalamus

dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti contoh yang telah

diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil mata, dan

menghambat kerja saluran pencernaan.Sistem saraf otonom ini dibedakan menjadi dua.

a. Saraf Simpatik

Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama

untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah

menghambat kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak

jantung, memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang

menghambat, antara lain memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat

ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.

b. Sistem Saraf Parasimpatik

Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan

saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat

detak jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat

kerja alat pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung

seni. Karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan, makamengakibatkan

keadaan yang normal.

35
c. Gangguan Sistem Saraf Pusat
1. Migrain
Gangguan sakit kepala primer, bersifat berat & kambuhan, dan kadang dapat

mempengaruhi fungsi normal tubuh.Sakit kepala sebelah yang biasanya terasa

seperti berdenyut-denyut di satu atau kedua sisi kepala di sekitar area pelipis, dahi

hingga ke mata.Pada kondisi tertentu migrain bahkan dapat menimbulkan rasa mual,

muntah, bahkan kepekaan ekstrem terhadap cahaya dan suara di sekitar.


Contoh obat : Ibuprofen, Aspirin

2. Vertigo
merupakan suatu gejala dengan sensasi diri sendiri atau sekeliling terasa

berputar. Ada kondisi vertigo yang ringan serta tidak terlalu terasa dan ada yang

parah sehingga menghambat rutinitas.


Serangan vertigo cukup bervariasi, mulai dari yang berlangsung selama

beberapa detik hingga lebih lama.Serangan vertigo yang parah bisa terus

berlangsung selama beberapa hari sehingga penderitanya tidak bisa beraktivitas

secara normal.
Gejala lain yang berhubungan dengan vertigo adalah kehilangan keseimbangan

yang akan membuat penderita sulit berdiri atau berjalan, mual atau muntah, dan

pening.
Contoh obat : Lorazepam, Promethazin

3. Epilepsi
suatu gangguan pada sistem syaraf otak manusia karena terjadinya aktivitas

yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak sehingga menyebabkan

berbagai reaksi pada tubuh manusia mulai dari bengong sesaat, kesemutan,

gangguan kesadaran, kejang-kejang dan atau kontraksi otot.

36
Epilepsi atau yang sering kita sebut ayan atau sawan tidak disebabkan atau

dipicu oleh bakteri atau virus dan gejala epilepsi dapat diredam dengan bantuan

orang-orang yang ada disekitar penderita.


Contoh obat : Alpebtin, Depakena
4. Alzheimer
merupakan sejenis penyakit penurunan fungsi saraf otak yang kompleks dan

progresif yang di sebabkan karena berkurangnya gizi di otak. Penyakit Alzheimer

bukannya sejenis penyakit menular.


Penyakit Alzheimer adalah keadaan di mana daya ingatan seseorang merosot

dengan parahnya sehingga pengidapnya tidak mampu mengurus diri sendiri.


Contoh obat : Doneprin, Galantanin

5. Parkinson
degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi

mengatur pergerakan tubuh. Gejala yang banyak diketahui orang dari penyakit

Parkinson adalah terjadinya tremor atau gemetaran. Tapi gejala-gejala penyakit

Parkinson pada tahap awal sulit dikenali, misalnya:


Merasa lemah atau terasa lebih kaku pada sebagian tubuh.Gemetaran halus pada

salah satu tangan saat beristirahat.


Contoh obat : Leudopa, Dopamin

6. Stroke
suatu gangguan fungsi otak yang terjadi secara mendadak, disebabkan semata-

mata oleh gangguan pembuluh darah di otak, dan dapat mengakibatkan kematian.
Umumnya stroke ditandai dengan timbulnya gangguan saraf (defisit neurologis)

fokal atau global, yang berlangsung lebih dari 24 jam.


Contoh obat : Vasioplafix

7. Depresi
Adalah suasana hati yang buruk dan berlangsung selama kurun waktu tertentu.

Ketika mengalami depresi kita akan merasa sedih berkepanjangan, putus harapan,

37
tidak punya motivasi untuk beraktivitas, kehilangan ketertarikan pada hal-hal yang

dulunya menghibur, dan menyalahkan diri sendiri.


Semua orang pernah merasa sedih, tapi ketika kita mengalami depresi, suasana

hati yang sedih berlangsung hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.

Kondisi ini akan sangat memengaruhi perasaan, perilaku, dan pola berpikir.

8. Bipolar
Adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang

ditandai dengan perubahan suasana hatiyang sangat ekstrim berupa mania dan

depresi, karena itu istilah medis sebelumnya disebut dengan manic depressive.
Suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub

(bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang

berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti.


Contoh obat : Sentralin, Maproptilin
9. Skizoprenia
 Merupakan kumpulan kelainan otak yang membuat penderitanya menafsirkan

kenyataan secara berbeda.


 Schizophrenia dapat menimbulkan halusinasi, delusi, dan penyimpangan cara

berpikir dan perilaku.


 Kondisi ini membuat penderitanya secara perlahan kehilangan kemampuan

untuk bisa hidup berbaur dengan orang lain dan merawat diri sendiri.

10. Ansietas
 Adalah kondisi yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran berlebihan

atas peristiwa kehidupan sehari-hari tanpa alasan yang jelas untuk

mencemaskan/ mengkhawatirkannya.
 Orang dengan gejala gangguan ansietas umum cenderung untuk selalu

mengantisipasi bencana dan tidak bisa berhenti mengkhawatirkan kesehatan,

keuangan, keluarga, pekerjaan, atau sekolah.

38
 Kekhawatiran tersebut seringkali tidak realistis atau tidak proporsional terhadap

situasinya.
 Kehidupan sehari-hari menjadi suatu keadaan yang selalu menimbulkan ras

khawatir, takut, dan cemas.


 Akhirnya, ansietas yang mendominasi pikiran orang tersebut akan

mengganggu fungsi sehari-hari, termasuk pekerjaan, sekolah, kegiatan

sosial, dan hubungan.

BAB III
PENUTUP
1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan di bab-bab sebelumnya, dapat

di peroleh kesimpulan bahwa :


1. Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara obat dengan

mkahluk hidup.
2. Ilmu farmakologi terbagi menjadi beberapa cabang seperti,

farmakodinamika, farmakokinetika, toksikologi, farmakologi klinik,

farmakoterapi, farmakologi molekuler, farmakogenetika,

farmakoepidemiologi, farmakogenomik, dan farmakoekonomi.


3. Farmakokinetik adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari absorbsi,

distribusi, metabolisme obat atau biotransformasi maupun ekskresi suatu

obat.
4. Farmakodinamik adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari tempat

(target aksi obat), dan mekanisme kerja serta efek fisiologik dan biokimia

organisme hidup

39
5. Farmakologi molekuler adalah ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan

makhluk hidup pada aras molekuler.


6. Ada empat target aksi obat yaitu, reseptor, enzim, kanal ion, dan

molekul pembawa.
7. Kanal ion merupakan kompleks protein yang terdapat pada membran sel yang

tersusun membentuk porus/lubang dan berfungsi mengfasilitasi difusi ion

menyebrangi suatu membrane


8. Kanal ion berfungsi untuk transport ion, pengaturan potensial listrik

melintasi membran sel, serta sinyaling sel.


9. Berdasarkan ion yang melintasi, kanal ion terbagi empat yaitu kanal

kalium, natrium, kalsium, dan klorida.


10. Berdasarkan mekanismenya, obat dengan target aksi kanal ion dibedakan

menjadi dua yaitu, pengeblok kanal dan modulator kanal.


11. Obat-obatan yang bekerja pada kanal ion berbeda-beda pada tiap

kanalnya.

40
DAFTAR PUSTAKA

 Tjay,rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Edisi VI . Jakarta: Gramedia

 Katzung,B. 1997. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta : EGC

 Nugroho,A.D. 2011. Farmakologi.Yogyakarta: Pustaka pelajar

 Nugroho, Agung. 2012. “PRINSIP AKSI DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH”.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
 Ikawati, Zullies. 2014. “FARMAKOLOGI MOLEKULER”. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
 Kamienski, Mary. 2015. “FARMAKOLOGI”. Yogyakarta : Rapha Publishing.
 Kee, J,L., Hayes, E.R., 2005, Farmakologi, EGC : Jakarta
 Latifagana, Vebri. 2012. “FARMAKOLOGI MOLEKULER”.
https://www.scribd.com/doc/107163376/makalah-farmakologi-molekuler . Di akses
pada tanggal 14 Mei 2016.
 Gunawan, dkk. 2007. “FARMAKOLOGI DAN TERAPI EDISI V”. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
 Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
 Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI(Data Obat DiIndonesia). Jakarta: PT.
Grafindian Jaya.

41

Anda mungkin juga menyukai