Makalah Farmakologi
Makalah Farmakologi
FARMAKOLOGI DASAR
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
S1 FARMASI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
kekurangan didalamnya.
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, diharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah di buat untuk masa yang akan datang, mengingat tidak
Semoga makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna dan bermanfaat. Sebelumnya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Memohon
kritik dan saran yang bersifat membangun di tunggu untuk perbaikan makalah ini ke
depannya.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakologi berakar dari cerita cerita rakyat dan tradisi masa lampau ketika
generasi. Sejak tahun 1240 SM, farmakologi berali dari ranah terapi alternative
menjadi ilmu pengetahuan dimana standar obat ditetapkan dan sistem pengukuran di
kembangkan untuk mengukur dosis dan takaran obat. Dikarenakan obat dapat sangat
(Kamienski, 2015).
Farmakologi sebagai ilmu berbeda dari ilmu lain secara umum pada
keterkaitannya yang erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik. Sangat sulit
suatu obat yaitu pada tahap uji praklinik maupun uji klinik. Uji praklinik tersebut
meliputi uji aktifitas farmakologi, uji toksikologi, dan uji farmakodinamika obat pada
hewan percobaan. Uji praklinik tersebut bertujuan menentukan batas aman dan
keefektifan umtuk memperkirakan manfaat klinik suatu obat baru. Sedangkan pada
1
uji klinik, obat tersebut dilakukan evaluasi pada manusia baik dalam kondisi sehat
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud farmakologi?
b. Apa saja cabang-cabang ilmu farmakologi?
c. Apa yang dimaksud farmakokinetik?
d. Apa yang dimaksud farmakodinamik?
e. Apa yang dimaksud farmakologi molekuler?
f. Apa yang dimaksud dengan sistem saraf?
C. Tujuan
a. Untuk memahami pengertian dari farmakologi.
b. Untuk mengetahui cabang-cabang ilmu farmakologi.
c. Untuk memahami pengertian farmakokinetik.
d. Untuk memahami pengertian farmakodinamik.
e. Untuk memahami pengertian farmakologi molekuler.
f. Untuk memahami sistem saraf.
BAB II
TEORI UMUM
A. FARMAKOLOGI
a. Pengertian
Menurut Agung Nugroho dalam buku “Prinsip Aksi dan Nasib Obat
2
antara obat dengan mkahluk hidup. Farmakologi berasal dari bahasa yunani
yaitu pharmacos yang berarti senyawa bioaktif dan logos yang berarti ilmu.
Menurut Mary Kamienski dalam buku “Farmakologi”, farmakologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari bahan kimia obat pada jaringan hidup
farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat
farmakologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana suatu bahan kimia / obat
tubuh.
b. Pembagian Cabang Ilmu Farmakologi
Perkembangan farmakologi diawali dengan observasi empiris
obat meliputi nasib obat dalam tubuh, dan tempat aksi serta cara kerja
3
molekuler, farmakogenetika, farmakoepidemiologi, , dan farmakoekonomi
(Nugroho, 2012).
1. Farmakodinamika, merupakan cabang ilmu farmakologi yang
mempelajari tempat (target aksi obat), dan mekanisme kerja serta efek
obat yang rasional pada manusia yang manjur, aman, tepat serta biaya
yang terjangkau.
5. Farmakoterapi, berhubungan dengan penggunaan obat untuk pencegahan
4
penggunaan obat yang menghasilkan efek yang sesuai atau diinginkan
minimum).
6. Farmakologi molekuler, adalah ilmu yang mempelajari interaksi obat
dengan makhluk hidup pada aras molekuler. Definisi lain adalah ilmu
yang mempelajari aksi dan nasib obatdalam tubuh pada aras molekuler.
7. Farmakogenetika, merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh genetik
berbeda.
9. Farmakoekonomi, merupakan perpaduan ilmu farmakologi dengan ilmu
1) Adsorbsi
5
oleh beberapa faktor, yaitu: luas permukaan dinding usus, kecepatan
pengosongan lambung, pergerakan saluran cerna dan aliran darah ke tempat
absorpsi. Laju absorpsi obat ini dapat digambarkan secara matematik sebagai
suatu proses order kesatu atau order nol. Dalam model farmakokinetik ini
sebagian besar menganggap bahwa absorpsi obat mengikuti order kesatu,
kecuali apabila anggapan absorbsi order nol memperbaiki model secara
bermakna atau telah teruji dengan percobaan (Shargel dan Yu, 2005).
Kelarutan obat = senyawa obat yang larut dalam air laju pelarutanya
cepat namun laju melintas membrane sel paling lambat
Obat yang bersifat lipofilik akan mudah menembus melewati membrane
biologis daripada obat yang hidrofilik.
Ukuran partikel = semakin kecil ukuran partiel obat makan akan
semakin mudah menembus membrane melewati celah-celah membrane
tersebut makan akan semakin mudah terabsorbsi.
Permukaan saluran cerna = semakin tebal membrane maka semakin sulit
obat melewatinya. Membrane kapiler darah dan membrane pembuluh
darah masih mudah dilewati obat, tetapi membrane sawar otak sangat
sulit sehingga tidak semua obat dapat masuk membrane sawar darah otak
. biasanya obat tersebut bersifat lipofilik
Motilitas saluran cerna = bila mortilitas sangat cepat maka waktu
tinggal obat dalam saluran akan semakin singkat. Waktu obat untuk
mengalami proses absorbsi menjadi lebuh singkat sehingga tidak
optimal.
2) Distribusi
Obat yang telah melaui hati bersamaan dengan metabolitnya disebarkan
secara merata keseluruh jaringan tubuh khususnya melalui peredaran darah.
Lewat kapiler dan cairn ekstra sel (yang mengelilingi jaringaan) obat diangkut ke
tempat kerjanya didalam sel (cairan intra sel) yaitu untuk organ atau otot yang
sakit. Tempat kerja ini hendaknya memiliki penyaluranh darah yang baik, karena
obat hanya dapat melakukan aktivitasnya apabila konsentrasi setempatnya
cukuptinggi selama waktu yang cukup lama.
6
3) Metabolisme
Metabolisme obat terutama terjadi di hati. Tempat metabolisme yang lain adalah
dinding usus, ginjal, paru, darah, otak dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora
usus). Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang non polar menjadi polar
agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif
umumnya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang
aktif, atau menjadi toksik (Setiawati, 2008). Reaksi metabolisme terjadi dari rekasi
fase I dan rekasi fase II. Reaksi fase I berfungsi untuk mengubah molekul lipofilik
menjadi molekul yang lebih polar. Metabolisme fase I bisa meningkatkan,
mengurangi, atau tidak mengubah aktivitas farmakologik obat (Mycek et al, 2001).
Sedangkan, pada rekasi fase II terjadi reaksi penggabungan (konjugasi). Disini
molekul obat bergabung dengan suatu molkeul yang terdapat didalam tubuh sambil
mengeluarkan air, misalnya dengan zat-zat alamiah seperti asetilasi, sulfatasi,
glukuronidasi, dan metilasi (Tjay dan Rahardja, 2007)
4) Ekskresi
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat di ekskresi melalui ginjal
dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi melalui ginjal melibatkan
3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal dan reabsorpsi
pasif di sepanjang tubulus (Anief, 2007). Selain itu ada pula beberapa cara lain yaitu
melalui kulit bersama keringat, paru-paru, empedu, air susu, dan usus (Tjay dan
Rahardja, 2007).
a) Model kompartemen
Tubuh dapat dinyatakan sebagai suatu susunan atau sistem dari kompartemen-
kompartemen yang berhubungan secara timbal balik satu dengan yang lain. Suatu
kompartemen bukan suatu daerah fisiologik atau anatomik yang nyata tetapi
dianggap sebagai suatu jaringan atau kelompok jaringan yang mempunyai aliran
darah dan afinitas obat yang sama (Shargel dan Yu , 2005). Model kompartemen satu
terbuka menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma
mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Tetapi,
7
model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap jaringan tersebut
adalah sama pada berbagai waktu (Shargel dan Yu, 2005).
Dalam model kompartemen dua dianggap bahwa obat terdistribusi ke dalam
dua kompartemen. Kompartemen kesatu, dikenal sebagai kompartemen sentral,
meliputi darah, cairan ekstraselular, dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi,
kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Kompartemen
kedua merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringan-jaringan yang
berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model ini menganggap obat
dieliminasi dari kompartemen sentral (Shargel dan Yu, 2005)
b) Parameter Farmakokinetika
Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara matematis
dari model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh atau metabolitnya dalam
darah, urin atau cairan hayati lainnya. Fungsi dari penetapan parameter farmakokinetik
suatu obat adalah untuk mengkaji kinetika absorbsi, distribusi dan eliminasi didalam
tubuh (Shargel dan Yu, 2005).
Secara umum parameter farmaakokinetika digolongkan menjadi parameter
primer, sekunder dan dan tururnan. Parameter primer adalah parameter
farmakokinetika yang harganya dipengaruhi secara langsung oleh variabel biologis.
Contoh dari parameter primer adalah volume distribusi (Vd), klirens (Cl), dan
kecepatan absorpsi (Ka). Volume distribusi adalah volume hipotetik dalam tubuh
tempat obat terlarut. Vd adalah salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam
memperkirakan jumlah obat dalam tubuh. Vd merupakan suatu parameter yang
berguna untuk menilai jumlah relatif obat di luar kompartemen sentral atau dalam
jaringan (Shargel dan Yu, 2005).
Klirens merupakan parameter farmakokinetika yang menggambarkan eliminasi
obat yang merupakan jumlah volume cairan yang mengandung obat yang dibersihkan
dari kompartemen tubuh setiap waktu tertentu. Eliminasi tersebut tidak
dipermasalahkan bagaimanakah prosesnya. Secara umum eliminasi obat terjadi pada
ginjal dan hati yang sering dikenal dengan istilah klirens total yang merupakan jumlah
dari klirens ginjal (renalis) dan hati (hepatik) (Mutschler, 1999).
8
Parameter sekunder adalah parameter farmakokinetika yang harganya
bergantung pada parameter primer. Contoh dari parameter sekunder adalah waktu
paruh eliminasi (t1/2 eliminasi) dan Kecepatan eliminasi (Kel). Waktu paruh eliminasi
adalah waktu yang dibutuhkan obat untuk tereliminasi menjadi separuh dari harga
awal. Besar kecilnya waktu paruh eliminasi sangat menentukan lama kerja obat dan
menjadi acuan untuk menentukan dosis pada pemakaian berulang dalam terapi jangka
panjang (Mutschler, 1999).
Sedangkan contoh dari parameter turunan adalah waktu mencapai kadar puncak
(tmaks), kadar puncak (cpmaks) dan area under curve (AUC). Kadar puncak adalah kadar
tertinggi yang terukur dalam darah atau serum atau plasma. AUC adalah permukaan
dibawah kurva (grafik) yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai
fungsi waktu. AUC dapat digunakan untuk membandingkan kadar masing-masing
plasma obat bila penentuan kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan (Tjay
dan Rahardja, 2007).
c) Interaksi Obat
Bila seorang pasien diberikan dua atau lebih obat, kemungkinannya besar akan
terjadi interaksi antara obat-obat tersebut di dalam tubhnya. Efek masing-masing obat
dapat saling mengganggu dan /atau efek samping yang tidak diinginkan mungkin akan
timbul. Ada beberapa cara berlangsungnya interaksi obat, diantaranya: interaksi
kimiawi, kompetisi untuk protein plasma, induksi enzim, inhibisi enzim (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan
atau dengan obat lain. Interaksi obat makanan dapat terjadi selama fase
farmakodinamik dan farmakokinetika. Interaksi farmakokinetika dapat terjadi selama
fase farmakokinetika secara menyeluruh yaitu pada absorpsi, distribusi dan eliminasi
(Setiawati, 2008). Adakalanya terjadi interaksi dari obat dengan bahan makanan, yang
dapat mempengaruhi farmakokinetika obat, obat dapat diikat oleh makanan sehingga
absorpsinya diusus dapat diperlambat atau dikurangi dan efeknya akan menurun (Tjay
dan Rahardja, 2007).
d) Efek obat yang diinginkan dan tidak diinginkan
9
Efek yang diinginkan = efek terapetuik, obat memang menyembuhkan tetapi tidak
semua obat betul-betul menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya
meniadakan atau meringankan gejala. Karena itu dapat dibedakan tiga jenis pengobatan
yaitu :
Terapi kausal
Terapi siptomatis
Terapi subtitusi
Efek yang tidak diinginkan
Efek samping adalah segala sesutu khasiat yang tidak diingikan untuk tujuan
terapi yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan
Idiosinkrasi adalah peristiwa dimana obat member efek kualitatif berlainan dari
efek normalnya
Alergi adalah reaksi antara obat dengan tubuh yang membentuk antibody
sehingga seseoraang menjadi hipersensitifitas
C. FARMAKODINAMIK
1. Pengertian Farmakodinamik
Farmakologi merupakan suatu studi tentang obat dan pengaruhnya terhadap manusia
(lehne, 1988 dalam Kuntarti). Dalam farmakologi dikenal dengan istilah farmakokinetik
dan farmakodinamik. Farmakokinetik merupakan bagian ilmu farmakologi yang
10
cenderung mempelajari tentang nasib dan perjalanan obat didalam tubuh dari obat itu
diminum hingga mencapai tempat kerja obat itu. Sedangkan farmakodinamik ini
merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi
obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit maupun sehat serta mekanisme
kerjanya.Pengertian lain dari farmakokinetik menurut ilmu farmakologi sebenarnya dapat
diartikan sebagai proses yang dilalui obat di dalam tubuh atau tahapan perjalanan obat
tersebut di dalam tubuh. Proses farmakokinetik ini dalam ilmu farmakologi meliputi
beberapa tahapan mulai dari proses absorpsi atau penyerapan obat, distribusi atau
penyaluran obat ke seluruh tubuh, metabolisme obat hingga sampai kepada tahap ekskresi
obat itu sendiri atau proses pengeluaran zat obat tersebut dari dalam tubuh.
11
daripada otot-otot yang memiliki lebih sedikit pembuluh darah, sehingga absorpsi lebih
lambatpada jaringan yang demikian..
Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh
danjaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas
(kekuatanpenggabungan) terhadap jaringan,dan efek pengikatan dengan protein. Ketika
obat didistribusi di dalam plasma, kebanyakan berikatan denganprotein (terutama albumin)
dalam derajat (persentase) yang berbeda-beda. Obat-Obatyang lebih besar dari 80%
berikatan dengan protein dikenal sebagai obat-obat yangberikatan dengan tinggi protein.
Salah satu contoh obat yang berikatan tinggi denganprotein adalah diazepam (Valium):
yaitu 98% berikatan dengan protein. Aspirin 49% berikatan dengan protein clan termasuk
obat yang berikatan sedang dengan protein.Abses, eksudat, kelenjar dan tumor juga
mengganggu distribusi obat.Antibiotika tidak dapat didistribusi dengan baik pada tempat
abses dan eksudat.Selain itu, beberapa obat dapat menumpuk dalam jaringan tertentu,
seperti lemak,tulang, hati, mata, dan otot.3. BiotransformasiFase ini dikenal juga dengan
metabolisme obat, diman terjadi proses perubahan struktur kimia obat yang dapat terjadi
didalam tubuh dan dikatalisis olen enzim.4. Ekskresi atau eliminasiRute utama dari
eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi empedu, feses, paru-paru,
saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang tidak berikatan, yang larut dalam air,
dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh ginjal.Obat-obat yang berikatan dengan
protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obatdilepaskan ikatannya dengan protein,
maka obat menjadi bebas dan akhirnya akandiekskresikan melalui urin.pH urin
mempengaruhi ekskresi obat. pH urin bervariasi dari 4,5 sampai 8.Urin yang asam
meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah. Aspirin,suatu asam lemah,
dieksresi dengan cepat dalam urin yang basa. Jika seseorangmeminum aspirin dalam dosis
berlebih, natrium bikarbonat dapat diberikan untuk mengubah pH urin menjadi basa. Juice
cranberry dalam jumlah yang banyak dapatmenurunkan pH urin, sehingga terbentuk urin
yang asam.Setiap orang mempunyai gambaran farmakokinetik obat yang berbeda-beda.
Dosis yang sama dari suatu obat bila diberikan pada suatu kelompok orang, dapat
menunjukkan gambaran kada dalam darah yang berbeda-beda dengan intensitas respon
12
yang berbda-beda pula. Kemudian setelah farmakodinamik, ada satu bahasan lagi dalam
ilmu farmakologi, yaitu farmakodinamik.Farmakodinamik ialah subdisiplin farmakologi
yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya.
Hubungan kadar obat dengan besarnya efek terlihat sebagai kurva dosis-intesitas
efek (graded dose-effect curve/DEC). 1/Kd menunjukkan afinitas obat terhadap reseptor,
yang artinya kemampuan obat berikatan dengan reseptornya. Jadi semakin besar KD
semakin kecil afinitas obat dengan reseptornya. E max menunjukkan aktivitas
intrinsik/efektivitas obat, yaitu kemampuan obat-reseptor untuk menimbulkan efek
farmakologi.
memberikan suatu obat melalui muut adalah cara pemberian obat yang
paling umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit
absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran cerna dan
pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per
lambung sehingga obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak
atau tidak diabsorbsi. Oleh karena itu, penisilin ata obat yang tidak tahan asam
13
lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang dapat melindungi obat dari
lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini tergantung pada
lambat.
b. Sublingual
anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi
sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat
melakukan bypass melewati usus dan hati dan obat tidak diinaktivasi oleh
metabolisme.
c. Rektal
50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi,
biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai
keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau
pH rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika obat
menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika penderita sering
muntah-muntah.
d. Parenteral
melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam
14
saluran cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang
tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.
e. Intravena (IV)
dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan.
Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu
menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek
yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun,
berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan
tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan activated
cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena
it, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga
f. Intramuskular (IM)
air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum non
aqua seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi
15
preparat-preparat depo berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar
dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut
g. Subkutan
Didalam respon seorang penderita terhadap suatu obat dapat dipengaruhi oleh 2
faktor penting yaitu Farmakodinamik dan Farmakokinetik, farmakodinamik ini
merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi
obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit maupun sehat serta mekanisme
kerjanya.
Dalam Farmakokinetik perjalanan obat dari dia diminum sampai mencapai tempat
kerja obat tersebut melewati beberapa fase, diantaranya :
16
a.Fase Absorpsi, Dimana fase ini merupakan fase penyerapan obat pada tempat
masuknya obat selain itu faktor absorpsi ini akan mempengaruhi jumlah obat yang
harus diminum dan kecepatan perjalanan obat didalam tubuh.
b. Fase Distibusi merupakan fase penyebaran atau distribusi obat didalam jaringan
tubuh. Faktor distribusi ini dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk obat yang digunakan,
komposisi jaringan tubuh, distribusi obat dalam cairan atau jaringan tubuh, ikatan
dengan protein plasma dan jaringan.
c.Fase Biotransformasi, fase ini dikenal juga dengan metabolisme obat, diman terjadi
proses perubahan struktur kimia obat yang dapat terjadi didalam tubuh dan
dikatalisis olen enzim.
d. Fase Ekskresi, merupakan proses pengeluaran metabolit yang merupakan hasil dari
biotransformasi melalui berbagai organ ekskresi. Kecepatan ekskresi ini akan
mempengaruhi kecepatan eliminasi atau pengulangan efek obat dalam tubuh.
Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu
organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimia dan
fisiologi yang merupakan respons yang khas untuk obat tersebut.
a) Reseptor Obat
17
Reseptor adalah makromolekul ((biopolimer)khas atau bagiannya dalam
organisme yakni tempat aktif obat terikat.
Komponen yang paling penting dalam reseptor obat adalah protein. struktur
kimia suatu obat berhubungan erat dengan affinitasnya terhadap reseptor dan
aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat dapat
menimbulkan perubahan yang besar.
Obat (O) + Reseptor (R) --> Kompleks obat reseptor (OR) ---> Efek
c) Efek Terapeutik
18
Terapi simptomatis, obat ini berguna untuk meringankan gejala dari suatu
penyakit. contoh obat jenis ini adalah analgesik, antipiritik, anti emetik dan
sebagainya.
Terapi subtitusi, obat yang digunakan untuk mengantikan zat yang lazim
diproduksi oleh tubuh. misal insulin pada penderita diabetes, hormon estrogen pada
pasien hipo fungsi ovarium dan obat-obat hormon lainnya.
D. FARMAKOLOGI MOLEKULER
makhluk hidup pada aras molekuler. Defenisi lain adalah ilmu yang mempelajari
aksi dan nasib obat dalam tubuh pada aras molekuler. Ilmu tersebut menjadi
penting karena interaksi obat dengan organisme hidup bukan aksi yang sederhana
melainkan suatu aksi yang sederhana melainkan suatu aksi yang kompleks yang
melibatkan sistem seluler yang dinamik, terjadi pada tingkat molekuler, dan
menimbulkan efek. Disamping itu ilmu tersebut digunakan sebagai dasar dalam
molekuler merupakan ilmu sentral dalam penemuan obat baru. Bersama dengan
obat baru yang tentu saja melibatkan hubungan struktur dan aktivitas (QSAR).
Ilmu farmakologi selain berkembang menjadi beberapa cabang ilmu diatas, bisa
menjadi luas yaitu mempelajari farmakologi pada tiap sistem dalam tubuh
19
farmakologi sistem endokrin, farmakologi sistem pernapasan, imunofarmakologi
Berdasarkan model aksi farmakologi, obat dibagi menjadi dua kelas: obat dengan struktur
non-spesifik dan obat berstruktur spesifik.
20
akan terlalu mempengaruhi aktivitas biologis. Contoh adalah senyawa-senyawa
bakterisidal, seperti : fenol, o-kresol, etanol, timol, sikloheksanol, resorsinol, dan lain-lain.
1. Kanal Ion
Kanal ion merupakan protein penyusun pori yang mengontrol gradien voltage
melintasi membran plasma (mengontrol potensial sel) dengan memungkinkan aliran ion
berdasarkan gradien elektrokimia. Mekanisme kerja kanal ion pertama kali dihipotesiskan
oleh ahli biofisika (Alan Hodgkin dan Andrew Huxley, 1951), yang menyatakan bahwa ion
bergerak melalui “lubang” di membran sebagai hasil daya elektrokimia (aliran arus listrik).
Lubang bersifat selektif, hanya ion tertentu yang bisa lewat (misalnya Na+, K+ , Ca2+ dan
lain-lain).
Lubang atau kanal membuka dan menutup secara random, tapi pembukaan secara
kinetik dipengaruhi oleh voltase dan waktu. Hodgkin and Huxley membuktikan bahwa
untuk membuka dan menutup kanal mengalami berbagai kondisi konformasi, sebagai
berikut :
a. Aktivasi, yaitu proses pembukaan kanal saat terjadi depolarisasi
b. Inaktivasi, yaitu kanal menutup selama depolarisasi berlangsung
21
Pemahaman tentang kerja kanal lebih lanjut dibuktikan dengan teknik perekaman
elektrik (metode Patch Clamping) oleh Erwin Neher &Bert Sakman (1970).
Komponen molekuler kanal teridentifikasi pertama kali dengan metode kloning
molekuler. Kanal ion tersusun dari beberapa sub-unit protein membentuk suatu pori-pori.
Lubang kanal disusun oleh subnit utama (subunit a), yang menentukan infrastruktur kanal.
Selain itu beberapa kanal (kanal K+, Na+ dan Ca2+), mengandung protein pelengkap yang
dapat memodifikasi sifat kanal.
22
Berdasarkan ion yang melintasi kanal:
a. Kanal Na+
Fungsi dan Struktur Kanal Na
Kanal Na tergantung voltage merupakan golongan protein membran yang
memediasi masuknya dengan cepat ion Na+, sebagai respon depolarisasi
membran untuk membangkitkan potensial aksi dalam sel yang dapat teraktivasi.
Kanal Na berperan penting dalam inisiasi potensial aksi. Aktivasi kanal
menyebabkan masuknya Na+ ekstraseluler ke dalam sel.
Kanal Na merupakan heterooligomer yang tersusun dari subunit H dan I.
Subunit H terdiri 4 domain, masing-masing terlipat menjadi 4 heliks
transmembran, terhubung dengan potein lain seperti subunit I. Keempat domain
terlipat bersama membentuk pusat pori. Subunit I merupakan protein membran
dengan domain transmembran tunggal dan berperan mengatur kanal Na.
Subunit I1 mempercepat kinetika aktivasi dan inaktivasi. Subunit I2 secara
kovalen terikat pada H subunit, dan diperlukan untuk efisiensi kerja kanal.
b. Kanal K+
Fungsi dan Struktur Kanal K+
Kanal K merupakan protein transmembran yang membentuk pori selektif
terhadap ion kalium. Umumnya kanal K terletak di membran plasma. Kanal K
23
bertanggung jawab pada repolarisasi potensial aksi dan refraktori (konsekuensi
untuk kontraktilitas dan aritmia). Kanal K juga berperan mengontrol durasi
potensial aksi, mengatur potensial istirahat dan otomatisitas.
Struktur Kanal K terdiri dari subunit H (principal) dan I (auxiliary).
Klasifikasi utama kanal K:
• Ca activated K+ channel: terbuka dengan adanya ion Ca atau sinyal lain
• Inwardly retifying K+ channel: muatan positif lebih mudah masuk
“Leak” K + channel: terbuka secara konstitutif, untuk menjaga potensial
membran neuron tetap positif
• Voltage gated K+ channel: terbuka/tertutup tergantung voltase
transmembran
Efek Farmakologi
Antiaritmia kelas III: dofetilide, ibutilide, dan azimilide memblok Voltage-
Gated K+ Channels sehingga memperpanjang potensial aksi jantung dan
mempunyai efek antiaritmia.
Glibenclamide dan glipizide memblok kanal K-ATP pankreas, sehingga
digunakan untuk terapi diabetes. Tahapan kerjanya yaitu:
1. Menghambat kanal K tergantung ATP pada memberan sel beta
2. Mencegah efflux K+
3. Depolarisasi membran
4. Kanal Ca tergantung voltage terbuka
5. Influx Ca subsequent
6. Peningkatan kadar Ca intrasel
7. Induksi sekresi insulin dari sel beta
24
c. Kanal Ca2+
Fungsi dan Struktur Kanal Ca2+
Ion Ca2+ merupakan second messenger penting yang mengontrol fungsi
seluler termasuk kontraksi otot polos & otot jantung.
Kanal Ca tergantung voltase (Voltage-activated calcium channels) mengatur
kadar Ca intraseluler dan berkontribusi dalam sinyaling kalsium dalam berbagai
jenis sel, baik sel tereksitasi atau non-eksitasi. Pembukaan kanal ini terutama
dipicu oleh depolarisasi potensial membran tapi juga dimodulasi oleh berbagai
hormon, protein kinase, protein posfatase, toksin dan obat.
Klasifikasi Voltage-gated Ca channel berdasarkan tipenya : tipe L, tipe P/Q,
tipe N, tipe R dan tipe T. Sedangkan berdasarkan voltase aktivasi : high volatage
activated (HVA) dan low volatage activated (LVA).
Struktur kanal Ca terdiri dari subunit H, I, L, dan M.
Farmakologi
Obat-obat pemblok kanal Ca (Ca2+ channel blocker) bekerja dengan
menghambat depolarisasi sehingga menghambat masuknya Ca2+ sel ke dalam
sel otot. Hal ini menyebabkan penurunan tekanan darah, penurunan kontraksi
kardiak dan efek antiartimia, sehingga golongan pemblok kanal Ca dapat
digunakan untuk terapi hipertensi, iskhemia muikardial, aritmia.
Klasifikasi utama pemblok kanal Ca yaitu : Phenylalkylamines (verapamil),
Benzothiazipines (diltiazem), Dihydropyridines (nifedipine)
Mekanisme pemblokan identik dengan bloking kanal Na oleh anestesi
lokal:
Seperti voltage-gated cation channels lain, kanal Ca2+ bisa berada pada
minimal 3 fase.
Fase istirahat : pada potensial negatif (tertutup).
Pembukaan kanal diinduksi oleh depolarisasi.
25
Kanal tidak membuka untuk jangka waktu lama, karena depolarisasi
panjang (prolonged depolarization) menyebabkan transisi ke fase
inaktivasi.
Kanal inaktivasi kemudian mengalami repolarisasi dan kembali ke fase
istirahat, kanal siap terbuka.
Ca2+ channel blockers menghambat aliran Ca2+ terutama dengan
menstabilkan fase inaktivasi secara alosterik, serta beberapa dengan
menunda transisi ke fase istirahat.
2. Enzim Sebagai Target Kerja Obat
26
(AINS) bekerja menghambat rasa nyeri dengan cara menghambat pembentukan
mediator nyeri yaitu prostaglandin
Contoh enzim
Mekanisme kedua enzim sebagai target aksi obat adalah obat dapat berperan sebagai
substrat palsu sehingga menghasilkan produk yang salah dan tadak berfungsi atau disebut
juga antimetabolit contohnya 5-fluorourasil,5-bromourasil,floxuridin dan sitarabin.
3. Reseptor
27
Tipe reseptor:
Reseptor terhubung kanal ion
Reseptor terhubung enzim
Reseptor terkopling protein G
Reseptor reseptor nuklear
Salbutamol
28
Muskarinik M2 Penurunan kekuatan Asetilkolin Atropin
kontraksi jantung
Pelambatan Jantung
29
4. Transporter Sebagai Target Aksi Obat
Semua sel diselimuti oleh membrane sel yang tersusun dari dua lapis senyawa
lipid(lipid bilayer) yang sangat impermeable terhadap molekul- molekul yang larut dalam
air.padahal,banyak peristiwa biologis yang terjadi di dalam sel yang perlu melibatkan
transport berbagai molekul hidrofilik melalui membrane seperti pada pengambilan (uptake)
gula dan asam amino oleh sel,pergerakan berbagai ion nutrient,maupun senyawa metabolit
difasilitasi oleh adanya protein transporter atau molekul pembawa spesifik
Contoh transporter pada membrane plasma,mitokondria dan organela sel lainya
yaitu:
b.clathrin-coated vesicles
and secretory granules.
30
c.vacuolar ATPase
1. Transporter pasif
Yaitu yang bekerja menggunakan energy dari gradient konsentrasi atau gradient
elektrokimia,digolongkan menjadi 3 yaitu :uniport,simport dan antiport.
2. Transporter Aktif
Yaitu yang bekerja dangan energy dari ATP atau ATP – powered ion pumps.
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system
tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara
berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami,
belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja
integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan
31
tingkah laku individu. Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel
penyokong) sertaNeuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat
alat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan
adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui adanya
serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf, semua organ
tubuh akan bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang akurat.
3. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan Saraf merupakan pusat pengendali atau
reaksi tubuh terhadap perubahan atau reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan
sekitar. Karena saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh,
maka jaringan saraf terdapat pada seluruh pada seluruh alat-alat tubuh kita.
sitoplasma.
a. Badan sel atau perikarion Suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan
32
Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menonjol dan organel lain seperti
kompleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan
b. Dendrit
Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi
ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau
Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang
belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut
33
saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang
serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata,
telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan motorik
yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi
Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita.Ketika Anda
makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya.Saraf ini mene-
ruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem
saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf
kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum
tulang belakang 31 pasang saraf spinal terlihat pada Gambar 8.8. Saraf-saraf spinal
tersebut terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf
a. Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf
sensori.
merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih
34
2. Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)
Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah
pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain.Kerja saraf
otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda ingat
dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti contoh yang telah
diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil mata, dan
menghambat kerja saluran pencernaan.Sistem saraf otonom ini dibedakan menjadi dua.
a. Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama
untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah
menghambat kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak
Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan
35
c. Gangguan Sistem Saraf Pusat
1. Migrain
Gangguan sakit kepala primer, bersifat berat & kambuhan, dan kadang dapat
seperti berdenyut-denyut di satu atau kedua sisi kepala di sekitar area pelipis, dahi
hingga ke mata.Pada kondisi tertentu migrain bahkan dapat menimbulkan rasa mual,
2. Vertigo
merupakan suatu gejala dengan sensasi diri sendiri atau sekeliling terasa
berputar. Ada kondisi vertigo yang ringan serta tidak terlalu terasa dan ada yang
beberapa detik hingga lebih lama.Serangan vertigo yang parah bisa terus
secara normal.
Gejala lain yang berhubungan dengan vertigo adalah kehilangan keseimbangan
yang akan membuat penderita sulit berdiri atau berjalan, mual atau muntah, dan
pening.
Contoh obat : Lorazepam, Promethazin
3. Epilepsi
suatu gangguan pada sistem syaraf otak manusia karena terjadinya aktivitas
yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak sehingga menyebabkan
berbagai reaksi pada tubuh manusia mulai dari bengong sesaat, kesemutan,
36
Epilepsi atau yang sering kita sebut ayan atau sawan tidak disebabkan atau
dipicu oleh bakteri atau virus dan gejala epilepsi dapat diredam dengan bantuan
5. Parkinson
degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi
mengatur pergerakan tubuh. Gejala yang banyak diketahui orang dari penyakit
6. Stroke
suatu gangguan fungsi otak yang terjadi secara mendadak, disebabkan semata-
mata oleh gangguan pembuluh darah di otak, dan dapat mengakibatkan kematian.
Umumnya stroke ditandai dengan timbulnya gangguan saraf (defisit neurologis)
7. Depresi
Adalah suasana hati yang buruk dan berlangsung selama kurun waktu tertentu.
Ketika mengalami depresi kita akan merasa sedih berkepanjangan, putus harapan,
37
tidak punya motivasi untuk beraktivitas, kehilangan ketertarikan pada hal-hal yang
Kondisi ini akan sangat memengaruhi perasaan, perilaku, dan pola berpikir.
8. Bipolar
Adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang
ditandai dengan perubahan suasana hatiyang sangat ekstrim berupa mania dan
depresi, karena itu istilah medis sebelumnya disebut dengan manic depressive.
Suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub
(bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang
untuk bisa hidup berbaur dengan orang lain dan merawat diri sendiri.
10. Ansietas
Adalah kondisi yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran berlebihan
mencemaskan/ mengkhawatirkannya.
Orang dengan gejala gangguan ansietas umum cenderung untuk selalu
38
Kekhawatiran tersebut seringkali tidak realistis atau tidak proporsional terhadap
situasinya.
Kehidupan sehari-hari menjadi suatu keadaan yang selalu menimbulkan ras
BAB III
PENUTUP
1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan di bab-bab sebelumnya, dapat
mkahluk hidup.
2. Ilmu farmakologi terbagi menjadi beberapa cabang seperti,
obat.
4. Farmakodinamik adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari tempat
(target aksi obat), dan mekanisme kerja serta efek fisiologik dan biokimia
organisme hidup
39
5. Farmakologi molekuler adalah ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan
molekul pembawa.
7. Kanal ion merupakan kompleks protein yang terdapat pada membran sel yang
kanalnya.
40
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Agung. 2012. “PRINSIP AKSI DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH”.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ikawati, Zullies. 2014. “FARMAKOLOGI MOLEKULER”. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Kamienski, Mary. 2015. “FARMAKOLOGI”. Yogyakarta : Rapha Publishing.
Kee, J,L., Hayes, E.R., 2005, Farmakologi, EGC : Jakarta
Latifagana, Vebri. 2012. “FARMAKOLOGI MOLEKULER”.
https://www.scribd.com/doc/107163376/makalah-farmakologi-molekuler . Di akses
pada tanggal 14 Mei 2016.
Gunawan, dkk. 2007. “FARMAKOLOGI DAN TERAPI EDISI V”. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI(Data Obat DiIndonesia). Jakarta: PT.
Grafindian Jaya.
41