Anda di halaman 1dari 26

PENERAPAN ASPEK GREEN CONSTRUCTION PADA KONSTRUKSI JALAN RAYA

MAKALAH
SI-4097 KAPITA SELEKTA INFRASTRUKTUR

Oleh
RAISHA JAUHAR RATU PERMATA 15008012
REIZA RATRI DAMAYANTI 15008106
HANA SUGIANA 15008129
ARIF RACHMAN APPANDI 15009035
IKBAL RAHMATULLOH 15009037

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2012
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
BAB II KONSEP GREEN ROAD CONSTRUCTION ............................................................................................. 2
2.1. MINIMIZATION OF SLOPE CUTTING AND PRESERVATION OF THE VEGETATIVE COVER .............. 2
2.2. MASS BALANCING ......................................................................................................................... 3
2.3. ENVIRONMENT FRIENDLY CONSTRUCTION METHODS ................................................................ 3
2.4. PROPER WATER MANAGEMENT ................................................................................................... 3
2.5. ENVIRONMENT APPRAISAL ........................................................................................................... 3
2.6. BIOENGINEERING .......................................................................................................................... 3
BAB III METODE PELAKSANAAN GREEN CONSTRUCTION PADA PEMBANGUNAN JALAN ............................ 4
3.1. PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN ......................................... 8
3.1.1. Perencanaan Umum ............................................................................................................. 8
3.1.2. Pra Studi Kelayakan ............................................................................................................. 10
3.1.3. Studi Kelayakan ................................................................................................................... 11
3.1.4. Perencanaan Teknis ............................................................................................................ 12
3.1.5. Penyiapan Dokumen Lelang dan Dokumen Kontrak yang Mencantumkan Persyaratan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup .............................................................................. 12
3.1.6. Perencanaan Pengadaan Tanah .......................................................................................... 13
3.2. PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP ................................................................. 14
3.2.1. Kegiatan Pengadaan Tanah ................................................................................................. 14
3.2.2. Pekerjaan Konstruksi Jalan.................................................................................................. 15
3.2.3. Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan ............................................................................. 16
3.3. PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN ........................................ 17
3.3.1. Pemantauan pada Tahap Perencanaan .............................................................................. 18
3.3.2. Pemantauan pada Tahap Pengadaan Tanah ...................................................................... 18
3.3.3. Pemantauan pada Tahap Konstruksi .................................................................................. 18
3.3.4. Pemantauan pada Tahap Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan .................................... 19
3.3.5. Evaluasi Kualitas Lingkungan pada Pasca Pembangunan Jalan .......................................... 20

i
3.3.6. Pelaporan Hasil Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pemantauan Lingkungan
Hidup ............................................................................................................................................. 20
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................................... 22
4.1. SIMPULAN ................................................................................................................................... 22
4.2. SARAN ......................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................ iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan kegiatan ekonomi/bisnis dan
atau kegiatan sosial suatu masyarakat. Jalan merupakan infrastruktur penting yang mendukung
perekonomian suatu daerah sehingga pembangunan jalan akan terus dilakukan demi tercapainya
kondisi ekonomi dan sosial yang lebih baik. Di samping dampak positif yang timbul pada kehidupan
ekonomi dan sosial, pembangunan jalan dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Karena
pembangunan akan terus berlangsung dan tidak dapt ditahan, yang dapat dilakukan adalah
pengontrolan dan meminimalisasi dampak negatif yang timbul.

Karena pembangunan jalan sudah tidak bisa dilepas dari usaha penjagaan lingkungan hidup. Maka fungsi
teknik sipil, yang merancang konstruksi jalan maupun infrastruktur lain, harus selalu disertai dengan
analisis dampak terhadap lingkungan dan peranannya terhadap konservasi lingkungan. Interaksi antara
infrastruktur yang ada terhadap lingkungannya harus diperhatikan.

Green construction ialah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi dari
tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien
dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah. Gerakan konstruksi hijau ini juga
identik dengan sustainbilitas yang mengedepankan keseimbangan antara keuntungan jangka pendek
terhadap resiko jangka panjang,dengan bentuk usaha saat ini yang tidak merusak kesehatan, keamanan
dan kesejahteraan masa depan.

Sedangkan green road construction atau konstruksi jalan hijau secara spesifik adalah sebuah gerakan
berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi jalan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber
daya, serta berbiaya rendah.

1
BAB II

KONSEP GREEN ROAD CONSTRUCTION

Pendekatan konsep Green Road Construction yang dapat dilakukan dapat dilihat pada gambar di bawah
ini

Gambar 3.2. Ilustrasi Pendekatan Konsep Green Road Construction

2.1. MINIMIZATION OF SLOPE CUTTING AND PRESERVATION OF THE VEGETATIVE COVER

Pada konstruksi jalan konvensional, hasil dari proses penggalian langsung dibuang begitu saja tanpa
dimanfaatkan dan dapat merusak vegetasi di sekitarnya. Oleh karena itu dilakukan mass balancing agar
material yang digali dapat dimanfaatkan untuk proses penimbunan di bagian lain.

Kemudian, pohon-pohon di sekitar lokasi tidak boleh ditebang sampai jalan beroperasi. Tanaman yang
sesuai dikumpulkan dan ditanam untuk tujuan bioengineering misalnya penanaman bambu untuk
membantu stabilitas tanah. Selain itu bambu ini juga dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai
sumber mata pencaharian untuk menunjang kegiatan ekonomi.

2
2.2. MASS BALANCING

Metode konstruksi jalan konvensional menggunakan bulldozer dan alat berat lainnya dan tidak
memperdulikan penyeimbangan jumlah galian dan timbunan. Penggalian dan pembuangan pada
metode konvensional akan menyebabkan masalah lingkungan berupa perusakan lahan dan vegetasi.
Pada metode mass balancing, memotong kemiringan lereng menjadi setengah kali lebih kecil dan
menyebabkan kemiringan lereng menjadi lebih stabil.

2.3. ENVIRONMENT FRIENDLY CONSTRUCTION METHODS

Metode konstruksi yang digunakan harus ramah lingkungan, Misalnya menggunakan material daur
ulang, proses peledakan yang diganti menjadi menggunakan palu dan jack hammer, dan sebagainya.
Kemudian sebaiknya proses konstruksi harus meminimalisasi produksi karbon dioksida.

2.4. PROPER WATER MANAGEMENT

Proses perencanaan jalan harus memperhatikan agar aliran air tidak menggenang di perkerasan
sehingga dapat tahan lebih lama.

2.5. ENVIRONMENT APPRAISAL

Perencanaan yang tidak baik dan rapid engineering mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan
seperti stabilitas lereng, pembuangan limbah, manajemen air, serta perlindungan vegetasi.

2.6. BIOENGINEERING

Bioengineering adalah penggunaan tanaman untuk menambah kekuatan stabilitas dan mengurangi
erositanah. Bioengineering dapat menjadi alat yang penting dalam proses konservasi lingkungan.
Metode ini merupakan sebuah tindakan preventif, bukan kuratif. Misalnya penggunaan tanaman
vetivier di sisi kereng jalan untuk meningkatkan stabilitas.

3
BAB III

METODE PELAKSANAAN GREEN CONSTRUCTION PADA PEMBANGUNAN JALAN

Pedoman umum pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan mengatur tata cata
pembangunan jalan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup dalam suatu siklus
proyek. Siklusnya dapat dilihat melalui gambar berikut:

Ruang lingkup pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan sesuai dengan tahapan
kegiatan mencakup:
4
1) Perencanaan jalan
- Perencanaan umum
- Pra studi kelayakan
- Studi kelayakan
- Perencanaan teknis
2) Pembangunan jalan
- Pengadaan tanah
- Pelaksanaan konstruksi jalan
- Pengoperasian dan pemeliharaan jalan
3) Evaluasi pasca pembangunan jalan
- Evaluasi dan pengkajian hasil pembangunan jalan

Pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan mencakup kegiatan perencanaan


pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan, pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang
jalan dan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan.
- Perencanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan adalah kegiatan merencanakan
dan menentukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup pada tahap perencanaan
pembangunan bidang jalan;
- Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan adalah suatu kegiatan yang
menerapkan atau melaksanakan upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup bidang
jalan yang telah direncanakan atau direkomendasikan pada tahap perencanaan untuk
tahap pelaksanaan pembangunan jalan;
- Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan adalah kegiatan pemantauan
dan evaluasi atas segala upaya-upaya yang sedang dilakukan atau telah dilakukan sejak
perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan jalan. Hasil dari pemantauan menjadi
bahan evaluasi terhadap kegiatan pembangunan jalan.

5
Lokasi pengelolaan lingkungan hidup mencakup lokasi tapak proyek jalan, sumber
material beserta jalur pengangkutan material dan base camp (lokasi kantor proyek, bengkel,
barak pekerja, stockpile, lokasi penyimpanan dan pengoperasian alat berat dan lain-lain).

6
Secara umum studi lingkungan pada tahap pra konstruksi/perencanaan perlu sudah
dilaksanakan dengan baik, meskipun waktu pelaksanaannya terkadang tidak sesuai dengan
tahapan.Sayangnya terkadang hasil studi tersebut hanya berhenti sampai pada tahap
studi/rencana, dan tidak diaplikasikan dalam pengelolaan lingkungan dalam tahap konstruksi
maupun operasional. Beberapa kendala yang menyebabkan hal ini antara lain adalah: hasil
studinya sendiri tidak bisa diintegrasikan dalam desain/pelaksanaan konstruksi; kendala lainnya
adalah tidak ada satu klausul pun dalam dokumen lelang/dokumen kontrak menyinggung
masalah bagaimana pengelolaan lingkungan seharusnya dilaksanakan dalam pekerjaan
konstruksi dan juga menyangkut masalah pembiayaannya, sehingga dalam pelaksanaan
konstruksinya sendiri tidak ada kekuatan hukum yang mengikat kontraktor untuk melaksanakan
kegiatan pengelolaan dampak lingkungan.

7
3.1. PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Kegiatan pada tahap perencanaan merupakan awal kegiatan pembangunan jalan


dalam siklus proyek yang meliputi perencanaan umum, pra studi kelayakan, studi kelayakan
dan perencanaan teknis.

3.1.1. Perencanaan Umum


Perencanaan umum jaringan jalan adalah kumpulan rencana ruas-ruas jalan beserta
besaran pencapaian sasaran kinerja pelayanan jalan tertentu untuk jangka panjang dan jangka
menengah. Rencana umum jaringan jalan disusun berdasarkan rencana pembangunan nasional,
rencana tata ruang dan rencana umum jaringan transportasi. Dalam perencanaan umum
jaringan jalan perlu memperhatikan aspek lingkungan hidup, diantaranya dengan cara
menghindari daerah-daerah yang dianggap sensitif yaitu kawasan lindung dan kawasan tertentu
yang tergolong sensitif mengalami perubahan atau dampak lingkungan. Hal tersebut diperlukan
dalam rangka mencegah dampak lingkungan yang akan terjadi pada saat pelaksanaan
konstruksi, pengoperasian jalan dan pemeliharaan jalan. Di samping itu juga perlu dilakukan
konsultasi masyarakat sebagai bahan pertimbangan penentuan rute atau koridor jalan.
a. Kesesuaian dengan Tata Ruang
Dalam pemilihan rute jalan atau koridor jalan perlu memperhatikan dan
menyesuaikan dengan tata ruang wilayah (RTRW) nasional, provinsi, kabupaten dan
kota yang telah ditetapkan. Seperti yang telah diuraikan di atas penyusunan RTRW
harus sudah mengacu pada KLHS nasional, propinsi, kabupaten/kota (UU No 32 tahun
2009).
b. Memperhatikan daerah sensitif (sensitive area)
Pemilihan rute jalan atau koridor jalan perlu memperhatikan daerah sensitif: kawasan
lindung dan kawasan tertentu di luar kawasan lindung. Karena karakteristiknya yang
khas/spesifik, maka dampak negatif yang akan timbul oleh suatu kegiatan di daerah
sensitif potensinya lebih besar dibandingkan di daerah yang bukan sensitif. Bila
kegiatan pembangunan jalan melalui daerah sensitif, maka harus memenuhi
ketentuan perizinan yang diatur oleh pemerintah dan pemerintah daerah menurut

8
kewenangan dan ketentuan peraturan perundangundangan. Yang termasuk daerah
sensitif yaitu kawasan lindung dan kawasan tertentu di luar kawasan lindung.
Kawasan Lindung mencakup:
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya yaitu: kawasan
hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air;
2. Kawasan perlindungan setempat yaitu: sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;
3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya yaitu: kawasan suaka alam, kawasan suaka
alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai, kawasan pantai berhutan bakau,
taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka
margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
4. Kawasan rawan bencana alam yaitu: kawasan rawan letusan gunung berapi,
kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang dan kawasan rawan banjir;
5. Kawasan lindung lainnya yaitu: taman buru, cagar biosfer, kawasan perlindungan
plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa dan terumbu karang.
Sumber: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.

Daerah Sensitif di Luar Kawasan Lindung mencakup:


1. Daerah komunitas rentan, mencakup komunitas adat termasuk Komunitas Adat
Terpencil (KAT) dan Kelompok Fakir Miskin
2. Daerah berlereng curam (kemiringan lereng > 40%)
3. Daerah rawan banjir
4. Kawasan komersial
5. Kawasan permukiman
6. Lahan produktif
7. Kawasan sekolah
8. Kawasan rumah sakit

9
9. Perpotongan jalan dengan jalur kereta api
10. Kawasan perbatasan negara

c. Konsultasi Masyarakat
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan, masyarakat
dapat ikut berperan dalam pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan
jalan.
Konsultasi masyarakat merupakan suatu forum keterlibatan masyarakat dalam
proses penyelenggaraan jalan. Pada saat pemilihan alternatif rute rencana
pembangunan jalan perlu dilakukan konsultasi dengan masyarakat untuk
menampung pendapat, usulan, saran dan tanggapan sebagai bahan pertimbangan
untuk pemilihan rencana rute jalan. Konsultasi masyarakat dilaksanakan dengan
berbagai metode dan dengan berbagai pemangku kepentingan antara lain yang
mewakili golongan/kelompok masyarakat yang terkena proyek, mewakili instansi,
lembaga swadaya masyarakat, mewakili kelompok profesi, dan mewakili instansi
pemerintah daerah.

3.1.2. Pra Studi Kelayakan


Kegiatan pada tahap ini adalah penentuan alternatif koridor jalan, rute jalan
(alinyemen) termasuk menganalisis kelayakan (sementara) tiap alternatif koridor tersebut
berdasarkan pertimbangan teknis, ekonomi, finansial dan lingkungan hidup.
Penerapan aspek lingkungan hidup pada tahap ini adalah penyaringan jenis studi
lingkungan (environmental screening) dan pelingkupan isu lingkungan yang perlu dikaji dalam
studi lingkungan.
a. Penyaringan Jenis Studi Lingkungan
Studi lingkungan untuk suatu rencana kegiatan merupakan salah satu usaha
pengelolaan lingkungan hidup. Studi lingkungan diperlukan dalam rangka mencegah,
mengurangi dan menanggulangi potensi dampak yang ditimbulkan kegiatan
pembangunan jalan.

10
Pada tahap perencanaan umum diperlukan penyaringan jenis studi lingkungan
berdasarkan pertimbangan kriteria dampak penting, peraturan tentang jenis kegiatan
yang wajib dilengkapi AMDAL atau wajib dilengkapi UKL-UPL. Hasil dari penyaringan ini
adalah jenis kajian studi lingkungan yang harus dilaksanakan untuk suatu rencana
kegiatan apakah itu AMDAL, UKL/UPL atau SOP/wajib membuat surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Studi kajian lingkungan
tersebut akan dilakukan pada tahap studi kelayakan/Perencanaan.
b. Pelingkupan Isu Lingkungan
Pelingkupan isu lingkungan merupakan kajian awal lingkungan hidup yang berupa
penentuan pelingkupan dampak potensial berdasarkan identifikasi dampak, evaluasi
dan klasifikasi dampak serta prioritas dampak penting. Hasil pelingkupan ini
selanjutnya merupakan bahan penyusunan Kerangka Acuan ANDAL. Hasil kajian awal
lingkungan ini juga merupakan bagian dari laporan pra studi kelayakan.

3.1.3. Studi Kelayakan


Kegiatan utama studi kelayakan dalam rencana pembangunan bidang jalan mencakup
analisis kelayakan teknis, kelayakan finansial dan ekonomi serta kelayakan lingkungan. Analisis
kelayakan lingkungan dilaksanakan melalui studi lingkungan hidup yaitu Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).
Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup merupakan bagian dari studi
kelayakan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup merupakan syarat yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan penetapan kelayakan lingkungan yang diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang. Pernyataan layak lingkungan hidup suatu rencana pembangunan bidang jalan
harus dinyatakan dalam dokumen AMDAL atau UKL-UPL sebagai kesimpulan dari hasil studi
lingkungan. Menteri, gubernur, bupati/walikota akan menerbitkan izin lingkungan bagi suatu
rencana usaha/kegiatan yang sudah mendapatkan penetapan kelayakan Lingkungan (Pasal 36
Undang-undang No. 32 tahun 2009). Di samping itu pemrakarsa rencana pembangunan bidang

11
jalan juga wajib memberikan pernyataan akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
pengelolaan lingkungan hidup.

3.1.4. Perencanaan Teknis


Perencanaan teknis merupakan kegiatan penyusunan dokumen desain jalan yang berisi
gambaran pembangunan jalan yang ingin diwujudkan. Perencanaan teknis dilakukan secara
optimal dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup.
Kegiatan pada tahap perencanaan teknis antara lain adalah:
- Penetapan trase atau rute jalan secara definitif berdasarkan pertimbangan
kelayakan teknis, kelayakan ekonomis dan finansial, dan kelayakan lingkungan;
- Pembuatan gambar rencana teknis rinci jalan, jembatan dan bangunan
pelengkapnya berdasarkan standar, pedoman teknis maupun manual yang
berlaku;
- Perhitungan pembiayaan konstruksi jalan, jembatan dan bangunan
pelengkapnya;
- Penyusunan dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi.
Penerapan pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah
penjabaran Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UKL) terhadap perencanaan teknis, dalam bentuk gambar teknis maupun program-
program sosialisasi atau koordinasi dengan instansi terkait (terutama pengelola utilitas,
infrastruktur, fasilitas umum yang terpengaruh rencana konstruksi jalan). Persyaratan teknis
jalan harus memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan dan lingkungan.
Untuk keperluan perencanaan teknis, maka konsultan perencanaan teknis harus
memahami isi Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) atau isi Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UKL) dari pembangunan jalan tersebut. Sebaiknya anggota tim konsultan perencanaan
teknis dilengkapi dengan tenaga ahli lingkungan hidup.

3.1.5. Penyiapan Dokumen Lelang dan Dokumen Kontrak yang Mencantumkan


Persyaratan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

12
Berdasarkan Undang-Undang nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan kerja, keteknikan,
keamanan dan kesehatan perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk
menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Agar pekerjaan konstruksi
jalan dan pengelolaan lingkungan hidup dapat dilaksanakan dengan baik dan benar, maka
persyaratan pengelolaan lingkungan hidup yang telah diuraikan dalam dokumen RKL-RPL atau
UKL-UPL harus dijadikan acuan dalam dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan
konstruksi jalan, termasuk besarnya biaya pengelolaan lingkungan hidup yang diperlukan.
Bagi kegiatan pembangunan jalan yang tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL atau
dokumen UKL-UPL maka perlu memasukkan Pedoman Mitigasi Dampak Standar Pekerjaan Jalan
Tahap Konstruksi dalam dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi jalan.
Tahapan ini seringkali tidak/belum dilakukan, sehingga menjadi titik lemah dalam
pelaksanaan pengelolaan lingkungan selama konstruksi, karena biaya yang dibutuhkan dalam
mengelola dampak lingkungan belum dimasukkan dalam dokumen kontrak.

3.1.6. Perencanaan Pengadaan Tanah


Pengadaan tanah untuk lokasi pembangunan jalan merupakan salah satu kegiatan
yang berpotensi menimbulkan dampak negatif penting terhadap kondisi sosial ekonomi budaya
masyarakat yang terkena pembebasan tanah. Seringkali pekerjaan konstruksi jalan terhambat
bahkan tidak dapat dilaksanakan karena pengadaan tanah berlarut-larut. Untuk mencegah dan
mengurangi dampak sosial ekonomi budaya masyarakat, maka perlu dilakukan kajian sosial
ekonomi budaya yang obyektif dan akurat. Hal tersebut dilakukan dalam rangka penyusunan
rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali (LARAP). Penyusunan rencana pengadaan
tanah dan permukiman kembali dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terinci tentang
penduduk yang terkena dampak pengadaan tanah, jenis dan besaran kerugian yang mungkin
terjadi. Tujuannya adalah untuk menyusun rencana tindak dalam penanganan dampaknya,
terutama dalam upaya pemulihan dan peningkatan sosial ekonomi penduduk yang terkena
dampak. Dalam proses penyusunan LARAP diperlukan konsultasi masyarakat untuk

13
mendapatkan informasi, saran, pendapat, harapan dan kesepakatan yang akan menjadi acuan
dalam proses pengadaan tanah yang akan dilaksanakan.
Berbeda dengan penyiapan dokumen AMDAL atau UKL/UPL yang sifatnya wajib untuk
disiapkan/dibuat untuk mendapatkan rekomendasi kelayakan lingkungan suatu rencana
kegiatan, dan keharusannyapun diatur oleh Undang-Undang/Peraturan Pemerintah/Peraturan
Menteri, maka penyiapan dokumen LARAP dalam pengadaan lahan sifatnya adalah
himbauan/anjuran. Tidak ada peraturan yang mengharuskan pembuatannya/penyusunannya,
yang ada adalah peraturan bagaimana pengadaan tanah tersebut dilaksanakan. Studi analisis
dampak sosial (yang menghasilkan rekomendasi berupa dokumen LARAP) merupakan kajian
lanjutan yang lebih mendalam dari kajian aspek sosial dalam dokumen AMDAL/UKL-UPL.
Pelaksanaan studinya bisa dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan studi AMDAL/UKL-UPL.

3.2. PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan adalah pelaksanaan atau


implementasi kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka mencegah, mengurangi dan
menanggulangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif terhadap lingkungan hidup
pada tahap pelaksanaan konstruksi jalan, pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Pelaksanaan
pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan dilaksanakan berdasarkan arahan dan rekomendasi
yang telah diuraikan dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) atau Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) yang telah disusun.
Pelaksanaan pengelolaan lingkungan pada pembangunan jalan terutama dilakukan
pada kegiatan-kegiatan sebagai sumber dampak terhadap lingkungan dan komponen
lingkungan hidup yang terkena dampak.

3.2.1. Kegiatan Pengadaan Tanah


Salah satu kegiatan pembangunan jalan yang berpotensi menimbulkan dampak sosial
adalah pengadaan tanah sebelum pelaksanaan konstruksi jalan. Dampak sosial yang mungkin
terjadi di antaranya keresahan masyarakat, hilangnya mata pencaharian dan pendapatan,

14
kegiatan usaha, berubahnya aset dan terganggunya kegiatan sosial akibat pembebasan tanah
dan atau pemukiman kembali.
Pelaksanaan pengadaan tanah ketentuannya mengacu pada Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden
Nomor 36 tahun 2006, tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk
Kepentingan Umum dan sebagaimana yang diubah dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 65 tahun 2006. Pada tahap ini, kegiatan pengadaan tanah dilaksanakan
berdasarkan pada rencana pengadaan tanah (LARAP) yang telah disusun pada tahap
sebelumnya. Pengalaman menunjukkan bahwa LARAP sangat bermanfaat sebagai acuan dalam
melaksanakan pembebasan tanah untuk pembangunan jalan.

3.2.2. Pekerjaan Konstruksi Jalan


Kegiatan pada tahap konstruksi meliputi pekerjaan pembersihan lahan (land clearing),
pekerjaan tanah (earth work) yang mencakup galian dan timbunan (cut and fill), pekerjaan
drainase (drainage), pekerjaan jembatan, pekerjaan badan jalan, pemasangan perlengkapan
jalan, penghijauan dan pertamanan serta penanganan sisa pembersihan lahan dan sisa
konstruksi jalan.
Dampak-dampak lingkungan yang perlu dikelola pada tahap konstruksi jalan secara
umum adalah:
a. Di lokasi kegiatan pembangunan jalan.
1) Persiapan konstruksi
a) Penanganan dampak akibat mobilisasi tenaga kerja
b) Penanganan dampak akibat mobilisasi peralatan berat
c) Penanganan dampak akibat pembuatan jalan masuk/jalan akses
d) Penanganan dampak akibat pembangunan base camp
2) Pelaksanaan konstruksi
a) Penanganan dampak akibat pembersihan lahan
b) Penanganan dampak akibat pekerjaan tanah
c) Penanganan dampak akibat pekerjaan drainase

15
d) Penanganan dampak akibat pekerjaan badan jalan
e) Penanganan dampak akibat pekerjaan jembatan
f) Penghijauan dan pertamanan
g) Penanganan dampak akibat pemasangan perlengkapan jalan
h) Penanganan dampak akibat sisa pembersihan lahan dan sisa pekerjaan
konstruksi
b. Di lokasi quarry dan jalur angkutan material
1) Penanganan dampak akibat pengambilan material bangunan di quarry
2) Penanganan dampak akibat pengangkutan material bangunan
c. Di lokasi basecamp
Penanganan dampak akibat pengoperasian base camp.

Pemantapan RKL atau UKL mungkin diperlukan apabila terjadi perubahan atau revisi
desain saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

3.2.3. Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan


Kegiatan pada tahap ini adalah pengoperasian jalan dan pemeliharaan jalan agar dapat
dimanfaatkan sesuai standar pelayanan yang diinginkan pemrakarsa dan pengguna jalan.
Dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan dan perlu dikelola pada saat
pengoperasian jalan terutama adalah pencemaran udara, kebisingan, timbulnya getaran,
terganggunya stabilitas tanah, terjadinya genangan air, resiko kecelakaan lalu lintas dan
perubahan penggunaan lahan. Sedangkan dampak positif berupa meningkatnya pelayanan
jalan perlu terus dikelola agar dapat ditingkatkan.
Lingkup pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap ini yang mencakup
kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan jalan adalah:
a. Penanganan dampak akibat pengoperasian jalan
1) Penanganan dampak menurunnya kualitas udara
2) Penanganan dampak meningkatnya kebisingan
3) Penanganan dampak meningkatnya getaran

16
4) Penanganan dampak berubahnya penggunaan lahan
5) Penanganan dampak terhadap genangan atau banjir
b. Penanganan dampak akibat pemeliharaan jalan
1) Penanganan dampak terhadap gangguan lalu lintas

3.3. PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan adalah kegiatan memantau


kegiatan pembangunan jalan sejak perencanaan hingga pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup. Lingkup kegiatannya adalah mencakup kegiatan pemantauan terhadap komponen
kegiatan yang dianggap menimbulkan dampak lingkungan dan komponen (parameter)
lingkungan yang dianggap terkena dampak dan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup pada
tahap perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan jalan.
Pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup bertujuan untuk:
- Mengidentifikasi kesesuaian pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang dilakukan
dengan rencana pengelolaan lingkungan hidup;
- Menilai dan mengevaluasi tingkat keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan
yang telah dilakukan.
Untuk memudahkan pengawasan dan evaluasi hasil pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL), maka perlu dibuat
laporan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup (RPL) sesuai keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 45 tahun
2005. Maksud dari penyusunan laporan tersebut adalah:
- Memberikan kemudahan kepada pemrakarsa dalam membuat laporan pelaksanaan RKL
dan RPL;
- Memberikan kemudahan kepada instansi terkait dalam pengawasan pelaksanaan RKL
dan RPL;
- Memanfaatkan data hasil pemantauan lingkungan dalam menerapkan sistem
pengelolaan lingkungan berdasarkan prinsip perbaikan yang menerus (continual
improvement).

17
3.3.1. Pemantauan pada Tahap Perencanaan
Pemantauan pada tahap perencanaan mencakup pemantauan terhadap kegiatan
perencanaan umum, pra studi kelayakan, studi kelayakan, dan perencanaan teknis jalan yang
mengintegrasikan dan menerapkan aspek lingkungan pada setiap kegiatannya.

3.3.2. Pemantauan pada Tahap Pengadaan Tanah


Lingkup pemantauan lingkungan hidup mencakup pemantauan terhadap pelaksanaan
kegiatan pengadaan tanah dan komponen sosial ekonomi budaya yang terkena dampak
pembebasan tanah. Secara umum komponen sosial ekonomi budaya yang perlu dipantau
mencakup:
1) Keresahan masyarakat;
2) Hilangnya aset;
3) Hilangnya mata pencaharian;
4) Terganggunya kegiatan sosial ekonomi budaya;
5) Tingkat kehidupan PTP.

3.3.3. Pemantauan pada Tahap Konstruksi


Lingkup pemantauan lingkungan pada kegiatan tahap konstruksi secara umum
mencakup:
a. Pemantauan komponen fisik-kimia
1) Pemantauan kualitas udara (partikulat dan debu);
2) Pematauan kebisingan;
3) Pemantauan getaran;
4) Pemantauan kualitas air permukaan (sungai, rawa, dan lain lain);
5) Pemantauan kondisi stabilitas lereng/longsor dan erosi.
b. Pemantauan komponen biologi
1) Pemantauan flora (keberadaan jenis, kelimpahan dan status keberadaan jenis);

18
2) Pemantauan fauna (terganggunya habitat, mobilitas satwa, keberadaan jenis dan
statusnya).
c. Pemantauan komponen sosial ekonomi budaya
1) Pemantauan kesempatan kerja yang dapat diserap penduduk lokal;
2) Pemantauan kecemburuan sosial;
3) Pemantauan terganggunya hubungan sosial (kekerabatan) dan aksesibilitas;
4) Pemantauan kerusakan jalan;
5) Pemantauan gangguan atau kerusakan utilitas umum;
6) Pemantauan kondisi lalu lintas.
d. Pemantauan komponen kesehatan masyarakat
1) Pemantauan kondisi kesehatan masyarakat;
2) Pemantauan sanitasi;
3) Pemantauan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

3.3.4. Pemantauan pada Tahap Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan


a. Pengoperasian Jalan
1) Pemantauan komponen fisik-kimia
(1) Pemantauan kualitas udara (SO2, NO2, CO, debu, partikulat)
(2) Pematauan kebisingan
(3) Pemantauan getaran
(4) Pemantauan kualitas air permukaan (sungai, rawa, dan lain-lain)
(5) Pemantauan kondisi stabilitas lereng/longsor dan erosi
2) Pemantauan komponen biologi
(1) Pemantauan flora (landscape dan tanaman)
(2) Pemantauan fauna (daerah lintasan satwa liar yang terpotong jalan)
3) Pemantauan komponen sosial ekonomi budaya
Pemantauan penggunaan lahan sekitar RUMIJA dan RUWASJA
b. Pemeliharaan Jalan
Pemantauan kondisi lalu lintas (arus lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas)

19
3.3.5. Evaluasi Kualitas Lingkungan pada Pasca Pembangunan Jalan
Evaluasi kualitas lingkungan adalah kegiatan untuk mengkaji dan menilai kondisi
lingkungan sepanjang koridor jalan terkait dengan pengoperasian jalan. Tujuan evaluasi adalah
untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk perbaikan kinerja
pemrakarsa secara menerus (continual improvement).
Evaluasi mencakup:
a. Evaluasi kecenderungan (trend evaluasi)
Evaluasi kecenderungan adalah evaluasi untuk melihat kecenderungan (trend)
perubahan kualitas lingkungan dalam suatu rentang ruang dan waktu. Untuk
melakukan evaluasi ini memerlukan data seri hasil pemantauan.
b. Evaluasi tingkat kritis
Evaluasi tingkat kritis adalah evaluasi untuk menilai tingkat kritis (critical level) dari
suatu dampak pada suatu ruang dan waktu apakah melampaui baku mutu atau
standar lainnya.
c. Evaluasi penaatan
Evaluasi penaatan adalah evaluasi terhadap tingkat kepatuhan dari pemrakarsa
kegiatan untuk memenuhi berbagai ketentuan yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan dan pemantauan lingkungan hidup. Pada evaluasi kualitas lingkungan ini
perlu membuat suatu kesimpulan yang memuat hal-hal penting yang dihasilkan dari
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Selain itu juga perlu
menguraikan temuan dan usulan untuk perbaikan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup selanjutnya dan perbaikan kinerja pemrakarsa dalam
merencanakan dan ] melaksanakan pembangunan jalan.

3.3.6. Pelaporan Hasil Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pemantauan


Lingkungan Hidup
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup bahwa pemrakarsa kegiatan wajib menyampaikan laporan

20
pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan
hidup (RPL) kepada instansi yang membidangi pengendalian dampak lingkungan hidup.
Format pelaporan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
nomor 45 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).

21
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN


4.1. SIMPULAN

Konsep green road contruction di Indonesia masih belum dilaksanakan. Belum ada peraturan atau
kebijakan pemerintah mengenai penggunaan konsep ini sehingga khususnya pada pembangunan jalan
tidak ada proyek yang sudah benar-benar menerapkan konsep green road construction.

4.2. SARAN

Peraturan mengenai penerapan konsep Green Construction pada pembangunan jalan di Indonesia harus
mulai digalakkan agar tercapai sustainabilitas.

22
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 2009. Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.

Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum

Mulmi, Abhiman Das. 2009. Green Road Approach in Rural Road Construction for the Sustainable

Development of Nepal. Journal of Sustainable Development.

iii

Anda mungkin juga menyukai