Penerapan-Aspek-Green-Construction-Pada-Konstruksi-Jalan-Raya
Penerapan-Aspek-Green-Construction-Pada-Konstruksi-Jalan-Raya
MAKALAH
SI-4097 KAPITA SELEKTA INFRASTRUKTUR
Oleh
RAISHA JAUHAR RATU PERMATA 15008012
REIZA RATRI DAMAYANTI 15008106
HANA SUGIANA 15008129
ARIF RACHMAN APPANDI 15009035
IKBAL RAHMATULLOH 15009037
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
BAB II KONSEP GREEN ROAD CONSTRUCTION ............................................................................................. 2
2.1. MINIMIZATION OF SLOPE CUTTING AND PRESERVATION OF THE VEGETATIVE COVER .............. 2
2.2. MASS BALANCING ......................................................................................................................... 3
2.3. ENVIRONMENT FRIENDLY CONSTRUCTION METHODS ................................................................ 3
2.4. PROPER WATER MANAGEMENT ................................................................................................... 3
2.5. ENVIRONMENT APPRAISAL ........................................................................................................... 3
2.6. BIOENGINEERING .......................................................................................................................... 3
BAB III METODE PELAKSANAAN GREEN CONSTRUCTION PADA PEMBANGUNAN JALAN ............................ 4
3.1. PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN ......................................... 8
3.1.1. Perencanaan Umum ............................................................................................................. 8
3.1.2. Pra Studi Kelayakan ............................................................................................................. 10
3.1.3. Studi Kelayakan ................................................................................................................... 11
3.1.4. Perencanaan Teknis ............................................................................................................ 12
3.1.5. Penyiapan Dokumen Lelang dan Dokumen Kontrak yang Mencantumkan Persyaratan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup .............................................................................. 12
3.1.6. Perencanaan Pengadaan Tanah .......................................................................................... 13
3.2. PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP ................................................................. 14
3.2.1. Kegiatan Pengadaan Tanah ................................................................................................. 14
3.2.2. Pekerjaan Konstruksi Jalan.................................................................................................. 15
3.2.3. Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan ............................................................................. 16
3.3. PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN ........................................ 17
3.3.1. Pemantauan pada Tahap Perencanaan .............................................................................. 18
3.3.2. Pemantauan pada Tahap Pengadaan Tanah ...................................................................... 18
3.3.3. Pemantauan pada Tahap Konstruksi .................................................................................. 18
3.3.4. Pemantauan pada Tahap Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan .................................... 19
3.3.5. Evaluasi Kualitas Lingkungan pada Pasca Pembangunan Jalan .......................................... 20
i
3.3.6. Pelaporan Hasil Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pemantauan Lingkungan
Hidup ............................................................................................................................................. 20
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................................... 22
4.1. SIMPULAN ................................................................................................................................... 22
4.2. SARAN ......................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................ iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan kegiatan ekonomi/bisnis dan
atau kegiatan sosial suatu masyarakat. Jalan merupakan infrastruktur penting yang mendukung
perekonomian suatu daerah sehingga pembangunan jalan akan terus dilakukan demi tercapainya
kondisi ekonomi dan sosial yang lebih baik. Di samping dampak positif yang timbul pada kehidupan
ekonomi dan sosial, pembangunan jalan dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Karena
pembangunan akan terus berlangsung dan tidak dapt ditahan, yang dapat dilakukan adalah
pengontrolan dan meminimalisasi dampak negatif yang timbul.
Karena pembangunan jalan sudah tidak bisa dilepas dari usaha penjagaan lingkungan hidup. Maka fungsi
teknik sipil, yang merancang konstruksi jalan maupun infrastruktur lain, harus selalu disertai dengan
analisis dampak terhadap lingkungan dan peranannya terhadap konservasi lingkungan. Interaksi antara
infrastruktur yang ada terhadap lingkungannya harus diperhatikan.
Green construction ialah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi dari
tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien
dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah. Gerakan konstruksi hijau ini juga
identik dengan sustainbilitas yang mengedepankan keseimbangan antara keuntungan jangka pendek
terhadap resiko jangka panjang,dengan bentuk usaha saat ini yang tidak merusak kesehatan, keamanan
dan kesejahteraan masa depan.
Sedangkan green road construction atau konstruksi jalan hijau secara spesifik adalah sebuah gerakan
berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi jalan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber
daya, serta berbiaya rendah.
1
BAB II
Pendekatan konsep Green Road Construction yang dapat dilakukan dapat dilihat pada gambar di bawah
ini
Pada konstruksi jalan konvensional, hasil dari proses penggalian langsung dibuang begitu saja tanpa
dimanfaatkan dan dapat merusak vegetasi di sekitarnya. Oleh karena itu dilakukan mass balancing agar
material yang digali dapat dimanfaatkan untuk proses penimbunan di bagian lain.
Kemudian, pohon-pohon di sekitar lokasi tidak boleh ditebang sampai jalan beroperasi. Tanaman yang
sesuai dikumpulkan dan ditanam untuk tujuan bioengineering misalnya penanaman bambu untuk
membantu stabilitas tanah. Selain itu bambu ini juga dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai
sumber mata pencaharian untuk menunjang kegiatan ekonomi.
2
2.2. MASS BALANCING
Metode konstruksi jalan konvensional menggunakan bulldozer dan alat berat lainnya dan tidak
memperdulikan penyeimbangan jumlah galian dan timbunan. Penggalian dan pembuangan pada
metode konvensional akan menyebabkan masalah lingkungan berupa perusakan lahan dan vegetasi.
Pada metode mass balancing, memotong kemiringan lereng menjadi setengah kali lebih kecil dan
menyebabkan kemiringan lereng menjadi lebih stabil.
Metode konstruksi yang digunakan harus ramah lingkungan, Misalnya menggunakan material daur
ulang, proses peledakan yang diganti menjadi menggunakan palu dan jack hammer, dan sebagainya.
Kemudian sebaiknya proses konstruksi harus meminimalisasi produksi karbon dioksida.
Proses perencanaan jalan harus memperhatikan agar aliran air tidak menggenang di perkerasan
sehingga dapat tahan lebih lama.
Perencanaan yang tidak baik dan rapid engineering mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan
seperti stabilitas lereng, pembuangan limbah, manajemen air, serta perlindungan vegetasi.
2.6. BIOENGINEERING
Bioengineering adalah penggunaan tanaman untuk menambah kekuatan stabilitas dan mengurangi
erositanah. Bioengineering dapat menjadi alat yang penting dalam proses konservasi lingkungan.
Metode ini merupakan sebuah tindakan preventif, bukan kuratif. Misalnya penggunaan tanaman
vetivier di sisi kereng jalan untuk meningkatkan stabilitas.
3
BAB III
Pedoman umum pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan mengatur tata cata
pembangunan jalan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup dalam suatu siklus
proyek. Siklusnya dapat dilihat melalui gambar berikut:
Ruang lingkup pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan sesuai dengan tahapan
kegiatan mencakup:
4
1) Perencanaan jalan
- Perencanaan umum
- Pra studi kelayakan
- Studi kelayakan
- Perencanaan teknis
2) Pembangunan jalan
- Pengadaan tanah
- Pelaksanaan konstruksi jalan
- Pengoperasian dan pemeliharaan jalan
3) Evaluasi pasca pembangunan jalan
- Evaluasi dan pengkajian hasil pembangunan jalan
5
Lokasi pengelolaan lingkungan hidup mencakup lokasi tapak proyek jalan, sumber
material beserta jalur pengangkutan material dan base camp (lokasi kantor proyek, bengkel,
barak pekerja, stockpile, lokasi penyimpanan dan pengoperasian alat berat dan lain-lain).
6
Secara umum studi lingkungan pada tahap pra konstruksi/perencanaan perlu sudah
dilaksanakan dengan baik, meskipun waktu pelaksanaannya terkadang tidak sesuai dengan
tahapan.Sayangnya terkadang hasil studi tersebut hanya berhenti sampai pada tahap
studi/rencana, dan tidak diaplikasikan dalam pengelolaan lingkungan dalam tahap konstruksi
maupun operasional. Beberapa kendala yang menyebabkan hal ini antara lain adalah: hasil
studinya sendiri tidak bisa diintegrasikan dalam desain/pelaksanaan konstruksi; kendala lainnya
adalah tidak ada satu klausul pun dalam dokumen lelang/dokumen kontrak menyinggung
masalah bagaimana pengelolaan lingkungan seharusnya dilaksanakan dalam pekerjaan
konstruksi dan juga menyangkut masalah pembiayaannya, sehingga dalam pelaksanaan
konstruksinya sendiri tidak ada kekuatan hukum yang mengikat kontraktor untuk melaksanakan
kegiatan pengelolaan dampak lingkungan.
7
3.1. PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
8
kewenangan dan ketentuan peraturan perundangundangan. Yang termasuk daerah
sensitif yaitu kawasan lindung dan kawasan tertentu di luar kawasan lindung.
Kawasan Lindung mencakup:
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya yaitu: kawasan
hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air;
2. Kawasan perlindungan setempat yaitu: sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;
3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya yaitu: kawasan suaka alam, kawasan suaka
alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai, kawasan pantai berhutan bakau,
taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka
margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
4. Kawasan rawan bencana alam yaitu: kawasan rawan letusan gunung berapi,
kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang dan kawasan rawan banjir;
5. Kawasan lindung lainnya yaitu: taman buru, cagar biosfer, kawasan perlindungan
plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa dan terumbu karang.
Sumber: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
9
9. Perpotongan jalan dengan jalur kereta api
10. Kawasan perbatasan negara
c. Konsultasi Masyarakat
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan, masyarakat
dapat ikut berperan dalam pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan
jalan.
Konsultasi masyarakat merupakan suatu forum keterlibatan masyarakat dalam
proses penyelenggaraan jalan. Pada saat pemilihan alternatif rute rencana
pembangunan jalan perlu dilakukan konsultasi dengan masyarakat untuk
menampung pendapat, usulan, saran dan tanggapan sebagai bahan pertimbangan
untuk pemilihan rencana rute jalan. Konsultasi masyarakat dilaksanakan dengan
berbagai metode dan dengan berbagai pemangku kepentingan antara lain yang
mewakili golongan/kelompok masyarakat yang terkena proyek, mewakili instansi,
lembaga swadaya masyarakat, mewakili kelompok profesi, dan mewakili instansi
pemerintah daerah.
10
Pada tahap perencanaan umum diperlukan penyaringan jenis studi lingkungan
berdasarkan pertimbangan kriteria dampak penting, peraturan tentang jenis kegiatan
yang wajib dilengkapi AMDAL atau wajib dilengkapi UKL-UPL. Hasil dari penyaringan ini
adalah jenis kajian studi lingkungan yang harus dilaksanakan untuk suatu rencana
kegiatan apakah itu AMDAL, UKL/UPL atau SOP/wajib membuat surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Studi kajian lingkungan
tersebut akan dilakukan pada tahap studi kelayakan/Perencanaan.
b. Pelingkupan Isu Lingkungan
Pelingkupan isu lingkungan merupakan kajian awal lingkungan hidup yang berupa
penentuan pelingkupan dampak potensial berdasarkan identifikasi dampak, evaluasi
dan klasifikasi dampak serta prioritas dampak penting. Hasil pelingkupan ini
selanjutnya merupakan bahan penyusunan Kerangka Acuan ANDAL. Hasil kajian awal
lingkungan ini juga merupakan bagian dari laporan pra studi kelayakan.
11
jalan juga wajib memberikan pernyataan akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
pengelolaan lingkungan hidup.
12
Berdasarkan Undang-Undang nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan kerja, keteknikan,
keamanan dan kesehatan perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk
menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Agar pekerjaan konstruksi
jalan dan pengelolaan lingkungan hidup dapat dilaksanakan dengan baik dan benar, maka
persyaratan pengelolaan lingkungan hidup yang telah diuraikan dalam dokumen RKL-RPL atau
UKL-UPL harus dijadikan acuan dalam dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan
konstruksi jalan, termasuk besarnya biaya pengelolaan lingkungan hidup yang diperlukan.
Bagi kegiatan pembangunan jalan yang tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL atau
dokumen UKL-UPL maka perlu memasukkan Pedoman Mitigasi Dampak Standar Pekerjaan Jalan
Tahap Konstruksi dalam dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi jalan.
Tahapan ini seringkali tidak/belum dilakukan, sehingga menjadi titik lemah dalam
pelaksanaan pengelolaan lingkungan selama konstruksi, karena biaya yang dibutuhkan dalam
mengelola dampak lingkungan belum dimasukkan dalam dokumen kontrak.
13
mendapatkan informasi, saran, pendapat, harapan dan kesepakatan yang akan menjadi acuan
dalam proses pengadaan tanah yang akan dilaksanakan.
Berbeda dengan penyiapan dokumen AMDAL atau UKL/UPL yang sifatnya wajib untuk
disiapkan/dibuat untuk mendapatkan rekomendasi kelayakan lingkungan suatu rencana
kegiatan, dan keharusannyapun diatur oleh Undang-Undang/Peraturan Pemerintah/Peraturan
Menteri, maka penyiapan dokumen LARAP dalam pengadaan lahan sifatnya adalah
himbauan/anjuran. Tidak ada peraturan yang mengharuskan pembuatannya/penyusunannya,
yang ada adalah peraturan bagaimana pengadaan tanah tersebut dilaksanakan. Studi analisis
dampak sosial (yang menghasilkan rekomendasi berupa dokumen LARAP) merupakan kajian
lanjutan yang lebih mendalam dari kajian aspek sosial dalam dokumen AMDAL/UKL-UPL.
Pelaksanaan studinya bisa dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan studi AMDAL/UKL-UPL.
14
kegiatan usaha, berubahnya aset dan terganggunya kegiatan sosial akibat pembebasan tanah
dan atau pemukiman kembali.
Pelaksanaan pengadaan tanah ketentuannya mengacu pada Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden
Nomor 36 tahun 2006, tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk
Kepentingan Umum dan sebagaimana yang diubah dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 65 tahun 2006. Pada tahap ini, kegiatan pengadaan tanah dilaksanakan
berdasarkan pada rencana pengadaan tanah (LARAP) yang telah disusun pada tahap
sebelumnya. Pengalaman menunjukkan bahwa LARAP sangat bermanfaat sebagai acuan dalam
melaksanakan pembebasan tanah untuk pembangunan jalan.
15
d) Penanganan dampak akibat pekerjaan badan jalan
e) Penanganan dampak akibat pekerjaan jembatan
f) Penghijauan dan pertamanan
g) Penanganan dampak akibat pemasangan perlengkapan jalan
h) Penanganan dampak akibat sisa pembersihan lahan dan sisa pekerjaan
konstruksi
b. Di lokasi quarry dan jalur angkutan material
1) Penanganan dampak akibat pengambilan material bangunan di quarry
2) Penanganan dampak akibat pengangkutan material bangunan
c. Di lokasi basecamp
Penanganan dampak akibat pengoperasian base camp.
Pemantapan RKL atau UKL mungkin diperlukan apabila terjadi perubahan atau revisi
desain saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
16
4) Penanganan dampak berubahnya penggunaan lahan
5) Penanganan dampak terhadap genangan atau banjir
b. Penanganan dampak akibat pemeliharaan jalan
1) Penanganan dampak terhadap gangguan lalu lintas
17
3.3.1. Pemantauan pada Tahap Perencanaan
Pemantauan pada tahap perencanaan mencakup pemantauan terhadap kegiatan
perencanaan umum, pra studi kelayakan, studi kelayakan, dan perencanaan teknis jalan yang
mengintegrasikan dan menerapkan aspek lingkungan pada setiap kegiatannya.
18
2) Pemantauan fauna (terganggunya habitat, mobilitas satwa, keberadaan jenis dan
statusnya).
c. Pemantauan komponen sosial ekonomi budaya
1) Pemantauan kesempatan kerja yang dapat diserap penduduk lokal;
2) Pemantauan kecemburuan sosial;
3) Pemantauan terganggunya hubungan sosial (kekerabatan) dan aksesibilitas;
4) Pemantauan kerusakan jalan;
5) Pemantauan gangguan atau kerusakan utilitas umum;
6) Pemantauan kondisi lalu lintas.
d. Pemantauan komponen kesehatan masyarakat
1) Pemantauan kondisi kesehatan masyarakat;
2) Pemantauan sanitasi;
3) Pemantauan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
19
3.3.5. Evaluasi Kualitas Lingkungan pada Pasca Pembangunan Jalan
Evaluasi kualitas lingkungan adalah kegiatan untuk mengkaji dan menilai kondisi
lingkungan sepanjang koridor jalan terkait dengan pengoperasian jalan. Tujuan evaluasi adalah
untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk perbaikan kinerja
pemrakarsa secara menerus (continual improvement).
Evaluasi mencakup:
a. Evaluasi kecenderungan (trend evaluasi)
Evaluasi kecenderungan adalah evaluasi untuk melihat kecenderungan (trend)
perubahan kualitas lingkungan dalam suatu rentang ruang dan waktu. Untuk
melakukan evaluasi ini memerlukan data seri hasil pemantauan.
b. Evaluasi tingkat kritis
Evaluasi tingkat kritis adalah evaluasi untuk menilai tingkat kritis (critical level) dari
suatu dampak pada suatu ruang dan waktu apakah melampaui baku mutu atau
standar lainnya.
c. Evaluasi penaatan
Evaluasi penaatan adalah evaluasi terhadap tingkat kepatuhan dari pemrakarsa
kegiatan untuk memenuhi berbagai ketentuan yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan dan pemantauan lingkungan hidup. Pada evaluasi kualitas lingkungan ini
perlu membuat suatu kesimpulan yang memuat hal-hal penting yang dihasilkan dari
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Selain itu juga perlu
menguraikan temuan dan usulan untuk perbaikan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup selanjutnya dan perbaikan kinerja pemrakarsa dalam
merencanakan dan ] melaksanakan pembangunan jalan.
20
pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan
hidup (RPL) kepada instansi yang membidangi pengendalian dampak lingkungan hidup.
Format pelaporan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
nomor 45 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
21
BAB IV
Konsep green road contruction di Indonesia masih belum dilaksanakan. Belum ada peraturan atau
kebijakan pemerintah mengenai penggunaan konsep ini sehingga khususnya pada pembangunan jalan
tidak ada proyek yang sudah benar-benar menerapkan konsep green road construction.
4.2. SARAN
Peraturan mengenai penerapan konsep Green Construction pada pembangunan jalan di Indonesia harus
mulai digalakkan agar tercapai sustainabilitas.
22
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. 2009. Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.
Mulmi, Abhiman Das. 2009. Green Road Approach in Rural Road Construction for the Sustainable
iii