Anda di halaman 1dari 12

BAGIAN ILMU ANESTESI, TERAPI INTENSIF DAN MANAJEMEN NYERI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN KASUS
FEBRUARI 2014

MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN TUMOR PALATUM

Disusun oleh:
Benhardy Rambu Tandung

PEMBIMBING
dr. Maya Suyata

KONSULEN
dr. Wahyudi, Sp.An-KAP

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ANESTESI, TERAPI INTENSIF DAN MANAJEMEN NYERI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
1

IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. N
 RM : 292265
 Tgl Lahir/Umur : 01-07-1958 / 55 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Pangkep
 Pekerjaan : Nelayan
 Agama : Islam
 Status perkawinan : Kawin
 Tgl Masuk RS : 6 Februari 2014
 Ruangan : Baji Kamasse II RSLB
Bagian2 Anestesi FK Unhas

1
ANAMNESIS

Keluhan Utama : Benjolan pada langit-langit mulut.

Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak kurang lebih sejak +/- 10


tahun yang lalu, sebelum masuk RS. Awalnya
muncul benjolan kecil, dan kemudian
membesar secara perlahan. Nyeri dirasakan.
Pasien awalnya tidak ada keluhan, namun
kelamaan karena benjolan yang semakin
besar disertai rasa nyeri membuat pasien
merasa terganggu

Bagian3 Anestesi FK Unhas

PEMERIKSAAN FISIS

 Status Generalis : Sakit sedang/gizi cukup/composmentis


 Vital sign: TD : 120/80 mmHg
N : 80 kali/menit
P : 16 kali/menit
S : 36,5 °C

Bagian4 Anestesi FK Unhas

2
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
 Bentuk kepala : mesosefal, simetris, deformitas (-), tanda
trauma (-)
 Rambut : hitam, distribusi rata, tidak mudah
dicabut
 Nyeri tekan : (-)
 Mata : konjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/), radang (-/-)
 Hidung : simetris, deformitas (-), sekret (-), darah (-)
 Mulut : tidak ada gangguan dalam membuka rahang, tampak arkus
faring, tampak benjolan sebesar bola pingpong, ulkus tidak
ada, pus tidak ada, perdarahan tidak ada dan hiperemis
tidak ada, teraba benjolan kurang lebih 6x6 cm, konsistensi
padat keras, immobile, permukaan sedikit tidak rata, nyeri
tekan ada, susunan gigi baik
 Telinga : nyeri tekan tragus (-), darah (-)

Dada
a. Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak kuat angkat
 Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC IV linea midclavicula
sinistra, tidak kuat angkat
 Perkusi : batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)
b. Pulmo
 Inspeksi : Dinding dada intak, tanda trauma (-), deformitas (-),
gerakan pernapasan simetris tipe torakoabdominal
 Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler (+) normal, suara tambahan (-)

3
Abdomen
 Inspeksi : Kulit abdomen intak, jejas (-), sikatrik (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+) normal
 Palpasi : Nyeri tekan (-)Mc Burney, nyeri tekan lepas (-), tidak
teraba massa (-), Ballotement (+)
 Perkusi : Timpani, pekak beralih (-)

Ekstremitas
tanda trauma (-/-), deformitas (-/-), keterbatasan gerak (-/-), hangat (+/+),
pucat (-/-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hematologi
WBC : 3,2 x 103/ul
RBC : 4,81 x 106/ul
HGB : 12,6 g/dl
HCT : 37,6 %
PLT : 142^103/ul

4
DIAGNOSIS KERJA

 Tumor Palatum
 Status ASA PS 3

PENATALAKSANAAN
 Eksisi tumor
 Anestesi tipe GETA

10

5
INSTRUKSI PRE OP ANESTESI
 Alprazolam 1x0,5mg
 IVFD RL 20tpm
 Puasa minimal 8 jam pre-op
 Antibiotik 1gr, 1 jam pre-op

11

ANESTESI DI OK

 Preoperatif
Antibiotik profilaksis 1 gr preoperatif
 Premedikasi
Ranitidin 50 mg IV, Fentanyl 80 mcg
 Intubasi
Atracrium 20mg, Identifikasi plica vocalis (+), lidocain 2% spray,
insersi ETT ID 6,5, kembangkan cuff, periksa bunyi pernapasan,
fiksasi ETT.
 Maintenance: O2 4 lpm + isofluran 1-1,5%
 Operasi selesai, ekstubasi, pasien di pindahkan ke ruang
recovery room.

12

6
DISKUSI

13

Nyeri adalah rasa indrawi dan pengalaman emosional yang


tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan
yang nyata atau berpotensi rusak atau tergambarkan
seperti itu.

14

7
KLASIFIKASI NYERI
NYERI

DURASI
MEKANISME

AKUT KRONIK NOSISEPTIF NEUROPATIK

VISERAL PERIFER SENTRAL


SOMATIK

SOMATIK DALAM KUTANEUS

Bagian Anestesi FK Unhas

LINTASAN NYERI

TRANSMISI

Bagian16Anestesi FK Unhas

8
PENGUKURAN INTENSITAS NYERI

Bagian17Anestesi FK Unhas

Wong-Baker Faces Pain


Rating Scale

Verbal Rating Scale


(VRS)

Numerical Rating Scale


(NRS)

Bagian18Anestesi FK Unhas

9
PENATALAKSANAAN

 Kombinasi analgesia opioid dan anestesi lokal melalui


epidural memiliki efek superior dibanding jalur sistemik.

Bagian19Anestesi FK Unhas

MANFAAT ANALGESIA EPIDURAL

 Analgesia yang sangat baik sebagai manajemen nyeri


pasca operasi.
 Kombinasi opioid dengan anestetik lokal bekerja secara
sinergis untuk menghasilkan analgesia yang lebih baik
dengan efek samping yang minimal.
 Mobilisasi menjadi lebih cepat.

Bagian20Anestesi FK Unhas

10
INDIKASI

 Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah.

Bagian21Anestesi FK Unhas

Kombinasi Opioid Dengan Anestesi Lokal

 Anestetik lokal bekerja melalui penghambatan konduksi 


mencegah aliran ion Na+ melalui saluran Na+ 
memperlambat tingkat depolarisasi  potensial aksi tidak
terjadi  menghambat tansmisi impuls saraf.
 Opioid bekerja sebagai agonis reseptor opioid
menghambat pelepasan neurotransmiter.
 Kombinasi keduanya menghasilkan efek sinergis sehingga
hanya diperlukan dosis sangat rendah dari masing-masing
obat.
 Bupivacaine  blok motorik minimal.
 Kombinasi fentanyl dan bupivacaine diberikan dengan infus
kontinu menghasilkan analgesia yang baik.
Bagian22Anestesi FK Unhas

11
KESIMPULAN

 Nyeri yang dirasakan pasien merupakan nyeri akut


disebabkan oleh rangsangan mekanik yaitu luka (insisi).
 Nyeri menurun seiring proses penyembuhan
 Kombinasi analgesia opioid dan anastesi lokal sebagai
multimodal analgesia  dosis yg diberikan kecil  efek yg
sinergis dan efek samping minimal.

Bagian23Anestesi FK Unhas

Terima Kasih

24

12

Anda mungkin juga menyukai