Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Manusia dan Alam Semesta

Diposting oleh E-learningpendidikan di 04.55.00

Hubungan manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Manusia sebagai makhluk hidup tentu untuk mempertahankan hidupnya pastilah
membutuhkan alam semesta sebagai tempat untuk hidup. Akan tetapi disamping itu alam satu
sama lain semesta akan dapat terjamin kelangsungan dan kelestariannya sangat tergantung pada
manusia. Dalam konteks ilmu alam inilah yang disebut dengan simbiosis mutualisme bahwa
antara manusia dan alam semesta memiliki ketergantungan .

Pada dasarnya manusia dengan seluruh potensi yang dimilikinya sangat memahami bahwa
dirinya adalah satu-satunya makhluk yang bertanggung jawab terhadap kelestarian alam semesta
disamping peran sunnatullah yang diemban seluruh makhluk hidup. Jika mencoba menelusuri
secara lebih jauh, maka pada dasarnya hubungan manusia dengan alam semesta dapat dibagi ke
dalam dua bahagian yaitu hubungan historis dan hubungan fungsional.

Hubungan Historis Manusia dan Alam Semesta


Pembicaraan tentang hubugan historis manusia dan alam semesta tentu dapat dimulai dari
penelusuran terhadap asal muasal manusia sebagai bagian dari alam semsta ini. Asal usul
manusia dikaitkan dengan keberadaan alam semesta merupakan topik menarik. Kapankah
manusia pertama hadir dimuka bumi ini? Makhluk apakah yang menjadi nenek moyang manusia
dan bagaimana proses penurunan dan perubahan-perubahannya?

Ilmu pengetahuan manusia sudah mencoba untuk memberikan jawaban ilmiah tentang asal
usul manusia itu yang diawali dengan teori evolusi Darwin yang meskipun pada akhirnya temuan
ini dianggap sebagai kesimpulan yang serampangan dan mengaburkan fakta. Seperti temuan
Ramapithecus yang berusia 15 juta tahun dan Oreopithecus yang berusia 12 juta tahun,
Australopithecus yang hidup kira-kira pada 4 juta sampai 600.000 tahun yang lalu,
Pithecanthropus Erectus yang hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu, Nanderthal yang hidup
sekitar 1.000.000-500.000 tahun yang lalu. Akan tetapi temuan ini masih memunculkan tanda
tanya para ahli apakah manusia yang di kenal sebagai manusia modern seperti sekarang ini
merupakan akibat dari proses evolusi.

Kesenjangan bukti-bukti ilmiah telah melemahkan hipotesis bahwa manusia adalah


perkembangan lebih lanjut dari keluarga pritama. Juka pun ada pada suatau hari mungkin
ditemukan bukti pormula yang menghubungkan manusia dengan nenek moyang hewan, maka
hal itu adalah merupakan lompatan yang luar biasa pada pertambahan informasi genetic. Hanya
dengan lompatan tersebut terbentuk suatu keturunan dengan ciri-ciri manusiawi yang
mengandung kemungkinan-kemungkinan evolusi meneju bentuk homo sapiens. Akan tetapi
sesungguhnya dari hasil tersebut dapat dimaknai bahwa sepanjang sejarah manusia sampai
sekarang keterkaitan dengan lingkungan alam semesta sangat tinggi.

Hubungan Fungsional Manusia dan Alam Semesta

Bagaimanapun proses penciptaan manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Teori
cosmozoa yang menyatakan bahwa manusia berasal dari luar angkasa, kenyataannya kurang
mendapat tempat tempat dikalangan ilmuan. Bukti-bukti ilmiah yang memperkuat hai itu pu
cukup kuat. Sebaliknya pembahasan semakin mengarahkan bahwa bahan baku manusia berasal
dari bumi tempat manusia itu sendiri berpijak. Dalam sistem kosmos manusia dan alam semesta
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki keunggulan dalam system
kesadaran maka alam semesta merupakan sebuah obyek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia tinjauan manusia tentang alam mendekatkan manusia kepada tata laku penciptaannya
dan dengan demikian mempertajam persepsi batin manusia untuk mendapatkan suatu
penglihatan yang lebih dalam mengenai itu. Pengetahuan mengenai alam akan menambah
kekuatan manusia mengatasi alam dan memberinya pandangan total tak berhingga yang telah
dicari oleh filsafat tetapi tak didapat.

Penglihatan terhadap hakikat tanpa kekuatan untuk melakukannya akan dapat memberikan
peningkatan moral tetapi tidak akan dapat memberikan peningkatan kebudayaan yang abadi.
Sebaliknya, kekuatan tanpa pengelihatan cenderung untuk menjadi destruktif dan dan tak
berperikemanusiaan. Keduanya harus digabungkan agar supaya perluasan rohaniah kemanusiaan
dapat terlaksana.

Kemajuan pengetahuan terhadap alam dalam posisi sebagai sumber kehidupan yang tiada
batasnya. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan semakin terasa hubuna saling
ketergantungan antara manusia dan alam semesta ini. Manusia tunduk dalam hukum-hukum
alam fisik dan tak mampu menubahnya, akan tetapi mampu mengatasinya. Ia dapat mengambil
jarak sekaligus menjadi bagian dari alam.

Namun keharmanisan tidak senantiasa menghiasi hubungan antara manusia dengan alam
semesta. Pada suatu saat, tatkala kehidupannya masih sangat sederhana, insting-insting manusia
berjalan bersesuaian dengan sifat-sifat hukum alam. Manusia hidup digua-gua, berburu dengan
kapak dan panah batu serta memakan makanan yang alamiah. Tetapi perkembangan pengetahuan
manusia dalam merespons berbagai kesulitan yang terkait dengan penyesuaian diri dengan alam
pada akhirnya membuahkan kreasi-kreasi “mengungguli” sifat-sifat alam. Eksploitasi terhadap
alam merusak keseimbangan hubungan yang telah berlangsung bermilyar-milyar tahun. Krisis
global lingkungan mengganggu hubungan antara manusia dan alam pada saat ini.

Anda mungkin juga menyukai