P01031114075
2017
PENGARUH PERSENTASE SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS KELAPA
TERHADAP DAYA TERIMA BOLU KUKUS
P01031114075
ii
PERNYATAAN PESETUJUAN
Menyetujui:
Mengetahui:
Ketua Jurusan
iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN GIZI LUBUK PAKAM
KTI, 25 JUNI 2017
ABSTRAK
Analisiis data untuk uji organoleptik dilakukan dengan ANOVA pada taraf
signifikan 5% yang diteruskan dengan uji Duncan pada taraf signifikan 5%. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh persentasi substitusi tepung
ampas kelapa terhadap daya terima bolu kukus.
iv
HEALTH POLYTECHNIC OF HEALTH MINISTRY OF MEDAN
MAJORING IN NUTRITION
KTI, 25th JUNE 2017
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan
shalawat beriring salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Karya Tulis
Ilmiah ini berjudul “Pengaruh Persentase Substitusi Tepung Ampas Kelapa
terhadap Daya Terima Bolu Kukus”.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bernike Doloksaribu, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Lubuk
Pakam Poltekkes Kemenkes Medan
2. Dr. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah.
3. Herta Masthalina, SKM, M.PH selaku penguji 1 yang telah memberikan
saran dan masukan kepada penulis.
4. Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes selaku penguji 2 yang telah memerikan
saran dan masukan kepada penulis.
5. Orangtua dan keluarga penulis yang senantiasa memberikan doa dan
dukungan .
6. Rekan - rekan seperjuangan yang turut membantu dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna
untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang berguna untuk
perbaikan dan menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga apa yang telah
ditulis bisa menambah pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
ABSTRAK..................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR..................................................................................................vi
DAFTAR ISI...............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 3
Kelapa........................................................................................ 6
B. Tepung Terigu................................................................................ 9
C. Bolu Kukus.................................................................................... 10
vii
4. Bahan Penyusun Bolu Kukus................................................... 12
D. Panelis........................................................................................... 14
E. Uji Organoleptik............................................................................. 15
F. Kerangka Konsep.......................................................................... 16
G. Defenisi Operasional..................................................................... 17
H. Hipotesis........................................................................................ 17
D. Alat................................................................................................ 20
E. Bahan............................................................................................ 21
F. Prosedur Penelitian....................................................................... 21
A. Warna........................................................................................... 24
B. Tekstur.......................................................................................... 25
C. Rasa............................................................................................. 27
D. Aroma........................................................................................... 28
A. Kesimpulan................................................................................... 30
B. Saran............................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 31
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... 32
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4 Defenisi Operasional............................................................................... 17
6 Layout Percobaan................................................................................... 19
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2 Kerangka Konsep..................................................................................... 16
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
3 Formulir Isian Untuk Uji Daya Terima Bolu Kukus Ampas Kelapa............ 35
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan
baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyimpanan,
pengolahan,dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU tentang Pangan
No. 18 Tahun 2012).
1
kelapa telah dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biskuit tepung
ampas kelapa (Widarta, 2013), brownies tepung ampas kelapa (Setiawati, 2015),
roti manis, roti tawar dan untuk memanir nugget, lumpia, dll (Putri, 2010). Dari
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tepung ampas kelapa dapat
dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai jenis olahan pangan menggantikan
sebagian tepung terigu.
Bolu kukus termasuk salah satu jenis jajanan pasar yang sudah lama
dikenal yang dijual dimana–mana seperti di pasar tradisional, pasar swalayan,
ataupun di toko–toko kue besar dan kecil. Bahkan sekarang ini, bolu kukus telah
banyak dijual oleh pedagang keliling dengan menggunakan sepeda atau pikulan
yang menjajakan dari rumah ke rumah. Bahan utama yang digunakan dalam
pembuatan bolu kukus yaitu tepung terigu. Namun demikian, tepung terigu
dapat divariasikan dengan bahan makanan lain seperti singkong, havermut,
kentang, jagung dll, sehingga dapat menghasilkan bolu kukus dengan cita rasa
yang berbeda. Selain itu juga dapat ditambahkan berbagai macam sayuran
seperti wortel, bit dan kacang hijau sehingga menghasilkan bolu kukus dengan
variasi yang beranekaragam.
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh persentase komplementasi tepung ampas
kelapa terhadap daya terima bolu kukus.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh komplementasi tepung ampas kelapa pada
pembuatan bolu kukus terhadap uji organoleptik
2. Tujuan Khusus
a. Menilai warna bolu kukus dengan komplementasi tepung
ampas kelapa.
b. Menilai tekstur bolu kukus dengan komplementasi tepung
ampas kelapa.
c. Menilai rasa bolu kukus dengan komplementasi tepung ampas
kelapa.
d. Menilai aroma bolu kukus dengan komplementasi tepung
ampas kelapa.
e. Menganalisis daya terima terhadap bolu kukus dengan
komplementasi tepung ampas kelapa.
D. Manfaat penelitian
1. Menambah penganekaragaman pengolahan bolu kukus.
2. Meningkatkan nilai ekonomis ampas kelapa.
3. Sebagai sumber informasi mengenai komplementasi tepung
ampas kelapa pada pembuatan bolu kukus.
4. Mengembangkan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
menyusun karya tulis ilmiah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
b. Alat Pembuatan Tepung Ampas Kelapa
Alat-alat yang digunakan untuk pmbuatan tepung ampas kelapa
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Alat yang digunakan dalam pembuatan tepung ampas kelapa
No Alat Jumlah Satuan
1 Cabinet dryer 1 Buah
2 Blender 1 Buah
3 Ayakan 1 Buah
4 Waskom 1 Buah
Ampas Kelapa
Dijemur/dioven
Diblender
Diayak
Tepung Ampas
Kelapa
5
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tepung Ampas Kelapa
Beberapa hal yang merupakan dasar penentuan kualitas tepung
ampas kelapa menurut Putri (2010) adalah:
a. Tingkat (Derajat) Keputihan
Tingkat keputihan tepung ampas kelapa dipengaruhi oleh
penentuan/pemilihan bahan baku; proses pembuatan; kualitas air
yang digunakan selama proses pembuatan; tingkat kebersihan
proses produksi; pengemasan dan penyimpanan (sebaiknya di
tempat yang kedap udara dan air); terbebas dari bau tak sedap.
6
4. Sifat Fisik Tepung Ampas Kelapa
a. Derajat Putih
Derajat putih menunjukkan tingkat warna yang dimiliki oleh
bahan komoditas. Derajat putih tepung dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain senyawa fenol dan aktivitas enzim fenolase atau
polifenol oksidase, adanya pigmen dalam ampas kelapa serta
adanya lapisan luar di kulit daging kelapa yang dapat membawa
kotoran sehingga memberikan kenampakan yang lebih buruk
(derajat putih jelek). Tepung ampas kelapa mempunyai derajat
putih yang tinggi (90,00). Tepung ampas kelapa tersebut
mempunyai derajat putih yang lebih tinggi dibandingkan tepung
terigu (82,17).
b. Bentuk dan Ukuran Granula tepung Ampas Kelapa
Bentuk dan ukuran granula tepung ampas kelapa adalah
bulat dan serpihan. Bentuk dan ukuran granula dipengaruhi oleh
jenis bahan dasar tepung sehingga mempunyai bentuk dan
ukuran yang spesifik. Sifat-sifat fisik tepung seperti viskositas
dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran granula. Semakin besar
ukuran granula, cenderung memiliki viskositass yang tinggi.
c. Konsistensi Gel
Konsistensi atau kemantapan gel merefleksikan sensasi
terhadap tekstur suatu bahan. Tepung ampas kelapa memiliki
konsistensi gel yang keras (23 mm). Hal ini disebabkan karena
tepung ampas kelapa mempunyai kandungan amilosa
dibandingkan jenis pati lainnya sehingga mempunyai kemampuan
memegang air yang lebih rendah dibanding pati lainnya
d. Viskositas Pasta
Viskositas atau kekentalan adalah daya alir bahan
terhadap suatu gaya atau tekanan. Tepung ampas kelapa
mempunyai viskositas sangat rendah (0,000075) karena tingginya
kandungan amilosa tepung ampas kelapa.
e. Penyerapan dan Kelarutan Air
Tepung ampas kelapa mempunyai niali kelarutan air
94,62% dan nilai penyerapan air 0,34% karena kandungan
amilosa tepung ampas kelapa yang cukup tinggi.
7
f. Tekstur Tepung Ampas Kelapa
Tekstur yang dihasilkan dari tepung ampas kelapa dapat
dibuat lebih variatif sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
penggunaan. Tepung ampas kelapa dibawah 40 mesh dapat
digunakan sebagai tepung panir pada berbagai produk makanan
seperti tepung panir pada umumnya. Tepung ampas kelapa 40-
100 mesh hasil yang diperoleh lebih lembut dan dapat digunakan
sebagai bahan substitusi pada berbagai macam prosuk pangan.
8
Pemanfaatan tepung ampas kelapa menjadi biskuit
menggunakan metode yang sederhana, dimana telur, margarin,
dan gula halus dimixer kemudian ditambahkan tepung komposit
dan susu bubuk selanjutnya diuleni sampai kalis. Setelah itu
adonan dibuat lembaran tipis, dicetak lalu dipanggang.
Pengolahan tepung ampas kelapa menjadi biskuit ternyata
menarik perhatian masyarakat karena cara pembuatannya yang
mudah dan menggunakan peralatan yang sederhana.
Pengenalan dan penerapan teknologi ini sudah dapat menyentuh
salah satu kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam
membantu usaha dan menambah pengetahuan serta
keterampilan (Widarta, 2013)
B. Tepung Terigu
1. Pengertian Tepung Terigu
Tepung gandum/terigu adalah tepung atau bubuk halus yang dihasilkan
dari proses penggilingan biji gandum, dan digunakan sebagai bahan dasar
pembuat kue, mie dan roti serta bahan makanan lainnya. Kata terigu dalam
bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis, trigo, yang berarti "gandum"
(Aptindo, 2014). Tepung terigu mengandung gluten yang merupakan protein
yang menggumpal, bersifat elastis serta akan mengembang bila dicampur
dengan air. Gluten akan menentukan hasil produk karena gluten akan
mempengaruhi jaringan atau kerangka yang akan mempengaruhi baik tidaknya
produk. Baik tidaknya suatu produk akan diitentukan oleh baik tidaknya jaringan,
baik tidaknya jaringan akan ditentukan oleh kuatnya gluten, kuat tidaknya gluten
dipengaruhi banyak tidaknya kandungan protein, banyak sedikitnya kandungan
protein akan ditentukan oleh jenis tepung yang digunakan (Subagjo, 2007 dalam
Andriani 2012).
9
2. Jenis-jenis Tepung Terigu
10
Mutu terigu yang dikehendaki adalah terigu yang mempunyai kandungan
air 14%; kadar protein 8-12%; kadar abu 0,25-1,60%; dan gluten basah 24-36%.
Adanya kandungan tepung terigu tersebut maka fungsi tepung terigu membentuk
jaringan dan kerangka dari roti sebagai akibat dari pembentukan gluten. Protein
yang ada di dalam tepung terigu yang tidak larut dalam air akan menyerap air
dan ketika diaduk/diulen akan membentuk gluten yang akan menahan gas CO2
hasil reaksi ragi dengan pati di dalam tepung.
C. Bolu Kukus
1. Pengertian Bolu Kukus
Bolu kukus yaitu kue yang dihasilkan dari pencampuran tepung
terigu, gula, telur, baking powder, emulsifier, vanili dan air dan
diselesaikan dengan cara dikukus.Bolu kukus terkenal dengan ciri
khasnya memakai paper cup dengan kue yang merekah diatasnya.
11
3. Pembuatan Bolu Kukus secara Umum (Andie dan Hadi, 2014)
Bahan:
Tepung terigu 100 gram
Gula pasir 100 gram
Susu cair 100 ml
Telur ayam 1 butir
Emulsifier 1 sdt
Baking powder ½ sdt
Vanili ¼ sdt
Alat:
Mixer, sendok, waskom, kukusan, cetakan bolu kukus, serbet, paper cup,
ayakan.
Prosedur pembuatan bolu kukus:
1. Campur semua bahan, kocok hingga putih dan kaku
2. Tuang adonan dalam cetakan bolu kukus berlubang beralas paper
cup hingga ¾ tinggi cetakan
3. Kukus dengan api besar hingga kue matang selama 20 menit.
4. Angkat dan sajikan
12
c. Gula Pasir
Gula pasir berfungsi memberi rasa manis, membantu
mengempukkan kue, melemaskan adonan, dan memberi warna pada
kue. Warna dan bentuk gula pasir mempengaruhi tekstur bolu kukus.
Gula pasir yang pekat atau kekuningan menghasilkan bolu kukus yang
kekuningan juga. Sebaiknya pilih gula pasir yang berwarna putih atau
cerah dan berbutir kecil agar mendapat tekstur bolu kukus yang pas.
d. Cake Emulsifier
Cake emulsifier berfungsi untuk mengembangkan atau memberi
volume pada bolu, membuat adonan menjadi homogen, dan juga
melembutkan tekstur bolu. Biasanya cake emulsifier lebih dikenal dengan
sebutan SP/Ovalet/TBM.
e. Vanili
Vanili berfungsi untuk menambah atau menguatkan aroma pada
bahan bolu kukus serta menghilangkan bau amis dari telur.
f. Bahan Pengembang
Pengembang adonan merupakan senyawa kimia yang akan
terurai menghasilkan gas di dalam adonan. Salah satu bahan
pengembang yang sering digunakan adalah baking powder. Baking
powder menghasilkan rasa yang netral dan tekstur berpori kecil tapi
cenderung lebih beremah.
g. Sari Wortel
Wortel (Daucus carrota L.) memiliki peranan penting bagi
kesehatan tubuh, karena kandungan gizi wortel terutama beta karoten
merupakan sumber provitamin A. Senyawa beta karoten dalam tubuh
diubah menjadi vitamin A yang berperan dalam menjaga pertahanan dan
kekebalan tubuh, menjaga kesehatah kulit, Karotenoid dapat mengurangi
resiko penyakit jantung. Selain kandungan provitamin A yang tinggi,
wortel juga mengandung vitamin C dan vitamin B serta mengandung
mineral terutama kalsium dan fosfor. α- dan β-karoten adalah pigmen
karotenoid utama yang menyebabkan warna kuning dan jingga. β-karoten
biasanya mencapai sedikitnya 50% sehingga bisa digunakan sebagai
pewarna alami untuk produk makanan (Febrihantana, 2014). Dalam 236
ml sari wortel mengandung energi 94 kkal, lemak 0,35 gr, karbohidrat
21,9 gr, serat 1,9 gr dan protein 2,24 gr (Wikipedia).
13
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Bolu Kukus
Menurut Andriani (2012 dalam Trianita 2016), faktor keberhasilan
dalam pembuatan bolu kukus adalah dengan cara mengaduk adonan dan
mengukus adonan, misalnya waktu pengadukan yang terlalu lama atau
terlalu sebentar ataupun pengukusnya tidak sempurna yang bisa
membuat bolu kukus tidak mekar atau mengembang. Selain itu, faktor
keberhasilan yang dapat membuat adonan bolu kukus mengembang dan
mekar sempurna adalah telur serta bahan tambahan berupa emulsifier
dan air soda. Selain itu tingkat pengembangan bolu kukus dipengaruhi
oleh kandungan gluten pada tepung terigu. Semakin banyak tepung terigu
yang digunakan maka akan dihasilkan tingkat pengembangan yang
semakin baik, karena tepung terigu banyak mengandung gluten, gluten
bila dipanaskan akan membentuk gelembung udara di dalam adonan dan
hal ini dapat berpengaruh terhadap tingkat pengembangan (Widayati,
2001 dalam Inayah, 2017).
D. Panelis
Panelis merupakan anggota panel atau orang yang terlibat dalam
penilaian organoleptik dari berbagai kesan subjektif produk yang disajikan.
Panelis merupakan instrumen atau alat untuk menilai mutu dan analisa sifat-sifat
sensorik suatu produk. Dalam pengujian organoleptik dikenal beberapa macam
panel. Penggunaan panel-panel ini berbeda tergantung dari tujuan pengujian
tersebut (Soekarto, 2002 dalam Ayustaningwarno, 2014). Dalam penilaian
organoleptik, dikenal 6 macam panelis, yaitu:
1. Panel Perseorangan
Panel ini tergolong dalam panel tradisional atau panel kelompok seni
(belum memakai metode baku). Panel ini sudah lama digunakan oleh
industri tradisional seperti keju, pembuat wine, dan rempah-rempah.
Orang yang menjadi panel perseorangan mempunyai kepekaan spesifik
yang tinggi. Kepekaan ini merupakan bawaan lahir dan ditingkatkan
kemampuannya dengan latihan dalam jangka waktu lama. Dengan
kemampuan ini, peran panel perseorangan menjadi penting pada industri
tertentu sehingga tarif menjadi mahal.
14
2. Panel Perseorangan Terbatas
Panel perseorangan terbatas terdiri dari beberapa panelis (2-3 orang)
yang mempunyai keistimewaan dari rata-rata orang biasa. Pada panel
tersebut sudah digunakan alat-alat objektif sebagai kontrol. Selain
mempunyai kepekaan tinggi, panel juga mengetahui hal-hal yang terkait
penanganan produk yang diuji serta cara penilaian indera modern. Cara
ini dapat mengurangi ketergantungan kepada seseorang dalam
mengambil keputusan, tetapi kadang antar panel tidak sepakat. Panel
perseorangan terbatas mempunyai tanggung jawab sebagai penguji,
mengetahui prosedur kerja dan membuat kesimpulan dari hal yang dinilai.
3. Panel Terlatih
Panel terlatih merupakan panelis hasil seleksi dan pelatihan dari sejumlah
panel (15-20 orang atau 5-10 orang). Seleksi pada panelis terlatih
umumnya mencakup hal kemampuan untuk membedakan citarasa dan
aroma dasar, ambang pembedaan, kemampuan membedaan derajat
konsentrasi, daya ingat terhadap citarasa dan aroma. Hal ini untuk
menciptakan kemampuan atas kepekaan tertentu di dalam menilai sifat
organoleptik bahan makanan tertentu.
4. Panel Agak Terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu. Panelis agak terlatih dapat dipilih dari
kalangan terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu, sedangkan
data yang sangat menyimpang boleh tidak digunakan dalam
keputusannya.
5. Panel Tidak Terlatih
Panel tidak terlatih merupakan sekelompok orang berkemampuan rata-
rata yang tidak terlatih secara formal, tetapi mempunyai kemampuan
untuk membedakan dan mengkomunikasikan reaksi dari penilaian
organoleptik yang diujikan. Jumlah anggota panel tidak terlatih berkisar
antara 25 sampai 100 orang.
6. Panel Konsumen
Panel konsumen dapat dikategorikan sebagai panelis tidak terlatih yang
dipilih secara acak dari total potensi konsumen di suatu daerah
pemasaran. Dalam hal inijumlah panel yang dibutuhkan cukup besar
(sekitar 100 orang) dan juga perlu memenuhi kriteria seperti umur, jenis
15
kelamin, suku bangsa dan tingkat pendapatan dari populasi pada daerah
target pemasaran yang dituju. Panel konsumen umumnya ditangani oleh
konsultan ahli pemasaran karena telah mengetahui perilaku konsumen
dan fenomena pasar.
E. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian
sensorik merupakan suatu cara penilaian deengan memanfaatkan panca
indera manusia untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa
suatu produk makanan, minuman ataupun obat. Pengujian organoleptik
berperan penting dalam pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat
digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikenhendaki atau tidak
dalam produk atau bahan-bahan formulasi, mengidentifikasi area untuk
pengembangan, mengevaluasi produk pesaing, mengamati perubahan
yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan memberikan data
yang diperlukan untuk promosi produk. (Nasiru, 2011 dalam
Ayustaningwarno, 2014)
Uji organoleptik oleh 20 orang panelis agak terlatih yang diambil dari
mahasiswa Poltekkes Medan Jurusan Gizi Lubuk Pakam dengan kriteria sudah
lulus mata kuliah Ilmu Teknologi Pangan (ITP), tidak dalam keadaan sakit, tidak
merokok dan bersedia untuk melakukan uji organoleptik.
16
F. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Variasi persentase
komplementasi Mutu organoleptik bolu
tepung terigu : kukus tepung ampas
tepung ampas kelapa kelapa yang meliputi:
70:30
17
G. Definisi Operasional
Tabel 4. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Skala
1 Tepung ampas Tepung yang dibuat dari ampas kelapa Ordinal
kelapa yang dihaluskan dengan cara dikeringkan
menggunakan cabinet dryer kemudian
digiling menggunakan blender lalu diayak.
Ampas kelapa diperoleh dari hasil perasan
santan kelapa segar.
2 Bolu kukus ampas pencampuran tepung ampas kelapa sesuai Ordinal
kelapa perlakuan dengan bahan-bahan lain
sesuai prosedur.
3 Tepung terigu Bubuk halus yang berasal dari bulir Ordinal
gandum yang dapat digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan kue, mie dan roti.
4. Mutu Organoleptik Informasi daya terima dari suatu produk
yang dibandingkan dengan standar normal
secara kualitatif. Tingkat mutu
organoleptik yang dinilai adalah warna,
tekstur, rasa dan aroma menggunakan
skala hedonik:
5 = Amat sangat suka
4 = Sangat suka
3 = Suka
2 = Kurang suka
1 = Tidak suka
a. Warna Corak rupa penilaian panelis dengan Ordinal
indera penglihatan yang terdapat pada
bolu kukus
b. Tekstur Penilaian panelis terhadap tingkat Ordinal
kelembutan pada bolu kukus yang dapat
dibedakan dengan indera peraba
c. Rasa Penilaian panelis terhadap cita rasa bolu Ordinal
kukus yang ditimbulkan akibat perlakuan
penambahan variasi tepung ampas kelapa
yang dapat dibedakan oleh indera
pengecap
d. Aroma Penilaian panelis terhadap bau khas yang Ordinal
ditimbulkan bolu kukus yang dapat
dibedakan dengan indera pencium
H. Hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh persentase komplementasi tepung
ampas kelapa terhadap daya terima bolu kukus
Ha = Ada pengaruh persentase komplementasi tepung ampas
kelapa terhadap daya terima bolu kukus
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu uji pendahuluan dan penelitian
utama. Uji pendahuluan dilaksanakan tanggal 10 Oktober 2016 dan penelitian
utama dilaksanakan sampai bulan Juli 2017 di Laboratorium Teknologi Pangan
Poltekes Kemenkes Medan Jurusan Gizi Lubuk Pakam.
I. Perlakuan
a. Perlakuan A yaitu dengan perbandingan tepung terigu dengan
tepung ampas kelapa = 90 gr : 10 gr
b. Perlakuan B yaitu dengan perbandingan tepung terigu dengan
tepung ampas kelapa = 80 gr : 20 gr
c. Perlakuan C yaitu dengan perbandingan tepung terigu dengan
tepung ampas kelapa = 70 gr : 30 gr
II. Pengulangan
Jumlah unit percobaan (n) dalam penelitian dihitung dengan rumus:
unit percobaan
n=rxt
=2x3
= 6 unit percobaan
Keterangan:
n = Jumlah unit percobaan
r = Jumlah pengulangan (replikasi)
t = jumlah perlakuan (treatment)
19
C. Penentuan Bilangan Acak
Pengacakan dalam rancangan percobaan diperlukan untuk
menghindarkan dari pengaruh subyektifitas. Pengacakan dilakukan dengan
menggunakan kalkulator dengan cara menekan tombol ‘2ndf’ dan ‘RND’
sebanyak 6 kali dengan hasil: 0,602; 0,811; 0,510; 0,204; 0,799; 0,770.
Kemudian di rangking sehingga diperoleh 6 bilangan acak.
4 6 3 1 5 2
A1 A2 B1 B2 C1 C2
20
Keterangan:
D. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan ampas kelapa yaitu:
Tabel 8. Alat yang digunakan utnuk membuat bolu kukus ampas kelapa
No Alat Jumlah Satuan
1. Timbangan 1 Buah
2. Mixer 1 Buah
3. Juicer 1 Buah
4. Waskom 2 Buah
5. Sendok 3 Buah
6. Piring 2 Buah
7. Gelas ukur 1 Buah
8. Kukusan 1 Buah
9. Cetakan bolu kukus 12 Buah
10. Paper cup 120 Buah
11. Kompor gas 1 Buah
12. Wadah bolu kukus 3 Buah
21
E. Bahan
Bahan yang digunakan untuk membuat tepung ampas kelapa yaitu
ampas kelapa yang diperoleh dari pasar tradisional Lubuk Pakam
F. Prosedur Penelitian
a. Pembuatan Tepung Ampas kelapa
1. Ampas kelapa dibeli dari pasar tradisional, kemudian letakkan
diloyang lalu masukkan kedalam cabinet dryer selama 3,5 jam dengan
suhu 600C.
2. Setelah proses pengeringan selesai, ampas kelapa kering digiling
dengan menggunakan blender hingga menjadi tepung.
3. Ampas kelapa yang sudah menjadi tepung disaring dengan
menggunakan ayakan dengan ukuran 100 mesh.
4. Setelah diayak didapatkan hasil tepung ampas kelapa.
22
b. Pembuatan Bolu Kukus Tepung Ampas Kelapa
1. Bahan disiapkan mulai dari tepung terigu, tepung ampas kelapa, gula
pasir, sari wortel, telur, emulsifier, baking powder, dan vanili
2. Bahan ditimbang sesuai dengan perlakuan yaitu perlakuan A: Tepung
terigu 90 gr ditambah tepung ampas kelapa10 gr; perlakuan B:
Tepung terigu 80 gr ditambah tepung ampas kelapa 20 gr; perlakuan
C: Tepung terigu 70 gr ditambah tepung ampas kelapa 30 gr
3. Telur, tepung terigu, tepung ampas kelapa, gula pasir, sari wortel,
baking powder, emulsifier dan vanili dimixer hingga kaku
4. Adonan dimasukkan kedalam cetakan bolu kukus yang telah diberi
paper cup sampai penuh
5. Adonan dikukus selama 20 menit
6. Bolu kukus ampas kelapa siap disajikan
Jenis panelis yaitu panelis agak terlatih. Penentuan panelis secara acak
(Random Sampling), di mana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan
kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan
sebagai anggota sampel. Dengan teknik semacam itu maka terpilihnya individu
menjadi anggota sampel benar-benar atas dasar faktor kesempatan (chance),
dalam arti memiliki kesempatan yang sama, bukan karena adanya pertimbangan
subjektif dari peneliti.
H. Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang digunakan adalah uji penerimaan. Uji penerimaan
menyangkut penilaian seseorang terhadap suatu sifat atau kualitas suatu produk.
Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan yang
berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya terhadap
sifat sensoris atau kualitas yang dinilai.
23
I. Cara Pengumpulan Data
a. Sampel disediakan di dalam piring kecil dengan setiap piring diberi
label sesuai dengan perlakuan.
b. Sampel ditaruh sekaligus diatas meja.
c. Setiap panelis diberi formulir unit organoleptik masing-masing satu
lembar untuk setiap percobaan.
d. Penilaian panelis dinyatakan dalam skala hedonik dengan kriteria
sebagai berikut:
i. Amat sangat suka :5
ii. Sangat suka :4
iii. Suka :3
iv. Kurang suka :2
v. Tidak suka :1
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil uji organoleptik yang dilakukan terhadap bolu kukus ampas
kelapa yang dihasilkan dalam penelitian, dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Warna
Warna merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu dan secara
visual warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan,
sehingga warna dijadikan atribut organoleptik yang penting dalam suatu bahan
pangan. Secara visual warna sangat menentukan suatu pangan diterima atau
tidak oleh masyarakat atau konsumen. Makanan yang memiliki rasa enak,
25
bergizi dan bertekstur baik belum tentu akan disukai oleh konsumen apabila
bahan pangan tersebut memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau
menyimpang dari warna yang seharusnya (Winarno, 2004).
Tabel 10. Distribusi Rata-rata Nilai Kesukaan Panelis terhadap Warna Bolu
Kukus Ampas Kelapa Berdasarkan Jenis Perlakuan
B. Tekstur
Tekstur adalah salah satu sifat bahan atau produk yang dapat dirasakan
melalui sentuhan kulit ataupun pencicipan. Menurut Hardiman (1991), pengujian
tekstur makanan merupakan upaya penemuan parameter tekstur yang tepat
yang harus menjadi atribut mutu makanan yang bersangkutan kemudian
menentukan istilah populer yang paling sesuai dalam kategori parameter tersebut
26
disertai dengan tambahan keterangan untuk menyatakan tingkatannya. Setiap
jenis makanan memiliki tekstur yang berbeda - beda, tergantung dari komposisi
bahan pangan, proses pengolahan, atau tingkat kematangan untuk komoditi
buah dan sayur. Tekstur yang dimiliki makanan tersebut mempengaruhi mutu
produk yang akhirnya mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk
pangan tersebut.
Berdasarkan uji organoleptik, hasil rata-rata kesukaan panelis terhadap
tekstur bolu kukus ampas kelapa dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Rata-rata Nilai Kesukaan Panelis terhadap Tekstur Bolu
Kukus Ampas Kelapa Berdasarkan Jenis Perlakuan
27
rongga adonan yang terbentuk hanya sedikit sehingga bolu kukus yang
dihasilkan bertekstur padat dan kurang mengembang Di samping itu, tepung
ampas kelapa juga memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga semakin
banyak tepung ampas kelapa yang dikomplementasikan akan mengakibatkan
tekstur yang sangat berserat (Setiawati, 2015).
Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa dengan komplementasi
tepung ampas kelapa 20 gr dan tepung terigu 80 gr adalah tekstur bolu kukus
yang paling disukai dengan nilai rata-rata tertinggi 3,500.
C. Rasa
Rasa lebih banyak melibatkan indera lidah. Rasa yang enak dapat
menarik perhatian sehingga konsumen lebih cenderung menyukai makanan dari
rasanya. Cita rasa dari bahan pangan sesungguhnya terdiri dari tiga komponen
yaitu bau, rasa dan rangsangan mulut (Rampengan el at, 1985 dalam Amin,
2016).
Tabel 12. Distribusi Rata-rata Nilai Kesukaan Panelis terhadap Rasa Bolu Kukus
Ampas Kelapa Berdasarkan Jenis Perlakuan
28
dikomplementasi dengan tepung ampas kelapa ini juga semakin berkurang
(Setiawati, 2015).
Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap kesukaan rasa pada
lampiran 8, menunjukkan bahwa nilai P < 0,05 (0,032) yang berarti H0 ditolak,
artinya ada perbedaan tekstur yang signifikan diantara ketiga perlakuan. Hasil uji
Duncan pada lampiran 8 diketahui bahwa perlakuan A dan C tidak berbeda
signifikan, perlakuan B dan C berbeda signifikan, dan perlakuan A dan B
berbeda signifikan.
Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa bolu kukus dengan perlakuan
B (tepung ampas kelapa 20 gr dan tepung terigu 80 gr) adalah rasa bolu kukus
yang paling disukai dengan nilai rata-rata tertinggi 3,525.
D. Aroma
Menurut (Winarno, 2008 dalam Sutriono, 2016). aroma atau bau
terdeteksi ketika senyawa volatile masuk dan melewati saluran hidung dan
diterima sistem olfaktori dan diteruskan ke otak. Aroma merupakan atribut
sensori yang penting dan dapat dipengaruhi seseorang dalam menilai suatu
produk makanan.
Tabel 13. Distribusi Rata-rata Nilai Kesukaan Panelis terhadap Rasa Bolu Kukus
Ampas Kelapa Berdasarkan Jenis Perlakuan
29
Pada lampiran 10, berdasarkan hasil analisis statistik terhadap kesukaan
rasa menunjukkan bahwa P hitung < 0,05 (0,02) yang berarti H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya ada perbedaan tekstur yang signifikan diantara ketiga
perlakuan. Untuk hasil uji Duncan di lampiran 10, diketahui bahwa perlakuan A
dan C tidak berbeda signifikan, perlakuan A dan B tidak berbeda signifikan,
sedangkan perlakuan B dan C berbeda signifikan.
Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa bolu kukus dengan perlakuan
B (tepung ampas kelapa 20 gr dan tepung terigu 80 gr) adalah aroma bolu kukus
yang paling disukai dengan nilai rata-rata tertinggi 3,525.
Tabel 14. Rekapitulasi Uji Mutu Organoleptik pada Perlakuan Bolu Kukus
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari nilai rata-rata tertinggi,
perlakuan yang paling disukai oleh panelis adalah perlakuan B. Pada perlakuan
A bolu kukus yang dihasilkan berwarna kuning, tekstur lembut, rasa kurang gurih,
dan aroma khas kelapa kurang terasa dan lebih dominan aroma khas bolu
kukus. Pada perlakuan B bolu kukus yang dihasilkan berwarna kuning, tekstur
lembut, terasa gurih dan beraroma khas kelapa. Sedangkan pada perlakuan C
bolu kukus yang dihasilkan berwarna kuning, tekstur masif (padat), rasa tidak
gurih dan berpasir, serta aroma yang dihasilkan aroma khas kelapa.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tidak ada perbedaan kesukaan panelis terhadap warna bolu kukus dan
semua perlakuan dengan skala suka
2. Ada perbedaan kesukaan panelis terhadap tekstur bolu kukus dan yang
disukai panelis adalah perlakuan B
3. Ada perbedaan kesukaan panelis terhadap rasa bolu kukus dan yang
disukai panelis adalah perlakuan B
4. Ada perbedaan kesukaan panelis terhadap aroma bolu kukus dan yang
disukai panelis adalah perlakuan B
5. Komplementasi tepung ampas kelapa yang paling disukai pada
pembuatan bolu kukus adalah perlakuan B
B. Saran
1. Komplementasi tepung ampas kelapa yang lebih disarankan pada
pembuatan bolu kukus adalah perlakuan B
2. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang cara pembuatan
bolu kukus dengan komplementasi ampas kelapa sebagai salah satu
makanan tinggi serat
3. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai komposisi zat gizi yang
terkandung pada bolu kukus ampas kelapa
31
DAFTAR PUSTAKA
Putri, Meddiati Fajri. 2010. Tepung Ampas Kelapa pada Umur Panen 11-
12 Bulan sebagai Bahan Pangan Sumber Kesehatan. Jurusan
Teknologi Jasa dan Produksi UNNES. Semarang.
32
Republik Indonesia. 2012. UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Sartika, Marina. 2013. Kualitas Crackers Daun Pepaya (Carica papaya L.)
dengan Substitusi Pati Batang Aren (Arenga pinnata Merr.).
Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.
Trianita, Andhini Putri. 2016. Karakteristik Bolu Kukus yang Dibuat dengan
Menggunakan Freeze Dried Egg. Universitas Diponegoro
Semarang. Semarang.
33
LAMPIRAN
Lampiran 1
34
Lampiran 2
35
Lampiran 3
Formulir Isian Untuk Uji Daya Terima Bolu Kukus Ampas Kelapa
Nama :
Tanggal pengujian :
Instruksi : Berilah penilaian bolu kukus terhadap
warna, tekstur, rasa, dan aroma, diberikan kode sampel berdasarkan
tingkat kesukaan yang anda anggap paling cocok. Pada setiap panelis
yang akan mencicipi meminum air putih terlebih dahulu. Nyatakan penilaian
saudara dengan skala sebagai berikut :
36
Lampiran 4
37
Lampiran 5
Hasil Analisis Sidik Ragam Terhadap Mutu Organoleptik Bolu Kukus Ampas
Kelapa
ANOVA
gab_warna
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between .508 2 .254 1.121 .333
Groups
Within Groups 12.925 57 .227
Total 13.433 59
Uji Duncan
Duncana
Subset for alpha =
0.05
per_warna N 1
Perlakuan C 20 3,250
Perlakuan B 20 3,375
Perlakuan A 20 3,475
Sig. .164
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 20,000.
38
Lampiran 6
39
Lampiran 7
Hasil Analisis Sidik Ragam Terhadap Mutu Organoleptik Bolu Kukus Ampas
Kelapa
ANOVA
gab_tekstur
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between 1.300 2 .650 3.597 .034
Groups
Within Groups 10.300 57 .181
Total 11.600 59
Uji Duncan
Duncana
40
Lampiran 8
41
Lampiran 9
Hasil Analisis Sidik Ragam Terhadap Mutu Organoleptik Bolu Kukus Ampas
Kelapa
ANOVA
gab_rasa
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between 1.433 2 .717 3.676 .032
Groups
Within Groups 11.113 57 .195
Total 12.546 59
Uji Duncan
Duncana
42
Lampiran 10
43
Lampiran 11
Hasil Analisis Sidik Ragam Terhadap Mutu Organoleptik Bolu Kukus Ampas
Kelapa
ANOVA
gab_aroma
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between 1.425 2 .713 4.176 .020
Groups
Within Groups 9.725 57 .171
Total 11.150 59
Uji Duncan
Duncana
44
Lampiran 12
45
Lampiran 13
46
11 Rabu, 12 Juli Revisi proposal dan Bab IV dan
2017 bab V
12 Jumat, 14 Juli Revisi Bab IV dan V
2017
13 Senin, 17 Juli Revisi dan diskusi Bab I, II, III, IV
2017 dan V
47