Anda di halaman 1dari 26

TK-500 PENELITIAN

KELARUTAN AIR DALAM BERBAGAI


JENIS EDIBLE OIL

Disusun Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Teknik Kimia Strata Pertama (S-1)

Disusun oleh:
Fernando Ihsan (14-2008-019)

Pembimbing :
Salafudin, ST.,M.Sc
Co-Pembimbing :
Marthen Luther Doko, Ir., MT

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2014
II

LEMBAR PENGESAHAN

Catatan / komentar

Bandung, 2014

Telah Diperiksa & Disetujui

Pembimbing, Co-Pembimbing,

Salafudin, ST.,M.Sc Marthen Luther Doko, Ir., MT.

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


iii

ABSTRAK

Air bersih adalah salah satu kebutuhan terbesar bagi manusia dan makhluk lainnya.
Sumber air paling besar dan tidak memerlukan biaya adalah air laut. Akan tetapi air laut tidak
dapat langsung digunakan untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri karena masih
mengandung garam. Oleh karena itu dibutuhkan cara untuk memisahkan garam dari air laut agar
didapatkan air bersih. Metode ekstraksi dipilih karena prosesnya lebih sederhana dan biayanya
lebih murah dibandingkan metode lain.
Penelitian ini memisahkan air bersih dari larutan garam dengan menggunakan prinsip
kelarutan. Solvent yang digunakan berupa edible oil karena tidak beracun bagi lingkungan dan
bersifat biodegradable. Selain itu edible oil mengandung gugus asam karboksil yang bersifat polar
sehingga dapat mengikat air.Edible oil yang digunakan yaitu minyak sawit, minyak kelapa, minyak
jagung, dan minyak sunflower.
Pengujian ini dilakukan pada range suhu 30oC hingga 80oC dan disertai dengan
pengadukan. Dari beberapa jenis minyak tersebut, minyak jagung merupakan minyak yang paling
baik digunakan sebagai solvent. Air yang dapat diserap oleh minyak jagung sebanyak 300 pL

Kata kunci metode pemurnian air, ekstraksi cair, kelarutan, pelarut, minyak nabati

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


IV

ABSTRACT

Clean water is one of the biggest needs for humans and other creatures. The greatest source
of water and do not require a fee is sea water. However, sea water can not be directly used for
household and industrial needs because it still contains salt. Therefore, it needs a way to separate the
salt from sea water in order to get clean water. Extraction method chosen because the process is
simpler and cost less than other methods.
This study separates the clean water from the salt solution by using solubility principle.
Solvent used in the form of vegetable oil because it is not toxic to the environment and is
biodegradable.Edible oil used are palm oil, coconut oil, corn oil, and sunflower oil.
The test is performed at a temperature range of 30oC to 80oC. Of the several types of oil,
corn oil is the best oil to use as a solvent. Edible oil containing carboxyl acid groups which are polar
so it’s easy to bond water. Edible oil used is palm oil, coconut oil, corn oil, and sunflower oil.
The test is performed at a temperature range from 30oC to 80oC and accompanied by
stirring. By several types of oil, corn oil is the best oil to use as a solvent. Water that can be absorbed
is 300 pL.

Key words: purification water method, liquid extraction, solubility, solvent, edible oil

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


v

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW dan seluruh umat
Islam hingga akhir zaman.
Laporan penelitian ini berjudul KELARUTAN AIR DALAM BERBAGAI JENIS
EDIBLE OIL. Laporan penelitian ini kami susun untuk memenuhi salah satu syarat sebelum
menyelesaikan tugas akhir pada tahap sarjana di Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi
Nasional Bandung. Laporan penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan pikiran yang kami
peroleh, sehingga selama penyusunan laporan penelitian, penulis banyak menerima masukan,
bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Salafudin, ST.,M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan kepada penulis
2. Marthen Luther Doko, Ir., MT sebagai dosen co-pembimbing
3. orang tua dan keluarga penulis yang memberikan semangat dan do’a yang tiada henti
4. Bapak Tedy Irnata sebagai laboran di laboratorium Jurusan Teknik Kimia Itenas
5. Novitka Hesti N. yang telah membantu dalam penyusunan laporan
6. rekan-rekan di HMTK Itenas Bandung
7. pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Besar harapan penulis agar proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Teknik Kimia.

Bandung, Januari 2014

Penulis

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air bersih adalah salah satu kebutuhan terbesar bagi manusia dan makhluk
lainnya. Setiap manusia membutuhkan air bersih sekitar dua liter per hari ditambah
dengan kebutuhan yang lebih banyak untuk perkebunan dan kebutuhan industri. Pada
abad ini, kekurangan air bersih diduga telah melewati kekurangan energi untuk
kebutuhan manusia, dan keduanya saling berhubungan. Kekurangan air bersih dapat
menyebabkan penyakit, kematian, migrasi secara paksa, perang dunia, dan kehancuran
ekosistem. 97,5% air di dunia adalah air laut, dan sekitar 70% berbentuk es, menyisakan
sekitar 0,75% yang berbentuk air bersih (US Patent 2012/0138532 Al).
Sumber air paling besar dan tidak memerlukan biaya adalah air laut. Akan tetapi
air laut tidak dapat langsung digunakan untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri
karena masih mengandung garam. Contoh kebutuhan rumah tangga adalah untuk air
minum. Manusia perlu mengonsumsi garam, akan tetapi mengonsumsi garam secara
berlebihan juga berdampak negatif untuk kesehatan. Selain itu, tidak semua garam yang
terkandung dalam air laut dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sedangkan contoh dalam
industri yaitu untuk air utilitas. Kandungan garam dalam air laut dapat menyebabkan
korosi pada peralatan industri, terutama sistem perpipaan. Oleh karena itu dibutuhkan
cara untuk memisahkan garam dari air laut agar didapatkan air bersih.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk memisahkan garam dari air laut,
seperti Metode yang biasa digunakan seperti Reverse Osmosis (RO), Multi-Stage Flash
(MSF) distillation, metode elekrokimia, dan ekstraksi. Ilmuan MIT telah meneliti metoda
pemurnian air dengan menggunakan metoda ekstraksi yang berjudul Water desalination
using directional solvent. Sebagai Negara tropis yang kaya dengan berbagai jenis edible oil
dan sangat memerlukan teknologi murah yang dapat mengolah air laut menjadi air
minum maka studi tentang teknologi directional solvent extraction untuk desalinasi air laut
sangatlah memegang peranan penting. Tahap awal dari metode itu adanya pembuatan
library data-data kelarutan air dalam berbagai edible oil yang ada di Indonesia.
2

1.2 Rumusan Masalah


Di Indonesia banyak terdapat edible oil yang berasal dari berbagai macam tumbuh-
tumbuhan. Akan tetapi, masih sedikit yang mengetahui kelarutan air terhadap edible oil
karena sebagian besar orang masih menganggapair tidak larut dalam minyak. Oleh
karena itu tahap pertama dalam penelitian ini adalah mempelajari kelarutan berbagai
jenis edible oil yang ada di Indonesia untuk dibuat data library.

1.3 Tujuan
• Membuat data kelarutan air dalam berbagai jenis edible oil dengan kondisi suhu
tertentu.
• Mencari jenis minyak terbaik yang dapat digunakan untuk proses desalinasi
mengunakan ekstraksi.

1.4 Ruang lingkup


Penelitian ini menggunakan solvent berupa empat jenis minyak, yaitu: minyak sawit,
minyak kelapa, minyak jagung dan minyak sunflower. Variasi suhu pengujian adalah
pada suhu 30oC, 40oC, 50 oC, 60 oC, 70 oC, dan 80 oC.

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Laut


2.1.1 Kandungan dalam Air Laut
Sumber air paling besar adalah air laut, yaitu sekitar 97,5% dari air di dunia. Akan
tetapi air laut tidak dapat langsung digunakan untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri
karena masih mengandung garam dan mineral-mineral lain.
Air bersih kemungkinan memiliki tingkat garam hingga 1500ppm, air payau memiliki
tingkat garam diantara 3000 - 11.000 ppm, dan tingkat garam air laut dari 10.000 ppm (Laut
Baltic) hingga 45.000 ppm (Teluk Arab). Kadar garam rendah mungkin disebabkan adanya
arus masuk dari sungai dan pencairan es. Kadar garam tinggi mungkin karena jauh dari
daratan dan suhu tinggi yang mengakibatkan evaporasi. Rata-rata kadar garam dari air laut
adalah 35.000 ppm (Andrea Cipollina, Giorgio Micale, Lucio Rizzuti, 2009). Komposisi dari
air laut dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Standar Air Laut
Concentratio Percentage of total
Chemical Ion n salt content [%1
fppml
Chloride CP 19,345 55.0
Sodium Na+ 10,752 30.6
Sulfate S042- 2,701 7.6
2+
Magnesium Mg 1.295 3.7
2+
Calcium Ca 416 1.2
Potassium K+ 390 1.1
Bicarbonate HCCL 145 0.4
Bromide Br_ 66 0.2
Borate B043~ 27 0.08
2+
Strontium Sr 13 0.04
Fluoride F“ 1 0.003
Sumber: Seawater Desalination Conventional and
Renewable Energy Processes (Green Energy and
Technology) by Andrea Cipollina, Giorgio Micale,
Lucio Rizzuti
4

Tabel 2.2 Perbandingan antara Air Sungaidan Air


Laut
Percentage of total Percentage of total
salt content in river salt content in
water [%] seawater [%]
Chemical ion

Chloride Cl" 8.6 55.0


Sodium Na+ 6.9 30.6
Sulfate SO4 2" 12.4 7.6
Magnesium Mg2+ 4.6 3.7
Calcium Ca2+ 16.6 1.2
Potassium K+ 2.6 1.1

Bicarbonate HCO3 " 31.9 0.4


Bromide Br" -
0.2
Borate BO3 3" -
0.08
Strontium Sr+ — 0.04
Fluoride F“
-
0.003
Silica SiO? 14.6 _

Iron Fe2+ 0.7 —

Nitrate NO3 - 1.1 -

Sumber: Seawater Desalination Conventional and


Renewable Energy Processes (Green Energy and
Technology) by Andrea Cipollina, Giorgio Micale,
Lucio Rizzuti

2.1.2 Metode Pemurnian Air Laut


Ada beberapa metode pemurnian air laut, seperti Reverse Osmosis (RO), Multi-Stage
Flash (MSF) distillation, metode elektrokimia, dan ekstraksi. Reverse Osmosis (RO) merupakan
teknologi yang banyak digunakan untuk pemurnian air laut, tetapi membutuhkan energi yang
sangat besar karena kebutuhan tekanan yang tinggi untuk mengalirkan air melewati
membransemi-permeable dan kecenderungan terhadap fouling. Metode lain yang populer
adalah Multi-Stage Flash (MSF) distillation, ini juga membutuhkan energi dan modal yang
besar. Metode elektrokimia, seperti Electro Dialysis (ED) dan Capacitive Desalination (CD)
hanya mampu menghasilkan air bersih untuk penyiraman tanaman. Metode elektrokimia skala
besar kurang efisien dibandingkan industri RO dalam proses desalinasi brine water. Tetapi ED
lebih efisien jika digunakan pada air payau (US Patent 20120138532 Al). Dari beberapa
metode pemurnian air laut tersebut, dipilih metode ekstraksi karena prosesnya lebih sederhana
dan biayanya lebih murah dibandingkan metode lain.

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


5

2.2 EkstraksiCair
2.2.1 Pengertian Ekstraksi Cair
Pada penelitian ini menggunakan ekstraksi cair atau dikenal dengan ekstraksi pelarut karena
umpannya berupa larutan garam. Ekstraksi cair adalah salah satu metode yang memisahkan larutan
dua komponen dengan menambahkan komponen ketiga (solvent) yang larut dengan solute tetapi
tidak larut dengan solvent. Dengan penambahan solvent ini, sebagian solute akan terpisah dari
larutan umpan ke fasa solvent (disebut ekstrak) dan sebagian lagi tetap tinggal di dalam larutan
umpan (disebut rafinat).
Seringkali campuran bahan padat dan cair sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan
mekanis atau termis. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampurdengan sangat erat, peka
terhadap panas, perbedaan titik didih yang terlalu dekat, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu
rendah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, makametode ekstraksi dapa digunakan. Sebagai contoh
pembuatan ester (essence) untuk bau- bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan
kafein dari daun teh, biji kopi, atau biji coklat.
Ada beberapa tahap dalam ekstraksi cair, yaitu sebagai berikut:
1. Mencampur umpan dengan solvent dengan bantuan pengadukan dan pemanasan. Dalam hal ini
terj adi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka umpan dan solvent.
2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, biasanya dengan cara dekantasi.
3. Merecovery solvent dari rafinat untuk digunakan kembali. Umumnya dilakukan dengan
menggunakan metode evaporasi atau distilasi.

Dalam proses ekstraksi perlu diperhatikan beberapa hal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
laju ekstraksi antara lain sebagai berikut:
• Temperatur

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


6

Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan
temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
• Pengadukan fluida
Pengadukan pada proses ekstraksi penting karena akan mempercepat proses difusi dari zat
terlarut ke solvent.

2.2.2 Pemilihan Solvent


Tidak semua cairan dapat digunakan sebagai solvent. Dalam pemilihan solvent dibutuhkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
• Selektivitas (faktor pemisahan = P)
fraksi massa solute dalam ekstrak/fraksi massa diluent dalam ekstrak P fraksi massa
solute dalam rafinat/fraksi massa diluent dalam rafinat
Agar proses ekstraksi dapat berlangsung, harga P hams lebih besar dari satu. Jika nilai P = 1
artinya kedua komponen tidak dapat dipisahkan
• Koefisien Distribusi
Rasio y*/x pada kesetimbangan. Saat tidak diperlukan adalah koefisien distribusi menjadi lebih
besar dari 1. Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar sehingga jumlah solvent
yang dibutuhkan lebih sedikit. konsentrasi solute dalam fasa ekstrak (Y) konsentrasi solute
dalam fasa rafinat(X)
• Tingkat ketidaklarutan solvent
• Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan)
Hal ini sangat diperlukan untuk merecovery pelarut untuk digunakan kembali, dan ini biasanya
dilakukan dengan metode distilasi.
• Densitas
Perbedaan densitas fasa solvent dan fasa diluent harus cukup besar agar mudah terpisah.
Perbedaan densitas ini akanberubah selama proses ekstraksi dan mempengaruhi laju perpindahan
massa. Bila perbedaan densitas kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan
menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
• Tegangan Antarmuka (Interfasia Tention)
Tegangan antarmuka besar menyebabkan penggabungan (coalescence) lebih mudah,
namun sulit untuk proses pendispersian. Kemudahan penggabungan lebih penting
sehingga dipilih pelarut yang memiliki tegangan antarmuka yang besar.

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


7

• Kereaktifan Kimia (Chemical Reactivity)


Pelarut merupakan senyawa yang stabil dan inert terhadap komponen-komponen dalam
sistem dan material (bahan konstruksi).
• Viskositas, tekanan uap dan titik beku, harusnya rendah agar mudah dalam penyimpanan.
• Tidak beracun, tidak mudah terbakar dan murah.

Pelarut dikelompokkan kedalam non-polar, polar aprotic, dan polar proticdan diurutkan berdasarkan
kenaikan polaritas. Polaritas ditunjukkan sebagai konstanta dielektrik.

Tabel 2.3 Beberapa Jenis Pelarut Non-polar


Konstanta Densitas Momen
Pelarut Rumus kimia Titik didih (°C)
dielektrik (g/mL) dipol (D)

Pelarut Non-polar

Pentane CH3 -CH2 -CH2 -CH2 -CH3 36 1.84 0.626 0.00

Cyclopentane C5 H10 40 1.97 0.751 0.00

Hexane CH3 -CH2 -CH2 -CH2 -CH2 -CH3 69 1.88 0.655 0.00

Cyclohexane C6 H12 0.779


81 2.02 0.00
Benzene C6H6 80 2.3 0.879 0.00

Toluene C6 H5 -CH3 111 2.38 0.867 0.36

1,4-Dioxane /-CH2 -CH2 -O-CH2 -CH2 -OA 101 2.3 1.033 0.45

Chloroform CHCl3 61 4.81 1.498 1.04

Diethyl ether CH3 -CH2 -O-CH2 -CH3 35 4.3 0.713 1.15

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


8

Tabel 2.4 Beberapa Jenis Pelarut Polar Apriotic


Titik Konstanta Densitas Momen dipol
Pelarut Rumus kimia
didih(°C) dielektrik (g/mL) (D)

Pelarut Polar Aprotic

Dichloromethane (DCM) CH2Cl2 40 9.1 1.3266 1.60

Tetrahydrofuran (THF) /-CH2 -CH2 -O-CH2 -CH2 A 66 7.5 0.886 1.75

Ethyl acetate CH3-C(=O)-O-CH2-CH3 77 6.02 0.894 1.78

Acetone CH3-C(=O)-CH3 56 21 0.786 2.88

Dimethylformamide (DMF) H-C(=O)N(CH3)2 153 38 0.944 3.82

Acetonitrile (MeCN) CH3 -CEN 82 37.5 0.786 3.92

Dimethyl sulfoxide (DMSO) CH3-S(=O)-CH3 189 46.7 1.092 3.96

Propylene carbonate C4 H6 O3 240 64.0 1.205 4.9

Tabel 2.5 Beberapa Jenis Pelarut Polar Priotic


Titikdidih Konstanta Densitas Momen
Pelarut Rumus Kimia
(°C) dielektrik (g/mL) dipol (D)

Pelarut Polar Protic

Formic acid H-C(=O)OH 101 58 1.21 1.41

n-Butanol CH3 -CH2 -CH2 -CH2 -OH 1.63


118 18 0.810

Isopropanol (I PA) CH3-CH(-OH)-CH3 82 18 0.785 1.66

n-Propanol CH3 -CH2 -CH2 -OH 97 20 0.803 1.68

Ethanol CH3 -CH2 -OH 79 24.55 0.789 1.69

Methanol CH3 -OH 65 33 0.791 1.70

Acetic acid CH3-C(=O)OH 118 6.2 1.049 1.74

Nitromethane CH3 -NO2 100-103 35.87 1.1371 3.56

Water H-O-H 100 80 1.000 1.85

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


9

2.3 Kelarutan
Kelarutan adalah batas atas suatu larutan dapat melarutkan sejumlah solvent pada
keadaan setimbang. Kelarutan merupakan proses fisik (tidak mengubah sifat kimianya)
yang dapat diukur jumlahnya.Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelarutan antara
lain:
1. Sifat alami dari solute dan solvent
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar lainnya.
Substansi non-polar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar lainnya,
dan tidak miscible dengan substansi polar lainnya.
2. Efek dari temperatur terhadap kelarutan
Kebanyakan zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pada sejumlah solvent
tertentu dan pada temperatur tertentu pula. Temperatur dari solvent memiliki efek
yang besar dari zat yang telah larut. Untuk kebanyakan padatan yang terlarut dalam
cairan, kenaikkan temperatur akan berdampak pada kenaikkan kelarutan (solubilitas).
Gas lebih mudah larut pada pelarut yang dingin dibandingkan dengan pelarut yang
panas.
Pada umumnya kelarutan meningkat seiring dengan kenaikan suhu dan menurun
dengan rendahnya suhu. Akan tetapi itu tidak berlaku untuk semua kasus. Ada dua
ketentuan, yaitu:
• Pada proses endoterm, kelarutan meningkat seiring meningkatnya suhu.
• Pada proses eksoterm, kelarutan menurun seiring meningkatnya suhu.
(http://www.citycollegiate.com/chapter3d.htm)
3. Efek tekanan pada kelarutan
Perubahan kecil dalam tekanan memiliki efek yang kecil pada kelarutan dari padatan
dalam cairan tetapi memiliki efek yang besar pada kelarutan gas dalam cairan.
Kelaruatn gas dalam cairan berbanding langsung pada tekanan dari gas diatas larutan.
Sehingga sejumlah gas yang terlarut dalam larutan akan menjadi dua kali lipat jika
tekanan dari gas diatas larutan adalah dua kali lipat.
4. Kelajuan dari zat terlarut
a. Ukuran partikel
b. Temperatur dari solvent
c. Pengadukan dari larutan

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


10

d. Konsentrasi dari larutan (Sukardjo, 1997).

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Percobaan


Penelitian ini memisahkan air bersih dari larutan garam dengan menggunakan ekstraksi
cair-cair. Jenis aliran yang digunakan adalah co-current, yaitu aliran umpan dan solvent
dimasukkan secara bersamaan. Proses ekstraksi ini dilakukan secara batch, yaitu proses
pemasukan umpan dan solvent hanya dilakukan sekali. Solvent yang digunakan berupa
edible oil karena tidak beracun bagi lingkungan dan bersifat biodegradable. Selain itu agar
air yang telah dipisahkan dapat dikonsumsi dan bebas daribahan-bahan berbahaya yang
larut bersama air tersebut.

3.2 Skema Alat dan Bahan


3.2.1 Skema Alat

Thermometer*

> Gelas kimia 1 Liter

> SampelMinyak

Magnetic Stir Bar


Hot plate+
Magnetic Stirrer

Gambar 3.1 Skema Alat Pencampuran Larutan Garam dan Solvent

- Pipet tetes 1 buah

3.2.2 Bahan
- Minyak Kelapa 1 Liter
- Minyak Sawit 1Liter
- Minyak Sunflower 1 Liter
- Minyak Jagung 1 Liter
11

3.3 Penentuan Kelarutan Air pada Berbagai Jenis Minyak (Edible Oil)
• Minyak sebanyak 1 liter dimasukkan pada gelas kimia berukuran 1 liter yang sudah
dilengkapi dengan magnetic bar.
• Gelas kimia berisi minyak tersebut dipanaskan menggunakan hotplate dan diaduk
dengan menggunakan magnetic bar. Pemanasan dimulai pada suhu 40oC.
• Air diteteskan dengan menggunakan pipet tetes mikro dengan ukuran 100 pL.
Penetesan dihentikan saat titik air mulai terlihat.
• Pemanasan dilanjutkan hingga titik air berangsur-angsur menghilang. Kemudian
dilakukan penambahan air menggunakan pipet tetes mikro saat titik air sudah mulai
tidak terlihat.
• Pemanasan dan penambahan air terus dilakukan hingga mencapai suhu maksimal
80oC.
• Minyak yang paling banyak menyerap air akan dijadikan sebagai solvent pada
percobaan selanjutnya.

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


12

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Kelarutan Air


Pada penelitian ini dilakukan
300
300

280

260
Air Yang larut

200 200
•Jagung
• •
(piL)

• Kelapa

• Sawit

• Sun

240

220

200

180

160

140

120 100 100 100 —•


• ------------ •— 100 —•—
100 55 57 59 61 63 71 73 75 77 79 81
65 67 69
Suhu (oC)

Gambar 4.1 Kurva Hasil Kelarutan Air Pada Beberapa Jenis Minyak

Grafik diatas menunjukkan kemampuan berbagai jenis minyak dalam menyerap air
memiliki hasil yang beragam. Minyak jagung memiliki volume minyak yang diserap
lebih besar dibandingan dengan minyak-minyak yang lain, yaitu sebesar 400 pL. Hal ini
disebabkan rantai Linoleic Acid yang dimiliki minyak jagung lebih panjang
dibandingkan minyak yang lain.

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


13

Tabel 4.1Komposisi Linoleic Acid


Linoleic acid
Jenis Minyak
(polyunsaturated omega-6)
Kelapa (%) 2
Jagung 58
Sunflower 39.8
Kelapa Sawit 10

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


14

Minyak dipanaskan dan diaduk bertujuan untuk memudahkan air terserap oleh
minyak, karena air dan minyak tidak dapat saling larut pada suhu kamar. Air diteteskan sedikit
demi sedikit agar dapat diketahui kejenuhan air untuk diserap pada suhu tertentu.
Setelah semua minyak dipanaskan hingga suhu 80oC dan penambahan tetesan air
dilakukan, minyak kemudian didinginkan kembali untuk mengetahui apakah minyak
menyerap air atau air menghilang karena menguap, bukan bercampur dengan minyak.
Umumnya asam lemak melarutkan air karena keberadaan asam karboksil (COOH). C=O
dan O-H yang sangat polar mendukung pembentukan ikatan hidrogen antara ujung rantai
COOH dan molekul air. Jika ujung rantai ini mengikat air, sisa dari molekul asam lemak
adalah CH2 dan CH3 yang menolak air. Asam lemak dengan rantai yang pendek larut dengan
air karena kelompok COOH yang mengikat air (polar) mengalahkan peran dari rantai karbon
utama yang menolak air (non-polar). Jadi semakin panjang rantai, kelarutan dari campuran
akan menurun secara signifikan karena dampak dari rantai karbon utama.

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


15

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
• Minyak jagung dapat menyerap air paling banyak diantara minyak yang lain pada
suhu 75oC karena memiliki rantai Linoleic Acid (Solubility 0.139 mg/L) terbanyak.
• Air yang dapat diserap oleh minyak jagung sebanyak 300pL.

5.2 Saran
• Sebaiknya dalam proses pemanasan, menggunakan wadah yang tertutup untuk
mengurangi kemungkinan kehilangan air.
• Melakukan percobaan dengan skala yang lebih besar agar diperoleh volume yang
lebih banyak untuk dapat dianalisis lebih mudah.

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


DAFTAR PUSTAKA

Cipollina, Andrea, dkk. 2009. “Seawater Desalination Conventional and Renewable Energy
Processes (Green Energy and Technology)”. Berlin: Springer Sukardjo. 1997. “Kimia Fisika”.
Jakarta: Rineka Cipta
US Patent 2012/0138532 Al. “Water Desalination Using Directional Solvent Extraction”
http://academic.pgcc.edu/~ssinex/struc_bond/solubilities.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Linoleic_acid
http://en.wikipedia.org/wiki/Corn_oil
http://en.wikipedia.org/wiki/Solvent
http: //www.citycol l egi ate .com/chapter3d. htm
Cordain, Loren. 2013 Vegetable Oil Fatty Acid Composition
http://thepaleodiet.com/vegetable-oil-fatty-acid-composition/, 12 Januari 2014
www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/ekstraksi/
16

LAMPIRAN

DATA PENGAMATAN

Minyak sawit, minyak kelapa, minyak jagung dan minyak sunflower hanya melarutkan air
paling banyak 3 tetes (±0.05 mL).

Minyak Sunflower
Pada suhu 30oC, 100 pL air diteteskan, terbentuk butiran air kecil.
Pada suhu 67oC, 100 pL air ditambahkan.
Butiran air tidak hilang hingga mencapai suhu 80oC.
Minyak Jagung
Pada suhu 30oC, 100 pL air diteteskan, air membentuk gelembung kecil.
Pada suhu 57oC, gelembung air sudah larut seluruhnya, oleh karena itu 100 pL air
ditambahkan kembali.
Pada suhu 70oC, ditambahkan kembali 100 pL air dan pengadukan dilanjutkan.
Pada suhu 75oC, ditambahkan kembali 100 pL air, gelembung air tidak hilang hingga
suhu mencapai 80oC.
Minyak Kelapa Sawit
Pada suhu 30oC, diteteskan 100 pL air.
Pada suhu 65oC, butiran air telah larut, ditambahkan kembali 100 pL air, air tetap
terbentuk gelembung hingga suhu 80 oC.
Minyak Kelapa
Pada suhu 30oC, air diteteskan.
Pada suhu 72oC, butiran air telah larut, ditambahkan kembali 100 pL air.
Pada suhu 76oC, 100 pL air ditambahkan kembali, gelembung air tidak hilang hingga
suhu 80oC.

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


17

DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................................... iii
ABSTRACT ............................................................................................................................. iv
PRAKATA ................................................................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2
1.4 Ruang lingkup ............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 3
2.1 Air Laut ....................................................................................................................... 3
2.1.1 Kandungan dalam Air Laut................................................................................. 3
2.1.2 Metode Pemurnian Air Laut ............................................................................... 4
2.2 Ekstraksi Cair.............................................................................................................. 5
2.2.1 Pengertian Ekstraksi Cair.................................................................................... 5
2.2.2 Pemilihan Solvent ............................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 9
3.1 Pendekatan Percobaan ................................................................................................ 9
3.2 Skema Alat dan Bahan................................................................................................ 9
3.2.1 Skema Alat .......................................................................................................... 9
3.2.2 Bahan .................................................................................................................. 9
3.3 Penentuan Jenis Minyak yang Akan Digunakan sebagai Solvent ............................ 11
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ....................................................... 12
4.1 Hasil Kelarutan Air ................................................................................................... 12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 13
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 14
5.2 Saran ....................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15
LAMPIRAN ..............................................................................................................................

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil


18

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Tahap-Tahap Ekstraksi Cair .................................................................................. 6


Gambar 3.1 Skema Alat Pencampuran Larutan Garam dan Solvent ....................................... 9

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Komposisi Standar Air Laut ...................................................................................... 3


Tabel 2.2 Perbandingan antara Air Sungaidan Air Laut .......................................................... 4
Tabel 4.1 Komposisi Linoleic Acid ......................................................................................... 11

Kelarutan Air dalam Berbagai Jenis Edible Oil

Anda mungkin juga menyukai