11-02-2016588I
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah sekitar 17.504 pulau
(wikipedia, 2004). Sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni tetap, menyebar sekitar
katulistiwa. Indonesia memiliki karakteristik yang unik karena di wilayah perairannya sering
terjadi interaksi antara masa air yang datang dari Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Maka
dari itu, Indonesia menjadi negara yang memiliki iklim tropis, banyak gunung aktif, jenis
ikan, satwa, tanaman yang beraneka ragam dan sebagainya.
Kita mengetahui bahwa duapertiga bagian dunia adalah lautan begitu pula dengan wilayah
Indonesia terdiri dari sekitar 62% (3,1 juta km2) berupa laut dan daerah pesisir. Kawasan
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut atau kawasan transisi dari lahan
daratan dan perairan laut (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001). Setiap proses/perubahan yang
terjadi di wilayah pesisir memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga memiliki cara
pengelolaan yang berbeda-beda.
Kondisi inilah yang menyulitkan warga sekitar pesisir pantai untuk bisa mengakses fasilitas
sanitasi yang layak, sehingga derajat kesehatan masyarakatnya pun terbilang rendah.
Kehidupan masyarakatnya sangat bergantung pada keaadan pasang surut air laut. Maka dari
itu, dibutuhkan strategi pengelolaan yang tepat sesuai karakteristik masing-masing. Termasuk
jamban sederhana yang sehat, butuh sebuah teknologi tepat guna yang bisa menyesuaikan
dengan keadaan air laut, sehingga bisa diterapkan dan terjangkau oleh masyarakat pesisir
tentunya.
Pak Sofyang S.Pd adalah
salah satu yang peduli akan kebutuhan sanitasi masyarakat pesisir. Prestasinya yang
menjuarai lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) Se-Kota Batam selama 5 tahun berturut-turut
(2010-2014) dan Juara Lomba TTG se-Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2014,
membuktikan bahwa beliau memiliki sebuah kemampuan menciptakan inovasi-inovasi baru.
Inovasi yang diciptakan, oleh pria kelahiran Bone 37 tahun yang lalu ini diberi nama TTG
Jamban Pesisir Sederhana - Bayan (JPS-Bayan). Latar belakang beliau dalam membuat
Jamban Pesisir ini diantaranya masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat
khususnya di bidang pendayagunaan teknologi tepat guna, peningkatan urbanisasi yang tidak
diimbangi dengan fasilitas pelayanan umum yang memadai, belum adanya teknologi tepat
guna dan terjangkau bagi masyarakat pesisir, belum meningkatnya kapasitas kelembagaan
masyarakat serta belum sinerginya program/kegiatan pusat dan daerah.
Dalam menciptakan sebuah teknologi diperlukan serangkaian proses uji coba agar hasilnya
bisa betul-betul bermanfaat untuk penggunanya dan masyarakat di sekitarnya. Untuk jamban
pesisir ini pun Pak Sofyang telah melakukan serangkaian proses uji coba, diantaranya :
Secara teknis, sebelum membuat JPS ini diperlukan proses penghitungan jumlah limbah yang
dihasilkan baik dari wc maupun kamar mandi (Black Water dan Gray Water). Hal ini
dimaksudkan untuk menentukan volume JPS yang akan digunakan. Sehingga JPS ini bisa
berfungsi dengan baik, dapat mengurai bakteri-bakteri yang ada pada limbah buangan
manusia dan akhirnya air yang keluar dari JPS sudah tidak mencemari lingkungan lagi.
Dalam penyempurnaannya JPS ini telah melalui beberapa tahapan perkembangan, masing-
masing dari hasil perkembangannya memiliki perbedaan, diantaranya :
Setelah melalui beberapa kali uji coba, JPS ini ternyata berhasil diterapkan di beberapa
daerah pesisir dan setelah dilakukan uji sample oleh Kementerian Kesehatan khususnya
BTKLPP Kelas I Batam, air yang keluar dari JPS ini sudah tidak mencemari air di
lingkungan sekitarnya.
Semoga JPS ini dapat menjadi salah satu solusi bagi masyarakat pesisir dalam mengakses
jamban sederhana yang sehat. Dan tentunya diharapkan dapat berdampak terhadap
meningkatnya derajad kesehatan masyarakat pesisir. Untuk mengetahui cara pembuatan dan
info selengkapnya mengenai JPS ini silahkan unduh file dalam link dibawah ini. Semoga
bermanfaat, lebih bersih lebih sehat.