Bab Iii
Bab Iii
A. Sweet Gas
Sweet gas adalah gas alam yang tidak mengandung hidrogen sulfida (H2S),
tetapi dapat mengandung nitrogen (N2), karbondioksida (CO2) atau kedua-duanya.
Kandungan ini harus kita ketahui besarnya prosentasenya karena akan
mempengaruhi besarnya harga Z.
B. Sour Gas
Sour gas adalah gas alam yang mengandung hidrogen sulfida (H2S) dalam
jumlah yang besar dan karena adanya H2S ini maka sour gas tersebut bersifat
korosif. Selain itu H2S juga akan mempengaruhi besarnya harga Z.
14
15
C. Wet Gas
Wet gas adalah gas bumi yang mengandung hidrokarbon yang lebih berat
dalam jumlah yang cukup banyak dan mudah dipisahkan dalam bentuk cairan.
Cairan yang dihasilkan dari gas basah disebut kondensat, sedangkan gas yang
diperoleh disebut gas kondensat atau gas alam. Baik saat awal maupun akhir
produksi, biasanya di dalam reservoir fluida dalam keadaan fasa gas. Adapun ciri-
ciri gas basah antara lain:
1. Temperatur krikondenterm diagram fasanya lebih kecil dari temperature
reservoir.
2. Fluida dari separator terdiri atas 10 % mol cairan, dan 90 % mol fasa gas.
0
3. Cairan dari separator mempunyai gravity > 50 API dan biasanya jernih
seperti air.
4. GOR produksi dapat mencapai 100 000 SCF/STB atau kurang.
Diagram fasa gas basah (wet gas) dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Diagram Fasa Gas Basah
(Beggs, Dale. H.;”Gas Production Operation”,1984)
D. Dry Gas
Gas kering terutama terdiri dari metana dan sedikit mengandung etana serta
kemungkinan propane. Adapun ciri-ciri dari dry gas antara lain:
1. Temperatur kritis dan temperatur krikondenterm fluida relatif sangat
rendah, sehingga biasanya berharga jauh di bawah temperature
reservoirnya.
16
2. Sedikit sekali atau hampir dapat dikatakan tidak ada cairan yang diperoleh
dari separator produksi permukaan.
3. GOR produksi biasanya lebih dari 100 000 SCF/STB.
Diagram fasa gas kering (dry gas) dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2.
Diagram Fasa Gas Kering
(Beggs, Dale. H.;”Gas Production Operation”,1984)
biasa disebut Sour Gas dan yang tidak ada kandungan belerangnya biasa disebut
dengan Sweet Gas.
B. Senyawa Oksigen
Migas juga dapat memiliki senyawa oksida sampai 2% dalam bentuk asam
fenol. Biasanya terdapat dalam residu atau derivate tinggi. Beberapa jumlah kecil
fenol didapatkan dalam kerosin dan minyak solar. Migas dari formasi paling muda
biasanya mengandung asam yang paling tinggi. Asal asam ini tidak begitu banyak
diketahui, ada yang menyatakan bahwa zat tersebut merupakan sebagian dari
gugusan asam yang ada sebelumnya, sebelum berdegenerasi menjadi minyak.
C. Senyawa Nitrogen
Banyak terdapat dalam residu atau molekul berat dan sebagian terdapat
dalam benzene dan asphaltene. Kadar nitrogen bervariasi antara 0.01 sampai 0.02
% dan kadang-kadang dapat mencapai 0.65 %, misalnya dari lapangan minyak
Willmington, California, yang senyawa nitrogennya bisa melebihi 10 %. Senyawa
nitrogen yang terdapat dalam proses destilasi terutama adalah homolog piridin
dalam jangkauan C6–C10, quinolin dalam jangkauan C10–C17, dan turunan yang
berhidrogen dan juga senyawa carbozol, indol, dan pyrol. Asal nitrogen ini adalah
biogenic, misalnya dari protein dan pigmen.
a. Gas Ideal
Gas ideal didefinisikan sebagai suatu gas yang mana bila volumenya
dikurangi setengahnya makan akan bertambah dua kali lipat, dan tekanannya akan
naik dua kali lipat, dimana volumenya dijaga konstan, jika temperaturnya dinaikkan
dua kali lipat. Secara umum persamaannya dapat dituliskan sebagai :
P1VI P 2V 2
.......................................................................................(3-1)
T1 T2
Dimana P1, V1, dan T1 adalah tekanan, volume dan temperatur pada kondisi
1, P2, V2 dan T2 adalah tekanan, volume dan temperature pada keadaan 2 atau
keadaan standart, sehingga persamaan tersebut dapat pula dinyatakan dalam bentuk
lain, dan dapat diperoleh dengan mengingat bahwa n molekul gas pada 60°F, 14.7
psia menempati ruang 379.4 x n cuft.
PV 14.7 x379.4 xn
.............................................................................(3-2)
T (60 459.7)
PV 10.732nT .....................................................................................(3-3)
Konstanta 10.372 tersebut disebut konstanta gas yang diberi symbol R, dan
bentuk umum persamaan gas ideal dapat ditulis sebagai berikut :
PV nZRT ...........................................................................................(3-4)
Keterangan :
P = Tekanan, psia
V = Volume, cuft
T = Temperatur, °F
n = Jumlah mol gas yang besarnya m/M, lb-mole
m = Berat Gas, lb
M = Berat molekul gas, mole
R = Konstanta gas = 10.732 psia cuft/lb-mole°R
Persamaan – persamaan yang digunakan dalam gas ideal merupakan hasil
kombinasi dari Boyle’s Law, Charles’ Law dan Avogadro’s Law.
b. Gas Nyata
Gas nyata merupakan gas yang tidak mengikuti hukum – hukum gas ideal.
Gas nyata, seperti gas alam bilamana volumenya dikompresi setengah dari volume
19
semula, tekanannya akan berkurang dari semula, yaitu gasnya terlihat lebih
kompresible dari gas ideal.
Angka yang menunjukkan penyimpangan gas dari kelakuan gas ideal sering
kali disebut dengan faktor kompresibilitas atau deviation factor diberi simbol Z.
Gas deviation faktor dapat didefinisikan sebagai perbandingan volume sebenarnya
ditempati oleh gas pada suatu temperature dan tekanan tertentu terhadap apa yang
ditempati bila ideal. secara umum persamaan gas nyata dapat dituliskan sebagai
berikut :
PV nZRT ...........................................................................................(3-5)
Dalam kenyataannya gas ideal merupakan gas yang sulit ditemui sehingga
dalam perhitungan – perhitungan gas selanjutnya, harga Z harus ditentukan.
Gambar 3.3.
Viskositas Hidrokarbon Gas pada 1atm sebagai fungsi berbagai berat
Molekul dan Gravity Gas Pada Berbagai Tekanan
(Beggs, Dale. H.;”Gas Production Operation”,1984)
21
Gambar 3.4.
Hubungan Viskositas Ratio dengan Ppr dan Tpr
(Beggs, Dale. H.;”Gas Production Operation”,1984)
T
Tr = .................................................................................................(3-7)
Tc
P
Pr = ..................................................................................................(3-8)
Pc
Keterangan :
Tr = Temperatur tereduksi, tak berdimensi
T = Temperatur sistim, °R
Tc = Temperatur kritis, °R
Pr = Tekanan tereduksi, tak berdimensi
P = Tekanan sistim, psia
Pc = Tekanan kritis, psia
Untuk mencari faktor kompresibilitas dari campuran gas nyata digunakan
konsep “Pseudo Critical Pressure” (Ppc) dan “Pseudo Critical Temperatur” (Tpc).
Persamaannya sebagai berikut :
Tpc 170.5 307g ..............................................................................(3-9)
Ppc 709.6 58.7g ..........................................................................(3-10)
Harga temperatur Pseudo Reducer (Tpr) dan tekanan Pseudo reducer (Ppr)
dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
T
Tpr ...........................................................................................(3-11)
Tpc
P
Ppr ...........................................................................................(3-12)
Ppc
Pada gas alam sering terdapat gas non-hidrokarbon atau sering disebut zat
pengotor (impurities) seperti Nitrogen (N2), Karbon dioksida (CO2) dan Hidrogen
Sulfida (H2S). Keberadaan zat pengotor tersebut akan mempengaruhi harga faktor
kompresibilitas, untuk itu perlu dilakukan koreksi untuk Ppc dan Tpc.
Metode Koreksi Ppc dan Tpc akibat Zat Pengotor ( Metode Wichert-Aziz)
Tpc' Tpc ......................................................................................(3-13)
PpcTpc'
Ppc' ........................................................................(3-14)
Tpc B(1 B)
23
Keterangan :
Ppc’ = Koreksi Tekanan Pseudo-kritikal, °R
Tpc’ = Koreksi Temperatur Pseudo-critical, psia
ɛ = 120(A0.9 – A1.6) + (B0.5 – B4.0)
B = Fraksi H2S
A = Penjumlahan Fraksi H2S dan CO2 yang terdapat dalam campuran
gas.
Harga Temperatur pseudo reducer (Tpr) dan Tekanan pseudo reducer (Ppr)
dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
T
Tpr ............................................................................................(3-15)
Tpc'
P
Ppr ..........................................................................................(3-16)
Ppc'
Setelah harga dari pseudo reduced temperatur (Tpr) dan pseudo reduced
pressure (Ppr) diperoleh, maka faktor kompresibilitas dapat dicari dari grafik pada
Gambar 3.5.
Z sc nRT sc
Vsc ......................................................................................(3-18)
Psc
Sedangkan volume n mol gas pada kondisi reservoir adalah :
Z r nRT r
Vr ........................................................................................(3-19)
Pr
Subtitusikan Persamaan (3-17) dan (3-18) ke dalam Persamaan (3-19), maka akan
diperoleh harga Bg, yaitu :
Zr Tr cu . ft
Bg 0.02829 .............................................................(3-20)
Pr scf
Zr Tr bbl
Bg 0.00504 .................................................................(3-21)
Pr scf
Keterangan :
Psc = Tekanan pada kondisi standar, psia ( =14.7psia)
Pr = Tekanan pada kondisi reservoir, psi
Tsc = Temperatur pada kondisi standar, °R ( = 520 °R)
Tr = Temperatur pada kondisi reservoir, °R
Zsc = Faktor kompresibilitas gas pada kondisi standar ( = 1)
Zr = Faktor kompresibilitas gas pada kondisi reservoir
Gambar 3.5.
Faktor Kompresibilitas Gas Alam ( Natural Gas )
(Beggs, Dale. H.;”Gas Production Operation”,1984)
27
Harga n diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan sumbu tegak (p2).
Satuan ukuran lainnya digunakan dalam analisa “deliverability” adalah “absolut
open flow potensial” (AOF). Besar potensial ini diperoleh, bila kedalam Persamaan
(3-29) dimasukkan harga pwf sama dengan nol.
AOF = C (PR2)n .................................................................................(3-30)
tekanan yang dicapai pada saat penutupan Pws digunakan sebagai pengganti tekanan
rata-rata pada isochronal tes.
Gambar 3.6.
Diagram Tekanan Dan Laju Produksi Selama Tes Modified Isochronal
(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”1990)
log merupakan kinerja sumur yang sebenarnya. Secara ideal garis lurus tersebut
mempunyai slope 450 pada laju produksi yang rendah dan akan memberikan slope
yang lebih besar pada laju produksi tinggi. Hal ini terjadi akibat naiknya turbulensi
disekitar lubang bor dan berubahnya faktor skin akibat peningkatan laju produksi.
Harga eksponen di tunjukkan oleh persamaan :
log q sc2 log sc1
n
.............................................(3-31)
log R wf log R wf
2 2 2 2
2 1
kemudian pwf dan qg ini kemudian diplot dan membentuk kurva inflow performance
(IPR) seperti pada Gambar 3.8.
Gambar 3.7.
Plot Test Konvensional Untuk 2 vs qsc
(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”1990)
Pi
AOF
Gambar 3.8.
Plot Kurva IPR Gas
(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”1990)
32
qg
2
53,29 Tb
2
P
1 P2 D 5
2 2
………………………………….(3-35)
1.944 x10 9 Pb 2 fZT g L
dimana :
qg = laju aliran gas, SCF/jam
Tb = temperatur standard, oR
Pb = tekanan standard, psia
P1 = tekanan masuk, psia
P2 = tekanan keluar, psia
d = diameter dalam, ft
g = specifik gravity gas
T = temperatur aliran, oR
f = faktor gesekan
L = panjang pipa, ft
Z = faktor deviasi gas, pada P dan T rata-rata
Apabila L dalam satuan mile dan diameter dalam satuan inch, maka persamaan
(3-35) dapat dituliskan kembali dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu :
0,5
T ( P1 2 P2 2 ) D 5
q g 3.23 b ……….…………………………………..(3-36)
Pb g TLZf
Apabila faktor gesekan dalam persamaan 3-36 dipisahkan, maka persamaan dapat
dituliskan sebagai :
0.5
P1 2 P2 2 D 5
0,5
T 1
q g 3.23 b ……..………………………….……(3-37)
Pb f g TLZ
dimana :
0,5
1
adalah faktor transmisi
f
34
1
f ……………………………………………………..(3-38)
2
1.14 2 log
D
sedangkan untuk aliran yang tidak turbulen (kurang turbulen), faktor gesekan
merupakan fungsi dari bilangan Reynold, NRe yang didefinisikan sebagai :
0.48q g ( SCF / jam) g
N Re …………………………………….………..(3-39)
d
atau
20q g ( Mcfd ) g
N Re ……………………………………………………...(3-40)
d
Dengan demikian perhitungan laju aliran gas dengan menggunakan persamaan (3-
36) atau (3-37) diperlukan prosedur ”trial and error”, oleh karena persamaan
tersebut merupakan fungsi implisit terhadap laju aliran gas. Untuk menghindari
proses trial and error, Weymouth mengusulkan persamaan faktor gesekan yang
merupakan fungsi dari diameter (dalam inch), sebagai berikut:
0,032
f …………………………………………………………………..(3-41)
D1 / 3
Apabila persamaan (3-38) disubstitusikan kedalam persamaan (3-36), maka
diperoleh persamaan sebagai berikut :
0,5
T P1 2 P2 2 ( D ) 5.333
q g 18.062 b ……………………………………...(3-42)
Pb g TLZ
2 p13 p23
pm .........................................................................................(3-43)
3 p12 p22
Metode Weymouth umumnya digunakan untuk merencanakan pipa dengan
diameter dalam lebih kecil dari 12 inch. Desain pipa dengan metode ini umumnya
memberikan harga yang konservatif aman. Untuk laju alir yang besar akan
dihasilkan diameter pipa yang terlalu besar.
3.6.1.2. Metode Panhandle A
Persamaan ini dikembangkan oleh Panhandle Eastern Pipeline Company,
Panhandle menggunakan persamaan dasar yang sama seperti Weymouth, hanya
saja faktor gesekan dinyatakan sebagai fungsi dari bilangan Reynold, yaitu :
0.085
f 0.147
………………………………………………………(3-44)
N Re
Berdasarkan persamaan faktor gesekan tersebut, persamaan aliran gas dalam pipa
adalah sebagai berikut :
0.4604
0.5394 1
1, 07881
T P12 P22
q g 435.87 b . d 2,6182 ………………….(3-45)
Pb TLZ g
Satuan untuk masing-masing variable dalam persamaan (3-45) sama seperti pada
persamaan Weymouth.
3.6.1.3. Metode Panhandle B
Panhandle juga mengembangkan persamaan aliran gas, khusus untuk pipa
transmisi jarak jauh, dengan menganggap faktor gesekan menuruti hubungan
sebagai berikut :
0.015
f 0.0392
..................................................................................................(3-46)
N Re
Berdasarkan persamaan faktor gesekan tersebut, persamaan aliran gas dalam pipa
adalah sebagai berikut :
0.51
T
1, 02
P1 2 P2 2
q g 737 b 0,961 .D 2,53 ……………………………………(3-47)
Pb g TLZ
Satuan untuk masing-masing variable dalam persamaan (3-47) sama seperti pada
persamaan Weymouth.
36
antara kecepatan alir fluida terhadap kecepatan erosional, atau dapat dirumuskan
sebagai berikut:
𝑉𝑓
EVR = 𝑉𝑒 …………………………………………………………..(3-50)
titik-titik cairan dari gas dalam ukuran micron. Partikel-partikel cairan bersatu dan
terakumulasi, sampai cukup berat untuk kemudian jatuh kedalam akumulasi cairan.
Separator vertikal digunakan untuk sumur-sumur dengan GOR rendah
sampai sedang, dimana diharapkan diperoleh hasil cairan yang banyak. Kelebihan
separator vertikal adalah:
1. Kontrol level cairan tidak begitu kritis karena jarak vertikal antara gas outlet dan
level cairan cukup jauh.
2. Kecenderungan penguapan kembali cairan kedalam fasa gas kecil.
3. Separator ini sangat baik digunakan pada fluida produksi yang banyak
mengandung pasir.
4. Untuk dioperasikan di platform lebih murah karena hanya memerlukan tempat
pemasangan yang sempit.
Sedangkan kerugiannya adalah :
1. Untuk kapasitas gas yang sama separator ini merupakan diameter yang lebih
besar dibanding separator horisontal. Ini disebabkan aliran gas keatas
bertumbukan dengan butir-butir cairan yang jatuh kedasar vessel.
2. Harganya lebih mahal.
A. Kapasitas Gas
Kapasitas gas pada separator minyak-gas, telah banyak dihitung selama
beberapa tahun, yaitu dengan menggunakan persamaan yang telah dibuat oleh
Souders dan Brown, sebagai berikut :
0,5
L g
Vg K …..……………………………………………(3-51)
g
Qg
A ( )( D 2 ) K {( l g ) / g }0.5 ……………………………(3-52)
Vg 4
dimana :
Vg = kecepatan gas, didasarkan pada seluruh bagian vessel (ft/sec)
A = luas penampang separator, sqft
Qg = laju aliran gas pada kondisi operasi, cuft/sec
L = density liquid, pada kondisi operasi, lbm/cuft
Tabel III-1
Harga K Tiap-Tiap Separator
Type separator harga K Harga K yang umum digunakan
Separator vertikal 0.06 s/d 0,35 0.117 tanpa mist extractor
0.167 dengan mist extractor
Separator Horisontal 0,40 s/d 0,50 0.382 dengan mist extractor
Separator Spherical 0.35 dengan mist extractor
Pada kapasitas gas dari separator spherical tergantung pada kapasitas dari
mist extractor. Selain menghitung diameter dari separator yang diperlukan untuk
kapasitas gas, persamaan Souders-Brown dapat juga digunakan untuk desain yang
lain seperti bubble cap atau trayed towers untuk dehidrasi dan desulfurization units,
dan untuk ukuran mist eliminators. Harga K diberikan sebagai berikut :
Wire mest mist eliminator K = 0,35
Bubble cap trayed columns K = 0,16 untuk 24 inchi spacing
Valve tray columns K = 0,18 untuk 24 inch spacing
Kecepatan gas berdasarkan pada luas total separator, dan juga didasarkan
atas kecepatan penguapan permukaan (superficial). Kapasitas gas pada kondisi
standart (14,7 psia dan 60oF), qsc, umumnya dalam satuan MMscfd, dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut :
2.40 D 2 KP( L g )
0,5
Qsc ……………………………….(3-53)
Z (T 460) g0.5
dimana :
Qsc = kapasitas gas pada kondisi standart, MMscfd
D = diameter dalam dari vessel, ft
P = tekanan operasi, psia
T = temperatur operasi, psia
Z = faktor compresibitas gas pada kondisi operasi, oF
Luas mist extractor, Am, dapat ditentukan dengan :
Am = qg / vm …………………………………………………………...(3-54)
42
Bahan bakar gas biasanya disuplai pada tekanan tertentu melalui pressure
control untuk dapat mempertahankan nyala apinya.
Persamaan dasar yang digunakan adalah :
Q = k A dT/dx ................................................................................... (3-56)
atau : Q = h A dT ........................................................................................ (3-57)
keterangan :
Q = Heat transfer rate, Btu / hr.
k = Thermal Conductivity, Btu / ((hr.sq ft. 0F)/ft) atau
Btu / ((hr.sq.0F)/in).
A = Area, sq ft.
dT = Temperatur different, 0F.
dx = Distance in direction of heat transfer, ft atau in.
h = Heat transfer coefficient, Btu / (hr.sq ft. 0F).
sweet gas. Kandungan CO2 yang tinggi dalam gas bumi akan menurunkan kualitas
mutu gas tersebut. Hal tersebut disebabkan karena :
1. CO2 dan air dapat mengandung asam karbon yang dapat memicu terjadinya
korosi pada lingkungan.
2. CO2 tidak memiliki nilai bakar ( heating value ), dimana semakin banyak
kandungan CO2 dalam gas, akan menurunkan nilai bakar ( heating value )
secara keseluruhan. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap standar kualitas
gas tersebut,
3. CO2 akan bereaksi dengan bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam proses
penghilangan kandungan sulfur dari cairan NGL, sehingga dengan
menghilangkan CO2 akan membuat proses tersebut menjadi lebih baik.
Sedangkan unsur pengotor gas bumi berupa H2S perlu dihilangkan karena :
1. Dapat menimbulkan korosi, dimana H2S dan air dapat membentuk asam
sulfur yang dapat memicu terjadinya korosi,
2. H2S merupakan zat beracun yang sangat berbahaya bagi manusia. Dalam
konsentrasi yang rendah, zat tersebut dapat menimbulkan kematian.
Dalam penjualan gas bumi, terdapat standar mutu internasional yang
merupakan kualitas standar dalam penjualan gas bumi, disamping nilai bakar
(heating value) yang tinggi kandungan zat pengotor dalam gas bumi juga menjadi
perhatian utama. Berikut ini adalah standar mutu yang sering dipakai dalam
penjualan gas bumi :
1. Nilai bakar ( heating value ) berkisar 950 – 1000 btu/scf,
2. Kadar H2S berkisar 0,25 grain/100 scf atau sekitar 4 ppm,
3. Kandungan CO2 berkisar 1 – 3 % volume,
4. Kandungan total sulfur ( S, H2S, COS, CS2, SO dan mercaptans ) sekitar 1 – 5
grain/100 scf.
Untuk dapat memenuhi standar mutu penjualan gas bumi tersebut, maka pada gas
bumi yang mengandung pengotor (sour gas) dilakukan proses pemurnian yang kita
kenal dengan gas sweetening proses. Kehadiran CO2 dalam gas bumi memang
merupakan kendala yang harus diatasi untuk meningkatkan mutu dan kualitas dari
gas bumi. Kehadiran CO2 dalam gas bumi dapat terjadi bersama-sama dengan
47
kehadiran H2S sebagai pengotor. Karena itulah proses yang dilakukan untuk
menghilangkan kadar CO2 dalam gas tidak bisa terlepas dari kehadiran H2S.
Berbagai macam cara dan pertimbangan (baik secara ekonomi maupun teknis)
mendasari proses pemilihan cara yang digunakan untuk menghilangkan CO2 dari
gas bumi. Berikut ini akan kita jelaskan beberapa metode yang dapat digunakan
untuk menghilangkan CO2 dari gas bumi, baik dalam kondisi tidak terdapat H2S
maupun pada saat terdapat H2S dalam gas bumi tersebut.
Komposisi CO2 dalam feed gas, umumnya berkisar 3-4 %. Untuk kondisi
tertentu kandungan CO2 dapat mencapai 65 %. Tekanan pada proses absorbsi bisa
lebi dari 1000 psig. Tekanan parsial CO2 yang masuk dapat bervariasi dari 1 psi
sampai 650 psi atau bahkan lebih. Sedangkan hasil produk yang diharapkan, akan
mempunyai kandungan CO2 sekitar 1-3 %.
Batasan-batasan tekanan parsial tersebut dapat kita lihat pada gambar 3.9.
Untuk pemerosesan gas yang mempunyai tekanan parsial CO2 yang tinggi,
sedangkan gas produk hasil pemerosesannya diharapkan mempunyai kadar tekanan
parsial CO2 yang rendah, akan lebih ekonomis jika kita menggabungkan antar
proses pelarutan secara kimiawi dan pelarutan secara fisik.
( ID) 2 .H
Total Capasity = , bbl …………............…........…....(3-58)
7,15307
Dimana :
ID = Diameter dalam, ft
H = Tinggi tangki, ft
3.7.3.2. Kompressor
Kompressor adalah mesin untuk memampatkan udara atau gas. Kompressor
udara biasanya menghisap udara dari atmosfir. Namun ada pula udara atau gas yang
bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Sebaliknya ada pula kompressor yang
menghisap gas yang bertekanan lebih rendah dari tekanan atmosfir, yang disebut
dengan pompa vakum. Kompressor diperlukan untuk menaikkan tekanan alir dalam
pipa, terutama dalam pipa transmisi yang berjarak panjang, dimana kehilangan
tekanan yang terjadi sangat besar.
50