Anda di halaman 1dari 10

Seminar Nasional Sustainability in Architecture 2018

Yogyakarta, 31 Januari 2018


Program Studi Pendidikan Profesi Arsitek
Universitas Islam Indonesia.

Evaluasi Performa Desain Selubung Bangunan Rumah Tinggal


Tinjauan Arsitektur Berkelanjutan dengan Upaya Konservasi Energi melalui Perhitungan
OTTV pada Selubung Bangunan Rumah Tinggal

Rizky Atma Satria¹, Sugini²


¹Mahasiswa, Pendidikan Profesi Arsitek, Universitas Islam Indonesia
²Dosen, Pendidikan Profesi Arsitek, Universitas Islam Indonesia

Abstrak

Permasalahan krisis energi dan pemanasan global adalah hal yang mendesak adanya upaya penghematan
energi untuk menghindari dampak yang lebih buruk di masa depan. Salah satu usaha yang bisa dilakukan
adalah melalui pengembangan konsep keberlanjutan arsitektur yang tanggap dan sadar akan keterbatasan
energi. Upaya konservasi energy dinilai sangat penting karena jika dilihat pada penggunaan energi secara
global, sektor bangunan menyerap jumlah energi yang sangat besar yaitu berkisar 50%-70% dari keseluruhan
kebutuhan energi dunia. Lima puluh persen penggunaan energi di bangunan dihabiskan untuk menghasilkan
kenyamanan termal didalam ruangan. Sehingga diperlukan perhatian khusus terutama saat memulai
perancangan bangunan agar bangunan tersebut tidak harus menggunakan penghawaan buatan (AC) demi
menciptakan kenyamanan termal ruang. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi tingginya suhu ruang
adalah selubung bangunan. Melalui metoda eksperimen dilakukan pengujian OTTV pada hasil rancangan
rumah tinggal dari obyek penelitian di Pemalang. Dari hasil pengujian ditemukan bahwa hasil OTTV pada
keseluruhan orientasi selubung bangunan berada dibawah standar yaitu 19,86 W/m² dari standar SNI 45 W/m².
Dalam hal ini berarti selubung rancangan bangunan telah memenuhi kriteria konservasi energi karena tidak
perlu menggunakan sistem pengkondisian udara. Faktor-faktor yang mempengaruhi OTTV yaitu WWR, jenis
material, warna bangunan dan teritisan/shading.

Kata Kunci: Konservasi Energi, OTTV, Rumah Tinggal, Selimut Bangunan.

menggunakan minimal satu unit alat pengkondisian udara


Latar Belakang (AC) yang aktif hampir 24 jam untuk membantu suhu
Penerapan konsep keberlanjutan dalam arsitektur men- termal dalam ruangan.
jadi hal yang paling disarankan pada saat ini, mengingat
Dari distribusi konsumsi energi bangunan, komponen
semakin menipisnya sumber daya alam akibat tidak te-
konsumsi listrik terbesar adalah sistem pendingin yang
patnya penggunaan energi pada bangunan. Dalam
mencapai 45-50% dari seluruh energi listrik, pencaha-
pengertiannya, keberlanjutan arsitektur didefinisikan se-
yaan 10-25% dan elevator hanya 2-10%. Karena itu de-
bagai upaya mempertahankan sumber daya alam agar
sain pasif memiliki peran dalam menurunkan beban listrik
mampu bertahan lama atau juga disebut dengan upaya
melalui desain selimut bangunan. Fungsi selimut
konservasi energi. Namun sebaliknya, kondisi saat ini
bangunan adalah sebagai pengkondisi antara kondisi luar
yang terjadi pada desain bangunan di Indonesia, rata-rata
dan kondisi dalam bangunan dengan cara menyaring
hampir mengesampingkan perlakuan khusus pada de-
elemen eksternal yang tidak diinginkan sebelum masuk
sain bukaan serta selubung bangunan untuk me-
kedalam bangunan. Sehingga proporsi antara jenis mate-
maksimalkan fungsi dan lebih mengutamakan nilai esteti-
rial transparan dan masif berdasarkan orientasi, luas
ka, sehingga ketika bangunan dihuni bangunan tersebut
permukaan, kemampuan konduksi dan radiasi bangunan
harus tepat untuk menghindari panas yang masuk namun
tetap optimal dalam menghasilkan penerangan alami
Korespondensi: Rizky Atma Satria kedalam ruang. Perhitungan proporsi dari beberapa hal
Afiliasi : Mahasiswa Pendidikan Profesi Arsitek UII
E-mail : 16515037@students.uii.ac.id tersebut dapat diakomodasi dengan perhitungan nilai
Donor : perpindahan panas atau biasa disebut dengan OTTV
atau Overall Thermal Transfer Value. Kriteria konservasi
energi bangunan jika memenuhi standar OTTV bernilai

© SiA 2018 l Rizky Atma Satria, S. Ars


Seminar Nasional Sustainability in Architecture 2018
Yogyakarta, 31 Januari 2018
Program Studi Pendidikan Profesi Arsitek
Universitas Islam Indonesia.

≤45 W/m² (Badan Standardisasi Nasional, 2000). Jika bangunan meliputi material dinding, warna cat, dengan
nilai OTTV berada diatas 45 W/m², maka diperlukan alat atau tanpa peneduh. Orientasi bangunan yang dipilih
pengkondisian udara agar mampu mencapai kenya- adalah empat arah utama yaitu utara, selatan, timur dan
manan termal ruang, sehingga berujung pada pem- barat. Hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai OTTV di
borosan energi listrik yang berarti desain bangunan tidak masing-masing orientasi. Nilai SF (factor radiasi matahari)
masuk dalam konsep keberlanjutan arsitektur. Studi ka- yang digunakan mengacu pada nilai SF yang terdapat
sus yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pada SNI (Badan Standardisasi Nasional, 2000). Elemen
rancangan rumah tinggal di Pemalang, Jawa Tengah. eksternal non-struktural bangunan seperti bangunan
Selain mengingat bangunan ini terletak di iklim tropis, tetangga, vegetasi berupa pohon besar dan tirai pada
rancangan ini pada mulanya tidak menggunakan kalku- jendela diabaikan. Material dan warna selubung
lasi OTTV untuk menentukan material dan komponen lain bangunan sesuai dengan kondisi eksisting perancangan.
pada desain selubung bangunannya. Sehingga perlu Objek penelitian ini bertempat di Kabupaten Pemalang,
adanya penelitian yang membuktikan bahwa rancangan Jawa Tengah, Indonesia.
tersebut sesuai atau tidak dengan kriteria konservasi en-
State of the Art
ergi melalui nilai OTTV.
Penelitian sebelumnya banyak membahas tentang
Rumusan Masalah
pengaruh selubung bangunan terhadap konservasi ener-
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah hasil gi, seperti beberapa gedung yang terdapat di Jakarta oleh
rancangan selubung bangunan rumah tinggal dari obyek (Sandra Loekita, 2006), bangunan asrama Putri USU
penelitian telah memenuhi standar OTTV dan faktor- oleh (F & Rejeki Bastanta K, 2010), bangunan gedung
faktor apa saja yang mempengaruhi nilai OTTV dalam Graha Galaxy Surabaya oleh (Gozali, Anastasia Fairanie;
hasil rancangan selubung bangunan rumah tinggal terse- Feri, 2013), bangunan Univeritas Negeri Semarang oleh
but. (Prihanto, 2007) dan gedung Komersial Kantor oleh
(Dimas, Fitria, & D, 2011). Penelitian-penelitian tersebut
Tujuan
membahas tentang bangunan yang sudah terbangun dan
• Mengetahui tingkat kesesuaian keberlanjutan arsi- terdapat indikasi mengenai penggunaan alat pengkon-
tektur dalam upaya konservasi energi melalui perhi- disian udara (AC) yang dalam hal ini berpengaruh pada
tungan nilai OTTV pada desain selubung bangunan hilangnya upaya konservasi energi. Sehingga kebaha-
rumah tinggal dari obyek penelitian. ruan pada penelitian ini membahas tentang bangunan
yang masih dalam perencanaan dan dapat di pertim-
• Mengetahui faktor-faktor apa saja yang bangkan mengenai komponen selubung bangunannya
mempengaruhi tinggi rendahnya nilai OTTV pada el- apabila nilai OTTV berada diluar standarisasi BSN.
emen selubung bangunan.
Tinjauan Pustaka
Sasaran
Konservasi Energi
Adapun sasaran dari penelitian ini adalah untuk mengkaji
dan mengevaluasi kesesuaian prinsip keberlanjutan arsi- Konservasi merupakan pemanfaatan biosfer oleh manu-
tektur dalam upaya konservasi energi ditinjau dari perhi- sia yang memberikan keuntungan besar serta dapat di-
tungan OTTV desain selubung bangunan rumah tinggal perbaharui bagi generasi-generasi dimasa depan
dari obyek penelitian, sehingga dapat dimanfaatkan se- (International Union for Conservation of Nature and
bagai penilaian dan kritik ilmiah terhadap hasil desain Natural Resources, 1980). Energi sendiri didefinisikan
serta menjadi acuan pada perancangan bangunan se- sebagai tenaga untuk melakukan sesuatu. Sehingga
rupa dimasa yang akan datang. konservasi energi dapat disimpulkan sebagai kegiatan
pemanfaatan energi yang efisien dan rasional tanpa
Batasan mengurangi penggunaan energi yang memang benar-
Penelitian ini akan mengevaluasi selubung bangunan benar diperlukan untuk menunjang pembangunan na-
terhadap nilai OTTV. Nilai OTTV yang memenuhi per- sional. Penggunaan energi yang optimal sesuai kebu-
syaratan konservasi energi menurut SNI 03-6389-2000 tuhan sehingga akan menurunkan biaya energi yang
adalah ≤ 45 W/m². Objek yang diteliti adalah selubung dikeluarkan (hemat energi hemat biaya). Pengertian en-

© SiA 2018 l Rizky Atma Satria


Seminar Nasional Sustainability in Architecture 2018
Yogyakarta, 31 Januari 2018
Program Studi Pendidikan Profesi Arsitek
Universitas Islam Indonesia.

ergi yang dimaksudkan adalah jenis energi yang di- Laju rata-rata setiap jam dari radiasi matahari pada se-
perdagangkan. Pengertian energi primer pada dasarnya lang waktu tertentu yang sampai pada suatu permukaan
akan relatif bersamaan dengan perjalanan waktu dan
3. Fenetrasi Bukaan atau lubang cahaya di dalam
perkembangan teknologi. Untuk saat ini energi primer
bangunan yang mentransmisikan cahaya termasuk di sini
merupakan energi yang bersumber dari minyak bumi
adalah bahan yang tembus cahaya seperti kaca atau
(fossil fuels): batu bara, minyak dan gas alam, serta sum-
plastik, peralatan peneduh luar atau dalam dan system
ber terbarukan seperti matahari (photovoltaic), tenaga air,
peneduh lainnya.
panas bumi dan nuklir. Untuk energi yang dibangkitkan
dalam tubuh manusia sebagai hasil oksidasi makanan 4. Nilai perpindahan termal menyeluruh (OTTV)
tidak termasuk dalam pengertian energi yang akan diba-
has dalam penelitian ini. Selain dibedakan menjadi energi Suatu nilai yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan
terbarukan (renewable energy) dan sumber energi tak untuk selubung bangunan pada bangunan yang dikon-
terbarukan (non-renewable energy) menurut sumber ter- disikan.
jadinya. Penyebutan tak terbarukan sebenarnya tidak 5. Nilai perpindahan termal atap (RTTV)
benar-benar seperti demikian. Namun karena dibutuhkan
waktu yang cukup lama untuk berputarnya siklus energi Nilai perpindahan termal menyeluruh untuk atap yang
sampai pada titik awal, energi itu disebut sebagai yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan penutup atap
tak terbarukan atau tepatnya yang tak terbarukan dengan yang dilengkapi dengan lubang cahaya atap.
segera. Selain tak terbarukan, kesadaran manusia ter-
6. Kriteria peneduh
hadap krisis energi sekalipun datang dengan sangat ter-
lambat, telah mengarahkan manusia untuk mencari sum- Angka perbandingan antara perolehan panas radiasi ma-
ber energi lain dari alam disekitarnya. Pencarian tersebut tahari melalui lubang-lubang cahaya terhadap perolehan
mengarah pada sumber energi yang memerlukan waktu kalor radiasi matahari yang melalui kaca bening setebal 3
perbaharuan lebih singkat dan saat ini tersedia sangat mm yang tidak terlindung.
melimpah. Sumber-sumber energi pilihan ini disebut
7. Selubung bangunan
sumber energi terbarukan (Mediastika, 2013).

Selubung Bangunan Adalah elemen bangunan yang melingkupi bangunan


seperti dinding dan atap bangunan di mana sebagian
Selubung bangunan terdiri dari komponen tak tembus besar energi termal berpindah lewat elemen tersebut.
cahaya seperti dinding dan sistem fenestrasi atau kom-
ponen tembus cahaya seperti jendela kaca yang mem- 8. Transmitansi termal yang selanjutnya disebut nilai U
isahkan interior bangunan dari lingkungan luar. Selubung
Adalah jumlah panas yang mengalir lewat satu satuan
bangunan memberikan proteksi terhadap pengaruh ling-
luas bagian bangunan, pada kondisi mantap, per satuan
kungan luar yang tidak diharapkan seperti panas, radiasi,
waktu, per satuan beda temperatur udara yang terdapat
angin, hujan, kebisingan dan polusi (Pemerintah Provinsi
di tiap permukaan bagian bangunan tersebut
DKI Jakarta, 2012)
Selubung bangunan untuk Indonesia (daerah tropis)
Dalam standar selubung bangunan seperti standar
mempunyai karakteristik tersendiri (Badan Standardisasi
(ASHRAE, 2001) maupun standar SNI, terdapat bebera-
Nasional, 2000) seperti berikut :
pa istilah yang harus diketahui dalam melakukan
perancangan, mengoperasikan, memelihara, memeriksa • Standar SNI selubung bangunan tahun 2011 berlaku
dan menguji suatu selubung bangunan. untuk komponen dinding (termasuk jendela) dan atap
pada bangunan yang dikondisikan. Bangunan yang
1. Beda temperatur ekuivalen
dikondisikan umumnya menggunakan Air Conditioning
Beda temperatur yang diakibatkan oleh efek radiasi ma- (AC/tata udara), oleh karena itu semakin kecil perpinda-
tahari dan temperature udara luar, sehingga men- han panas kedalam bangunan maka akan memperkecil
imbulkan aliran panas total ke dalam bangunan. beban pendingin sehingga akan menghemat energi.

2. Faktor radiasi matahari • Berdasarkan SNI tersebut ditetapkan perolehan panas

© SiA 2018 l Rizky Atma Satria


Seminar Nasional Sustainability in Architecture 2018
Yogyakarta, 31 Januari 2018
Program Studi Pendidikan Profesi Arsitek
Universitas Islam Indonesia.

radiasi matahari total untuk dinding dan atap tidak boleh Tabel 1.1 Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk cat
melebihi harga perpindahan panas menyeluruh (OTTV) permukaan dinding luar
yaitu 45 Watt/m2.

OTTV
Teori OTTV (overall thermal transfer value) (Badan
Standardisasi Nasional (BSN), 2000) Merupakan nilai
yang diputuskan sebagai standar acuan perancangan
pada selimut bangunan yang dikondisikan. Selubung
bangunan tersebut didefinisikan sebagai elemen pada
bangunan yang menyelimuti bangunan, seperti dinding
luar dan atap transparan atau masif, dimana secara
maksimal energi termal merambat melalui elemen terse-
Sumber: SNI 03-6389-2000
but.Untuk memberikan proteksi terhadap perolehan
panas akibat radiasi matahari ke selubung bangunan, 2. Beda temperatur ekuivalen (Equivalent Temperature
maka ditetapkan nilai OTTV untuk selubung bangunan Difference = TDEk ) beda antara temperatur ruangan dan
tidak lebih dari 45 watt/m2. temperatur dinding luar atau atap yang diakibatkan oleh
efek radiasi matahari dan temperatur udara luar untuk
Nilai OTTV pada setiap bidang dinding luar bangunan
keadaan yang dianggap quasistatik yang menimbulkan
dengan orientasi tertentu dapat dihitung dengan rumus
aliran kalor melalui dinding atau atap, yang ekuivalen
berikut :
dengan aliran kalor sesungguhnya. Beda temperatur
OTTV = a.[(Uw x (1 – WWR)] x TDEk + (SC x WWR x SF) + ekuivalen (TDEk) dipengaruhi oleh :
(Uf x WWR x DT)
• Tipe, massa dan densitas konstruksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi OTTV merupakan var-
• Intensitas radiasi dan lamanya penyinaran.
iabel yang berperan penting dalam penghitungan OTTV.
Adapun variabel tersebut akan dijelaskan satu-persatu • Lokasi dan orientasi banguna
sebagai berikut.
• Kondisi perancangan.
1. Absorbtansi radiasi matahari
Untuk menyederhanakan perhitungan OTTV, nilai TDEk
Nilai penyerapan energi termal akibat radiasi matahari untuk berbagai tipe konstruksi tercantum pada tabel 1.3.
pada suatu bahan dan yang ditentukan pula oleh warna
Tabel 1.3 Beda temperature ekuivalen untuk dinding
bahan tersebut. Nilai absorbtansi radiasi matahari (α) un-
tuk beberapa jenis permukaan dinding tak tembus cahaya
dapat dilihat pada tabel 1.1 dan 1.2

Tabel 1.1 Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk


dinding luar dan atap tak tembus cahaya

Sumber: SNI 03-6389-2000

3. Faktor radiasi matahari (Solar Factor = SF) laju rata-


rata setiap jam dari radiasi matahari pada selang waktu
tertentu yang sampai pada suatu permukaan. Faktor ra-
diasi matahari dihitung antara jam 07.00 sampai dengan
jam 18.00. Untuk bidang vertikal pada berbagai orientasi
Sumber: SNI 03-6389-2000 dapat dilihat pada tabel 1.4.

© SiA 2018 l Rizky Atma Satria


Seminar Nasional Sustainability in Architecture 2018
Yogyakarta, 31 Januari 2018
Program Studi Pendidikan Profesi Arsitek
Universitas Islam Indonesia.

Tabel 1.4 Faktor radiasi matahari (SF, W/m2) untuk mal.berdasarkan data pabrik pembuat adalah SCk = 0,5.
berbagai orientasi. Pengaruh tirai dan atau korden di dalam bangunan ge-
dung, khususnya untuk perhitungan OTTV, tidak terma-
suk yang diperhitungkan.

6. Luas permukaan selubung bangunan


Sumber: SNI 03-6389-2000
Luas permukaan selubung bangunan terutama pada
Rata-rata untuk seluruh orientasi SF = 147 pemahaman WWR (Wall to Window Ratio) sangat ber-
Keterangan : peran dalam penghitungan OTTV karenaberkaitan
U = utara dengan besarnya luas paparan radiasi panas yang
TL = timur laut diterima pada bangunan.
T = timur
TG = tenggara Metodologi Penelitian
S = selatan Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan
BD = barat daya pendekatan kuantitatif. Sebagai langkah permulaan dil-
B = barat akukan dengan penelusuran berbagai studi literatur
BL = barat laut terkait dengan hal yang akan diteliti, yaitu mengenai
4. Fenestrasi perhitungan OTTV selubung bangunan. Kasus yang di-
ambil adalah desain bangunan rumah tinggal di Pema-
Bukaan pada selubung bangunan.Fenestrasi dapat ber- lang yang di fungsikan sebagai rumah tinggal pribadi dan
laku sebagai hubungan fisik dan/atau visual ke bagian akan dilihat melalui temuan analisa kemudian diidentifi-
luar gedung, serta menjadi jalan masuk radiasi mataha- kasi apakah telah memenuhi persyaratan bangunan kon-
ri.Fenestrasi dapat dibuat tetap atau dibuat dapat dibuka. servasi energi melalui nilai OTTV (nilai perpindahan ter-
mal menyeluruh) pada selubung bangunan.
5. Koefisien peneduh (Shading Coefficient = SC)
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kategori yang
Angka perbandingan antara perolehan kalor melalui
telah dijelaskan sebelumnya yang terdiri atas beberapa
fenestrasi, dengan atau tanpa peneduh, dengan
kriteria dan tolak ukur sebagai berikut :
perolehan kalor melalui kaca biasa/bening setebal 3 mm
tanpa peneduh yang ditempatkan pada fenestrasi yang OTTV (Overall Thermal Transfer Value)
sama. Elemen bangunan yang menyelubungi bangunan
gedung, yaitu dinding dan atap tembus atau yang tidak Kategori ini mencakup aspek makro dan mikro yang perlu
tembus cahaya dimana sebagian besar energi termal dipertimbangkan agar suatu bangunan yang akan
berpindah melalui elemen tersebut. Koefisien peneduh dibangun memeproleh nilai perpindahan termal sesuai
tiap sistem fenestrasi dapat diperoleh dengan cara men- dengan standar yang telah ditetapkan. Adapun kriteria di
galikan besaran sc kaca dengan SC effektif dari antaranya berupa dinding utara, dinding selatan, dinding
kelengkapan peneduh luar, sehingga persamaannya timur dan dinding barat.
menjadi: Dari empat kriteria diatas memiliki persamaan tolok ukur
SC = SCk x SCEf sebagai berikut :

dimana : • Absorbtansi radiasi matahari (α)


• Transmitans termal atap/dinding tak tembus cahaya
SC = koeffisien peneduh sistem fenestrasi.
(W/m².K)
SCk = koeffisien peneduh kaca. • Luas atap/dinding yang tidak tembus cahaya (m²)
SCEf = koeffisien peneduh effektif alat peneduh. • Beda temperature ekuivalen (K)

Angka koefisien peneduh kaca didasarkan atas nilai yang • Koefisien peneduh dari sistem fenestrasi
dicantumkan oleh pabrik pembuatnya, yang ditentukan • Faktor radiasi matahari (W/m²)
berdasarkan sudut datang 450 terhadap garis nor-

© SiA 2018 l Rizky Atma Satria


Seminar Nasional Sustainability in Architecture 2018
Yogyakarta, 31 Januari 2018
Program Studi Pendidikan Profesi Arsitek
Universitas Islam Indonesia.

• Beda temperature perencanaan antara bagian luar Indonesia (GBCI), 2014) dengan nilai-nilai yang tetap
dan bagian dalam mengacu pada (Badan Standardisasi Nasional, 2000).
• Rasio dinding dengan bukaan (WWR) 1. Perpindahan kalor melalui konduksi oleh material
• Faktor radiasi sinar matahari (SF) yang masif (Qw)

• Nilai transmitans termal sistem fenestrasi (Uf) Qw = α x Uw x Aw x TDek / Ai


• Nilai OTTV tidak boleh lebih dari 45 W/m² • Nilai absorbtansi panas atau α merupakan nilai penye-
RTTV (Roof Thermal Transfer Value) rapan termal akibat radiasi matahari pada suatu ba-
han dan ditentukan oleh warna bahan tersebut. Apabi-
Adapun kriteria dalam kategori ini adalah selubung la diketahui nilai a bahan dan nilai α cat, maka α total=
bangunan berupa atap. α bahan x α cat
Dari kriteria tersebut memiliki tolok ukur sebagai berikut: • Luas dinding massif (Aw) adalah luas total dinding
• Luas Skylight (As) massif dan dinding transparan pada suatu orientasi
tertentu.
• Luas Atap (Ar)
• Nilai dinding keseluruhan atau Ai adalah luas total
• Nilai Ur dan ∆T
dinding massif dan dinding transparan pada suatu ori-
• Nilai SC (koefisien peneduh) entasi tertentu.
• Nilai SF (faktor radiasi matahari atap). • Nilai transmitansi termal dinding tak tembus cahaya
• Nilai RTTV yang tidak boleh lebih dari 45 W/m² atau Uw adalah koefisien perpindahan kalor dari
udara pada satu sisi bahan ke udara pada sisi lainnya.
Metodologi Sampling Perhitungan mengacu pada bagan 1. Uw = 1/Rtotal
Penelitian ini berupa penelitian kasus, berupa hasil • Beda temperature ekuivalen atau TDek adalah beda
rancangan bangunan rumah tinggal obyek penelitian, antara temperature ruangan dan temperature dinding
untuk dievaluasi terkait penerapan kriteria bangunan luar atap yang diakibatkan oleh efek radiasi matahari
hemat energi. Dengan demikian, sampel dalam penelitian yang ekuivalen dengan aliran kalor sesungguhnya.
ini adalah keseluruhan data dan kejadian yang terkait
dengan hasil rancangan bangunan rumah tinggal yang 2. Perpindahan kalor melalui konduksi oleh material
akan diperoleh melalui konsep rancangan, gambar kerja, yang tidak transparan (Qf1)
spesifikasi teknis dan data penunjang lainnya. Qf = Uf x Af x ∆T / Ai

Metodologi Pengumpulan Data • Nilai transmitansi termal dinding tembus cahaya atau
Uf adalah koefisien perpindahan kalor dari udara pada
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
satu sisi bahan ke udara pada sisi lainnya. Perhi-
1. Data primer, berupa data-data terkait hasil rancangan tungan mengacu pada bagan 1. Uf = 1/Rtotal
dari studi kasus, ,meliputi laporan perancangan yang
• Luas dinding masif atau Af adalah luas dinding yang
didalamnya menjelaskan konsep, anaslisis dan per-
dapat ditembus cahaya tidak termasuk dengan kom-
timbangan desain: gambar kerja dan spesifikasi mate-
ponen bukaan seperti kusen dan lainnya pada suatu
rial yang digunakan pada selubung bangunan.
orientasi tertentu.
2. Data sekunder, merupakan pengumpulan data secara
• Luas dinding keseluruhan atau Ai adalah luas total
tidak langsung yang berkaitan dengan objek
dinding masif dan dinding transparan oleh suatu orien-
penelitian. Sumber diperoleh dari buku, dokumen, di-
tasi tertentu.
nas terkait dan sumber referensi lainnya yang berkai-
tan dengan fungsi aktifitas pada objek penelitian. • Beda temperature atau ∆T adalah beda temperature
perencanaan antara bagian ;uar dan bagian dalam,
Cara perhitungan OTTV ini menggunakan metode perhi-
umumnya diambil 5K.
tungan yang diterbitkan oleh (Green Building Council

© SiA 2018 l Rizky Atma Satria


Seminar Nasional Sustainability in Architecture 2018
Yogyakarta, 31 Januari 2018
Program Studi Pendidikan Profesi Arsitek
Universitas Islam Indonesia.

3. Perpindahan kalor melalui konduksi oleh material


yang transparan (Qf2)
• Faktor radiasi (SF) adalah angka perbandingan antara
perolehan kalor melalui fenestrasi, dengan atau tanpa
peneduh, dengan perolehan kalor melalui kaca bi-
asa/bening setebal 3 mm tanpa peneduh yang ditem-
patkan pada fenestrasi yang sama
• Luas dinding masih atau Af adalah luas area dinding
yang dapat ditembus cahaya tidak termasuk dengan
Gambar 1.1 Ilustrasi 3D dan Lokasi Proyek
komponen bukaan seperti kusen dan yang lainnya
pada suatu orientasi tertentu. Sumber: Dokumen perusahaan PT. Surya Global Prima
• Luas dinding menyeluruh (Ai) adalah luas total dinding Analisis dan Pembahasan
masif dan dinding transparan dari orientasi tertentu.
Adapun hasil perhitungan ini ditunjukkan pada perhi-
• Koefisien peneduh dari system fenestrasi atau SC tungan semua nilai OTTV dan RTTV yang diperoleh dari
adalah laju rata-rata setiap jam dari radiasi matahari bangunan adalah sebagai berikut:
pada selang waktu tertentu yang sampai pada suatu • OTTV Utara :
permukaan. SC = SCk x SCeff . OTTV 1 + OTTV 2 + OTTV 3 + OTTV 4 + OTTV 5 / A
Keterangan : Orientasi
= 2019.23/ 78.97= 25.57 Watt/m²
SCk : Koefisien peneduh kaca (dari pabrik) (disamakan
menjadi 0.5) • OTTV Selatan:
OTTV 1 + OTTV 2 + OTTV 3 + OTTV 4 / A Orientasi
SCeff : Koefisien peneduh efektif alat peneduh
= 3447.74/ 88.204= 39.09 Watt/m²
Jika terdapat teritisan/shading diberi 0.5. Jika terekspos
nilai 1. Terteduh total nilai 0. • OTTV Timur :
OTTV 1 + OTTV 2 + OTTV 3 / A Orientasi
Untuk mencari nilai SCeff yang dimiliki, dibutuhkan nilai
rasio proyeksi untuk peneduh horizontal maupun = 1733.66/ 103.381= 16.77 Watt/m²
peneduh vertikal terlebih dahulu. • OTTV Barat :
Setelah melakukan perhitungan rasio peneduh, OTTV / A Orientasi
sesuaikan hasilnya dengan nilai SCeff yang tersedia pada = 765.82/ 130.22= 5.88 Watt/m²
Tabel Koefisien Peneduh Efektif Proyeksi Horizontal
Setelah melakukan perhitungan OTTV pada tiap-tiap
dan/atau Tabel Koefisien Peneduh Efektif Proyeksi
orientasinya, maka dlanjutkan dengan perhitungan
Vertikal pada SNI 03-6389-2011 atau SNI 03-6389 terba-
OTTV selubung dinding secara menyeluruh. Hasil
ru sesuai dengan orientasinya.
perhitungan OTTV selubung dinding secara kese-
Apabila selimut bangunan memiliki peneduh vertikal dan luruhan dapat dilihat pada table 1.5 di bawah ini.
horizontal sekaligus, maka nilai SCeff dapat juga dilihat
pada tabel koefisien Pendeuh Efektif untuk peneduh ber- Tabel 1.5 Perhitungan OTTV menyeluruh
bentuk kotak (Egg-Crate Louvers) pada SNI 03-6389-
2011 atau SNI 03-6389 terbaru sesuai dengan orienta-
sinya.

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Jl. Mandala I, Kabupaten
Pemalang, Jawa Tengah. Bangunan yang difungsikan
sebagai rumah tinggal ini berada didalam area komplek
permukiman. Lokasi dapat dilihat pada gambar berikut. Sumber: Penulis, 2017

© SiA 2018 l Rizky Atma Satria


Seminar Nasional Sustainability in Architecture 2018
Yogyakarta, 31 Januari 2018
Program Studi Pendidikan Profesi Arsitek
Universitas Islam Indonesia.

Dari keseluruhan OTTV dari berbagai orientasi maka gitu juga dengan RTTV yang juga menunjukkan ang-
dihasilkan OTTV menyeluruh yang telah dilakukan pada ka cenderung aman dari Standar.
analisis untuk mengetahui jumlah keseluruhan OTTV
Pembahasan
pada selubung dinding, dari hasil sebelumnya maka di
peroleh OTTV menyeluruh sebesar 19.86 Watt/m². Da- • OTTV Fasad Utara
lam hal ini, hasil desain bangunan telah memenuhi Pada orientasi ini, selubung bangunan telah me-
standar karena masih di bawah nilai yang telah ditetapkan menuhi standar nilai perpindahan termal dengan
yaitu ≤45 W/m². angka 25.57 W/m². Adapun aspek penting yang
mempengaruhi dari tingkat keberhasilan ini adalah ka-
RTTV
rena penggunaan material transparan dan warna ba-
Hasil perhitungan RTTV ditunjukkan pada table 1.6 han yang memiliki nilai absorbtansi tinggi (abu-abu)
dibawah: diletakkan pada area utara yang tidak terkena papa-
Tabel 1.6 Perhitungan RTTV Atap ran matahari langsung. Fasad pada bagian ini meru-
pakan point of interest dari bangunan, sehingga diper-
lukan olahan-olahan fasad yang terdiri dari desain
bukaan dan kombinasi berbagai warna bangunan. Da-
Sumber: Penulis, 2017 lam pemberian bukaan dengan material kaca trans-
Maka RTTV = a (Ar X Ur X TDek) + (As x Us x DT) + (0 x paran yang cukup lebar pada bagian depan, tidak lupa
SC x SF)/ A0 disertai dengan penambahan shading yang cukup
mampu difungsikan untuk menghalau radiasi matahari
= 0.705 (171.320 X 0.4 X 24) + (0 x Us x DT) + (0 x SC x dan menjaga agar bukaan dapat terproteksi dari
SF)/ A0 pengaruh iklim tropis (hujan dan panas).
= 0.705 (171.320 x 0.4 x 24) / 171.320
= 2332.86 / 171.320
= 13.61 W/m²
Dalam hasil Analisa RTTV atap maka diperoleh nilai
standar Konservasi Energi (Badan Standardisasi Na-
sional (BSN), 2000) yaitu ≤45 W/m² dengan nilai
RTTV sebesar 13.61 Watt/m².
Dari perhitungan diperoleh hasil dari OTTV dan RTTV
Gambar 1.2 Fasad Utara
secara keseluruhan maupun tiap sampel seperti pada
Sumber: Penulis, 2017
tabel 1.7 berikut :
• OTTV Fasad Selatan
Tabel 1.7 Evaluasi Hasil Hitung
Hasil yang baik juga diterima oleh fasad bagian
selatan dengan nilai memenuhi standar Konserva-
si Energi (Badan Standardisasi Nasional, 2000)
yaitu ≤45 W/m² dengan nilai nilai OTTV Selatan
sebesar 39.09 Watt/m. Nilai pada area ini lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai fasad utara, hal
ini disebabkan karena jumlah konsumsi material
transparan jauh lebih banyak dibandingkan fasad
Sumber: Penulis, 2017 utara, penggunaan 2 buah folded door yang mem-
Dari tabel berikut dapat dilihat bahwa perhitungan iliki dimensi besar dimanfaatkan untuk mendapat-
OTTV pada tiap sampel orientasi menunjukkan ke- kan cahaya alami secara maksimal namun tetap
cenderungan OTTV yang sama yaitu ≤45 W/m². Be- dalam batas wajar. Nilai dari material transparan
inilah yang membuat nilai OTTV selatan menjadi

© SiA 2018 l Rizky Atma Satria


Seminar Nasional Sustainability in Architecture 2018
Yogyakarta, 31 Januari 2018
Program Studi Pendidikan Profesi Arsitek
Universitas Islam Indonesia.

lebih tinggi dibandingkan nilai OTTV utara. Pertim- Watt/m². Nilai OTTV ini tergolong sangat jauh lebih
bangan arsitek menggunakan material kaca ini ju- kecil jika dibandingkan dengan orientasi lainnya,
ga didukung dengan adanya teritisan/peneduh hal ini dikarenakan tidak adanya bukaan yang ter-
yang cukup Panjang, sehingga radiasi panas ma- dapat pada bagian barat. Fasad barat merupakan
tahari dapat di minimalkan. Peletakkan material area yang berbatasan langsung dengan tanah
transparan yang besar pada bagian selatan juga tetangga, sehingga arsitek merencanakan zona
dipertimbangkan dengan melihat jalur lintas ma- ruang dengan tidak meletakkan ruang yang me-
tahari. Sehingga permainan material dengan nilai merlukan bukaan pada sisi barat, berbeda dengan
absobtansi tinggi masih dapat di maksimalkan. sisi timur yang teradapat kamar anak. Kamar uta-
ma teradapat pada sisi barat, namun bukaan jen-
dela dapat di letakkan pada sisi utara, sehingga
tidak memerlukan bukaan bagian barat. Pertim-
bangan lain arsitek adalah karena sisi barat meru-
pakan arah datang radiasi matahari paling panas
sehingga penggunaan warna cerah dan memini-
malkan bukaan transparan adalah salah satu
alasan penting untuk merencanakan bangunan di
area iklim tropis.

Gambar 1.3 Fasad Utara


Sumber: Penulis, 2017
• OTTV Fasad Timur
Pada kategori ini nilai OTTV yang dihasilkan juga
masih di ambang aman Konservasi Energi (Badan
Standardisasi Nasional, 2000) yaitu ≤45 W/m²
dengan nilai nilai OTTV Selatan sebesar 16.77
Watt/m², walaupun terdapat beberapa material
transparan sebagai bukaan yang digunakan. Gambar 1.5 Fasad Barat
Bukaan yang terdapat pada sisi timur ini diterap- Sumber: Penulis, 2017
kan pada kamar tidur anak. Pertimbangan arsitek • OTTV Selubung Dinding Menyeluruh
dalam penggunaan material transparan pada
bukaan disisi timur didukung dengan adanya teriti- Dari keseluruhan OTTV dari berbagai orientasi
san yang cukup untuk menghalau radiasi matahari maka dihasilkan OTTV menyeluruh yang telah dil-
pagi dan dengan dimensi bukaan yang sangat akukan pada analisis untuk mengetahui jumlah
diminimalkan agar tidak menyerap kalor secara keseluruhan OTTV pada selubung dinding, dari
berlebihan. hasil sebelumnya maka di peroleh OTTV menye-
luruh sebesar 19.86 Watt/m². Dalam hal ini, arsi-
tek juga telah memenuhi standar karena masih di
bawah nilai yang telah ditetapkan yaitu ≤45 W/m²
Kategori ini merupakan hasil kesimpulan dari kat-
egori-kategori diatas dengan berbagai penjelasan
bahwa keseluruhan aspek telah dipenuhi dalam
rancangan oleh arsitek dalam melakukan pemili-
han material dan respon fasad terhadap iklim site.
• RTTV Atap
Gambar 1.4 Fasad Utara
Sumber: Penulis, 2017 Dalam hasil Analisa RTTV atap maka diperoleh
nilai aman Konservasi Energi (Badan Stand-
• OTTV Fasad Barat ardisasi Nasional, 2000) yaitu ≤35 W/m² dengan
nilai OTTV Selatan sebesar 13.61 Watt/m².
Pada kategori ini nilai OTTV yang dihasilkan juga
Penggunaan atap miring yang diterapkan merupa-
masih di ambang aman Konservasi Energi (Badan kan material masif yang juga memiliki nilai perpin-
Standardisasi Nasional, 2000) yaitu ≤45 W/m² dahan kalor yang rendah, aspek lain yang
dengan nilai nilai OTTV Selatan sebesar 5.88 mempengaruhi dari nilai RTTV juga karena tidak

© SiA 2018 l Rizky Atma Satria


Seminar Nasional Sustainability in Architecture 2018
Yogyakarta, 31 Januari 2018
Program Studi Pendidikan Profesi Arsitek
Universitas Islam Indonesia.

terdapatnya skylight/atap transparan pada arsitektur yang berkelanjutan dengan perlindungan


rancangan bangunan. Berdasarkan analisa yang terhadap sumber daya alam. Saran yang dapat
dilakukan menunjukkan bahwa arsitek sudah diberikan berdasarkan penulisan ini adalah:
memperhatikan aspek perencanaan atap, pertim-
bangan arsitek untuk menggunakan atap limasan • Iklim tropis merupakan tantangan terbesar dalam
dan pelana adalah untuk merespon kondisi iklim menentukan rancangan bangunan, terutama pada
yang terdapat pada lokasi, untuk meminimalisir desain selubungnya, data-data survey pada site
kebocoran-kebocoran yang terjadi. Selain itu yang relevan harus dimiliki seperti jalur lintas ma-
dengan menggunakan atap miring, nilai panas dari tahari pada tapak dan ukuran site terhadap massa
radiasi matahari tidak mengakibatkan kalor panas bangunannya.
radiasi matahari secara berlebihan. • Pengetahuan tentang material bangunan dapat
ditingkatkan mengingat respon besar dan kecilnya
Kesimpulan dan Saran nilai absobtansi radiasi matahari menjadi ber-
Kesimpulan pengaruh dalam nilai OTTV sebagai upaya kon-
servasi energi.
Berdasarkan perhitungan OTTV selubung bangunan
dari berbagai arah memiliki nilai sebesar 19.86 W/m². • Komposisi bentuk pada aplikasi fasad juga ber-
Sedangkan untuk selimut bangunan pada atap pengaruh besar terhadap nilai OTTV, terutama
(RTTV) memiliki nilai 13.61 W/m². Secara kese- desain teritisan yang harus ada ketika terdapat
luruhan hasil keseluruhan OTTV dan RTTV menun- material transparan di bawahnya, hal ini berguna
jukkan bahwa nilai berada di bawah standar yang untuk menghalau sinar matahari langsung agar si-
ditetapkan yaitu ≤45 W/m², maka bangunan tersebut fat panas tersebut dapat diredam.
telah melakukan upaya konservasi energi terutama
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
energi listrik karena tidak mengharuskan penggunaan
manfaat bagi penelitian dengan objek rumah tinggal
alat pengkondisian udara untuk membantu kenya-
yang memiliki karakteristik serupa dan dengan bata-
manan ruangan.
san masalah yang sama. Tidak menutup kemung-
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai kinan penelitian ini akan terus diperbaharui baik da-
OTTV adalah jenis material, warna bangunan dan lam metode, kasus, teori kajian dan aspek terkait lain
teritisan yang terdapat pada bangunan, sehingga da- dimasa yang akan datang.
lam merancang sebuah bangunan untuk meningkat-
Referensi
kan upaya konservasi energi harus memperhatikan
hal tersebut. Perbandingan bukaan jendela terhadap ASHRAE. (2001). Standard 90.1-2001: Energy
dinding juga sangat berpengaruh jika perbandingan Efficient Design of New Building, except Low Rise
bidang jendela (transparan) lebih besar maka radiasi Residential Buildings.
yang masuk secara langsung maupun yang
merambat melalui kaca semakin besar. Jenis material Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2000).
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam me- Konservasi Energi pada Selubung Bangunan. Sni 03-
nyerap panas, maka diperlukan pemilihan material 638-2000, 1–39.
yang menyerap panas seminimal mungkin agar dapat Green Building Council Indonesia (GBCI). (2014).
mendukung konservasi energi dalam bangunan. Panduan Teknis Perangkat Penilaian Bangunan Hijau
Warna bangunan yang cerah akan lebih banyak me- Untuk Gedung Baru Versi 1.2. (Yantri Komala Dewi,
mantulkan cahaya matahari yang merambat bersa- Ed.). Jakarta: Green Building Council Indonesia.
maan dengan radiasi matahari, sebaliknya warna
yang gelap akan menyerap radiasi lebih banyak. International Union for Conservation of Nature and
Faktor yang terakhir adalah adanya teritisan/shading Natural Resources. (1980). World Conservation
pada bangunan yang memiliki pengaruh besar, teru- Strategy. World Conservation Strategy: Living
tama pada area bukaan yang menggunakan kaca Resource Conservation for Sustainable Development.
transparan. Shading mampu memberikan pembayan- https://doi.org/10.2305/IUCN.CH.1980.9
gan yang menyebabkan semakin sedikitnya radiasi
yang merambat. Mediastika, C. E. (2013). Hemat Energi dan Lestari
Lingkungan Melalui Bangunan.
Saran
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2012). PANDUAN
Seorang arsitek dalam berprofesi memilki tanggung
PENGGUNA BANGUNAN GEDUNG HIJAU
jawab penuh terhadap klien dan pengguna bangunan.
JAKARTA (Vol. 1).
Seharusnya tidak hanya mengutamakan nilai estetika
dan mengesampingkan ilmu fisika bangunan, agar
sesuatu yang dirancang dapat berdampak baik pada
lingkungannya, sehingga mampu menciptakan prinsip

© SiA 2018 l Rizky Atma Satria

Anda mungkin juga menyukai