Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


HAIs masih merupakan masalah serius di pelayanan kesehatan, terutama di Rumah Sakit
di Indonesia, karena mempunyai dampak tehadap pelayanan di rumah sakit, terutama
dapat menyebabkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan meningkat. Selain itu juga
mempunyai dampak terhadap citra rumah sakit dan mutu layanan menurun. Oleh karena
itu sesuai UU RI No.36 dan 44 rumah sakit mempunyai sati tim yaitu tim PPIRS untuk
menurunkan HAIs yang salah satu program PPI tersebut adalah program ICRA ( Infection
Control Risk Assessment ).
ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,
pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan
program yang berfokus pada :
- Pengurangan resiko infeksi
- Tahapan perencanaan fasilitas, desain, kontruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas
- Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi dan lingkungan perawatan, yang
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial

Resiko ICRA terbagi atas :

1. Resiko external :
- Bencana alam : tornado, banjir, gempa, dll
- Kecelakaan massal : pesawat, bus, dll
- Kejadian KLB dikomunitas yang berhubungan dengan penyakit menular :
a. Influenza, meningitis
b. Penyakit lain yang berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air, seperti
hep A dan salmonella
2. Resiko internal :
a. Pasien
- Karakterisktik pasien
 Perempuan, anak – anak
 Perawatan akut pada pasien dewasa
 Populasi kebutuhan khusus
 Perawatan jangka panjang
 Rehabilitasi

- Usia Pasien
 Anak – anak dan dewasa
 Status imonologi
 Penyakit yang berhubungan dengan isu – isu gaya hidup
b. Resiko terkait peralatan
Pembersihan, desinfektan dan sterilisasi untuk proses peralatan
- Instrumen bedah
- Protesa
- Pemprosesan alat sekali pakai
- Pembungkusan kembali alat
- Peralatan yang dipakai

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 1


c. Resiko terhadaap petugas kesehatan
- Kebiasaan kesehatan perorangan
- Budaya keyakinan tentang penyakit menular
- Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
- Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi ( HH, pemakaian APD, penanganan
peralatan pasien, teknik isolasi )
- Skrening yang tidak adekuat terhadap penyakit menular
d. Resiko yang terkait pelaksanaan prosedur
- Prosedur invasive yang dilakukan
- Peralatan yang dipakai
- Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu tindakan
- Persiapan pasien yang memadai
- Kepatuhan terhadap tekhnik pencegahan yang direkomendasikan
e. Lingkungan
- Pembangunan
- Kelengkapan peralatan
- Pembersihan

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan
pengunjung di rumah sakit
2. Tujuan Khusus
a. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan sampai resiko terhadap :
- Paparan kuman pathigen melalui petugas, pasien dan pengunjung
- Penularan melalui tindakan / prosedur invasive yang dilakukan terhadap resiko
infeksi ( HAIs )
b. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar ditindaklanjuti berdasarkan
hasil penilaian skala prioritas

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 2


BAB II

ICRA ( INFECTION CONTROL RISK ASSESMEN )

Resiko adalah terjadinya kerudian yang dapat ditimbulkan dari proses kegiatan saat
sekarang atau kejadian di masa datang.

Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan


menyusun prioritas resiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya.

Risk Assesment adalah suatu melalui penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci
dan berurutan, baik kejadian aktual maupun yang potensial beresiko ataupun kegagalan.

Dan suatu yang rentan melalui proses yang logis, dengan memprioritaskan area yang
akan diperbaiki berdasarkan dampak yang akan ditimbulkan baik aktual maupun potensial dari
suatu proses perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan.

“ Proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya resiko yang dihadapi,
kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak resiko “.

Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk pasien dan
publik dapat terlibat bila memungkinkan.

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 3


Metode dasar manajemen resiko :

- Observasi
- Laporan kejadian
- Dokumen review
- Pengukuran masalah :
 Tingkat kesalahan >> kemungkinan bahaya dan tingkat bahaya
 Resiko sampingan

Risk assessment tool :

- Risk matrix grading


- Root cause analyis
- Failure mode and effect analysis ( FMEA )

RISk MATRIK

Sering digunakan untuk memetakan resiko probalitas dan dampak

Risk matrik efektif

- Mudah digunakan dan dimengerti


- Mempunyai deskripsi setail da definitive
- Menerangkan bagaimana dapat dimitigasi pada tingkat yang bisa ditoleris
1. Rangkin masalah
2. Prioritas masalah
3. Analisa manfaat biaya yang dikeluarkan ( setelah dirangking, biaya untuk mengurangi
resiko dibandingkan dengan biaya kalu terjadi resiko )
4. Pastikan resiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tidak

Kemampuan untuk menerima resiko dan pengelolaannya berdasarkan pertimbangan:

- Kriteria klinis, operasional, tekhnik, kemanusian


- Kebijakan tujuan
- Sasaran dan kepentingan stakeholer
- Keuangan, hukum, sosial

EVALUASI RESIKO

1. Rengking masalah
2. Prioritas masalah
3. Analisa manfaat biaya yang dikeluarkan ( setelah di rangking, biaya untuk mengurangi resiko
dibandingkan dengan biaya kala terjadinya resiko )
4. Pastikan resiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tdak

Keputuan untuk menerima resiko dan pengelolaanya berdasarkan pertimbangan :

1. Kriteria klinis, teknik, kemanusian


2. Kebijakan tujuan
3. Sasaran dan kepentingan stakeholder
4. Keuangan, hukum, sosial

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 4


BAB III

ASSESMENT RESIKO

A. Risk Register
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenal resiko, kemudian
dibuat daftar resiko. Daftar resiko dilengkapi dengan deskripsi resiko termasuk menjelaskan
kejadian – kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi da dampak yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada : sumber resiko, area resiko, peristiwa dan penyebabnya dan
potensi akibatnya. Metode resiko dilakukan dengan proaktif melalui self assessment,
incident reporting sistem dan klinikal audit dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non
medis.

TABEL

NO Area Proses / Prosedur Modus Satuan Kerja Potensial Risiko


Pelayanan Kegagalan Terkait Pat Petugas
Pasien Pengunjung
1 Area rawat - Penerimaan pat : Kegagalan - IRJ Mengakibatkan
- Instalasi
jalan proses skrining / proses skrining / pat, petugas dan
Laboratur
triase batuk / triase batuk pengunjung
ium
etika batuk mendapat infeksi
silang TB, MDR TB
dan airbone atau
droplet disesase
lainnya
- Kebersihan Kegagalan Seluruh - Mengakibatkan
tangan penerapan pegawai pat, petugas dan
kebersihan Rumah Sakit pengunjung
tangan mendapat
infeksi silang

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 5


melalui kontak
dan feca oral
- Mengakibatkan
pat, petugas,
pengunjung
mengalami
kolonisasi MRSA
Proses Kegagalan Poli Mengakibatkan pat
dekontaminasi proses kebidanan mendapatkan
dekontaminasi / infeksi silang
sterilisasi melalui kontak/
peralatan bloodbornee
Prosedur aseptik Kegagalan Mengakibatkan pat
mempertahanka mendapat infeksi
n sterilisasi pada silang melalui
prosedur kontak/
aseptik bloodbrone
Penyuntikan terapi Kegagalan Mengakibatkan pat
cairan vaskuler praktek mendapat infeksi
penyuntukan silang bloodbrone
yang aman pat cedera
terpapar obat –
obat kadaluarsa
Kegagalan Mengakibatkan pat
tekanan udara mendapat infeksi
negatif dan bloodborne
tekhnik aseptik
saat peracikan
obat intra
vaskuler
Penanganan benda - Petugas - Mengakibatkan
tajam terluka petugas
benda tajam mendapat
( bukan infeksi silang
jarum bloodborne
suntik )
- Mengakibatkan
terkontamina
petugas
si
mendapat
- Petugas
infeksi silang
tertusuk
bloodborne

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 6


jarum suntik
terkontamina
si
Barier Petugas Mengakibatkan
pengamanan / alat terpapar cairan petugas mendapat
pelingdung diri tubuh lewat infeksi silang
mukosa melalui silang
kontak bloodbrone
Penanganan sampah Kegagalan Mengakibatkan
infeksius penanganan petugas mendapat
sampah infeksi infeksi silang
Kesiap – siagaan Kegagalan Mengakibatkan
kesiapan peningkatan angka
menghadapi kesakitan dan
emerging dan kematian
outbreak
2 Area Rawat Kebersihan Tangan Kegagalan Rawat inap Mengakibatkan
Inap penerapan pat, petugas,
kebersihan pengunjung
tangan mendapat infeksi
silang melalui
kontak dan fecal
oral
Kegagalan Mengakibatkan
penerapan pat, petugas,
kebersihan pengunjung
tangan mengalami
kolonisasi MRSA
Baries pengaman / Petugas Mengakibatkan
alat pelindung diri terpapar cairan petuga
tubuh lewat mendapatkan
mukosa infeksi silang
melalui m=kontak
bloodborne
Isolasi protektif Kegagalan Mengakibatkan pat
mempertahanak imunosuppresif
an tekanan mendapat infeksi
udara positif silang
ruangan isolasi
protektif

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 7


Isolasi airbone Kegagalan Mengakibatkan
mempertahanka pat, petugas,
n tekanan udara pengunjung
isolasi airbone mendapat infeski
TB, MDR TB dan
airbone
Penyuntikan / terapi Kegagalan - Mengakibatkan
cairan prosedur praktek petugas
diagnostik penyuntikan mendapat
intravaskuler invasif yang aman infeksi silang
airbone
- Pat cedera
terpapar obat –
obatan
kadaluarsa
Kegagalan - Mengakibatkan
mempertahanka pat mendapat
n tekanan udara infeksi silang
positif dan bloodborne
- Pat terjangkit
tehnik aseptik
nfeksi aliran
saat peracikan
darah primer /
obat intra
bakterimia
vaskuler
dalam waktu >
48 jam
pemakaian
kateter vena
sentral
- Pat terjangkit
infeksi luka infus
dalam waktu >
48 jam
pemasangan
infus / injection
port
- Neonatus
terjangkit infeksi
aliran darah
primer
bakterimia

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 8


dalam waktu >
48 jam
pemasangan
infus / injection
port
- Neonatus
terjangkit infeksi
aliran darah
primer /
bakterimia
akibat
plebotomi /
fungsi arteri

Penanganan benda Petugas terluka Mengakibatkan


tajam benda tajam petugas mendapat
( jarum suntik ) infeksi silang
terkontaminasi bloodborne
Petugas cedera
tertusuk jarum
suntik bersih
Petugas tertusuj Mengakibatkan
jarum suntuk petugas mendapat
terkontaminasi infeksi silang
bloodborne
Kegagalan Mengakibatkan pat
tekanan udara mendapat infeksi
negatif dan silang melalui
teknik aspetik kontak /
lamiary air flow bloodborne
peracikan
sitostatika
Proses Kegagalan Mengakibatkan pat
dekontaminasi proses mendapat infeksi
sterilisasi pealatan dekontaminasi / silang melalui
sterilisasi kontak /
peralatan bloodborne
Proses aseptik Kegagalan Mengakibatkan pat
mempertahanka mendapat infeksi
n sterilisasi pada silang melalui

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 9


prosedur kontak bloodborne
aseptik
Prosedur diagnostik Pasien terjangkit
dan terapi saluran infeksi saluran
kemih invaif kemih dalam waktu
> 48 jam
pemakaian kateter
urin
Bedrest / mobilisasi Pasien infeksi luka
decubitus dalam
waktu > 48 jam
prosedur bedrest /
mobilisasi
Perawatan luka dan Neonatus
prosedur invasive terjangkit infeksi
lain tali pusat dalam
waktu > 48 jam
Pengendalian Pasien, petugas
kebersihan dan pengunjung
lingkungan/ vektor terjangkit penyakit
infeksi vektoborne
di Rumah Sakit
Penyiapan makanan Mengakibatkan
pasien terjangkit
penyakit infeksi /
keracunan saluran
cerna dalam waktu
> 48 jam
mengkonsumsi
makanan/ air
minum rumah sakit
Penanganan limbah Mengakibatkan
infeksius darah, pasien, petugan
cairan tubuh dan dan pengunjung
potongan jaringan mendapat infeksi
tubuh silang

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 10


BAB IV

RISK PRIORITAS NUMBER

NO Potensi Risiko Rsk Frek Sist Skor Kriteria Rank


(RXFXS) Risiko

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 11


1 Kegagalan
mempertahankan sterilisasi
pada prosedur aseptik
mengakibatkan pat
mendapat infeksi silang
melalui kontak bloodborne
2 Kegagalan
mempertahankan tekanan
udara m=negatif rungan
isolasi airbone
mengakibatkan pasien,
petugas dan pengunjung
mendapat infeksi silang TB,
MDR – TB dan air borne
disease
3 Kegagalan
mempertahankan tekanan
udara positif dan tehnik
aseptik saat peracikan obat
intra vaskuler
mengakibatkan pasien
mendapat infeksi
bloodborne
4 Kegagalan penanganan
sampah infeksius
mengakibatkan pasien,
petugas, pengunjung dan
masyarakat mendapat
infeksi Rumah sakit / HAIs
5 Kegagalan penerapan
kebersihan tangan
mengakibatkan pat,
petugas, pengunjung
mendapay infeksi silang
melalui kontak dan fecal
oral
6 Kegagalan penerapan
kebersihan tangan
mengakibatkan pat, petuga,
pengunjung mengalami

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 12


kolonisasi MRSA
7 Kegagalan penyediaan
sumber daya bagi program
PPI mengakibatkan pasien,
petugas dan pengunjung
mendapatkan infeksi
silang / HAIs
8 Kegagalan praktek
penyuntikan yang aman
mengakibatkan pasien
mendapat infeksi silang
bloodborne
9 Kegagalan proses
dekontaminasi pasien
mengakibatkan pasien,
petugas dan pengunjung
terpapar hazard material
10 Kegagalan proses
dekontaminasi / sterilisasi
peralatan mengakibatkan
pat mendapat infeksi silang
melalui kontak bloodborna
11 Kegagalan proses skrining /
triase batuk mengakibatkan
pasien petugas dan
pengunjung mendapat
infeksi silang TB,MDR – TB
dan airbone dan dropet
disease lainnya
12 Neonatus terjangkit infeksi
tali pusat dalam waktu > 48
jam admisi
13 Neonatus terjangkit infeksi
aliran darah primer /
bakterimia akibat plebotomi
akibat plebotomi pungsi
arteri
14 Neonatus terjangkit infeksi
aliran darah primer /
bakterimia dalam waktu 48

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 13


jam pemasangan infus /
injection port
15 Pasien cedera terpapar obat
– obatan kadaluarsa
16 Pasien mendapat infeksi
daerah operasi
17 Pasien mendapat infeksi
MDR TB
18 Pasien mendapat infeksi
MRSA
19 Pasien terjangkit infeksi
aliran darah primer /
bakterimia dalam waktu >
48 jam pemakaian kateter
venda sentral
20 Pasien terjangkit infeksi
aliran darah primer /
bakterimia dalam waktu >
48 jam post tindakan
kateterisasi intravaskuler
invasif
21 Pasien terjangkit infeksi luka
infus dalam waktu > 48 jam
pemasangan kateter urine
22 Pasien, petugas dan
pengunjung terjangkir
penyakit infeksi
vektorborne di rumah sakit
23 Petugas cedera tertusuk
jarum suntik bersih
24 Petugas terluka benda
tajam ( bukan jarum suntik )
terkontaminasi
mengakibatkan petugas
mendapat infeksi silang
bloodborne
25 Petugas terpapar cairan
tubuh lewat mukosa
mengakibatkan petugas
mendapat infeksi silang
memalui kontak /

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 14


bloddborne
26 Petugas tertusuk jarum
suntik terkontaminasi
mengakibatkan petugas
mendapat infeksi silang
bloodborne

Resiko dikatakan memiliki tingkat yang dapat diterima bila :

1. Level resiko rendah sehingga tidak perlu penanganan khusus


2. Tidak tersedia penanganan untuk resiko
3. Biaya penanganan termasuk biaya asuransi lebih tinggi dari manfaat yang diperoleh bila
resiko tersebut diterima
4. Peluang dari adanya resiko tersebut lebih besar dari ancamanya

Langkah evaluasi memastikan bahwa tidak semua resiko yang terindentifikasinya memerlukan
rencana pengendalian lebih lanjut. Hasil dari analisis resiko akan disampaikan kepada
penangunggung jawab tertinggi pengelola resiko di satuan kerja untuk dilakukan validasi. Hasil
validasi akan digunakan menetapkan rencana langkah – langkah sistem pengendalian untuk
menurunkan kemungkinan terjadi resiko untuk menurunkan dampak terjadinya resiko.

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 15


PRIORITAS ICRA HAIs

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUNDA NONI

BULAN AGUSTUS S/D NOVEMBER 2017

PROGRAM INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
TAHUN 2017
NO JENIS KELOMPOK RESIKO POBABILITAS RISIKO ( IMPAK ) SISTEM YANG ADA SKOR CATATAN
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
I KEJADIAN HAIs
1. Plebitis 2 2 1 4
2. CA-UTI ( Infeksi Saluran Kemih ) 1 1 1 1
3. SSI ( Infeksi Daerah Operasi ) 1 1 1 1

NO Jenis Kelompok Skor Prioritas Tujuan Umum Tujuan Khusus Strategi Evaluasi Analisa
Resiko
1 HAIs ( Plebitis ) 4 1 Menurunkan Menurunkan 1. Edukasi staf Setiap Bulan 1. Data pada bulan Agustus –

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 16


insiden phlebitis di insiden phlebitis 2. Monitoring dan udit November 2017 insiden
ruang perawatan sampai dengan pelaksanaan phlebitis berkurang, masih
≤ 3,2 % pemasangan iv cateter di bawah target yang
3. Monitoring dan audit
ditetapkan
pelaksanaan HH 2. Pergantian alkes untuk
4. Kaji alkes yang tersedia
pemasangan infus baru di
5. Monitoring terapi
area tertentu saja
cairan yang diberikan
3. Edukasi HH 90 % kehadiran
apakah jenis pekat atau
tidak
2 Infeksi Daerah 1 4 Menurunkan Menurunkan 1. Edukasi staf Setiap bulan 1. Data pada bulan Agustus –
2. Monitoring dan audit
Oprasi insiden IDO di insiden isk November 2017 insiden IDO
pelaksanaan IDO
ruang perawatan sampai dengan berkurang, masih di atas
3. Kaji alkes yang tersedia
≤2% 4. Monitoring dan audit target yang ditetapkan
2. Kepatuhan dalam
pelaksanaan HH
penggunaan APD sesuai
SPO ( Handscoon )
3. Pemberian edukasi oleh
petugas medis sudah
dijalan kan dengan baik
tentang makanan yang
bergizi dan perawatan luka
operasi dirumah, pada saat

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 17


pasein pulang dari rumah
sakit dengan baik
4. Edukasi HH 90 % kehadiran
3 Infeksi Saluran 1 3 Menurunkan Menurunkan 1. Edukasi staf Setiap bulan 1. Data pada bulan Agustus –
2. Monitoring dan audit
Kemih insiden ISK di insiden isk November 2017 insiden ISK
pelaksanaan
ruang perawatan sampai dengan berkurang, masih di bawah
pemasangan kateter
≤3% target yang ditetapkan
urin menetap 2. Edukasi HH 85 % Kehadiran
3. Kaji alkes yang tersedia 3. Perawat dan penggantian
4. Monitoring dan audit
kateter dilaksanakan sesuai
pelaksanaan HH
SPO
4 Penerapan 4 2 Meningkatkan Insiden HAIs 1. Edukasi staf Setiap bulan 1. Tingkat kepatuhan cuci
2. Monitoring dan audit
kebersihan tangan cara kepatuhan menurun tangan petugas meningkat
kepatuhan cuci tangan 2. Edukasi HH 85 % kehadiran
cuci tangan di
3. Kaji alkes yang tersedia 3. Fsilitas cuci tangan tersedia
Rumah Sakit Ibu
lengkap
dan Anak Bunda
Noni

LAPORAN ICRA HAIs RSIA BUNDA NONI 18

Anda mungkin juga menyukai