Anda di halaman 1dari 14

FISIKA MODERN

“Relativitas Massa dan Massa dan Energi”

Dosen Pengampu : Bonefasius Yanwar Boy, S.Pd, M.Sc

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

Leni Yulianingsih (20160111064013)


KamasiaAzis (20160111064002)
Thomas Kalilago (20150111064014)
Anto Bamba (20140111064004)

UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2018
RELATIVITAS MASSA

Massa diam paling kecil

Tumbukan elastis dilihat oleh


pengamat yang berbeda

Tinjau tumbukan elastis (lenting yaitu tumbukan yang energi kinetiknya kekal)
antara dua partikel A dan B, yang disaksikan oleh pengamat dalam kerangka acuan
S dan S' yang berada dalam gerak relatif uniform. Sifat A dan B identik jika
ditentukan terhadap kerangka acuan tempat partikel itu diam. Kerangka S dan S'
terorientasi seperti dalam Gambar 1, dengan S' bergerak dalam arah + x terhadap S
dengan kecepatan v.

Gambar 1. Tumbukan elastis teramati dalam dua kerangka acuan yang


berbeda. Bola diawali pada bagian Y, dimana jaraknya adalah sama dalam
kedua kerangka tadi karena S’ hanya bergerak dalam arah x.
Sebelum tumbukan, partikel A dalam keadaan diam terhadap kerangka S dan
partikel B terhadap S'. Kemudian pada saat yang sama, A dilemparkan dalam arah
+ y dengan kecepatan 𝑣𝐴 , sedangkan B dalam arah -y' dengan kecepatan 𝑣′𝐵 dengan

𝑣𝐴 = 𝑣′𝐵 (1)

Jadi perilaku A seperti terlihat dari S sama benar dengan perilaku B seperti
terlihat dari S'. Ketika kedua partikel bertumbukan, A memantul dalam arah -y
dengan kecepatan 𝑣𝐴 , sedangkan B memantul dalam arah + y' dengan kecepatan
𝑣′𝐵 . Jika partikel tersebut dilemparkan dari kedudukan yang berjarak y, pengamat
1
di S menemukan bahwa tumbukannya terjadi pada y = 2Y dan pengamat di S'
1
menemukan tumbukannya terjadi pada y' = 2Y. Waktu pulang-pergi T0 untuk A

diukur dari kerangka S menjadi

𝑌
𝑇0 = (2)
𝑣𝐴

Dan waktunya sama untuk B dalam S'.


𝑌
𝑇0 =
𝑣′𝐵
Pengamat tersebut melihat
selang waktunya berbeda

Jika momentum kekal dalam kerangka S, berlaku persamaan

𝑚𝐴 𝑣𝐴 = 𝑚𝐵 𝑣𝐵 (3)

(dimana momentum merupakan perkalian antara massa dan kecepatannya p = mv,


sehingga hukum kekekalan momentum yaitu 𝑚𝐴 𝑣𝐴 = 𝑚𝐵 𝑣𝐵 ).

Dengan 𝑚𝐴 dan 𝑚𝐵 menyatakan massa A dan B, dan 𝑣𝐴 dan 𝑣𝐵 menyatakan


kecepatan diukur dari kerangka S. Dalam kerangka S, 𝑣𝐵 didapat dari
𝑌
𝑣𝐵 = 𝑇 (4)
dengan T menyatakan waktu yang diperlukan B untuk melakukan pulang-pergi
seperti diukur dari S. Dalam S’, perjalanan B memerlukan waktu T0, dengan

𝑇0
𝑇= (5)
√1−𝑣 2 /𝑐 2

Walaupun pengamat dalam kedua kerangka melihat kejadian yang sama,


mereka melihat perbedaan waktu yang diperlukan partikel yang dilemparkan dari
kerangka lain untuk melakukan tumbukan kemudian kembali ke tempat semula.

Persyaratan kekekalan momentum


memberi syarat massa harus
merupakan kuantitas relatif

Dengan mengganti T dalam persamaan (4) dengan besaran yang sama dinyatakan
dalam T0, kita peroleh

𝑌√1 − 𝑣 2 /𝑐 2
𝑣𝐵 =
𝑇0

Dari persamaan (2),

𝑌
𝑣𝐴 =
𝑇0

Dengan memasukan persamaan ini untuk 𝑣𝐴 dan 𝑣𝐵 dalam persamaan (3) kita lihat
momentum kekal jika dipenuhi

𝑚𝐴 = 𝑚𝐵 √1 − 𝑣 2 /𝑐 2 (6)

Hipotesis kita semula ialah A dan B identik bila dalam keadaan diam terhadap
pengamat; perbedaan antara 𝑚𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝐵 berarti pengukuran massa, seperti juga
ruang dan waktu, bergantung dari kecepatan relatif antara pengamat, kejadian
apapun yang ia sedang amati.
Dalam contoh di atas baik A maupun B bergerak terhadap S. Supaya kita
mendapat rumusan massa suatu benda yang terukur ketika benda itu bergerak
dinyatakan dalam massa 𝑚0 yang terukur dalam keadaaan diam, kita perlu
meninjau contoh yang serupa dengan 𝑣𝐴 dan 𝑣’𝐵 sangat kecil. Dalam hal ini
pengamat di S akan melihat B mendekati A dengan kecepatan v, membuat
tumbukan yang luput (karena 𝑣’𝐵 ≪ v), dan kemudian melanjutkan perjalanannya.
Dalam S

𝑚𝐴 = 𝑚0 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝐵 = 𝑚

sehingga

massa relativistik :

𝑚0
𝑚= (7)
√1−𝑣 2 /𝑐 2

dimana: 𝑚0 = massa diam atau massa yang diukur oleh pengamat yang diam

m = massa relativitas

v = kecepatan benda relatif terhadap pengamat

c = kecepatan cahaya

Perubahan massa terhadap kecepatan dapat disimpulkan bahwa massa (sifat


kelembaman) suatu benda akan bertambah besar dengan makin besarnya kecepatan.

Benda bertambah massif ketika


bergerak dibandingkan dengan
keadaan diam

Massa benda yang bergerak dengan kecepatan v relatif terhadap pengamat


menjadi lebih besar daripada massa ketika benda diam terhadap pengamat dengan
faktor 1/√1 − 𝑣 2 /𝑐 2 . Pertambahan massa ini berlaku timbal balik; terhadap
pengamat di S', 𝑚𝐴 = 𝑚 dan 𝑚𝐵 = 𝑚0 . Di ukur dari bumi, sebuah roket yang
sedang meluncur, lebih pendek daripada roket kembangnya yang diam di bumi, dan
massanya menjadi lebih besar. Terhadap orang dalam roket yang meluncur, roket
di bumi kelihatan lebih pendek dan mempunyai massa yang lebih besar. (Tentu saja,
efek ini takteramati karena sangat kecil untuk roket dengan kecepatan yang kita
kenal). Persamaan (7) diplot dalam Gambar 2.

Gambar 2. Relativitas massa. Bila v = c; maka m = ∞, jadi tidak ada benda


yang dapat melebihi kelajuan cahaya dalam ruang hampa.

Kelajuan yang mendekati kelajuan


cahaya diperlukan untuk melihat
pertambahan massa

Pertambahan massa relativistik hanya penting untuk kelajuan yang mendekati


kelajuan cahaya. Pada kelajuan sepersepuluh kelajuan cahaya pertambahan
massanya hanya 0,5%, tetapi pertambahannya melebihi 100% pada kelajuan
sembilan per sepuluh kelajuan cahaya. Hanya partikel atomik seperti elektron,
proton, meson, dan sebagainya yang bisa mempunyai kelajuan cukup tinggi
sehingga efek relativistiknya dapat terukur, dan dalam mempersoalkan partikel-
partikel ini hukum fisika yang "biasa" tidak dapat dipakai. Menurut sejarahnya
persamaan (7) ditemukan oleh Bucherer dalam tahun 1908; Ia mendapatkan rasio
e/m yaitu rasio muatan terhadap massa untuk elektron lebih kecil untuk elektron
berkecepatan tinggi daripada elektron berkelajuan rendah. Persamaan ini, seperti
juga persamaan relativitas khusus yang lain, telah dibuktikan melalui begitu banyak
eksperimen sehingga sekarang dikenal sebagai rumus dasar dalam fisika.

Contoh Soal

1. Cari massa elektron (𝑚0 = 9,1 x 10-31 kg) yang berkecepatan 0,99c.
Pemecahan

Disini v/c = 0,99 dan v2/c2 = 0,98, sehingga


𝑚0
m =
√1−𝑣 2 /𝑐 2

9,1𝑥10−31 𝑘𝑔
=
√1−0,98

= 64 x10−31 𝑘𝑔

Ini berarti 7 kali besar daripada massa diam elektron.

Tidak ada benda yang dapat bergerak


secepat atau lebih cepat dari kelajuan
cahaya

Ketika v mendekati c, √1 − 𝑣 2 /𝑐 2 dalam persamaan (7) mendekati 0, dan


massa m mendekati tak berhingga. Jika v = c, m = ∞, kita dapat mengambill
kesimpulan bahwa tidak dapat sama dengan c: tidak ada benda yang dapat melaju
secepat cahaya. Tetapi bagaimana mengenai roket yang bergerak pada 𝑣1 = 0,5c
relatif terhadap bumi yang menembakkan peluru dengan kelajuan 𝑣2 = 0,5c dalam
arah yang sama? Kita di bumi bisa mengharapkan untuk mengamati peluru dengan
kelajuan 𝑣1 + 𝑣2 = 𝑐. Sebenarnya, seperti yang dibahas pada persamaan 2,
pertambahan kecepatan dalam relativitas bukanlah proses yang sederhana, dan kita
akan mendapatkan bahwa kelajuan peluru hanya 0,8c saja dalam kasus seperti itu.

Kelajuan cahaya c dalam relativitas selalu menyatakan harga besaran itu dalam
ruang hampa yaitu 3,00 x 108 m/detik. Dalam semua media material, seperti udara,
air atau gelas, cahaya merambat lebih perlahan dari itu, dan partikel atomik dapat
bergerak lebih cepat dalam media semacam itu daripada cahaya. Bila partikel
bermuatan bergerak melalui bahan dalam kelajuan melebihi cahaya dalam bahan
itu, sekerucut gelombang cahaya dipancarkannya yang serupa dengan busur
gelombang yang ditimbulkan oleh kapal yang melintasi air dengan kelajuan lebih
cepat dari gelombang air. Gelombang cahaya serupa itu dikenal sebagai radiasi
Cerenkov dan dapat dipakai sebagai dasar dari suatu metode untuk menentukan
kelajuan partikel seperti itu.

Mekanika relativistik

Momentum Relativistik

Momentum suatu partikel didefinisikan sebagai perkalian antara massa dan


kecepatannya. Berdasarkan hukum kekekalan momentum linier dalam relativitas,
maka didefinisikan kembali bahwa momentum sebuah partikel yang massa
diamnya 𝑚0 dan lajunya v adalah:

𝑚0 𝑣
p = mv = (8)
√1−𝑣 2 /𝑐 2

Hukum kekekalan momentum berlaku dalam relativitas khusus seperti dalam


fisika klasik. Namun, hukum kedua Newton mengenai gerak hanya benar dalam
bentuk.
Hukum Kedua Relativistik

𝑑 𝑑 𝑚0 𝑣
F= (mv) = ( ) (9)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 √1−𝑣 2 /𝑐 2

Persamaan ini tidak setara dengan persamaan

𝑑𝑣
F = ma = m 𝑑𝑡

bahkan dengan m seperti pada persamaan (7) karena

𝑑 𝑑𝑣 𝑑𝑚
(mv) = m 𝑑𝑡 + v
𝑑𝑡 𝑑𝑡

dan dm/dt tidak nol jika kelajuan benda berubah terhadap waktu. Gaya resultan pada
benda selalu sama dengan laju perubahan momentum terhadap waktu.

MASSA dan ENERGI

Massa (berasal dari Bahasa Yunani) adalah suatu sifat fisika dari suatu benda
yang digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek yang terpantau atau
untuk mengukur banyaknya materi yang terdapat pada suatu benda.

Energi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan usaha (kerja) atau


melakukan suatu perubahan.

Albert Einstein (14 Maret 1879-18 April 1955) seorang ilmuwan fisika teoritis
yang lahir di Jerman, membuat rumus yang paling terkenal :

E = mc2

Dimana : E = energi (J)

m = massa (kg)

c = kecepatan cahaya (m/s)


Hubungan yang paling terkenal yang diperoleh Einstein dari postulat relativitas
khusus ialah mengenai massa dan energi. Hubungannya dapat diturunkan secara
langsung dari definisi energi kinetik K dari suatu benda yang bergerak sebagai kerja
yang diperlukan untuk membawa benda itu dari keadaan diam hingga mempunyai
kecepatan v.

Perhitungan energi kinetik


secara relativistik

Energi Kinetik

Energi kinetik merupakan usaha sebuah gaya luar yang mengubah laju sebuah
benda.

K=W (dimana usaha, W merupakan perkalian antara gaya dengan jarak,


sehingga W = F.s)

Sehingga
𝑠
K = ∫0 𝐹 𝑑𝑠

dengan F menyatakan komponen gaya yang beraksi dalam arah perpindahan ds dan
s menyatakan jarak selama gaya tersebut beraksi. Dengan memakai bentuk
relativistik hukum gerak kedua

𝑑(𝑚𝑣)
F=
𝑑𝑡

rumus energi kinetik menjadi


𝑠 𝑑(𝑚𝑣) 𝑚𝑣
K = ∫0 ds= ∫0 𝑣 𝑑(𝑚𝑣)
𝑑𝑡
𝑣 𝑚0 𝑣
= ∫0 𝑣 𝑑( )
√1−𝑣 2 /𝑐 2

Integral parsial (∫ 𝑥 𝑑𝑦 = 𝑥𝑦 − ∫ 𝑦 𝑑𝑥)


𝑚0 𝑣2 1 𝑣 𝑑𝑣
K= – 𝑚0 ∫0
√1−𝑣2 /𝑐2 √1−𝑣2 /𝑐2

𝑚0 𝑣2 𝑣
= + [𝑚0 𝑐2 √1 − 𝑣2 /𝑐2 ]
√1−𝑣2 /𝑐2 0

𝑚0 𝑐2
= – m0 c2
√1−𝑣2 /𝑐2

= mc2 – m0 c2 (10)

Hasil ini menyatakan bahwa energi kinetik suatu benda sama dengan
pertambahan massanya sebagai akibat gerak relatifnya dikalikan dengan kuadrat
kelajuan cahaya.

Energi total termasuk


massa diam

Persamaan (10) dapat ditulis sebagai

Energi total 𝑚𝑐 2 = 𝑚0 𝑐 2 + 𝐾 (11)

Jika kita tafsirkan 𝑚𝑐 2 sebagai energi total benda E dengan sendirinya, bila
benda itu dalam keadaan diam K = 0 , tetapi benda tetap memiliki energi 𝑚0 𝑐 2 .
Dengan demikian 𝑚0 𝑐 2 disebut enrgi diam 𝐸0 dari benda yang massa diamnya 𝑚0 .
Sehingga kita peroleh

𝐸 = 𝐸0 + 𝐾

dengan

Energi diam 𝐸0 = 𝑚0 𝑐 2 (12)

Jika benda bergerak, maka energi totalnya ialah

𝑚0 𝑐 2
𝐸 = 𝑚𝑐 2 = (13)
√1−𝑣2 /𝑐2
Contoh soal

1. Suatu benda yang mula-mula dalam keadaan diam meledak menjadi dua bagian
masing-masing bermassa diam 1kg dan bergerak saling menjauhi dengan
kelajuan 0,6c. Carilah massa diam benda semula!

Pemecahan

Karena energi total benda semula harus sama dengan jumlah energi total
masing-masing bagian, maka

𝑚01 𝑐 2 𝑚02 𝑐 2
𝑚0 𝑐 2 = +
√1−𝑣1 2 /𝑐2 √1−𝑣2 2 /𝑐2

(2)(1𝑘𝑔)
𝑚0 = = 2,5 𝑘𝑔
√1−(0,6)2

Massa dapat diciptakan dan dimusnahkan

Karena massa dan energi bukan merupakan kuantitas yang bebas, maka hukum
kekekalan massa dan energi sebenarnya menjadi satu, hukum kekekalan massa-
energi. Massa dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi jika hal ini terjadi,
sejumlah energi yang setara hilang atau muncul dan sebaliknya. Massa dan energi
merupakan aspek yang berbeda dari suatu kuantitas yang sama.

Faktor konversi antara satuan massa (kilogram, kg) dan satuan energi (joule, J)
ialah c2, jadi 1 kg bahan-misalnya, massa buku ini mempunyai isi energi 𝑚0 𝑐 2 = 1
kg (3.108 m/detik)2 = 9x1016 J, cukup untuk mengirimkan beban sejuta ton ke bulan.
Bagaimana mungkin demikian banyak energi terkungkung dalam sejumlah bahan
yang kecil, tanpa seorang pun menyadarinya sebelum Einstein menyatakan hasil
kerjanya.
Sejumlah massa kecil setara
dengan sejumlah besar energi

Sebenarnya, proses pembebasan energi-diam sudah dikenal orang, tetapi


biasanya kita tidak berpikir dalam arah itu. Dalam setiap reaksi kimia yang
mencakup energi, sejumlah bahan hilang, tetapi kehilangan massa merupakan
bagian yang sangat kecil dari massa total bahan yang bereaksi sehingga tak
teramati: jadi "hukum" kekekalan massa dalam kimia berlaku. Sebagai contoh,
hanya sekitar 6x10-11 kg bahan yang hilang jika 1 kg dinamit meledak; jumlah itu
dapat diukur secara langsung, tetapi energi sebesar 5,4x106 J yang terlepas keluar
jelas tidak dapat diabaikan.

1
K = 𝑚𝑣 2 merupakan aproksimasi
2

energi kinetik untuk kelajuan rendah

Jika kecepatan relatif v kecil terhadap c, rumusan energi kinetik harus dapat
1
tereduksi menjadi bentuk yang dikenal 𝑚0 𝑣 2 , yang telah terbukti secara
2

eksperimen untuk kecepatan kecil. Rumus relativistik untuk energi kinetik yaitu

2 2
𝑚𝑜 𝑐 2
𝐾 = 𝑚𝑐 − 𝑚𝑜 𝑐 = − 𝑚𝑜 𝑐 2
√1 − 𝑣 2 /𝑐 2

Karena 𝑣 2 /𝑐 2 ≪ 1, kita dapat menggunakan uraian binomial (1 + x)n ≈ 1 +


𝑛𝑥, yang berlaku untuk |𝑥| ≪ 1, untuk mendapatkan

1 1 𝑣2
= 1+
√1−𝑣2 /𝑐2 2 𝑐2

Jadi kita peroleh hasil

1 𝑣2 1
K = ( 1+ 2 𝑐 2 ) 𝑚0 𝑐 2 - 𝑚0 𝑐 2 = 2 𝑚𝑜 𝑣 2 𝑣≪𝑐
Pada kelajuan rendah memang rumusan energi kinetik suatu benda yang
bergerak tereduksi menjadi seperti dalam fisika klasik. Sebegitu jauh diketahui
orang, perumusan yang benar dari mekanika berdasar pada relativitas, dengan
mekanika klasik menyatakan aproksimasi yang berlaku jika 𝑣 ≪ 𝑐. Gambar 3
menunjukkan bagaimana energi kinetik benda yang bergerak berubah terhadap
kecepatan menurut mekanika klasik dan mekanika relativistic.

Derajat ketepatan yang diperlukan menetapkan apakah kita harus memakai


1
rumusan klasik atau relativisti. Misalnya, jika v = 107 m/s ( 0,033c) rumus 2 𝑚𝑜 𝑣 2

menyimpang dari energi kinetiknya hanya sebesar 0,08 persen; jika v = 3x107 m/s
(0,1c), penyimpangannya menjadi 0,8 persen; tetapi jika v = 1,5 x108 m/s (0,5c),
penyimpangan menjadi signifikan 19 persen, dan jika v = 0,999c penyimpangan
melonjak menjadi 4.300 persen. Karena 107 m/s kira-kira 6.310 mil/s, rumusan
1
nonrelativistik 2 𝑚𝑜 𝑣 2 sangat memuaskan untuk mencari energi kinetik benda yang

biasa kita lihat, dan hanya gagal pada kecepatan sangat tinggi yang dicapai oleh
partikel elementer pada keadaan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai