Anda di halaman 1dari 68

Pengembangan Kawasan Minapolitan 1

Pengembangan Kawasan Minapolitan 3


4 Pengembangan Kawasan Minapolitan
Pengembangan Kawasan Minapolitan 5
Pengantar
Sjarief Widjaja Puji dan Syukur sudah sepantasnya kita panjatkan
Sekretaris Jenderal kehadirat Alloh SWT, karena atas berkat Rahmat dan
Karunia-NYA Buku Laporan Perkembangan Pelaksanaan
Minapolitan ini dapat terselesaikan, sebagai laporan
implementasi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 12 Tahun 2010 tentang Minapolitan.
Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi
kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan
prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan
percepatan. Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian
wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri
dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas
perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung
lainnya. Sesuai dengan KEP.35/MEN/2013 telah ditetapkan
179 Kabupaten/Kota di Indonesia dan 202 Lokasi sebagai
kawasan Minapolitan yang terdiri dari 145 kawasan berbasis
Perikanan Budidaya dan 57 kawasan berbasis Perikanan
Tangkap. Kawasan tersebut diprioritaskan mendapat
dukungan kegiatan dan anggaran sebagai stimulus bagi
Pemerintah Daerah dan dunia usaha.
Sejak terbitnya Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Minapolitan telah
dilakukan berbagai upaya untuk mengimplementasikan
konsep Minapolitan dengan baik, diantaranya dengan
melakukan rapat koordinasi di lingkup KKP, Pemerintah
daerah, lintas Kementerian/Lembaga (K/L), masyarakat dan
swasta. Koordinasi ini dimaksudkan untuk mensinkronkan
kebijakan antara pusat (K/L terkait) dan daerah terutama
kesiapan daerah untuk mensukseskan Minapolitan. Dalam
perkembangannya, konsep pengembangan kawasan
Minapolitan telah diintergrasikan dengan kegiatan-kegiatan
industrialisasi kelautan dan perikanan dengan pendekatan
Blue Economy dalam rangka pengelolaan sumberdaya yang
berkelanjutan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan
dokumen ini masih jauh dari sempurna, kami mengharapkan
masukan dan saran yang membangun agar dokumen ini
dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Jakarta, Desember 2013

6 Pengembangan
PengembanganKawasan
KawasanMinapolitan
Minapolitan
Daftar Isi
06 Kata
pengantar
08 pendahuluan

15 STRATEGI
PENGEMBANGAN
KAWASAN
Minapolitan 45 PELAKSANAAN
Minapolitan
BERBASIS
PERIKANAN
BUDIDAYA
57 PELAKSANAAN
Minapolitan
BERBASIS
PERIKANAN
TANGKAP
64 penutup

PengembanganKawasan
Pengembangan KawasanMinapolitan
Minapolitan 77
Pendahuluan

8 Pengembangan Kawasan Minapolitan


Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan
menghasilkan kemiskinan di perdesaan, dan proses urbanisasi yang tidak
terkendali semakin mendesak produktifitas lahan. Berdasarkan fakta tersebut
maka telah ditegaskan dalam Program Nasional bahwa sasaran pokok
pembangunan diantaranya adalah menurunnya jumlah penduduk miskin serta
terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran terbuka
dengan didukung oleh stabilitas ekonomi yang tetap terjaga; dan sasaran
kedua adalah berkurangnya kesenjangan antar wilayah. Salah satu konsep
pengembangan perdesaan adalah pembangunan dengan konsep kawasan.
Dengan pembangunan kawasan ini diharapkan akan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat disekitar kawasan.
Konsep dasar pengembangan Kawasan Minapolitan adalah upaya
menciptakan pembangunan inter-regional berimbang, khususnya dengan
meningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa (rural-urban linkage)
yaitu pengembangan kawasan perdesaan yang terintegrasi di dalam sistem
perkotaan secara fungsional dan spasial. Pengembangan ekonomi masyarakat
lokal/perdesaan sangat penting, dengan diupayakan optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya lokal melalui pengembangan ekonomi komunitas, investasi social
capital dan human capital, investasi di bidang prasarana dan sumberdaya
alam (natural capital). Pengembangan kawasan Minapolitan dilakukan dengan
disertai upaya peningkatan capacity building di tingkat masyarakat maupun
di tingkat pemerintahan agar menjamin manfaat utama dapat dinikmati
masyarakat lokal.
Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang,Minapolitan masuk dalam kategori Agropolitan dijelaskan bahwa
Kawasan Agropolitan/Minapolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu
atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi
pertanian/perikanan dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan
sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Dijelaskan pula pada pasal 26
bahwa rencana tata ruang kawasan perdesaan merupakan bagian dari
rencana tata ruang wilayah kabupaten yang dapat disusun sebagai instrumen
pemanfaatan ruang untuk mengoptimalkan kegiatan pertanian/perikanan, yang
dapat berbentuk kawasan agropolitan/Minapolitan.
Melalui pendekatan penataan ruang diharapkan keterkaitan kawasan
agropolitan/Minapolitan dengan sistem kota dan outlet pemasaran dalam suatu
struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah menjadi jelas dan terintegrasi
dengan RTRW kabupaten yang ada. Selanjutnya mengacu dan menyelaraskan
dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 maka masterplan Kawasan
kawasan agropolitan/Minapolitan disebut juga dengan Rencana Tata Ruang
(RTR) Kawasan agropolitan/Minapolitan yang adalah merupakan rencana rinci
dari RTRW kabupaten.

Pengembangan Kawasan Minapolitan 9


Minapolitan terdiri dari kata mina dan kata politan (polis). Mina berarti
perikanan dan politan berarti kota, sehingga Minapolitan dapat diartikan
sebagai kota perikanan atau kota di daerah lahan perikanan atau perikanan
di daerah kota. Secara definitif Minapolitan adalah kota perikanan yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha perikanan
serta mampu melayani dan mendorong kegiatan pembangunan perikanan di
wilayah sekitarnya, dengan ciri utama kegiatan perikanan dan pengolahan hasil
perikanan.
Sesuai Peraturan Menteri No 12 tahun 2010 tentang Minapolitan,
Minapolitan didefinisikan sebagai konsepsi pembangunan ekonomi kelautan
dan perikanan berbasiskawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi,
efisiensi, berkualitas dan percepatan. Kawasan Minapolitan adalah suatu
bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra
produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/
atau kegiatan pendukung lainnya. Sesuai dengan KEP.39/MEN/2011 tentang
Perubahan atas Keputusan MKP No. KEP.32/MEN/2010 tentang Penetapan
Kawasan Minapolitan, telah ditetapkan 223 Kabupaten/Kota di wilayah
Indonesia sebagai Kawasan Minapolitan yang sebelumnya berjumlah 197
Kawasan Minapolitan. Kawasan yang telah diprioritaskan akan dibagi dalam
jangka waktu 2010-2014 dengan Minapolitan Berbasis Perikanan Budidaya dan
Perikanan Tangkap. Tahun 2011 ditetapkan 9 kawasan Minapolitan Berbasis
Perikanan Tangkap dan 24 kawasan Minapolitan Berbasis Perikanan Budidaya.
Untuk mendukung program tersebut Pemerintah pusat dalam hal ini KKP telah
menganggarkan beberapa kegiatan serta melakukan serangkaian koordinasi
sebagai bentuk komitmen KKP untuk mendukung kawasan Minapolitan.
Koordinasi ini dimaksudkan untuk mensinkronkan kebijakan antara pusat
(K/L terkait) dan daerah terutama kesiapan daerah untuk mensukseskan
Minapolitan. Dalam perkembangannya, telah ditetapkan Kepmen KP Nomor 35
Tahun 2013 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan menjadi 179 Kabupaten
Kota dengan 202 lokasi yang dibagi menjadi 145 Kawasan Minapolitan berbasis
Perikanan Budidaya dan 57 Kawasan Minapolitan berbasis Perikanan Tangkap.

10 Pengembangan Kawasan Minapolitan Pengembangan Kawasan Minapolitan 10


RPJMN 2010-2014
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DAN DAERAH

Arah PUSAT PERTUMBUHAN/


Kebijakan WILAYAH PRODUKSI
KOTA/ PASAR

Fokus kepada Konsep hulu Fokus kepada


prinsip Keunggulan ke hilir pengembangan
Komparatif/ (rantai nilai sistem pasar
Kompetitif Daerah agribisnis)

strategi Pengembangan Keterkaitan Antar Kawasan

Tata Kelola Kualitas/ KAD Infra- Fasilitasi


Ekonomi Kompetensi dan PPP struktur PELD
Daerah SDM

FOKUS LOKASI:
Pengembangan kawasan andalan, pusat-pusat
pertumbuhan wilayah, seperti kawasan industri
berbasis kompetensi inti industri daerah/klaster
kawasan sentra produksi, kawasan perkotaan baru/KTM,
agropolitan, Minapolitan

Pengembangan Kawasan Minapolitan 11


Dalam RPJMN 2010-2014 terkait
Pengembangan Ekonomi Lokal
dan Daerah tertuang dalam Arah
Kebijakan, prinsip dan strategi
dalam Pengembangan Ekonomi
Lokal dan Daerah. Arah Kebijakan
terpusat pada pusat pertumbuhan
kota dan pasar yang sangat erat
hubungannya sebagai tempat Setelah ditetapkan komoditas
wilayah produksi barang dan jasa. unggulan diperlukan konsep
Hal ini sangat diperlukan sebagai pengembangan dari hulu ke hilir
modal pemenuhan bahan baku sehingga proses pengembangan tidak
untuk industri serta pemenuhan akan terhambat dari mulai produksi,
kebutuhan masyarakat. pasca produksi, pengangkutan,
Untuk memperkuat arah kebijakan sampai pengolahan. Selanjutnya
tersebut diperlukan beberapa prinsip diperlukan komitmen bersama pada
yang harus dipenuhi diantaranya, pengembangan sistem pasar.
fokus pada keunggulan komparatif/ Untuk menerapkan
kompetitif daerah, konsep kebijakan tersebut dibutuhkan
pengembangan hulu ke hilir dan strategi pengembangan keterkaitan
fokus kepada pengembangan sistem antar kawasan yang meliputi tata
pasar. Ketiga hal tersebut saling kelola ekonomi daerah, kualitas/
terkait antara satu dengan yang kompetensi SDM, infrastruktur,
lain. Pemilihan komoditas unggulan public private partnership, serta
yang akan dikembangkan harus fasilitasi pengembangan ekonomi
mempertimbangkan berbagai hal lokal daerah. Hal ini diperlukan
diantaranya kualitas dan kuantitas sebagai syarat untuk fokus pada
produk, penerimaan pasar, sarana lokasi untuk pengembangan kawasan
dan prasarana pengembangan serta andalan, pusat-pusat pertumbuhan
kebijakan pendukung. wilayah seperti kawasan industri
berbasis kompetensi inti industri
daerah berbentuk kluster kawasan
sentra produksi, kawasan perkotaan
baru, pengembangan kawasan
agropolitan maupun kawasan
Minapolitan. Kawasan-kawasan
tersebut diharapkan dapat memicu
peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan meningkatkan PAD
melalui pengembangan produk
unggulan dengan disertai jaminan
pasar.

12 Pengembangan Kawasan Minapolitan Pengembangan Kawasan Minapolitan 12


KERANGKA KERJA KKP
DALAM RPJM 2010-2014
SINERGI KEGIATAN MAIN- HASIL
IKU PROGRAM STREAMING
KEBIJAKAN

Pengembangan & Pengelolaan


Pengelolaan Sumber Daya
Perikanan Tangkap Ikan
Pertumbuhan
PDB Minapolitan
Peningkatan Pengembangan
Produksi Perikanan Sistem Produksi
Produksi Budidaya
Perikanan dan Minapolitan Industrialisasi
Garam
Peningkatan Daya Pengembangan
Saing Produk Industri
Perikanan Pengolahan
Hasil Blue Economy
Pengelolaan Pengelolaan dan
Sumberdaya Laut, Pengembangan
Tingkat Peisisir dan PPK Konservasi
Konsumsi
Ikan Dalam Pengawasan DIREKTIF
Negeri Sumberdaya Penyelesaian PRESIDEN
Kelautan dan Tindak Pidana
Visi & Industrialisasi Perikanan Visi &
Nilai Ekspor MP3KI/PKN
Misi Komoditas Pengembangan Misi
Perikanan Karantina Ikan, Pengembangan
Pengendalian Mutu dan Pembinaan
dan Keamanan
MP3EI DAYA SAING
Jumlah Kasus Penelitian dan
Penolakan Penelitian dan
Pengembangan Pengembangan
Ekspor IPTEK Kelautan dan IPTEK BERKELAN-
Perikanan LUMBUNG JUTAN
Luas Kawasan Pengembangan
IKAN
Pendidikan
Konservasi Sumberdaya Kelautan dan
Manusia Kelautan KESE-
Blue Economy Perikanan JAHTERAAN
dan Perikanan
P4B
Jumlah Pulau- Pengawasan Pengawasan
Pulau Kecil dan Peningkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas Aparatur
Aparatur
GENDER
Bebas IUU Peningkatan
Fishing Dukungan Pembinaan dan
Manajemen dan Koordinasi
Pelaksanaan

Kerangka kerja KKP tahun 2010-2014 adalah melaksanakan seluruh


target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2010-2014. KKP telah berkomitmen untuk bersama-sama menjaga
keberhasilan yang telah diraih dan mengejar capaian pembangunan yang
belum terlaksana sesuai target yang telah ditetapkan.
KKP menetapkan target-target sasaran di dalam Indikator Kinerja
Utama yang bersinergi dengan kebijakan Minapolitan, Industrialisasi dan
Blue Economy. Selain itu juga dilakukan focusing pada pencapaian sasaran
target RPJMN 2010-2014 terkait dengan Direktif Presiden, yang akan menjadi
pencapaian utama KKP pada tahun 2013 dan 2014.•

Pengembangan Kawasan Minapolitan 13


Visi
& Misi
Visi
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
(PERMEN KP No.15 Tahun 2012)

PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN


PERIKANAN YANG BERDAYA SAING
DAN BERKELANJUTAN UNTUK
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Misi

1
MENGOPTIMALKAN PEMANFAATAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN
PERIKANAN

2
MENINGKATKAN NILAI TAMBAH DAN
DAYA SAING PRODUK KELAUTAN
DAN PERIKANAN

3
MEMELIHARA DAYA DUKUNG DAN
KUALITAS LINGKUNGAN SUMBER
DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

14 Pengembangan Kawasan Minapolitan


Strategi
Pengembangan
Kawasan
Minapolitan

Pengembangan Kawasan Minapolitan 15


Minapolitan adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan
berbasis manajemen ekonomi kawasan dengan motor penggerak sektor
kelautan dan perikanan dalam rangka peningkatan pendapatan rakyat.
Pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan dengan konsepsi Minapolitan
dikembangkan melalui peningkatkan efisiensi dan optimalisasi keunggulan
komparatif dan kompetitif daerah sesuai dengan eksistensi kegiatan pra
produksi, produksi, pengolahan dan/atau pemasaran, serta jasa pendukung
lainnya, yang dilakukan secara terpadu, holistik, dan berkelanjutan.
Minapolitan bertujuan untuk: (a) meningkatkan kemampuan ekonomi
masyarakat skala mikro dan kecil, (b) meningkatkan jumlah dan kualitas usaha
skala menengah ke atas sehingga berdaya saing tinggi, dan (c) meningkatkan
sektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak ekonomi regional dan
nasional.
Pengembangan Kawasan Minapolitan adalah suatu pendekatan
pembangunan kawasan perdesaan melalui upaya-upaya penataan ruang
kawasan perdesaan dan menumbuhkan pusat-pusat pelayanan fasilitas
perkotaan (urban function center) yang dapat mengarah pada terbentuknya
kota-kota kecil berbasis Perikanan (minapolis) sebagai bagian dari sistem
perkotaan dengan maksud meningkatkan pendapatan kawasan perdesaan
(regional income). Dalam rangka mengembangkan kawasan Minapolitan
diperlukan adanya rencana induk/masterplan pengembangan kawasan
Minapolitan oleh masing-masing kabupaten/kota.Peran pemerintah pusat lebih
diarahkan pada memfasilitasi.
Dalam implementasinya, pengembangan suatu kawasan Minapolitan
dikarakteristikan pada sentra-sentra produksi dan pemasaran berbasis
perikanan dan mempunyai multiplier effect tinggi terhadap kegiatan ekonomi,
produksi, perdagangan, jasa, pelayanan, kesehatan dan sosial yang saling
terkait, dan mempunyai sarana dan prasarana memadai sebagai pendukung
keanekaragaman aktivitas ekonomi layaknya sebuah kota.
Tata laksana pengembangan Minapolitan tertuang dalam Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.12/MEN/2010 tentang
Minapolitan, yang antara lain menetapkan beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh Kabupaten/Kota untuk menjadi kawasan Minapolitan, antara
lain komitmen daerah, memiliki komoditas unggulan dan tersedianya fasilitas
pendukung, seperti pelabuhan, industri pengolahan, jalan, listrik dan lainnya.
Untuk mengintegrasikan kawasan Minapolitan kedalam konteks
pengembangan wilayah secara makro dan memberikan masukan yang
komprehensif berdasarkan potensi perikanan yang terintegrasi, telah disusun
Zonasi Rinci kawasan Minopolitan sebanyak 14 lokasi (Pariaman, Bintan,
Serdang Berdagai, Kota Padang, Agam, Sukabumi, Sumba Timur, Maros,
Bitung, Morowali, Takalar, Pangkep, Ternate, Merauke).
Pada tahun 2011, pengembangan kawasan Minapolitan sudah mulai
masuk pada tahap persiapan, baik secara administratif maupun pengembangan
beberapa infrastruktur dasar. Tahun 2012 sudah masuk tahap implementasi
pengembangan kawsan. Mulai tahun 2013, pengembangan kawasan
Minapolitan telah diintregarsikan dengan kegiatan industrialisasi kelautan
dan perikanan dengan pendekatan konsep Blue Economy. Diharapkan pada
akhir tahun 2014, kawasan Minapolitan yang dikembangkan akan mampu
mengakselerasi pembangunan ekonomi di daerah.

16 Pengembangan Kawasan Minapolitan


Kebijakan Minapolitan
Minapolitan merupakan konsep pengembangan ekonomi berbasis kawasan
berbasis komoditas unggulan dari hulu ke hilir dimana diperlukan sinergi lintas
sektor baik dari K/L, swasta maupun masyarakat. Sesuai Permen KP No. 12
Tahun 2010 tentang Minapolitan, diperlukan beberapa persyaratan dalam
penetapan kawasan Minapolitan diantaranya, komoditas unggulan, masterplan,
fasilitas pendukung, letak geografis, komitmen Pemerintah Daerah dan lain-
lain. Hal tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah
produk serta pengembangan kawasan ekonomi kelautan dan perikanan untuk
menggerakkan ekonomi di daerah. Tujuan akhir dari pengembangan kawasan
Minapolitan tentunya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan,
pembudidaya dan pengolah ikan dengan parameter peningkatan pendapatan.

• Peningkatan
produksi dan nilai
tambah produk Peningkatan
Pengembangan
pendapatan
Kawasan Minapolitan
• Pengembangan nelayan,
melalui Sinergi Lintas
kawasan ekonomi pembudidaya dan
Kementerian/Lembaga
KP untuk pengolah ikan
menggerakkan
ekonomi di daerah

Letak
Geografis
Komitmen Kelayakan
Daerah Lingkungan
Komoditas
Unggulan

Sistem Fasilitas
dan Mata Pendukung
Rantai
Hulu-Hilir

Pengembangan Kawasan Minapolitan 17


Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan
perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi,
efisiensi, berkualitas dan percepatan. Kawasan Minapolitan adalah suatu
bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri
dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan,
pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. Sesuai dengan
KEP.39/MEN/2011 tentang Perubahan atas Keputusan MKP No. KEP.32/
MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan, telah ditetapkan
223 Kabupaten/Kota di wilayah Indonesia sebagai Kawasan Minapolitan.
Koordinasi ini dimaksudkan untuk mensinkronkan kebijakan antara
pusat (K/L terkait) dan daerah terutama kesiapan daerah untuk
mensukseskan Minapolitan.

18 Pengembangan Kawasan Minapolitan


PERSYARATAN PENETAPAN
KAWASAN Minapolitan
(sesuai Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP.12/MEN/2010
tentang Penetapan Kawasan Minapolitan)

• Kesesuaian dengan Rencana Strategis, Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW) dan/atau Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) kabupaten/kota, serta
Rencana Pengembangan Investasi Jangka Menengah Daerah
(RPIJMD) yang telah ditetapkan;

• Memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan


dengan nilai ekonomi tinggi;

• Letak geografi kawasan yang strategis dan secara alami


memenuhi persyaratan untuk pengembangan produk unggulan
kelautan dan perikanan;

• Terdapat unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan


jaringan usaha yang aktif berproduksi, mengolah dan/atau
memasarkan yang terkonsentrasi di suatu lokasi dan mempunyai
mata rantai produksi pengolahan, dan/atau pemasaran yang
saling terkait;

• Tersedianya fasilitas pendukung berupa aksebilitas terhadap


pasar, permodalan, sarana dan prasarana produksi, pengolahan,
dan/atau pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga usaha, dan
fasilitas penyuluhan dan pelatihan;

• Kelayakan lingkungan diukur berdasarkan daya dukung dan


daya tampung lingkungan, potensi dampak negatif, dan potensi
terjadinya kerusakan di lokasi di masa depan;

• Komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan


fasilitas pengelolaan dan pengembangan Minapolitan;

• Keberadaan kelembagaan pemerintah daerah yang bertanggung


jawab di bidang kelautan dan perikanan; dan

• Ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi


kawasan.

Pengembangan Kawasan Minapolitan 19


Minapolitan
pendekatan
1. Alternatif dari model/strategi
pembangunan perdesaan
berbasis komoditas
tantangan
unggulan (perikanan)
1. Adanya otonomi daerah.
2. Sebagai alternatif Pembagian kewenangan
pengembangan dalam yang lebih jelas dalam
mewujudkan efisiensi perencanaan dan pelaksanaan
dan efektivitas dalam pembangunan, dari tingkat
pelaksanaan pembangunan propinsi, kabupaten sampai
wilayah dengan desa.

3. Alat dalam menentukan 2. Kondisi wilayah yang


model pembangunan wilayah variasinya tinggi. Potensi
yang mengoptimalkan sumberdaya alam, kualitas
potensi sumber daya SDM, Kelembagaan,
perikanan sebagai potensi ketersediaan infrastruktur,
ekonomi dst, kesenjangan antar
wilayah
4. Menciptakan cluster/pusat
pengembangan ekonomi 3. Lemahnya ketersediaan
di perdesaan sebagai prime data dan informasi, secara
mover pembangunan wilayah nasional maupun regional

5. Pembangunan sektoral 4. Penataan ruang yang


dengan basis lokus yang masih belum memadai,
mengintegrasikan seluruh keberlanjutan usaha
potensi pembangunan; kurang terjamin, resiko
SD finansial, informasi, pengembangan masih tinggi
teknologi, dan SDM
5. Kerusakan lingkungan
hidup yang semakin masif,
berpengaruh terhadap daya
dukung dan ketersediaan
sumberdaya alam perikanan

20 Pengembangan Kawasan Minapolitan


Konsep Minapolitan
mempunyai beberapa
pendekatan diantaranya:
1. Alternatif dari model/strategi pembangunan perdesaan berbasis
komoditas unggulan perikanan. Komoditas unggulan merupakan
syarat mutlak dalam pengembangan kawasan, dengan catatan
komoditas tersebut dapat dikembangkan dengan kualitas dan
kuantitas yang terjamin serta pasar yang dapat menampung produk
yang dihasilkan.
2. Sebagai alternatif pengembangan dalam mewujudkan efisiensi dan
efektivitas dalam pelaksanaan pembangunan wilayah. Pembangunan
berbasis wilayah diperlukan karena pemerintah menyadari tidak dapat
membangun seluruh daerah yang ada secara bersamaan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan anggran baik Pemerintah
pusat maupun Pemerintah Daerah. Oleh karena itu diperlukan
prioritas pembangunan kawasan dengan memperhatikan karakteristik
masing-masing kawasan yang akan dikembangkan.
3. Alat dalam menentukan model pembangunan wilayah yang
mengoptimalkan potensi sumberdaya perikanan sebagai potensi
ekonomi. Potensi pengembangan sumberdaya perikanan merupakan
intidalam pengembangan kawasan Minapolitan. Pengembangan sektor
perikanan merupkana penggerak ekonomi di daerah dalam kawasan
Minapolitan.
4. Menciptakan cluster/pusat pengembangan ekonomi di perdesaan
sebagai prime mover pembangunan wilayah. Pengembangan ekonomi
berbasis cluster ini diperlukan sebagai sarana pengintegrasian
berbagai potensi yang tersedia diwilayah tersebut. Dengan sistem
cluster diharapkan konsep pengembangan dari hulu ke hilir dapat
dilaksanakan tanpa membutuhkan biaya yang sangat besar
dikarenakan embrio potensi tersebut sudah ada tinggal diberikan
sedikit stimulus agar semua dapat berjalan dengan baik.
5. Pembangunan sektoral dengan basis lokus yang mengintegrasikan
seluruh potensi pembangunan diantaranya Sumber Daya finansial,
informasi, teknologi, dan SDM. Pembangunan berbasis lokus
memerlukan integrasi dari seluruh potensi pembangunan yang ada,
karena tanpa adanya sinergitas tersebut konsep pengembangan
kawasan Minapolitan tidak akan berjalan.

Pengembangan Kawasan Minapolitan 21


Namun demikian terdapat
beberapa tantangan dalam
pengembangan Minapolitan
diantaranya:
1. Adanya otonomi daerah berimplikasi pada pembagian kewenangan
yang lebih jelas dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,
dari tingkat propinsi, kabupaten sampai dengan desa.Selain itu otonomi
daerah juga menimbulkan adanya sistem politik yang tidak stabil karena
kebijakan yang ada sangat dipengaruhi oleh darimana pemimpin daerah
terpilih. Pergantian kepala daerah akan menyebabkan perubahan arah
kebijakan dan perubahan personel struktural di tingkat daerah. Hal ini
akan mengakibatkan putusnya informasi karena biasanya tidak terjadi
transfer informasi yang baik pada saat pergantian personel. Hal tersebut
akan mengancam keberlanjutan Minapolitan, karena berhasil tidaknya
Minapolitan sangat ditentukan oleh arah kebijakan dari Pemerintah Daerah.
2. Kondisi wilayah yang variasinya tinggi diantaranya Potensi
sumberdaya alam, kualitas SDM, kelembagaan, ketersediaan infrastruktur,
dst, kesenjangan antar wilayah. Hal ini mengakibatkan setiap daerah
tidak dapat disamakan strategi dalam pelaksanaan Minapolitan karena
karakteristik masing-masing daerah yang berbeda.
3. Lemahnya ketersediaan data dan informasi, secara nasional
maupun regional. Minimnya ketersediaan data dan informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah terutama di daerah dapat
menyebabkan kesalahan fatal dalam pengambilan kebijakan. Data dan
informasi yang valid sangat dibutuhkan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan agara dapat implementatif, efektif, efisien dan tepat sasaran.
Penyediaan data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan
merupakan tantangan tersendiri dalam pengembangan kawsan Minapolitan.
4. Penataan ruang yang masih belum memadai mengakibatkan
keberlanjutan usaha kurang terjamin, resiko pengembangan masih tinggi.
Kesesuaian pengembangan kawasan Minapolitan dengan RTRW kabupaten/
Kota merupkan suatu keharusan. Hal ini terkait dengan keberlanjutan
investasi dan pengembangan usaha. Ketidakjelasan konsep tata ruang
dapat mengakibatkan kegagalan pengembangan kawasan Minapolitan
karena tanpa adanya kejelasan tata ruang jaminan keamanan dan
keberlanjutan bisnis akan terancam.
5. Kerusakan lingkungan hidup yang semakin masif
sehinggaberpengaruh terhadap daya dukung dan ketersediaan sumberdaya
alam perikanan. Kerusakan lingkungan juga menjadi tantangan tersendiri
dalam keberhasilan pengembangan kawasan Minapolitan. Tanpa adanya
lingkungan yang mendukung maka sudah dapat dipastikan pengembangan
kawasan Minapolitan tidak akan berjalan, hal ini dikarenankan komoditas
perikanan sangat bergantung pada lingkungan yang baik sebagai tempat
hidup komoditas perikanan.

22 Pengembangan Kawasan Minapolitan


Minapolitan DAN
PEMBANGUNAN EKONOMI
MAKRO MENUJU MASYARAKAT
SEJAHTERA

Lintas Sektor

PEMBANGUNAN EKONOMI MAKRO: RPJP DAN RPJM


Kebijakan ekonomi dan infrastruktur
KKP

PEMBANGUNAN SEKTOR KELAUTAN DAN


PERIKANAN DENGAN KONSEP Minapolitan

Naik
Visi • KAWASAN Minapolitan
• PENGEMBANGAN
• PRODUKSI
• PENDAPATAN
Misi USAH MINA • PUSAT PERTUMBUHAN
PEDESAAN (PUMP) EKONOMI di Daerah
KKP

Propinsi, Kabupaten, dan Kota


SNT 2010

Pengembangan Kawasan Minapolitan 23


PERATURAN PRESIDEN (PERPRES)
RENCANA TATA RUANG PULAU
YANG TERKAIT DENGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Perpres 13/2012 tentang RTR Pulau Sumatera


Perpres 28/2012 tentang RTR Pulau Jawa-Bali
Perpres 3/2012 tentang RTR Pulau Kalimantan
Perpres 88/2011 tentng RTR Pulau Sulawesi

Kawasan peruntukan Perikanan merupakan


Kawasan Budidaya yang
Memiliki Nilai Strategis Nasional

Pengembangan kawasan dilakukan antara lain melalui:

• Pengembangan kawasan Minapolitan berbasis masyarakat

• Pengembangan kegiatan perikanan tangkap dan perikanan


budidaya sesuai dengan daya dukung lingkungan

• Pengembangan industri pengolahan dan industri jasa hasil


perikanan yang ramah lingkungan

• Pengendalian kegiatan perikanan tangkap pada wilayah


overfishing

• Pengembangan kawasan konservasi laut melalui Pemantapan


fungsi Taman Nasional Laut dan Taman Wisata Alam Laut

• Rehabilitasi ekosistem di wilayah pesisir dan laut

• Pelestarian sumber daya terumbu karang dan keragaman


hayati laut di kawasan segitiga terumbu karang

Dasar hukum Minapolitan semakin kuat dengan masuknya Minapolitan


dalam Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan dan
Sulawesi yang telah disahkan dengan Peraturan Presiden. Diantaranya
tercatat Minapolitan merupakan salah satu konsep Pengembangan kawasan
berbasis masyarakat. Dengan masuknya Minapolitan dalam Perpres Rencana
Tata Ruang Pulau, RT RW Kabupaten/Kota, RPJMD, Permen KP, Kepmen KP,
masterplan kawasan Minapolitan dll dapat dijadikan garansi bahwa Konsep
Minapolitan akan terus dijalankan dalam jangka waktu yang panjang. Selain
itu direncanakan Minapolitan akan masuk dalam bahan RPJMN 2015-2019
dan Rencana strategis KKP 2015-2019.

24 Pengembangan Kawasan Minapolitan


INTEGRASI KEGIATAN ESELON I
LINGKUP KEMENTERIAN
KELAUTAN DAN PERIKANAN

PRODUKSI PENGOLAHAN PEMASARAN

Cara penangkapan • Pengembangan


dan budidaya ikan Pengolahan produk Sistem Logistik Ikan
ramah lingkungan & ikutan bernilai tambah Nasional (SLIN)
berkelanjutan (zero waste) • Pusat Informasi
Pasar

• Pengembangan produk
Peningkatan • Diversifikasi dan
bernilai tambah
kuantitas, kualitas & Pemenuhan syarat
• Peningkatan kapasitas
kontinuitas produksi pasar dalam dan luar
& utilitas UPI (ikan &
sesuai standar (ikan & negeri;
rumput laut)
rumput laut) • Promosi & branding
• Penurunan susut hasil

• Benih unggul • Pengembangan sentra


• Penanganan ikan di pengolahan Pembangunan &
atas kapal, palka, • Pengembangan rehabilitasi pasar
bongkar sarpras pengolahan ikan
• Sarpras

DUKUNGAN
SDM, IPTEK, PENGAWASAN, KARANTINA,
PENGENDALIAN MUTU

Integrasi kegiatan lintas Eselon I di lingkup KKP mutlak harus dijalankan. Hal
ini sebagai jaminan bahwa KKP totalitas dalam mengembangkan Minapolitan.
Dengan demikian, keberhasilan konsep hulu ke hilir sangat ditentukan
melalui sinkronisasi program lintas unit Eselon I. Ditjen Perikanan Budidaya
dan Ditjen Perikanan tangkap dalam kaitan ini mengatur penyediaan
produksi dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang terjaga. Ditjen P2HP
bertanggung jawab terhadap pengolahan produk, penambahan nilai produk
dan pemasaran hasil produk perikanan. Untuk itu diperlukan dukungan SDM
(BPSDMKP), Pengawasan (PSDKP), Karantina dan jaminan mutu (BKIPM
KHP), Iptek (Balitbang KP) dan jaminan kelestarian lingkungan pesisir (KP3K)

Pengembangan Kawasan Minapolitan 25


SINERGI
PENGEMBANGAN
KAWASAN
PEMERINTAH
PUSAT
Minapolitan
• Sarpras lintas
sektor
• Regulasi

PEMERINTAH
HULU
DAERAH
• Sarpras lintas Penyerapan
SKPD tenaga
• Regulasi kerja
• Penyediaan lahan

PERBANKAN Minapolitan
DAN Peningkatan PENINGKATAN
• Permodalan INDUTRIALISASI output KESEJAHTERAAN
• Pendampingan
KELAUTAN DAN perekonomian MASYARAKAT
usaha
PERIKANAN

INDUSTRI/ Pertumbuhan
ASOSIASI ekonomi dan
pendapatan
• Investasi
• Akses pasar
• Kemitraan
HILIR
MASYARAKAT

• Penerapan
standar pasar

Sinergi Pengembangan Kawasan Minapolitan merupakan


sinergi antara Pemerintah Pusat yang bertanggungjawab terhadap Regulasi
dan kebijakan, serta Sarana dan Prasarana lintas sektor, Pemerintah
Daerah (Sarana dan Prasarana lintas SKPD, regulasi dan penyediaan
lahan), Perbankan (permodalan dan pendampingan usaha), Industri/
asosiasi (investasi, akses pasar, kemitraan) dan masyarakat (pasar).
Semua dukungan tersebut masuk dalam kawasan Minapolitan untuk
menjamin keberlanjutan dari hulu ke hilir. Keberhasilan pengembangan
kawasan Minapolitan dapat di ukur dengan beberapa parameter utama yaitu
penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah dari
kawasan Minapolitanserta peningkatan pendapatan masyarakat. Muara akhir
dari pengembangan kawasan Minapolitan adalah meningkatnya kesejahteraan
masyarakat di kawasan Minapolitan.

26 Pengembangan Kawasan Minapolitan


PENGEMBANGAN
Minapolitan

Rencana Program
RTRW Investasi Jangka
RZWP3K Menengah (RPIJM)
Rencana Induk
RPJMD Pengembangan
Kawasan Rencana Program
Minapolitan Investasi Infrastruktur
Jangka Menengah
(RPI2JM

• Dikoordinasikan oleh Bappeda Detail Engineering


• Ditetapkan melalui Perbup/walikota Design (DED)
• Ditetapkan melalui Perda

TELAH DITETAPKAN 179 KAB/KOTA Minapolitan


DENGAN JUMLAH LOKASI SEBANYAK 202
Minapolitan Budidaya: 145 kab/kota • Minapolitan Tangkap: 57 kab/kota

Pengembangan Minapolitan dilakukan dimulai dalam tataran


perencanaan yaitu tertuang dalam Rencana Induk (masterplan) Minapolitan.
masterplan Minapolitan harus mengacu pada dokumen perencanaan yang
sudah ada yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Hal ini dilakukan agar konsep
Minapolitan tidak bertentangan dengan dokumen perencanaan yang ada
dengan begitu sinkronisasi program lintas sektor dapat terlaksana dengan
acuan perencanaan yang ada. Rencana Induk Minapolitan nantinya akan
diturunkan dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM), dan
disinkronkan dengan dokumen Perencanaan milik Kementerian Pekerjaan
Umum yaitu Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2JM) dan Detail Engineering Design (DED). Masterplan dan RPIJM
kawasan Minapolitan di koordinasikan oleh Bappeda yang ditetapkan dalam
Peraturan Bupati/Walikota maupun Peraturan Daerah dan Menjadi Bagian tidak
terpisahkan dari Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) agar dapat mengikat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 35 Tahun 2013
telah ditetapkan 179 Kab./KotaKawasan Minapolitan dengan jumlah lokasi
sebanyak 202 yang terdiri dari Minapolitan Budidaya sebanyak 145 kab/kota
dan Minapolitan Tangkap: 57 kab/kota.

Pengembangan Kawasan Minapolitan 27


SEBARAN LOKASI
Minapolitan PER PROVINSI
Kabupaten/ Perikanan Perikanan
No Provinsi
Kota Tangkap Budidaya
1 Aceh 6 2 6
2 Sumatera Utara 5 4 2
3 Sumatera Barat 7 2 5
4 Riau 9 3 5
5 Kepulauan Riau 6 - 1
6 Jambi 1 2 3
7 Sumatera Selatan 5 2 9
8 Kepulauan Bangka Belitung 5 4 2
9 Bengkulu 5 - 5
10 Lampung 5 - 5
11 DKI Jakarta 4 1 -
12 Jawa Barat 1 3 5
13 Banten 7 1 3
14 Jawa Tengah 15 3 13
15 DI Yogyakarta 4 - 4
16 Jawa Timur 14 6 12
17 Bali 2 3 4
18 Nusa Tenggara Barat 5 1 5
19 Nusa Tenggara Timur 5 1 6
20 Kalimantan Barat 3 2 1
21 Kalimantan Tengah 7 2 4
22 Kalimantan Selatan 3 1 4
23 Kalimantan Timur 4 - 3
24 Sulawesi Utara 11 2 6
25 Gorontalo 2 2 2
26 Sulawesi Tengah 7 - 4
27 Sulawesi Selatan 5 1 10
28 Sulawesi Barat 6 - 2
29 Sulawesi Tenggara 7 1 6
30 Maluku 3 2 1
31 Maluku Utara 5 4 3
32 Papua 2 - 2
33 Papua Barat 3 2 2
Jumlah 179 57 145

28 Pengembangan Kawasan Minapolitan


INDIKATOR KINERJA
UTAMA Minapolitan

PERIKANAN PERIKANAN PENGOLAHAN & PENDAPATAN &


BUDIDAYA TANGKAP PEMASARAN TENAGA KERJA

Peningkatan Peningkatan Peningkatan


Peningkatan
produksi dan produksi, Peluang
produksi dan
produktivitas produktivitas Usaha Dan
produktivitas
nelayan (hasil) dan nilai hasil Penyerapan
komoditas
pengelolahan Tenaga Kerja
unggulan
(hasil) Peningkatan ikan (hasil)
kualitas hasil Peningkatan
tangkapan Peningkatan Kesejahteraan
Peningkatan
(hasil) kualitas dan Masyarakat
multiplier
effect kegiatan diversifikasi
Peningkatan hasil olahan Peningkatan
ekonomi
multiplier effect UMKM (hasil) pendapatan
(hasil)
(hasil) pembudidaya,
Peningkatan nelayan,
Peningkatan
Peningkatan jumlah usaha pengolah, dan
jumlah dan
kualitas pengolahan pemasar ikan
kualitas sarana
produksi dan manajemen: yang berkualitas
sistem CBIB pelayanan (hasil)
(in put) pelabuhan
perikanan Berkembangnya
Pengawalan (hasil, input, sistem
pengembangan proses) pemasaran di
sistem budidaya sentra produksi
untuk menjamin Pengawalan budidaya dan
peningkatan pengembangan penangkapan
produksi dan pelabuhan (hasil)
produktivitas sebagai sentra
(proses) usaha (proses) Berkembangnya
sistem
pembinaan
usaha
pengolahan yang
mapan (proses)

Pengembangan Kawasan Minapolitan 29


INDIKATOR EKONOMI
KAWASAN

MONITORING,
PERENCANAAN pelaksanaan EVALUASI DAN
PENGAWASAN

Kesiapan Alokasi anggaran Terselenggarakan-


perencanaan daerah dan nya monitoring,
pengembangan pusat (sektor) evaluasi, dan
kawasan pengawasan oleh
Minapolitan Langkah nyata daerah dan pusat
sesuai dengan pelaksanaan
persyaratan pengembangan
kawasan:
Penetapan infrastruktur
kawasan dan penyiapan
Minapolitan sarana produksi
sesuai
persyaratan Berkembangnya
kawasan
Minapolitan
sebagai sentra
produksi
terintegrasi
dan pusat
pertumbuhan
ekonomi di
daerah

Berkembangnya
konektivitas
usaha antar
kawasan
Minapolitan

30 Pengembangan Kawasan Minapolitan


PENGEMBANGAN KAWASAN Minapolitan
MELALUI SINERGI PENDANAAN 19 BIDANG DAK

DAK DAK DAK


DAK KONSERVASI SD
LINGKUNGAN INFRASTRUKTUR
KESEHATAN HUTAN, TANAH
HIDUP JALAN
DAN AIR

DAK DAK
KELUARGA INFRASTRUKTUR
BERENCANA IRIGASI

DAK
DAK INFRASTRUKTUR
PERTANIAN AIR MINUM

KAWASAN
DAK Minapolitan DAK
PENDIDIKAN DAK INFRASTRUKTUR
SANITASI
KELAUTAN DAN
PERIKANAN
DAK DAK
PERUMAHAN LISTRIK
DAN PEMUKIMAN PERDESAAN

DAK
DAK FASILITAS
PERDAGANGAN KESELAMATAN
JALAN

DAK
DAK SAPRAS DAK DAK
PEMBANGUNAN
KAWASAN PRASARANA TRANSPORTASI
DAERAH
PERBATASAN PEMERINTAHAN PERDESAAN
TERTINGGAL

Pemda menyiapkan Rencana Induk Pengembangan


Kawasan Minapolitan
(mengacu PermenKP 18/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan)

Untuk mempercepat pengembangan kawasan Minapolitan diantaranya dapat


melalui sinergi pendanaan 19 bidang DAK yang ada yaitu DAK Bidang Kelautan
dan Perikanan, Kehutanan, Infrastruktur jalan, infrastruktur air minum, pendidikan,
listrik pedesaan, keselamatan transportasi darat, transportasi pedesaan, sarana
daerah tertinggal, prasarana pemda, kawasan perbatasan, perdagangan,
perumahan dan pemukiman, lingkungan hidup, pertanian, keluarga berencana dan
kesehatan, difokuskan di kawasan Minapolitan. Diharapkan dengan adanya sinergi
pembiyaan bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) di kabupaten/kota yang
dikoordinasikan oleh Bupati/Walikota dapat mempercepat pertumbuhan kawasan.

Pengembangan Kawasan Minapolitan 31


DUKUNGAN INFRASTRUKTUR
SUMBER DAYA AIR UNTUK
PROGRAM PENINGKATAN
KEHIDUPAN NELAYAN
Landasan Hukum
Kerjasama Kementerian PU - Kementerian Kelautan dan Perikanan

Kerja sama Pengembangan dan Rehabilitasi jaringan irigasi tata air tambak
antara Kementerian PU dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
telah terjalin lama.

Mulai tahun 2011 KKP secara intensif melaksanakan program


pengembangan tata air tambak (kawasan Minapolitan) yang perlu
mendapatkan dukungan prasarana jaringan irigasi.

Perjanjian Kerja Sama antara Ditjen SDA dengan Ditjen Perikanan


Budidaya pada tanggal 14 Agustus 2012 No : 01/PKS/DA/2012 Tentang
Pengembangan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tata Air Tambak.

Berkaitan dengan hal tersebut, tiap tahun perlu dilakukan koordinasi dan
sinkronisasi program/kegiatan antara Kemen PU dan KKP, baik di tingkat
provinsi maupun daerah.

Readyness Criteria Dukungan Infrastruktur


SK penetapan lokasi dan Pokja oleh Bupati/Walikota
Rencana pengembangan kawasan
RPIJM
Kesiapan lahan
Tersedia DED
Tersedia dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan daerah untuk
pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi

Ada lembaga pengelola pasca konstruksi

32 Pengembangan Kawasan Minapolitan


PENCAPAIAN KAWASAN AGROPOLITAN
DAN Minapolitan TAHUN 2002 – 2012
69
70

60

49
50

40

30 30

25

20 Keterangan
Baru
10
5 Lanjutan
1 2 2
Selesai
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

PENCAPAIAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR AGROPOLITAN DAN
Minapolitan
T.A. 2002 – 2012
1%
2% 3%
4% 4%
3% 52%

1%

30%

Jln. Poros Desa : 1.517.643.54 m Jln. Usaha Tani : 1.578.843,94 m Sarana Air Baku : 22 unit
STA : 63 unit Pasar Desa / TPI : 131 unit Lantai Jemur : 45 unit
Jembatan Desa : 122 unit Bangunan Penunjang : 130 unit Infrastruktur Lainnya

Pengembangan Kawasan Minapolitan 33


34
Daftar Dukungan Infrastruktur Pada
Kawasan Minapolitan TA. 2013
No Provinsi Kabupaten Kawasan Kegiatan Vol
1 NAD ACEH TENGGARA Lawe Bulan Peningkatan Jalan Produksi Kawasan Lawe Bulan
2 Sumatera Utara Deli Serdang Percut Sei Tuan Pemb. Jalan Poros Desa 1,600 m
3 Sumatera Barat Pesisir Selatan Mandeh Infrastruktur Kws. Minapolitan 1 Pkt
4 Riau Kampar XIII Koto Kampar Pemb. Saluran Drainase (Ki-Ka) 1,920 m
Kota Dumai Kel. Basilam Baru, Kec. Sungai Sembilan Pemb. Jalan 1,800 m
5 Bangka Belitung Belitung Tanjung Pandan Penink. Jalan Poros Desa 2,500 m
7 Lampung Pesawaran Punduh Pidada Penink. Jalan Poros Desa 1 Pkt
8 Jawa Barat Indramayu Ujung Gebang, Kec. Sukra Pemb. Talud & Jalan 2,300 m
Desa Cemara, Kec. Centigi Pemb. Jalan 2,600 m
Cemara Kulon, Kec. Losarang Pemb. Jalan & Talud 2,000 m
Karawang Desa Sukakerta, Desa Pasir Putih, Kec. Cilamaya Pemb. Jalan 1,900 m

Pengembangan Kawasan Minapolitan


9 Banten SERANG Pontang Peningkatan Jalan Produksi Kawasan Minapolitan Pontang 1 Pkt

10 Jawa Tengah Desa Blambangan, Kec. Bawang Pemb. Jalan & Saluran 1,685 m
Banjarnegara Desa Puncang, Kec. Bawang Pemb. Jalan & Saluran 634 m
Desa Mertosari, Kec. Purwonegoro Pemb. Jalan & Saluran 1,085 m
Purworejo Desa Sukoagung, Kec. Bagelen, Kec. Kaligesing Pemb. Jalan & Saluran 425 m

KAB. PATI Kadilangu Peningkatan Jalan Produksi Kawasan Minapolitan Kadilangu 1 Pkt
Peningkatan Jalan Produksi Kawasan Minapolitan
Sambilawang 1 Pkt
Sambilawang
KOTA PEKALONGAN Pekalongan Utara Peningkatan Jalan Produksi Kawasan Pekalongan Utara 1 Pkt
12 Jawa Timur Lamongan Glagah Infrastruktur Kws. Minapolitan 1 Ptk
Trneggalek Bendungan Infrastruktur Kws. Minapolitan 1 Ptk

KAB. GRESIK Sidayu Peningkatan Jalan Produksi Kawasan Minapolitan Sidayu 1 Pkt
13 NTB Lombok Timur Keruak-Jerowaru Penink. Jalan Poros Desa 1 Pkt

14 NTT KAB. SUMBA BARAT Lamboya Peningkatan Jalan Produksi Kawasan Minapolitan Lamboya 1 Pkt
15 Kalimantan Barat Kubu Raya Kec. Sungai Rengas Infrastruktur Kws. Minapolitan 1 Pkt
16 Sulawesi Barat Mamuju Kws. Bonda Infrastruktur Kws. Minapolitan 1 Pkt
17 Gorontalo Gorontalo Utara Desa Dumolodo Penink. Jalan Poros Desa 1 Pkt
Boalemo Desa Mutiara Penink. Jalan Usaha Tani 1 Pkt
18 Sulawesi Selatan` Takalar Galesong Pembangunan/Peningkatan Jalan/Talud 1 Pkt
19 Maluku Ambon Nusaniwe Penink. Jalan Poros Desa 1,600 m
CONTOH INFRASTRUKTUR
TERBANGUN DI KAWASAN
AGROPOLITAN DAN
Minapolitan

Jalan Usaha Tani


Lokasi: Agropolitan Bagelan-Purwerejo

Saluran Air Baku Kolam


Lokasi: Bayudono – Kab. Boyolali

Tambatan Perahu
Lokasi: Kws. Managabata,
Kab. Minahasa Utara

Jembatan
Lokasi: Kws. Werinama
Kab. Seram Bag. Timur

Pengembangan Kawasan Minapolitan 35


Perjanjian Kerja Sama antara DITJEN SUMBER
DAYA AIR dengan DITJEN Perikanan Budidaya No:
01/PKS/DA/2012 Tentang PengemBANGAN dan
RehabILITASI Jaringan Irigasi Tata Air Tambak

DITJEN PERIKANAN
DITJEN SDA, PU
BUDIDAYA, KKP

Koordinasi dan sinkronisasi Koordinasi dan sinkronisasi


dalam penetapan lokasi tata dalam penetapan lokasi tata
air tambak. air tambak.

SID jaringan tersier irigasi SID jaringan primer dan


sekunder irigasi tata air
tata air tambak di kawasan
tambak di kawasan budidaya
budidaya ikan. perikanan.
Rehabilitasi jaringan tersier Pengembangan dan
irigasi tata air tambak di rehabilitasi jaringan irigasi
kawasan budidaya perikanan. tata air tambak:
jaringan primer irigasi tata
Program dan penganggaran air tambak dan jaringan
dalam rangka pengembangan sekunder irigasi tata air
dan rehabilitasi jaringan tambak.
tersier irigasi tata air infrastruktur pendukung
(berupa jalan inspeksi /
tambak di kawasan budidaya
produksi, jembatan, dan
perikanan.
bangunan pelengkapnya)

Program dan penganggaran


dalam rangka pengembangan
dan rehabilitasi jaringan
primer irigasi tata air tambak
dan jaringan sekunder irigasi
tata air tambak di kawasan
budidaya perikanan; dan

Penelaahan atas desain yang


telah ada jika diperlukan.

36 Pengembangan Kawasan Minapolitan


REKAPITULASI KEGIATAN TATA AIR TAMBAK
DITJEN. SUMBER DAYA AIR TAHUN 2013
PROGRAM/KEGIATAN/
NO INDIKATOR/ RINCIAN OUTCOME INCOME ALOKASI DANA
KEGIATAN
Sarana/Prasarana Tata Air
1 Tambak yang Dibangun/ 135,00 Km 10.479,00 Ha 220.225.972,00
Ditingkatkan
Wilayah Barat 135,00 Km 5.300,00 Ha 207.325.972,00
Wilayah Timur - Km 5.179,00 Ha 12.900.000,00
Sarana/Prasarana Tata Air
2 Tambak yang Dibangun/ 42,70 Km 5.850,00 Ha 54.100.928,00
Ditingkatkan
Wilayah Barat 42,70 Km 2.800,00 Ha 46.350.928,00
Wilayah Timur - Km 3.050,00 Ha 7.750.000,00
TOTAL KEGIATAN TATA AIR
177,70 Km 16.329,00 Ha 274.326.900,00
TAMBAK

REKAPITULASI RENCANA KEGIATAN TATA AIR TAMBAK PAGU


ANGGARAN TA 2014 (dalam ribuan rupiah)
NO PROVINSI VOLUME (Ha) PAGU ANGGARAN
1 Lampung 1.100 3.200.000
2 Jawa Barat 12.401 205.559.471
3 Jawa Tengah 3.916 21.350.000
4 Jawa Timur 3.788 31.460.700
5 Kaltim 17.655 64.428.000
6 Kalbar 11.400 24.763.000
7 Kalteng 900 3.329.000
8 NTB 3.482 5.513.800
9 NTT 10 768.000
10 Sulawesi Tenggara 4.600 24.575.000
11 Sulawesi Barat 14.400 54.975.000
12 Sulawesi Selatan 10.034 41.239.050

TOTAL 83.686 481.161.021

Dukungan Ditjen. Cipta Karya pada Lokasi PPI


dan Minapolitan Tahun 2011 - 2013
Air Minum Bangkim
Tahun Total
Alokasi Kawasan Alokasi Kawasan
2011 122,60 22 66,08 22 188,68
2012 144,87 188 42,82 21 187,69
2013 153,81 152 57,50 32 211,31
Jumlah 421,28 - 166,40 - 587,68

Pengembangan Kawasan Minapolitan 37


Komitmen BRI dalam
Pembiayaan Usaha
Perikanan

Akses Pembiayaan Usaha Perikanan

KreditKetahanan
Program Pangan Kredit Usaha
Komersial
Kemitraan dan Energi Rakyat (KUR)
(KKP-E)

Sektor Kelautan Sektor Kelautan Sektor Kelautan Sektor Kelautan


dan Perikanan dan Perikanan dan Perikanan dan Perikanan

Mekanisme Pembiayaan

Dana PKBL BRI Subsidi Bunga Penjaminan dari Mekanisme


dari Pemerintah Pemerintah Pasar
Sumber Dana: Sumber Dana: Sumber Dana: Sumber Dana:
100% BRI 100% BRI 100% BRI 100% BRI

Akses pembiayaan yang disediakan oleh BRI sesuai dengan


kemampuan dan skala usaha

38 Pengembangan Kawasan Minapolitan


Jenis Kredit yang
Dipersiapkan oleh BRI
untuk Sektor Kelautan dan
Perikanan Saat Ini dan Masa
Mendatang

Kredit Modal Kerja

Kredit dengan Pola


• Souvenir shop dan craft Kemitraan
centre (untuk pembiayaan kepada nelayan)
• Craft center
• Restaurant
• Industri penangkapan ikan • Kredit Usaha rakyat: Ritel
• Pengolahan ikan industri & Mikro, untuk Plasma/
rumah tangga nelayan kerjasama dengan
• Industri pengolahan ikan/ Perusahaan Swasta/BUMN
hasil laut lainnya
• Usaha lainnya
• Pengadaan dan pemasaran
sarana produksi

JENIS KREDIT

Kredit Investasi
Kredit Ekspor/
Impor
• Pembangunan lokasi wisata
• Industri pengolahan ikan
• Ekspor tuna/cakalang • Industri manufaktur
• Ekspor udang beku peralatan penangkapan ikan
• Ekspor rumput laut • Industri manufaktur kapal
• Ekspor/impor lainnya penangkap ikan
melalui laut • Budidaya rumput laut
• Industri pengolahan hasil
laut lainnya
• Pembangunan sarana
industri perikanan
• Pengadaan peralatan
penangkapan dan budidaya
ikan

Pengembangan Kawasan Minapolitan 39


Pola Pemberian Kredit
Pola pemberian Pola pemberian Pola pemberian
secara Individu secara berkelompok dengan kemitraan

pemberian kredit pemberian kredit pemberian kredit


kepada debitur kepada sejumlah kepada seseorang
secara perorangan orang (kelompok atau kelompok
atau badan hukum tani) dengan tujuan yang melibatkan
dan komoditi yang pihak ke 3 sebagai
sama offtaker atau avalist

Model Pembiayaan kepada


Pembudidaya: Pola Kemitraan
PEMERINTAH •

Pembinaan Teknologi
Pengembangan SDM
PASAR
(KKP, Pemprov/ Pemkab/
Pemkot)


Pembinaan Manajemen
Fasilitasi Permodalan
EKSPOR

SUPERVISI
& PENGAWASAN

Pendampingan Usaha

UMKM Perjanjian
Kemitraan
MITRA
(KUB, POKDAKAN, KOPERASI) Usaha USAHA
Pe Penjualan Hasil Usaha a
rja sam
nj
ia rja
n Ke
Kr n
ed
n jia
it ja
r
Pe

Model Pembiayaan kepada pembudidaya melalui pola kemitraan diantaranya


dengan pembagian peran antara Pemerintah (KKP, Pemprov, Pemkab/Pemkot)
dalam pembinaan teknologi, pengembangan SDM, pembinaan manajemen,
fasilitasi permodalan, dilakukan dengan supervisi dan pengawasan terhadap
(KUB, Pokdakan, Koperasi). Setelah itu dilakukan pemberian kredit dan
perjanjian kerjasama dengan BRI dengan pendampingan oleh mitra usaha untuk
pasar ekspor. Sesuai data yang ada dalam realisasi penyaluran kredit usaha
perikanan BRI tercatat mengalami kenaikan setiap tahun dimulai tahun 2011
(Rp 1,51 T), 2012 (Rp 1,95 T), September 2013 (Rp 2,34 T). Kenaikan kredit ini
diharapkan dapat ikut memacu pertumbuhan sektor kelautan dan perikanan.

40 Pengembangan Kawasan Minapolitan


Realisasi Penyaluran Kredit
Usaha Perikanan BRI
Desember 2011 Desember 2012 Maret 2013 Juni 2013 September 2013
NO SUB SEKTOR
JML PENYA- JML PENYA- JML PENYA- JML PENYA- JML PENYA-
DEB LURAN DEB LURAN DEB LURAN DEB LURAN DEB LURAN

1 Usaha Penangkapan Ikan 22.424 1.123.719 27.483 1.301.046 28.619 1.358.423 29.751 1.389.940 30.836 1.419.595

2 Usaha Pembudidayaan Ikan 18.066 394.498 28.610 658.812 31.685 741.710 35.641 839.815 39.333 928.993

3 Usaha Pengolahan Ikan

4 Usaha lainnya

Total 40.490 1.518.217 56.093 1.959.858 60.304 2.100.133 65.392 2.229.755 70.169 2.348.588

HASIL KOORDINASI LINTAS SEKTOR


DI PUSAT YANG DAPAT DIAKSES
UNTUK PERENCANAAN TAHUN 2014
Kementerian Perumahan Rakyat
Kementerian PU
• Perumahan khusus dan
• 18 lokasi pengembangan
peningkatan kualitas untuk
sarpras untuk Minapolitan
rumah nelayan
di 18 provinsi
Kementerian Dalam Negeri
KPPPA
• Peningkatan ekonomi lokasi
• Model pengembangan
(fasilitasi bumdes, kelembagaan
pemberdayaan perempuan
kemiskinan, dll)
di 3 lokasi kab/kota
KPDT
Kementerian Perdagangan
• Bantuan sarpras untuk 69 kab/
• Pembangunan pasar
kota
tradisional melalui DAK
Kementerian Parekraf
Kementerian Perindustrian
• PNPM mandiri desa wisata
• Pengembangan Industri
Kementerian Pendidikan dan
Pengolahan Hasil Laut
Kebudayaan
• Pengembangan Industri
• Kursus dan diklat keterampilan
Kecil Menegah
di semua kab/kota (lokasi
Kementerian Koperasi
ditentukan Dinas Dikbud)
dan UKM
Kementerian Sosial
• Bantuan untuk koperasi
• Program Percepatan
perikanan
Perlindungan Sosial (Raskin dan
Badan Pertanahan Nasional
PKH)
• 20.000 bidang untuk
• Pengembangan usaha produktif
sertifikasi tanah
untuk KUBE di wilayah pesisir

Pengembangan Kawasan Minapolitan 41


USULAN INTEGRASI
KEGIATAN LINTAS K/L
(berdasarkan Rencana Induk kab/kota)
Kementerian • Perluasan jalan akses atau jalan produksi (ke pelabuhan
Pekerjaan Umum perikanan, sentra budidaya, sentra pengolahan, sentra
pemasaran, dan sentra garam)
• Perbaikan sanitasi lingkungan dan penyediaan sarana air
bersih
• Pembangunan saluran irigasi tertier

Kementerian • Pembangunan pasar desa di daerah tertinggal


Perdagangan • Penyiapan sarana pengepakan ikan dan gudang penyimpan

Kementerian • Pengembangan industri pengolahan rumput laut


Perindustrian • Pengembangan industri kapal

Kementerian • Pemenuhan kuota BBM bersubsidi bagi sektor KP


ESDM • Pemenuhan kebutuhan listrik terutama di kawasan
Pelabuhan Perikanan, budidaya, dan pengolahan (pabrik
es/cold storage)
• Pemasangan listrik murah untuk rumah nelayan

Kementerian • Pembangunan lembaga kursus wirausaha dan keterampilan


Pendidikan & Kebudayaan kreatif
• Program pendidikan bagi anak nelayan

Kementerian Pembangunan • Integrasi kegiatan pemberdayaan usaha


Daerah Tertinggal • Bantuan stilmulan untuk penguatan kelembagaan

Kementerian Tenaga Kerja • Pemanfaatan Balai Latihan Kerja untuk nelayan dan
dan Transmigrasi pembudidaya ikan

Kementerian • Pembangunan rumah nelayan


Perumahan Rakyat

Kementerian Sosial • Bantuan usaha produktif untuk KUBE di wilayah pesisir

Kementerian • Penguatan kelembagaan dan pembinaan koperasi nelayan/


Koperasi & UKM pembudidaya/pengolah/pemasar ikan

Badan Pertanahan • Sertifikasi tanah nelayan


Nasional • Sertifikasi tanah pembudidaya ikan

Kementerian • Bimtek pemberdayaan perempuan di pesisir


Pemberdayaan Perempuan • Perlindungan perempuan dan anak di wilayah pesisir
dan Perlindungan Anak

Kementerian • Perencanaan AMDAL Kawasan Minapolitan


Lingkungan Hidup
Kementerian • Pengembangan fishing spot dan wisata mina kuliner
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif • PNPM Mandiri desa wisata

Kementerian Perhubungan • Penyediaan sarana transportasi antar pulau

Kementerian Kesehatan • Pelayanan kesehatan

Kementerian Kehutanan • Penanaman mangrove

Kementerian Pertanian • Pengembangan Mina Padi

42 Pengembangan Kawasan Minapolitan


PEMBAGIAN TUGAS DI KAWASAN
Minapolitan
Daerah
No. Output/Komponen Pusat UPT
Provinsi Kab.
1 Penyusunan Juklak, Juknis √
2 Forum Pengembangan Minapolitan √ √ √
Identifikasi/Verifikasi potensi
3 √ √ √ √
pengembangan kawasan Minapolitan
Pendampingan Teknologi/
4 √ √ √
Percontohan/Desiminasi
Koordinasi Lintas Sektor/ SKPD
5 √ √ √
(POKJA)
6 Penyusunan DED √
7 Pembangunan infrastruktur √ √
Monitoring dan Evaluasi
8 √ √ √ √
pengembangan Minapolitan

RPJMN 2015-2019

Merupakan kelanjutan dari RPJMN 2010-2014

Tujuan:
Memantapkan pembangunan secara menyeluruh di
berbagai bidang dengan menekankan pencapaian
daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan
keunggulan SDA dan SDM berkualitas serta
kemampuan iptek yang terus meningkat

Menekankan pada pelaksanaan pembangunan


berkelanjutan, yang dicirikan oleh:
• Terjaganya daya dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan
• Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan SDA – upaya
pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan kesadaran masyarakat
• Semakin mantapnya kelembagaan dan kapasitas penataan ruang

Pengembangan Kawasan Minapolitan 43


ISU KONTEMPORER UnTuK RPJM III
1. Tingkat kemiskinan di wilayah pesisir masih tinggi - kemiskinan nelayan
berkisar antara 3 juta sampai 11,4 juta jiwa dengan rata rata jumlah
penduduk miskin 7,3 juta jiwa. Jumlah kemiskinan nelayan dan
pembudidaya ikan masih besar.
2. Rusaknya habitat dan ekosistem laut dan peisir sebagai akibat dari
kegiatan penangkapan ikan yang merusak (pemboman ikan, penggunaan
racun sianida), penambangan karang laut, polusi di laut, sedimentasi dan
aktivitas pariwisata,
3. Paradigma pembangunan ekonomi kelautan harus memasukkan isu posisi
geografis Indonesia yang strategis, untuk bisa mendapatkan manfaat
ekonomi politik yang lebih besar,
4. Paradigma ekonomi kelautan tidak hanya membesarkan kotribusi sektor
tetapi keberpihakan pada kepentingan nasional dan prioritas rakyat
5. Isu dukungan kebijakan komprehensif, seperti: (1) industrial policy and
strategy, (2) kebijakan fiskal dan non tarif barrier, (3) kebijakan dukungan
pemodalan, bahan baku, dan energi,
6. Isu subsidi tentang masih perlunya subsidi serta kebijakan subsidi yang
tidak langsung dan tidak explisit.
7. Isu kebijakan yang parsial atau tidak terintegrasi antara satu sektor
dengan sektor lainnya,
8. Isu keuangan dan permodalan dimana menteri boleh menjadi penjamin
dalam permintaan bantuan permodalan,
9. Isu reformasi, strukturisasi, kapitalisasi, dan aliansi,
10. Isu ocean energi (blue revolution) dan mineral selain migas dimana dunia
mencari ke dasar laut sehingga perlu peranan indonesia dalam badan
mineral serta peranan Indonesia dalam penegakan hukum di laut.

PENGEMBANGAN Minapolitan
UNTUK MENCAPAI SASARAN
PEMBANGUNAN
• Keberadaan Minapolitan sebagai penggerak utama (prime mover),
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah perdesaan yang
potensi diperlukan dukungan dan komitmen dari pemerintah daerah dan
masyarakat serta penentuan lokus yang jelas
• Penciptaan iklim yang kondusif melalui pengembangan kebijakan yang
berpihak, prosedur yang sederhana dan institusi yang kompeten
• Ketersediaan sumber daya (tenaga kerja) diperlukan kuantitas dan
kualitas yang sesuai dengan permintaan pasar dengan cara pelatihan,
pendampingan serta pengawalan
• Koordinasi dan keterpaduan antara Kementerian/Lembaga dan
stakeholders dalam pengembangan Minapolitan

44 Pengembangan Kawasan Minapolitan


Pelaksanaan
Minapolitan
Berbasis
Perikanan
Budidaya

Pengembangan Kawasan Minapolitan 45


LOKASI PENGEMBANGAN Minapolitan
PERCONTOHAN BERBASIS PERIKANAN BUDIDAYA
TAHUN ANGGARAN 2013 (87 KABUPATEN)

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

PENGEMBANGAN Minapolitan PERCONTOHAN


BERBASIS PERIKANAN BUDIDAYA
TAHUN ANGGARAN 2013 (87 KABUPATEN)
KABUPATEN Minapolitan TAHUN 2011 KABUPATEN Minapolitan TAHUN 2012

1. Kampar (RIAU) – Patin, Nila, Mas 1. Bireuen (NAD) – Udang, Bandeng, Kerapu
2. Bintan (KEPRI) – Kerapu, R. Laut 2. Aceh Tenggara (NAD) – Mas, Nila, Lele
3. Muoro Jambi (JAMBI) – Patin, Nila 3. Serdang Bedagai (SUMUT) – Lele, Gurame
4. Musi Rawas (SUMSEL) – Nila, Mas, Lele 4. Agam (SUMBAR) – Nila, Mas
5. Pesawaran (LAMPUNG) – Kerapu, R. Laut 5. Batanghari (JAMBI) – Patin, Nila
6. Pandeglang (BANTEN) – Kekerangan, R. 6. Tulang Bawang (LAMPUNG) – Udang
Laut 7. Bangka Selatan (BABEL) – R. Laut, Kerapu
7. Serang (BANTEN) –Bandeng, R. Laut 8. Bengkulu Utara (BENGKULU) – Nila, Mas,
8. Bogor (JABAR) - Lele Lele
9. Banyumas (JATENG) - Gurame 9. Indramayu (JABAR) - Udang, Bandeng
10. Boyolali (JATENG) - lele 10. Banjarnegara (JATENG) – Gurame, Nila
11. Klaten (JATENG) - Nila 11. Malang (JATIM) – Nila, Lele
12. Gunung Kidul (DIY) – Lele 12. Tabanan (BALI) – Nila, Mas, Lele
13. Blitar (JATIM) – Ikan Hias 13. Lombok Tengah (NTB) – R. Laut, Udang
14. Gresik (JATIM) – Udang Vaname 14. Sambas (KALBAR) – Udang, Bandeng
15. Lamongan (JATIM) – Udang Vaname 15. Penajam Paser Utara (KALTIM) – Bandeng
16. Bangli (BALI) – Nila 16. Minahasa Utara (SULUT) – R. Laut
17. Sumbawa (NTB) – R. Laut 17. Gorontalo Utara (GORONTALO) – R. Laut,
18. Sumba Timur (NTT) – R. Laut Udang
19. Banjar (KALSEL) – Patin, Nila, Mas 18. Mamuju (SULBAR) – R. Laut, Udang,
20. Kapuas (KALTENG) – Patin, Nila Bandeng
21. Pohuwatu (GORONTALO) – Udang, R. Laut 19. Pinrang (SULSEL) – Udang, Bandeng, R.
22. Maros (SULSEL) - Udang Windu Laut
23. Pangkep (SULSEL) –Udang Windu 20. Kolaka (SULTERA) – R. Laut, Udang
24. Morowali (SULTENG) – R. Laut, Udang 21. Seram Bagian Barat (MALUKU) – R. Laut
Windu 22. Kep. Morotai (MALUT) - R. Laut, Kerapu

46 Pengembangan Kawasan Minapolitan


KABUPATEN Minapolitan TAHUN 2013

1. Kuantan Sengingi (RIAU) – Patin, Nila, Mas 22. Probolinggo (JATIM) – Udang
2. OKU Timur (SUMSEL) – Patin 23. Situbondo (JATIM) – Udang
3. OKI (SUMSEL) – Patin 24. Banyuwangi (JATIM) – Udang
4. Ogan Ilir (SUMSEL) – Patin 25. Sumenep (JATIM) – Rumput Laut
5. OKU Selatan (SUMSEL) – Patin 26. Hulu Sungai Utara (Kalsel) – Patin
6. Banyuasin (SUMSEL) – Patin 27. Hulu Sungai Selatan (Kalsel) – Patin
7. Musi Banyuasin (SUMSEL) – Nila 28. Parigi Moutong (SULTENG) – R. Laut
8. Kota Palembang (SUMSEL) – Patin 29. Donggala (SULTENG) – R. Laut
9. Tangerang (BANTEN) - Udang 30. Bone (SULSEL) – R. Laut
10. Karawang (JABAR) – Udang 31. Takalar (SULSEL) – R. Laut
11. Subang (JABAR) - Udang 32. Jeneponto (SULSEL) – R. Laut
12. Brebes (JATENG) – Udang 33. Polewali Mandar (SULBAR) – R. Laut
13. Pemalang (JATENG) – Udang 34. Bombana (SULTERA) – R. Laut
14. Kendal (JATENG) – Udang 35. Klungkung (BALI) – R. Laut
15. Demak (JATENG) – Udang 36. Sumbawa Barat (NTB) – R. Laut
16. Jepara (JATENG) – Udang 37. Rote Ndao (NTT) – R. Laut
17. Pati (JATENG) – Udang 38. Kepulauan Sula (MALUT) – R. Laut
18. Rembang (JATENG) – Udang 39. Kota Jayapura (PAPUA) – Nila, Mas
19. Tuban (JATIM) – Udang 40. Sorong (PAPUA BARAT) – Nila
20. Sidoarjo (JATIM) – Udang 41. Raja Ampat (PAPUA BARAT) – R.
21. Pasuruan (JATIM) – Udang Laut

Contoh Kawasan Minapolitan


Berbasis Perikanan Budidaya Kabupaten
BANYUMAS PROVINSI jawa Tengah

Komoditas Unggulan
& Citra Kawasan

KEdungbanteng
Konsep Citra
kawasan ini KEmranjen
diperlukan dalam KEmbaran
upaya untuk KEBANG BAturraden
membentuk sumBANG
karakter/ CIRAWAS CIlongok
identitas kawasan ajibaRAng
Minapolitan sokaRAja
kabupaten
KarangleWAs
Banyumas:
Sumpiuh

Pengembangan Kawasan Minapolitan 47


Komoditas
unggulan
GURAMI

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kabupaten yang berada


di Provinsi Jawa Tengah penghasil perikanan air tawar. Setelah ditetapkan
menjadi salah satu Kabupaten Minapolitan percontohan, dengan ikan
Gurami sebagai komoditas unggulan. Strain gurami yang berasal dari
Kabupaten Banyumas diberi nama Endang Pamularsih. Saat ini Pemerintah
Kabupaten Banyumas bekerjasama dengan UNDIP (Universitas Diponegoro)
Semarang sedang meneliti galur murni untuk strain gurami asli Banyumas
dan sedang uji coba hasil hibridisasi jenis sowang dan bluesafir. Pemkab.
Hal ini dilaksanakan dalam rangka menyediakan benih unggul melalui
Broodstock Center memperkuat branding Gurami. Konsep Citra kawasan telah
ditetapkan dengan nama “Kebang Cirawas” yang merupakan perpaduan
dari nama kecamatan Kedung Banteng, Kemranjen, Kembaran, Baturaden,
Sumbang, Cilongok, Ajibarang, Sokaraja, Karanglewas dan Sumpiuh. Citra
kawasan ini diperlukan sebagai upaya untuk membentuk karakter/identitas
kawasan Minapolitan Banyumas. Dengan “Branding” ini diharapkan akan
mempermudah mengenalkan Banyumas sebagai sentra perikanan Gurami.
Sebagai pendampingan teknologi di kawasan Minapolitan kabupaten Banyumas
dilaksanakan oleh BBPBAT Sukabumi.

Sentra pengembangan perikanan budidaya di KabUPATEN


Banyumas di bagi menjadi 4 yaitu:
1. Kawasan Pembenihan: Pengembangan kawasan pembenihan yang menjadi
pusat pengembangan terdapat di Kecamatan Kedung Banteng dan wilayah
pengembangannya sebagai penyangga yaitu Kecamatan Karang lewas dan
Baturaden
2. Kawasan Pembesaran: Pengembangan kawasan pembesaran yang menjadi
pusat pengembangan terdapat di Kecamatan Kembaran dan Sukaraja
dengan kawasan penyangga yaitu Kecamatan Sumbang dan Kemranjen
3. Kawasan Pengolahan: Pengembangan kawasan pengolahan yang menjadi
pusat pengembangan terdapat di Kecamatan Sumpiuh dengan sentra
pengembangan mencakup Kecamatan Kemranjen
4. Kawasan Pemasaran: Pengembangan kawasan pemasaran dipusatkan
di Kecamatan Ajibarang dengan wilayah pengembangan di Kecamatan
Cilongok

48 Pengembangan Kawasan Minapolitan


SARANA
& PRASARANA
Unit Produksi
BBI TAMBAKSOGRA luas 2 Ha,
20 unit kolam
BBI SINGASARI luas 2 Ha, 19 unit kolam
BBI PANDAK luas 1.7 Ha, 21 unit kolam
BBI Sidabowa luas 1.2 Ha

pasar
3 pasar ikan
8 pasar tradisonal
Pasar Ikan Ds. Karangsalam Kidul

Pasar Ikan Ds. Ajibarang Wetan

PENGAIRAN
Saluran induk (primer) 181.030 m
Saluran Sekunder 229.772 m
Luas areal potensial 15.003,92 Ha
Luas areal fungsional 14.678,12 Ha

Sungai Tajum

Pengembangan Kawasan Minapolitan 49


Sarana dan Prasarana pendukung kawasan Minapolitan di kabupaten
Banyumas diantaranya:
1. Unit Produksi: BBI Tambaksogra dengan luas 2 Ha (20 unit kolam), BBI
Singasari luas 2 Ha (19 unit kolam), BBI Pandak dengan luas 1,7 Ha (21
unit kolam) dan BBI Sidabowa luas 1,2 Ha
2. Unit Pemasaran: Terdapat 3 pasar Ikan dan 8 Pasar tradisional
3. Sumber Pengairan: Saluran induk (primer) 181.030 m, saluran sekunder
229.772 m, luas areal potensial 15.003,92 Ha, Luas areal fungsional
14.678,12 Ha

Setelah penetapan menjadi kawasan Minapolitan dengan dukungan Pendanaan


dari KKP, DKP Provinsi Jawa Tengah, APBD, Perbankan, Kementerian PU dan
lain-lain terdapat kenaikan yang cukup signifikan bahkan melebihi yang
ditargetkan. Terhitung mulai tahun 2011 produksi mencapai 2.543,11 ton dari
yang ditargetkan 2500 ton, Tahun 2012 produksi mencapai 3.053, 92 ton dari
target 3000 ton dan tahun 2013 mencapai 2. 490,93 (s.d triwulan III) dari
yang ditargetkan sebanyak 3500 ton. Jumlah Kelompok Pembudidaya Ikan
(Pokdakan) juga mengalami kenaikan terutama di kawasan Minapolitan dari
tahun 2011 sejumlah 200 pokdakan, 2012 270 pokdakan, dan tahun 2013
mencapai 284 pokdakan (s.d triwulan III). Pokdakan tersebut juga sudah
ada yang mengakses kredit dari perbankan walaupun jumlahnya masih kecil,
diantaranya dari Bank Jateng Pokdakan Ulam Sari Tahun 2011 melalui KKP-E
sejumlah Rp 218 juta, Tahun 2012 Pokdakan Mulya Sari melalui BRI (KKP-E),
sejumlah Rp 500 juta dan tahun 2013 Pokdakan Sumba Mas melalui Bank
jateng sejumlah Rp 375 juta. Selain itu, Pokdakan yang menerima sertifikat
CBIB (Cara Budidaya Ikan yang Baik) juga mengalami peningkatan.

Hasil kerja keras dari Pemerintah Kabupaten Banyumas dengan


dukungan dari masyarakat dalam mendukung kawsaan Minapolitan
terlihat dari berbagai penghargaan yang diperoleh diantaranya:
• Juara 1 Lomba Kinerja Kelembagaan Unit Pembenihan Rakyat (UPR)
Tingkat Provinsi Jawa Tengah;
• Penghargaan Bupati Banyumas atas Prestasi dalam Peningkatan Produk
Gurami melalui Swasembada Benih Gurami Unggul
• Kabupaten Banyumas juga sebagai salah satu anggota Jejaring Pemuliaan
Induk Gurami
• Penghargaan Adibakti Mina Bahari Tahun 2011 dari Menteri Kelautan
& perikanan RI kepada Bupati Banyumas atas Peran Aktifnya sebagai
Pembina Terbaik
• Kabupaten Banyumas ditetapkan sebagai Kabupaten Minapolitan dengan
Kinerja Terbaik I Bidang Perikanan Budidaya Tahun 2012 dengan Keputusan
Dirjen Perikanan Budidaya KKP RI Nomor 53/KE-DJPB/2013
• Juara I Lomba Masak Menu Balita dan Kudapan dengan bahan baku ikan
Tingkat Provinsi Jawa Tengah

50 Pengembangan Kawasan Minapolitan


PERKEMBANGAN PRODUKSI BUDIDAYA
di kabupaten banyumas
TARGET REALISASI
No JENIS IKAN 2013
2011 2012 2013 2014 2011 2012 2014
(sd. TW III)

1 NILA 500 450 500 550 481.90 566.09 416.40 -


2 Patin - 70 75 80 6.47 14.85 17.53 -
3 Mas 650 500 550 600 506.32 555.56 410.97 -
4 GURAMI 2,500 3,000 3,500 4,000 2,543.11 3,053.92 2,490.93 -
5 LELE 450 650 750 800 485.47 704.98 543.56 -
6 Nilem 730 700 750 800 699.69 708.35 423.42 -
7 Tawes 1,285 1,311 1,337 1,364 1,296.58 1,330.15 1,051.02 -
8 Sepat Siam 107 70 70 70 - - - -
9 Tambakan 57 40 40 40 - - - -
10 Mujahir 78 70 70 70 115.98 117.93 55.09 -
11 Bawal 70 70 75 80 70.58 76.27 60.43 -
12 Bandeng 3 - - - - - - -
Jumlah 6,430 6,931 7,717 8,454 6,206.10 7,128.08 5,469.35 -
Prosentase Pencapaian (%) 96.52 102.84 70.87 -
Prosentase Kenaikan
per tahun (%)
20.75 14.86 - -
Pemanfaatan Lahan (Ha) 424.01 424.01 424.01 -
Produktivitas (Ton/ Ha) 14.64 16.81 12.90 -

Komoditas UNGGULAN
Komoditas UNGGULAN

Perkembangan jumlah pokdakan di kawasan


Minapolitan kabupaten banyumas
POKDAKAN BARU
POKDAKAN
2010 2011 2012 2013
KAB. BANYUMAS 62 92 100 32
KAW. MINAPOLITAN 50 65 70 14
% 80.6 70.7 70.0 43.8
s.d TW III

Komulatif sampai dengan tahun


POKDAKAN
2010 2011 2012 2013
KAB. BANYUMAS 201 293 393 425
KAW. MINAPOLITAN 135 200 270 284
% 67.2 68.3 68.7 66.8
s.d TW III

Pengembangan Kawasan Minapolitan 51


REALISASI KREDIT DARI PERBANKAN
BANK JATENG PURWOKERTO (KKP-E) Rp. 593.000.000,-

2011
Ulam Sari Desa Kalikidang Kec. Sokaraja 218,000,000

2013
Sumba Mas Desa Kebarongan Kec. Kemranjen 375,000,000

BANK BRI PURWOKERTO (KKP-E) Rp. 500.000.000,-

2012
Mulya Sari Desa Pliken Kec. Kembaran 500,000,000

Pokdakan
Pokdakan bersertifikat
bersertifikat CBIB
CPIB

Tahun 2010
Tahun 2011 • MULYA SARI Desa Pliken
• BEJI GURAMI Desa Beji Kecamatan Kembaran;
Kecamatan Kedungbanteng; • ULAM SARI Desa Kalikidang
• MINO LESTARI Desa Wiradadi Kecamatan Sokaraja;
Kec. Sokaraja;
• BBI Wil. Kerja Tambaksogra, Tahun 2011
Dinnakkan; • MINA ARTHA Desa Sumbang
Kec. Sumbang;
Tahun 2012 • ULAM SARI IV Desa
• BEJI GURAMI I Desa Beji Kalikidang Kec. Sokaraja;
Kec. Kedungbanteng; • MULYA SARI 3 Desa Pliken
• BEJI GURAMI II Desa Beji Kecamatan Kembaran;
Kecamatan Kedungbanteng; • MINO LESTARI Desa Wiradadi
• MINA USAHA Desa Kec. Sokaraja;
Karangsalam Kidul Kec.
Kedungbanteng; TAHUN 2012
• MINA SARI Desa Purwosari • MINA UTAMA Desa
Kec. Baturraden; Pageralang Kec. Kemranjen;
• RUKUN MINA MAKMUR • TIRTO MUKTI Desa
Desa Pandak Kecamatan Karangduren Kec. Sokaraja;
Baturraden • MINA LESTARI GURAMI
ABADI Desa Lemberang Kec.
Sokaraja

52 Pengembangan Kawasan Minapolitan


Minapolitan berbasis perikanan budidaya
di kabupaten agam

KAWASAN Minapolitan
KABUPATEN AGAM
Pengembangan
budidaya
dan pengolahan ikan
Balai Benih Ikan (BBI)
dan Pengembangan UPR

BUKITTINGGI

Pengembangan
UPR ikan Nila dan
Pengembangan mas serta
Perikanan Tangkap dan pengembangan
Pengolahan Ikan Laut Mina Padi
serta Pengembangan
Pelabuhan Perikanan
Budidaya Ikan
Air Tawar : Nila , Mas.
Pengembangan KJA
Ramah Lingkungan dan
Sentra UPR Nila dan ikan Mas

Hinterland

DAMPAK SETELAH ADANYA


Minapolitan
No. Uraian 2010 2011 2012
(Rp.) (Rp.) (Rp.)

1. Pendapatan anggota 950.000,-/bulan 1.150.000,-/bulan 1.850.000,-/bulan


kelompok

2. Jumlah tenaga kerja


yang diserap :
- Pembudidaya
-Nelayan 8.364 12.134 13.164
-Pengolah 2.803 2.698 2.603
-Pemasar 461 472 488
3312 3205 3112

3. Nilai PDRB sektor 142.529,80 164.051,53 185.341,83


perikanan (jutaan Rp.) (jutaan Rp.) (jutaan Rp.)

Pengembangan Kawasan Minapolitan 53


AKTIFITAS
KERAMBA JARING APUNG ( KJA)
DI DANAU MANINJAU
KAWASAN INTI

54 Pengembangan Kawasan Minapolitan


UNIT PEMBENIHAN RAKYAT
(UPR) DAN MINAPADI

Pengembangan Kawasan Minapolitan 55


CONTOH USULAN KEGIATAN DI LOKASI
Minapolitan BUDIDAYA
KABUPATEN LOMBOK TENGAH

No Lokasi Minapolitan Kegiatan Volume Diusulkan ke


Pengembangan Jalan
1 Mekar Sari, Praya Barat 2 km PU
Produksi Mekar Sari - Rowok
Pengembangan Jalan
2 Tumpak Kec. Pujut Produksi Are Guling - Lintas 3 km PU
Selatan
Peningkatan kawalitas jalan
3 Bumbang 1,5 km PU
Bumbang - Kelebuh
Gerupuk, Prabu, Tumpak, Pengembangan Jalan
4 8,5 km PU
Selong Belanak dan Mekarsari Lingkungan
Prabu, Tumpak, Selong Pengembangan sarana air
5 5 paket PU
Belanak dan Mekarsari bersih
Gerupuk, Prabu, Tumpak, Pengembangan sarana
6 4 paket PU
Selong Belanak dan Mekarsari Sanitasi
Gerupuk, Prabu, Tumpak,
7 Penyediaan Tempat sampah 4 paket PU
Selong Belanak dan Mekarsari
Bilelando dan Kidang ( Kec.
Pengembangan Jalan
8 Praya Timur ) dan Bangkat 1 km PU
Produksi
Parak (Kec.Pujut
9 Awang Pembangunan plataran parkir 1 unit PU
Peningkatan kualitas Jalan
10 Kidang, Praya Timur 10,5 km PU
Mujur - Peras
Peningkatan Kawalitas Jalan
11 Kidang, Bangket Parak 7 km PU
Peras - Bangket Parak
Awang, Kidang, Bilelando, Penyusunan Master plan &
12 4 paket PU
Bangkat Parak DED Bidang Air Minum
Pengembangan Sekolah
13 Kidang Praya Timur Menengah Kejuruan (SMK) 2 paket Pendidikan
Kelautan dan Perikanan
Gerupuk, Prabu, Tumpak,
14 Pengembangan Poskesdes 5 paket Kesehatan
Selong Belanak dan Mekarsari
Penyediaan Sarana dan
15 Awang Prasarana Sub Terminal 1 unit Perhubungan
Minapolitan
Pembangunan Gudang
Mertak, Sengkol, Prabu dan
16 Penyimpanan Hasil Rumput 4 unit Perindag
Tumpak (Kec.Pujut)
Laut
17 Awang Pasar tradisional/Harian 1 unit Perindag
Pusat penjualan bahan dan
18 Awang 1 unit Perindag
alat penangkapan ikan
Mertak, Sengkol, Kuta, Prabu
dan Tumpak (Kec.Pujut) Mekar
19 Pelatihan Kewirausahaan 7 kali Kop & UKM
Sari dan Selong Belanak (Praya
Barat)
Bilelando dan Kidang ( Kec.
20 Praya Timur ) dan Bangkat Pelatihan Kewirausahaan 3 paket Kop & UKM
Parak (Kec.Pujut

56 Pengembangan Kawasan Minapolitan


Pelaksanaan
Minapolitan
Berbasis
Perikanan
Tangkap

Pengembangan Kawasan Minapolitan 57


PELAKSANAAN Minapolitan BERBASIS
PERIKANAN TANGKAP TAHUN 2013

Ditjen PB :
Sebanyak 9 Kegiatan yang
dilaksanaan pada 46 lokasi
Minapolitan PT dengan alokasi
Ditjen P2HP: anggaran Rp. 139,12 milyar;
Sebanyak 10 Kegiatan yang
dilaksanakan pada 41 lokasi
Minapolitan PT dengan alokasi
anggaran Rp. 55,7 milyar; SINERGITAS
KKP

Ditjen KP3K:
Sebanyak 1 kegiatan yang
dilaksanakan di 12 lokasi
Ditjen PSDKP: Minapolitan PT dengan alokasi
Sebanyak 1 kegiatan di 57 anggaran Rp. 59 milyar
lokasi Minapolitan PT dengan
alokasi; anggaran Rp. 81,67
milyar
BALITBANG KP:
Sebanyak 8 kegiatan yang
BPSDMKP: dilaksanakan di 5 lokasi
Sebanyak 3 kegiatan Minapolitan dengan alokasi
yang dilaksanakan di anggaran Rp. 2,69 milyar
lokasi Minapolitan PT

Kawasan Minapolitan berbasis perikanan tangkap yang ideal mencakup


beberapa lokasi dimana terdapat Zona Inti (TPI terbesar) dengan TPI lain
(pendukung). Disamping itu berdekatan dengan zona inti terdapat pasar ikan dan
Industri. Dan tidak jauh dari lokasi Zona Inti terdapat lokasi perumahan nelayan,
zona pariwisata dan juga lokasi Budidaya. Untuk menjamin keberlanjutan usaha
budidaya dan penangkapan juga diperlukan kawasan konservasi perairan, dimana
kawasan ini merupakan tempat ikan untuk bereproduksi dan juga menjaga
lingkungan perairan agar kualitas lingkungan perairan tetap terjaga.

58 Pengembangan Kawasan Minapolitan


BEBERAPA INDIKATOR CAPAIAN
Minapolitan BERBASIS PERIKANAN TANGKAP
di lokasi percontohan
TAHUN 2013

Indikator : Volume Produksi (ton)

61.529
57.763

46.569
44.034

19.579
18.523
12.831 8.846
6.837 6.744 5.796
4.841 3.011
4.936 1.512

Ternate Bitung Ambon Sukabumi Pekalongan Lamongan Bangka Pacitan

Indikator : Penyerapan Tenaga


Kerja(org)

4.095

2.315
1.925 1.695
1.358

Ternate Ambon Pacitan

Indikator : Nilai Produksi (Rp. Juta)


941.433

610.990

304.460
183.440
186.256 137.870
144.701 120.998 85.640 52.397
63.900
28.589

Bitung Sukabumi Pekalongan Lamongan Bangka Pacitan

Indikator : Pendapatan Nelayan

2.908.166
2.609.000
2.365.000
2.121.000
2.000.000

1.500.000

Sebelum Minapolitan Sesudah Minapolitan

Ternate Bitung Bangka

Pengembangan Kawasan Minapolitan 59


KEGIATAN Minapolitan PPN PALABUHAN RATU
(sebagai kawasan inti) TAHUN 2013

KEGIATAN RUTINITAS TUGAS


DAN FUNGSI PELABUHAN
PERIKANAN sesuai yang
diamanatkan undang -
undang KEGIATAN PRIORITAS PPN
PALABUHAN RATU TAHUN
2013

RENCANA PENGEMBANGAN AREAL MELIPUTI :


KONSOLIDASI DGN BERBAGAI PIHAK DALAM UPAYA
PEMBEBASAN AREAL DAN PEnSERTIFIKATAN

rencana pengembangan

Karena KOLAM I & II mengalami kepadatan

PPN PALABUHANRATU SEBAGAI ZONA INTI Minapolitan DIKEMBANGKAN MENJADI PP SAMUDRA

PENINGKATAN KAPASITAS PPI (Cibangban, Cisolok, Ciwaru, Ujunggenteng,


Minajaya) dan Pos TPI (Cikembang, Legon pari, Sangrawayang, Cipatuguran,
Loji, Kalapacondong, Cibuaya, Cicaladi dan Tegalbuled) sebagai
ZONA PENUNJANG Minapolitan

PPN PELABUHAN RATU DAN PPI KAB SUKABUMI SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI RAKYAT
YANG AKHIRNYA MENJADI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

60 Pengembangan Kawasan Minapolitan


MASTER PLAN ZONA INTI Minapolitan
KABUPATEN BANGKA (PPN SUNGAILIAT)

Lahan Existing
3,22 Ha

TOTAL
LAHAN
44,91 Ha

Lahan
Pengembangan
41,69 Ha

DATA OPERASIONAL di PPN sungai liat


TAHUN 2009 – 2013
No Kegiatan 2009 2010 2011 2012 2013*
1 Produksi Ikan (Ton) 4.936 5.163 5.259 5.796 4.017
2 Nilai Produksi (Milyar) 63,9 72.2 97,06 85,64 67,63
3 Uang Beredar (Milyar) 171,77 187,83 222,45 213,84 319,17
4 Jumlah Kapal (unit) 702 784 802 1.042 955
5 Kapal Mendaratkan (Unit) 17.97 20.406 21.514 19.544 12.044
6 Kunjungan Kapal (Unit) 2.675 3.025 31.64 31.032 17.316
7 Nelayan (Orang) 2,343 2,647 2,907 3,124 2,974
8 Tenaga Kerja (Orang) 3,247 3,914 4,306 4,579 4,122
Rata-Rata Pendapatan Nelayan
9 - - - 2,121,000 2,609,000
(Rp)
* s.d Agustus 2013

Pengembangan Kawasan Minapolitan 61


Komoditi Utama Ikan Ekonomis Penting
Di PPN Sungailiat
NO JENIS IKAN 2009 2010 2011 2012 2013**
1 TENGGIRI 285,833 272,054 236,261 208,934 185,682
2 TONGKOL 120,513 64,388 169,639 383,235 114,193
3 PARI 1,068,791 1,168,057 1,011,786 839,632 508,318
4 CUMI-CUMI 166,517 246,262 194,807 197,387 46,058
5 IKAN LAINNYA 3,414,510 3,476,259 3,816,830 4,166,753 185,682
JUMLAH 5,056,164 5,227,020 5,429,323 5,795,941 3,825,803
* Satuan dalam Kilogram (Kg)
** September 2013

Plotting Rencana Pengembangan


PPN Sungailiat Tahun 2014

PEMBANGUNAN
JALAN KAWASAN
PENGEMBANGAN
PELABUHAN
(APBN) PEMBANGUNAN SPDN
(INVESTOR/SWASTA) PEMBANGUNAN
PABRIK ES
(INVESTOR/SWASTA)

PEMBANGUNAN SPDN
(INVESTOR/SWASTA)

PEMBANGUNAN
JALAN AKSES DARI PEMBANGUNAN
SENTRA PRODUKSI KE DERMAGA PELABUHAN
KAWASAN INDUSTRI/ (APBN)
PEMASARAN
(APBN)

62 Pengembangan Kawasan Minapolitan


Minapolitan BERBASIS PERIKANAN
TANGKAP

TPI LAIN
PENDUKUNG) Kawasan BUDIDAYA
konservasi

Hotel Zona Inti TPI LAIN


(TPI Terbesar)
PENDUKUNG)

WISATA

PERUMAHAN PASAR IKAN


NELAYAN

BUDIDAYA
INDUSTRI

•Kawasan Minapolitan jika dikelola dengan sungguh-sungguh bisa menjadi pusat


pertumbuhan ekonomi dan pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat
1 dengan usaha perdesaan

•Untuk itu, sinergis dalam dukungan antara pemerintah (Pusat dan Daerah,
provinsi dan kabupaten), serta pemangku kepentingan menjadi kunci utama
2 keberhasilan pengembangan minapolitan

•Dukungan daerah yang konsisten sebagai ujung tombak pembangunan


minapolitan agar mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan
3

•Sebagai kawasan yang terintegrasi – Harmonisasi merupakan kata kunci dalam


pengembangan minapolitan yang berhasil sesuai dengan tujuannya
4

•Prinsip pengembangan Minapolitan harus menyentuh seluruh sistem agribisnis


dalam satu kesatuan pengembangan sehingga efektifitas dan efisiensi serta
5 kesinambungan dapat dijaga

• Sebagai cikal bakal pengembangan wilayah berbasis perikanan, maka diharapkan


mampu memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat
melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan ekonomi
6 (agribisnis) di wilayah sekitarnya

Pengembangan Kawasan Minapolitan 63


Penutup

64 Pengembangan Kawasan Minapolitan


Pelaksanaan Minapolitan pada Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) merupakan perwujudan dari pemerataan
pembangunan disegala bidang berbasis kawasan. Selain
itu konsep Minapolitan diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi pelaksanaan misi pembangunan Kelautan
dan Perikanan dalam mewujudkan visi "Pembangunan
Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan
Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat".

Pelaksanaan Minapolitan tidak mungkin dapat tercapai


tanpa dukungan seluruh pemangku kepentingan. Oleh
karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan terus
melakukan koordinasi secara aktif dengan seluruh pihak
yang terkait. Konsep Minapolitan ini diharapkan akan dapat
terus bergulir dan dapat diimplementasikan lebih optimal
melalui program dan kegiatan di pusat dan di daerah.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan dokumen


ini masih jauh dari sempurna, kami mengharapkan
masukan dan saran yang membangun agar dokumen ini
dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

PengembanganKawasan
Pengembangan KawasanMinapolitan
Minapolitan 65
65
Tim Penyusun
Pengarah
Menteri Kelautan dan Perikanan
Sharif C. Sutardjo

Penanggung Jawab
Sekretaris Jenderal
Sjarief Widjaja

Ketua
Staf Ahli Menteri Bidang Kemasyarakatan dan
Hubungan Antar Lembaga
Iin Siti Djunaidah

Wakil Ketua
Kepala Biro Perencanaan
Nilanto Perbowo

Sekretaris
Kepala Bagian Perencanaan Umum
Ishartini

Anggota
Y. Waluyo Susanto
Isac Newton Tarigan
Rudi Alek Wahyudin
Wany Sasmito Prabowo
Suyuti
Elimawati Birro
Mokhamad Ali Rouf

Kontributor Bahan
Tim Pokja Minapolitan Eselon I KKP

66 Pengembangan Kawasan Minapolitan


68 Pengembangan Kawasan Minapolitan

Anda mungkin juga menyukai