PENDAHULUAN
Komponen alat berat yang terdapat pada kereta api merupakan salah satu
komponen yang penulis pilih sebagai topik saat melakukan praktik kerja.
Komponen tersebut adalah Rumah Isolating Cock R Air Brake kereta api. Air
Brake adalah sistem pengereman yang menggunakan tekanan udara. Sistem
pengereman ini banyak digunakan pada kendaraan berat seperti bus dan kereta
api. Air Brake pada kereta api sendiri memiliki beberapa komponen salah satunya
adalah Rumah Isolating Cock R Air Brake berfungsi untuk menutup saluran pada
gerbong atau kereta paling terakhir. Untuk mengetahui proses pada pemesinan
Rumah Isolating Cock R Air Brake oleh karena itu dilakukan praktik kerja di PT.
PINDAD (Persero)
1
C. Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja
Praktik Kerja ini merupakan salah satu syarat untuk terpenuhinya mata
kuliah secara akademik, dimana agar mahasiswa dapat mengaplikasikan dan
membandingkan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan secara teoritis dengan
aplikasi yang ada didunia industri sehingga mahasiswa dapat mengerti
permasalahan yang terjadi di industri secara praktisnya, dan bagaimana cara
menyelesaikan masalah praktis secara teoritis, adapun agar mahasiswa
mengetahui kondisi industri dan proses pembuatan produk di industri secara
nyata.
3. Bagi Perusahaan
a. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal lebih
tentang perusahaan tersebut.
b. Sebagai sumbangsih perusahaan dalam ikut mencerdaskan kehidupan
bangsa.
E. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja
2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. BATASAN
C. TUJUAN
D. MANFAAT
E. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
BAB II LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA
A. SEJARAH DAN STRUKTUR ORGANISASI
PERUSAHAAN/INDUSTRI
B. LAPORAN KEGIATAN HARIAN
BAB III ANALISIS KASUS (DIANGKAT DARI HASIL
PENGAMATAN)
A. PERMASALAHAN YANG RELEVAN DENGAN
BIDANG KEAHLIAN/KONSENTRASI
B. LANDASAN TEORITIS ATAU TINJAUAN
KONSEPTUAL YANG RELEVAN DENGAN
PERMASALAHAN
C. PEMBAHASAN/PEMECAHAN MASALAH
BAB IV KESIMPULAN dan SARAN
A. SIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
4
(BUMN) dengan nama PT.PINDAD (Persero) dimana PINDAD adalah nama,
bukan singkatan.
Tahun 1989 Pemerintah membentuk Badan Pengelola Industri Strategis
(BPIS) dan PT.PINDAD dibawah pembinaannya atau menjadi BUMN Industri
strategis. Tahun 1998 BPIS dibubarkan oleh Pemerintah dan pada tahun yang
sama pemerintah mendirikan BUMN dengan nama PT.Prakarya Industri Strategis,
dimana PT.PINDAD menjadi anak perusahaan PT.Prakarya Industri Strategis.
Pada tahun 1999 PT.Prakarya Industri Strategis berganti nama menjadi
PTBahana Prakarnya Industri Strategis (Persero). Pada tahun 2002, PT.BPIS
(Persero) dibubarkan oleh Pemerintah, dan sejak saat itu PT.PINDAD beralih
status menjadi PT.PINDAD (Persero) yang langsung dibawah pembinaan
Kementrian BUMN hingga sekarang.
Sesuai dengan surat keputusan Menhankam nomor : 12/M/IV/1984 tentang
alih usaha PINDAD menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka sejak
tanggal 19 April 1983 PINDAD beralih status menjadi Perseroan Terbatas.
Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia nomor : 114/M/1983 tanggal
23 Mei 1983, maka diangkatlah Menteri Negara Riset dan Teknologi Menristek
selaku Direktur Utama PT.PINDAD (Persero).
Dalam aktivitas perusahaan PINDAD sejak menjadi BUMN, PT.PINDAD
(Persero) mempunyai fungsi ganda sebagai penunjang HANKAMNAS dalam hal
pengembangan industri Kemiliteran dan juga sebagai penyelenggara komersil
dalam arti kata seluas – luanya. Contoh bidang produksi komersialnya adalah
generator, mesin perkakas, air brake, produk cor, produk tempa, pengait rel, mesin
derek kapal, peralatan mesin, motor elektrik, dan pemutus arus.
Dalam rangka mengemban tugas dan misi perusahaan, filsafah yang
mendasari untuk perkembangan perusahaan adalah “Dalam keadaan damai akan
diwujudkan komposisi turn over produk komersial lebih besar dari produk
militer”, dengan maksud bahwa laba dari penjualan produk komersial dapat untuk
mendukung biaya investasi, litbang, overhead. Sehingga pengembangan produk
militer tetap dapat dilaksanakan, sedangkan dalam keadaan perang komposisi
tersebut dengan kebutuhan
5
1.2. Profil Perusahaan
PT. PINDAD (Persereo) adalah sebuah perusahhan industri dan manufaktur
yang bergerak dalam pembuatan produk militer dan komersial di Indonesia. Saat
ini, proses produksi PT. PINDAD (Persero) dilaksanakan di 2 (dua) tempat yaitu
Malang dan Bandung. PT. PINDAD (Persero) memfokuskan produksi pada Divisi
Amunisi di Turen, Malang. Sedangkan di Bandung, PT. PINDAD (Persero)
memfokuskan pada Divisi Alat Berat, Senjata, Tempa Cor, dan Kendaraan
Khusus.
1.2.1. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi Perusahaan
Menjadi produsen peralatan pertahanan dan keamanan terkemuka di Asia
pada tahun 2023, melalui upaya inovasi produk dan kemitraan strategik.
b. Misi Perusahaan
Melaksanakan usaha terpadu di bidang peralatan pertahanan dan keamanan
serta peralatan industrial untuk mendukung pembangunan nasional dan
secara khusus untuk mendukung pertahanan dan keamanan Negara.
1.2.2. Tujuan dan Sasaran Perusahaan
a. Tujuan perusahaan
Mampu menyediakan kebutuhan Alat Utama Sistem Persenjataan secara
mandiri, untuk mendukung penyelenggaraan pertahanan dan keamanan
Negara Republik Indonesia.
b. Sasaran Perusahaan
Meningkatkan potensi perusahaan untuk mendapatkan peluang usaha yang
menjamin masa depan melalui sinergi internal dan eksternal.
6
1.2.3. Jajaran Direksi
Berikut merupakan jajaran direksi PT. PINDAD (Persero):
a. Ir.Abraham Mose,MM (DIREKTUR UTAMA)
8
Keuangan di PT Bukit Asam (Persero).
a. Jujur
Jujur dalam sikap, kata, dan tindakan.
Bebas dari kepentingan (vested interest).
Menjaga integritas di setiap aspek.
b. Belajar
Belajar tanpa henti, mengajari tanpa henti.
Terus mengembangkan diri.
Melakukan perbaikan berkelanjutan.
c. Unggul
Menjaga keunggulan mutu, harga, waktu.
Berdaya saing tinggi.
Mampu menjadi pemain global.
9
d. Selamat
Menjunjung tinggi aspek keselamatan dan kesehatan kerja dan
menjaga Lingkungan Hidup.
Menaati hukum dan perundang- undangan.
Menjalankan prinsip Good Corporate Governance (GCG).
10
Melambangkan bahwa gerak dan laju PT.PINDAD )Persero) berlandaskan,
pancasila, falsafah, dasar atau ideologi bangsa dan Negara Indonesia di
dalam ikut serta mewujudkan terciptnya masyarakat yang adil dan makmur.
d. Pisau Frais
Melambangkan industri dengan empat buah lambang Spi dan delapan buah
pisau (cakra). Empat buah lambang Spi melambangkan kemampuan
teknologi untuk mengelolah, meniru, merubah, dan mencitakan suatu bahan
atau produk. Sedangkan, delapan buah pisau cakra melambangkan
kemampuan untuk memproduksi sarana militer, pertahanan dan keamanan
(hankam) dan sarana sipil atau komersial dalam rangka ikut serta
mendukung terciptanya ketahana nasional bangsa Indonesia yang bertumpu
pada 8 aspek.
e. Batang dan ekor
Melambangkan pengendalian gerak dan laju PT. PINDAD (Persero) secara
berdaya dan berhasil guna. Empat helai siri ekor melambangkan keserasian
gerak antara unsur-unsur yaitu manusisa, modal, metoda, dan pemasaran.
a. Sekretaris perusahaan
b. Kepala satuan pengawasan intern
c. Kepala divisi integrated supply chain
d. Ahli utama
11
e. Direktur keuangan
Kepala divisi perencanaan dan kinerja perusahaan
Kepala divisi akutansi dam keuangan
Kepala divisi aset dan manajement resiko
Kepala divisi teknologi informasi
Ahli utama.
f. Direktur komersial
Kepala divisi penjualan
Kepala divisi layanan purna jual
Ahli utama
g. Direktur operasi
Kepala divisi senjata
Kepala divisi munisi
Kepala divisi kendaraan khusus
Kepala divisi tenpa dan cor
Kepala divisi mesin industrial
Kepala divisi bahan peledak komersial
Kepala divisi quality assurance
Ahli utama
h. Direktur teknologi dan pengembangan
Kepala divisi pengebangan produk dan proses
Kepala divisi pengembangan bisnis
Ahli utama
i. Deputi human capital dan general affair
Kepala divisi human capital dan pengembangan organisasi
Kepala divisi pengamanan dan K3LH
Kepala divisi legal dan GCG (pindad,2015)
b. Pancer Anoa
Anoa 6x6 merupakan pancer buatan PT.PINDAD yang telah diproduksi
hingga 200 unit. Kendaraan tempur yang di desain 6 varian ini, mengadopsi
13
panser VAB buatan Prancis. Kendaraan yang awalnya diragukan
kehandalannya ini, kini telah menjadi idola bagi militer di indonesia.
Bahkan militer negara tetangga, Malaysia dan Singapura mulai melirik
panser buatan PT.PINDAD(Persero) di bandung. Dibandrol mulai harga
Rp.8 miliat per unit, Anoa telah dirancang sebanyak 7 varian ambukance,
angkutan personal (APC), komando, logistik BBM, logistik munisi, mortir
80 carrier.
14
1.2.7.2. Produk Senjata Unggulan PT. PINDAD (Persero)
15
Gambar Senapan Serbu SS2
c. Senapan Sniper
Senjata ini telah banyak di gunakan oleh pasukan kushus kopassus,
senapan sniper tipe SPR-2 ini mampu menembak dengan jarak 2 km. Khusus
senapan sniper tipe SPR-2 dan SPR3 ini telah digunak oleh kesatuan elit TNI
seperti kopassus.
16
1.2.8. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finensial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.
Praktik K3 meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga
menyembuhkan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan
kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik
keselamatan, teknik industri, teknik kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi
dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.
1. Wearpack
2. Sarung tangan
3. Safety Helmet
4. Safety Shoes
5. Kacamata pelindung.
1.3. Laporan Kerja Harian
20
32 Rabu Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
14 Februari 2018 Cover Insert bubut 1 pada mesin bubut
33 Kamis Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
15 Februari 2018 Cover Insert bubut 1 pada mesin bubut
34 Senin Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
19 Februari 2018 Cover Insert bubut 1 pada mesin bubut
35 Selasa Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
20 Februari 2018 Cover Insert bubut 1 pada mesin bubut
36 Rabu Mencari data untuk laporan
21 Februari 2018
37 Kamis Mencari data untuk laporan
22 Februari 2018
38 Jumat Mencari data untuk laporan
23 Februari 2018
39 Senin Mencari data untuk laporan
26 Februari 2018
40 Selasa Mengerjakan laporan
27 Februari 2018
41 Rabu Mengerjakan laporan
28 Februari 2018
Bandung, 1 Maret 2018
Pembimbing Perusahaan
AMBAR MARDIYOTO, ST
21
BAB III
Sebelum tahun 1800 alat angkut yang digunakan antara lain adalah tenaga
manusia, hewan ,dan tenaga dari alam lainnya. Pada massa itu barang – barang
yang diangkut relatif kecil dan waktu yang ditempuh relatif lama. Namun setelah
antara tahun 1800 sampai dengan tahun 1860 transportasi mulai berkembang
dengan baik karena telah mulai dimanfaatkannya sumber tenaga mekanik seperti
kereta uap dan kereta api, yang dimana mulai banyak dipergunaan dalam dunia
perdagangan dan transportasi. Dan kurang lebih pada tahun kisaran 1860 sampai
dengan tahun 1920 mulai diketemukannya alat transportasi lainnya seperti
misalnya kendaraan bermotor dan pesawat terbang meskipun dengan banyak
keterbatasan dari teknologi yang ada pada saat itu, namun pada masa itu pula
angkutan kereta api dan jalan raya memegang peranan penting dalam
pengangkutan secara masal antar daerah pada suatu wilayah. Kereta api mulai
diperkenalkan di indonesia, pada massa penjajahan belanda ,oleh perusahaan
swasta yang mempunyai singkatan NV atau lebih dikenal dengan nama
Nederlandsch Indische Spoorweg Mij (NISM), berdiri kisaran tahun 1864. Proyek
pertama yang di buat adalah jalur kereta api pertama dibangun pada 17 juni 1864.
Yakni jalur Kemijen – tanggung, Kabupaten Semarang saat ini, jalur yang dibuat
kurang lebih sepanjang 26 km. Diresmikan oleh jendral L.A.J Baron Sloet Van
Den Beele. Kemudian tanggal 18 februari 1870, NISM menbangun jalun umum
semarang – solo – jokjakarta. Dan tanggal 10 April 1869 pemerintah Hindia
Belanda mendirikan Staats Spoorwengen atau yang lebih dikenal dengan
singkatan (SS) yang membangun jalur lintasan Batavia-Bogor. Kemudian pada
tanggal 16 mei 1978, perusahaan negara luar ini membuka jalur Surabaya-
Pasuruan_malang, pada tanggal 20 juli 1979 membuka jalur Bangil-Malang.
Pembangunan terrus dilakukan hingga seluruh kota-kota besar yang ada di pulau
jawa terhubung dengan satu jalur kereta api.
22
Di luar jawa, 12 November 1876, SS juga membangun jalur Ulele-
kutaraja(Aceh). Selanjutnya lintasan PaluAer-padang (sumatra barat) pada juli
1891, lintasan Telukbetung-Prabumulih (Sumatra selatan) tahun 1912 dan 1 juli
1923 membangun jalur makasar- Takalar (sulawesi). Di sumatra utara, NV. Deli
Spoorweg Mij juga membangun jalur lintasan Labuhan-Medan pada tanggal 25
juli 1886. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda selain SS ada 11 perusahaan
kereta api yang beroperasi dan 1 berada di pulau sumatra.
23
3.3 Pengertian Rem
Pengerian rem secara umum, adalah suatu sistem yang bekerja untuk
memperlambat atau menghentikan peputaran. Prinsip kerja sistem rem adalah
mengubah tenaga kinetik menjadi pans dengan cara menggesekkan dua buah
logam pada benda yang berputar sehingga putarannya akan melambat, dengan
demikian kendaraan menjadi pelan atau berhenti dikarenakan adanya kerja rem.
3. Untuk menahan kendaraan saat parkir dan berhenti pada jalan yang
24
2. Rem Tromol ( Drum Brake)
3.4 Sistem Pengereman Udara Tekan Pada Kereta Api ( Air Brake
System)
25
3.4.1 Komponen Air Brake
1. Kompresor Udara
2. Auxiliary Reservoir
26
pengereman dalam jangka waktu yang panjang , seperti kereta OFF /
parkir, maka silinder rem akan kehilangan tekanan dan sepatu rem akan
merenggang sehingga tidak terjadi pengereman lagi. Oleh karena itu pada
kereta api selalu dilengkapi dengan rem parkir baik itu menggunakan
silinder terpisah atau dengan prinsip yang berkebalikan dengan silinder
rem atau rem tangan manual yang dipasang pada ujung kereta.
3. Brake Cylinder
Merupakan komponen yang mendorong sepatu rem untuk menekan
roda atau cakram pengereman/disk brake sehingga terjadi pengereman.
Silinder pengereman pada dasarnya merupakan suatu silinder udara
dengan tipe single acting spring return air. Sepatu rem akan terdorong oleh
udara bertekanan yang masuk ke dalam silinder yang berasal dari tanki
auxiliary reservoir. Sementara itu untuk silinder rem parkir merupakan
silinder udara dengan tipe single acting spring extend air yang bekerja
dengan sistem sebaliknya, yaitu sepatu rem akan terdorong jika tidak ada
udara bertekanan yang masuk.
27
4. Distributor Valve
5. Bracket
6. Slack Adjuster
28
7. Brake Coupling
8. Isolating Cock
9. Flow Throttle
29
3.5 Mekanisme Pengereman
Mekanisme pengereman pada kereta api ada empat pilihan operasi pada
sistem pengereman udara tekan di kereta api (pemilihan operasi melalui
pengubahan posisi tuas pada driver’s brake valve.
Gambar 3. 6 Release
30
2. Mekanisme pengereman ‘ application ‘
Gambar 3. 7 Application
31
Gambar 3. 8 Lap
32
Gambar 3. 9 mesin bubut
Prinsip kerja pada Mesin bubut ialah dimana posisi spindle akan memutar
benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada poros
spindle. Melalui roda gigi penghubung putaran akan disampaikan ke roda gigi
poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros Ulir tersebut diubah menjadi gerak
translasi pada eretan yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan
terjadi sayatan yang berbentukulir.
Pekerjaan- pekerjaan yang umum dikerjakan oleh mesin bubut antara lain :
1. Membubut Luar
2. Membubut Dalam
33
3. Membubut Tirus
4. Membubut Permukaan
5. Memotong
6. Membuat Ulir
7. Membuat Lubang Pada Senter
1. Pembubutan Memanjang
2. Pembubutan Muka
34
Gambar 3. 13 Bubut Muka
3. Pembubutan Tirus
4. Pembubutan Ulir
Gambar 3. 16 Pemotongan
6. Pembubutan Champer
Gambar 3. 17 Champer
7. Pembuatan Lubang
Gambar 3. 19 Perkartelan
9. Pelebaran Lubang
Proses ini dilakukan untuk melebarkan lubang yang telah ada pada
benda kerja.
a. Berputar
Yaitu bentuk gerakan rotasi dari benda kerja yang digerakanpada pahat
dan dinamakan gerak potong.
37
b. Gerakan Memanjang
c. Gerakan Melintang
Mesin bubut jenis ini, selain dapat memproduksi benda kerja yang lebih
besar, juga lebih panjang.
38
akan menghasil kan celah, untuk kemudian akan di tempati oleh benda
kerja berdiameter besar tersebut
Mesin bubut jenis ini mempunyai ekor putar tetap, dimana dapat di
pasangkan 6 (enam) alat potong, sesuai dengan yang dibutuh kan. Benda
kerja dijepit pada chuck (cekam ber rahang tiga), alat potongnya dapat di
setel sedemikian rupa sesuai dengan yang di inginkan, misalnya:
- cutting : memotong
Alat potong yang baik diperlukan adanya sudut beram, sudut bebas, dan
sudut sisi potong sesuai dengan ketentuan, semua ini disebut dengan isilah
geometri alat potong. Sesuai dengan bahan dan bentuk pisau, geometri alat potong
untuk penggunaan setiap jenis logam berbeda (Mujabirul Khoir, 2011). Susud-
sudut pahat HSS dibentuk dengan cara diasah menggunakan mesin gerinda pahat
(tool Grinder Machine). Sedangkan bila pahat tersebut adalah pahat sisipan
39
(insert) yang dipasang pada tempat pahatnya. Selain geometri pahat tersebut pahat
bubut bisa juga diidentifikasikan berdasarkan letak sisi potong ( cutting edge)
yaitu pahat kanan (Right-hand tools) dan pahat tangan kiri.
Untuk proses pembubutan rata pada benda kerja dari bahan material
baja yang lunak, pahat bubut rata memiliki sudut potong dan sudut-sudut
kebebasan sebagai berikut: sudut potong total 80°, sudut potongsisi
samping 12°÷ 15°, sudut bebas tatal 12°÷ 20°, sudut bebas muka 8°÷ 10°
dan sudut bebas samping 10° ÷ 13°. Geometri pahat bubut rata kanan dan
pahat bubut rata kiri.
Untuk proses pembubutan muka pada benda kerja dari material baja
yang lunak, pahat bubut muka memiliki sudut potong dan sudut-sudut
kebebasan sebagai berikut : sudut potong 55°, sudut potong sisi samping
12°÷ 15°, sudut tatal 12°÷ 20°, sudut bebas muka 8°÷ 10° dan sudut bebas
samping 10° ÷ 13°.
40
Gambar 3. 22 Geometri Pahat Bubut Muka
Pembuatan ulir segitiga yang sering dilakukan pada mesin bubut yang
pada umumnya adalah jenis ulir metris (M) dan withwort (W). Jenis ulir
matris memiliki sudut puncak ulir sebesar 60 ° dan ulir withwort 55°.
Besarnya sudut pahat ulir harus disesuaikan dengan jenis ulir yang akan
dibuat dan sudut-sudut kebebasan potongnya harus dihitung sesuai dengan
kisar atau gangnya
41
dibuat. Lebar pahat untuk ulir yang tidak terlalu presisi penambahan
sebesar 0,5mm. Sedangkan untuk sudut-sudut kebebasan potong harus
dihitung sesuai dengan kisaran atau gangnya.
1. Kecepatan Potong
42
Kecepatan potong adalah panjang ukuran lilitan pahat terhadap benda
kerja atau dapat juga disamakan dengan panjang total yang terpotong
dalam ukuran meter yangdiperkirakan apabila benda kerja berputar selama
satu menit. Sebagai contoh, baja lunak dapat dipotong sepanjang 30 meter
tiap menit. Hal ini berarti spindel mesin perlu berputar supaya ukuran mata
lilitan pahat terhadap benda kerja (panjang total) sepanjang 30 meter
dalam waktu putaran satu menit. Karena ukuran benda kerja berbeda –
beda, maka kecepatan potong ditentukan dengan rumus :
⟨𝜋|𝑑|𝑛⟩
𝑣=
1000
d = diameter (mm)
𝑑0 − 𝑑𝑚
𝑑=
2
2. Kecepatan Makan
𝑉𝑓 = 𝑓. 𝑛
43
3. Kedalaman Pemakanan
𝒅𝒐 − 𝒅𝒎
𝒂=
𝟐
4. Waktu pemotongan
𝑳𝒕
𝑻𝒄 =
𝑽𝒇
44
Z = A.V
A = f.a ; mm2
Z = f.a.v ; cm3/min
45
Gambar 3. 25 Mesin gurdi
Berikut ini merupakan perkakas yang digunakan pad mesin gurdi, antara
lain:
Ragum
Ragum untuk mesin gurdi digunakan untuk mencekam benda kerja pada
saat akan dibor.
Klem set
Sarung pengurang
Pasak pembuka
Boring head
46
3.11 Pembahasan
3.11.1 Data Mesin
1. Mesin Bubut
Type : S-35
No Seri : 040056
Daya : 3.7 kW
2. Mesin Gurdi
47
Gambar 3. 28 Mesin Gurdi
Senyawa c si Mn p s Cr Mo Ni Cu Mg Fe
Persentasi % % % % % % % % % % %
Komposisi 3.602 3.032 0.305 0.079 0.000 0.031 0.037 0.122 0.046 0.053 92.693
48
Alat ukur adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan ukuran
yang kita inginkan, sebagai acuan untuk menentukan ukuran sesuai dengan contoh
yang ada. Dalam setiap pemesinan biasanya menggunakan berbagai macam alat
ukur yang berbeda , tergantung pada proses dan apa yang akan di ukur. Dalam
pembuatan rumah isolating cock ada beberapa alat ukur yang digunakan yaitu
sebagai berikut:
Rumah isolating cock merupakan componen dari air breake system yang
digunakan pada pengereman kereta api, yang berfungsi untuk menghubungkan
dan memutuskan udara pada gerbong kerata api. Gerbong kereta api dibedakan
menjadi gerbong penumpang dan gerbong barang. Rumah isolating cock L ini
digunakan untuk gerbong bagian barang angkut.
49
Gambar Kerja
Persiapan Proses
Pemesinan
50
Ya
Pengumpulan data
Analisa:
1. Elemen waktu pemesinan
2. waktu produksi
Kesimpulan
1. Pahat Bubut
Pada mesin bubut ini menggunakan beberapa jenis pahat yang di antara
nya:
Merk : Widia
51
Nama : Insert Carbide
Merk : Taugutec
Pada persiapan proses ini ada beberapa tahapan yang harus dilalui seperti
dibawah ini:
1. Mempelajari gambar yang ada dan membuat urutan kerja yang efektif
dilakukan.
52
3.13.4 Uraian Pekerjaan
Gambar 3. 33 Bubut 1
1. Bubut rampas muka
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 46 mm
f = 0,3 mm / putaran
53
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 46 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 45 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 94,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
46
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
94,5
𝑇𝑚 = 0,52 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 46 m / menit
D = 46 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
46 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 46
𝑛 = 318,47 𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 318,47
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 95,54
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
46
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
95,54
54
𝑇𝑚 = 0,538 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 49 m / menit
D = 47,5 mm
f = 0,3 mm / putaran
55
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
49 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 47,5
𝑛 = 321,75 𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 321,75
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 96,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
47,5
( 2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
96,5
𝑇𝑚 = 0,54 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 27 m / menit
D = 50 mm
f = 0,8 mm / putaran
i = 3 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
27 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 50
𝑛 = 171,97 𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 171,97
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 137,37
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
50
( + 2) 𝑥 3
2
𝑇𝑚 =
137,37
𝑇𝑚 = 0,58 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 22 m / menit
D = 50 mm
f = 0,8 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
58
22 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 50
𝑛 = 140,13 𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 140,13
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 112,10
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
50
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
112,10
𝑇𝑚 = 0,48 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
59
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
80
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
94,5
𝑇𝑚 = 0,88 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 53 m / menit
D = 80 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
53 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 80
𝑛 = 210,98 𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 210,98
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63,29
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
80
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
95,54
𝑇𝑚 = 1,327 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
6. Bubut lubang 21
B. Waktu Teoritis
Vc = 22 m / menit
D = 21 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
22 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 21
𝑛 = 333,6 𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 333,6
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 100,08
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
61
21
( 2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
100,08
𝑇𝑚 = 0,25 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 131 m / menit
D = 103 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
131𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 103
𝑛 = 405,04 𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 405,04
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 121,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
103
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
121,5
𝑇𝑚 = 0,0,88 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2. Bubut Camper 1 x 10°
A. Perhitungan waktu aktual
n = 400 rpm
D = 22 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 22 𝑥 400
𝑉𝑐 =
1000
63
𝑉𝑐 = 27,63 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 400
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 120
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
22
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
120
𝑇𝑚 = 0,108 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 30 m / menit
D = 22 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
30 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 22
𝑛 = 434,27𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 434,27
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 130,28
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
22
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
130,28
𝑇𝑚 = 0,0997 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Dalam proses bubut 2 ini adapun waktu yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
a. Total waktu aktual = 0,89 + 0.108
= 0,998 menit
b. Total waktu teoritis = 0,88 + 0,0997
64
= 0,97menit
3.14.2 Proses Bubut 3
B. Waktu Teoritis
Vc = 36 m / menit
D = 35,5 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
65
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
36 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 35,5
𝑛 = 322,95𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 322,95
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 64,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
35,5
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
64,5
𝑇𝑚 = 0,612 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2. Bubut lubang 50
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 50 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 50 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 49,45 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
66
50
( 2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
63
𝑇𝑚 = 0,857 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 50 m / menit
D = 50 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
50 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 50
𝑛 = 318,47𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 318,47
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63,69
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
50
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
63,69
𝑇𝑚 = 0,84 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3. Bubut lubang 39
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 39 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 39 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 38,57 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
67
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 94,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
39
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
94,5
𝑇𝑚 = 0,455 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 40 m / menit
D = 39 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
40 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 39
𝑛 = 326,63𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 326,63
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 97,98
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
39
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
97,98
𝑇𝑚 = 0,43 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
4. Bubut champer 2 x45°
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 51 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 1 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
68
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 51 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 50,44 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
52
(2 + 2) 𝑥 1
𝑇𝑚 =
63
𝑇𝑚 = 0,44 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 51 m / menit
D = 51 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 1 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
51 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 51
𝑛 = 318,47𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 318,47
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63,69
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
51
(2 + 2) 𝑥 1
𝑇𝑚 =
63,69
𝑇𝑚 = 0,439 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
69
5. Bubut profil 42 dan 47
B. Waktu Teoritis
Vc = 48 m / menit
D = 47 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
70
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
48 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 47
𝑛 = 325,24𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 325,24
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 65
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
47
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
65
𝑇𝑚 = 0,78 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
71
Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 45 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 44,5 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
45
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
63
𝑇𝑚 = 0,78 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 46 m / menit
D = 45 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
46 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 45
𝑛 = 325,54𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 325,54
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 65,1
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
45
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
65,1
𝑇𝑚 = 0,75 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
72
2. Bubut Ulir M30 x 1,5 x 10
A. Perhitungan waktu aktual
n = 400 rpm
D = 30 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 4 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 30 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 37,68 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 400
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 120
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
30
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
120
𝑇𝑚 = 0,56 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 38 m / menit
D = 30 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 4 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
38 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 30
𝑛 = 403,39 𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 403,39
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 80,67
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
73
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
30
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
80,67
𝑇𝑚 = 0,84 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 16 m / menit
D = 21 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
74
16 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 21
𝑛 = 242,68 𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 242,68
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 48,52
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
21
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
48,52
𝑇𝑚 = 0,515 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Gambar 3. 43 Bubut 5
1. Bubut rampas muka sampai dengan ukuran 103
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 103 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 3 kali pemakanan
la = 2 mm
75
Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 103 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 101,87 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
103
( 2 + 2) 𝑥 3
𝑇𝑚 =
63
𝑇𝑚 = 2,54 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 105 m / menit
D = 103 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 3 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
105 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 103
𝑛 = 324,65𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 324,65
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 64,93
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
103
( 2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
64,93
𝑇𝑚 = 2,47 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
76
2. Bubut lubang diameter 41,9 x 38
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 49,1 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 49,1 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 41,45 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
49,1
( 2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
63
𝑇𝑚 = 0,71 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 42 m / menit
D = 49,1 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
42 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 49,1
𝑛 = 319,15𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 319,15
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63,83
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
77
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
49,1
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
63,83
𝑇𝑚 = 0,7 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 40 m / menit
D = 39,5 mm
f = 0,6 mm / putaran
i = 4 kali pemakanan
la = 2 mm
78
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
40 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥39,5
𝑛 = 322,5 𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 322,5
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 193,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
39,5
( 2 + 2) 𝑥 4
𝑇𝑚 =
193,5
𝑇𝑚 = 0,49 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
79
B. Waktu Teoritis
Vc = 41 m / menit
D = 31 mm
f = 0,6 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
41 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 31
𝑛 = 421,2 𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,6 𝑥 421,2
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 216,36
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
31
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
216,36
𝑇𝑚 = 0,286 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Dalam proses bubut 5 waktu yang dibutuh kan adalah sebagai berikut:
a. Total waktu aktual = 2,54 + 0,71 + 0,46 + 0,14
= 3,85
b. Total waktu teoritis = 2,47 + 0,7 + 0,49 + 0,286
= 3,946
3.14.5 Reamer Bor
80
1. Bor diameter 7,7 + reamer diameter 8(+0.09) x 24
A. Perhitungan waktu aktual
n = 300 rpm
D = 8 mm
f = 0,8 mm / putaran
la = 8 mm
Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 8 𝑥 300
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 7,536 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 300
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 240
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐼 + 0,3 𝑥 𝐷
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
8 + 0,3 𝑥 8
𝑇𝑚 =
240
𝑇𝑚 = 0,0433 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 8 m / menit
D = mm
f = 0,8 mm / putaran
la = 8 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
8 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 8
𝑛 = 318,471 𝑟𝑝𝑚
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 318,471
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 254,771
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
81
𝐼 + 0,3𝑥 𝐷
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
8 + 0,3 𝑥 𝑥8
𝑇𝑚 =
254,771
𝑇𝑚 = 0,04082 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
B. Waktu Teoritis
Vc = 12 m / menit
D = 12 mm
f = 0,8 mm / putaran
la = 12 mm
Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
12 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 12
𝑛 = 318,47 𝑟𝑝𝑚
82
Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 318,47
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 254,771
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐼 + 0,3𝑥 𝐷
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
12 + 0,3 𝑥 12
𝑇𝑚 =
254,771
𝑇𝑚 = 0,0612 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
83
3.15 Analisa Waktu Pemesinan
Tabel 3. 4 Data perbandingan waktu aktual dan teoritis
Dari data tabel diatas dapat kita lihat bahwa sannya waktu aktual lebih
besar dari waktu teoritis , seperti yang dilihat untuk waktu aktual adalah 22,41
menit untuk seluruh proses pemesinan satu spesimen rumah isolating cock L ,
sedangkan untuk waktu teoritisnya dapat dilihat kita membutuhkan waktu
sebanyak 13,925 menit untuk menyelesaikan semua proses pemesinan.
Proses Bubut 1
No Proses Pemesinan Aktual Teoritis
1 Rampas muka 0,52 0,53
2 Bubut lubang D 21H7 0,26 0,25
3 Bubut lubang D 28x80 0,88 1,327
4 Bubut lubang D 48,5 0,56 0,54
5 Bubut ulir M50 x 1,5 0,2 0,58
6 Bubut lubang 1,5x18 0,21 0,48
Dalam proses pemesinan tahap dua adalah proses bubut dua. Dalam proses
bubut dua ini proses pemesinan yang dilakukan ada dua kali pengerjaan
pemesinan. Yang pertama adalah bubut rampas muka sampai diameter 103.
Dalam proses bubut rampas muka ini nilai perhitungan aktualnya lebih besar dari
pada perhitungan teoritis yaitu perhitungan aktual 0,89 menit, sedangkan
perhitungan teoritisnya adalah 0,88menit. Dalam peoses pembuatan champer
1x10derajat waktu yang dibutuhkan dalam 1 buah champer adalah 0,108 menit
sedang kan untuk waktu teoritisnya adalah 0,0997 menit.
Proses Bubut 2
No Proses Pemesinan Aktual Teoritis
1 Bubut muka rampas 103 0,89 0,88
2 Champer 1x 10° 0,108 0,0997
Proses Bubut 3
No Proses Pemesinan Aktual Teoritis
1 Bubut rampas muka 35,5 0,62 0,612
2 Bubut lubang D 50 0,857 0,84
3 Bubut lubang D 39 0,455 0,43
4 Champer 2x45° 0,44 0,439
5 Bubut profil 0,82 0,78
Proses bubut empat memiliki 4 proses yang harus dilewati. Proses pertama
adalah bubut rampas muka 45 mm, waktu aktual yang dibutuhkan adalah 0,78
menit sedangkan untuk waktu teoritisnya adalah 0,75 menit. Untuk proses ulir
M30x1,5x10 waktu aktual yang dibutuhkan adalah 0,56 menit, sedangkan untuk
waktu teoritisnya membutuhkan waktu 0,84 menit. Untuk bubut lubang diameter
21 mm membutuhkan waktu aktual 0,3125 menit sedangkan untuk waktu
teoritisnya adalah 0,515 menit. Untuk bubut lubang 28,5 x 14 membutuhkan
waktu aktual 0,51 sedangkan untuk wantu teoritisnya adalah 0,5 menit.
86
Tabel 3. 8 Proses Bubut 4
Proses Bubut 4
No Proses Pemesinan Aktual Teoritis
1 Bubut rampas muka 45 0,78 0,75
2 Ulir M30x1,5x10 0,56 0,84
3 Bubut lubang D21 0,3125 0,515
4 Bubut lubang 28,5 x 14 0,51 0,5
Proses bubut 5 kita akan melakukan 5 tahapan yang akan dilakukan. Tahap
pertama adalah bubut rampas muka 103 mm, waktu aktual yang diperlukan adalah
2,54 menit dan waktu teoritisnya adalah 2,47 menit. Tahap berikutnya adalah
bubut lubang diameter 41,92 x 38 mm dalam proses ini waktu teoritisnya adalah
0,7 menit dan waktu teoritisnya adalah 071 menit. Untuk bubut ulir R 1.1/4”
waktu teoritisnya adalah 0,49 menit dan waktu aktualnya adalah 0,46 menit.
Untuk proses pembuatan champer 1x45 derajat kita memerlukan waktu 0,14
menit dan waktu teoritisnya adalah 0,285 menit.
Proses Bubut 5
No Proses Pemesinan Aktual Teoritis
1 bubut rampas muka 103 2,54 2,47
2 bubut D 41,91x38 0,71 0,7
3 bubut ulir R 1 1/4'' 0,46 0,49
4 bubut champer 1x45° 0,14 0,285
Untuk tahapan reamer bor kita melakukan 2 tahapan yang di lalui. Yang pertama
adalah bor diameter 7,7 mm tambah reamer diameter 8 mm waktu teoritisnya
dalah 0,04082 menit sedangkan waktu aktualnya adalah 0,0433 menit. Tahap
berikutnya adalah bor diameter 12 mm tembus 2 kali , dalam sekali pengerjaan
kita memerlukan waktu aktualnya adalah 0,065 dan waktu teoritisnya adalah
0,6123 menit.
87
Perhitungan waktu pengerjaan rumah isolating cock ini dalam perhitungan
aktual dan teoritisnya memiliki beberapa perbedan hal ini tergantung pada
kecepatan yang di pakai dalam perhitungan aktual lebih kecil dari pada
perhitungan teoritis hal ini bertujuan untuk keselamatan pekerja dan ketelitian
dalam pengerjan, dan ketahanan mesin yang sudah tua. Dalam perhitungan aktual
kita memerlukan waktu untuk melakukan persiapan mesin dan spesimen kerja ,
sedangkan untuk waktu teoritis kita tidak lah menghitung waktu persiapan yang
dilakukan. Dalam perhitungan aktual kita juga melakukan perhitungan waktu
untuk istirahat pekerja , hal ini diperluka untuk menjaga kebugaran dari pekerja
untuk terus melakukan pekerjaan , sedangkan untuk waktu teoritis kita tidak lah
menghitung waktu istirahat yang dilakukan pekerja. Dalam perhitungan waktu
aktual kita juga melakukan perhitungan waku dalam pemeriksaan alat yang telah
dibuat , dan sedangkan untuk waktu teoritis kita tidak lah menghitunga waktu
pemeriksaan hasil kerja. Oleh sebab itu waktu aktual memiliki lebih besar dari
waktu teoritis.
88
BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari perhitungan dan analisa yang dilakukan dapat lah beberapa kesimplan
sebagai berikut:
1. Pada dasarnya proses pemesinan yang dilakukan untuk membuat
rumah isolating cock L pada air breake system yang pertama adalah
melakukan pengecoran yang dilakukan di devisi besi tempa dan cor
dan proses pemesinan nya dilakukan di divisi alat berat untuk
dilakukan pemesinan bubut . pemesinan yang dilakuka untuk rumah
isosating cock L ini adalah pemesinan bubut dan pengeboran.
2. Pada perhitungan yang dilakukan didapat lah bahwa waktu aktual
yang di perolah dalam pengerjaan 1 buah rumah isolating cock L
adalah 28 menit, sedangkan dalam perhitungan teoritisnya diperoleh
waktu yang diperlukan 13,5 menit. Dalam lap kerja yang diberikan
pada operator waktu yang dibutuh kan adalah 1 jam 92 menit waktu
tersebut sangat lah berbanding jauhhal ini dikarenakan waktu yang di
tentukan dalam lap kerja sangat lah besar.
B. Saran
Ada pun beberapa saran yang bisa penilus berikan adalah sebagai berikut:
1. Pada dasar nya pengerjaan yang dilakukan di PT.PINDAD (Persero) sudah
sangat efisien , tetapi alangkah lebih baiknya tempt peletakan spesimen
kerja lebih dekat dan mudah dijangkau oleh operator karena yang penulis
lihat waktu operator banyak terbuang sia-sia pada waktu pengambilan
spesimen kerja.
2. Alat pemindah hasil kerja alangkah lebih bagusnya di modifikasi karena
waktu operator juga banyak terbuang waktu overhead crain memindah kan
sepesimen, dikarenakan selan untuk mengangkut box yang berisi hasil
kerja susah di seting tepat di tengah.
89
3. Jarak antara mesin bubut sangat lah dekat dan letak spesmen kerja juga
sempit sehingga operator sangat susah bergerak bebas dalam proses
pengerjaan. Alangkah lebih baiknya diberi jarak yang cukup untuk
operator untuk memudahkan mengambil spesimen dari suatu tempat untuk
diangkut ke area kerja operator untuk tidak membuang-buang waktu
dalam mengambil spesimen kerja.
90
Daftar Pustaka
RICHARDO
Surya, Silvester. Perbedaan Sistem Absolut dan Incremental pada Mesin CNC.
09 Oktober 2014. http://silsurya.blog.uns.ac.id/2014/09/10/perbedaan-
sistem-absolut-dan-incremental-pada-mesin-cnc/
https://www.google.co.id/search?q=senjata+produksi+pindad&rlz=1C1NHXL_enID692ID
692&espv=2&biw=1242&bih=602&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiF3uv5j
7jSAhWCNJQKHTtsAYEQ_AUIBigB#tbm=isch&q=amunisi+produksi+pindad&*&imgrc=h
WAVki4IeRnG4M:
https://www.google.co.id/search?q=senjata+produksi+pindad&rlz=1C1NHXL_enID692ID
692&espv=2&biw=1242&bih=602&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiF3uv5j
7jSAhWCNJQKHTtsAYEQ_AUIBigB#tbm=isch&q=panser+produksi+pindad&*&imgrc=q6d
c3VvdhAwpqM:
https://www.google.co.id/search?q=excavator+pindad&rlz=1C1NHXL_enID692ID692&s
ource=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwia1f7yzdLSAhXMmJQKHVGHADwQ_AUIBig
B&biw=1500&bih=750#imgrc=GJ7y-Cxk6RAuEM:
91
DAFTAR PUSTAKA
IKHSAN
Adapun landasan teori yang ada penulin mengambil landasan teori tersebut
melalui beberapa reverensi antaranya:
LAMPIRAN-LAMPIRAN
92
93