Anda di halaman 1dari 93

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pelaksanaan Praktik Kerja

Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi ini dibidang industri


telah berkembang dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dengan telah digunakannya
alat bantu produksi yang dapat memproduksi produk-produk berkualitas dalam
jumlah banyak dalam waktu yang relative singkat. Perkembangan dunia
manufacture yang semakin berkembang, membuat bagian pemesinan semakin
berkembang pada segi proses dan alat. Penggunaan alat yang secara konvensional
maupun teknologi komputer pada penggunaanya yang mempermudah pekerjaan
bagian operator dalam membuat produk.

Komponen alat berat yang terdapat pada kereta api merupakan salah satu
komponen yang penulis pilih sebagai topik saat melakukan praktik kerja.
Komponen tersebut adalah Rumah Isolating Cock R Air Brake kereta api. Air
Brake adalah sistem pengereman yang menggunakan tekanan udara. Sistem
pengereman ini banyak digunakan pada kendaraan berat seperti bus dan kereta
api. Air Brake pada kereta api sendiri memiliki beberapa komponen salah satunya
adalah Rumah Isolating Cock R Air Brake berfungsi untuk menutup saluran pada
gerbong atau kereta paling terakhir. Untuk mengetahui proses pada pemesinan
Rumah Isolating Cock R Air Brake oleh karena itu dilakukan praktik kerja di PT.
PINDAD (Persero)

B. Batasan Pelaksanaan Praktik Kerja

Penulis membatasi permasalahan yang di jadikan bahan laporan ini.


Permasalahan yang di paparkan antara lain profil perusahaan, fasilitas yang
didapatkan mehasiswa, penempatan kerja, kegiatan yang dilakukan selama
bekerja, infrastruktur yang digunakan, permasalahan dan pemecahan masalahnya,
dan prosentase pekerjaan selama Praktik kerja tersebut, serta laporan kegiatan
Praktik kerja selama Praktik di PT.PINDAD (Persero).

1
C. Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja

Praktik Kerja ini merupakan salah satu syarat untuk terpenuhinya mata
kuliah secara akademik, dimana agar mahasiswa dapat mengaplikasikan dan
membandingkan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan secara teoritis dengan
aplikasi yang ada didunia industri sehingga mahasiswa dapat mengerti
permasalahan yang terjadi di industri secara praktisnya, dan bagaimana cara
menyelesaikan masalah praktis secara teoritis, adapun agar mahasiswa
mengetahui kondisi industri dan proses pembuatan produk di industri secara
nyata.

D. Manfaat Pelaksanaan Praktik Kerja


Adapun manfaat yang diperoleh dari kegiatan Praktik Kerja, diantaranya :
1. Bagi mahasiswa :
a. Mahasiswa dapat mengerti aplikasi teori yang dipelajari di bangku
kuliah.
b. Mahasiswa mendapatkan pengalaman kondisi industri secara nyata.
c. Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk memahami profesi sebagai
seorang operator.
2. Bagi lembaga pendidikan
a. Lembaga pendidikan dapat menguji sejauh mana kemampuan
mahasiswa dalam mengaplikasikan teori dengan kondisi di lapangan.
b. Sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kualitas pendidikan dan
sistem pengajaran selanjutnya.

3. Bagi Perusahaan
a. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal lebih
tentang perusahaan tersebut.
b. Sebagai sumbangsih perusahaan dalam ikut mencerdaskan kehidupan
bangsa.
E. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja

Untuk mempermudah dalam menyusun laporan, penulis perlu membuat


sistematika penulisan yaitu sebagai berikut :

2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. BATASAN
C. TUJUAN
D. MANFAAT
E. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
BAB II LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA
A. SEJARAH DAN STRUKTUR ORGANISASI
PERUSAHAAN/INDUSTRI
B. LAPORAN KEGIATAN HARIAN
BAB III ANALISIS KASUS (DIANGKAT DARI HASIL
PENGAMATAN)
A. PERMASALAHAN YANG RELEVAN DENGAN
BIDANG KEAHLIAN/KONSENTRASI
B. LANDASAN TEORITIS ATAU TINJAUAN
KONSEPTUAL YANG RELEVAN DENGAN
PERMASALAHAN
C. PEMBAHASAN/PEMECAHAN MASALAH
BAB IV KESIMPULAN dan SARAN
A. SIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA

1.1. Sejarah PT. PINDAD (PERSERO)

PT.PINDAD (Persero) Bandung pada mulanya adalah suatu usaha


komando TNI – AD yang bergerak dalam bidang instalasi industri. Oleh karena
itu maka industri ini disebut Komando Perindustrian Angkatan Darat yang
disingkat dengan nama KOPINDAD. Fungsi utama KOPINDAD adalah
memproduksi senjata, amunisi, untuk kebutuhan Angkatan Darat khususnya dan
ABRI pada umumnya.

Pada masa penjajahan Belanda tahun 1908 didirikan Artillerie Contructie


Winkel (ACW) di Surabaya. Pada tahun 1923 ACW dipindahkan ke Bandung dan
ACW berganti nama menjadi Artillerie Inrictigen (AI). Sedangkan pada masa
penjajahan Jepang pada tahun 1942 menjelang kemerdekaan, ACW diganti
namanya menjadi Dai Khi Kozo (DIK) dan setelah kemerdekaan DIK diganti
namanya menjadi Ledger Productie Bredjuen (LPB) dibawah NICA pada tahun
1947.
Dengan adanya penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada
Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950, maka instalasi ini
diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950
tepatnya pada tanggal 29 April 1950, diganti namanya menjadi Pabrik Senjata dan
Mesin (PSM). Peristiwa ini kemudian dijadikan sebagai hari lahirnya Pabrik
Senjata dan Mesin (PSM).
Pada tahun 1958 Pabrik Senjata dan Mesin diubah namanya menjadi
PabrikAlat Peralatan Angkatan Darat (PABAL – AD). Dalam produksinya tidak
hanya memproduksi senjata tetapi juga memproduksi kebutuhan lainnya untuk
Angkatan Darat. Dengan adanya perkembangan dalam bidang produksi pokok
yang disesuaikan dengan prinsip – prinsip pengolahan industri mutakhir, maka
tahun 1962 PABAL – AD diubah menjadi Perindustrian TNI Angkatan Darat
(PINDAD). Secara keseluruhan PINDAD baru beroperasi penuh pada tahun 1968.
Pada tanggal 29 April 1983 PINDAD beralih menjadi Badan Usaha Milik Negara

4
(BUMN) dengan nama PT.PINDAD (Persero) dimana PINDAD adalah nama,
bukan singkatan.
Tahun 1989 Pemerintah membentuk Badan Pengelola Industri Strategis
(BPIS) dan PT.PINDAD dibawah pembinaannya atau menjadi BUMN Industri
strategis. Tahun 1998 BPIS dibubarkan oleh Pemerintah dan pada tahun yang
sama pemerintah mendirikan BUMN dengan nama PT.Prakarya Industri Strategis,
dimana PT.PINDAD menjadi anak perusahaan PT.Prakarya Industri Strategis.
Pada tahun 1999 PT.Prakarya Industri Strategis berganti nama menjadi
PTBahana Prakarnya Industri Strategis (Persero). Pada tahun 2002, PT.BPIS
(Persero) dibubarkan oleh Pemerintah, dan sejak saat itu PT.PINDAD beralih
status menjadi PT.PINDAD (Persero) yang langsung dibawah pembinaan
Kementrian BUMN hingga sekarang.
Sesuai dengan surat keputusan Menhankam nomor : 12/M/IV/1984 tentang
alih usaha PINDAD menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka sejak
tanggal 19 April 1983 PINDAD beralih status menjadi Perseroan Terbatas.
Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia nomor : 114/M/1983 tanggal
23 Mei 1983, maka diangkatlah Menteri Negara Riset dan Teknologi Menristek
selaku Direktur Utama PT.PINDAD (Persero).
Dalam aktivitas perusahaan PINDAD sejak menjadi BUMN, PT.PINDAD
(Persero) mempunyai fungsi ganda sebagai penunjang HANKAMNAS dalam hal
pengembangan industri Kemiliteran dan juga sebagai penyelenggara komersil
dalam arti kata seluas – luanya. Contoh bidang produksi komersialnya adalah
generator, mesin perkakas, air brake, produk cor, produk tempa, pengait rel, mesin
derek kapal, peralatan mesin, motor elektrik, dan pemutus arus.
Dalam rangka mengemban tugas dan misi perusahaan, filsafah yang
mendasari untuk perkembangan perusahaan adalah “Dalam keadaan damai akan
diwujudkan komposisi turn over produk komersial lebih besar dari produk
militer”, dengan maksud bahwa laba dari penjualan produk komersial dapat untuk
mendukung biaya investasi, litbang, overhead. Sehingga pengembangan produk
militer tetap dapat dilaksanakan, sedangkan dalam keadaan perang komposisi
tersebut dengan kebutuhan

5
1.2. Profil Perusahaan
PT. PINDAD (Persereo) adalah sebuah perusahhan industri dan manufaktur
yang bergerak dalam pembuatan produk militer dan komersial di Indonesia. Saat
ini, proses produksi PT. PINDAD (Persero) dilaksanakan di 2 (dua) tempat yaitu
Malang dan Bandung. PT. PINDAD (Persero) memfokuskan produksi pada Divisi
Amunisi di Turen, Malang. Sedangkan di Bandung, PT. PINDAD (Persero)
memfokuskan pada Divisi Alat Berat, Senjata, Tempa Cor, dan Kendaraan
Khusus.
1.2.1. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi Perusahaan
Menjadi produsen peralatan pertahanan dan keamanan terkemuka di Asia
pada tahun 2023, melalui upaya inovasi produk dan kemitraan strategik.
b. Misi Perusahaan
Melaksanakan usaha terpadu di bidang peralatan pertahanan dan keamanan
serta peralatan industrial untuk mendukung pembangunan nasional dan
secara khusus untuk mendukung pertahanan dan keamanan Negara.
1.2.2. Tujuan dan Sasaran Perusahaan
a. Tujuan perusahaan
Mampu menyediakan kebutuhan Alat Utama Sistem Persenjataan secara
mandiri, untuk mendukung penyelenggaraan pertahanan dan keamanan
Negara Republik Indonesia.
b. Sasaran Perusahaan
Meningkatkan potensi perusahaan untuk mendapatkan peluang usaha yang
menjamin masa depan melalui sinergi internal dan eksternal.

6
1.2.3. Jajaran Direksi
Berikut merupakan jajaran direksi PT. PINDAD (Persero):
a. Ir.Abraham Mose,MM (DIREKTUR UTAMA)

Abraham Mose lahir di Gorontalo 55 tahun yang


lalu.Beliau menyelesaikan pendidikan sarjana di
jurusan Teknik Mesin, Universitas Hasanudin dan
magister manajemen di Universitas
Padjadjaran. Pada 1995, ia menjabat sebagai
General Manager untuk Sistem Pengendalian di
Len Industri. Kemudian dari 2000-2002, Abraham
Mose menjabat sebagai General Manager Signalling untuk bisnis transportasi
kereta api. Pada 2002 hingga 2007, Abraham Mose menjadi General Manager
Perhubungan dan pada 2007 menjadi Direktur Pemasaran. Sampai pada
akhirnya di Agustus 2012, Abraham Mose dilantik menjadi Direktur Utama
Len.
Abraham Mose diangkat menjadi Direktur Utama PT Pindad (Persero) lewat
Surat Keputusan Menteri BUMN nomor : SK-169 / MBU / 08/2016.
b. Widjajanto, MA (DIREKTUR BISNIS PRODUKSI PERTAHANAN
KEAMANAN)
Widjajanto menyelesaikan program sarjana dengan bidang
studi Ilmu Politik di Universitas Airlangga pada tahun
1991 dan program master dalam bidang Ilmu Komunikasi
dari University of Westminster, Inggris pada tahun 1999.
Sebelum bergabung dengan PT Pindad (Persero), Beliau
sempat berkarir sebagai jurnalis di Tempo selama 9 tahun,
kemudian dipercaya untuk memegang beberapa jabatan
seperti Head of Communication Sampoerna Indonesia, Head of
Communication Indika Group, Communication Director Badan Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Aceh-Nias, Corporate Secretary Medco Group, dan Chief
Executive Officer Liga Primer Indonesia. Beliau memulai karir di PT Pindad
(Persero) pada tahun 2014 dan memegang beberapa jabatan seperti Kepala
7
Divisi Manajemen Perubahan dan Kepala Divisi Pemasaran dan
Pengembangan Bisnis, sebelum akhirnya ditunjuk Kementerian BUMN untuk
mengisi salah satu posisi Direktur.

Widjadjanto diangkat menjadi Direktur PT Pindad (Persero) lewat Surat


Keputusan Menteri BUMN nomor : SK-238/MBU/11/2015 tanggal 25
November 2015.

c. Heru Puryanto, Dilp.-Ing.,MM (DIREKTUR BISNIS PRODUK


INDUSTRIAL)

Heru Puryanto lahir di Turen, 9 April 1971. Setelah


menyelesaikan program S-1 di Georg-Simon-Ohm
Jerman, Heru melanjutkan studi program Magister
di STT Telkom (Telkom University). Sebelum
menjadi Direksi, Heru menjabat sebagai VP
Teknologi & Pengembangan di PT Pindad
(Persero).

Pengangkatan Heru menjadi Direktur Bisnis


Produk Industrial berdasarkan SK-
29/MBU/01/2018 tanggal 22 Januari 2018. Salinan Surat Keputusan Menteri
diserahkan oleh Deputi Bidang Infrastruktur Bisnis Kementerian BUMN,
Hambra.

d. Achmad Sudarto, SE, MM, Ak (DIREKTUR KEUANGAN DAN


ADMINISTRASI)

Achmad Sudarto lahir di Brebes 51 tahun lalu.


Beliau menyelesaikan pendidikan Sarjana dan
Magister di Universitas Sriwijaya palembang.
Sebelum berkarir di PT Pindad (Persero), beliau
menempati beberapa jabatan seperti Manajer
Akuntansi, Senior Manajer Perbendaharaan dan
pendanaan, Corporate Secretary dan Direktur

8
Keuangan di PT Bukit Asam (Persero).

Achmad Sudarto diangkat menjadi Direktur Keuangan PT Pindad (Persero)


lewat Surat Keputusan Menteri BUMN nomor : SK-87/MBU/05/2017 tanggal
3 Mei 2017.

e. Dr. Ir. Ade Bagja, M.M.E. (DIREKTUR TEKNOLOGI DAN


PENGEMBANGAN)
Ade Bagdja menyelesaikan pendidikan sarjana di
Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Mesin
pada tahun 1990 dan melanjutkan program magister
dan doktoral di jurusan Mechanical Production
Engineering di Universitas Leuven Belgia pada tahun
1996 and 2001. Sebelum menduduki jabatannya
sekarang, Ade Bagdja pernah menduduki beberapa
jabatan seperti Deputi Direktur Penelitian dan
Pengembangan, Kepala Divisi Senjata, dan Direktur Sistem Senjata.

1.2.4. Budaya Perusahaan


Budaya yang dianut oleh PT.PINDAD (Persero) adalah JBUS.
Berikut merupakan penjelasan dari masing masing karakter budaya tersebut:

a. Jujur
 Jujur dalam sikap, kata, dan tindakan.
 Bebas dari kepentingan (vested interest).
 Menjaga integritas di setiap aspek.
b. Belajar
 Belajar tanpa henti, mengajari tanpa henti.
 Terus mengembangkan diri.
 Melakukan perbaikan berkelanjutan.
c. Unggul
 Menjaga keunggulan mutu, harga, waktu.
 Berdaya saing tinggi.
 Mampu menjadi pemain global.

9
d. Selamat
 Menjunjung tinggi aspek keselamatan dan kesehatan kerja dan
menjaga Lingkungan Hidup.
 Menaati hukum dan perundang- undangan.
 Menjalankan prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Gambar Budaya PT. PINDAD ( Persero )

1.2.5. Logo Perusahaan


Logo PT.PINDAD (persero) adalah lambang perusahaan
berupa senjata cakra dengan bintang bersudut lima dan bertilisan
pindadLogo PT.PINDAD (Persero) meliliki makna sebagai berikut:

Gambar Logo PT. PINDAD (Persero)

a. Cakra, adalah senjata pamungkas kresna


b. Keampuhannya memiliki kemampuan untuk menghancurkan ataupun
sebaliknya menetralkan bahaya senjata yang datang mengancamnya,
dengan demikian dapat memiliki potensial untuk mendukung perang
ataupun menciptakan kedamaan.

c. Bintang bersudut lima

10
Melambangkan bahwa gerak dan laju PT.PINDAD )Persero) berlandaskan,
pancasila, falsafah, dasar atau ideologi bangsa dan Negara Indonesia di
dalam ikut serta mewujudkan terciptnya masyarakat yang adil dan makmur.
d. Pisau Frais
Melambangkan industri dengan empat buah lambang Spi dan delapan buah
pisau (cakra). Empat buah lambang Spi melambangkan kemampuan
teknologi untuk mengelolah, meniru, merubah, dan mencitakan suatu bahan
atau produk. Sedangkan, delapan buah pisau cakra melambangkan
kemampuan untuk memproduksi sarana militer, pertahanan dan keamanan
(hankam) dan sarana sipil atau komersial dalam rangka ikut serta
mendukung terciptanya ketahana nasional bangsa Indonesia yang bertumpu
pada 8 aspek.
e. Batang dan ekor
Melambangkan pengendalian gerak dan laju PT. PINDAD (Persero) secara
berdaya dan berhasil guna. Empat helai siri ekor melambangkan keserasian
gerak antara unsur-unsur yaitu manusisa, modal, metoda, dan pemasaran.

1.2.6. Struktur organisasi dan Jajaran Direksi


Struktur organisasi PT. PINDAD (Persero) merupakan suatu bentuk garis
dan staf yang mempunyai pimpinan tertinggi seorang direktur utama, dalam hal
ini direktur utama memberikan dan melimpahkan wewenang secara vertical
kepada bawahannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Struktur organisasi PT. PINDAD (Persero) adalah sebagai berikut ini :

Untuk meningkatkan daya saingnya, PT. PINDAD(Persero)


mengembangkan desain organisasi yang fleksibel dan densentralis sehingga
meningkatkan divisi-divisi untuk dapat lebih gesit dalam menjalankan usahanya.
Secara umum kepengurusan PT.PINDAD (Persero) adalah:

Direktur Utama yang membawahi:

a. Sekretaris perusahaan
b. Kepala satuan pengawasan intern
c. Kepala divisi integrated supply chain
d. Ahli utama
11
e. Direktur keuangan
 Kepala divisi perencanaan dan kinerja perusahaan
 Kepala divisi akutansi dam keuangan
 Kepala divisi aset dan manajement resiko
 Kepala divisi teknologi informasi
 Ahli utama.
f. Direktur komersial
 Kepala divisi penjualan
 Kepala divisi layanan purna jual
 Ahli utama
g. Direktur operasi
 Kepala divisi senjata
 Kepala divisi munisi
 Kepala divisi kendaraan khusus
 Kepala divisi tenpa dan cor
 Kepala divisi mesin industrial
 Kepala divisi bahan peledak komersial
 Kepala divisi quality assurance
 Ahli utama
h. Direktur teknologi dan pengembangan
 Kepala divisi pengebangan produk dan proses
 Kepala divisi pengembangan bisnis
 Ahli utama
i. Deputi human capital dan general affair
 Kepala divisi human capital dan pengembangan organisasi
 Kepala divisi pengamanan dan K3LH
 Kepala divisi legal dan GCG (pindad,2015)

1.2.7. Produk Unggulan PT. PINDAD (Persero)


PT.PINDAD (Persero) menjadi salah satu BUMN yang memiliki bisnis di
industri Pertahanan. Berbagai produk pendukung militer seperti senjata, munisi,
12
hingga kendaraan tempur menjadi ahlinya. Ada beberapa produk PT.PINDAD
yang sudah banyak digunakan, baik militer dalam ataupun luar negri. Beberapa
produk unggulan PT.PINDAD (Persero) tersebut adalah:

1.2.7.1. Produk Kendaraan Unggukan PT. PINDAD (Persero)


Adapun produk kendaran unggulan di PT.PINDAD (Persero) sebagai
berikut :
a. Rantis Komodo
Sejak takun 2010, PT.PINDAD (Persero) telah mengembangkan mobil
tempur versi ringan yang bernama Komodo. Desain dan konsep komodo,
mengacu pada mobil perang ringan jenis Humvee buatan Amerika Serikat
dan Sherpa buatan Prancis. Pada tahun 2012, mobil tempur versi ringan ini
mulai diperkenalkan kepada publik. Dibandrol dengan harga Rp. 2 miliar
hingga Rp. 3 miliar, mobil perang ini telah diproduksi 5 unit dan digunakan
oleh kesatuan Kopassus dan Brimob. Salah satu variannya adalah Battering
Ram atau varian pendobrak. Jenis ini, digunakan untuk pertemputan khusus
oleh kopassus ini, mampu menabtak beton hingga ketebalan 30 cm dan
dikendarai saat gelap karena dilengkapi dengan peralatan elektronik dan
komunikasi super canggih , serta menggunakan sistem kamera Night vision.
Varian komodo 4x4 antara lain : APC, command, Recon, Ambulance,
Buttering Ram, Cannon Towing, dan Rocket laucher.

Gambar Rantis Komodo

b. Pancer Anoa
Anoa 6x6 merupakan pancer buatan PT.PINDAD yang telah diproduksi
hingga 200 unit. Kendaraan tempur yang di desain 6 varian ini, mengadopsi

13
panser VAB buatan Prancis. Kendaraan yang awalnya diragukan
kehandalannya ini, kini telah menjadi idola bagi militer di indonesia.
Bahkan militer negara tetangga, Malaysia dan Singapura mulai melirik
panser buatan PT.PINDAD(Persero) di bandung. Dibandrol mulai harga
Rp.8 miliat per unit, Anoa telah dirancang sebanyak 7 varian ambukance,
angkutan personal (APC), komando, logistik BBM, logistik munisi, mortir
80 carrier.

Gambar Panser Anoa

c. Police Water Cannon


PT.PINDAD (Persero) juga relah memproduksi mobil perang tipe Water
Cannon. Dengan konsep mobil menyemprot air untuk tujuan menangani
kerusuhan atau huru-hara. PT.PINDAD (Persero) merancang kendaraan ini
untuk di pergunakan oleh kesatuan kepolisisan. Mobil yang diawaki oleh 4
orang ini bisa menembakan air sejauh 70 meter. Dilengkapi dengan kamera
khusus, kendaraan buatan PT.PINDAD ini mampu menembakan gas air
mata dan busa anti api (bom molotov).
d. Tank Tempur
Meskipun belum diluncurkan secara resmi, PT. PINDAD (Persero) telah
mampu menghasilkan Prototype tank varian ringan. Mengacu pada tank
jenis scorpion, PT. PINDAD (Persero) siap memproduksi panser roda
rantai ini. Pindad juga sudah merancang tank tipe medium. Tank ini,
mengadopsi pada tank Marder buatan Jerman. Maupun hanya kan membuat
tank tipe ringan dan medium , PT. PINDAD mampu melengkapi panser
miliknya dengan meriam untuk tank tipe berat.

14
1.2.7.2. Produk Senjata Unggulan PT. PINDAD (Persero)

PT PINDAD (Persero) telah mampu memproduksi produk militer


kelas dunia. Mengadopsi teknologi dan ilmu dari eropa dan NATO, PT
PINDAD (Persero) telah memproduksi puluhan senapan tipe ringan hingga
berat. Bahkan pindad memiliki kemampuan memproduksi hingga 40.000
senjata berbagai tipe per tahunnya. Dari senjata yang di produksi,
setidaknya ada beberapa senjata yang menjadi andalan pindad , seperti
berikut ini:

a. Senapan Serbu SS1


SS1 merupakan senapan serbu yang mengadopsi dan mengikuti lisensi
senapan FN FNC dari perusahaan senjata Fabrique Nationale, Belgia.
Senapan ini telah diproduksi dari tahun 1988 ini telah banyak digunak oleh
polri dan TNI. Bahkan telah di perjual belikan ke berbagai mancan negara.
Dengan 150 komponen dan mengadopsi teknologi dari belgia.senjata ini
terdiri dari 6 varian, antara lain adalah : SS1-V1, SS1-V2, SS1-V4, SS1-
V5, SS1-M1, SS1-RM.

Gambar Senapan Serbu SS1


b. Senapan Serbu SS2
Senapan ini telah banyak di produksi dan di jual ke berbagai mancan
negara. Senjata ini mampu bersain dengan AK47 uatan Rusia,dan M16 buatan
Amerika Serikat. Senjata ini di jual dengan harga Rp. 8 juta per unitnya. Senjata
ini di bagi menjadi 4 varian : SS2-V1, SS2-V2, SS2-V4, SS2-V5.

15
Gambar Senapan Serbu SS2
c. Senapan Sniper
Senjata ini telah banyak di gunakan oleh pasukan kushus kopassus,
senapan sniper tipe SPR-2 ini mampu menembak dengan jarak 2 km. Khusus
senapan sniper tipe SPR-2 dan SPR3 ini telah digunak oleh kesatuan elit TNI
seperti kopassus.

Gambar senapan sniper


d. Amunisi 5,56mm
Amunisi menjadi produk PT. PINDAD yang terlaris.terbukti sudah ratusan
juta yang diproduksi PT.PINDAD (Persero). Munisi ini telah banyak di produksi
untuk memenuhi kebutuhan TNI sendiri dan untuk di juak ke berbagai mancan
negara , sedang kan untuk TNI PT. PINDAD (Persero) memproduksi 600 juta
peluru setiap tahunnya. Munisi ini di produksi dengan berbagai tipe tetapi lebih
banyak di produksi untuk kaliber 5,56 mm.

Gambar Munisi 5,56

16
1.2.8. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)adalah bidan yang terkait dengan


kesehatan, keselamata, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi
maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja,
konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan
kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finensial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.
Praktik K3 meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga
menyembuhkan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan
kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik
keselamatan, teknik industri, teknik kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi
dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.

Pelaksanaan K3 tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah, tetapi


juga merupakan tanggung jawab semua pihak, khusus nya pelaku industri. Tujuan
dalam menerapkan K3 itu sendiri sebenarnya adlah meningkatkan kesadaran dan
ketaatan pemenuhaan terhadap norma K3, meningkatkan partisipasi semua pihak
untuk optimalisasi pelaksanaan budaya K3 disetiap kegiatan usaha dan
terwujutnya K3 masyarakat indonesia.

1.2.8.1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pekerjaan – pekerjaan teknik pembangunan banyak berhubungan dengan


alat, baik yang sederhana sampai yang rumit, dari yang ringan sampai alat-alat
berat sekalipun. Sejak revolusi industri sampai sekarang, pemakaian alat-alat
bermesin sangat banyak digunakan.

Pada setiap kegiatan kerja, selalu saja ada kemungkinan kecelakaan.


Kecelakaan selalu dapat terjadi karena berbagai sebab, berperan sangat penting
dalam pelaksanaan sistem manajemen eselamatan dan kesehatan kerja karena
17
adanya fasilitas yang maka pelaksanaan aktivitas pekerjaan berjalan dengan baik
begitu pula sebaliknya.

Yang dimaksud dengan kecelakaan adalah kejadian yang merugikan


yang tidak terduga dan tidak diharapkan dan tidak ada unsur kesengajaan.
Kecelakaan kerja dimaksudkan sebagai kecelakaan yang terjadi ditempat kerja
yang diderita oleh pekerja atau alat-alat kerja dalam suatu hubungan kerja.

1.2.8.2. Penyebab Kecelakaan Kerja


a. Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe
human acts).
b. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition)Walaupun
manusia telah berhati-hati, namun apabila lingkungannya tidak menunjang
atau tidak aman, maka kecelakaan dapat pula terjadi. Begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itulah diperlukan pedoman bagaimana bekerja yang
memenuhi prinsip-prinsip keselamatan.
1.2.8.3. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk menjamin
keadaan, keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja (baik jasmani maupun rohani),
beserta hasil karya dan alat alat kerjanya ditempat kerja. Usaha-usaha tersebut
harus dilaksanakan ke semua unsur yang terlibat dalam prses kerja tanpa
memandang kalangan.
Adapun sasaran keselamatan kerja secara terperinci adalah :
a. Mencegah terjadinya kecelakaan ditempat kerja.
b. Mencegah timbulnya penyakit akibat kerja.
c. Mencegah atau mengurangi kematian akibat kerja.
d. Mencegah atau mengurangi cacat akibat kerja.
e. Mengamankan material, kontruksi, pemeliharaan bangunan-bangunan, alat-
alat kerja, mesin, dan instalasi yang ada.
f. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja.
g. Menjamin tempat kerja yang aman dan sehat untuk melaksanakan
pekerjaan.
h. Melancarkan, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri serta
pembangunan.
18
1.2.8.4. Keselamatan Kerja di Area Produksi
Keselamatan kerja di area produksi, khusus nya di area produksi Divisi
Alat Berat PT. PINDAD (Persero) ditunjang dengan alat pelindung diri atau APD
yang lengkap untuk mencegah nya adanya kecelakaan yang merugikan
perusahaan dan tenaga kerja itu sendiri , dengan alat-alat APD sebagai berikut:

1. Wearpack
2. Sarung tangan
3. Safety Helmet
4. Safety Shoes
5. Kacamata pelindung.
1.3. Laporan Kerja Harian

NO HARI URAIAN KEGIATAN


TANGGAL
1 Selasa Melakukan registrasi di PT.PINDAD (PERSERO)
2 Januari 2018
2 Rabu Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
3 Januari 2018 Isolating Cock bubut 3 pada mesin bubut
3 Kamis Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
4 Januari 2018 Isolating Cock bubut 3 pada mesin bubut
4 Jumat Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
5 Januari 2018 Isolating Cock bubut 3 pada mesin bubut
5 Senin Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
8 Januari 2018 Isolating Cock bubut 3 pada mesin bubut
6 Selasa Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
9 Januari 2018 Isolating Cock bubut 3 pada mesin bubut
7 Rabu Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
10 Januari 2018 Isolating Cock bubut 3 pada mesin bubut
8 Kamis Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
11 Januari 2018 Isolating Cock bubut 3 pada mesin bubut
9 Jumat Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
12 Januari 2018 Isolating Cock bubut 3 pada mesin bubut
10 Senin Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
15 Januari 2018 Isolating Cock bubut 5 pada mesin bubut
11 Selasa Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
16 Januari 2018 Isolating Cock bubut 5 pada mesin bubut
12 Rabu Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
17 Januari 2018 Isolating Cock bubut 5 pada mesin bubut
19
13 Kamis Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
18 Januari 2018 Isolating Cock bubut 5 pada mesin bubut
14 Jumat Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
19 Januari 2018 Isolating Cock bubut 5 pada mesin bubut
15 Senin Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
22 Januari 2018 Isolating Cock bubut 5 pada mesin bubut
16 Selasa Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
23 Januari 2018 Isolating Cock bubut 5 pada mesin bubut

17 Rabu Membantu operator dalam mengerjakan benda


24 Januari 2018 kerja Isolating Cock bubut 5 pada mesin bubut
18 Kamis Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
25 Januari 2018 Isolating Cock bubut 5 pada mesin bubut
19 Jumat Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
26 Januari 2018 Isolating Cock bubut 5 pada mesin bubut
20 Senin Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
29 Januari2018 Isolating Cock bubut 5 pada mesin bubut
21 Selasa Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
30 Januari 2018 Isolating Cock tahap 6 pada mesin bor
22 Rabu Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
31 Januari 2018 Isolating Cock tahap 6 pada mesin bor
23 Kamis Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
1 Februari 2018 Isolating Cock tahap 6 pada mesin bor
24 Jumat Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
2 Februari 2018 Isolating Cock tahap 6 pada mesin bor
25 Senin Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
5 Februari 2018 Isolating Cock tahap 6 pada mesin bor
26 Selasa Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
6 Februari 2018 Isolating Cock tahap 6 pada mesin bor
17 Rabu Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
7 Februari 2018 Isolating Cock tahap 6 pada mesin bor
28 Kamis Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
8 Februari 2018 Isolating Cock tahap 6 pada mesin bor

29 Jumat Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja


9 Februari 2018 Cover Insert bubut 1 pada mesin bubut
30 Senin Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
12 Februari 2018 Cover Insert bubut 1 pada mesin bubut
31 Selasa Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
13 Februari 2018 Cover Insert bubut 1 pada mesin bubut

20
32 Rabu Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
14 Februari 2018 Cover Insert bubut 1 pada mesin bubut
33 Kamis Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
15 Februari 2018 Cover Insert bubut 1 pada mesin bubut
34 Senin Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
19 Februari 2018 Cover Insert bubut 1 pada mesin bubut
35 Selasa Membantu operator dalam mengerjakan benda kerja
20 Februari 2018 Cover Insert bubut 1 pada mesin bubut
36 Rabu Mencari data untuk laporan
21 Februari 2018
37 Kamis Mencari data untuk laporan
22 Februari 2018
38 Jumat Mencari data untuk laporan
23 Februari 2018
39 Senin Mencari data untuk laporan
26 Februari 2018
40 Selasa Mengerjakan laporan
27 Februari 2018
41 Rabu Mengerjakan laporan
28 Februari 2018
Bandung, 1 Maret 2018
Pembimbing Perusahaan

AMBAR MARDIYOTO, ST

21
BAB III

LANDASAN TEORI DAN PROSES PEMESINAN RUMAH ISOLATING


COCK R AIR BRAKE

3.1 Sejarah Transportasi Kereta Api

Sebelum tahun 1800 alat angkut yang digunakan antara lain adalah tenaga
manusia, hewan ,dan tenaga dari alam lainnya. Pada massa itu barang – barang
yang diangkut relatif kecil dan waktu yang ditempuh relatif lama. Namun setelah
antara tahun 1800 sampai dengan tahun 1860 transportasi mulai berkembang
dengan baik karena telah mulai dimanfaatkannya sumber tenaga mekanik seperti
kereta uap dan kereta api, yang dimana mulai banyak dipergunaan dalam dunia
perdagangan dan transportasi. Dan kurang lebih pada tahun kisaran 1860 sampai
dengan tahun 1920 mulai diketemukannya alat transportasi lainnya seperti
misalnya kendaraan bermotor dan pesawat terbang meskipun dengan banyak
keterbatasan dari teknologi yang ada pada saat itu, namun pada masa itu pula
angkutan kereta api dan jalan raya memegang peranan penting dalam
pengangkutan secara masal antar daerah pada suatu wilayah. Kereta api mulai
diperkenalkan di indonesia, pada massa penjajahan belanda ,oleh perusahaan
swasta yang mempunyai singkatan NV atau lebih dikenal dengan nama
Nederlandsch Indische Spoorweg Mij (NISM), berdiri kisaran tahun 1864. Proyek
pertama yang di buat adalah jalur kereta api pertama dibangun pada 17 juni 1864.
Yakni jalur Kemijen – tanggung, Kabupaten Semarang saat ini, jalur yang dibuat
kurang lebih sepanjang 26 km. Diresmikan oleh jendral L.A.J Baron Sloet Van
Den Beele. Kemudian tanggal 18 februari 1870, NISM menbangun jalun umum
semarang – solo – jokjakarta. Dan tanggal 10 April 1869 pemerintah Hindia
Belanda mendirikan Staats Spoorwengen atau yang lebih dikenal dengan
singkatan (SS) yang membangun jalur lintasan Batavia-Bogor. Kemudian pada
tanggal 16 mei 1978, perusahaan negara luar ini membuka jalur Surabaya-
Pasuruan_malang, pada tanggal 20 juli 1979 membuka jalur Bangil-Malang.
Pembangunan terrus dilakukan hingga seluruh kota-kota besar yang ada di pulau
jawa terhubung dengan satu jalur kereta api.

22
Di luar jawa, 12 November 1876, SS juga membangun jalur Ulele-
kutaraja(Aceh). Selanjutnya lintasan PaluAer-padang (sumatra barat) pada juli
1891, lintasan Telukbetung-Prabumulih (Sumatra selatan) tahun 1912 dan 1 juli
1923 membangun jalur makasar- Takalar (sulawesi). Di sumatra utara, NV. Deli
Spoorweg Mij juga membangun jalur lintasan Labuhan-Medan pada tanggal 25
juli 1886. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda selain SS ada 11 perusahaan
kereta api yang beroperasi dan 1 berada di pulau sumatra.

Gambar 3.1 kereta api

3.2 Pengertian Umum Transportasi

Mobilitas manusia sudah dimulai sejak zaman dahulu kala, kegiatan


tersebut dilakukan dengan berbagai tujuan antara lain untuk mencari makan,
mencari tempat tinggal yang lebih baik, mengungsi dari serbuan kelompok lain
dan berbagai macam tujuan lainnya. Dalam melakukan mobilitas tersebut sering
membawa barang – barang atau pun tidak membawa apa apa. oleh karena itulah
diperlukan alat transportasi menurut Abbas salim (1993:5). Transportasi adalah
sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu baik manusia atau benda dari
suatu tempat ke tempat yang lain, dengan ataupun tanpa menggunakan alat bantu.
Alat bantu tersebut berupa tenaga manusia, binatang, alam ataupun benda lain
dengan menggunakan mesin ataupun tidak menggunakan mesin.

23
3.3 Pengertian Rem

Pengerian rem secara umum, adalah suatu sistem yang bekerja untuk
memperlambat atau menghentikan peputaran. Prinsip kerja sistem rem adalah
mengubah tenaga kinetik menjadi pans dengan cara menggesekkan dua buah
logam pada benda yang berputar sehingga putarannya akan melambat, dengan
demikian kendaraan menjadi pelan atau berhenti dikarenakan adanya kerja rem.

Sistem rem pada kendaraan merupakan suatu komponen penting sebagai


keamanan dalam berkendara, tidak berfungsinya rem dapat menimbulkan bahaya
dan keamanan kendaraan dapat terganggu. Oleh sebab itu komponen rem yang
bergesekan ini harus tahan terhadap gesekan (tidak mudah aus), tahan panas dan
tidak mudah berubah bentuk pada saat bekerja dalam suhu tinggi.

3.3.1 Fungsi Pengereman

Sistem pengereman mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Untuk memperlambat atau menghentikan gerakan roda kendaraan.

2. Mengatur kecepatan selama berkendara.

3. Untuk menahan kendaraan saat parkir dan berhenti pada jalan yang

menurun atau menanjak.

3.3.2 Jenis Rem

Pada umumnya rem dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Rem Cakram ( Disk Brake)

Dengan prinsip kerjanya adalah sepasang pad yang tidak berputar


menjepit rotor piringan yang berputar menggunakan tekanan hidrolis,
menyebabkan terjadinya gesekan yang dapat memperlambat atau
menghentikan kendaraan.

24
2. Rem Tromol ( Drum Brake)

Bekerja dengan sepasang sepatu yang menahan bagian dalam dari


tromol yang berputar bersama-sama dengan roda, baik secara hidrolis
maupun mekanis.

3.4 Sistem Pengereman Udara Tekan Pada Kereta Api ( Air Brake
System)

Sistem pengereman juga berkembang semenjak di ciptakan pertama


kalinya. Ada beberapa sistem pengereman yang digunakan dalam kereta api,
namun yang akan di bahas adalah sistem pengereman udara .

Air Brake merupakan sistem pengereman yang memanfaatkan udara tekan


atau udara terkompresi untuk menggerakan kampas rem. Prinsip pengereman air
brake in adalah memanfaatkan gaya tekan udara. Kereta api yang sedang melaju
memiliki bentuk energi kinetik, agar kereta api dapat berhenti maka energi kinetik
tersebut harus dihilangkan melalui mekanisme pengereman ( konversi energi
kinetik menjadi energi panas melalui gesekan).

Sistem pengereman kereta api menggunakan sistem sistem pengereman


udara bertekanan (compressed air brake), pada mana udara dari atmosfer
dimampatkan dengan menggunakan kompresor. Udara digunakan untuk
menggerakan blok rem sehingga berkontak dengan roda kereta api.

Gambar 3. 1 Diagram pengereman

25
3.4.1 Komponen Air Brake

Pada air brake terdapat beberapa komponen yaitu:

1. Kompresor Udara

Merupakan komponen yang memampatkan atau mengkompresikan


udara biasa menjadi udara bertekanan. Udara pada tekanan normal akan
dipompa dan dimampatkan hingga tekanannya naik sekitar 5 bar atau 10
bar, tergantung sistem pengereman yang digunakan.

Kompresor udara ini digerakan oleh motor listrik, Sistem Hidrostatik


atau di kopel langsung dengan mesin diesel. Di indonesia aplikasi
kompresor yang digerakan oleh motor listrik dapat dijumpai di KRDI,
KRDE maupun KRL, sedangkan kompresor dengan penggerak sistem
Hidrostatik ada pada lokomotif CC300 sedangkan kompresor yang dikopel
langsung dengan lokomotif banyak dijumpai di loko seri CC20x.

Pada proses pemampatan udara juga melalui proses pengeringan


menggunakan suatu air dryer yang berguna agar mengurangi uap air yang
muncul selama proses pemampatan sehingga dihasilkan udara bertekanan
yang bebas atau sedikit mengandung uap air.

Gambar 3. 2 Kompresor Udara

2. Auxiliary Reservoir

Merupakan tabung / tanki penyimpana udara yang berfungsi untuk


mengisi silinder rem saat terjadinya proses pengereman. Tanki ini akan
diisi kembali dari pipa pengereman saat rem dalam kondisi rilis. Karena
tangki ini butuh diisi kembali maka apabila kereta dibiarkan dalam kondisi

26
pengereman dalam jangka waktu yang panjang , seperti kereta OFF /
parkir, maka silinder rem akan kehilangan tekanan dan sepatu rem akan
merenggang sehingga tidak terjadi pengereman lagi. Oleh karena itu pada
kereta api selalu dilengkapi dengan rem parkir baik itu menggunakan
silinder terpisah atau dengan prinsip yang berkebalikan dengan silinder
rem atau rem tangan manual yang dipasang pada ujung kereta.

Gambar 3. 3 Auxiliary Reservoir

3. Brake Cylinder
Merupakan komponen yang mendorong sepatu rem untuk menekan
roda atau cakram pengereman/disk brake sehingga terjadi pengereman.
Silinder pengereman pada dasarnya merupakan suatu silinder udara
dengan tipe single acting spring return air. Sepatu rem akan terdorong oleh
udara bertekanan yang masuk ke dalam silinder yang berasal dari tanki
auxiliary reservoir. Sementara itu untuk silinder rem parkir merupakan
silinder udara dengan tipe single acting spring extend air yang bekerja
dengan sistem sebaliknya, yaitu sepatu rem akan terdorong jika tidak ada
udara bertekanan yang masuk.

27
4. Distributor Valve

Berfungsi untuk mengatur disribusi udara ke air reservoir dan brake


cylinder secara otomatis untuk proses pengereman (braking) dan pelepasan
(release)

 Distributor Valve Tipe KE2cSL / A (gerbong barang) mempunyai 2


tekanan pengereman.
 Tekanan maksimum = 3,8 bar ( gerbong kondisi berisi)
 Tekanan minimum = 2,6 bar (gerbong kondisi kosong)
 Distributo Valve Tipe KE1cSL/A (gerbong penumpang) mempunyai 1
tekanan pengereman yaitu:
 Tekanan maksimum = 3,8 bar

Gambar 3. 4 Didtributor Valve

5. Bracket

Berfungsi mengalirkan udara bertekanan dari pipa utama.

6. Slack Adjuster

Berfungsi untuk mendorong blok rem ke roda sehingga terjadi


pengereman. Slack adjuster juga bekerja untuk mengatur jarak
kerenggangan antara blok rem dengan roda secara otomatis.

28
7. Brake Coupling

Berfungsi sebagai alat unuk mengalirkan udara dari satu gerbong ke


gerbong yang lain.

8. Isolating Cock

Berfungsi membuka atau menutup saluran udara pada pipa utama


pada gerbong.

9. Flow Throttle

Didesign untuk air brake system KE – G – 12” (gerbong barang).


Flow throttle berfungsi untuk menghindari tekanan kejut saat terjadi
perpindahan dari beban kosong ke isi karena ada triger dari Operating
Valve.

10. Operating Valve

Operating valve didesign untuk air brake system KE – G – 12 “


(gerbong barang). Operating valve berfungsi untuk memberikan signal ke
distributor valve untuk merubah tekanan (misal : 2,6 bar ke 3,8 bar ) pada
saat terjadi perubahan beban dari kosong ke isi atau sebaliknya.

Gambar 3. 5 Operating Valve

29
3.5 Mekanisme Pengereman

Pengereman pada kereta api bertujuan untuk memperlambat atau


menghentikan laju kereta api sesuai dengan fungsinya sebagai sistem transportasi.
Untuk menjalankan fungsi tersebut maka diperlukan mekanisme pengereman
yang handal yang terdiri dari atas beberapa komponen rakitan yang memiliki
spesifikasi, fungsi, dan cara kerjanya masing masing.

Mekanisme pengereman pada kereta api ada empat pilihan operasi pada
sistem pengereman udara tekan di kereta api (pemilihan operasi melalui
pengubahan posisi tuas pada driver’s brake valve.

1. Mekanisme pengoperasian ‘release’

Tekanan udara pada brake pipe meningkat sehingga udara mengalir ke


triple valve dan menggeser slide valve ke kiri, mengakibatkan terbukanya
feed groove sehingga udara mengalir ke auxiliary reservoir sampai tekanan
antara brake pipe dan auxiliary reservoir sama. Di lain sisi, tekanan udara
pada brake cylinder berkurang akibat dari terbukanya katup exhaust
sehingga udara keluar ke atmosfer. Seirirng dengan pengurangan tekanan
di brake cylinder, blok rem terlepas kontak dengan roda

Gambar 3. 6 Release

30
2. Mekanisme pengereman ‘ application ‘

Pengurangan tekanan udara pada brake pipe akan mengakibatkan slide


valve bergeser kekanan dan menutup feed groove dan akses dari brake
cylinder ke exhaust. Akibatnya akses dari auxiliary reservoir ke brake
cylinder terbuka dan mengalirkan udara bertekanan sehingga piston
menekan pegas dan blok rem. Hal ini menyebabkan blok rem berkontak
dengan roda.

Gambar 3. 7 Application

3. Mekanisme pengoperasian ‘lap’

Posisi lap digunakan untuk mendapatkan tingkat pengereman yang


konstan setelah operasi application. Udara yang hendak keluar pada brake
pipe akibat pengoperasian application ditahan sehingga tekanan udara pada
auxiliary reservoir terus menurun akibat dari aliran udara ke brake
cylinder. Seiring dengan penurunan tekanan tersebut slide valve bergeser
menjadi di tengah tengah antara posisi operasi release dan application.
Posisi tersebut menutup aliran dari auxiliary reservoir ke cylinder brake
sehingga tekanan udara pada brake pipe auxilery reservoir dan cylinder
brake menjadi konstan

31
Gambar 3. 8 Lap

4. Proses pengoperasian ‘ emergency ‘

Mekanisme pengoperasian emergency menyerupai pengoperasian


operation hanya saja udara yang keluar pada brake pipe lebih cepat
sehingga penurunan tekanan udara pun menjadi lebih cepat.

3.6 Mesin Bubut

Mesin Bubut adalah mesin perkakas yang digunakan untuk memotong


benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda
kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian
dikenakan pada pahat yang digerakan secara translasi sejajar dengan sumbu putar
dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerakan potong relative
dan gerakan translasi dari pahat disebut gerakan umpan.

32
Gambar 3. 9 mesin bubut

Prinsip kerja pada Mesin bubut ialah dimana posisi spindle akan memutar
benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada poros
spindle. Melalui roda gigi penghubung putaran akan disampaikan ke roda gigi
poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros Ulir tersebut diubah menjadi gerak
translasi pada eretan yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan
terjadi sayatan yang berbentukulir.

Gambar 3. 10 Bagian mesin bubut

Pekerjaan- pekerjaan yang umum dikerjakan oleh mesin bubut antara lain :

1. Membubut Luar

2. Membubut Dalam

33
3. Membubut Tirus
4. Membubut Permukaan
5. Memotong
6. Membuat Ulir
7. Membuat Lubang Pada Senter

Gambar 3. 11 Proses Pembubutan

Operasi pada pembubutan ada beberapa macam, yaitu :

1. Pembubutan Memanjang

Pembubutan memanjang adalah gerakan pahat sejajar dengan sumbu


utama benda kerja.

Gambar 3. 12 Bubut Memanjang

2. Pembubutan Muka

Pembubutan muka adalah gerakan pahat tegak lurus terhadap sumbu


utama benda kerja yang pahatnya memotong bagian ujung benda kerja.

34
Gambar 3. 13 Bubut Muka

3. Pembubutan Tirus

Pembubutan tirus adalah gerakan pahat tegak lurus terhadap sumbu


utama benda kerja yang pahatnya memotong bagian ujung benda kerja

Gambar 3. 14 Bubut Tirus

4. Pembubutan Ulir

Pembubutan ulir adalah gerakan pahat yang memotong bagian sisi


benda kerja sehingga membentuk tirus

Gambar 3. 15 Bubut Ulir


35
5. Pemotongan Benda Kerja

Proses ini dilakukan untuk memotong benda kerja.

Gambar 3. 16 Pemotongan

6. Pembubutan Champer

Proses ini dilakukan untuk menghasilkan champer.

Gambar 3. 17 Champer

7. Pembuatan Lubang

Proses ini dilakukan untuk membuat lubang.

Gambar 3. 18 Bubut Lubang


36
8. Pengkartelan

Proses ini dilakukan untuk menghasilkan profil pada permukaan benda


kerja.

Gambar 3. 19 Perkartelan

9. Pelebaran Lubang

Proses ini dilakukan untuk melebarkan lubang yang telah ada pada
benda kerja.

Gambar 3. 20 Pelebaran Lubang

Terdapat beberapa Gerakan dalam membubut, yaitu diantaranya :

a. Berputar

Yaitu bentuk gerakan rotasi dari benda kerja yang digerakanpada pahat
dan dinamakan gerak potong.

37
b. Gerakan Memanjang

Yaitu bentuk gerakan apabila arah pemotonganna sejajar dengan sumbu


kerja. Gerakan ini disebut juga dengan gerakan pemakanan.

c. Gerakan Melintang

Yaitu bentuk gerakan apabila arah pemotongan tegak lurus terhadap


sumbu kerja. Gerakan ini disebut dengan gerakan melintang atau
pemotongan permukaan.

3.7 Jenis –jenis Mesin Bubut

Menurut jenis dan fungsinya, maka mesin bubt dapat dikelompokan


menjadi :

a. Instrument Lathe Engine (Mesin bubut Instrumen)

Mesin bubut jenis ini biasanya digunakan untuk membuat suatu


produk (benda kerja) yang kecil ukuran nya, tetapi dengan tingkat ke
presisian yang tinggi dan jumlah banyak (mass product).

b. Bench Engine Lathe (Mesin Bubut Meja)

Mesin bubut ini biasanya digunakan untuk membuat produk-produk


yang lebih besar dibandingkan dengan produk instrument lathe engine.
Mesin bubut jenis ini dapat ditempatkan di atas bangku/meja kerja atau
pun mesin yang mempunyai kaki terbuat dari baja profil dan pelat baja.

c. Standard Engine Lathe (Mesin Bubut Standar)

Mesin bubut jenis ini, selain dapat memproduksi benda kerja yang lebih
besar, juga lebih panjang.

d. Gap Lathe Head Engine (Mesin Bubut Celah)

Mesin bubut ini selain dapat mengerjakan benda-benda kerja yang


besar, juga dengan diameter yang relatif besa, sebab bagian alas dari mesin
ini, yakni yang berdekatan dengan kepala tetap, dapat dilepas -lepas dan

38
akan menghasil kan celah, untuk kemudian akan di tempati oleh benda
kerja berdiameter besar tersebut

e. Turret Lathe Engine (Mesin Bubut Turret)

Mesin bubut jenis ini mempunyai ekor putar tetap, dimana dapat di
pasangkan 6 (enam) alat potong, sesuai dengan yang dibutuh kan. Benda
kerja dijepit pada chuck (cekam ber rahang tiga), alat potongnya dapat di
setel sedemikian rupa sesuai dengan yang di inginkan, misalnya:

- facing : membubut muka

- turning : membubut rata

- cutting : memotong

- grooving : membuat alur

- drilling : mengebor (melubangi)

- reaming : menghaluskan lubang

f. Computer Numerically Control Lathe Engine - CNC Machine

Sebelum mesin di operasikan, lazim nya dibuatkan suatu program


(software) komputer yang sesuai bentuk benda kerja yang akan dibuat.
Program ini terdiri dari sederetan instruksi-instruksi yang di kodefikasi
dalam bentuk algoritma matematis, sehingga disebut: kendali
numerik.Dengan menyesuaikan kedudukan pahat terhadap benda kerja,
tebalnya penyayatan, panjang yang akan dibubut, diameter yang
diinginkan, dll, maka mesin jenis ini akan bekerja secara otomatis.

3.8 Geometri Pahat Bubut

Alat potong yang baik diperlukan adanya sudut beram, sudut bebas, dan
sudut sisi potong sesuai dengan ketentuan, semua ini disebut dengan isilah
geometri alat potong. Sesuai dengan bahan dan bentuk pisau, geometri alat potong
untuk penggunaan setiap jenis logam berbeda (Mujabirul Khoir, 2011). Susud-
sudut pahat HSS dibentuk dengan cara diasah menggunakan mesin gerinda pahat
(tool Grinder Machine). Sedangkan bila pahat tersebut adalah pahat sisipan
39
(insert) yang dipasang pada tempat pahatnya. Selain geometri pahat tersebut pahat
bubut bisa juga diidentifikasikan berdasarkan letak sisi potong ( cutting edge)
yaitu pahat kanan (Right-hand tools) dan pahat tangan kiri.

Berikut diuraikan besaran sudu potong dan sudut-sudut kebebasan pahat


bubut jenis HSS.

A. Pahat Bubut rata

Untuk proses pembubutan rata pada benda kerja dari bahan material
baja yang lunak, pahat bubut rata memiliki sudut potong dan sudut-sudut
kebebasan sebagai berikut: sudut potong total 80°, sudut potongsisi
samping 12°÷ 15°, sudut bebas tatal 12°÷ 20°, sudut bebas muka 8°÷ 10°
dan sudut bebas samping 10° ÷ 13°. Geometri pahat bubut rata kanan dan
pahat bubut rata kiri.

Gambar 3. 21 Geometri Pahat Bubut Rata

B. Pahat bubut muka

Untuk proses pembubutan muka pada benda kerja dari material baja
yang lunak, pahat bubut muka memiliki sudut potong dan sudut-sudut
kebebasan sebagai berikut : sudut potong 55°, sudut potong sisi samping
12°÷ 15°, sudut tatal 12°÷ 20°, sudut bebas muka 8°÷ 10° dan sudut bebas
samping 10° ÷ 13°.

40
Gambar 3. 22 Geometri Pahat Bubut Muka

C. Pahat Bubut Ulir Segitiga

Pembuatan ulir segitiga yang sering dilakukan pada mesin bubut yang
pada umumnya adalah jenis ulir metris (M) dan withwort (W). Jenis ulir
matris memiliki sudut puncak ulir sebesar 60 ° dan ulir withwort 55°.
Besarnya sudut pahat ulir harus disesuaikan dengan jenis ulir yang akan
dibuat dan sudut-sudut kebebasan potongnya harus dihitung sesuai dengan
kisar atau gangnya

Gambar 3. 23 Geometri Pahat Bubut Ulir Segitiga

D. Pahat Bubut Ulir Segi Empat

Seperti halnya paht bubut ulir segitiga, besaran sudut-sudut kebebasan


pahat bubut ulir segi empat tergantung dari kisar atau gangnya yang akan

41
dibuat. Lebar pahat untuk ulir yang tidak terlalu presisi penambahan
sebesar 0,5mm. Sedangkan untuk sudut-sudut kebebasan potong harus
dihitung sesuai dengan kisaran atau gangnya.

Gambar 3. 24 Geometri Pahat Bubut Ulir Segiempat

3.9 Perhitungan Pada Proses pembubutan

Tabel 3. 1 Kecepatan potong pahat berdasarkan bahan dan jenis pahat

Pahat HSS Pahat Karbida


Bahan
Halus Kasar Halus Kasar
Baja Perkakas 75 - 100 25-45 185-230 110-140
Baja Karbon 70 - 90 25-40 170-215 90-120
Baja Menengah 60 - 85 20-40 140-185 75-110
Besi Cor Kelabu 40 - 45 25-30 110-140 60-75
Kuningan 85 - 110 45-70 185-215 120-150
Alumunium 70 - 110 30-45 140-215 60-90

Adapun berikut elemen permesinan mesin bubut:

1. Kecepatan Potong

42
Kecepatan potong adalah panjang ukuran lilitan pahat terhadap benda
kerja atau dapat juga disamakan dengan panjang total yang terpotong
dalam ukuran meter yangdiperkirakan apabila benda kerja berputar selama
satu menit. Sebagai contoh, baja lunak dapat dipotong sepanjang 30 meter
tiap menit. Hal ini berarti spindel mesin perlu berputar supaya ukuran mata
lilitan pahat terhadap benda kerja (panjang total) sepanjang 30 meter
dalam waktu putaran satu menit. Karena ukuran benda kerja berbeda –
beda, maka kecepatan potong ditentukan dengan rumus :

⟨𝜋|𝑑|𝑛⟩
𝑣=
1000

Dimana:V = kecepatan potong (m/min)

Π = konstanta seharga 3.14

d = diameter (mm)

𝑑0 − 𝑑𝑚
𝑑=
2

n = putaran poros utama (rpm)

2. Kecepatan Makan

Kecepatan gerak pemakanan adalah kecepatan yang dibutuhkan pahat


untuk bergeser menyayat benda kerja tiap radian per menit. Kecepatan
tersebut dihitung tiap menit. Untuk menghitung kecepatan gerak
pemakanan didasarkan pada gerak makan (f).Gerak makan ini biasanya
disediakan dalam daftar spesifikasi yang dicantumkan pada mesin bubut
bersangkutan. Untuk memperoleh kecepatan gerak pemakanan yang kita
inginkan kita bisa mengatur gerak makan tersebut.untuk menghitung
kecepatan gerak pemakanan dapat kita rumuskan sebagai berikut :

𝑉𝑓 = 𝑓. 𝑛

43
3. Kedalaman Pemakanan

Kedalaman pemakanan adalah rata – rata selisih dari diameter benda


kerja sebelum dibubut dengan diameter benda kerja setelah di bubut.
Kedalaman pemakan dapat diatur dengan menggeserkan peluncur silang
melalui roda pemutar (skala pada pemutar menunjukan selisih harga
diameter).
Kedalaman pemakanan dapat diartikan pula dengan dalamnya pahat
menusuk benda kerja saat penyayatan atau tebalnya tatal bekas bubutan.
Kedalaman pemakan dirumuskan sebagai berikut:

𝒅𝒐 − 𝒅𝒎
𝒂=
𝟐

Dimana : a = kedalaman pemakanan (mm)

d0 = diameter awal (mm)

dm = diameter akhir (mm)

4. Waktu pemotongan

Waktu pemotongan bisa diartikan dengan panjang permesinan tiap


kecepatan gerak pemakanan. Satuan waktu permesinan adalah milimeter.
Panjang permesinan sendiri adalah panjang pemotongan pada benda kerja
ditambah langkah pengawalan ditambah dengan langkah pengakhiran,
waktu pemotongan dirumuskan dengan :

𝑳𝒕
𝑻𝒄 =
𝑽𝒇

Dimana : tc = waktu pemotongan (min)

lt = panjang pemotongan (mm)

Vf = kecepatan pemakanan (m/min)

5. Kecepatan penghasil geram

44
Z = A.V

dimana penampang geram sebelum potong

A = f.a ; mm2

Z = f.a.v ; cm3/min

Dimana : Z = kecepatan penghasil geram (cm3/min)

f = gerak makan (mm/putaran)

a = kedalaman potong (mm)

Vf = kecepatan pemakanan (m/min)

3.10 Mesin Gurdi

Proses gurgi adalah proses pemesinan yang paling sederhana di antara


proses pemesinan yang lain biasanya di bengkel atau workshop proses ini
dinamakan proses pemesinan yang lain. Biasanya di bengkel atau workshop
proses ini dinamakan proses bor, walaupun istilah ini sebenarnya kurang tetap.
Proses gurdi dimaksudkan sebagai proses pembuatan lubang bulat dengan
menggunakan mata bor. Sedangkan proses bor adalah proses melumaskan/
membesarkan lubang yang biasanya dilakukan dengan batang bor (boring bar)
yang tidak hanya dilakukan pada mesin gurdi, tetapi bisa dengan mesin bubut,
mesin frais, atau mesin bor.

45
Gambar 3. 25 Mesin gurdi

3.10.1 Pekakas mesin gurdi

Berikut ini merupakan perkakas yang digunakan pad mesin gurdi, antara
lain:

 Ragum

Ragum untuk mesin gurdi digunakan untuk mencekam benda kerja pada
saat akan dibor.

 Klem set

Digunakan untuk mencekam benda kerja yang tidak mungkin dicekam


dengan ragum

 Landasan blok paralel

Digunakan sebaga landasan pada pengeboran lubang tembus, untuk


mencegah ragum atau meja mesin turut terbor.

 Pencekam mata bor

Digunakan untuk mencekam mata bor yang berbentuk silinder. Pencekam


mata bor ada dua macam yaitu : pencekam dua rahang dan pencekam tiga
rahang.

 Sarung pengurang

Sarung pengurang digunakan untuk mencekam mata bor yang bertangkai


konis.

 Pasak pembuka

Digunakan untuk melepas sarung pengurangan dari spindel bor atau


melepas mata bor dari sarung pengurang

 Boring head

Digunakan untuk memperbesar lubang baik yang tembus maupun yang


tidak tembus

46
3.11 Pembahasan
3.11.1 Data Mesin

Pada proses pembuatan rumah isolating cock L kita menggunakan


memerepa mesin produksi yang di gunakan, yaitu:

1. Mesin Bubut

Pada proses produksi dalam pembuatan rumah isolating cock L kita


menggunakan mesin bubut konvensional volman.

Merk : VOLMAN S-35

Type : S-35

No Seri : 040056

Tahun Pembuatan :1949

Daya : 3.7 kW

Gambar 3. 27 Mesin bubut VOLMAN S-35

2. Mesin Gurdi

Pada proses pembuatan rumah isolating cock L ini juga menggunakan


mesin lain yaitu mesin gurdi.

47
Gambar 3. 28 Mesin Gurdi

3.11.2 Data Spesimen

Dalam proses pembuatan rumah isolating cock ini kita menggunakan


spesimen besi cor GGG40 (DIN) dengan dimensi awal (113 x 115 x
112)mm. Pada tabel dibawah adalah komposisi dari besi cor GGG40

Tabel 3. 2 Komposisi Besi Cor GGG40

Senyawa c si Mn p s Cr Mo Ni Cu Mg Fe
Persentasi % % % % % % % % % % %
Komposisi 3.602 3.032 0.305 0.079 0.000 0.031 0.037 0.122 0.046 0.053 92.693

Gambar 3. 29 Isolating Cock

3.12 Alat Ukur Yang Digunakan

48
Alat ukur adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan ukuran
yang kita inginkan, sebagai acuan untuk menentukan ukuran sesuai dengan contoh
yang ada. Dalam setiap pemesinan biasanya menggunakan berbagai macam alat
ukur yang berbeda , tergantung pada proses dan apa yang akan di ukur. Dalam
pembuatan rumah isolating cock ada beberapa alat ukur yang digunakan yaitu
sebagai berikut:

1. Jangka Sorong (Vernier caliper)

Jangka sorong / vernier caliper digunakan unuk mengetahui dimensi


spesimen kerja sebelum dan sesudah dilakukan pengerjaan. Dalam
pembuatan rumah isolating cock L yang di produksi di PT.PINDAD
(Persero) jangka sorong yang di gunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 3. 30 Jangka Sorong

3.13 Metodologi Penelitian

Rumah isolating cock merupakan componen dari air breake system yang
digunakan pada pengereman kereta api, yang berfungsi untuk menghubungkan
dan memutuskan udara pada gerbong kerata api. Gerbong kereta api dibedakan
menjadi gerbong penumpang dan gerbong barang. Rumah isolating cock L ini
digunakan untuk gerbong bagian barang angkut.

3.13.1 Diagram Alir

Proses pembuatan rumah isolating cock L pertama kali dilakukan


dengan cara melakukan pengecoran yang dilakukan di divisi tempa dan
cor PT.PINDAD (Persero) dan sesudah dilakukan penempaan dan
pengecoran baru lah dilakukan pemesinan yang dilakukan di Divisi Alat
Berat.

49
Gambar Kerja

Pemilihan proses Pemilihan pahat:


yang digunakan:
1. Pahat bubut
1. Proses Bubut
2. Pahat gurdi
2. Proses Gurdi

Persiapan Proses
Pemesinan

Proses Bubut Proses Gurdi

Produk jadi, sesuai gambar


Tida
yang ada.
k

50
Ya

Pengumpulan data

Analisa:
1. Elemen waktu pemesinan
2. waktu produksi

Kesimpulan

3.13.2 Pemilihan Pahat

Pada proses pemesinan ini PT.PINDAD (Persero) menggunakan berbagai


macam pahat sebagai berikut :

1. Pahat Bubut

Pada mesin bubut ini menggunakan beberapa jenis pahat yang di antara
nya:

a. Nama : Tool Holder

Merk : Widia

Model : ISO 9 R 2020 TTS

Gambar 3. 31 Tool Holder

51
Nama : Insert Carbide

Merk : Taugutec

Model : TNMG 160408 SF

Gambar 3. 32 Insert Carbide

3.13.3 Tahapan Proses

Pada persiapan proses ini ada beberapa tahapan yang harus dilalui seperti
dibawah ini:

1. Mempelajari gambar yang ada dan membuat urutan kerja yang efektif

dilakukan.

2. Mempelajari sifat dan karakter dari spesimen untuk menentukan alat


potong dan media pendingin yang digunakan dalam proses pemesinan.
3. Menetapkan kualitas hasil kerja yang diinginkan.
4. Menetukan geometri alat potong yang digunakan dan proses.
5. Menentukan mesin dan mata potong yang akan digunakan.
6. Menetukan parameter pemakanan benda kerja yang akan dilakukan.
7. Memastikan keselamatan, kesehatan, dan keamaanan disaat bekerja.

52
3.13.4 Uraian Pekerjaan

Adapun uraian pekerjaan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 3. 3 Tahapan Pengerjaan

waktu estimasi (jam)


No Urutan Pekerjaan lokasi FTG
Jenis mesin waktu orang
1 bubut rampas muka
bubut rampas lubang
Ø21 H7
bubut lubang Ø 28 x 80
bubut lubang Ø48,5 pahat rampas
bubut ulir M50 x 1,5 pahat rata
balikan bubut konv 0,33 pahat lubang
2 bubut rampas muka sampai uk 103 pahat ulir
champer 1 x° 10 stangpas
balikan bubut konv 0,25
3 bubut rampas muka sampai uk 35,5
bubut lubang Ø39
bubut lubang
Ø50
champer 2 x° 45
bubut profil dalam (lihat gambar)
balikan bubut konv 0,33
4 bubut rampas muka sampai dengan uk 45
bubut lubang
Ø 21
bubut lubang
Ø28,5 x 14
bubut ulir M30 x 1,5 x 10
balikan bubut konv 0,33
5 bubut rampas muka sampai dengan uk 103
bubut konv
bubutØ41,91 x 38
bubut ulir R 1 1/4"
champer 1 x 45°
0,33
center bor bubut konv center bor
1 borØ7,7 + champer
Ø8 x 24 0,35 borØ77
2 borØ12 tembus (2x) borØ12
Dep. Prod 0,1 reamer
Ø8 H7

3.14 Proses Bubut 1

Gambar 3. 33 Bubut 1
1. Bubut rampas muka
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 46 mm
f = 0,3 mm / putaran
53
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 46 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 45 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 94,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
46
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
94,5
𝑇𝑚 = 0,52 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 46 m / menit
D = 46 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
46 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 46
𝑛 = 318,47 𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 318,47
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 95,54
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
46
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
95,54
54
𝑇𝑚 = 0,538 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

2. Bubut Lubang 47,5

Gambar 3. 34 Bubut Lubang D 47,5


A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 47,5 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 47,5 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 47,97 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 94,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
47,5
( 2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
94,5
𝑇𝑚 = 0,56 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 49 m / menit
D = 47,5 mm
f = 0,3 mm / putaran

55
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
49 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 47,5
𝑛 = 321,75 𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 321,75
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 96,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
47,5
( 2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
96,5
𝑇𝑚 = 0,54 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

3. Bubut ulir M50 x 1,5

Gambar 3. 15 Bubut Ulir M50 x 1,5


A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 50 mm
f = 0,8 mm / putaran
i = 3 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
56
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 50 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 49,45 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 25,2
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
50
( + 2) 𝑥 3
2
𝑇𝑚 =
25,2
𝑇𝑚 = 0,2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 27 m / menit
D = 50 mm
f = 0,8 mm / putaran
i = 3 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
27 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 50
𝑛 = 171,97 𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 171,97
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 137,37
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
50
( + 2) 𝑥 3
2
𝑇𝑚 =
137,37
𝑇𝑚 = 0,58 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

4. Bubut lubang 1,5 x 18


57
Gambar 3. 36 Bubut Lubang 1,5

A. Perhitungan waktu aktual


n = 315 rpm
D = 50 mm
f = 0,8 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥50 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 49,4 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 258
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
50
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
258
𝑇𝑚 = 0,21 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 22 m / menit
D = 50 mm
f = 0,8 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑

58
22 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 50
𝑛 = 140,13 𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 140,13
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 112,10
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
50
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
112,10
𝑇𝑚 = 0,48 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

5. Bubut lubang 28x80

Gambar 3. 37 Bubut Lubang 28 x 80


A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 80 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 80 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 79,12 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 94,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan

59
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
80
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
94,5
𝑇𝑚 = 0,88 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 53 m / menit
D = 80 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
53 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 80
𝑛 = 210,98 𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 210,98
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63,29
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
80
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
95,54
𝑇𝑚 = 1,327 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
6. Bubut lubang 21

Gambar 3. 38 Bubut Lubang 21H7


A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
60
D = 21 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 21 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 20,77 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 94,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
21
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
94,5
𝑇𝑚 = 0,26 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 22 m / menit
D = 21 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
22 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 21
𝑛 = 333,6 𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 333,6
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 100,08
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
61
21
( 2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
100,08
𝑇𝑚 = 0,25 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Dalam proses pembubutan 1 waktu yang di peroleh adalah sebagai berikut:


a. Total waktu aktual = 0,52 + 0,56 + 0,21 + 0,88 + 0,26
= 2,63 menit
b. Total waktu teoritis = 0,53 + 0,54 + 0,58 + 0,48 + 1,327 + 0,25
= 3,707 menit

3.14.1 Proses Bubut 2

Gambar 3. 39 Proses Bubut 2


1. Bubut rampas muka sampai dengan ukuran 103
A. Perhitungan waktu aktual
n = 400 rpm
D = 103 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 103 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 129,36 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 400
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 120
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
62
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
103
( 2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
120
𝑇𝑚 = 0,89 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 131 m / menit
D = 103 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
131𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 103
𝑛 = 405,04 𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 405,04
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 121,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
103
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
121,5
𝑇𝑚 = 0,0,88 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2. Bubut Camper 1 x 10°
A. Perhitungan waktu aktual
n = 400 rpm
D = 22 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 22 𝑥 400
𝑉𝑐 =
1000
63
𝑉𝑐 = 27,63 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 400
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 120
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
22
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
120
𝑇𝑚 = 0,108 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 30 m / menit
D = 22 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
30 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 22
𝑛 = 434,27𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 434,27
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 130,28
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
22
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
130,28
𝑇𝑚 = 0,0997 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Dalam proses bubut 2 ini adapun waktu yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
a. Total waktu aktual = 0,89 + 0.108
= 0,998 menit
b. Total waktu teoritis = 0,88 + 0,0997

64
= 0,97menit
3.14.2 Proses Bubut 3

Gambar 3. 40 Proses Bubut 3


1. Bubut rampas muka sampai dengan ukuran 35,5 mm
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 35,5 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 35,5 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 35,11 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
35,5
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
63
𝑇𝑚 = 0,62 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 36 m / menit
D = 35,5 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan

65
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
36 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 35,5
𝑛 = 322,95𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 322,95
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 64,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
35,5
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
64,5
𝑇𝑚 = 0,612 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

2. Bubut lubang 50
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 50 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 50 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 49,45 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓

66
50
( 2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
63
𝑇𝑚 = 0,857 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 50 m / menit
D = 50 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
50 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 50
𝑛 = 318,47𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 318,47
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63,69
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
50
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
63,69
𝑇𝑚 = 0,84 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3. Bubut lubang 39
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 39 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 39 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 38,57 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
67
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 94,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
39
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
94,5
𝑇𝑚 = 0,455 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 40 m / menit
D = 39 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
40 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 39
𝑛 = 326,63𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 326,63
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 97,98
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
39
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
97,98
𝑇𝑚 = 0,43 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
4. Bubut champer 2 x45°
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 51 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 1 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong

68
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 51 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 50,44 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
52
(2 + 2) 𝑥 1
𝑇𝑚 =
63
𝑇𝑚 = 0,44 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 51 m / menit
D = 51 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 1 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
51 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 51
𝑛 = 318,47𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 318,47
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63,69
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
51
(2 + 2) 𝑥 1
𝑇𝑚 =
63,69
𝑇𝑚 = 0,439 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

69
5. Bubut profil 42 dan 47

Gambar 3. 41 Bubut Profil


A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 47 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 47 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 46,487 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
47
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
63
𝑇𝑚 = 0,82 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis
Vc = 48 m / menit
D = 47 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

70
 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
48 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 47
𝑛 = 325,24𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 325,24
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 65
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
47
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
65
𝑇𝑚 = 0,78 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Waktu yang dibutuh kan oleh proses bubut 3 adalah :


a. Total waktu aktual = 0,62 + 0,857 + 0,455 + 0,44 + 0,82
= 3,192 menit
b. Total waktu teoritis= 0,61 + 0,84 + 0,43 + 0,439 + 0,78
= 3,099 menit
3.14.3 Proses Bubut 4

Gambar 3. 42 Proses Bubut 4


1. Bubut rampas muka sampai dengan 45
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 45 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

71
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 45 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 44,5 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
45
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
63
𝑇𝑚 = 0,78 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 46 m / menit
D = 45 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
46 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 45
𝑛 = 325,54𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 325,54
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 65,1
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
45
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
65,1
𝑇𝑚 = 0,75 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

72
2. Bubut Ulir M30 x 1,5 x 10
A. Perhitungan waktu aktual
n = 400 rpm
D = 30 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 4 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 30 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 37,68 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 400
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 120
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
30
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
120
𝑇𝑚 = 0,56 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 38 m / menit
D = 30 mm
f = 0,3 mm / putaran
i = 4 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
38 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 30
𝑛 = 403,39 𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,3 𝑥 403,39
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 80,67
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

73
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
30
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
80,67
𝑇𝑚 = 0,84 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

3. Bubut ulir diameter 21


A. Perhitungan waktu aktual
n = 400 rpm
D = 21 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 21 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 263,73 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 400
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 80
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
21
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
80
𝑇𝑚 = 0,3125 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 16 m / menit
D = 21 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
74
16 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 21
𝑛 = 242,68 𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 242,68
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 48,52
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
21
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
48,52
𝑇𝑚 = 0,515 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Dalam proses bubut 4 ini waktu yang dibutuh kan adalah:


a. Total waktu aktual : 0,3125 + 0,78 + 0,56 + 0,51
= 2,16 menit
b. Total waktu toritis : 0,515 + 0,84 + 0,75 + 0,5
= 2,605 menit
3.14.4 Proses Bubut 5

Gambar 3. 43 Bubut 5
1. Bubut rampas muka sampai dengan ukuran 103
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 103 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 3 kali pemakanan
la = 2 mm

75
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 103 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 101,87 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
103
( 2 + 2) 𝑥 3
𝑇𝑚 =
63
𝑇𝑚 = 2,54 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis
Vc = 105 m / menit
D = 103 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 3 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
105 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 103
𝑛 = 324,65𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 324,65
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 64,93
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
103
( 2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
64,93
𝑇𝑚 = 2,47 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

76
2. Bubut lubang diameter 41,9 x 38
A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 49,1 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 49,1 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 41,45 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
49,1
( 2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
63
𝑇𝑚 = 0,71 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 42 m / menit
D = 49,1 mm
f = 0,2 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
42 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 49,1
𝑛 = 319,15𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 319,15
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 63,83
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

77
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
49,1
( + 2) 𝑥 2
2
𝑇𝑚 =
63,83
𝑇𝑚 = 0,7 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

3. Bubut ulir ukuran 1 1/4”


A. Perhitungan waktu aktual
n = 315 rpm
D = 39,5 mm
f = 0,6 mm / putaran
i = 4 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 39,5 𝑥 315
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 39,06 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,6 𝑥 315
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 189
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
39,5
( 2 + 2) 𝑥 4
𝑇𝑚 =
189
𝑇𝑚 = 0,46 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis
Vc = 40 m / menit
D = 39,5 mm
f = 0,6 mm / putaran
i = 4 kali pemakanan
la = 2 mm

78
 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
40 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥39,5
𝑛 = 322,5 𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,2 𝑥 322,5
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 193,5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( 2 + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
39,5
( 2 + 2) 𝑥 4
𝑇𝑚 =
193,5
𝑇𝑚 = 0,49 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

4. Bubut champer 1 x 45°


A. Perhitungan waktu aktual
n = 400 rpm
D = 31 mm
f = 0,6 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 31 𝑥 400
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 38,93 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,6 𝑥 400
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 240
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
31
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
240
𝑇𝑚 = 0,14 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

79
B. Waktu Teoritis
Vc = 41 m / menit
D = 31 mm
f = 0,6 mm / putaran
i = 2 kali pemakanan
la = 2 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
41 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 31
𝑛 = 421,2 𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,6 𝑥 421,2
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 216,36
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐷
( + 𝑙𝑎)𝑥 𝑖
2
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
31
(2 + 2) 𝑥 2
𝑇𝑚 =
216,36
𝑇𝑚 = 0,286 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Dalam proses bubut 5 waktu yang dibutuh kan adalah sebagai berikut:
a. Total waktu aktual = 2,54 + 0,71 + 0,46 + 0,14
= 3,85
b. Total waktu teoritis = 2,47 + 0,7 + 0,49 + 0,286
= 3,946
3.14.5 Reamer Bor

Gambar 3. 44 Reamer Bor

80
1. Bor diameter 7,7 + reamer diameter 8(+0.09) x 24
A. Perhitungan waktu aktual
n = 300 rpm
D = 8 mm
f = 0,8 mm / putaran
la = 8 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 8 𝑥 300
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 7,536 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 300
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 240
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐼 + 0,3 𝑥 𝐷
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
8 + 0,3 𝑥 8
𝑇𝑚 =
240
𝑇𝑚 = 0,0433 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis
Vc = 8 m / menit
D = mm
f = 0,8 mm / putaran
la = 8 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
8 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 8
𝑛 = 318,471 𝑟𝑝𝑚
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 318,471
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 254,771
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan

81
𝐼 + 0,3𝑥 𝐷
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
8 + 0,3 𝑥 𝑥8
𝑇𝑚 =
254,771
𝑇𝑚 = 0,04082 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

2. Bor diameter 12 tembus 2 kali


A. Perhitungan waktu aktual
n = 300 rpm
D = 12 mm
f = 0,8 mm / putaran
la = 12 mm
 Kecepatan Potong
𝜋𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑉𝑐 =
1000
3,14 𝑥 12 𝑥 300
𝑉𝑐 =
1000
𝑉𝑐 = 11,304 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 300
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 240
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐼 + 0,3 𝑥 𝐷
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
12 + 0,3 𝑥 12
𝑇𝑚 =
240
𝑇𝑚 = 0,065 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B. Waktu Teoritis

Vc = 12 m / menit

D = 12 mm
f = 0,8 mm / putaran
la = 12 mm

 Kecepatan Potong
𝑉 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑥𝑑
12 𝑥 1000
𝑛=
3,14 𝑥 12
𝑛 = 318,47 𝑟𝑝𝑚

82
 Kecepatan gerak pemakanan
𝑉𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑛
𝑉𝑓 = 0,8 𝑥 318,47
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 254,771
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Waktu pemesinan yang dibutuhkan
𝐼 + 0,3𝑥 𝐷
𝑇𝑚 =
𝑉𝑓
12 + 0,3 𝑥 12
𝑇𝑚 =
254,771
𝑇𝑚 = 0,0612 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Total waktu untuk proses Reamer Bor adalah :


a. Total waktu aktual = 0,04333 + 0,065
= 0,10833 menit
b. Total waktu teoritis = 0,04082 + 0,06123
= 0,10205
3.14.5 Tahap Pemeriksaan
Pada tahap pemeriksaan dari proses pemsinan adalah tahap dimana
dilakukan pemeriksaan pada produk yang telah selesai di proses. Pemeriksaan
tahap akir ini bertujuan untuk memeriksa dimensi dan sudut- sudut dari produk.
Dalam proses ini waktu yang digunakan untuk menyelesaikan peeriksaan untuk
satu produk adalah 5 menit dan waktu yang digunakan untuk persiapan awal
adalah

83
3.15 Analisa Waktu Pemesinan
Tabel 3. 4 Data perbandingan waktu aktual dan teoritis

No Uraian Proses Aktual Teoritis


1 Tahap Persiapan 5 menit -
2 Proses Bubut 1 2,63 menit 3,707 menit
3 Proses bubut 2 0,998 menit 0,97 menit
4 Proses Bubut 3 3,192 menit 3,099 menit
5 Proses Bubut 4 1,65 menit 2,105 menit
6 Proses Bubut 5 3,85 menit 3,946 menit
7 Reamer Bor 0,10833 menit 0,10205 menit
8 Tahap Pemeriksaan 5 menit -
Total waktu pengerjaan 22,41 menit 13,925 menit

Dari data tabel diatas dapat kita lihat bahwa sannya waktu aktual lebih
besar dari waktu teoritis , seperti yang dilihat untuk waktu aktual adalah 22,41
menit untuk seluruh proses pemesinan satu spesimen rumah isolating cock L ,
sedangkan untuk waktu teoritisnya dapat dilihat kita membutuhkan waktu
sebanyak 13,925 menit untuk menyelesaikan semua proses pemesinan.

Dalam tahap proses persiapan dalam perhitungan aktualnya waktu


persiapan yang dibutuhkan adalah 5 menit, waktu ini digunakan unuk keperluan
awal dalam proses pemesinan seperti halnya setting tool yang akan di pakai,
menyiapkan spesimen dalam hal ini memindahkan spesimen ke tempat proses
pemesinan, menyiapkan segala alat ukur yang akan dipakai, melihat gambar kerja
yang digunakan untuk pedoman pengerjaan pemesinan, dan hal-hal lain yang
dibutuhkan. Dalam perhitungan teoritis waktu persiapan tidak dihitung karena
waktu persiapan tidak masuk dalam perhitungan waktu teoritis , hal ini
bersangkutan karena proses yang dilakukan langsung ke dalam proses pemesinan
hal ini proses pemesianan bubut konvensional.

Dalam proses pemesinan tahap pertama iyalah proses pemesinan bubut


satu. Dalam proses pemesinan tahap pertama ini melakukan 6 kali proses
pemesinan yaitu bubut rampas muka, bubut lubang diameter 21H7, bubut lubang
diameter 28x80, bubtu lubang diameter 48,5, bubut ulir M50x1,5, bubut lubang
1,5x18. Dari proses pemesinan yang dilakukan dalam tahap satu ini waktu yang
84
dibutuhkan dalam perhitungan aktual adalah 2,63 menit untuk satu buah
spesimen. Dalam perhitungan teoritis waktu yang dibutuhkan adalah 3,707 menit.
Nilai perhitungan teoritis lebih besar daripada perhitungan aktual ini diakibatkan
karena perhitungan teoritis menggunakan kecepatan putaran yang lebih besar
daripada perhitungan aktual.

Tabel 3. 5 Proses Bubut 1

Proses Bubut 1
No Proses Pemesinan Aktual Teoritis
1 Rampas muka 0,52 0,53
2 Bubut lubang D 21H7 0,26 0,25
3 Bubut lubang D 28x80 0,88 1,327
4 Bubut lubang D 48,5 0,56 0,54
5 Bubut ulir M50 x 1,5 0,2 0,58
6 Bubut lubang 1,5x18 0,21 0,48

Dalam proses pemesinan tahap dua adalah proses bubut dua. Dalam proses
bubut dua ini proses pemesinan yang dilakukan ada dua kali pengerjaan
pemesinan. Yang pertama adalah bubut rampas muka sampai diameter 103.
Dalam proses bubut rampas muka ini nilai perhitungan aktualnya lebih besar dari
pada perhitungan teoritis yaitu perhitungan aktual 0,89 menit, sedangkan
perhitungan teoritisnya adalah 0,88menit. Dalam peoses pembuatan champer
1x10derajat waktu yang dibutuhkan dalam 1 buah champer adalah 0,108 menit
sedang kan untuk waktu teoritisnya adalah 0,0997 menit.

Tabel 3. 6 Proses Bubut 2

Proses Bubut 2
No Proses Pemesinan Aktual Teoritis
1 Bubut muka rampas 103 0,89 0,88
2 Champer 1x 10° 0,108 0,0997

Dalam proses bubut 3 kita melakukan 5 kali proses pemesinan. Proses


pertama adalah bubut rampas muka sampai ukuran 35,5 mm, dama proses bubut
ini waktu yang dibutuh kan adalah 0,62 menit untuk waktu aktual, sedangkan
untuk waktu teoritis nya adalah 0,612 menit. Proses berikutnya adalah proses
bubut lubang dengan diameter 50 mm dalam pembuatan ini waktu aktual yang
85
dibuthkan adalah 0,857 menit sedangkan untuk teoritisnya adalah 0,84 menit .
proses berikutnya adalah proses bubut lubang untuk diameter 39 mm , dalam
proses ini dalam perhitungan waktu aktual yang di peroleh adalah 0,455 menit
sedangkan waktu teoritisnya adalah 0,43 menit. Dalam proses pembuatan
champer 2x45 derajad dibutuhkan waktu aktual sebanyak 0,44menit sedangkan
untuk waktu teoritis nya dibutuhkan waktu pengerjaan 0,439 menit. Perhitungan
waktu untuk pembuatan champer adalah untuk pengerjaan 1 buah champer.
Proses terakir adalah bubut profil untuk rumah isolating cock L ini dibutuhkan
waktu 0,82 menit untuk waktu aktualnya. Sedangkan untuk perhitungan waktu
teoritisnya dibutuhkan waktu membutuhkan waktu 0,78 menit.

Tabel 3. 7 Proses Bubut 3

Proses Bubut 3
No Proses Pemesinan Aktual Teoritis
1 Bubut rampas muka 35,5 0,62 0,612
2 Bubut lubang D 50 0,857 0,84
3 Bubut lubang D 39 0,455 0,43
4 Champer 2x45° 0,44 0,439
5 Bubut profil 0,82 0,78

Proses bubut empat memiliki 4 proses yang harus dilewati. Proses pertama
adalah bubut rampas muka 45 mm, waktu aktual yang dibutuhkan adalah 0,78
menit sedangkan untuk waktu teoritisnya adalah 0,75 menit. Untuk proses ulir
M30x1,5x10 waktu aktual yang dibutuhkan adalah 0,56 menit, sedangkan untuk
waktu teoritisnya membutuhkan waktu 0,84 menit. Untuk bubut lubang diameter
21 mm membutuhkan waktu aktual 0,3125 menit sedangkan untuk waktu
teoritisnya adalah 0,515 menit. Untuk bubut lubang 28,5 x 14 membutuhkan
waktu aktual 0,51 sedangkan untuk wantu teoritisnya adalah 0,5 menit.

86
Tabel 3. 8 Proses Bubut 4

Proses Bubut 4
No Proses Pemesinan Aktual Teoritis
1 Bubut rampas muka 45 0,78 0,75
2 Ulir M30x1,5x10 0,56 0,84
3 Bubut lubang D21 0,3125 0,515
4 Bubut lubang 28,5 x 14 0,51 0,5

Proses bubut 5 kita akan melakukan 5 tahapan yang akan dilakukan. Tahap
pertama adalah bubut rampas muka 103 mm, waktu aktual yang diperlukan adalah
2,54 menit dan waktu teoritisnya adalah 2,47 menit. Tahap berikutnya adalah
bubut lubang diameter 41,92 x 38 mm dalam proses ini waktu teoritisnya adalah
0,7 menit dan waktu teoritisnya adalah 071 menit. Untuk bubut ulir R 1.1/4”
waktu teoritisnya adalah 0,49 menit dan waktu aktualnya adalah 0,46 menit.
Untuk proses pembuatan champer 1x45 derajat kita memerlukan waktu 0,14
menit dan waktu teoritisnya adalah 0,285 menit.

Tabel 3. 9 Proses Bubut 5

Proses Bubut 5
No Proses Pemesinan Aktual Teoritis
1 bubut rampas muka 103 2,54 2,47
2 bubut D 41,91x38 0,71 0,7
3 bubut ulir R 1 1/4'' 0,46 0,49
4 bubut champer 1x45° 0,14 0,285

Untuk tahapan reamer bor kita melakukan 2 tahapan yang di lalui. Yang pertama
adalah bor diameter 7,7 mm tambah reamer diameter 8 mm waktu teoritisnya
dalah 0,04082 menit sedangkan waktu aktualnya adalah 0,0433 menit. Tahap
berikutnya adalah bor diameter 12 mm tembus 2 kali , dalam sekali pengerjaan
kita memerlukan waktu aktualnya adalah 0,065 dan waktu teoritisnya adalah
0,6123 menit.

87
Perhitungan waktu pengerjaan rumah isolating cock ini dalam perhitungan
aktual dan teoritisnya memiliki beberapa perbedan hal ini tergantung pada
kecepatan yang di pakai dalam perhitungan aktual lebih kecil dari pada
perhitungan teoritis hal ini bertujuan untuk keselamatan pekerja dan ketelitian
dalam pengerjan, dan ketahanan mesin yang sudah tua. Dalam perhitungan aktual
kita memerlukan waktu untuk melakukan persiapan mesin dan spesimen kerja ,
sedangkan untuk waktu teoritis kita tidak lah menghitung waktu persiapan yang
dilakukan. Dalam perhitungan aktual kita juga melakukan perhitungan waktu
untuk istirahat pekerja , hal ini diperluka untuk menjaga kebugaran dari pekerja
untuk terus melakukan pekerjaan , sedangkan untuk waktu teoritis kita tidak lah
menghitung waktu istirahat yang dilakukan pekerja. Dalam perhitungan waktu
aktual kita juga melakukan perhitungan waku dalam pemeriksaan alat yang telah
dibuat , dan sedangkan untuk waktu teoritis kita tidak lah menghitunga waktu
pemeriksaan hasil kerja. Oleh sebab itu waktu aktual memiliki lebih besar dari
waktu teoritis.

88
BAB IV

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Dari perhitungan dan analisa yang dilakukan dapat lah beberapa kesimplan
sebagai berikut:
1. Pada dasarnya proses pemesinan yang dilakukan untuk membuat
rumah isolating cock L pada air breake system yang pertama adalah
melakukan pengecoran yang dilakukan di devisi besi tempa dan cor
dan proses pemesinan nya dilakukan di divisi alat berat untuk
dilakukan pemesinan bubut . pemesinan yang dilakuka untuk rumah
isosating cock L ini adalah pemesinan bubut dan pengeboran.
2. Pada perhitungan yang dilakukan didapat lah bahwa waktu aktual
yang di perolah dalam pengerjaan 1 buah rumah isolating cock L
adalah 28 menit, sedangkan dalam perhitungan teoritisnya diperoleh
waktu yang diperlukan 13,5 menit. Dalam lap kerja yang diberikan
pada operator waktu yang dibutuh kan adalah 1 jam 92 menit waktu
tersebut sangat lah berbanding jauhhal ini dikarenakan waktu yang di
tentukan dalam lap kerja sangat lah besar.

B. Saran
Ada pun beberapa saran yang bisa penilus berikan adalah sebagai berikut:
1. Pada dasar nya pengerjaan yang dilakukan di PT.PINDAD (Persero) sudah
sangat efisien , tetapi alangkah lebih baiknya tempt peletakan spesimen
kerja lebih dekat dan mudah dijangkau oleh operator karena yang penulis
lihat waktu operator banyak terbuang sia-sia pada waktu pengambilan
spesimen kerja.
2. Alat pemindah hasil kerja alangkah lebih bagusnya di modifikasi karena
waktu operator juga banyak terbuang waktu overhead crain memindah kan
sepesimen, dikarenakan selan untuk mengangkut box yang berisi hasil
kerja susah di seting tepat di tengah.

89
3. Jarak antara mesin bubut sangat lah dekat dan letak spesmen kerja juga
sempit sehingga operator sangat susah bergerak bebas dalam proses
pengerjaan. Alangkah lebih baiknya diberi jarak yang cukup untuk
operator untuk memudahkan mengambil spesimen dari suatu tempat untuk
diangkut ke area kerja operator untuk tidak membuang-buang waktu
dalam mengambil spesimen kerja.

90
Daftar Pustaka

RICHARDO

Teguh, Diva.Proses Manufaktur. Januari 2011 http://divateguh.blogspot.co.id


/2011/01/proses-m anufaktur.html

Surya, Silvester. Perbedaan Sistem Absolut dan Incremental pada Mesin CNC.
09 Oktober 2014. http://silsurya.blog.uns.ac.id/2014/09/10/perbedaan-
sistem-absolut-dan-incremental-pada-mesin-cnc/

Pengertian Manufaktur. 07 Januari 2015. http://teknikmesinmanufaktur.


blogspot.co.id/2015/01/pengertian-manufaktur-a.html.
https://www.google.co.id/search?q=senjata+produksi+pindad&rlz=1C1NHXL_enID692ID
692&espv=2&biw=1242&bih=602&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiF3uv5j
7jSAhWCNJQKHTtsAYEQ_AUIBigB#imgrc=Vwr_GSsoZs3k9M:

https://www.google.co.id/search?q=senjata+produksi+pindad&rlz=1C1NHXL_enID692ID
692&espv=2&biw=1242&bih=602&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiF3uv5j
7jSAhWCNJQKHTtsAYEQ_AUIBigB#tbm=isch&q=amunisi+produksi+pindad&*&imgrc=h
WAVki4IeRnG4M:

https://www.google.co.id/search?q=senjata+produksi+pindad&rlz=1C1NHXL_enID692ID
692&espv=2&biw=1242&bih=602&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiF3uv5j
7jSAhWCNJQKHTtsAYEQ_AUIBigB#tbm=isch&q=panser+produksi+pindad&*&imgrc=q6d
c3VvdhAwpqM:

https://www.google.co.id/search?q=excavator+pindad&rlz=1C1NHXL_enID692ID692&s
ource=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwia1f7yzdLSAhXMmJQKHVGHADwQ_AUIBig
B&biw=1500&bih=750#imgrc=GJ7y-Cxk6RAuEM:

91
DAFTAR PUSTAKA

IKHSAN
Adapun landasan teori yang ada penulin mengambil landasan teori tersebut
melalui beberapa reverensi antaranya:

Ammar Ramzy,’Mesin Bubut (Laathe)’,16 November


2012.[http://ammarramzy.blogspot.com/2012/10/mesin-bubut-lathe.html],
diakses tanggal 28 desember 2017
Rochim, T, (1993), Teori & Teknologi Proses Pemesinan, Bandung, ITB
Klarifikasi Proses, Gaya, dan Daya Pemesinan, ITB.
Optimasi Proses Pemesinan, ITB
http://mangihot.blogspot.co.id/2016/10/makalah-transportasi-kereta-
api.html?m=1, diakses tanggal 29 desember 2017
https://www.kanalinfo.web.id/2015/12/pengertian-rem-dan-
fungsinya.html?m=1, diakses tanggal 1 jannuari2018
http://hudalogawa.blogspot.in/2016/05/ilmu-ka-sistem-pengereman-udara-
tekanan.html?m=1, diakses tanggal 1 jannuari 2018

LAMPIRAN-LAMPIRAN

92
93

Anda mungkin juga menyukai