Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN INSOMNIA PADA LANSIA

DisusunOleh :

Asfari Prabasari (070112b004)


Dwi Septianto (070112b012)
Lalu Supriyadi (070112b043)
M. Mazin Putrawan (070112b050)
Rida Nurhayanti (070112b062)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN

BidangStudi : KeperawatanGerontik
Pokok Bahasan : Insomnia
Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan insomnia
Sasaran : Penerima manfaat wisma Werkudoro
Tempat :Wisma Werkudoro
Hari/ Tanggal : Sabtu, 1 Februari 2014
Waktu : 20 Menit

I. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah di berikan pendidikan kesehatan selama 20 menit diharapkan klien
dapat memahami dan mengetahui tentang penatalaksanaan insomnia pada
lansia

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan pendidikan kesehatan, diharapkan klien dapat :
a. Mengetahui pengertian insomnia
b. Mengetahui penyebab insomnia
c. Mengetahui tanda dan gejala insomnia
d. Mampu menjelaskan dan mengaplikasikan cara penatalaksanaan
insomnia
II. PROSES PELAKSANAAN

KEGIATAN KEGIATAN
NO WAKTU MEDIA METODE
PENYULUHAN PESERTA
1. Pembukaan :
 Membuka kegiatan  Menjawab salam Ceramah
dengan mengucapakan
salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
5Menit
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan  Memperhatikan
 Apersepsi
 Menyebutkan materi  Memperhatikan
yang akan diberikan  Memperhatikan
2. Pelaksanaan :
 Menjelaskan  Mendengarkan Flipchart Tanya
pengertian insomnia leaflet jawab dan
 Menjelaskan penyebab  Mendengarkan ceramah
insomnia
 Menjelaskan Tanda  Mendengarkan
dan Gejala insomnia
10 Menit
 Menjelaskan  Mendengarkan
penatalaksanaan
insomnia
 Memberi kesempatan  Bertanya
kepada peserta untuk
bertanya
3. Terminasi : Tanya
 Melakukan Evaluasi  Tanya jawab jawab dan
 Kontrak waktu untuk  Memperhatikan Ceramah
5Menit
pertemuan selanjutnya
 Mengucapkan salam  Menjawab salam
penutup

III. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

IV. MEDIA DAN ALAT


1. Leaflet
2. Flipchart

V. SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Penyaji : Fasilitator

: Penerima manfaat : Observer


VI. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasistruktur
a. Klien hadir dalam kegiatan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di wisma
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi proses
a. Klien antusias terhadap materi yang diberikan
b. Klien tidak meninggalkan tempat penyuluhan
c. Klien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasihasil
a. Klien mengetahui tentang pengertian insomnia
b. Klien mengetahui tanda dan gejala insomnia
c. Klien mampu menjelaskan dan mengaplikasikan bagaimana cara
penanganan insomnia
DAFTAR PUSTAKA

Lanywati, E. (2001). Insomnia gangguan sulit tidur. Jogjakarta : Kanisius


Susilo & Wulandari. (2011). Cara jitu mengatasi insomnia. Jogjakarta : Penerbit
Andi

Widya, G. (2010). Mengatasi insomnia. Jogjakarta : Kata Hati

Prayitno, A. (2002). Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut dan
penatalaksaannya. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti Vol. 21 No. 1

Sya’roni, A. (2012). Diagnosis dan penatalaksanaan insomnia pada lanjut usia.


Diakses pada 8 Desember 2012. Dari http://infopenyakitdalam.com/berita-156-
diagnosis-dan-penatalaksanaan-insomnia-pada-lanjut-usia.html.
Lampiran Materi
INSOMNIA

1. Pengertian
Insomnia adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami kesulitan
untuk tidur dengan nyenyak. Rata-rata setiap orang pernah mengalami insomnia
sekali dalam hidupnya. Insomnia tidak hanya kondisi sulit tidur, tetapi juga
seluruh gangguan tidur, seperti sering terjaga saat tidur yaitu lebih dari 4 kali,
sulit memulai tidur, tidur kurang dari 7 jam hingga tidak bisa mencapai kualitas
tidur yang normal. Pada penderita insomnia, umumya tidak bangun dalam
keadaan segar, tetapi justru merasa lemas, kurang bersemangat, sangat
mengantuk, dan perasaan tidak enak lainnya (Widya, 2010).

2. Penyebab
Menurut Association of Sleep Disorder Centers pada tahun 1990 dalam
Prayitno (2002) insomnia pada lansia disebabkan oleh:
a. Apnea tidur, terutama apnea tidur sentral
b. Mioklonus yang berhubungan dengan tidur berjalan, gerakan mendadak pada
tingkat yang berulang, stereotipik, unilateral atau bilateral, keluhan berupa
“tungkai gelisah” (restless leg), tungkai kaku waktu malam, neuropatia atau
miopatia dan defisiensi asam folat dan besi.
c. Berbagai konflik emosional dan stress merupakan penyebab psikofisiologik
dari insomnia.
d. Gangguan psikiatrik berat terutama depresi seringkali menimbulkan bangun
terlalu pagi dan dapat bermanifestasi sebagai insomnia dan hipersomnia.
Depresi endogen berkaitan dengan onset dini dari tidur REM dan dapat
diperbaiki secara dramatis dengan obat antidepresan.
e. Keluhan penyakit-penyakit organik, misalnya nyeri karena arthritis, penyakit
keganasan, nokturia, penyakit hati atau ginjal dan sesak napas dapat
mengakibatkan bangun berulang pada tidur malam.
f. Sindrom otak organik yang kronik seringkali menimbulkan insomnia.
Penyakit Parkinson terganggu tidurnya 2-3 jam. Pasien Alzheimer sering
terbangun tengah malam dan dapat menimbulkan eksitasi paradoksikal.
g. Zat seperti alkhohol dan obat kortikosteroid, teofilin dan beta-blockers dapat
menginterupsi tidur. Pengobatan dengan stimulansia dan gejala lepas zat
hipnotika dan sedativa perlu diperhatikan untuk gangguan tidur.

3. Tanda dan gejala


Gejala-gejala umum yang sering dialami oleh penderita insomnia
menurut Susilo & Wulandari (2011) adalah sebagai berikut:
a. Perasaan sulit tidur
b. Bangun tidak diinginkan
c. Wajah selalu kelihatan letih dan kusam
d. Kurang energi dan lemas
e. Cemas berlebihan tanpa sebab
f. Gangguan emosional
g. Mudah lelah
h. Pengelihatan kabur
i. Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu
j. Berat badan turun drastis
k. Gangguan pencernaan
l. Fobia malam hari
m. Ketergantungan obat tidur
n. Ketergantungan zat penenang
4. Penatalaksanaan insomnia
a. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yang sering digunakan untuk mengatasi insomnia
adalah golongan benzodiazepin (misalnya ativan, esilgan dan valium),
golongan obat lain yang sering digunakan adalah estazolam, lorazepam,
alprazolam, diazepam clonazepam dan obat antipsikotik dosis kecil, namun
terkadang orang dengan insomnia terus menerus menggunakan obat tersebut
untuk mmbantu tidurnya tanpa melakukan proses terapi untuk keluhan
dasarnya, yaitu kecemasan dan depresi (Widya, 2010).
Penggunaan obat tidur golongan benzodiazepin haruslah hati-hati dan
atas pengawasan ahli, pengobatan biasanya tidak berlangsung lama dan harus
diusahakan dengan dosis yang sekecil mungkin yang memeberikan efek terapi
pada pasien. Penghentian pengobatan tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba
tetapi dengan cara menurunkan dosis secara perlahan oleh ahli sampai pasien
terlepas dari obat pembantu tidurnya (Widya, 2010).
Efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan obat tidur
bermacam-macam, misalnya , penggunaan obat tidur golongan benzodiazepin
menimbulkan efek samping yaitu rasa pusing dan nyeri kepala, mulut kering,
badan terasa lelah, dan otot lemah serta penglihatan berganda karena otot
mengendor, sedangkan penggunaan obat tidur golongan barbiturat dalam
jangka panjangakan menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis (Lanywati,
2001).
b. Terapi Non Farmakologi
Menurut sya’roni (2012), terapi non farmaklogis yang digunakan
untuk mengatasi insomnia adalah:
1) Higiene Tidur
Memberikan lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk tidur
merupakan syarat mutlak untuk mengatasi gangguan tidur yaitu dengan
dengan jadwal tidur-bangun dan latihan fisik sehari-hari yang teratur,
menjauhkan kamar tidur dari rasa tidak nyaman, menghindari latihan
berat sebelum tidur, edukasi tentang higiene tidur yaitu perubahan
kebiasaan, sikap dan lingkungan untuk memperbaiki tidur.
2) Terapi Pengontrolan Stimulus
Terapi ini bertujuan untuk memutus siklus masalah yang sering
dikaitkan dengan kesulitan memulai tidur, terapi ini membantu
mengurangi faktor primer dan reaktif yang sering ditemukan pada
insomnia. Instruksi dalam terapi ini adalah:
a) Pergi ke tempat tidur hanya ketika mengantuk
b) Batasi aktivitas di tempat tidur
c) Jangan melakukan aktivitas seperti menonton televisi, membaca,
makan dan menelepon di tempat tidur
d) Jangan berbaring di tempat tidur jika tidak bisa tidur
e) Jika tidak bisa tertidur setelah 15 menit, lakukan aktivitas lain dan
tidur kembali saat merasa mengantuk
f) Bangun pada jam yang sama setiap hari
g) Menghindari tidur pada siang hari
h) Jangan menggunakan stimulanisa seperti kopi, rokok dalam 4-6 jam
sebelum tidur
3) Terapi pembatasan tidur
Membatasi waktu di tempat tidur dapat membantu mengatur
tidur, terapi ini bermanfaat untuk pasien yang berbaring di tempat tidur
tanpa bisa tertidur, misalnya jika dari 8 jam waktu berbaring, hanya 5 jam
dihabiskan untuk tidur, maka jam berbaringnya harus dikurangi dan
menghindari tidur siang yang lama atau lebih dari 30 menit.
4) Terapi Komplementer
Terapi non farmakologis lain yang bisa dilakukan untuk
mengobati insomnia adalah dengan mengguanakan terapi komplementer
atau terapi alternatif yaitu dengan pijat refleksi, yoga, teknik relaksasi,
akupuntur dan obat herbal (Widya, 2010).

Anda mungkin juga menyukai