Anda di halaman 1dari 29

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

Farmasi Komunitas
Laboratorium Farmakologi Dan Toksikologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Nama mahasiswa : ………………………………………


NIM : ………………………………………
Kelompok : ………………………………………
No. Handphone : ………………………………………

Pharmacy
Disusun oleh : Githa Fungie Galistiani, M.Sc., Apt.
Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan berkah dan rahmatNya
maka buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas ini dapat terselesaikan penyusunannya oleh dosen
pengampu di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas ini dipersiapkan dalam rangka membantu
pengadaan sarana pendidikan terutama dalam pelaksanaan Praktikum Farmasi Komunitas.Dalam
Praktikum Farmasi Komunitas ini, mahasiswa diharapkan mampu membekali serta mempersiapkan diri
untuk terjun ke masyarakat terutama kemampuan dalam melakukan pelayanan kefarmasian di apotek.

Selanjutnya penyusun membuka diri atas saran dan kritik demi perbaikan dan penyempurnaan
buku petunjuk praktikum ini. Saran dan kritik mengenai buku pentunjuk praktikum ini dapat
dialamatkan kepada Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, JI Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto atau dapat diemailkan
melalui githafungie@gmail.com. Semoga buku petunjuk praktikum ini dapat bermanfaat terutama
menuntun para mahasiswa praktikan selama melakukan Praktikum Farmasi
Komunitas.Wassalamualaikum wr.wb.

Purwokerto, Desember 2017


Koordinator Praktikum Farmasi Komunitas

Githa Fungie Galistiani, M.Sc., Apt.

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 1


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

KETENTUAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN PRAKTIKUM FARMASI KOMUNITAS

1. Sebelum pelaksanaan praktikum, mahasiswa wajib mengikuti asistensi Praktikum Farmasi


Komunitas.
2. Praktikum dilaksanakan di apotek (selama 2 minggu)
3. Mahasiswa wajib berkoordinasi dengan apoteker pembimbing di apotek setelah mengikuti
asistensi dan mengetahui pembagian kelompok.
4. Mahasiswa wajib mengikuti sepenuhnya aturan yang berlaku di apotek tempat praktikum.
5. Selama praktikum berlangsung (di apotek), mahasiswa diwajibkan menggunakan
jaslaboratorium dilengkapi dengan identitas (name tag).
6. Mahasiswa wajib berpakain rapi dan sopan sesuai dengan aturan di Universitas Muhammadiyah
Purwokerto (tidak memakai pakaian ketat, jeans, dll).
7. Mahasiswa wajib membawa sendiri sumber-sumber informasi dan literatur pendukung yang
dibutuhkan selama praktikum.
8. ljin sakit harus menggunakan surat keterangan dokter, ijin selain sakit harus diberikan kepada
dosen koordinator praktikum dan apoteker pembimbing (ketika sudah dalam proses praktikum)
sebelum kegiatan asistensi atau praktikum dilakukan. Ijin yang disampaikan setelah kegiatan
asistensi atau praktikum tidak diterima dan mahasiswa dianggap tidak mengikuti jalannya
kegiatan praktikum.
9. Segala permasalahan dan kendala yang dihadapi selama proses praktikum yang belum dimuat
dalam ketentuan ini wajib di sampaikan kepada dosen Koordinator Praktikum Farmasi
Komunitas.

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

A. Pendahuluan

Perbendaharaan keilmuan, seperti ilmu kimia, biokimia, fisika dan fisiologi membentuk
pengetahuan dasar dari seorang apoteker.Pengetahuan mengenai obat dan efeknya merupakan dasar
bagi seorang apoteker dalam menjalankan praktek kefarmasian yang profesional.Sebetulnya, dalam
menjalankan praktek kefarmasian, seorang apoteker berinteraksi dengan masyarakat balk sebagai
pasien maupun pengguna jasa apoteker.Dalam hal interaksi antara apoteker dengan pasien atau
pengguna jasa tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keluarga, organisasi, sistem pelayanan
kesehatan yang berlaku maupun budaya.Sehingga dalam menjalankan praktek profesional kefarmasian
tidak cukup hanya menguasai ilmu-ilmu dasar tersebut.Seorang apoteker harus dibekali dengan
pengetahuan dari disiplin ilmu yang berkaitan dengan masyarakat atau Iingkungan seperti humanistic
maupun ilmu sosial.

Aplikasi konsep Pharmaceutical Care (PC) pada setting komunitas sudah mulai perlu untuk
dilakukan, hal ini mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi oleh apoteker di komunitas seperti
tingginya kejadian medication error, pergeseran orientasi masyarakat untuk lebih melakukan self
medication, banyaknya pilihan praktek pengobatan alternatif serta terus bertambahnya obat baru yang
beredar di komunitas. Integrasi antara konsep PC dengan pengetahuan dan ketrampilan apoteker dalam
hal ilmu sosial dan humanistic perlu untuk segera diaplikasikan sehingga pasien mendapatkan terapi
yang terbaik dan mendapatkan efek terapi yang diharapkan.

Penguasaan terhadap common illness yang ada di komunitas merupakan ujung tombak
pelayanan kefarmasian di komunitas oleh apoteker.Hal ini dikarenakan salah satu kompetensi apoteker
di komunitas adalah menyelesaikan berbagai common illness yang timbul terutama menggunakan obat-
obat over the counter (OTC).

Praktikum Farmasi Komunitas merupakan hasil kolaborasi antara dosen fakultas farmasi dan
apoteker yang praktek di komunitas (apotek). Model pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan
gambaran dan bekal ketrampilan kepada mahasiswa farmasi untuk lebih peka terhadap permasalahan-
permasalahan yang ada dalam praktek farmasi komunitas dan bagaimana cara menyelesaikannya. Selain
itu, praktikum ini juga bertujuan untuk membantu pengembangan dan percepatan dari timptementasi
konsep pelayanan kefarmasian pada setting komunitas. Tujuan umum dari Praktikum Farmasi
Komunitas terutama untuk mahasiswa farmasi adalah agar ketika menjadi seorang apoteker diharapkan
mampu untuk melakukan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien sehingga menghasilkan
outcome yang lebih balk.

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 3


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

B. Tujuan Praktikum
1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai peran apoteker di komunitas (apotek).
2. Meningkatkan kepekaan mahasiswa dalam menganalisis permasalahan yang timbul dalam
praktek farmasi komunitas.
3. Memberi keterampilan kepada mahasiswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang timbul dalam praktek farmasi komunitas.
4. Melatih keterampilan mahasiswa dalam melakukan komunikasi terapeutik yang efektif terhadap
pasien ataupun komunikasi secara umum dengan apoteker di komunitas.
5. Melatih keterampilan mahasiswa dalam membuat sarana edukasi tertulis bagi masyarakat.

C. Gambaran Tanis Pelaksanaan Praktikum

Alur pelaksanaan praktikum farmasi komunitas dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Minggu
Jadwal Kegiatan Tempat dan waktu Pembimbing
ke-
Asistensi Praktikum Fakultas Farmasi Dosen Koordinator
I
Praktikum
Observasi Pelayanan Kefarmasian di Apotek (2 minggu) Apoteker pembimbing
Apotek

II S.D. III Pelayanan Swamedikasi di Apotek


Apoteker pembimbing
Pemberian Edukasi Tertulis kepada Apoteker pembimbing
Masyaralcat

D. Penilaian

Komponen penilaian praktikum farmasi komunitas diuraikan dalam tabel di bawah ini :

1. Kedisiplinan (10%)
2. Inisiatif dan keaktifan (10% (10%)
Apoteker pembimbing
3. Penguasaan materi (30%)
(70%)
Komponen Penilaian 4. Kemampuan komunikasi (20%)

Laporan kegiatan (30%)


Dosen pembimbing (30%)

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 4


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa melakukan observasi secara langsung di apotek
2. Mahasiswa mampu memahami pelayanan kefarmasian di apotek secara komprehensif
B. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.35 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, dijelaskan bahwa: Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik EIkefarmasian oleh Apoteker. Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

Standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi standar :

1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, meliputi :
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
e. Pemusnahan
f. Pengendalian, dan
g. Pencatatan dan pelaporan
2. Pelayanan farmasi klinik, meliputi :
a. Pengkajian resep
b. Dispensing
c. Pelayanan informasi obat
d. Konseling
e. Pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care)
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

C. Daftar Pustaka

Anonim.(2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Nomor 35 Tahun 2014.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan

Republik Indonesia: Jakarta.

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 5


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

PATIENT MEDICATION RECORD

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa memahami fungsi Patient Medication Record sebagai alat dokumentasi pengobatan
di apotek
2. Mahasiswa mampu mengisi form Patient Medication Record
B. Tinjauan Pustaka

Patient Medication Record (PMR) merupakan sebuah catatan pengobatan pasien, sebagai alat
dokumentasi pengobatan. Pada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) apoteker
bekerjasama dengan pasien dan profesional kesehatan lain dalam merencanakan, melaksanakan
dan memantau terapi untuk mencapai hasil tertentu. Proses ini melibatkan:
1. Identifikasi masalah terkait obat baik yang mungkin terjadi maupun yang memang telah terjadi
pada pasien.
2. Mengatasi masalah obat yang dialami.
3. Mencegah timbulnya masalah obat.
Untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah terkait obat, maka perlu dilakukan langkah-
langkah berikut:
1. Identifikasi masalah-obat baik yang nyata (memang) maupun yang potensial (kemungkinan)
terjadi.
2. Menentukan tujuan dan hasil terapi yang diharapkan dan kapan tercapainya.
3. Menentukan alternatif.
4. Merencanakan langkah terapi optimal bagi pasien.
5. Identifikasi parameter untuk mengevaluasi hasil terapi.
6. Memberikan edukasi bagi pasien.
7. Komunikasi dan implementarsi rencana farmakoterapi.
Langkah ke 7 merupakan langkah yang sangat penting, pelayanan farmasi ini menunjukkan
bahwa apoteker harus mendokumentasikan, paling sedikit, masalah-obat yang telah teridentifikasi
baik yang mungkin terjadi maupun yang nyata/sudah dialami pasien, dan intervensi yang akan atau
telah dilaksanakan. Apoteker harus mengkomunikasikan rekomendasi dan tindakannya kepada
praktisi kesehatan lainnya baik sesama apoteker maupun non-apoteker (dokter, perawat, dll),
pasien atau keluarga/orang lain yang merawat pasien. Tujuan komunikasi adalah memberikan
catatan yang jelas dan singkat mengenai masalah obat yang telah atau mungkin terjadi,proses
berpikir apoteker yang mengantarkannya hingga mengambil tindakan tertentu, dan tindakan apa
saja yang memang telah dilakukan. Selain itu, jasa medis sebagai imbalan untuk pelayanan kepada
pasien hanya dapat diberikan jika terdapat dokumentasi yang memadai mengenai jasa yang
diberikan.
Ada beberapa macam format yang dikenal untuk mengevaluasi perawatan pasien, misalnya
"Problem-Oriented Medical Record": SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan), "Findings
(informasi subyektif dan obyektif), Assessment (atau impression/kesan), dan Diagnosis (atau
rekomendasi). Beberapa variasi lain misalnya SOAPER (plus Education and Return Instructions),
SOAPIE (plus Intervention and Evaluation), SNOCAMP (Subjective, Nature of presenting problem,

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 6


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

Objective, Conselling, Assessment, Medical decision making and Plan). Pedoman terkini dari
Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS), maka format SOAP tidak lagi dianggap
memenuhi kriteria dokumentasi yang tepat.
Pada format SOAP, subjective (S), objective (0) dicatat kemudian dinilai (assess, A) untuk
membuat rencana (plan P) terapi/tindakan. Data subyektif meliputi gejala pasien, hal-hal yang
diamati pada pasien, dan informasi yang diperoleh mengenai pasien.informasi subyektif bersifat
deskriptif dan biasanya tidak dapat dikonfirmasi melalui uji atau prosedur diagnostik. Kebanyakan
informasi subyektif diperoleh ketika mewawancarai pasien untuk mengumpulkan data riwayat
kesehatan pasien (gejala utama, riwayat penyakit dahulu dan sekarang, riwayat penyakit keluarga,
riwayat sosial, pengobatan, alergi dan tinjauan organ).Informasi subyektif juga dapat diperoleh
setelah mengumpulkan riwayat kesehatan awal (deskripsi mengenai efek samping obat, derajat
keparahan penyakit berdasarkan skala standar).
Sumber utama informasi obyektif adalah pemeriksaan fisik.lnformasi lain termasuk hasil uji
laboratorium, kadar obat dalam darah, dan pemeriksaan diagnostik lain (misalnya ECG, X-rays,
kultur dan uji sensitivitas antibiotik). Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit tertentu juga
dicatat.Demikian pula hasil uji laboratorium yang penting baik positif maupun negatif. Hasil negatif
yang penting antara lain adalah tanda-tanda penyakit atau gejala yang tidak ditemukan pada pasien
yang sedang dievaluasi.
Pada bagian Penilaian / Assessment (A) didokumentasikan dugaan klinisi mengenai
masalah/penyakit yang dibuat berdasarkan informasi subyektif dan obyektif pasien, Penilaian ini
biasanya berupa diagnosis atau diagnosis banding. SOAP juga harus mencantumkan semua alasan
yang mendasari penilaian klinisi. Hal ini akan membantu para klinisi lain untuk mengerti bagaimana
sejawat klinisi tertentu sampai pada kesimpulan yang dibuat.
Rencana / Plan (P) meliputi permintaan uji laboratorium tertentu, memulai, memperbaiki atau
menghentikan terapi.Jika dilakukan perubahan farmakoterapi maka alasan perubahan tersebut
harus dijelaskan. Nama obat, bentuk sediaan, waktu/jadwal pemberian, cara pemberian dan lama
terapi harus ditulis. Rencana terapi yang dibuat harus mempunyai tujuan/ target yang ingin dicapai
yang bersifat spesifik, terukur, dan tertulis. Rencana tersebut juga harus menjelaskan parameter
efikasi dan toksisitas yang digunakan untuk menilai apakah tujuan terapi tercapai, dan untuk
mendeteksi atau mencegah efek samping obat.ldealnya, informasi terapi yang perlu
dikomunikasikan/dibicarakan dengan pasien juga ditulis pada rencana tersebut. Rencana terapi
harus sering ditinjau sesuai keperluan.

C. Daftar Pustaka

Jones, R.M. dan Rospond, R.M. (2008).Patient Assessment in Pharmacy Practice. (Diterjemahkan
oleh: Benediktus Yohan dan D. Lyrawati). William & Wilkins: Lippincott.

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 7


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

PELAYANAN SWAMEDIKASI DI APOTEK

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan pelayanan swamedikasi terhadap minor ilnesses di apotek
secara langsung kepada pasien dalam pendampingan oleh pembimbing apotek.
2. Mahasiswa mampu menerapkan konsep terapi dalam pelayanan swamedikasi di apotek.

B. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Swamedikasi
Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan
obat baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang untuk melindungi diri dari
penyakit dan gejalanya.
Sedangkan menurut The International Pharmaceutical Federation (FIP) yang dimaksud dari
swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat non resep oleh seseorang atas
inisiatif sendiri.
Swamedikasi akan memberikan manfaat yang besar berkaitan dengan penggunaan obat
yang rasional untuk kesahatan jika dilakukan secara tepat. Namun bisa juga menimbulkan hal-
hal yang tidak diinginkan seperti tidak sembuhnya penyakit atau munculnya penyakit baru
karena obat tersebut. Oleh karena itu untuk melakukan swamedikasi secara aman, efektif dan
terjangkau, masyarakat perlu informasi,pengetahuan, dan keterampilan yang jelas dan benar.
Untuk mengetahui kebenaran swamedikasi (menggunakan obat secara rasional) dapat
digunakan indikator sebagi berikut:
a. Tepat obat, pelaku swamedikasi dalam melakukan pemilihan obat hendaknya sesuai dengan
keluhan yang dirasakannya dan mengetahui kegunaan obat yang diminum.
b. Tepat golongan, pelaku swamedikasi hendaknya menggunakan obat yang termasuk
golongan obat bebas dan bebas terbatas.
c. Tepat dosis, pelaku swamedikasi dapat menggunakan obat secara benar meliputi cara
pemakaian, aturan pakai dan jumlah obat yang digunakan.
d. Tepat waktu (lama pengobatan terbatas), pelaku swamedikasi mengetahui kapan harus
menggunakan obat dan batas waktu menghentikannya untuk segera meminta pertolongan
tenaga medis jika keluhannya tidak berkurang.
e. Waspada efek samping, pelaku swamedikasi mengetahui efek samping yang timbal pada
penggunaan obat sehingga dapat mengambil tindakan pencegahan serta mewaspadainya.

Tanggung jawab dalam swamedikasi menurut World Health Organization (WHO) terdiri dari
dua yaitu:
a. Pengobatan yang digunakan harus terjamin keamanan, kualitas dan keefektifannya.
b. Pengobatan yang digunakan diindikasikan untuk kondisi yang dapat dikenali sendiri dan
untuk beberapa macam kondisi kronis dan tahap penyembuhan (setelah diagnosis medis
awal). Pada seluruh kasus, obat harus didesain spesifik untuk tujuan pengobatan tertentu
dan memerlukan bentuk sediaan dan dosis yang benar.

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 8


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

Penyakit yang umum disembuhkan dengan jalan swamedikasi antara lain sakit kepala,
batuk, sakit mata, konstipasi, diare, sakit perut, sakit gigi, penyakit pada kulit seperti panu, sakit
pada kaki dan lain sebagainya

2. Konsep Terapi dalam Pelayanan Kefarmasian


Konsep-konsep yang harus dikenal dan dikuasai mahasiswa sebeium menjalani praktikum
antara lain:
a. Assessment - care plan - follow up
Konsep ini merupakan inti dari pelayanan kefarmasian.Apoteker diharapkan mampu
untuk melakukan penggalian permasalahan yang berkaitan dengan obat (asessment) pada
seorang pasien yang datang pada pelayanan kesehatan.Permasalahan yang berkaitan
dengan obat (Drug Related Problems/DRP) dapat berupa (1).Obat yang sebenarnya tidak
perlu diberikan pada pasien, (2).Pasien sebetulnya membutuhkan obat tambahan, (3).Obat
yang digunakan tidak efektif pada pasien tersebut, (4).Dosis yang digunakan oleh pasien
terlalu rendah, (5).Pasien mengalami efek samping obat, (6).Dosis yang digunakan oleh
pasien terlalu tinggi sehingga pasien mengalami efek yang tidak diinginkan, dan (7).Terdapat
kondisi yang mengakibatkan pasien tidak mampu untuk mendapatkan atau menggunakan
obat.
Informasi yang dibutuhkan dalam proses ini antara lain mengenai alasan mengapa
pasien dating ke apotek, data demografi pasien, riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat,
dan informasi pendukung lain berkaitan dengan keluhan pasien.
Setelah mampu mengeksplorasi permasalahan yang dialami oleh seorang pasien, maka
apoteker harus mampu untuk merencanakan dan memberikan rekomendasi sofusi (care
plan) untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan obat tadi.Rekomendasi dapat
berupa pemberian obat, penghentian penggunaan obat, penggantian obat, dosis dan
frekuensi penggunaan. Selain itu apoteker diharapkan mampu menentukan waktu dan jenis
follow up yang akan dilakukan yang berkaitan dengan rekomendasi yang diberikan.
Tahap follow up dilakukan untuk mengevaluasi hasil rekomendasi terapi yang telah
diberikan. Tahap ini idealnya dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati oleh
pasien dengan apoteker sebelumnya.Selain itu parameter klinik yang dievaluasi harus
berkaitan dengan keluhan sebelumnya, obat yang digunakan serta tindakan non-
farmakologi Iainnya. Dalam Praktikum Farmasi Komunitas, tahap follow up tidak dilakukan.
Untuk dapat melakukan proses assessment dan care plan dengan baik, mahasiswa dapat
menggunakan formulir patient medication records yang ada di dalam buku ini. Selain itu
mahasiswa juga harus membekali diri dengan pengetahuan tentang minor illness yang ada
di apotek tempat praktek farmasi komunitas.
Aplikasi konsep assessment — care plan - follow up pada Praktikum Farmasi Komunitas
adalah mahasiswa menggali informasi yang berkaitan dengan keluhan yang dialami pasien
dengan lengkap dan maksimal, selain itu mahasiswa akan membuat rencana terapi dan
follow up sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 9


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

b. Pharmacotherapy work up
Pharmacotherapy work up adalah suatu konsep yang disusun untuk membantu
apoteker dalam menemukan adanya DRP's potensial maupun aktual dari suatu terapi.
konsep pharmacotherapy work up sangat memudahkan apoteker atau mahasiswa yang
akan melakukan praktek di apotek untuk memperoleh informasi mengenai DRPs pada
pasien. Proses penggalian informasi ini dilakukan pada tahap assessment.

Mahasiswa diharapkan mampu untuk menggali permasalahan yang dialami pasien saat
ini (indication), kemudian mendapatkan informasi mengenai obat-obat yang digunakan oleh
pasien (drug product) dan dosis dan frekuensi penggunaan obat tersebut (dosage regiment)
serta mengidentifikasi outcome dari pengobatan (untuk pasien yang sudah menjalani
pengobatan sebelumnya).Outcome dapat dinilai dari aspek efektivitas dan keamanan akibat
dari penggunaan obat atau pengobatan sebelumnya.Bagan lengkap pharmacotherapy work
up dapat dilihat pada gambar 1.
Penilaian efektivitas dapat diperoleh dari informasi mengenai data laboratorium pasien
atau gejala klinis yang dirasakan pasien.Sedangkan keamanan dari pengobatan atau
penggunaan obat yang telah dilakukan dapat dinilai dari adanya toksisitas yang dialami
pasien atau adanya efek samping obat.
Aplikasi konsep pharmacotherapy work up pada praktikum farmasi komunitas adalah
analisis, identifikasi dan evaluasi pengobatan pasien atau gejala yang dialami pasien serta
pemberian rekomendasi pengobatan kepada pasien yang dilakukan oleh mahasiswa dengan
supervisi penuh dan persetujuan dari apoteker pembimbing di lapangan.

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 10


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

c. Minor illness
Beberapa penyakit minor yang sering dihadapi oleh apoteker di komunitas adalah
gangguan pernafasan (influenza, batuk, radang tenggorokan, dan rhinitis alergi), gangguan
pencernaan (sariawan, heartburn, indigestion, mual, muntah, motion sickness, konstipasi,
diare, irritable bowel syndrome, dan haemorrhoid), gangguan pada kulit (eksim/dermatitis,
acne, athlete's foot, cold sores, warts and verrucae, scables, ketombe, rambut rontok,
psoriasis), nyeri (sakit kepada, nyeri tulang, otot dan sendi), kesehatan wanita (cystitis,
dismenorea, vaginal thrush, emergency hormonal contraception, gejala umum ketika hamil),
gangguan mata dan telinga, gangguan pada anak (common childhood rashes, colic, teething,
napkin rash, head ice, threadworms, oral trush), insomnia dan pencegahan penyakit
jantung.
Aplikasi dari pengetahuan mengenai common illness di apotek pada praktikum ini
adalah mahasiswa akan mengenali beberapa penyakit minor yang ada di komunitas dan
berusaha untuk menangani penyakit-penyakit ini dengan supervisi penuh dari apoteker yang
praktek di apotek (pembimbing apotek).
d. Communication Skill
Keterampilan dalam berkomunikasi dengan pasien maupun apoteker pembimbing di
lapangan sangat penting untuk diperhatikan oleh mahasiswa. Komunikasi yang balk akan
memberikan respon yang positif dari pasien khususnya untuk mau diajak bekerjasama
dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan yang dialami oleh pasien tersebut. Selain itu
etika dan perilaku yang baik harus dijalankan oleh mahasiswa ketika melakukan praktikum
farmasi komunitas di apotek.
Terdapat beberapa hal yang harus di kuasai oleh seorang apoteker pada pelayanan
swamedikasi, yaitu membedakan antara gejala minor dan gejala yang lebih serius,
kemampuan mendengarkan (listening skills), kemampuan bertanya (questioning skills), serta
pemilihan terapi berdasarkan bukti keefektifan terapi (Blenkinsopp dan Paxton, 2002). Dua
diantaranya merupakan keterampilan berkomunikasi dengan pasien,
C. Daftar Pustaka

Anonim.(2000). Guidelines for the Regulatory Assessment of Medicinal Products for Use in Self-
Medication. World Health Organization: Geneva.

Anonim.(2002). PIP Statment of Professional Standards Continuing Professional Development. Tanggal


akses: 23 September 2013. http://www.fip.org/www/upload/database file.php

Blenkinsopp A dan Paxton P. (2002). Symptoms in the pharmacy: A guide to the management of
common illness, Blackwell science Ltd.

Cipolle, R.J., Strand L.M., Morley, P.C. (1998). Pharmaceutical Care Practice, The McGraw-Hill: New York.

Karen J. Tietze. (2004). Clinical Skill for Pharmacists A patient-Focused Approach, 2nd Edition, Mosby, St.
Louis.

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 11


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI KEPADA PASIEN

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu membuat sarana informasi dan edukasi tertulis kepada pasien dan/atau
masyarakat sebagai salah satu pelayanan kefarmasian di apotek.
B. Tinjauan Pustaka
1. Informasi dan Edukasi sebagai Bagian Konseting

Salah satu tujuan utama konseling pasien adalah memberikan informasi dan meng8dukasi
pasien.Hal ini meliputi meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pasien tentang
pengobatan dan kondisi kesehatan pasien agar terjadi perubahan sikap dan perilaku yang
berkaitan dengan pengobatan dan kondisi tersebut.Pasien mempunyai kebutuhan dan
keinginan beragam sehubungan dengan informasi dan edukasi mengenai pengobatannya.

Apoteker dapat menerapkan berbagai metode edukasi pada pasien, mulai dari metode
ceramah, dialog dan diskusi, informasi cetak sampai dengan metode audiovisual, demonstrasi
(dan praktek) teknik, simulasi video dan belajar dengan bantuan komputer. Dengan
perkembangan Internet, sekarang semakin banyak sumber informasi kesehatan tersedia untuk
apoteker dan pasien.

Apoteker sering menggunakan informasi cetak.Beberapa yuridiksi mewajibkan pabrik farmasi


melengkapi produknya dengan informasi cetak; apoteker sering diminta untuk memberikan
informasi tertulis, baik hanya informasi tersebut ataupun sebagai pelengkap untuk instruksi-
instruksi yang diberikan secara lisan.

Bila informasi cetak tentang obat atau penyakit tertenutu diberikan begitu saja menunjukkan
keefektifan yang sangat rendah dalam meningkatkan pengetahuan pasien atau mempengaruhi
sikap dan perilaku pasien.Hal ini karena kualitas informasi tertulis bervariasi dan kebutuhan dan
kemampuan pasien dalam memahami informasi juga berbeda.Pemberian lembar informasi obat
sebaiknya disertai dengan konseling secara lisan.

Informasi cetak dapat diberikan pada pasien dalam berbagai bentuk, antara lain penandaan
resep (etiket obat) wajib, penandaan tambahan, lembar informasi, pamflet atau buklet.
Informasi cetak harus menggambarkan dan menegaskan informasi yang diberikan secara
lisan.Informasi sedapat mungkin diseduaikan dengan situasi pasien untuk menghindari
keslahpahaman (misalnya, laki-laki dan geriatri tidak perlu diberikan peringatan tentang
penggunaan pada kehamilan). Kualitas dan kuantitas informasi cetak harus dinilai dengan
mempertimbangkan tingkat melek aksara dan bahasa, tata letak, dan ukuran cetakan,

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 12


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

2. Tujuan Edukasi dan Kebutuhan Pasien


Konseling dapat memiliki berbagai tujuan, yang akan berbeda-beda sesuai dengan pasien
dan situasi. Tujuan edukasi yang berbeda-beda harus didasarkan pada kebutuhan
pasien.konseling pada satu pasien dapat memiliki lebih dari satu tujuan belajar karena
bervariasinya kebutuhan pasien.
Pasien harus menerima pengetahuan tentang pengobatan dan cara penggunaan obat yang
diterimanya. Pasien harus mengerti bagaimana cara menggunakan obat dan bagaimana obat
menyembuhkan penyakitnya. Pasien juga mungkin memerlukan bantuan untuk memahami
bagaimana obat dapat mengurangi atau mencegah gejala dan apa implikasi sakit atau
penggunaan obat pada gaya hidup pasien.
Pasien tidak harus menerima informasi, tetapi juga harus mempunyai kesempatan untuk
membuat informasi tersebut menjadi bagian dalam dirinya melalui edukasi dan kesempatan
untuk memahami cara menerapkan informasi yang diberikan.
Pasien juga harus mengembangkan keterampilan menggunakan obat, seperti mengikuti
regimen penggunaan obat yang rumit atau menggunakan inhaler.Pasien juga mungkin perlu
mengubah sikap untuk dapat memperoleh manfaat terbesar dari pengobatannya.

Tabel 1. Metode Edukasi untuk Memenuhi Kebutuhan Pasien


Kebutuhan Pasien Metode Paling Tepat
 Memperbaiki pengetahuan  Metode ceramah, dialog, memberikan
 Memperbaiki pemahaman bacaan dan audiovisual
 Mengembangkan keterampilan  Memperagakan teknik, dialog dan diskusi
 Mengubah sikap  Mendorong pasien untuk memperagakan
teknik
 Dialog clan diskusi, simulasi video

Apoteker harus menentukan kebutuhan dan tujuan khusus melakukan konseling untuk
setiap pasien, lalu memilih metode edukasi dan konseling yang paling sesuai untuk tujuan
tersebut.

3. Mempersiapkan Materi Edukasi Tertulis (Leaflet)


Tabel 2. Saran untuk Mempersiapkan Materi Edukasi Tertulis Untuk Pasien
Susunan kata  Gunakan kata-kata umum, sebaiknya satu arah atau due suku kata,
dan berikan definisi kata-kata medis atau teknis
 Gunakan indeks keterbacaan dan sesuaikan untuk menghasilkan
tingkat keterbacaan untuk kelas lima atau enam
 Gunakan name dagang dan name generik dan berikan panduan
pengucapannya

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 13


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

 Sedapat mungkin gunakan kalimat aktif setiap saat (misal: "telan


setiap kapsul dengan air"
 Sedapat mungkin, gunakan kalimat positif setiap saat, kecuali kalimat
untuk mencegah tindakan (misal: "gunakan saat makan" dan bukan
"jangan gunakan saat perut kosong")
 Gunakan kalimat yang spesifik (misal: "minum paling sedikit 250 ml
air" dan bukan "minum banyak air")
Tata letak  Gunakan judul dan subjudul dan bukan penomoran Kelompokkan
atau "buat potongan" informasi sejenis dengan menggunakan judul
yang jelas dan singkat
 Gunakan garis tepi dan berikan banyak tempat kosong
 Tekankan poin-poin penting dengan membuat tipe tulisan yang
berbeda, huruf tebal, memberikan garis bawah, atau ditulis dalam
kotak atau kolom
 Gunakan warna
 Gunakan angka arab atau angka romawi untuk huruf dan daftar
 Gunakan huruf besar dan kecil dan bukan huruf balok kapital
karenalebih sulit dibaca
 Simbol gambar harus tetap sederhana dan ditempatkan di dekat teks
yang terkait .
 Gunakan ukuran huruf paling tidak 14 dan buat cetakan yang lebih
besar bila Diperlukan
isi dan Penyampaian  Penuhi kebutuhan khusus pasien
Konsep  Gunakan materi yang akurat, objektif dan tidak bias
 Presentasikan resiko dalam bentuk perbandingan
 pertimbangkan resiko sesuai dengan keadaan masing-masing peserta
jika memungkinkan
Struktur dan  Gunakan kalimat yang singkat dan sederhana
Pengaturan  Kalimat dan paragraf harus tetap pendek (10 kata atau kurang per
kalimat)
 Berikan satu gagasan dalam satu kalimat, dan batasi banyaknya
gagasan dalam setiap halaman
 Berikan alasan untuk instruksi yang diberikan
 Awali informasi dengan pengorganisasi pendahulu (misal: beberapa
hal yang dapat mengurangi nyeri pungggung antara lain...)
 Berikan tujuan (misal: "informasi ini akan membantu Anda dalam
menggunakan inhaler")
 Berikan pertanyaan yang dilanjutkan dengan informasi (misal: "apa
yang harus saya lakukan jika saya merasa pusing?"
 Gunakan daftar periksa, diagram, dan grafik yang sederhana

C. Daftar Pustaka

Rantucci, M.J. (2009) Komunikasi Apoteker-Pasien: Panduan Konseling Pasien, Edisi 2. Editor Edisi
Bahasa Indonesia, EGC: Jakarta.

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 14


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

PATIENT MEDICATION RECORDS (1)

ASSESSMENT
Tanggal Nomor PMR
Nama Alamat
Informasi
Pasien

No. Handphone No. Telepon

Catatan Lain

Tanggal Lahir Jenis Kelamin ( L / P ) Agama


Demografi
Pasien

Tinggi Badan Berat Badan Pekerjaan


Status Kehamilan ( Y / T ) Hari Perkiraan Lahir Status Menyusui ( Y / T )

Riwayat alergi
Kepada Pasien
Perhatian

Riwayat adverse reaction

Lain-lain ( kewaspadaan lain. Kebutuhan khusus, dll )

Apa perilaku umum pasien dalam meminum obat? Membutuhkan


perhatian dalam
care plan
Pengalaman Pengobatan

Y T
Apa yang pasien harapkan terhadap pengobatannya? Membutuhkan
perhatian dalam
care plan
Y T
Seberapa besar pemahaman pasien terhadap pengobatannya? Membutuhkan
perhatian dalam
care plan
Y T

Substansi Riwayat penggunaan Substansi Riwayat penggunaan


 Tembakau  0-1 Pak Per Hari  Alkohol  <2x Minum Dalam
 Tidak  >1 Pak Per Hari  Tidak Seminggu
Menggunakan  Memiliki Riwayat Menggunaka  2-6x Minum Dalam
Tembakau Merokok n Alkohol Seminggu
Riwayat Lain

 Berusaha Berhenti  >6x Minum Dalam


Seminggu
 Memiliki Riwayat
Ketergantungan alkohol
 Kafein  <2 Galas Per Ha Ri Penggunaan
 Tidak  >2 Galas Per Hari Recreational
Menggunakan  Memiliki Riwayat Drug
Kafein Ketergantungan Kafein

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 15


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

TANDA VITAL
0
Tanda TD: / mmHg Suhu tubuh: C
Nadi: bpm RR:
Vital
Sejarah pengobatan sebelumnya

Indikasi Terapi obat Respon Tanggal


obat sebelumnya
Riwayat terapi

Indikasi Produk obat Dosis Tanggal mulai Respon


pengobatan saat ini
Keadaan medis dan

CARE PLAN
Tanda dan gejala

Rekomendasi tanggal
Indikasi Produk obat Dosis
monitoring
Rekomendasi farmasis

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 16


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

Rekomendasi
Pemberian Informasi Obat,
Rencana Monitoring ( What, When, How )

Rekomendasi Umum

Pemberian Informasi Obat

Rencana Monitoring

Tanggal : Paraf Pembimbing

Keterangan :

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 17


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

PATIENT MEDICATION RECORDS (2)

ASSESSMENT
Tanggal Nomor PMR
Nama Alamat
Informasi
Pasien

No. Handphone No. Telepon

Catatan Lain

Tanggal Lahir Jenis Kelamin ( L / P ) Agama


Demografi
Pasien

Tinggi Badan Berat Badan Pekerjaan


Status Kehamilan ( Y / T ) Hari Perkiraan Lahir Status Menyusui ( Y / T )

Riwayat alergi
Kepada Pasien
Perhatian

Riwayat adverse reaction

Lain-lain ( kewaspadaan lain. Kebutuhan khusus, dll )

Apa perilaku umum pasien dalam meminum obat? Membutuhkan


perhatian dalam
care plan
Pengalaman Pengobatan

Y T
Apa yang pasien harapkan terhadap pengobatannya? Membutuhkan
perhatian dalam
care plan
Y T
Seberapa besar pemahaman pasien terhadap pengobatannya? Membutuhkan
perhatian dalam
care plan
Y T

Substansi Riwayat penggunaan Substansi Riwayat penggunaan


 Tembakau  0-1 Pak Per Hari  Alkohol  <2x Minum Dalam
 Tidak  >1 Pak Per Hari  Tidak Seminggu
Menggunakan  Memiliki Riwayat Menggunaka  2-6x Minum Dalam
Tembakau Merokok n Alkohol Seminggu
Riwayat Lain

 Berusaha Berhenti  >6x Minum Dalam


Seminggu
 Memiliki Riwayat
Ketergantungan alkohol
 Kafein  <2 Galas Per Ha Ri Penggunaan
 Tidak  >2 Galas Per Hari Recreational
Menggunakan  Memiliki Riwayat Drug
Kafein Ketergantungan Kafein

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 18


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

TANDA VITAL
0
Tanda TD: / mmHg Suhu tubuh: C
Nadi: bpm RR:
Vital
Sejarah pengobatan sebelumnya

Indikasi Terapi obat Respon Tanggal


obat sebelumnya
Riwayat terapi

Indikasi Produk obat Dosis Tanggal mulai Respon


pengobatan saat ini
Keadaan medis dan

CARE PLAN
Tanda dan gejala

Rekomendasi tanggal
Indikasi Produk obat Dosis
monitoring
Rekomendasi farmasis

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 19


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

Rekomendasi
Pemberian Informasi Obat,
Rencana Monitoring ( What, When, How )

Rekomendasi Umum

Pemberian Informasi Obat

Rencana Monitoring

Tanggal : Paraf Pembimbing

Keterangan :

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 20


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

PATIENT MEDICATION RECORDS (3)

ASSESSMENT
Tanggal Nomor PMR
Nama Alamat
Informasi
Pasien

No. Handphone No. Telepon

Catatan Lain

Tanggal Lahir Jenis Kelamin ( L / P ) Agama


Demografi
Pasien

Tinggi Badan Berat Badan Pekerjaan


Status Kehamilan ( Y / T ) Hari Perkiraan Lahir Status Menyusui ( Y / T )

Riwayat alergi
Kepada Pasien
Perhatian

Riwayat adverse reaction

Lain-lain ( kewaspadaan lain. Kebutuhan khusus, dll )

Apa perilaku umum pasien dalam meminum obat? Membutuhkan


perhatian dalam
care plan
Pengalaman Pengobatan

Y T
Apa yang pasien harapkan terhadap pengobatannya? Membutuhkan
perhatian dalam
care plan
Y T
Seberapa besar pemahaman pasien terhadap pengobatannya? Membutuhkan
perhatian dalam
care plan
Y T

Substansi Riwayat penggunaan Substansi Riwayat penggunaan


 Tembakau  0-1 Pak Per Hari  Alkohol  <2x Minum Dalam
 Tidak  >1 Pak Per Hari  Tidak Seminggu
Menggunakan  Memiliki Riwayat Menggunaka  2-6x Minum Dalam
Tembakau Merokok n Alkohol Seminggu
Riwayat Lain

 Berusaha Berhenti  >6x Minum Dalam


Seminggu
 Memiliki Riwayat
Ketergantungan alkohol
 Kafein  <2 Galas Per Ha Ri Penggunaan
 Tidak  >2 Galas Per Hari Recreational
Menggunakan  Memiliki Riwayat Drug
Kafein Ketergantungan Kafein

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 21


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

TANDA VITAL
0
Tanda TD: / mmHg Suhu tubuh: C
Nadi: bpm RR:
Vital
Sejarah pengobatan sebelumnya

Indikasi Terapi obat Respon Tanggal


obat sebelumnya
Riwayat terapi

Indikasi Produk obat Dosis Tanggal mulai Respon


pengobatan saat ini
Keadaan medis dan

CARE PLAN
Tanda dan gejala

Rekomendasi tanggal
Indikasi Produk obat Dosis
monitoring
Rekomendasi farmasis

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 22


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

Rekomendasi
Pemberian Informasi Obat,
Rencana Monitoring ( What, When, How )

Rekomendasi Umum

Pemberian Informasi Obat

Rencana Monitoring

Tanggal : Paraf Pembimbing

Keterangan :

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 23


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

PATIENT MEDICATION RECORDS (4)

ASSESSMENT
Tanggal Nomor PMR
Nama Alamat
Informasi
Pasien

No. Handphone No. Telepon

Catatan Lain

Tanggal Lahir Jenis Kelamin ( L / P ) Agama


Demografi
Pasien

Tinggi Badan Berat Badan Pekerjaan


Status Kehamilan ( Y / T ) Hari Perkiraan Lahir Status Menyusui ( Y / T )

Riwayat alergi
Kepada Pasien
Perhatian

Riwayat adverse reaction

Lain-lain ( kewaspadaan lain. Kebutuhan khusus, dll )

Apa perilaku umum pasien dalam meminum obat? Membutuhkan


perhatian dalam
care plan
Pengalaman Pengobatan

Y T
Apa yang pasien harapkan terhadap pengobatannya? Membutuhkan
perhatian dalam
care plan
Y T
Seberapa besar pemahaman pasien terhadap pengobatannya? Membutuhkan
perhatian dalam
care plan
Y T

Substansi Riwayat penggunaan Substansi Riwayat penggunaan


 Tembakau  0-1 Pak Per Hari  Alkohol  <2x Minum Dalam
 Tidak  >1 Pak Per Hari  Tidak Seminggu
Menggunakan  Memiliki Riwayat Menggunaka  2-6x Minum Dalam
Tembakau Merokok n Alkohol Seminggu
Riwayat Lain

 Berusaha Berhenti  >6x Minum Dalam


Seminggu
 Memiliki Riwayat
Ketergantungan alkohol
 Kafein  <2 Galas Per Ha Ri Penggunaan
 Tidak  >2 Galas Per Hari Recreational
Menggunakan  Memiliki Riwayat Drug
Kafein Ketergantungan Kafein

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 24


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

TANDA VITAL
0
Tanda TD: / mmHg Suhu tubuh: C
Nadi: bpm RR:
Vital
Sejarah pengobatan sebelumnya

Indikasi Terapi obat Respon Tanggal


obat sebelumnya
Riwayat terapi

Indikasi Produk obat Dosis Tanggal mulai Respon


pengobatan saat ini
Keadaan medis dan

CARE PLAN
Tanda dan gejala

Rekomendasi tanggal
Indikasi Produk obat Dosis
monitoring
Rekomendasi farmasis

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 25


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

Rekomendasi
Pemberian Informasi Obat,
Rencana Monitoring ( What, When, How )

Rekomendasi Umum

Pemberian Informasi Obat

Rencana Monitoring

Tanggal : Paraf Pembimbing

Keterangan :

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 26


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

SARANA EDUKASI TERTULIS PADA PASIEN / MASYARAKAT

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 27


Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Komunitas

HALAMAN PENGESAHAN

Nama :……………………………………………………………………………………………………………………………………

NIM :……………………………………………………………………………………………………………………………………

Telah menyelesaikan Pratikum Farmasi Komunitas di Apotek ………………………………………………..

Pada Tanggal ……………………………………………. Sampai dengan …………………………………………………..

Mengetahui,

Apoteker Pembimbing,

……………………………………………………………………

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 28

Anda mungkin juga menyukai