Anda di halaman 1dari 5

Bantuan hidup dasar pada anak dilakukan dengan tujuan salah satunya yaitu untuk menolong

anak pada saat terjadi kegawatdaruratan dalam kejadian henti nafas dan henti jantung. Rantai
keselamatan pada Bantuan Hidup Dasar atau BHD pada anak diantaranya :

1. Mencegah terjadinya cedera dan henti jantung


2. Melakukan RJP secara dini dengan teknik penekanan yang tepat
3. Aktivasi Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
4. Melakukan Bantuan Hidup Lanjut yang efektif
5. Melakukan resusitasi pasca henti jantung secara terintegrasi

Berikut adalah langkah-langkah dalam BHD pada anak :

Pastikan Keselamatan Diri Sendiri dan Korban

Selalu pastikan area penolong dan korban aman untuk kedua belah pihak

Pastikan Korban Membutuhkan RJP

Jika korban bernafas secara normal, tidak perlu melakukan RJP. Jika tidak ada cedera segera
miringkan kepala korban atau baringkan dalam posisi pemulihan untuk mematenkan jalan
nafas dan mencegah tersedak. Namun, jika korban tidak sadarkan diri, tidak memberikan
respon dan tidak bernafas atau nafasnya terengah-engah, segera mulai lakukan RJP

"Baca Juga : Konsep Bantuan Hidup Dasar"


Mulai Penekanan Dada

Penekanan dada dilakukan secara cepat dengan kecepatan minimal 100 kali per menit, lalu
secara kuat, berikan penekanan dengan gaya tekan hingga sedalam minimal 4 cm pada bayi
dan minimal 5 cm pada anak. Lalu pastikan dada mengembang kembali secara sempurna
untuk memungkinkan darah kembali terisi dahulu pada jantung, minimalisasi interupsi saat
penekanan dada dan jangan berikan bantuan nafas yang berlebihan. Lakukan penekanan pada
permukaan yang datar dan keras.
Untuk kasus bayi, penekanan dada dilakukan pada tulang dada dengan jari, tempatkan jari
dibawah garis antara puting bayi. Jangan sampai melakukan penekanan pada ujung tulang
dada dan tulang rusuk.
Untuk anak, penekanan dada dilakukan pada bagian setengah bawah dari tulang dada, dengan 1
atau 2 tangan, menggunakan bagian pangkal dari telapak tangan. Pada anak akan lebih baik jika
penolong tidak hanya melakukan penekanan, tetapi juga memberikan nafas bantuan. Akan tetapi,
jika penolong tidak terlatih untuk memberikan nafas bantuan, maka tidak perlu dilakukan.

uka Jalan Nafas dan Beri Nafas Bantuan


Lakukan penekanan dada dan bantuan nafas secara terkoordinasi. Untuk 1 orang penolong, rasio
perbandingan dengan pemberian nafas bantuan yang dilakukan adalah 30:2, dimana setelah
dilakukan 30 kali penekanan terlebih dahulu, diikuti dengan 2 nafas bantuan, sebanyak 5 siklus.

Untuk korban anak dan bayi, jika terdapat 2 penolong yang merupakan tenaga kesehatan yang
sudah terlatih untuk melakukan bantuan hidup dasar dilakukan bantuan dengan perbandingan
penekanan dada dan nafas bantuan sebesar 15:2. Untuk bayi, lakukan pemberian nafas dengan
teknik mulut penolong ke mulut dan hidung bayi. Pastikan seluruh mulut dan hidung korban
tertutup. Untuk anak, lakukan dengan teknik mulut ke mulut seperti pada orang dewasa. Setiap
nafas diberikan sekitar 1 detik, pastikan terdapat kenaikan dada ketika diberikan nafas bantuan.

"Baca Juga : Syok - Pengelolaan Syok dan Resusitasi Cairan"

Mengaktifkan SPGDT

Jika ada dua penolong, salah satu penolong harus segera mengaktifkan SPGDT bersamaan dengan
Bantuan Hidup Dasar yang dilakukan oleh penolong yang satu. Pada anak, SPGDT dilakukan setelah
melakukan siklus RJP selama 2 menit (5 siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari 30
penekanan dan 2 bantuan nafas). Setelah itu, penolong harus kembali dan menggunakan alat kejut
jantung otomatis (AED) jika ada atau melanjutkan RJP. RJP dilakukan hingga bantuan datang atau
korban bernafas secara normal. Bagi warga Bandung, untuk mengantisipasi keadaan gawat darurat,
bisa menghubungi Public Safety Center 119 Bandung atau mengubungi nomor telepon (022)
2031711 dan juga akun twitter di @Bdgemergency. Semoga bermanfaat.

Referensi :

Buku Panduan Basic Trauma and Basic Cardiac Life Support

Share:

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest


Related Posts:

TINDAKAN DIAGNOSTIK PENUNJANG PADA GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN

PRINSIP DASAR PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT

NILAI NORMAL TANDA-TANDA VITAL PADA BAYI DAN ANAK

ANATOMI FISIOLOGIS SISTEM PERNAPASAN BAWAH

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONKHIALE

Older Post → Home


No comments:

Post a Comment
Search

 Popular
 Ads
 Blog Archives

Popular Posts

DAFTAR AKADEMI KEPERAWATAN DI KOTA BANDUNG BESERTA AKREDITASI BAN-PT

Akademi keperawatan di Indonesia, kini sudah bertebaran dimana-mana, di berbagai kota di


seluruh Indonesia. Tetapi, masih banyak adik-adik ...

 NILAI NORMAL TANDA-TANDA VITAL PADA BAYI DAN ANAK

Sebagai seorang perawat, melakukan pengukuran tanda-tanda vital sudah menjadi suatu
keharusan dalam menilai keadaan umum pasien, terutama...

 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN BAYI HIPERBILIRUBIN YANG


TERPASANG FOTO TERAPI

PENGERTIAN Memberikan perawatan kepada bayi yang terpasang foto terapi atau bayi yang
mengalami hiperbilirubin merupakan salah satu asuhan...

PENERIMAAN MAHASISWA BARU POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2018

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung (Poltekkes Bandung) adalah salah satu institusi
pendidikan tinggi kesehatan negeri yang merupakan Uni...

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGKAJIAN PADA ANAK (PART 1)


Sahabat perawat semua, pasti pernah merasakan bagaimana susahnya melakukan
pengkajian pada anak. Nah, kali ini saya akan membahas bagaimana...

Post Terbaru

LANGKAH-LANGKAH BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PADA ANAK


DAN BAYI

Bantuan hidup dasar pada anak dilakukan dengan tujuan salah satunya yaitu untuk menolong
anak pada saat terjadi kegawatdaruratan dalam keja...

Halaman Situs

 Home
 Artikel Kesehatan
 Keperawatan
 Standar Operasioanl Prosedur
 CPNS
 Contact Us
 Privacy Policy
 Disclaimer

Pada anak yang tidak sadarkan diri, biasanya lidah menghalangi saluran pernafasan, oleh karena itu
penolong harus membuka jalan nafas korban dengan teknik menengadahkan kepala dan
pengangkatan dagu (head tilt, chin lift)

Anda mungkin juga menyukai