anak pada saat terjadi kegawatdaruratan dalam kejadian henti nafas dan henti jantung. Rantai
keselamatan pada Bantuan Hidup Dasar atau BHD pada anak diantaranya :
Selalu pastikan area penolong dan korban aman untuk kedua belah pihak
Jika korban bernafas secara normal, tidak perlu melakukan RJP. Jika tidak ada cedera segera
miringkan kepala korban atau baringkan dalam posisi pemulihan untuk mematenkan jalan
nafas dan mencegah tersedak. Namun, jika korban tidak sadarkan diri, tidak memberikan
respon dan tidak bernafas atau nafasnya terengah-engah, segera mulai lakukan RJP
Penekanan dada dilakukan secara cepat dengan kecepatan minimal 100 kali per menit, lalu
secara kuat, berikan penekanan dengan gaya tekan hingga sedalam minimal 4 cm pada bayi
dan minimal 5 cm pada anak. Lalu pastikan dada mengembang kembali secara sempurna
untuk memungkinkan darah kembali terisi dahulu pada jantung, minimalisasi interupsi saat
penekanan dada dan jangan berikan bantuan nafas yang berlebihan. Lakukan penekanan pada
permukaan yang datar dan keras.
Untuk kasus bayi, penekanan dada dilakukan pada tulang dada dengan jari, tempatkan jari
dibawah garis antara puting bayi. Jangan sampai melakukan penekanan pada ujung tulang
dada dan tulang rusuk.
Untuk anak, penekanan dada dilakukan pada bagian setengah bawah dari tulang dada, dengan 1
atau 2 tangan, menggunakan bagian pangkal dari telapak tangan. Pada anak akan lebih baik jika
penolong tidak hanya melakukan penekanan, tetapi juga memberikan nafas bantuan. Akan tetapi,
jika penolong tidak terlatih untuk memberikan nafas bantuan, maka tidak perlu dilakukan.
Untuk korban anak dan bayi, jika terdapat 2 penolong yang merupakan tenaga kesehatan yang
sudah terlatih untuk melakukan bantuan hidup dasar dilakukan bantuan dengan perbandingan
penekanan dada dan nafas bantuan sebesar 15:2. Untuk bayi, lakukan pemberian nafas dengan
teknik mulut penolong ke mulut dan hidung bayi. Pastikan seluruh mulut dan hidung korban
tertutup. Untuk anak, lakukan dengan teknik mulut ke mulut seperti pada orang dewasa. Setiap
nafas diberikan sekitar 1 detik, pastikan terdapat kenaikan dada ketika diberikan nafas bantuan.
Mengaktifkan SPGDT
Jika ada dua penolong, salah satu penolong harus segera mengaktifkan SPGDT bersamaan dengan
Bantuan Hidup Dasar yang dilakukan oleh penolong yang satu. Pada anak, SPGDT dilakukan setelah
melakukan siklus RJP selama 2 menit (5 siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari 30
penekanan dan 2 bantuan nafas). Setelah itu, penolong harus kembali dan menggunakan alat kejut
jantung otomatis (AED) jika ada atau melanjutkan RJP. RJP dilakukan hingga bantuan datang atau
korban bernafas secara normal. Bagi warga Bandung, untuk mengantisipasi keadaan gawat darurat,
bisa menghubungi Public Safety Center 119 Bandung atau mengubungi nomor telepon (022)
2031711 dan juga akun twitter di @Bdgemergency. Semoga bermanfaat.
Referensi :
Share:
Post a Comment
Search
Popular
Ads
Blog Archives
Popular Posts
Sebagai seorang perawat, melakukan pengukuran tanda-tanda vital sudah menjadi suatu
keharusan dalam menilai keadaan umum pasien, terutama...
PENGERTIAN Memberikan perawatan kepada bayi yang terpasang foto terapi atau bayi yang
mengalami hiperbilirubin merupakan salah satu asuhan...
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung (Poltekkes Bandung) adalah salah satu institusi
pendidikan tinggi kesehatan negeri yang merupakan Uni...
Post Terbaru
Bantuan hidup dasar pada anak dilakukan dengan tujuan salah satunya yaitu untuk menolong
anak pada saat terjadi kegawatdaruratan dalam keja...
Halaman Situs
Home
Artikel Kesehatan
Keperawatan
Standar Operasioanl Prosedur
CPNS
Contact Us
Privacy Policy
Disclaimer
Pada anak yang tidak sadarkan diri, biasanya lidah menghalangi saluran pernafasan, oleh karena itu
penolong harus membuka jalan nafas korban dengan teknik menengadahkan kepala dan
pengangkatan dagu (head tilt, chin lift)