Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
untuk bekerja lebih giat sesuai dengan kebutuhan pasar. Namun hal itu tidak jarang
menyebabkan pekerja menjadi cidera. Dari cidera otot sampai yang menghasilkan korban
jiwa. Dengan terganggunya perkembangan manusia sebagai salah satu modal utama
pembangunan, maka negara-negara berkembang pada saat itu mulai peduli tentang kesehatan,
( Occupational Safety and Health ) yaitu: sebuah ilmu disiplin yang peduli dan melindungi
keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan orang yang bekerja di tempat kerja. Tujuan
utamanya adalah untuk menjamin bahwa pekerja mengerjakan tugasnya dengan lingkungan
yang bebas bahaya bagi kesehatan dan keselamatan mereka, seperti bahan kimia beracun,
bunyi berisik yang mengganggu, gangguan mekanik, kepanasan atau kedinginan atau
Sejak tahun 1950 ILO ( International Labour Organization ) dan WHO ( World
Health Organization ) telah menetapkan definisi umum dari kesehatan kerja, yaitu:
Kesehatan kerja harus mencapai peningkatan dan perawatan paling tinggi di bidang fisik,
sosial sebagai seorang pekerja di bidang pekerjaan apapun; pencegahan bagi setiap pekerja
atas pengurangan kesehatan karena kondisi kerja mereka, perlindungan bagi pekerja untuk
perawatan bagi pekerja di lingkungan kerja sesuai dengan kemapuan fisik dan psikologi dari
1
Tujuan awal dari pendirian standar keselamatan dan kesehatan di tempat kerja antara
lain: Moral (Seorang pekerja seharusnya tidak mempunyai resiko terluka pada saat kerja atau
yang berhubungan dengan lingkungan kerja), Ekonomi (Dengan mengurangi biaya yang
harus dibayar jika terjadi kecelakaan di tempat kerja; seperti gaji, denda, kompensasi
kerusakan, waktu investigasi, kurang produksi, kehilangan semangat dari pekerja, pembeli
atau pihak lainnya), Legal (Mendorong hukum agar menerapkan peraturan resmi agar dapat
Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara
Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas
serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam
antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang
beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan
pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama.
3
peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai
kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,
permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat
sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya
sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang kondusif
bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan penyakit kerja yang
ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Rika
Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya
program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan
4
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
seefektif mungkin.
Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
1. Kebisingan
Pengertian Kebisingan
kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
NAB ( Nilai Ambang Batas ) Kebisingan adalah standar fak tor tempat kerja
yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
5
kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari
atau 40 jam seminggu. Menurut surat keputusan mentri tenaga kerja No .Kep
51/MEN/1999 tentang NAB faktor fisik ditempat kerja, NAB kebisingan yang
Dampak Kebisingan
a) Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-
putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10
mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki,
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini
disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang
akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan
oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin,
b) Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah
tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan
c) Gangguan Komunikasi
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan
6
harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan,
sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda
seseorang.
d) Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau
melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau
mual-mual.
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera
pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima
secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara
dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi
apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat
normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas
kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk
percakapan.
2. Pencahayaan
Pengertian pencahayaan
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksakan kegiatan secara
7
Dampak terhadap kesehatan pekerjaan
a. Kesilauan
c. Ketidaknyamanan
berakomodasi)
b. Sakit kepala, pegal sekitar mata, iritasi mata (berair, penglihatan ganda)
3. Getaran
Pengertian Getaran
Getaran adalah gerakan bolak-balik yang ada di sekitar titik keseimbangan di mana
kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang diberikan. Satu getaran frekuensi
adalah satu kali gerak bolak-balik penuh. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No. 49 Tahun 1996, penyebab getaran dibedakan dalam 2 jenis yaitu: Getaran mekanik
(getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia) dan Getaran seismik
(getaran tanah yang disebabkan oleh peristiwa alam dan kegiatan manusia).
8
c. Gangguan kesehatan
4. Iklim Cuaca
Pengertian Iklim Cuaca
Menurut Suma’mur PK (1996: 84) iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara,
kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut
bila dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanan panas.
Indeks tekanan panas disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara,
kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas
seseorang.
Suhu Kering (Dry bulb temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer
suhu kering. Suhu basah alami (Natural Wet bulb temperature) adalah suhu yang ditunjukkan
termomoter suhu basah. Suhu bola (Globe Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh
temperatur bola. (Hiperkes, 2005). Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap
oleh suatu sistem pengatur suhu (Thermoregulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat
keseimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan
pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar. Dari suatu penyelidikan
9
diperoleh hasil bahwa produktivias kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi
pada temperatur sekitar 24 derajat Celsius sampai 27 derajat Celsius (Sritomo Wigjosoebrata,
2003).
Dapat terjadi sebagai kelainan sendiri atau bersama-sama kelelahan panas. Kejang
otot timbul secara mendadak, terjadi setempat atau menyeluruh, terutama pada otot
ekstremitas dan abdomen. Penyebab utamanya adalah defisiensi garam. Kejang otot yang
berat dalam udara panas menyebabkan keringat diproduksi banyak, bersama dengan
keluarnya keringat, hilamg sejumlah air dan garam. Gejalanya adalah gelisah, kadang-kadang
Kelelahan panas timbul akibat kolaps sirkulasi darah perifer karena dehidrasi dan
defisiensi garam. Dalam usaha menurunkan panas, aliran darah ke perifer bertambah, yang
darah yang dipompa dari jantung ke organ-organ lain tidak cukup sehingga terjadi gangguan.
Gejalanya : kulit pucat, dingin, basah dan berkeringat banyak, merasa lemah, sakit kepala,
pusing, vertigo, badan terasa panas, sesak nafas, palpitasi dan lain-lain.
Jarang terjadi di industri, namun bila terjadi sangat hebat, biasanya yang terkena
laki-laki yang pekerjaannya berat dan belum beraklimatisasi. Gejala yang terpenting adalah
10
2.3.2 Faktor kimia
Adalah potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja :
a. Bahan kimia
Bahan kimia adalah segala bentuk zat kimia baik berupa zat tunggal maupun
campuran yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan dan lingkungan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dampak yang dapat ditimbulkan dari zat kimia berbahaya dibagi
Reaksi hebat yang terjadi dari bahan-bahan kimia yang berbahaya dapat
tubuh.
Apabila terjadi kontak antara tubuh dengan zat kimia berbahaya seperti ditelan,
disentuh, maupun dihirup maka akan menimbulkn dampak yang buruk bagi kesehatan. Efek
yang dapat ditimbulkan dapat berupa iritsi, aleri, gangguan system reproduksi hingga dapat
b. Kadar debu
yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organic maupun anorganik. Debu
merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara
(suspended particulate matter) dengan ukuran 1 micron sampai dengan 500 mikron.
11
Dampak dari debu
warna bangunan.
tumbuhan.
gangguan pernapasan, dan kanker pada paru-paru. Efek debu terhadap kesehatan
sangat tergantung pada solubity (mudah larut, komposisi kimia, konsentrasi debu,
12
BAB III
METODE PRAKTEK
a. Alat
Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter dengan
satuan dB
b. Bahan
d. Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama satu sampai dua menit,
dengan enam kali pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukan
pada monitor
13
3.2 Pengukuran Pencahayaan
a. Alat
Alat yang digunakan untuk mengukur pencahayaan adalah Lux Meter atau digital
light meter.
b. Bahan
Bahan yang digunakan untuk pengukuran pencahayaan adalah lembar data untuk
Prinsip Kerja
Pengukuran intensitas pencahayaan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya dapat
dibaca langsung. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi
listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital,
energi listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.
- Bagi ruang kerja menjadi beberapa titik pengukuran dengan jarak antar titik
- Lakukan pengukuran dengan tinggi lux meter kurang lebih 85 cm diatas lantai,
14
- Pengukuran dilakukan dg meletakan lux meter di objek kerja
a. Alat
Alat yang digunakan untuk pengukuran getaran adalah Vibration Meter, merk
b. Bahan
Bahan yang digunakan untuk pengukuran getaran adalah lembar data untuk diisi
b. Letakan alat pada badan mesin yang bergetar atau pada bagian mesin yang
a. Alat
Alat yang digunakan untuk mengukur iklim kerja adalah Quesstemp, merk Quess
Technologies, buatan Amerika, type 36 dengan satuan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB).
15
b. Bahan
Bahan yang digunakan untuk pengukuran iklim kerja adalah lembar data untuk diisi
- Paparan thermometer suhu kering pada lingkungan yang akan diukur, kurang
Alat Bahan
2) Gilibrator 2) Blanko
4) Filter holder
5) Tiang statis
6) Ohauss
16
7) Petri disk
8) Exicator
9) Selang
1) Exicator
2) Timbangan analitik
4) Kertas filter
5) Silica gel.
B. CARA PENGUKURAN
- HVS disetel pada kecepatan 20 I/ menit dan dikaliberasi pada giliberator, kemudian dicatat
hasilnya (v1)
17
- Filter untuk diuji debu dan control / blangko masing-masing ditimbang pada ohauss dan
- Filter untuk uji debu dimasukan dalam filter holder kemudian dipasang pada tiang statis.
Filter holder ini dihubungkan dengan HVS melalui selang dan diletakan pada tempat yang
- HVS dikaliberasi lagi pada giliberator pada kecepatan 20/menit, dicatat hasilnya (v2)
- Filter untuk uji debu dan blangko dimasukan pada eksikator selama 15 menit agar sesuai
1) Exicator
- Bagian bawah exicator diberi silikat gel yang berfungsi untuk menyerap kandungan air yang
2) Timbangan analitik
- Tekan tombol on/off sampai muncul angka 8888, tunggu sampai berubah angka nol
18
3) Personal dust sampler
- Alat di on kan
- Flow meter pada posisi 2,5 lt/ menit (diatur dengan flow adjustment)
b. Tekan tobol on
BAB IV
19
HASIL DAN EVALUASI
A. HASIL
1. Pencahayaan
Merk/ buatan :
Model/ type :
No Seri :
1 2 3 4 5 6 7
1. Ruang B. 16 112
FIK UNSIL
109
224
340
Rata-rata 196,25
20
2. Meja alat 245
praktikum
300
396
223
255
Rata-rata 283,8
X1 X2 X3 X4
Pintu Gorden
Lampu Neon Lampu Neon
(Sumber
Papan X1 X2 X3 X4
Cahaya
Tulis
Alami)
Proyektor Lampu Neon Lampu Neon
Keterangan X: Pengukuran
X5 X4 Sumber
X1 X2 X3 Cahaya
Alami
(Gorden)
Keterangan X : Pengukuran
21
DATA PENGUKURAN KAPASITAS FUNGSI PARU
INTERPRETATION (DIAG)
INTERPRETATION (DIAG)
3. Iklim Kerja
22
Merk/ buatan :
Model/ type :
No seri :
BAB V
1. Kebisingan
NAB kebisingan adalah 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila
bekerja 8 jam per hari atau 40 jam per minggu. Berdasarkan hasil pegukuran kebisingan dua
lokasi ada 1 lokasi yang melebihi NAB karena dilokasi tersebut sedang melangsungkan
2. Pencahayaan
23
Berdasarkan hasil pengukuran penerangan diperoleh intensitas penerangan umum dengan
rata-rata 81,04 lux dan penerangan local pada meja kerja 119 lux. Berdsarlkan peraturan
mentri no.7 tahun1964 nilai intensitas penerangan umum dan local di kelas B16 memenuhi
3. Getaran
Berdasarkan hasil pengukuran getaran, Data hasil lapangan 7,7m/s masih dibawah NAB
4. Iklim kerja
Berdasarkan hasil pengukuran ISBB dibalai k3 didapatkan 10,690C nilai ini masih
diambang batas.
Berdasarkan Hasil pengukuran dari kadar debu di dapatkan 70 µl dan kadar kimia NO2
didapatkan 23,6.
Berdasarkan hasil pengukran kapasitas paru pada responden pertama di dapatkan hasil
FVC= 96 % dan FEV= 88%, pada responden kedua di daptkan hasil FVC= 99% dan FEV=
7. Kelelahan Kerja
kelelahan karena rata-rata kecepatan reaksi rangsang cahaya dan suara di dapatkan 201,7 ml/s
masih dibawah nilai ambang batas, sedangkan pada responden kedua mengalami kelelahan
24
karena rata-rata kecepatan reaksi rangsang cahaya dan suara di dapatkan 271,9 ml/s diatas
NAB.
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan mempunyai nilai rata-rata untuk
telinga kanan 14,28 Db dan untuk telinga kiri 12,85. Kondisi ini menyatakan kondisi Normal.
Hasil pengukuran phenol pada urin dua probandus menunjukan bahwa kadar phenol urin
masih Normal dibawah NAB yaitu 23,05 ml/mg kreatin dan 10,15 ml/mg keratin.
Tidak di dapatkan hasil, kemugkinan adanya kesalahan pada reagen tetapi praktikum
tetap dilakukan.
Berdasarkan hasil pengukuran kadar Hb pada darah dari ketiga responden didapatkan hasil
25
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2005.
26