Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya dunia industri di dunia, telah mendorong para pekerja

untuk bekerja lebih giat sesuai dengan kebutuhan pasar. Namun hal itu tidak jarang

menyebabkan pekerja menjadi cidera. Dari cidera otot sampai yang menghasilkan korban

jiwa. Dengan terganggunya perkembangan manusia sebagai salah satu modal utama

pembangunan, maka negara-negara berkembang pada saat itu mulai peduli tentang kesehatan,

keselamatan dan keamanan pekerja di negaranya tersebut.

Prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja berawal dari OSH

( Occupational Safety and Health ) yaitu: sebuah ilmu disiplin yang peduli dan melindungi

keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan orang yang bekerja di tempat kerja. Tujuan

utamanya adalah untuk menjamin bahwa pekerja mengerjakan tugasnya dengan lingkungan

yang bebas bahaya bagi kesehatan dan keselamatan mereka, seperti bahan kimia beracun,

bunyi berisik yang mengganggu, gangguan mekanik, kepanasan atau kedinginan atau

lingkungan yang kotor.

Sejak tahun 1950 ILO ( International Labour Organization ) dan WHO ( World

Health Organization ) telah menetapkan definisi umum dari kesehatan kerja, yaitu:

Kesehatan kerja harus mencapai peningkatan dan perawatan paling tinggi di bidang fisik,

sosial sebagai seorang pekerja di bidang pekerjaan apapun; pencegahan bagi setiap pekerja

atas pengurangan kesehatan karena kondisi kerja mereka, perlindungan bagi pekerja untuk

mengurangi faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan mereka; penempatan dan

perawatan bagi pekerja di lingkungan kerja sesuai dengan kemapuan fisik dan psikologi dari

pekerja dan meringkas adaptasi dari setiap pekerja ke pekerjaannya masing-masing.

1
Tujuan awal dari pendirian standar keselamatan dan kesehatan di tempat kerja antara

lain: Moral (Seorang pekerja seharusnya tidak mempunyai resiko terluka pada saat kerja atau

yang berhubungan dengan lingkungan kerja), Ekonomi (Dengan mengurangi biaya yang

harus dibayar jika terjadi kecelakaan di tempat kerja; seperti gaji, denda, kompensasi

kerusakan, waktu investigasi, kurang produksi, kehilangan semangat dari pekerja, pembeli

atau pihak lainnya), Legal (Mendorong hukum agar menerapkan peraturan resmi agar dapat

dipatuhi oleh banyak pihak).

Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara

maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi.

Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas

serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko

kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam

penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan

antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi

gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

1.2 Tujuan Penulisan

Setelah mengikuti pelatihan, mahasiswa diharapkan mampu untuk menjelaskan

tentang cara dan metode pemantauan lingkungan kerja.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya

untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada

khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat

makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan

dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit

akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses

produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka

menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula

meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan

meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang

beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan

pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang

pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU

No.12 tahun 2003 tentang ketenagkerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,

moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai

agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan

perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti

3
peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai

sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan

kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,

permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum

Republik Indonesia.

Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari

perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,

penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat

produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya

masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan,

sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya

untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan

sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan

norma K3 agar terjalan dengan baik.

2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang kondusif

bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan penyakit kerja yang

ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Rika

Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya

program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan

apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.

4
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut :

 Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik

secara fisik, sosial dan psikologis.

 Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan

seefektif mungkin.

 Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

 Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

 Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

 Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau

kondisi kerja.

 Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

2.3 Kondisi Lingkungan Kerja

2.3.1 Faktor Fisik

Yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan

terhadap tenaga kerja yang terpapar

1. Kebisingan

 Pengertian Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia.

Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996,

kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat

dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan

lingkungan, termasuk ternak, satwa dan sistem alam.

NAB ( Nilai Ambang Batas ) Kebisingan adalah standar fak tor tempat kerja

yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan

5
kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari

atau 40 jam seminggu. Menurut surat keputusan mentri tenaga kerja No .Kep

51/MEN/1999 tentang NAB faktor fisik ditempat kerja, NAB kebisingan yang

diperkenankan di Indonesia adalah 85 db (suma’mur 1996).

 Dampak Kebisingan

Dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut :

a) Gangguan Fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-

putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10

mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki,

serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini

disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang

akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan

oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin,

tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.

b) Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah

tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan

penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.

c) Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi

pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan

6
harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan,

sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda

bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan

seseorang.

d) Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau

melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau

mual-mual.

e) Efek pada pendengaran

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera

pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima

secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara

dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi

apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat

normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas

kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk

percakapan.

2. Pencahayaan

 Pengertian pencahayaan

Menurut peraturan pemerintah (1999), penerangan ditempat kerja adalah jumlah

penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksakan kegiatan secara

efektif. Penerangan dapat berasal dai cahaya alami dan buatan.

7
 Dampak terhadap kesehatan pekerjaan

Akibat Tingkat pencahayaan berlebihan :

a. Kesilauan

b. Kelelahan, iritasi mata

c. Ketidaknyamanan

Akibat Tingkat pencahayaan kurang :


a. Gangguan pada mata, kerusakan mata, kelelahan mata (mata dipaksa

berakomodasi)

b. Sakit kepala, pegal sekitar mata, iritasi mata (berair, penglihatan ganda)

c. Menurunkan ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan persepsi

d. Menimbulkan terjadinya kecelakaan

e. Memperpanjang waktu kerja

3. Getaran

 Pengertian Getaran

Getaran adalah gerakan bolak-balik yang ada di sekitar titik keseimbangan di mana

kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang diberikan. Satu getaran frekuensi

adalah satu kali gerak bolak-balik penuh. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No. 49 Tahun 1996, penyebab getaran dibedakan dalam 2 jenis yaitu: Getaran mekanik

(getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia) dan Getaran seismik

(getaran tanah yang disebabkan oleh peristiwa alam dan kegiatan manusia).

 Pengaruh getaran terhadap tenaga kerja

a. Gangguan kenikmatan dalam bekerja

b. Mempercepat terjadinya kelelahan

8
c. Gangguan kesehatan

Getaran seluruh badan dapat memicu terjadinya :

a. Penglihatan kabur, sakit kepala, gemetaran

b. Kerusakan organ pada bagian dalam

Getaran pada tangan dan lengan dapat mengakibatkan :

a. Sakit kepala, sakit pada persendian, dan otot lengan

b. Indra perasa pada jari-jari menurun fungsinya

c. Terbentuk noda putih pada punggung jari atau telapak tangan

4. Iklim Cuaca
 Pengertian Iklim Cuaca

Menurut Suma’mur PK (1996: 84) iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara,

kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut

bila dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanan panas.

Indeks tekanan panas disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara,

kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas

seseorang.

Suhu Kering (Dry bulb temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer

suhu kering. Suhu basah alami (Natural Wet bulb temperature) adalah suhu yang ditunjukkan

termomoter suhu basah. Suhu bola (Globe Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh

temperatur bola. (Hiperkes, 2005). Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap

oleh suatu sistem pengatur suhu (Thermoregulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat

keseimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan

pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar. Dari suatu penyelidikan

9
diperoleh hasil bahwa produktivias kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi

pada temperatur sekitar 24 derajat Celsius sampai 27 derajat Celsius (Sritomo Wigjosoebrata,

2003).

 Efek terhadap tenaga kerja

a) Kejang Panas ( Heat Cramps )

Dapat terjadi sebagai kelainan sendiri atau bersama-sama kelelahan panas. Kejang

otot timbul secara mendadak, terjadi setempat atau menyeluruh, terutama pada otot

ekstremitas dan abdomen. Penyebab utamanya adalah defisiensi garam. Kejang otot yang

berat dalam udara panas menyebabkan keringat diproduksi banyak, bersama dengan

keluarnya keringat, hilamg sejumlah air dan garam. Gejalanya adalah gelisah, kadang-kadang

berteriak kesakitan, suhu tubuh dapat normal atau sedikit meninggi.

b) Kelelahan Panas ( Heat Exhaustion )

Kelelahan panas timbul akibat kolaps sirkulasi darah perifer karena dehidrasi dan

defisiensi garam. Dalam usaha menurunkan panas, aliran darah ke perifer bertambah, yang

mengakibatkan pula produksi keringat bertambah. Penimbunan darah perifer menyebabkan

darah yang dipompa dari jantung ke organ-organ lain tidak cukup sehingga terjadi gangguan.

Gejalanya : kulit pucat, dingin, basah dan berkeringat banyak, merasa lemah, sakit kepala,

pusing, vertigo, badan terasa panas, sesak nafas, palpitasi dan lain-lain.

c) Sengatan Panas ( Heat Stroke, Heat Pyrexia, Sun Stroke )

Jarang terjadi di industri, namun bila terjadi sangat hebat, biasanya yang terkena

laki-laki yang pekerjaannya berat dan belum beraklimatisasi. Gejala yang terpenting adalah

suhu badan yang naik sedangkan kulit kering dan panas.

10
2.3.2 Faktor kimia

Adalah potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam

proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja :

a. Bahan kimia

Bahan kimia adalah segala bentuk zat kimia baik berupa zat tunggal maupun

campuran yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan dan lingkungan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Dampak yang dapat ditimbulkan dari zat kimia berbahaya dibagi

dalam dua kategori yaitu :

 Dampak secara fisik

Reaksi hebat yang terjadi dari bahan-bahan kimia yang berbahaya dapat

menimbulkan ledakan maupun kebakaran sehingga menimbulkan dampak negatif bagi

tubuh.

 Dampak bagi kesehatan

Apabila terjadi kontak antara tubuh dengan zat kimia berbahaya seperti ditelan,

disentuh, maupun dihirup maka akan menimbulkn dampak yang buruk bagi kesehatan. Efek

yang dapat ditimbulkan dapat berupa iritsi, aleri, gangguan system reproduksi hingga dapat

juga menyebabkan kanker.

b. Kadar debu

Debu adalah partikel-partikel padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami

atau mekanis seperti pengolahan, pemecahan, penghancuran, penglembutan, pengepakan

yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organic maupun anorganik. Debu

merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara

(suspended particulate matter) dengan ukuran 1 micron sampai dengan 500 mikron.

11
 Dampak dari debu

a. Ganguan aestetik dan fisik, Seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan

warna bangunan.

b. Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori-pori

tumbuhan.

c. Merubah iklim global regional maupun internasional

d. Menganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi,

gangguan pernapasan, dan kanker pada paru-paru. Efek debu terhadap kesehatan

sangat tergantung pada solubity (mudah larut, komposisi kimia, konsentrasi debu,

dan ukuran partikel debu).

12
BAB III

METODE PRAKTEK

3.1 Pengukuran Kebisingan

 Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter dengan

satuan dB

b. Bahan

Bahan yang digunakan untuk pengukuran kebisingan adalah dengan menyiapkan


lembar data untuk diisi hasil pengukuran di lapangan.

 Cara Pengukuran kebisingan

a. Pilih selector pada posisi :

- Fast : untuk jenis kebisingan continue

- Slow : untuk jenis kebisingan implusif/terputus-putus

b. Pilih selector range intensitas kebisingan

c. Tentukan lokasi pengukuran

d. Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama satu sampai dua menit,

dengan enam kali pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukan

pada monitor

e. Catat hasil pengukuran,dan hitung rata-rata kebisingan sesaat.

13
3.2 Pengukuran Pencahayaan

 Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan untuk mengukur pencahayaan adalah Lux Meter atau digital

light meter.

b. Bahan

Bahan yang digunakan untuk pengukuran pencahayaan adalah lembar data untuk

diisi hasil pengukuran di lapangan.

 Prinsip Kerja

Pengukuran intensitas pencahayaan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya dapat

dibaca langsung. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi

listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital,

energi listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.

 Cara Pengukuran Pencahayaan


a. Peneragan umum

- Bagi ruang kerja menjadi beberapa titik pengukuran dengan jarak antar titik

sekitar satu meter

- Lakukan pengukuran dengan tinggi lux meter kurang lebih 85 cm diatas lantai,

dan posisi photo cell menghadap sumber cahaya.

- Catat hasil pengukuran

b. Pengukuran penerangan lokal

- Pengukuran dilakukan pada objek kerja

- Bagi objek kerja menjadi beberapa titik ukur ( sejangkauan tangan)

14
- Pengukuran dilakukan dg meletakan lux meter di objek kerja

- Catat data yang diperoleh pada lembar data.

3.3 Pengukuran Getaran

 Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan untuk pengukuran getaran adalah Vibration Meter, merk

Lutron, type VB-8213, nomor seri Q803988 dengan satuan m/s2

b. Bahan

Bahan yang digunakan untuk pengukuran getaran adalah lembar data untuk diisi

hasil pengukuran di lapangan.

 Cara Pengukuran getaran

a. Lakukan kalibrasi alat

b. Letakan alat pada badan mesin yang bergetar atau pada bagian mesin yang

langsung berhubungan dengan anggota tubuh operator.

c. Catat hasil pengukuran pada lembar data.

3.4 Pengukuran Iklim Kerja


 Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan untuk mengukur iklim kerja adalah Quesstemp, merk Quess

Technologies, buatan Amerika, type 36 dengan satuan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB).

15
b. Bahan

Bahan yang digunakan untuk pengukuran iklim kerja adalah lembar data untuk diisi

hasil pengukuran di lapangan.

 Cara Pengukuran iklim


a. Thermometer suhu kering

- Paparan thermometer suhu kering pada lingkungan yang akan diukur, kurang

lebih 30 sampai 60 menit

- Air raksa pada kolom dibaca sebagai suhu kering

b. Thermometer basah alami

- Basahi kain katun yang membalut dinding thermometer, tempatkan dalam

erlendmeyer yang berisi 125 ml dengan jarak antara bibir erlendmeyer dg

ujung bawah thermometer kira-kira 2,5 cm

- Paparan thermometer dilingkungan yang akan diukur kira-kira 30-60 menit.

Baca air raksa pada kolom sebagai suhu basah alami.

3.5 Pengukuran Bahan Kimia dan Kadar Debu

a. pengukuran kadar debu (High Volume Sampler)

Alat Bahan

1) High volume sampler 1) Debu

2) Gilibrator 2) Blanko

3) Filter 2 buah 3) NO2

4) Filter holder

5) Tiang statis

6) Ohauss

16
7) Petri disk

8) Exicator

9) Selang

b. pengukuran kadar debu (Personal Dust Sampler)

Alat dan Bahan

1) Exicator

2) Timbangan analitik

3) Personal dust sampler

4) Kertas filter

5) Silica gel.

B. CARA PENGUKURAN

5. Pengukuran Bahan Kimia dan Kadar Debu

a. Pengukuran kadar debu (High Volume Sampler)

- HVS disetel pada kecepatan 20 I/ menit dan dikaliberasi pada giliberator, kemudian dicatat

hasilnya (v1)

17
- Filter untuk diuji debu dan control / blangko masing-masing ditimbang pada ohauss dan

dicatat hasilnya (w1 dan b1)

- Filter untuk uji debu dimasukan dalam filter holder kemudian dipasang pada tiang statis.

Filter holder ini dihubungkan dengan HVS melalui selang dan diletakan pada tempat yang

diperiksa. Sedangkan filter untuk blangko diletakan didekatnya. Pengukuran dilakukan

selama 60 menit (idealnya 2 jam)

- HVS dikaliberasi lagi pada giliberator pada kecepatan 20/menit, dicatat hasilnya (v2)

- Filter untuk uji debu dan blangko dimasukan pada eksikator selama 15 menit agar sesuai

dengan suhu kamar

- Masing-masing filter ditimbang dengan ohauss (w2 dan b2)

b. Pengukuran kadar debu (Personal Dust Sampler)

1) Exicator

- Bagian bawah exicator diberi silikat gel yang berfungsi untuk menyerap kandungan air yang

terdapat dalam filter

- Exicator dibuka, tempatkan filter pada posisinya

- Tutup rapat, simpan selama 24 jam

- Filter diambil, ditimbang dengan timbangan analitik degan satuan gram

2) Timbangan analitik

- Sambungkan alat dengan arus listrik

- Tekan tombol on/off sampai muncul angka 8888, tunggu sampai berubah angka nol

- Masukan filter kedalam timbangan

- Berat filter dicatat dalam gram

- Filter dimbil, matikan alat

- Filter siap untuk pengukuran kadar debu lingkungan kerja

18
3) Personal dust sampler

- Pasang filter pada alat

- Alat di on kan

- Flow meter pada posisi 2,5 lt/ menit (diatur dengan flow adjustment)

- Pasang filter holder pada kerah baju tenaga kerja

- Kotaknya diikatkan pada pinggang tenaga kerja

- Tunggu sampai waktu hisap yang ditentukan.

6. Pengukuran pemeriksaan kdar haemoglobin

a. Siapkan alat mission Hb Test

b. Tekan tobol on

c. Pasang strip tes Hb

d. Bersihkan jari dengan alcohol swabs

e. Ambil contoh darah sebanyak 10 µ1

f. Pindahkan contoh darah pada test strip Hb

g. Baca hasil test pada layar monitor

Reference nilai normal :

Pria : 13,0 – 17,0 g/Dl

Wanita : 12,0 – 15,0 g/dL

BAB IV

19
HASIL DAN EVALUASI

A. HASIL

1. Pencahayaan

DATA PENGUKURAN PENERANGAN

Nama Perusahaan : Ruang Kuliah FIK UNSIL

Tanggal : 7 desember 2013

Alamat : Jl. Siliwangi

Nama Alat : Lux Meter

Merk/ buatan :

Model/ type :

No Seri :

Intensitas Penerangan (Lux)

Lokasi/Kode Umum Lokal


No. Keterangan
Lokasi Data Hasil Data Hasil

Lapangan Akhir Lapangan Akhir

1 2 3 4 5 6 7

1. Ruang B. 16 112

FIK UNSIL

109

224

340

Rata-rata 196,25

20
2. Meja alat 245

praktikum

300

396

223

255

Rata-rata 283,8

Skema Ruangan B 16 (Pengukuran Umum)

X1 X2 X3 X4
Pintu Gorden
Lampu Neon Lampu Neon
(Sumber
Papan X1 X2 X3 X4
Cahaya
Tulis
Alami)
Proyektor Lampu Neon Lampu Neon

Keterangan X: Pengukuran

Skema Meja Alat Praktikum (Pengukuran Lokal)

X5 X4 Sumber

X1 X2 X3 Cahaya

Alami

(Gorden)

Keterangan X : Pengukuran

2. Kapasitas Fungsi Paru

21
DATA PENGUKURAN KAPASITAS FUNGSI PARU

PULMONARY FUNCTION TEST

Nama : Nopiyanti (P)

Umur : 21 thn TB: 160 cm BB: 55 kg

Fuction Unit MEAS PRED % PR

FVC L : 312 300 104

Fuction Unit MEAS PRED % PR

FEV1 L : 252 269 93

INTERPRETATION (DIAG)

Nama : Luthfi Ramadhan (L)

Umur : 20 thn TB: 175 cm BB: 55 kg

Fuction Unit MEAS PRED % PR

FVC L : 364 412 88

Fuction Unit MEAS PRED % PR

FEV1 L : 360 366 98

INTERPRETATION (DIAG)

3. Iklim Kerja

DATA PENGUKURAN IKLIM KERJA

Nama Perusahaan : Ruang B.16 FIK UNSIL

Tanggal : 7 desember 2013

Alamat : Jl. Siliwangi

Nama alat : Questamp

22
Merk/ buatan :

Model/ type :

No seri :

B. ACUAN EVALUASI DAN NILAI AMBANG BATAS

C. PENGENDALIAN YANG DISARANKAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kebisingan

NAB kebisingan adalah 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila

bekerja 8 jam per hari atau 40 jam per minggu. Berdasarkan hasil pegukuran kebisingan dua

lokasi ada 1 lokasi yang melebihi NAB karena dilokasi tersebut sedang melangsungkan

kegiatan P2KM sehingga dilokasi tersebut menimbulkan kebisingan. Disarankan dilokasi

tersebut menggunakan alat peredam suara.

2. Pencahayaan

23
Berdasarkan hasil pengukuran penerangan diperoleh intensitas penerangan umum dengan

rata-rata 81,04 lux dan penerangan local pada meja kerja 119 lux. Berdsarlkan peraturan

mentri no.7 tahun1964 nilai intensitas penerangan umum dan local di kelas B16 memenuhi

standar minimum yang dianjurkan.

3. Getaran

Berdasarkan hasil pengukuran getaran, Data hasil lapangan 7,7m/s masih dibawah NAB

4. Iklim kerja

Berdasarkan hasil pengukuran ISBB dibalai k3 didapatkan 10,690C nilai ini masih

diambang batas.

5. Bahan Kimia dan Debu

Berdasarkan Hasil pengukuran dari kadar debu di dapatkan 70 µl dan kadar kimia NO2

didapatkan 23,6.

6. Kapsitas Fungsi Paru

Berdasarkan hasil pengukran kapasitas paru pada responden pertama di dapatkan hasil

FVC= 96 % dan FEV= 88%, pada responden kedua di daptkan hasil FVC= 99% dan FEV=

99%. Kedua responden tersebut memiliki kapasitas fungsi paru Normal.

7. Kelelahan Kerja

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan responden pertama tidak mengalami

kelelahan karena rata-rata kecepatan reaksi rangsang cahaya dan suara di dapatkan 201,7 ml/s

masih dibawah nilai ambang batas, sedangkan pada responden kedua mengalami kelelahan

24
karena rata-rata kecepatan reaksi rangsang cahaya dan suara di dapatkan 271,9 ml/s diatas

NAB.

8. Nilai Ambang Dengar

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan mempunyai nilai rata-rata untuk

telinga kanan 14,28 Db dan untuk telinga kiri 12,85. Kondisi ini menyatakan kondisi Normal.

9. Kadar phenol dalam urin

Hasil pengukuran phenol pada urin dua probandus menunjukan bahwa kadar phenol urin

masih Normal dibawah NAB yaitu 23,05 ml/mg kreatin dan 10,15 ml/mg keratin.

10. Cholinestrase dalam darah

Tidak di dapatkan hasil, kemugkinan adanya kesalahan pada reagen tetapi praktikum

tetap dilakukan.

11. Kadar Hb dalam darah

Berdasarkan hasil pengukuran kadar Hb pada darah dari ketiga responden didapatkan hasil

Normal karena tidak melebihi 12,00 µl.

25
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2005.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial


Tenaga Kerja.

Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.

Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji


Masagung

Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta


:Gunung Agung, 1985

26

Anda mungkin juga menyukai