PENDAHULUAN
dunia, disusul merokok lalu dislipidemia, sebab terlibat dalam proses terjadinya
hipertensi bukanlah suatu penanda resiko (risk marker) tapi memang betul-betul
sehingga bila tekanan darah diatas kesepakatan normal tersebut, maka akan
dikatakan sebagai kejadian hipertensi ( tekanan darah tinggi ). Ada lebih dari
sepuluh guideline yang telah disosialisasikan di seluruh dunia, tiap negara akan
mempunyai guideline sendiri – sendiri sesuai bukti klinis atau berdasarkan suatu
analisis kesimpulan studi meta analisis. Maka hendaknya sebagai klinisi harus
menggunakan guedeline yang ada yang sudah ada bukti epidemiologis klinis secar
kuat.
1
Diabetes millitus merupakan penyakit menahun yang akn disandang seumur
hidup. Pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta dokter, perawat ahli gizi,
dan tenaga kesehatan lain. Pasien dan keluarga kjuga mempunyai peran yang
keluarga dalam upaya penatalaksaan Dm guna mencapai hasil yang lebih baik.
Keberadaan organisasi profesi seperti PERKENI dan IDAI, dan yang menjadi
meningkatkan peran aktif mereka untuk ikut serta dalam pengelolaan dan
pengendalian DM.
yang tepat guna dan berhasil guna, serta dapat menekan angkan kejadian penyulit
DM. Penyempurnaan dan revisi standar pelayanan harus selalu dilakukan secara
berkala dan disesuaikan dengan kemajuan ilmu mutakhir yang berbasis bukti,
sehingga dapat diperoleh manfaat yang sebesar besarnya bagi penyandang DM.
Neuropati diabetika adalah suatu gangguan pada syaraf perifer, otonom dan
syaraf cranial yang ada hubunganya dengan diabetes melitus. Keadaan ini
disebabkan oleh kerusakan mikrovaskuler yang disebabkan oleh diabetes yang
meliputi pembuluh darah yang kecil-kecil yang memperdarahi syaraf(vasa
2
nervorum). Gangguan neuropati ini termasuk manifestasi somatic dan atau
otonom dari system saraf perifer.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
epodemiologi studi meta analisis. Sebab bila tekanan darah lebih tinggi
dari angka normal yang disepakati, maka resiko morbiditas dan mortalitas
tekanan darah harus persistens diatas atau sama dengan 140/90 mmHg.
(ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3
4
Riset Kesehatan Dasar/RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan
persen pada tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Dalam laporan
karena (i) perbedaan alat ukur yang digunakan tahun 2007 tidak
diproduksi lagi pada tahun 2013, (ii) kesadaran masyarakat akan kesehatan
yang makin membaik pada tahun 2013. Asumsi (ii) terlihat pada grafik 2
ventrikel kiri, gagal jantung) otak , (stroke), ginjal (gagal ginjal), mata
organ tersebut bergantung pada tingginya tekanan darah pasien dan berapa
lama tekanan darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak diobati.
5
Optimal <120/80 mmHg <120/<80
mmHg
mmHg
mmHg mmHg
Cabang 140-149/90-94
perbatasan mmHg
terisolasi mmHg
Cabang 140-149/<90
perbatasan mmHg
Pre-hipertensi 120-139/80-89
mmHg
Tahap 1 140-159/90-99
mmHg
6
2.1.4 Etiologi Hipertensi
Obat-obatan:
7
anabolic steroids, narcotic withdrawal, methylphenidate,
hipertensi :
(CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR (total peripheral resistance,
maka ginjal akan merespons agar ekskresi garam keluar bersama urine
ini juga akan meningkat. Tetapi bila upaya mengeksresi NaCl ini
8
akan turun menjadi normal lagi akibat autoregulasi. Bila TPR
saraf simpatis, yang mana saraf ini yang akan menstimulasi saraf
serta dinding vaskular pembuluh darah ialah reseptor α1, α2, β1 dan
stres kejiwaan, rokok dan sebagainya, akan terjadi aktivasi sistem saraf
sebagainya.
9
platelet. Peningkatan neurotransmiter NE ini mempunyai efek negatif
terhadap jantung, sebab di jantung ada reseptor α1, α2, β1 yang akan
Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu fefleks
mengikuti kaskade seperti yang tampak pada gambar dibawah ini yang
10
dirubah menjadi angiotensin I oleh renin yang dihasilkan oleh makula
AT1, AT2, AT3, AT4. Faktor resiko yang tidak dikelola akan memicu
memahami kaskade sistem RAA ini maka titik tangkap berbagai obat
bagian dari salah satu gejala sebuah sindroma penyakit yang akan kita
11
berupa resistensi insulin, obesitas, mikroalbuminuria, gangguan
kejadian kardiovaskular. 1
bila bergabung dengan faktor faktor lokal atau yang lain serta faktor
erosi. Dikenal pula faktor resiko baru selain angiotensin II, ialah Ox-
ada lagi yang lain. Kesimpulannya faktor resiko yang banyak ini harus
12
Faktor resiko yang paling dominan memegang peranan untuk
sebuah sindroma yang akan lebih sesuai bila disebut sebagai sindroma
resiko. Tetapi bila faktor faktor resiko ini tidak diobati maka akan
13
2.1.6 Gejala Klinis Hipertensi
1. Keluhan Sakit kepala ( umumnya pagi hari dan terlokalisir pada regio
6. Kalium serum
7. Hemoglobin
8. Hematokrit
10. Elektrocardiogram
14
mikroalbuminuria atau perbandingan albumin dan kreatinin urin,
1. Hipertensi Stage 1
2. Hipertensi Stage II
3. Krisis Hipertensi
terkena komplikasi.
1. Anamnesis hipertensi
15
- keluarga dengan riwayat penyakit ginjal ( ginjal polikistik)
(feokromositoma)
c. faktor-faktor resiko :
keluarga
- Riwayat hiperlipidemia
- Kebiasaan merokok
- pola makan
- Kegemukan
16
e. Pengobatan hipertensi sebelumnya
f. faktor keluarga
elektrokardiografi, ekokardiografi.
fungsi endotel.
3. Pemeriksaan penunjang
- Ekokardiografi.
- Funduskopi retina
- Fungsi ginjal
17
2.1.10 Penatalaksanaan Hipertensi
fisik paling tidak berjalan 30 menit / hari selama 5 hari/ minggu serta
kardiovaskuler.
pola makan dan pergaulan. Selain itu juga dilakukan terapi dengan
18
yang terjadi pada dirinya untuk nantinya segera dapat melakukan
2. Pengobatan farmakologis
antagonist/blocker (ARB).
19
Algoritma penatalaksanaan hipertensi berdasarkan JNC VII 1
Optimalisasikan dosis atau berikan obat tambahan hingga tekanan darah target
tercapai, pertimbangkan konsultasi dengan dokter spesialis hipertensi.
20
Bila hipertensi disertai penyulit adanya TOD atau tergolong high and very risk
Tabel 2
berikut (ACEIs,
kiri Diuretik
Anti- anti-aldosterone
aldosterone agents
21
diuretik,diuretik antihipertensi ACEI
apapun
dipakai untuk
sebagian besar
pasien
asimtomatik
loopdiuretik
CA
22
Tekanan darah yang harus dicapai pada hipertensi yaitu :
Tabel 3
2003)
(TDS ≤ 150
tua )
WHO-ISH 2003 TDS < 140 mmHg <130/80 mmHg <130/80 mmHg
23
Tabel 4
Penggunaan obat antihipertensi sesuai dengan kelas, dosis, indikasi dan
kontraindikasinya
Kelas obat Contoh Dosi dan Indikasi lain Kontraindikasi
frekuensi perhari
Deuretik Hidrokloratiaz 6,25 – 50 mg (1-2 DM,
id ) Dislipidemia,
Klortalidon 25 – 50 mg (1) Gout,
hipokalemi.
24
2.1.11 Komplikasi Hipertensi
meningkat dua kali pada setiap kenaikan takanan darah sebesar 20/10
mmHg) didapatkan kejadian kardiovaskular 2,5 pada wanita dan 1,6 kali
pada pria bila dibandingkan dengan tekanan darah normal. Sedang untuk
lebih erat kaitannya dengan insidens penyakit ginjal tahap akhir bila
1. Pada jantung : hipertrifi ventrikel kiri, angina atau infark miokard dan
3. Retinopati1
25
2.1.12 Pencegahan Hipertensi
yang harus ditaati menurut CHEP 2011 : untuk menurunkan asupan garam
sampai dibawah 1500 mg/hari. Diet yang sehat ialah bilaman dalam
makanan yang kaya serat, protein yang berasal dari tanaman dan olahraga
pada kisaran BMI 18,5 – 24,9 kg/m2, mengusahakan lingkar perut pada
kisaran laki-laki <102 (asia <90 cm), wanita <88 cm (asia <80). 1
target organ (TOD. Berawal dari tekanan darah 115/75 mmHg, setiap
26
tersering untuk terjadinya penyakit ginjal kronis dan penyebab gagal ginjal
terminal.
Pada banyak uji klinis, pemberian obat anti hipertensi akan diikuti
penurunan insiden stroke 35% -40% ; infark miokard 20%-25%; dan lebih
(TDS, 140-159 mmHg dan/atau TTD, 90-99 mmHg) dengan faktor resiko
12 mmHg yang dapat bertahan selama 10 tahun, maka akan mencegah satu
kematian dari setiap 11 penderita yang telah diobati. Namun belum ada
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu Penyakit Dalam jilid III. Ed. VI. 2014. Jakatra : internapublishing :
2255 – 2299.
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riske
sdas2013.PDF
5. Kamal Yudisianil, Soekamto SA, Suseno LS. Ed. Sudoyo AW. Penyusun
6. Syarif Amir, Hamzah Arie, Rowi AS,dkk. Ed.Zainuddin AA, Faqih DM,
28
2.2 Diabetes Melitus Tipe 2
2.2.1 Definisi
atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung
2.2.2 Klasifikasi 2
absolut)
Immune-mediated
Idiopatik
resistensi insulin).
3. Tipe lain :
Endokrinopati
29
adrenergik, thiazid, phenytoin, interferon, protease inhibitors,
clozapine.
Infeksi
4. DM gestasional.
2.2.3 Etiologi
insulin.
2.2.4 Patogenesis
diabetes yang paling seringterjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga
asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu
30
Akibatnya, terjadi resistensi insulin yangmemaksa untuk meningkatan
31
Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal,mata kabur,
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. 1,2
keberhasilan terapi.
Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan
32
Kreatinin serum di periksan untuk mengetahui fungsi ginjal, dimana
nefropati.
Elektrokardiogram
Diabetes Gestasional
2.2.9 Diagnosis
33
dilakukandengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler
denganglukometer.
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
keluhan klasik.
34
dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atauglukosa darah
Keterangan:
plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5,6– 6,9 mmol/L)
Atau
8 jam
Atau
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L)
35
*Pemeriksaan HbA1c (≥6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah
satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah
darah puasa terganggu (GDPT), sehingga dapat ditangani lebih dini secara
36
Diabetes Meilitus
prandial(mg/dL)
2.2.10 Penatalaksaan
37
1. Terapi Nutrisi Medis
1. Karbohidrat
2. Lemak
3. Protein
4. Natrium
5. Serat
6. Pemanis alternatif
38
B. Kebutuhan kalori
badan, dll.
BB Normal : BB ideal ± 10 %
(IMT).
39
Klasifikasi IMT
BB Normal 18,5-22,9
BB Lebih ≥ 23,0
Keterangan:
Obesitas I 25,0-29,9
ObesII > 30
1. Jenis Kelamin
2. Umur
usia 70 tahun.
40
diberikan pada kedaaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas
sangat berat.
4. Berat Badan
untuk pria.
siang (30%), dansore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10-
C. Latihan jasmani
41
penyakit penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalahberjalan
D. Terapi farmakologis
glinid.
tiazolidindion.
e. DPP-IV inhibitor.
a. Sulfonilurea
42
hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti
orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta
b. Glinid
1. Tiazolidindion
43
pada gangguan faal hati.Pada pasien yang menggunakan tiazoli
4. Penghambat glukoneogenesis
1. Metformin
tersebut.
44
5. DPP-IV inhibitor
Peptidaini disekresi oleh sel mukosa usus bila ada makanan yang
6. Obat Suntikan
1. Insulin
45
• Ketoasidosis diabetik
(Awalkerja) of Action
(Lama kerja)
rolated)
46
Insulin short-acting 30 – 60 30 – 90 menit 3 – 5 jam
6 – 15
menit
Insulin Intermediate-acting
Insulin long-acting
Insulin campuran
acting)
30 – 60 Dual 10 – 16 jam
47
(Mixtard"; Humulin" 30/70)
Dual 15 – 18 jam
protamina/30% menit
Keterangan :
insulin.
1. Agonis GLP-1
48
badan. Efek agonis GLP-1 yang lain adalah menghambat pelepasan
2. Terapi Kombinasi
49
tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah
yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal
insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam
insulin.
2.2.11. Komplikasi
Hal ini terjadi karena kadar insulin sangat menurun,dan pasien akan
Hiperglikemia
Hiperketonemia
Asidosis metabolik
50
Hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis,
syok.
DKA saat ini jarang terjadi, karena pasien maupun tenaga kesehatan
Dehidrasi berat
Uremia
51
Pasien dapat menjadi tidak sadar dan meninggal bila keadaan
terdapat ketosis.
Penyebab Hipoglikemia
4. Sesudah melahirkan
52
6. Makan obat yang mempunyai sifat serupa
Tanda-tanda Hipoglikemia
kesulitanmenghitung sederhana.
misalnya:
53
2.2.12 Pencegahan
tahap yaitu :
(cegah kompilkasi).
2.2.13 Prognosis
54
(meminimalkan) risikotimbulnya komplikasi dengan baik.Serangan
jantung, stroke, dan kerusakan saraf dapat terjadi. Beberapa orang dengan
Kontrol ketat kadar gula darah, HbA1c, tekanan darah, profil lipid
kategori prediabetes).
55
DAFTAR PUSTAKA
Diabetes Melitus di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III,
2. Kamal Yudisianil, Soekamto SA, Suseno LS. Ed. Sudoyo AW. Penyusun :
4. Syarif Amir, Hamzah Arie, Rowi AS,dkk. Ed.Zainuddin AA, Faqih DM,
56
NEUROPATI DIABETIK
2.3.1 Definisi
Neuropati diabetika adalah suatu gangguan pada syaraf perifer, otonom
dan syaraf cranial yang ada hubunganya dengan diabetes melitus. Keadaan ini
disebabkan oleh kerusakan mikrovaskuler yang disebabkan oleh diabetes yang
meliputi pembuluh darah yang kecil-kecil yang memperdarahi syaraf(vasa
nervorum). Gangguan neuropati ini termasuk manifestasi somatic dan atau
otonom dari system saraf perifer.
2.3.2 Patogenesis
Patogenesis neuropati diabetik belum seluruhnya diketahui dengan jelas.
Namun demikian dianggap bahwa hiperglikemia persisten merupakan faktor
primer & banyak hipotesis dan pada saat ini dianggap suatu proses yang
multifaktorial. Berikut ini beberapa teori yang banyak diterima yaitu:
1. Faktor Metabolik
Proses terjadinya neuropati diabetik berawal dari hiperglikemia yang
berkepanjangan. Hiperglikemia persisten menyebabkan aktivasi jalur
poliol meningkat, yaitu terjadi aktivasi enzim aldose-reduktase, yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, yang kemudian dimetabolisme oleh
sorbitol dehidrogenase menjadi fruktosa. Akumulasi sorbitol dan fruktosa
dalam sel saraf merusak sel saraf akibatnya menyebabkan keadaan
hipertonik intraseluler sehingga mengakibatkan edema saraf.
57
2. Kelainan Vaskuler
Hiperglikemia juga mempunyai hubungan dengan kerusakan
mikrovaskular. Mekanisme kelainan mikrovaskuler tersebut dapat melalui
penebalan membrana basalis; trombosis pada arteriol intraneura;
peningkatan agregasi trombosit dan berkurangnya deformitas eritrosit;
berkurangnya aliran darah saraf dan peningkatan resistensi vaskular; stasis
aksonal, pembengkakan dan demielinisasi pada saraf akibat iskemia akut.
3. Mekanisme Imun
Mekanisme patogeniknya ditemukan adanya antineural antibodies pada
serum sebagian penyandang DM. Autoantibodi yang beredar ini secara
langsung dapat merusak struktur saraf motorik dan sensorik yang bisa
dideteksi dengan imunoflorensens indirek dan juga adanya penumpukan
antibodi dan komplemen pada berbagai komponen saraf suralis.
4. Peran Nerve Growth Factor (NGF)
NGF diperlukan untuk mempercepat dan mempertahankan pertumbuhan
saraf. Pada penyandang diabetes, kadar NGF serum cenderung turun dan
berhubungan dengan derajat neuropati. NGF juga berperan dalam regulasi
gen Substance P dan Calcitonin-Gen-Regulated peptide (CGRP). Peptide
ini mempunyai efek terhadap vasodilatasi, motilisasi intestinal dan
nosiseptif, yang kesemuanya itu mengalami gangguan pada neuropati
diabetik.
2.3.3 Klasifikasi
Klasifikasi neuropati diabetik berdasarkan gambaran klinik tebagi atas 2,
yaitu :
58
• STADIUM II : NEUROPATI STRUKTURAL / KLINIS, yaitu gejala
timbul sebagai akibat kerusakan struktural serabut saraf. Pada fase ini
masih ada komponen yang reversibel.
• Kematian neuron atau tingkat lanjut, yaitu terjadi penurunan kepadatan
serabut saraf akibat kematian neuron. Pada fase ini ireversibel. Kerusakan
serabut saraf pada umumnya dimulai dari distal menuju ke proksimal,
sedangkan proses perbaikan mulai dari proksimal ke distal. Oleh karena
itu lesi distal paling banyak ditemukan, seperti polineuropati simetris
distal.
Klasiifikasi berdasarkan anatomis :
a. Difusse Neuropathy
2. autonomic neuropathy
a. sudomotor neuropathy
c. gastrointestinal neuropathy
d. genitourinary neuropathy
b. Focal Neuropathy
- cranial neuropathy
- radiculopathy / plexopathy
- entrapment neuropathy
59
2.3.4 Gejala klinis
Neuropati diabetika bisa timbul dalam berbagai bentuk gejala
sensorik, motorik dan otonom, harus dibuat daftar terstruktur untuk
anamnesa.
a. Gejala sensorik bisa merupakan gejala negatif atau positif, difus atau
lokal. Gejala sensorik yang negatif adalah rasa tebal, tak merasa, gangguan
berupa sarung tangan/kaus kaki (glove and stocking), seperti berjalan
diatas tongkat jangkungan dan kehilangan keseimbangan terutama bila
mata ditutup dan luka luka yang tidak merasa sakit. Gejala sensorik positif
adalah rasa seperti terbakar, nyeri yang menusuk, rasa seperti kesetrum,
rasa kencang dan hipersensitif terhadap rasa halus.
b. Gejala motorik dapat menyebabkan kelemahan yang distal, proksimal
atau fokal. Gejala motorik distal termasuk gangguan koordinasi halus dari
otot-otot tangan, tak dapat membuka kaleng atau memutar kunci,
memuku-mukul kaki dan lecetnya jari-jari kaki. Gejala gangguan
proksimal adalah gangguan menaiki tangga, kesukaran bangun dari posisi
duduk atau berbaring, jatuh karena lemasnya lutut dan kesukaran
mengangkat lengan di atas pundak.
c. Gejala otonom dapat berupa gangguan sudo motorik (kulit kerinh,
keringat yang kurang, keringat berlebihan pada area tertentu), gangguan
pupil (gangguan pada saat gelap, sensitif terhadap cahaya yang terang),
gangguan kardiovaskuler (kepala tertasa enteng pada posisi tertentu,
pingsan), gastrointestinal (diare nokturnal, konstipasi, memuntahkan
makanan yang telah dimakan), gangguan miksio (urgensi, inkontinensia,
menetes) dan gangguan seksual (impotensi dalam ereksi dan gangguan
ejakulasi pada pria) dan tidak bisa mencapai klimaks seksual pada wanita).
60
2.3.5 Diagnosis
Ditemukan tanda dan gejala klinik diabetes disertai pemeriksaan
darah ditemukan glukosa puasa 126 mg/dl, 2 jam pp 200 mg/dl,
glycosylated hemoglobin (hba1c) mengalami peningkatan. Ditemukan
tanda dan gejala klinik neuropati disertai pemeriksan EMNG menunjang
suatu neuropati.
1. Reflex motorik
2. Fungsi serabut saraf besar dengan tes kuantifikasi sensasi kulit seperti tes
rasa getar (biotesiometer), dan rasa tekan (estesiometer filament mono
semmes- Weintein)
3. Fungsi serabut saraf kecil dengan tes sensasi tubuh
4. Untuk mengetahui dengan lebih awal adanya gangguan hantar saraf dapat
dikerjakan elektromiografi
1) Reflek motorik
2) Fungsi serabut saraf besar degan tes kuantifikasi sensasi kulit : tes rasa
getar (biotesiometer) & rasa tekan (estesiometer dengan filament mono
Semmers-Weinstein)
3) Fungsi serabut saraf kecil dgn tes sensasi suhu
4) Elektromiografi
5) Uji komponen parasimpatis:
a. Tes respons denyut jantung maneuver valsava
b. Variasi denyut jantung (interval RR) selama napas dalam
6) Uji komponen simpatis diabetic autonomic neuropatic (DAN) dilakukan
dengan :
a. Respon tekanan darah terhadap berdiri (penurunan sistolik)
b. Respon tekanan darah terhadap genggaman (peningkatan diastolic
61
Skor diabetic neurophaty examination (DNE)
Hasil
No Jenis pemeriksaan Keterangan
pemeriksaan
62
2.3.7 Pemeriksaan Penunjang:
2.3.8 Penatalaksanaan
Strategi pengelolaan pasien DM dengan keluhan neuropati diabetic dibagi
menjadi 3 bagian:
Terapi Medikamentosa:
63
1) Golongan aldose reductase inhibitor, yang berfungsi menghambat
penimbunan sorbitol dan fruktosa
2) Penghambat ACE
3) Neurotropin: Nerve growth factor, Brain derived neurotrophic factor
4) Alpha lipoic acid, suatu antioksidan kuat yang dapat membersihkan
radikal hidroksil, superoksida dan peroksil serta membentuk glutation
5) Penghambat protein kinase C
6) Gangliosides, merupakan komponen utama membrane sel
7) Gamma linoleic acid (GLA), suatu precursor membrane fosfolipid
8) Aminoguanidin, berfungsi menghambat pembentukan AGEs
9) Human intravenous immunoglobulin, memperbaiki gangguan neurologic
maupun non neurologic akibat penyakit autoimun.
Edukasi
64
ULKUS DIABETIKUM
2.4.1 Definisi
Ulkus adalah hilangnya jaringan kulit epidermis dan sebagiandari
dermis, Ulkus juga dapat didefinisikan sebagai luka terbuka pada
permukaan kulit atau selaput lendir yang disertai kematian jaringan yang
luas dan invasif kuman. Adanya kuman tersebut menyebabkan ulkus
berbau.
65
Gambar . Ulkus diabetikum dorsum pedis
2.4.2 Patogenesis
66
2. Sistem vaskular
Iskemia merupakan penyebab berkembangnya gangren pada pasien DM.
Dua kategori kelainan vaskuler yaitu:
a. Makroangiopati
Makroangiopati yang berupa oklusi pembuluh darah ukuran sedang
maupun besar menyebabkan iskemia dan gangren.
b. Mikroangiopati
Mikroangiopati berupa penebalan membrana basalis arteri kecil,
arteriola, kapiler dan venula. Kondisi ini merupakan akibat hiperglikemia
menyebabkan reaksi enzimatik dan non enzimatik glukosa ke dalam
membrana basalis. Penebalan membrana basalis menyebabkan
penyempitan lumen pembuluh darah.
3. Sistem imun
Status hiperglikemi dapat menggangguberbagai fungsi netrofil dan
monosit (makrofag) meliputi proses kemotaksis, perlekatan (adherence),
fagositosis dan proses-bunuh mikroorganisme intraseluler. Semua proses ini
terutama penting untuk membatasi invasi bakteri piogenik dan bakteri lainnya.
Empat tahapan tersebut diawali dengan kemotaksis kemudian fagositosis, dan
mulailah proses intraseluler untuk membunuh kuman tersebut oleh radikal
bebas oksigen dan hidrogen peroksida.
67
2.4.3 Patogenesis
2.4.5 Klasifikasi
Menurut berat ringannya lesi, ulkus diabetikum dibagi dalam enam derajat
menurut Wagner, yaitu :
Derajat 1 : ulkus superfisial terbatas pada kulit, klinis tidak ada infeksi.
68
Derajat 2 : ulkus dalam, sering dengan selulitis, tidak ada abses atau infeksi
tulang.
abses.
Penderita DM lama
Kadar gula darah tinggi
Umur
Perokok
Hipertensi
Kegemukan
69
Hiperkolesterolemia
Kurang gerak
A. Anamnesis
Informasi penting adalah pasien telah mengidap DM sejak lama, oleh
karena itu perlu ditanyakan durasi menderita DM. Keluhan neuropati berupa
kesemutan, rasa panas di telapak kaki, kram dan seluruh tubuh sakit terutama
malam hari. Gejala neuropati menyebabkan hilang atau menurunnya rasa yeri
pada kaki, sehingga apabila penderita mendapat trauma akan sedikit atau tidak
merasakan nyeri sehingga mengakibatkan luka pada kaki. Selain itu juga
ditanyakan aktivitas harian, sepatu yang digunakan, pembentukan kalus,
deformitas kaki, nyeri tungkai saat beraktivitas, penyakit komorbid, kebiasaan
merokok dan minum alkohol, obat-obat yang sedang dikonsumsi, riwayat
menderita ulkus atau amputasi sebelumnya.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik diarahkan untuk mendapatkan deskripsi karakter ulkus,
menentukan ada tidaknya infeksi, menentukan hal yang melatarbelakangi
terjadinya ulkus (neuropati, obstruksi vaskuler perifer, trauma atau deformitas),
klasifikasi ulkus dan melakukan pemeriksaan neuromuskular untuk menentukan
ada tidaknya deformitas.
Inspeksi : tampak kesan kulit kaki yang kering dan pecah-pecah akibat
berkurangnya produksi keringat. Hal ini disebabkan karena denervasi struktur
kulit. Tampak pula hilangnya rambut kaki atau jari kaki, penebalan kuku, kalus
70
pada daerah yang mengalami penekanan seperti pada tumit, plantar aspek kaput
metatarsal. Pada daerah yang mengalami penekanan tersebut merupakan lokasi
ulkus diabetikum karena trauma yang berulang tanpa atau sedikit dirasakan
pasien. Tergantung dari derajatnya saat kita temukan, ulkus yang terlihat mungkin
hanya suatu ulkus superfisial yang hanya terbatas pada kulit dengan dibatasi kalus
yang secara klinis tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. Pada derajat 3 tampak
pus yang keluar dari ulkus. Gangren tampak sebagai daerah kehitaman yang
terbatas pada jari atau melibatkan seluruh kaki.
Palpasi : kulit yang kering serta pecah-pecah mudah dibedakan dengan kulit yang
sehat. Oklusi arteri akan menyebabkan perabaan dingin serta hilangnya pulsasi
pada arteri yang terlibat. Kalus di sekeliling ulkus akan teraba sebagai daerah
yang tebal dan keras. Deskripsi ulkus harus jelas karena sangat mempengaruhi
prognosis serta tindakan yang akan dilakukan. Apabila pus tidak tampak maka
penekanan pada daerah sekitar ulkus sangat penting untuk mengetahui ada
tidaknya pus. Pintu masuk harus dibuka lebar untuk melihat luasnya kavitas serta
jaringan bawah kulit, otot, tendo serta tulang yang terlibat.
71
mampu merasakan sentuhan monofilamen ketika ditekankan pada kaki walau
monofilamennya sampai bengkok.
72
mengetahui kadar gula dalam darah. Albumin diperiksa untuk mengetahui status
nutrisi pasien.
2.4.8 Penatalaksanaan
73
Jika jaringan nekrotik tidak dihilangkan akan berakibat tidak hanya
menghalangi penyembuhan luka, tetapi juga dapat terjadi kehilangan protein,
osteomielitis, infeksi sistemik dan kemungkinan terjadi sepsis, amputasi tungkai
atau kematian. Setelah debridemen membuang jaringan nekrotik akan terjadi
perbaikan sirkulasi dan terpenuhi pengangkutan oksigen yang adekuat ke luka.
2. Mengistirahatkan
Yang dimaksud adalah kita mencegah trauma pada daerah ulkus dan
memindahkan tekanan ke tempat yang lain, jika perlu dengan mengistirahatkan
penderita di tempat tidur. Perlu diingat bahwa latihan gerakan kaki sebagai
perangsang pompa otot harus tetap dilakukan untuk mempertahankan aliran balik
darah, jika perlu tungkai ditinggikan.
3. Pembalutan
Banyak teknik dan macam jenis pembalut yang digunakan saat ini, tapi
yang terpenting pembalut ideal mempunyai karakteristik sebagai berikut:
74
Mudah penggunaannya
Biaya yang terjangkau
4. Kontrol infeksi
Pada ulkus dangkal dapat diberikan antibiotika topikal atau oral pada
pasien rawat jalan dan atau harus dievaluasi apakah ada perbaikan atau memberat
yang memerlukan tindakan pembersihan luka atau mengubah antibiotika dan cara
pemberiannya.
5. Perbaikan vaskularisasi
75
perasaan terbakar, kebas dan dingin), a > 200 m, dan b < 200
m
6. Amputasi
76
kemungkinan timbulnya ulkus pada pasien pasca amputasi lebih tinggi
dibandingkan pasien tanpa amputasi.
Arthroplasti
Sesamoid reduksi atau ektomi
Kondilektomi
Metatarsal osteotomi
Reseksi sendi metatarsofalangeal atau
Fusi sendi interfalangeal
Pada prinsipnya tindakan ini bertujuan untuk memperbaiki dan menstabilkan
sendi sehingga beban tubuh dapat diterima oleh bagian yang luas pada telapak
kaki.
2.4.9 Rehabilitasi
Pada dasarnya penderita kaki diabetes harus dapat merawat sendiri dan
dapat mencegah timbulnya ulkus dengan cara yang baik. Dengan pengetahuan
yang baik angka timbulnya ulkus dapat ditekan sampai setengahnya. Hal ini akan
menekan biaya pengobatan yang cukup besar, di samping fungsi sosial pasien
juga menjadi baik. Diperlukan kerjasama multidisipliner dan waktu konsultasi
77
yang cukup untuk mendapatkan hasil yang baik dari segi pengetahuan pasien
dalam perawatan kaki.
2.4.10 Prognosis
Pada orang diabetes dengan neuropati bahkan jika hasil manajemen yang
sukses dalam penyembuhan dari ulkus kaki, tingkat kekambuhan 66% dan tingkat
amputasi naik ke 12%
78
BAB III
KESIMPULAN
epodemiologi studi meta analisis. Sebab bila tekanan darah lebih tinggi dari angka
kardiovaskuler akan men ingkat. Yang paling penting ialah tekanan darah harus
persistens diatas atau sama dengan 140/90 mmHg. Hipertensi secara garisbesar
dibagi menjadi 2 yaitu Hipertensi disebut primer bila penyebabnya tidak diketahui
menjadi dua yaitu pengobatan non farmakologis dan terapi farmakologis, terapi
non farmakologis seperti konsumsi Natrium seperti garam yang harus di turunkan,
memperbanyak makan buah dan sayur, makan makanan yang rendah kolesterol
thiazide (thiaz), aldosteron antagonist (Aldo Ant), Beta Bloker (BB), calcium
antagonist/blocker (ARB).
79
Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.
Diabetes millitus dibagi menjadi 4 bagian yaitu diabetes millitus tipe 1, diabetes
millitus tipe 2, diabetes tipe lain dan diabetes millitus gestasional. Pengobatan dari
diabetes millitus dibagi menjadi dua bagian besar yaitu terapi nutrisi dan terapi
80
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoya AW, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V Jilid III hal.
961-1070.InternaPublishing 2009.
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Konsensus
Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011.
PERKENI. 2011.
3. Kamal Yudisianil, Soekamto SA, Suseno LS. Ed. Sudoyo AW. Penyusun :
81