MODS
MODS
Definisi
Sindrom Disfungsi Organ Multipel (Multiple Organ Dysfunction Syndrome/MODS)
didefinisikan sebagai adanya fungsi organ yang berubah (melibatkan >2 sistem
organ) pada pasien yang sakit akut, sehingga homeostasis tidak dapat dipertahankan
lagi tanpa intervensi. Kejadian MODS sebagian besar disebabkan oleh infeksi.
Penyebab lain adalah trauma dan proses inflamasi non-infeksi. Deskripsi MODS
pertama kali menegaskan hubungan kejadiannya dengan infeksi laten atau tidak
terkontrol, yang tersering adalah peritonitis dan pneumonia. Namun, infeksi tidak
harus selalu ada dan sifatnya lebih sering mengikuti, daripada mendahului, terjadinya
MODS. Pada lebih dari 1/3 pasien MODS, tidak ditemukan fokus infeksi. (Tabrani
Rab, 2007).
1. Etiologi
Beberapa jenis jejas (insult) fisiologik maupun patologik dapat menyebabkan MODS,
antara lain (Aryanto Suwoto, 2007) :
a. Infeksi (bakteri, virus)
b.Trauma (trauma multiple, pasca operasi, heat injury, iskemia visceral)c. Inflamasi
(HIV, eklamsia, gagal hati, tranfusi masif)
d. Non infeksi (reaksi obat, reaksi tranfusi)
Patofisiologi
Saat ini terdapat berbagai teori yang berusaha menjelaskan patofisiologi terjadinya
MODS, antara lain hipotesis mediator, hipotesis “gut-as motor”, hipotesis kegagalan
mikrovaskuler, hipotesis two hit, dan hipotesis terintegrasi. Hipotesis mediator
diungkapkan atas dasar ditemukannya peningkatan nyata kadar TNF-a dan IL-1b.
Sitokin-sitokin ini diduga menyebabkan kerusakan seluler primer dan bahwa ternyata
pemberian antisitokin dapat menghentikan atau paling tidak mengurangi terjadinya
MODS-like syndrome.9 Hipotesis “gut-as motor,” teori yang paling banyak dibahas
saat ini, menyatakan bahwa translokasi bakteri atau produknya menembus dinding
usus memicu terjadinya MODS. Malnutrisi dan iskemia intestinal diketahui sebagai
penyebab translokasi toksin bakteri ini.
Eritrosit yang rusak dengan perubahan bentuk atau property rheologik juga
memudahkan terjadinya sumbatan atau obstruksi mikrovaskuler yang kemudian
menyebabkan iskemia seluler. Hipotesis “two-hit” menyatakan bahwa terdapat 2
pola MODS, dini (dalam 72 jam setelah jejas) dan lambat. MODS dini disebabkan
oleh proses “one hit”, sedangkan MODS tipe lambat disebabkan oleh proses “two
hit”. Pada model “one hit”, jejas primer sedemikian masifnya sehingga
mempresipitasi SIRS berat, menyebabkan MODS yang dini dan seringkali letal. Pada
model “two hit”, terjadi jejas akibat pembedahan/ trauma yang tidak terlalu berat
(first hit), menyebabkan SIRS yang moderat. Adanya presipitasi infeksi/ jejas non-
infeksi dapat mengamplifikasi keadaan inflamasi awal tersebut menjadi SIRS yang
berat, yang cukup untuk menginduksi MODS tipe lambat (umumnya 6-8 hari setelah
jejas awal). Pada sebagian besar pasien MODS, tidak dapat ditelusuri satu penyebab
sebagai pemicu MODS. Oleh karena itu hipotesis terintegrasi menyatakan bahwa
tampaknya MODS merupakan akibat akhir dari disregulasi homeostasis yang
melibatkan sebagian besar mekanisme yang telah diuraikan di atas.
1. Pemeriksaan Diagnostik
1. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya dibagi atas 2 yakni prevensi dan pengobatan dengan hal ingin dicapai
terdapatnya adekuat oksigenasi jaringan, mengobati infeksi, adekuat nutrisional
support dan bila mungkin melakukan tindakan seperti hemodialisis. Adapun tindakan
yang perlu dilaksanakan:
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3. Kasus
Tuan Sardi 46 Tahun dengan BB 55kg dirawat diruang intensive dengan internal
bleeding+ post laparotomi+ sepsis+ hemothoraks+ CF 2-6 lateral dextra. Riwayat
sebelumnya mengalami kecelakaan lalu lintas motor dengan mobil dari arah
berlawanan. Sekarang terpasang drainase pada daerah perut hari keenam. Data tanda-
tanda vital TD: 114/70 mmHg (Hipotensi), RR: 22x/menit, Nadi: 110x/menit, Suhu:
37o C, Terpasang ventilator dengan data CPAP, FiO2: 40%, PEEP: 8, SaO2: 97%,
Hasil Lab: BUN: 30 mg/dl, Albumin: 2,9 g/dl, Platelet: 9,3 (nilai normal: 150.000 –
400.000mm3 ), Na: 140 mmol/dl, Kalium: 4 mmol, Hb: 11,7, leukosit: 14000.
Primary Survey
Manajemen: -
Manajemen: Terpasang ventilator dengan mode CPAP, FiO2= 40%, PEEP: 8, SaO2 =
97%
c. Circulation : Akral (dingin, basah, pucat), sianosis (+), CRT: >2dt,
perdarahan interna (+) pada abdomen dan thorax, TD 114/70; HR 110x/m; S
37 C
Manajemen :
Manajemen :
A (allert) : klien sadar
V (verbal) :ketika dipanggil klien tidak berespons, hanya merintih
P (pain) : klien berespons terhadap rangsang nyeri yang diberikan
U (unresponsive) : klien masih dalam keadaan responsive
Manajemen : -
Secondary Survey
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Lab: BUN : 30 mg/dL, Albumin: 2,9 g/dL, Platelet: 9,3 , Na: 140
mmol, K: 4 mmol, Hb: 11,7, Leukosit: 14000
(pada pasien ini telah mengalami sepsis sehingga harus dilakukan kultur darah).
b. Pemeriksaan X ray: Adanya fraktur costa 2-6 lateral dextra dan ada
(Haemothorax)
Analisis Data
Perdarahan
↓
Data Subyektif: -
Shock
Data Obyektif:
↓ Penurunan cardiac
a. TD 114/70 mmHg Reduksi volume intravaskuler output
b. Nadi 110x/menit, iregular ↓
Ketidakadekuatan sirkulasi volume
darah
↓
↑ venus return ke jantung
↓
↓ cardiac output
Kecelakaan lalulintas
a. Konjungtiva pucat
Internal Bleeding
b. Akral dingin, pucat
Defisit volume cairan
c. Penurunan tekanan darah,
peningkatan denyut nadi
Kehilangan cairan berlebih
d. Penurunan urine output
DAFTAR PUSTAKA