Qawaid Fiqiyah
Qawaid Fiqiyah
Disusun oleh:
Maulia Permata Rizki Pohan (0205173278)
Ryanda Setiawan (0205173254)
Ahmad Mirza (0205173279)
A. Latar Belakang
Pada masa Nabi Muhammad masih hidup, ketika umat Islam menemui suatu persoalan,
maka mereka akan langsung mengembalikannya kepada Rasulullah atau dengan kata lain bahwa
Rasulullah yang akan memberikan jawaban terhadap persoalan tersebut, terkadang dengan
menggunakan Al-Qur’an yang turun berkenaan dengan masalah tersebut (sebagai jawaban),
terkadang juga dengan sunnah Beliau baik secara qauli (perkataan), fi’li (perbuatan), dan taqriri
(ketetapan). Adakalanya Rasul menunda masalah tersebut atau menunggu hingga turunnya
wahyu. Dan pada hakikatnya, jawaban Rasul tidak terlepas dari petunjuk Ilahi.
Namun, pasca Rasulullah wafat, muncullah persoalan-persoalan baru yang harus
dipecahkan sendiri dengan menggunakan berbagai metode seperti yang dilakukan oleh para
sahabat di waktu itu. Tidak jarang juga kita jumpai berbagai persoalan baru yang muncul pada
era ini yang berbeda dengan zaman Rasul atau zaman sahabat di waktu itu dan tentu saja
membutuhkan penyelesaian. Dari situlah penulis akan memaparkan mengenai berbagai faktor
penyebab munculnya permasalahan-permasalahan fiqh baru serta asas dan cara penyelesaiannya
yang akan penulis jelaskan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan munculnya masailul fiqhiyah?
2. Apa sajakah asas dan cara penyelesaian masailul fiqhiyah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan munculnya masailul fiqhiyah
2. Untuk mengetahui asas dan cara penyelesaian masailul fiqhiyah
BAB II
PEMBAHASAN
5 . Abdurohman Kasdi, Masail Fiqhiyyah: Kajian Fiqh atas Masalah-masalah Kontemporer, (Kudus: Nora Media
Enterprise, 2011).
6 .http://dokumen.tips/documents/makalah-faktor-munculnya-masail-fiqhiyahdoc.html (diakses pada tanggal 23
September 2016 pukul 12.17 WIB)
B. Asas dan Cara Penyelesaian Masailul Fiqhiyah
Asas berarti dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat)[7].
Dalam langkah-langkah penyelesaian masailul fiqhiyah, terdapat dasar-dasar penyelesaian
masalah dalam bentuk beberapa kaidah penting[8], yaitu:
3. Kaidah ketiga : Berdialog dengan masyarakat melalui bahasa kondisi masanya dan melalui
pendekatan persuasif aktif serta komunikatif
Ketentuan hukum yang akan diputuskan harus disesuaikan masyarakat yang diinginkannya
dan menggunakan bahasa layak sebagaimana bahasa masyarakat dimana persoalan itu muncul.
Bahasa masyarakat yang ideal :
a. Bahasa yang dapat dipahami sebagai bahasa sehari-hari dan mampu menjangkau pemahaman
umum.
b. Menghindarkan istilah-istilah rumit yang mengundang pengertian kontroversi.
7 . Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia offline, versi. 1. 1, (Pusat Bahasa, 2010).
8 .Dr. Yusuf Qardhawi, Hadyu al-Islam fatawa al-Muasshirah, juz 1, 1996. cet VI, hal: 10-26
c. Ketetapan hukum bersifat ilmiah karena didasarkan pertimbangan hikmah, illat, filisofis dan
Islami.
4. Kaidah keempat : Bersifat moderat terhadap kelompok tekstualis (literalis) dan kelompok
kontekstualis
Dalam merespon persoalan baru yang muncul, ulama bersandar kepada al-nash sesuai bunyi
literal ayat tanpa menginterpretasi lebih lanjut diluar teks itu. Dipihak lain, kelompok
kontekstualis lebih berani menginterprestasikan produk hukum al-nash dengan melihat kondisi
zaman dan lingkungan. Sementara kelompok ini dinilai terlalu berani bahkan dianggap
melampaui kewenangan ulama salaf yang tidak diragukan kehandalannya dalam masalah ini.
Menurut mereka perbedaan masa, masyarakat, geografis, pemerintahan dan perkembangan
teknologi moderen patut dipertimbangkan serta layak mendapat perhatian.
Masailul Fiqhiyah adalah masalah yang terkait dengan fiqh. Masalah fiqh yang dimaksud
di sini adalah persoalan-persoalan yang muncul pada konteks kekinian sebagai refleksi
kompleksitas problematika pada suatu kondisi dan waktu, dan persoalan tersebut belum pernah
terjadi pada waktu yang lalu karena adanya perbedaan situasi yang melingkupinya.
Masailul fiqhiyah muncul karena beberapa faktor, yaitu : (1) Ulama berbeda-beda di
dalam memahami makna-makna lafadz dalam bahasa arab yang sifatnya mujmal/musytarak,
dikeragui umum atau khusus dan dikeragui mana yang hakiki atau maknawi, (2) Perbedaan cara
meriwayatkan suatu hadis. Dalam sumber lain dijelaskan bahwa faktor munculnya masailul
fiqhiyah adalah sebagai berikut: Kondisi geografis, Struktur dan pola budaya masyarakat,
Perkembangan teknologi, Perkembangan ekonomi dan politik, dan Perkembangan ekonomi.
Asas dan cara penyelesaian masailul fiqhiyah, yaitu: Kaidah pertama, Menghindari sifat
taqlid dan fanatisme; Kaidah kedua, Prinsip mempermudah dan menghindarkan kesulitan;
Kaidah ketiga, Berdialog dengan masyarakat melalui bahasa kondisi masanya dan melalui
pendekatan persuasif aktif serta komunikatif; Kaidah keempat, Bersifat moderat terhadap
kelompok tekstualis (literalis) dan kelompok kontekstualis; Kaidah kelima, Ketentuan hukum
bersifat jelas tidak mengandung interpretasi.
B. Saran
Bagi para pembaca yang budiman, pada masa ini banyak sekali masalah yang
bermunculan yang sudah barang tentu berbeda dengan masalah pada zaman Rasulullah dahulu
akibat faktor-faktor tertentu. Oleh karena itu, dalam menyelesaikannya pun juga berbeda. Dalam
hal ini, mempelajari dan mempelajari masailul fiqhiyah menjadi sangat urgen untuk dapat
memperoleh pengetahuan bagaimana sikap yang benar dalam menyelesaikan suatu persoalan
fiqhiyah yang sesuai dengan syariat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurohman Kasdi, Masail Fiqhiyyah Kajian Fiqh atas Masalah-masalah Kontemporer, Kudus: Nora
Media Enterprise, 2011.
Ahmad Sudirman Abbas, Dasar-Dasar Masail Fiqhiyyah, Jakarta: CV Bayu Kencana, 2003.
Dr. Yusuf Qardhawi, Hadyu al-Islam fatawa al-Muasshirah, juz 1, 1996. cet VI.
Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia offline, versi. 1. 1, Pusat Bahasa, 2010.