secara
bahasa
adalah
pemahaman
atau
paham
(AL-fahmu)
/pengetahuan
tentang
hukum-hukum
syariat
dalam
bentuk
baru
dengan
jalan
ijtihad
erdasarkan
nash.
Penyelesaian suatu persoalan mula-mula dicarikan jawabannya dari ANash, bila tidak ditemukan maka akan diselesaikan dengan jalan ijma.
Diantara fuqaha yang meiliki metode penyelesaian ersoalan fiqih
adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad
Hanbali.
1 Ahmad Sudirman Abbas, Dasar-Dasar Masail Fiqhiyyah, Jakarta: CV Bayu Kencana,
2003, h.1
Ruang Lingkup
Dengan
lahirnya
masail
fiqihiyah
atau
persoalan-persoalan
dengan
giat
mentelaah
berbagai
metodologi
penyelesaian
pasti
yaitu
melalui
Al-Quran
dan
al-Sunnah
kecuali
terdapat
tertentu
dan
juga
bertaqlid
buta
merupakan
dua
terhadap
hukum
persoalan
tertentu
yang
tidak
yang
turut
membantunya
analisa
tersebut
oleh
perangkat ilmu yang dimiliki serta daya fikir yang telah dilatihdan
dikembangkan.. keyakinan terhadap pendapat tertentu dan atau
hukum sesuatu. Ijtihad secara isttilah adalah:
Upaya (seorang mujtahid) dan memperoleh dan mencapai
keputusan hukum syara berdasarkan dalil yang terperinci dari
dasar-dasar syariat
2. Langkah
kesulitan
kedua:
prinsip
mempermudah
dan
menghindarkan
merealisasikan
lima
kepentingan
pokok
dan
penyelesaian
persoalan
menuntut
toleransi
sandaran
serta
geografi
mereka
bertempat
tinggal
tersebut,
dan
justru
faktor-faktor
itulah
yang
bahasa
layak
sebagaimana
bahsa
masyarakat
bersifat
ilmiah
karena
didasarkan
4. Langkah
keempat
bersikap
moderat
terhadap
kelompok
produk
hukumnya
diupayakan
sama
dengan
produk
berani
zaman
dan
lingkungan.
Pertimbangan
lain
adalah
jawaban
persoalan
baru
yang
tidak
ditemukan
sebelumnya. Kelompok ini tidak terikat oleh literal ayat dan atau
as-Sunnah, tetapi berupaya menyesuaikan perkembangan masa.
5. kaedah
kelima:
ketentuan
hukum
bersifat
jelas
tidak
mengandung interprets
Bahasa hukum relative tegas dan membutuhkan penjelasan
dengan beberapa butir alternative keterangan. Penjelasan yang
dimaksudkan pada ketentuan hukum tidak sulit dipahami dan tidak
pernah
tidak
memberlakukan
hukum
had
atau
barang
sang
tuan
demi
kebutuhan
mendesak
oleh
kelaparan.
Berdasarkan data-data kongkrit tersebut umar bin khathab
melakukan ijtihad tadbiqiy yang ersifat kasuistis. Melihat kasus
diatas, keputusan umar tidak dapat dijadikan rujukan rumusan
hukum yang bersifat umum. Keputusan ini memerlukan perumusan
khusus dan tidak disejajarkan dengan ketentuan umum yaitu:
perbuatan mencuri diganjar hukum potong tangan. Ketentuan ukum
had potong tangan memiliki kriteria:
a.
b.
c.
d.
Mencapai nisab
Diambil dari tempat penyimpanan
Dengan cara sembunyi-sembunyi
Tidak ragu-ragu