Anda di halaman 1dari 20

PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI NANO DALAM PERTANIAN DAN PENGOLAHAN PANGAN DI INDONESIA 1

Ening Ariningsih 

PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI NANO DALAM PERTANIAN


DAN PENGOLAHAN PANGAN DI INDONESIA

Prospects of Nanotechnology Application in Agriculture and Food Processing


in Indonesia
Ening Ariningsih*
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jln. A. Yani 70, Bogor 16161, Jawa Barat, Indonesia
*Korespondensi penulis. E-mail: ening.ariningsih@yahoo.com

Naskah diterima: 22 Maret 2016 Direvisi: 16 Mei 2016 Disetujui terbit: 1 Juli 2016

ABSTRACT

The fast growing research in the field of nanotechnology in the last decade is a challenge as well as an
opportunity for Indonesia to participate in the world market. This paper aimed to assess the prospects of
nanotechnology application in Indonesia, especially in agriculture and food processing. The study was conducted
through a literature review. Nanotechnology has a promising prospect to be applied in Indonesia. However, the
research, development, and application of nanotechnology in Indonesia grow slowly and are more focused on
areas other than agriculture and food processing, such as electronics, energy, medicine, pharmacy, etc. Barriers
to the development of nanotechnology in Indonesia among others are (1) inadequate nanotechnology facilities
and dispersed sporadically in a number of institutions, (2) lack of synergism among research institutions working
on nanotechnology, (3) less supporting human resources, and (4) limited budget. A number of studies reveal that
nanotechnology application in agriculture and food processing in Indonesia includes fertilizers, antioxidants,
preservatives, fortification, functional foods, nutraceuticals, smart packaging, etc. In order to support
nanotechnology application in national agro-industry, some policies to implement are (a) developing
nanotechnology research network at national level, (b) socialization of nanotechnology and its potential utilization
in agriculture, (c) strengthening human resource capacity in nanotechnology, (d) developing nanotechnology
research synergy, (e) developing the governance of nanotechnology research at IAARD, (f) setting research
priorities of nanotechnology, and (g) developing collaboration with private parties.
Keywords: agriculture, food processing, nanotechnology

ABSTRAK

Penelitian di bidang teknologi nano yang berkembang pesat dalam dekade terakhir merupakan tantangan dan
peluang bagi Indonesia untuk ikut berperan dalam pasar dunia. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji prospek
penerapan teknologi nano, khususnya pada bidang pertanian dan pengolahan pangan. Kajian dilakukan melalui
studi pustaka yang relevan dengan penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi nano, khususnya pada
bidang pertanian dan pengolahan pangan di Indonesia. Hasil pengkajian menunjukkan teknologi nano
mempunyai prospek yang cerah untuk diterapkan di Indonesia, namun penelitian, pengembangan, dan
penerapannya di Indonesia berkembang lambat dan lebih terfokus pada bidang selain pertanian dan pengolahan
pangan, seperti elektronik, energi, kedokteran, dan farmasi. Hambatan perkembangan teknologi nano di
Indonesia antara lain (1) fasilitas (sarana dan prasarana) teknologi nano yang kurang memadai dan tersebar di
sejumlah institusi; (2) kurangnya sinergisme antarlembaga riset teknologi nano; (3) sumber daya manusia (SDM)
yang kurang mendukung; dan (4) anggaran yang kurang memadai. Sejumlah studi mengungkapkan penerapan
teknologi nano pada bidang pertanian dan pengolahan pangan di Indonesia, seperti pupuk, antioksidan,
pengawet makanan, fortifikasi, pangan fungsional, nutrasetikal, dan kemasan pintar. Dalam rangka mendorong
penerapan teknologi nano pada agroindustri nasional maka peningkatan penguasaan teknologi nano di bidang
pertanian perlu terus diupayakan dan dapat ditempuh melalui (a) membangun jaringan riset teknologi nano pada
lingkup nasional, (b) sosialisasi teknologi nano dan potensi pemanfaatannya di bidang pertanian, (c) memperkuat
SDM teknologi nano, (d) mengembangkan sinergi penelitian teknologi nano, (e) mengembangkan tata kelola
penelitian teknologi nano pada lingkup Badan Litbang Pertanian, (f) menetapkan prioritas penelitian teknologi
nano, dan (g) mengembangkan kerja sama dengan pihak swasta.
Kata kunci: pengolahan pangan, pertanian, teknologi nano
2 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 1-20

PENDAHULUAN beserta vektornya (Rochman 2011; Salamanca-


Buentello et al. 2005). Lebih lanjut dikatakan
bahwa penerapan teknologi nano untuk
Penelitian dan penerapan di bidang teknologi pertanian dan pengolahan pangan diharapkan
nano telah berkembang pesat dalam dekade dapat menciptakan pertanian presisi (precision
terakhir (Duncan 2011). Teknologi terbaru farming) di mana input pertanian hanya
tersebut sudah merambah ke berbagai sektor diberikan sesuai kebutuhan tanaman atau
kehidupan, seperti tekstil, pangan, komestik, ternak untuk efisiensi biaya produksi sekaligus
kesehatan, kemasan pangan, dan berbagai meningkatkan kuantitas dan kualitas produk
produk konsumen lainnya (Wardana 2014). pertanian dan pengolahan pangan.
Menurut Hoerudin dan Irawan (2015)
perkembangan teknologi nano yang pesat Dibandingkan dengan di negara-negara
merupakan tantangan dan peluang bagi suatu maju, sampai saat ini penelitian dan pengem-
negara untuk ikut berperan dalam pasar dunia bangan teknologi nano di Indonesia masih
atau hanya akan menjadi tujuan pasar. belum banyak dilakukan, khususnya dalam
bidang pertanian dan pengolahan pangan,
Saat ini di banyak negara maju, seperti padahal penerapan teknologi nano akan
Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, mendukung upaya pencapaian swasembada
penelitian dan pengembangan penerapan pangan dan pengembangan produk lokal yang
teknologi nano di bidang pertanian dan berdaya saing tinggi (Hoerudin dan Irawan
pengolahan pangan semakin berkembang 2015). Potensi pengembangan teknologi nano
pesat. Irawan et al. (2014) melaporkan bahwa di Indonesia didukung oleh ketersediaan
sejumlah negara telah membangun riset material nano yang sangat besar potensinya
teknologi nano nasionalnya dengan serius, untuk industri besar berbasis teknologi nano
misalnya Amerika Serikat yang mendirikan yang memiliki daya saing tinggi dengan
National Nanotechnology Initiative (NNI). Selain memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki,
pengembangan penelitian di tingkat nasional, termasuk potensi kekayaan alam pertanian dan
jaringan penelitian teknologi nano antarnegara pangan yang melimpah.
dan kawasan juga berkembang pesat. Dua
organisasi besar dunia, yaitu Food and Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji
Agriculture Organization (FAO) dan World perkembangan penelitian dan pengembangan,
Health Organization (WHO) (2009) meyakini serta penerapan teknologi nano, khususnya
bahwa teknologi nano sangat potensial untuk dalam bidang pertanian dan pengolahan
pengembangan produk inovatif pertanian, pangan. Secara khusus juga akan dibahas
perlakuan air, produksi pangan, pengolahan, bagaimana peran Badan Penelitian dan
pengawetan, dan pengemasan, sehingga Pengembangan Pertanian, Kementerian Perta-
berpotensi meningkatkan nilai tambah dan daya nian, dalam penelitian dan pengembangan,
saing produk, serta keuntungan bagi petani, serta penerapan teknologi nano pada bidang
industri pangan, dan konsumen. Dalam hal ini, pertanian dan pengolahan pangan di Indonesia.
teknologi nano merupakan suatu pendekatan Kajian dilakukan melalui studi literatur yang
teknologi mutakhir yang sangat memberi relevan dengan penelitian dan pengembangan,
harapan bagi kemajuan di berbagai bidang, serta penerapan teknologi nano, khususnya
termasuk pertanian dan pengolahan pangan. dalam bidang pertanian dan pengolahan
Namun, teknologi ini juga menimbulkan pangan. Hasil studi ini diharapkan dapat
berbagai pertanyaan menyangkut dampaknya berguna sebagai bahan pertimbangan dalam
terhadap lingkungan, kesehatan, keamanan menyusun program pengembangan teknologi
pangan, etika, serta isu kebijakan dan nano di bidang pertanian dan pengolahan
pengaturan. pangan ke depan.
Tidak hanya di negara-negara maju, di
beberapa negara berkembang seperti Korea,
DEFINISI DAN CAKUPAN TEKNOLOGI NANO
Cina, Thailand, Malaysia, dan Vietnam,
teknologi nano juga berkembang dengan pesat.
Hasil-hasil studi sebelumnya menunjukkan Ide dan konsep ilmu dan teknologi nano
bahwa untuk negara berkembang penerapan pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Richard
teknologi nano pada subsektor pertanian dan Feynman pada sebuah pertemuan ilmiah yang
pengolahan pangan memiliki urgensi dan diselenggarakan oleh American Physical
potensi dampak yang tinggi, terutama untuk Society di California Institute of Technology
peningkatan produktivitas, kualitas air, sistem (Caltech), 29 Desember 1959, dengan judul
penghantar obat, pengolahan dan penyimpanan “There’s plenty of room at the bottom”, jauh
pangan, serta deteksi dan pengendalian hama sebelum istilah teknologi nano digunakan (NNI
PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI NANO DALAM PERTANIAN DAN PENGOLAHAN PANGAN DI INDONESIA 3
Ening Ariningsih 

[tanpa tahun]). Oleh karenanya, Dr. Richard [tanpa tahun]). Menurut Duncan (2011),
Feyman dijuluki sebagai “the father of teknologi nano meliputi karakterisasi, fabrikasi,
nanotechnology”. Richard Feynman adalah dan/atau manipulasi struktur, perangkat atau
seorang ahli fisika yang pada tahun 1965 bahan yang memiliki setidaknya satu dimensi
memenangkan hadiah Nobel dalam bidang (atau mengandung komponen dengan
fisika. Dalam pidatonya, Feynman menggam- setidaknya satu dimensi) yang kira-kira
barkan suatu proses di mana ilmuwan akan panjangnya 1–100 nm. Hal yang kritis adalah
dapat memanipulasi dan mengontrol individu ketika ukuran partikel berkurang di bawah
atom dan molekul. ambang batas ini, materi yang dihasilkan
menunjukkan sifa-sifat fisik dan kimia yang
Istilah teknologi nano pertama kali
secara nyata berbeda dari sifat bahan berskala
diresmikan oleh Prof. Norio Taniguchi, seorang
makro yang terdiri dari substansi yang sama.
ahli fisika dari Tokyo Science University, tahun
Perbedaan itu meliputi kekuatan fisik, reaksi
1974 dalam makalahnya yang berjudul “On the
kimia, daya rambat listrik, daya magnetis, dan
basic concept of ‘nano-technology’” (Taniguchi
daya optikal (Rhodes 2014). Salah satu contoh
1974). Pada tahun 1980-an istilah teknologi
penerapan teknologi nano adalah carbon nano-
nano dieksplorasi lebih jauh lagi oleh Dr. K. Eric
tube (CNT) yang sangat ringan dan memiliki
Drexler, seorang ahli di bidang teknologi nano
kekuatan 100 kali lebih kuat dari baja.
molekuler, melalui bukunya yang berjudul
“Engines of creation: the coming era of Hasil akhir riset bidang material nano adalah
nanotechnology” (Drexler 1986). Dalam buku mengubah teknologi yang ada sekarang yang
tersebut disebutkan bahwa istilah “teknologi pada umumnya berbasis material berskala
nano” dan “teknologi molekuler” dapat diguna- mikrometer menjadi teknologi berbasis material
kan secara bergantian untuk menggambarkan berskala nanometer. Hal ini didasari keyakinan
teknologi baru yang menangani atom dan bahwa material berukuran nanometer memiliki
molekul individu dengan kontrol dan ketepatan. sifat fisika dan kimia yang lebih unggul dari
material ukuran besar (bulk). Sifat tersebut
Teknologi nano didefinisikan oleh US
dapat diubah melalui pengontrolan ukuran
Environmental Protection Agency (2007)
material, pengaturan komposisi kimiawi,
sebagai “the science of understanding and
modifikasi permukaan, dan pengontrolan
control of matter at dimensions of roughly 1–100
interaksi antarpartikel. Teknologi nano memiliki
nm, where unique physical properties make
wilayah dan dampak penerapan yang luas mulai
novel applications possible.” Sementara, the US
dari bidang material maju, transportasi, ruang
National Nanotechnology Initiative (NNI [tanpa
angkasa, kedokteran, kosmetik, elektronik,
tahun]) mendefinisikan teknologi nano sebagai
pertanian dan pengolahan pangan, lingkungan,
“science, engineering, and technology
IT, sampai energi.
conducted at the nanoscale, which is about 1 to
100 nanometers.” Definisi lain dari teknologi Dua konsep yang berlaku dalam teknologi
nano dikemukakan oleh Institute of Technology nano antara lain adalah perakitan posisi
di Inggris, yang mendefinisikan teknologi nano (positional assembly) dan replikasi diri (self-
sebagai "science and technology where replication) (WhatIs.com 2011). Perakitan posisi
dimensions and tolerances in the range of berkaitan dengan mekanika potongan molekul
0.1 nanometer (nm) to 100 nm play a critical yang bergerak ke tempat relasional yang tepat
role" (WhatIs.com 2011). Nano merupakan dan menjaga potongan-potongan molekul
satuan panjang sebesar sepermiliar meter (1 nm tersebut tetap di sana, sedangkan replikasi diri
= 10-9 m). Nano sendiri berasal dari kata Yunani berkaitan dengan masalah menggandakan
yang berarti kerdil, kemudian diturunkan pengaturan posisi secara otomatis, baik dalam
menjadi kata nanometer. Jadi, teknologi nano membangun perangkat manufaktur maupun
adalah teknologi pada skala nanometer. dalam membangun produk yang diproduksi.
Pada dasarnya, teknologi nano merupakan Secara umum, sintesis partikel nano terbagi
ilmu interdisiplin dari ilmu fisika, kimia, biologi, dalam dua pendekatan (Wardana 2014).
ilmu pengetahuan bahan, dan keteknikan yang Pendekatan pertama adalah memecah partikel
di dalamnya tidak hanya berupa proses berukuran besar menjadi partikel berukuran
pengecilan ukuran bahan/materi (top-down) nanometer. Pendekatan ini disebut pendekatan
menjadi bentuk nanometer (10-9 m), namun juga top-down. Pendekatan kedua adalah memulai
menyusunnya (assembly/bottom-up) menjadi dari atom-atom atau molekul-molekul yang
ukuran nano dengan struktur yang diatur membentuk partikel berukuran nanometer yang
sedemikian rupa sehingga produk yang dikehendaki. Pendekatan ini disebut bottom-up.
dihasilkan memiliki sifat “unik” yang disesuaikan Kedua pendekatan tersebut berperan sangat
dengan tujuan sifat produk yang diinginkan (NNI penting dalam teknologi nano.
4 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 1-20

Sumber: Pérez-Esteve (2013)

Gambar 1. Jumlah paten terkait teknologi nano di berbagai bidang menurut


klasifikasi Ludlow’s Nanotechnology Families

Keunggulan pendekatan top-down adalah dan aktivitas yang berbeda dibandingkan bahan
kemampuannya untuk menghasilkan sifat/ asalnya (Pérez-Esteve 2013). Oleh karena itu,
kesatuan pada suatu lokasi yang tepat. Akan penelitian dan penerapan/pemanfaatan tekno-
tetapi, pendekatan tersebut mempunyai keku- logi nano berkembang pesat di berbagai bidang,
rangan/kelemahan, yaitu menyebabkan terja- seperti kesehatan, tekstil, kosmetika, energi,
dinya tekanan internal, di samping kerusakan pertanian, pangan, lingkungan, bahan
permukaan dan kontaminasi. Sebaliknya, konstruksi, elektronika, kertas, informatika, dan
pendekatan bottom-up menjanjikan kesempatan transportasi.
yang lebih baik untuk memperoleh struktur nano
Pesatnya perkembangan penelitian dan
dengan cacat lebih sedikit dan komposisi kimia
aplikasi teknologi nano tersebut dapat dilihat
yang lebih homogen.
dari sejumlah aspek, seperti anggaran riset,
jumlah paten, jumlah produk komersial, nilai
ekonomi pasar, dan jumlah tenaga kerja yang
PENERAPAN TEKNOLOGI NANO DALAM terlibat (Irawan et al. 2014). Sebagai contoh,
PERTANIAN DAN PENGOLAHAN PANGAN anggaran the American National Nano-
DI DUNIA technology Inniative telah meningkat hampir
empat kali lipat dari US$464 juta pada tahun
Perkembangan Penelitian dan Penerapan 2001 menjadi sekitar US$2,1 miliar pada tahun
Teknologi Nano di Dunia 2012 (Meyer-Plath dan Schweinberger 2014).
Menurut Roco et al. (2010), pada tahun 2008
Pada abad 21 telah terjadi revolusi dunia teknologi nano menghabiskan anggaran lebih
ilmiah dan industri sebagai konsekuensi dari dari US$15 miliar pada penelitian dan
perkembangan suatu disiplin baru, yaitu pengembangan di seluruh dunia (publik dan
teknologi nano, di mana bahan/material swasta) dan mempekerjakan lebih dari 400 ribu
didesain, difabrikasi, diukur dan/atau dimani- peneliti di seluruh dunia.
pulasi pada skala nanometer. Pada ukuran
nanometer, bahan/material akan memiliki/ Pada sisi ekonomi, penelitian dan aplikasi
menghasilkan sifat fisik dan kimia, seperti teknologi nano diperkirakan akan membuka
bentuk, luas, dan sifat permukaan, komposisi pasar industri bernilai multimiliar dolar dan
PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI NANO DALAM PERTANIAN DAN PENGOLAHAN PANGAN DI INDONESIA 5
Ening Ariningsih 

diperkirakan mencapai US$1 triliun pada tahun boleh jadi lebih rendah dari yang sesungguhnya
2015 dengan serapan 2 juta pekerja (Chaudhry karena belum tentu semuanya dipublikasikan
et al. 2008; Silva et al. 2012). Sementara itu, dan diperkirakan ke depan jumlahnya akan
Roco et al. (2010) mengungkapkan bahwa semakin banyak.
teknologi nano diproyeksikan berdampak
Data terbaru yang dirilis Nanotechnology
minimal US$3 triliun terhadap seluruh ekonomi
Products Database menunjukkan bahwa pada
global pada tahun 2020, dan industri teknologi
bulan Januari 2016 jumlah produk nano yang
nano di seluruh dunia mungkin memerlukan
dipasarkan di pasar dunia mencapai 6.415
setidaknya 6 juta pekerja untuk mendukungnya
produk, yang dihasilkan 913 perusahaan dari 49
pada akhir dekade ini.
negara (Statnano.com 2016). Produk teknologi
Hasil studi Pérez-Esteve (2013) nano terbanyak dihasilkan oleh perusahaan-
menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 20 perusahaan di negara Amerika Serikat, jauh
tahun (1991–2011) sudah terdapat lebih dari melampaui produk-produk teknologi nano yang
100 ribu paten yang berkaitan dengan teknologi dihasilkan negara-negara lainnya. Sementara
nano di 14 bidang berbeda, termasuk pertanian itu, belum tercatat produk teknologi nano yang
dan pengolahan pangan. Jumlah paten tekno- dihasilkan oleh perusahaan di Indonesia.
logi nano tertinggi terdapat di bidang medis Produk teknologi nano terbanyak berupa sensor
yang mencapai sekitar 34 ribu paten, sementara nano. Tabel 1 menunjukkan bahwa produk-
jumlah paten teknologi nano di bidang pangan produk teknologi nano di bidang pertanian dan
hanya sekitar 13 ribu dan agrokimia hanya pengolahan pangan relatif rendah dibandingkan
sekitar 7 ribu paten (Gambar 1). produk-produk teknologi nano di bidang-bidang
lain, terutama di bidang elektronik dan minyak
Walaupun penerapan teknologi nano tergo-
bumi (petroleum).
long baru, jumlah produk komersial berbasis
teknologi nano yang beredar di pasaran dunia Perkembangan ilmu dan teknologi nano yang
sudah cukup banyak. Berdasarkan data pesat merupakan tantangan dan peluang bagi
Consumer Products Inventory (Vance et al. suatu negara untuk ikut berperan atau
2015), pada awal 2015 di dunia diperkirakan berkontribusi dalam pasar dunia atau hanya
terdapat 1.814 produk teknologi nano komersial, akan menjadi tujuan pasar. Salamanca-
yang berasal dari 622 perusahaan yang Buentello et al. (2005) telah melakukan survei
berlokasi di 32 negara. Jumlah tersebut terhadap 63 pakar teknologi nano dunia untuk
meningkat 30 kali lipat dari tahun 2005 yang mengidentifikasi dan menetapkan urutan
hanya tercatat 54 produk. Namun, hal tersebut prioritas bidang penerapan teknologi nano bagi
tidak merepresentasikan secara penuh negara berkembang dalam 10 tahun ke depan.
pertumbuhan pasar produk ini karena Studi mencakup enam bidang (pengelolaan air,
metodologi yang digunakan berevolusi dari pertanian, nutrisi, kesehatan, energi, ling-
waktu ke waktu. Demikian pula, jumlah tersebut kungan) dan dilakukan menggunakan modifikasi

Tabel 1. Jumlah produk teknologi nano, perusahaan, dan negaranya, 2016

No. Bidang Produk Perusahaan Negara


1. Pertanian 208 28 13
2. Otomotif 487 74 23
3. Konstruksi 682 155 28
4. Kosmetik 340 91 19
5. Elektronik 1.889 53 13
6. Lingkungan 487 148 28
7. Pangan 340 91 19
8. Peralatan rumah tangga 197 45 14
9. Obat-obatan 365 62 15
10. Minyak bumi 2.112 51 16
11. Sports & fitness 387 21 12
12. Tekstil 499 156 27
Jumlah 6.415 913 49
Sumber: Statnano.com (2016)
6 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 1-20

Tabel 2. Sepuluh prioritas penerapan teknologi nano untuk negara berkembang, 2005

Urutan prioritas Bidang penerapan Skor


1 Penyimpanan, produksi, dan konversi energi 766
2 Peningkatan produktivitas pertanian 706
3 Pemurnian air 682
4 Diagnosis dan screening penyakit (manusia) 606
5 Sistem penghantar obat 558
6 Pengolahan dan penyimpanan pangan 472
7 Pemurnian udara 410
8 Konstruksi 366
9 Monitoring kesehatan 321
10 Deteksi dan pengendalian hama beserta vektornya 258
Sumber: Salamanca-Buentello et al. (2005)

metode Delphi, di mana urutan prioritas dinilai stabilitas dan bioavailabilitas lebih tinggi). Akan
berdasarkan enam kriteria, yaitu dampak tetapi, area paling aktif dari penelitian dan
(impact), beban (burden), kesesuaian (appro- pengembangan ilmu nano pangan adalah
priateness), kelayakan (feasibility), senjang kemasan. Pasar kemasan nano (nano-enabled)
pengetahuan (knowledge gap), dan manfaat makanan dan minuman dunia adalah sebesar
tidak langsung (indirect benefits). Berdasarkan US$6,5 miliar pada tahun 2013 dan diperkirakan
hasil studi tersebut empat bidang terkait sektor akan tumbuh 12,70% per tahun antara 2014 dan
pertanian dan pengolahan pangan termasuk 2020 dan mencapai USS15 miliar pada akhir
dalam sepuluh urutan teratas prioritas tahun 2020 (Persistence 2016). Hal ini mungkin
penerapan teknologi nano, yaitu peningkatan terkait dengan hasil studi yang menunjukkan
produktivitas pertanian (prioritas 2), peng- bahwa masyarakat lebih menerima penerapan
hantaran obat herbal (prioritas 5), pengolahan teknologi nano pada “selain pangan'' dibanding
dan penyimpanan pangan (prioritas 6), serta penerapan teknologi nano secara langsung
deteksi dan pengendalian hama beserta pada pangan (Siegrist 2007, 2008; MARS
vektornya (prioritas 10), seperti terlihat pada 2011). Hal ini disebabkan karena sampai saat
Tabel 2. Hasil studi tersebut sejalan dengan ini risiko penerapan teknologi nano terhadap
pendapat Kelompok Kerja FAO/WHO (2009) pangan masih belum banyak diketahui.
yang menyimpulkan bahwa teknologi nano
sangat potensial untuk pengembangan produk
inovatif pertanian, perlakuan air, produksi Penerapan Teknologi Nano di Bidang
pangan, pengolahan, pengawetan, dan Pertanian dan Pengolahan Pangan di Dunia
pengemasan, sehingga berpotensi mening- Penerapan Teknologi Nano di Bidang
katkan nilai tambah dan daya saing produk serta Pertanian
keuntungan bagi petani, industri pangan, dan
konsumen. Upaya penerapan teknologi nano di bidang
pertanian dimulai seiring dengan tumbuhnya
Duncan (2011) memaparkan bahwa ilmuwan kesadaran bahwa teknologi pertanian
dan stakeholder industri telah mengidentifikasi konvensional tidak dapat meningkatkan
potensi penggunaan teknologi nano dalam produktivitas lebih lanjut ataupun memulihkan
setiap penghantar vaksin, deteksi hewan dan kerusakan ekosistem karena efek jangka
tanaman patogen, rekayasa genetika, panjang pertanian revolusi hijau (Mukhopadhyay
pengolahan pangan (misalnya, enkapsulasi 2014). Menurut Lu dan Bowles (2013),
penguat flavor atau bau, perbaikan tekstur atau teknologi nano merupakan solusi yang
peningkatan kualitas pangan, zat gelasi atau mempunyai potensi besar dalam rantai pasok
pengental yang baru), kemasan pangan pertanian. Teknologi nano telah diterapkan
(misalnya, patogen, sensor gas, perangkat pada manajemen rantai pasok yang terkait
antipemalsuan, proteksi ultraviolet, dan lapisan dengan kualitas, penanganan, pengemasan,
polimer yang lebih kedap dan lebih kuat), hingga dan keamanan pangan. Dalam bidang rantai
suplemen gizi (misalnya, nutrasetikal [pangan pasok pertanian, teknologi nano membawa
yang mengandung aditif pemberi-kesehatan dan manfaat yang potensial bagi petani, industri
mempunyai manfaat pengobatan] dengan pangan, dan konsumen, melalui produksi,
PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI NANO DALAM PERTANIAN DAN PENGOLAHAN PANGAN DI INDONESIA 7
Ening Ariningsih 

pengolahan, pengawetan, dan pengemasan penerapan pestisida dengan dosis yang lebih
(FAO/WHO 2010). rendah. Lebih lanjut, disebutkan pula bahwa
teknologi nano mempunyai potensi dan
Pada bidang pertanian, teknologi nano
kemampuan dalam memberikan solusi untuk
digunakan untuk meningkatkan produktivitas
menyediakan bahan pangan, perawatan
tanaman, kualitas produk, penerimaan konsu-
veteriner, serta obat dan vaksin untuk ternak.
men; dan efisiensi penggunaan sumber daya.
Dalam perawatan veteriner, partikel nano perak
Dengan demikian, penerapan teknologi nano
merupakan antiseptik yang kuat (antibakteri dan
akan membantu mengurangi biaya pertanian,
antimikroba), dan digunakan secara luas
meningkatkan produktivitas, meningkatkan nilai
sebagai desinfektan dalam peternakan hewan
produksi, dan meningkatkan pendapatan
besar/kecil maupun unggas.
pertanian, di samping mendukung konservasi
dan meningkatkan kualitas sumber daya alam Holden et al. (2012) juga melaporkan potensi
dalam sistem produksi pertanian. Pérez-de- penerapan teknologi nano dalam penanganan
Luque dan Hermosín (2013) membagi limbah pertanian, khususnya dalam industri
penerapan teknologi nano dalam bidang kapas. Sebagian selulosa atau serat yang timbul
pertanian menjadi tiga: (1) formulasi nano ketika kapas diproses menjadi kain yang
agrokimia untuk penerapan pestisida dan pupuk biasanya dibuang sebagai limbah atau hanya
pada tanaman dengan menggunakan tiga tipe diolah menjadi produk bernilai rendah, ketika
material nano, yaitu polimer organik, senyawa diproses dengan menggunakan metode
inorganik, dan material hibrid (komposit nano); electrospinning, akan menghasilkan serat kapas
(2) potensi pengembangan perangkat nano berdiameter 100 nm, yang mampu menyerap
(nanodevices) untuk manipulasi genetik pupuk atau pestisida secara sangat efektif,
tanaman; dan (3) penerapan sensor nano dalam sehingga memungkinkan penerapannya dalam
produksi tanaman untuk identifikasi penyakit pertanian.
dan residu agrokimia.
Penerapan Teknologi Nano dalam
Rhodes (2014) mengemukakan bahwa
Pengolahan Pangan
teknologi nano diterapkan dalam sistem
pertanian presisi (precision farming) untuk Di bidang pengolahan pangan, teknologi
memaksimalkan output/hasil tanaman), seraya nano paling banyak dan paling cepat
meminimalkan input (benih, pupuk, pestisida, perkembangan penerapannya untuk kemasan
herbisida, air, dll.). Sistem pertanian presisi pangan. Dalam hal ini penerapan teknologi nano
terkait dengan sistem penghantaran pintar memungkinkan perbaikan sifat fisik dan mekanis
(smart delivery system), di mana bahan kimia kemasan, di antaranya gas barrier, daya serap
seperti pupuk, pestisida, dan herbisida air, kekuatan, ringan, dan dekomposisi, serta
dihantarkan secara tertarget dan terkontrol. pengembangan kemasan aktif dan pintar yang
Selain itu, teknologi nano juga diterapkan dilengkapi antimikroba nano, sensor nano, dan
dalam (1) identifikasi sistem untuk melacak nano-barcodes yang dapat mempertahankan
bahan/hasil ternak dan tanaman dari bahan asal mutu (di antaranya kesegaran) dan keamanan
hingga konsumsi; (2) sistem terintegrasi untuk produk pangan, membantu keterlacakan, dan
penginderaan, monitoring, dan intervensi monitoring kondisi produk selama distribusi dan
respons aktif untuk produksi tanaman dan penyimpanan, serta mempermudah deteksi
ternak; (3) sistem lapang pintar (smart field cemaran dan kerusakan sebelum dikonsumsi
systems) untuk mendeteksi, mengetahui lokasi, (Arora dan Padua 2010; Chaudhry dan Castle
melaporkan, dan pemberian air secara 2011; de Azeredo et al. 2011; Mousavi dan
langsung; dan (4) pengembangan tanaman Rezael 2011; Pérez-Esteve et al. 2013;
yang resisten terhadap kekeringan dan toleran Wardana 2014). Oleh karenanya, kemasan
terhadap salinitas dan kelembaban. nano dapat meningkatkan daya tahan
produk (shelf life).
Terkait dengan penggunaan pestisida,
fungisida, dan herbisida, Mousavi dan Rezael Penggabungan material nano ke dalam
(2011) menyebutkan bahwa teknologi nano polimer plastik telah mendorong berkem-
membantu mengurangi polusi lingkungan bangnya bahan-bahan kemasan pangan inovatif
dengan menghasilkan pestisida dan pupuk yang secara umum dapat digolongkan ke dalam
kimia menggunakan partikel nano dan kapsul empat kategori, yaitu (1) komposit polimer nano
nano yang mempunyai kemampuan untuk dengan kandungan partikel nano hingga 5% dan
mengendalikan dan menunda penghantaran, menghasilkan karakteristik yang lebih baik
absorpsi, serta lebih efektif dan ramah dalam hal fleksibilitas, daya tahan, stabilitas
lingkungan; selain juga produksi kristal nano terhadap suhu, dan atau kelembaban, serta
untuk meningkatkan efisiensi pestisida untuk perpindahan/migrasi gas; (2) kemasan “aktif”
8 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 1-20

berbahan polimer yang mengandung material menjadi penting karena sebagian besar
nano dan bersifat antimikroba; (3) nano- masyarakat Indonesia saat ini banyak yang
coating “aktif” untuk menjaga higienitas mengalami defisiensi mineral tersebut.
permukaan bahan atau pun kontak pangan dan
Plantic Technologies Ltd., Altona, Australia
nano-coating hidrofobik sehingga permukaan
telah memproduksi dan menjual kemasan
bahan/kemasan memiliki daya bersih mandiri
bioplastik yang dapat terdegradasi secara
(self-cleaning surfaces), dan (4) kemasan
biologis (biodegradable) dan sepenuhnya dapat
“pintar” yang di dalamnya terdapat (bio)sensor
dibuat menjadi kompos (compostable) (Taylor
nano untuk memonitor dan melaporkan kondisi
dan Thyer 2006). Kemasan semacam ini dibuat
pangan dan atau kondisi atmosfer di dalam
dari pati jagung organik menggunakan teknologi
kemasan dan nano-barcodes untuk mengetahui
nano (Neethirajan dan Jayas 2011).
keautentikan/ketertelusuran pangan (Chaudhry
Bionanokomposit biodegradable yang dibuat
et al. 2008; Chaudhry dan Castle 2011; Lu dan
dari biopolimer alami seperti pati dan protein
Bowles 2013). Menurut Lu dan Bowles (2013),
mempunyai keunggulan sebagai bahan
dari keempat kategori tersebut, penelitian dan
kemasan pangan karena karakteristik
penerapan komposit polimer nano, kemasan
organoleptiknya, seperti penampilan, bau, dan
antimikroba, dan nanocoated film lebih maju
rasa yang baik (Zhao et al. 2008). Keuntungan
dibanding penelitian dan penerapan teknologi
unik dari kemasan biopolimer alam termasuk
nano dalam kemasan pangan lainnya.
kemampuan mereka untuk bertindak sebagai
Wardana (2014) menyebutkan bahwa tren pembawa (carriers) untuk zat yang aktif secara
kemasan masa depan adalah bio- fungsional dan menyediakan suplemen gizi
degradable (dapat terurai secara biologis) dan (Rhim dan Ng 2007).
memiliki kemampuan antimikroba. Lebih lanjut
Dalam pengolahan pangan juga telah dikem-
disebutkan pula bahwa kemasan nano yang
bangkan kapsul nano dan partikel nano yang
dapat diterapkan untuk produk-produk
ditambahkan pada pangan sehingga zat-zat gizi
hortikultura di antaranya adalah nanoedible
diserap secara lebih efektif. Rhodes (2014)
coating, nanoedible film, anti-mikroba, dan lain-
melaporkan beberapa produk teknologi nano
lain. Edible coating adalah lapisan tipis yang
yang diterapkan dalam pengolahan pangan dan
dapat dikonsumsi yang digunakan pada
telah diproduksi secara komersial. Sebagai
makanan dengan cara pembungkusan,
contoh, di bagian barat Australia, kapsul nano
pencelupan, penyikatan, atau penyemprotan
berisi minyak ikan tuna (sumber asam lemak
untuk memberikan penahan yang selektif
omega-3) ditambahkan pada roti. Dengan
terhadap perpindahan gas, uap air, dan bahan
menggunakan kapsul nano, minyak ikan tuna
terlarut serta perlindungan terhadap kerusakan
tersebut dilepaskan hanya ketika sudah berada
mekanis. Adapun edible film adalah suatu
di dalam lambung, sehingga rasa minyak ikan,
lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat
yang bagi sebagian orang tidak menyenangkan,
dimakan, dibentuk untuk melapisi makanan atau
dapat dihindari.
dilekatkan di antara komponen makanan (film)
yang berfungsi sebagai penghalang terhadap Produk teknologi nano lain, dalam bentuk
perpindahan massa (misalnya kelembaban, nano-sized self-assembled liquid structures
oksigen, cahaya, lipid, zat terlarut) dan atau (NSSL), memungkinkan zat-zat gizi dan
sebagai pembawa aditif serta untuk nutrasetikal, yang meliputi likopen, betakaroten,
meningkatkan penanganan suatu makanan. lutein, fitosterol, CoQ10, dan DHA/EPA, untuk
Menurut Predicala (2009) nano-coating dapat memasuki aliran darah dari usus halus dengan
digunakan untuk melapisi produk hortikultura, lebih mudah. Produk yang dipasarkan dengan
khususnya buah, secara sempurna sehingga nama Nutralease tersebut dipasarkan Shemen
mencegah susut berat dan buah berkerut. Industries untuk menghantarkan minyak Canola
Activa yang diklaim dapat mereduksi kolesterol
Kedua jenis kemasan biodegradble tersebut
tubuh sebesar 14%.
(nanoedible coating dan nanoedible film) dapat
dimodifikasi dengan penambahan zat anti- Partikel nano lain yang disebut nanokelat
mikroba berbasis nano seperti ZnO (seng telah dikembangkan oleh Biodelivery Sciences
oksida) nano, TiO2 (titanium dioksida) nano, dan International untuk meningkatkan penghantaran
Ag (perak) nano. Akan tetapi, untuk saat ini nutrisi seperti vitamin, likopen, dan asam lemak
penelitian-penelitian berbasis nanopartikel lebih omega, tanpa memengaruhi warna dan rasa
mengarah ke ZnO nano, karena selain perak makanan. Selain itu, produk baru bernama
dan TiO2 nano efek kesehatannya masih NanoCeuticals, yang merupakan koloid (atau
diperdebatkan, ZnO nano juga sekaligus emulsi) partikel-partikel berdiameter kurang dari
berfungsi sebagai supplemen Zinc. Hal ini 5 nm telah diproduksi oleh Royal Body Care,
PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI NANO DALAM PERTANIAN DAN PENGOLAHAN PANGAN DI INDONESIA 9
Ening Ariningsih 

yang mengklaim bahwa produk tersebut akan litiannya masing-masing tanpa sinergi yang
menangkap radikal bebas, meningkatkan jelas.
hidrasi, dan menyeimbangkan pH tubuh.
Berbagai penelitian ilmu dan teknologi nano
Selain produk-produk teknologi nano yang dilakukan lembaga-lembaga penelitian
tersebut, juga telah diproduksi keramik nano seperti LIPI, Batan, BPPT, Lapan, dan lain-lain
yang dipasarkan oleh Oilfresh Corporation pada umumnya terfokus pada bidang selain
(Amerika Serikat), yang dapat mencegah pertanian dan pengolahan pangan. Sebagai
oksidasi dan aglomerasi lemak dalam contoh, LIPI telah berhasil mengembangkan alat
penggorengan (deep fat fryers), sehingga pemecah partikel yang bisa mempercepat
memperpanjang masa pakai (life span) minyak. penguraian partikel sehingga menjadi nano. Jika
Sebagai hasilnya, volume minyak yang biasanya peneliti membutuhkan waktu dua
digunakan di restoran dan toko cepat saji sampai tiga pekan untuk penguraian, dengan
berkurang separuhnya; dan karena minyak lebih alat tersebut, peneliti hanya butuh waktu dua
cepat menjadi panas, energi yang digunakan hari. Tidak hanya itu, harga jual teknologi
untuk memasak juga bisa dihemat (Joseph dan tersebut pun lebih murah ketimbang di negara
Morrison 2006). lain. LIPI menggunakan alat tersebut dalam
bidang biofarmasi, yaitu untuk pengobatan
kanker, dan pembuatan pigmen tinta.
STATUS PENERAPAN TEKNOLOGI NANO
Beberapa penelitian teknologi nano yang
DALAM PERTANIAN DAN PENGOLAHAN
dilakukan Batan meliputi bidang bahan, farmasi,
PANGAN DI INDONESIA
lingkungan, dan energi. Di bidang energi, Batan
telah berhasil menguasai teknologi baterai padat
Perkembangan Penelitian dan Penerapan litium yang merupakan salah satu alat
Teknologi Nano di Indonesia penyimpan energi tercanggih saat ini. Berbagai
penelitian teknologi nano juga telah dilakukan
Perkembangan teknologi nano di Indonesia BPPT dengan fokus penelitian di antaranya
baru dimulai sejak tahun 2000-an dengan riset produk farmasi, kesehatan, dan energi. BPPT
yang lebih banyak terfokus pada material maju telah berhasil mengembangkan sel bahan bakar
terutama untuk penerapan pada elektronik (fuel cell) berbasis teknologi nano. Sementara
(devices), sedangkan riset untuk produk itu, Badan Penelitian dan Pengembangan
pertanian dan pengolahan pangan masih sangat Pertanian (Balitbangtan) telah melakukan
terbatas. Walaupun demikian, hingga saat ini berbagai penelitian dan pengembangan
perkembangan teknologi nano di Indonesia bisa teknologi nano di bidang pertanian dan
dikatakan masih dalam tahap pengembangan pengolahan pangan, yang akan diuraikan
dan penerapannya masih belum sebanyak secara khusus pada subbahasan selanjutnya.
negara-negara maju. Kondisi ini tidak jauh
berbeda dengan negara-negara ASEAN lain Institut Teknologi Bandung (ITB) telah
pada umumnya. memiliki Pusat Penelitian Nanosains dan
Nanoteknologi yang merupakan salah satu
Rochman (2012) mengemukakan bahwa pusat unggulan iptek yang terdapat di ITB.
penelitian mengenai teknologi nano di Indonesia Fokus penelitian ilmu dan teknologi nano di ITB
telah dilakukan oleh beberapa lembaga selama sepuluh tahun ini (2010–2020) adalah di
penelitian seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan bidang teknologi nano dan kuantum yang
Indonesia (LIPI), Badan Tenaga Nuklir Nasional merupakan iptek masa depan. Penelitian di
(Batan), Badan Pengkajian dan Penerapan bidang sains dan teknologi nano di ITS tersebut
Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan merupakan penelitian dasar, bukan berupa
Antariksa Nasional (Lapan), Muria Research penelitian aplikasi, dan juga merupakan
Center (MRC) Indonesia, dan lain-lain; serta penelitian antardisiplin (LPPM-ITB c2016). Saat
oleh universitas seperti Institut Teknologi ini sedang dibangun Center for Advanced
Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Sciences (CAS) yang akan diresmikan pada
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), bulan Agustus 2016. Institusi tersebut ditujukan
Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas untuk pengembangan teknologi nano dan
Gadjah Mada (UGM), dan Badan Litbang fasilitas penelitian teknologi nano di gedung
Pertanian. Akan tetapi, pengembangan tekno- CAS terhitung paling lengkap di Indonesia,
logi nano di Indonesia masih belum terpadu, mulai penyiapan sampel hingga penelitian
baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, topik objeknya.
kajian, maupun koordinasinya. Perguruan tinggi
dan lembaga penelitian seperti BPPT, LIPI, dan Hingga saat ini puluhan hasil penelitian di
Badan Litbang Pertanian menjalankan pene- bidang sains dan teknologi nano telah dihasilkan
10 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 1-20

ITB, dengan potensi penerapan di antaranya menangani sains atau teknologi nano. Namun
terfokus di bidang kedokteran/kesehatan, demikian, UGM telah melakukan berbagai studi
farmasi, energi, elektronik, serta berbagai terkait sains dan teknologi nano. Pusat Studi
industri lainnya. Akan tetapi, hasil penelusuran Energi UGM, misalnya, saat ini tengah secara
literatur sejauh ini menunjukkan bahwa hanya intensif mempelajari zeolit, hidrotalsit, dan tanah
sedikit penelitian yang dilakukan ITB yang liat (clay), yang merupakan material nano yang
mempunyai potensi penerapan di bidang dapat dimanfaatkan dalam bidang energi. Selain
pertanian dan pengolahan pangan, di antaranya itu, juga tengah dikembangkan masker
seperti yang dilakukan oleh Agusta et al. (2013), antipolusi asap dengan membran nano yang
yang hasil penelitiannya dapat diterapkan pada dapat mencegah partikel asap masuk ke paru-
teknologi pengontrolan pematangan buah- paru; juga pengembangan bioteknologi nano
buahan. dan penerapan teknologi nano di bidang farmasi
dan kesehatan.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
telah memiliki Pusat Studi Material dan Sama halnya dengan UGM, Institut
Nanoteknologi di mana penelitian di Pertanian Bogor (IPB) juga tidak memiliki pusat
laboratoriumnya terfokus pada empat bidang, studi khusus yang menangani sains dan
yaitu energi, pertanian dan pengolahan pangan, teknologi nano. Beberapa penelitian terkait
biomedis, serta kesehatan. Produk yang teknologi nano merupakan hasil penelitian
dihasilkan dalam skala laboratorium, yaitu beberapa fakultas atau program studi tertentu di
baterai litium, baterai metal, dan yang masih IPB, di antaranya generator nano piezoelektrik
dalam pengembangan material antiradar yang yang dihasilkan oleh tiga mahasiswa
digunakan untuk kapal selam, serta berbagai Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan
bentuk katalis. Selain itu, juga dikembang- Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Generator
kan drug lutary sys, yaitu obat yang dikeluarkan nano piezoelektrik merupakan sumber energi
secara perlahan di dalam tubuh sehingga tidak mandiri bagi molekul nano.
perlu lagi minum obat berkali-kali dan membuat
obat lebih tahan lama. Jurusan terbanyak yang Data mengenai produk-produk teknologi
bekerja sama melakukan riset di ITS adalah nano yang telah diproduksi secara komersial di
Jurusan Teknik Kimia, Material dan Metalurgi, Indonesia beserta perusahaan produsennya
Fisika, Teknik Fisika, dan Kimia (ITS 2016). sulit diperoleh informasinya. Akan tetapi,
Rochman (PI LIPI 2014) menyebutkan bahwa
Universitas Padjadjaran (Unpad) memiliki pada tahun 2008, secara masif kementerian-
Pusat Riset Institusi Nanoteknologi dan Grafen. kementerian melakukan survei industri-industri
Penelitian teknologi nano yang dilakukan nasional di Indonesia yang sudah menggunakan
difokuskan pada pemanfaatan teknologi nano teknologi nano. Hasil survei tersebut
untuk mengatasi masalah krisis energi. Hal mengungkapkan bahwa 35% industri di
tersebut didasari pemikiran bahwa teknologi Indonesia sudah menerapkan teknologi nano.
nano dapat diterapkan pada seluruh sektor Mengingat pesatnya perkembangan teknologi
rantai super energi, antara lain sumber energi, nano, diperkirakan jumlah industri yang sudah
konversi energi, distribusi energi, penyimpanan menerapkan teknologi nano di Indonesia
energi, dan pemanfaatan energi. Pemanfaatan semakin meningkat.
teknologi nano pada sektor energi cukup
banyak, di antaranya superkonduktor untuk
motor, dye solar cells, dan polymer solar cells. Penelitian dan Penerapan Teknologi Nano di
Selain itu, dengan menggunakan teknologi nano Bidang Pertanian dan Pengolahan Pangan di
dapat meningkatkan atau membuat kinerja Indonesia
sebuah alat menjadi lebih optimal sehingga Rochman (2011) telah mengidentifikasi
dapat dilakukan efisiensi energi. Salah satu sepuluh agroindustri yang berpotensi mene-
penelitian unggulannya adalah grafen yang rapkan teknologi nano di Indonesia dengan
dikembangkan dari grafit, salah satu mineral menggunakan analisis SWOT (strengths, weak-
alam di Indonesia, yang dapat diterapkan ke nesses, opportunities, and threats). Kesepuluh
dalam berbagai bidang energi, seperti baterai
agroindustri tersebut adalah (1) pembibitan/
fosfor dan lampu hemat energi. Dalam
benih tanaman; (2) pembibitan hewan; (3)
mengembangkan riset ini, pihaknya bekerja
industri pupuk; (4) industri pestisida, herbisida,
sama dengan beberapa industri di Indonesia, di
fungisida; (5) alat dan mesin pertanian
antaranya PT Grafindo Nusantara.
(alsintan); (6) pakan ternak; (7) obat hewan; (8)
Berbeda dengan ITB, ITS, dan Unpad, UGM pangan; (9) obat herbal; dan (10) kemasan
tidak memiliki pusat studi khusus yang pangan (Tabel 3).
PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI NANO DALAM PERTANIAN DAN PENGOLAHAN PANGAN DI INDONESIA 11
Ening Ariningsih 

Tabel 3. Potensi penerapan teknologi nano pada sepuluh agroindustri di Indonesia


Agroindustri Contoh penerapan teknologi nano

Pembibitan/benih o Penggunaan carbon nanotube untuk mempercepat perkecambahan dan


tanaman pertumbuhan bibit tanaman
o Penggunaan nano TiO2 (titanium oxide) untuk meningkatkan laju
fotosintesis dan indeks vigor
o Penggunaaan teknologi nanoenkapsulasi untuk memproduksi benih pintar
(smart seeds) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan ekstrem
o Rekayasa genetik untuk memperoleh bibit tanaman unggul
Pembibitan hewan o Penggunaaan nanofluidics untuk mempermudah proses fertilisasi melalui
proses seleksi sperma dan telur
o Rekayasa genetik untuk memperoleh bibit hewan unggul
Industri pupuk o Penggunaan teknologi nanoenkapsulasi untuk mengendalikan pelepasan
hara pupuk sehingga meningkatkan efisiensi
o Penggunaan carbon nanotube untuk mempercepat pertumbuhan tanaman
Industri pestisida, o Pengembangan pestisida, herbisida, fungisida dalam bentuk emulsi nano
herbisida, fungisida dan kapsul nano untuk meningkatkan kelarutan, stabilitas, dan efektivitas
Alat dan mesin o Pengembangan sensor nano untuk (i) deteksi mutu benih, (ii) memantau
pertanian (alsintan) kondisi tanah dan pertumbuhan tanaman, (iii) memantau mutu hasil panen,
(iv) deteksi kontaminan dan masa kedaluwarsa produk pertanian
o Pengembangan alsintan berbahan material maju berbasis nano untuk
meningkatkan umur dan kemudahan pemakaian
o Pengembangan dye-sensitized nanosolar cells pada alsintan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan energi
Pakan o Penggunaan partikel besi nano untuk meningkatkan laju pertumbuhan
ternak
o Penggunaan teknologi nanoenkapsulasi untuk meningkatkan efisiensi
penghantaran nutrisi pakan
o Penggunaan partikel nano untuk regenerasi sel ternak dan mengikat
patogen-patogen berbahaya bagi manusia
Obat hewan o Pengembangan sistem penghantar obat hewan berbasis nano (nano-drug
delivery systems) untuk meningkatkan solubilitas, stabilitas, dan efektivitas
bahan aktif obat hewan
o Penggunaan selenium nano untuk membasmi virus pada ternak
Pangan o Pengembangan biopreservatif nano untuk mempertahankan mutu produk
pangan
o Pengembangan produk emulsi nano dan kapsul nano untuk meningkatkan
kelarutan, stabilitas, penyerapan dan aktivitas biologis zat gizi (fortifikan)
dan senyawa aktif
o Penggunaan partikel nano pada produk pangan untuk menghambat
penyerapan lemak dan gula
o Nanostrukturisasi pangan untuk memperpanjang rasa kenyang
o Imobilisasi perisa, enzim atau pewarna alami dalam partikel nano untuk
meningkatkan cita rasa, sifat fungsional, dan penampilan pangan
Obat herbal o Pengembangan sistem penghantar obat herbal berbasis nano (nano-drug
delivery systems) untuk meningkatkan kelarutan, stabilitas, penyerapan,
dan aktivitas farmakologi bahan aktif
Kemasan pangan o Penggunaan nanopartikel sebagai filler untuk memperbaiki sifat mekanis
dan permeabilitas kemasan pangan
o Penggunaan nanokapsul antimikroba pada kemasan pangan untuk
mempertahankan mutu
o Penggunaan sensor nano untuk deteksi kontaminan dan masa
kedaluwarsa pangan
Sumber: Rochman (2011)
12 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 1-20

Posisi daya saing dan prioritas agroindustri Kelebihan lainnya, pupuk nano hanya perlu
nasional yang berpotensi menerapkan teknologi diberikan sekali selama masa tanam,
nano dianalisis menggunakan metode SWOT- sedangkan pupuk konvensional biasanya butuh
AHP (analytic hierarchy process), sementara 2–3 kali penerapan. Dengan demikian, biaya
strategi penerapan teknologi nano untuk pemupukan bisa dihemat, demikian juga biaya
peningkatan daya saing global agroindustri tenaga kerja.
nasional dianalisis menggunakan metode Teknologi nano pada industri pangan dapat
SWOT-ANP (analytic network process) dalam diterapkan pada industri makanan, minuman,
perspektif BOCR (benefit, opportunity, cost, maupun kemasan. Rochman (2011) menun-
risk). Disimpulkan bahwa penerapan teknologi jukkan potensi penerapan teknologi nano pada
nano dapat meningkatkan daya saing kesepuluh bidang pengolahan pangan di Indonesia, seperti
agroindustri Indonesia tersebut sehingga tersaji pada Tabel 3. Dari tabel tersebut
memiliki potensi yang sangat strategis. Hasil terungkap bahwa penggunaan teknologi nano
studi juga menunjukkan bahwa industri pangan pada bidang pengolahan pangan tidak saja
dan bahan obat alam (herbal) menempati meningkatkan kualitas pangan, namun juga
prioritas pertama untuk penerapan teknologi meningkatkan keamanan pangan. Hal tersebut
nano, disusul oleh industri pupuk, pestisida, dan dikarenakan penggunaan teknologi nano yang
kemasan. mampu mendeteksi kontaminan dan masa
Hasil studi tersebut dapat memberikan arah kedaluwarsa pangan. Namun, pakar teknologi
fokus prioritas penerapan teknologi nano untuk pangan Prof. F.G. Winarno (Tempo.co 2009)
sektor pertanian dan pengolahan pangan, menyarankan bahwa sebaiknya penggunaan
walaupun dalam pelaksanaannya dapat dila- teknologi nano di bidang pangan diarahkan ke
kukan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan produk kemasan dahulu. Saran tersebut
kebijakan prioritas komoditas yang telah dikemukakan karena mempertimbang-kan risiko
ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, penerapan teknologi nano terhadap pangan
kesiapan SDM, dan ketersediaan fasilitas. yang masih belum banyak diketahui, bahkan
oleh kalangan ilmuwan sendiri.
Penerapan teknologi nano untuk pertanian dan
pengolahan pangan diharapkan dapat Lebih lanjut, Winarno dan Fernandez (2010)
menciptakan pertanian yang presisi (precision menunjukkan bahwa saat ini teknologi nano
farming) untuk menekan biaya produksi mampu mengembangkan lapisan pembungkus
sekaligus meningkatkan hasil sehingga berukuran nano yang dapat dimakan (edible
mendukung upaya pencapaian swasembada nanocoating), yaitu lapisan setipis 5 nm yang
pangan. Selain itu, teknologi nano juga tidak nampak oleh mata telanjang. Jenis coating
diharapkan meningkatkan pengembangan tersebut dapat digunakan untuk daging, keju,
produk pertanian lokal yang fungsional bernilai buah-buahan, sayuran, confectionary, bakery,
tambah dan berdaya saing tinggi. dan sebagainya. Jenis coating tersebut dapat
memberikan pelindung terhadap udara dan
Satu hal yang penting untuk dicatat adalah
pertukaran gas. Selain itu, coating tersebut
keunggulan pupuk yang dihasilkan dengan
berfungsi sebagai wahana untuk lebih
teknologi nano jika dibandingkan pupuk
menampakkan warna, cita rasa, antioksidan,
konvensional. Salah satu keunggulannya adalah
enzim, serta senyawa antibrowning dan dapat
sifatnya yang slow release, yakni pelepasan
meningkatkan daya simpan, bahkan setelah
partikel-partikel pupuk baru secara lambat dan
kemasan dibuka.
terkendali sehingga berpotensi menambah
efisiensi penyerapan hara. Dengan cara itu
penyerapan dapat terjadi lebih sempurna Peran Pemerintah dan Swasta dalam
dibandingkan dengan pupuk konvensional yang Pengembangan Teknologi Nano di Indonesia
hanya mampu diserap 10–50% oleh tanaman,
Pemerintah Indonesia sudah mulai
sedangkan sisanya luruh ke tanah dan bisa
menempatkan sains dan teknologi nano sebagai
mencemari lingkungan. Pupuk nano yang
prioritas arah pembangunan. Hal ini terlihat dari
menggunakan bahan alami untuk pelapisan dan
disebutkannya material nano sebagai salah satu
perekatan granula pupuk yang bisa larut
bahan material maju yang diharapkan dapat
memberi keuntungan karena biaya pembuat-
dikuasai pembuatannya secara industri di dalam
annya lebih rendah dibanding pupuk yang
negeri di dalam Rencana Pembangunan Jangka
bergantung pada bahan pelapis hasil
Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019
manufaktur. Pupuk yang dilepas dengan lambat
(Perpres RI No. 2/2015).
dan terkendali bisa pula memperbaiki tanah
dengan cara mengurangi efek racun yang terkait Material nano sebagai salah satu bahan
dengan pemberian pupuk secara berlebihan. material maju yang diharapkan dapat dikuasai
PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI NANO DALAM PERTANIAN DAN PENGOLAHAN PANGAN DI INDONESIA 13
Ening Ariningsih 

pembuatannya secara industri di dalam negeri advokasi nano teknologi. Lembaga privat yang
juga disebutkan dalam Rencana Induk Riset melakukan riset dan advokasi teknologi nano di
Nasional (RIRN) 2015–2045 (Kemenristekdikti Indonesia adalah Mochtar Riady Institute for
2016). Bahkan, dalam Rencana Induk Nanotechnology (MRIN) (MRIN c2008) yang
Pembangunan Industri Nasional 2015–2035 didirikan oleh Mochtar Riady secara pribadi.
(Kemenperin 2015) disebutkan bahwa Lembaga yang secara resmi mulai beroperasi
“perkembangan teknologi di masa depan akan tanggal 12 Mei 2008 fokus pada penelitian untuk
difokuskan pada nanotechnology, biotech- mendeteksi kanker hati sedini mungkin dan
nology, information technology dan cognitive teknologi nano akan menjadi alat penting dalam
science, dengan fokus aplikasi pada bidang jangka panjang untuk mengembangkan teknik
energi, pangan, kesehatan, dan lingkungan.” pengendalian dan pengobatan kanker hati agar
Namun, teknologi nano nampaknya tidak tidak berkembang menjadi penyakit kronis.
diprioritaskan untuk dikembangkan dalam Kanker hati dipilih menjadi fokus penelitian
jangka pendek (2015–2019), melainkan mulai utama saat ini karena salah satu kanker yang
periode 2010–2024. Lebih lanjut, disebutkan banyak ditemui di dunia dan menyebabkan
bahwa perkembangan tersebut akan kematian lebih dari 600.000 orang setiap tahun.
berpengaruh pada perkembangan sektor MRIN terintegrasi dengan Siloam Hospitals
industri nasional sehingga perlu disiapkan Group dan Teaching Hospital dalam grup rumah
sistem serta strategi alih teknologi dan inovasi sakit (RS) tersebut. Selain MRIN, Mochtar Riady
teknologi yang sesuai, di antaranya peningkatan juga mendirikan Mochtar Riady Plaza Quantum
pembiayaan penelitian dan pengembangan (MRPQ) yang diresmikan pada tanggal 10 Maret
(R&D), termasuk sinergi antara pemerintah, 2015 di Departemen Teknik Elektro Fakultas
pengusaha, dan akademisi. Teknik, Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa
Barat (UI 2015). Pusat penelitian teknologi nano
Sebelumnya, yakni pada tahun 2008
itu difokuskan kepada pengembangan teknologi
Kementerian Perindustrian (waktu itu masih
peranti nano untuk kebutuhan dunia industri.
Departemen Perindustrian) telah menerbitkan
Roadmap Pengembangan Teknologi Industri Masyarakat Nano Indonesia (MNI) dibentuk
Berbasis Nanoteknologi (Herman et al. 2008). sebagai forum komunikasi antara para peneliti
Penyusunan roadmap tersebut ditujukan untuk dan pelaku industri, pemerintahan, lembaga
meningkatkan daya saing klaster industri riset, universitas maupun dunia industri, yang
nasional, melalui pemetaan dan analisis faktor tertarik atau bergerak di bidang ilmu dan
internal dan faktor eksternal secara kompre- teknologi nano. Lembaga tersebut didirikan
hensif dan menyeluruh baik dari sisi teknis pada tanggal 28 April 2005 dan hingga saat ini
maupun ekonomis. telah berhasil menghimpun lebih dari 300
Sementara itu, struktur organisasi Lembaga tenaga ahli teknologi nano di berbagai bidang,
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperli- membuka jejaring dengan berbagai institusi, di
hatkan bahwa penelitian ilmu dan teknologi antaranya Balai Riset Departemen
nano masih dinaungi berbagai bidang ilmu yang Perindustrian; Direktorat Jendral Pendidikan
sudah mapan (LIPI c2016). Kegiatan penelitian Tinggi (Dikti), Kementrian Riset, Teknologi dan
ilmu dan teknologi nano masih di bawah pusat Pendidikan Tinggi; serta berbagai organisasi
penelitian fisika, kimia, metalurgi, dan biologi. profesi dan perguruan tinggi di seluruh
Demikian pula, profil BPPT belum jelas Indonesia (NanoTech Indonesia [tanpa tahun]).
menampilkan keberpihakannya pada teknologi Bertepatan dengan Hari Kebangkitan
nano; melihat struktur organisasinya tidak ada Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-19 (11
deputi, balai pengkajian, dan unit pelaksana Agustus 2014) dibentuk Konsorsium Agro
teknis khusus teknologi nano. Kebijakan Ditjen Nanoteknologi yang digagas oleh Komite
Pendidikan Tinggi (Dikti) untuk mendukung Inovasi Nasional (KIN) di mana Balitbangtan
pendidikan sains dan teknologi nano juga belum turut terlibat bersama dengan IPB, PT
jelas. Dari penelusuran website Dikti diketahui Alamanda Sejati Utama, PT Smart Tbk, PT
bahwa beberapa penelitian sains dan teknologi Polowijo Gosari dan Masyarakat Nano
nano telah didanai oleh Dikti, namun program Indonesia. Melalui Konsorsium Agro Nano-
yang dikhususkan untuk pengembangan belum teknologi yang menyinergikan kinerja unsur
dilakukan. Walaupun demikian, integrasi sains academics, business, government, dan
dan teknologi nano ke dalam struktur pendidikan community (model ABG+C), diharapkan
tinggi mungkin sudah dilakukan melalui teknologi nano dapat memberikan kontribusi
berbagai program studi yang sudah ada. bagi solusi permasalahan pertanian di
Di Indonesia belum banyak lembaga publik Indonesia. Komite Inovasi Nasional sendiri
atau privat yang fokus pada penelitian atau kemudian dibubarkan melalui Perpres RI No.
14 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 1-20

164/2014 seiring dengan berakhirnya Kabinet industrial, maka Badan Litbang Pertanian perlu
Indonesia Bersatu II. mengembangkan teknologi maju (advanced
technology), termasuk teknologi nano. Oleh
Menurut Suwarda dan Maarif (2012) tidak
karena itu, Badan Penelitian dan Pengem-
mudah mencari kebijakan dan arah penelitian
bangan Pertanian berinisiatif akan terus
secara mendetail di Indonesia. Baik LIPI
mengembangkan riset teknologi nano di bidang
maupun MNI belum secara transparan menen-
pertanian dan pengolahan pangan melalui riset
tukan arah perkembangan sains dan teknologi
yang intensif dan komprehensif sehingga
nano di Indonesia, sementara pendidikan tinggi
diharapkan dapat dihasilkan aplikasi teknologi
favorit di Indonesia belum membentuk program
nano yang dapat meningkatkan produktivitas,
studi khusus di bidang sains dan teknologi nano.
efisiensi, nilai tambah, dan daya saing produk
Demikian pula, lembaga advokasi yang terlibat
serta aman bagi kesehatan dan lingkungan
dalam sains dan teknologi nano belum nampak
sehingga keraguan mengenai dampak
di Indonesia. Kegiatan advokasi lebih banyak
negatifnya dapat dihilangkan (Irawan et al.
dilakukan pemerintah, lembaga riset, dan
2014).
lembaga pendidikan melalui kegiatan seminar-
seminar. Kegiatan-kegiatan penelitian dan Mengingat bahwa salah satu hambatan
advokasi terlihat belum tertata rapi dan jelas perkembangan teknologi nano di Indonesia ialah
sehingga terkesan belum ada kepedulian yang fasilitas teknologi nano yang kurang memadai,
signifikan akan risiko sains dan teknologi nano pada tahun 2013 Badan Litbang Pertanian
bagi masyarakat dan lingkungan. membangun suatu Laboratorium Nanoteknologi
di Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu,
Bogor, yang dilengkapi peralatan riset yang
Peran Badan Litbang Pertanian dalam
memadai dan tergolong terlengkap di Indonesia
Penelitian dan Pengembangan Teknologi
untuk bidang ilmu hayati. Pengelolaan
Nano
Laboratorium Nanoteknologi tersebut berada di
Irawan et al. (2014) menyatakan bahwa bawah koordinasi BB Pasca Panen, meskipun
tantangan pembangunan pertanian saat ini ialah dapat dimanfaatkan oleh seluruh peneliti Badan
peningkatan produktivitas, mutu, dan nilai Litbang Pertanian dan pihak lain yang
tambah produk pertanian dengan menciptakan membutuhkan. Hasil pengamatan Irawan et al.
sistem pertanian yang ramah lingkungan; (2014) selama periode 2010–2013 terhadap
penggunaan pupuk kimia dan organik secara beberapa lembaga penelitian yang aktif
berimbang untuk memperbaiki dan mening- mengembangkan teknologi nano di Indonesia
katkan kesuburan tanah; perbaikan dan pemba- menunjukkan bahwa Laboratorium Nano-
ngunan infrastruktur lahan, air, perbenihan, dan teknologi Badan Litbang Pertanian tersebut
perbibitan; serta persaingan global yang merupakan laboratorium teknologi nano yang
semakin terbuka. Meningkatnya kompleksitas memiliki fasilitas peralatan karakterisasi,
permasalahan dan tantangan global saat ini preparasi, dan prosesing, serta penerapan
menuntut perubahan paradigma pembangunan nanopartikel yang paling lengkap, terpadu, dan
pertanian ke depan yang harus didasarkan pada terpusat di satu tempat.
hasil penelitian dan pengembangan (research
and development). Oleh karena itu, langkah- Selain itu, untuk mendukung penyusunan
langkah strategis dan visioner perlu ditempuh, program dan pelaksanaan riset teknologi nano,
baik dalam program penelitian, pengembangan Badan Litbang Pertanian telah membentuk Tim
sumber daya manusia (SDM), dan fasilitas Pelaksana Litbang Nanoteknologi melalui SK
penelitiannya sehingga mampu menghasilkan Kepala Badan Litbang Pertanian No.
invensi dan inovasi yang bernilai tinggi. Dalam 289/Kpts/OT.160/I/9/2013, di samping mem-
visi perkembangan keilmuan ke depan, terlihat bentuk Kelompok Kerja Litbang Nanoteknogi.
bahwa teknologi nano akan tumbuh sebagai Kelompok Kerja tersebut terdiri atas delapan
penggiring baru revolusi teknologi dan industri kelompok, yang masing-masing menangani
abad 21, termasuk penerapannya di bidang produk tertentu, yaitu (1) hormon nano dan
pertanian dan pengolahan pangan. vaksin nano; (2) benih nano; (3) pupuk nano; (4)
pestisida nano; (5) kemasan nano yang
Mengacu pada tupoksinya, Badan Litbang biodegradable; (6) pangan dan nutraseutikal
Pertanian sangat dimungkinkan untuk (nanonutrien dan nanobioaktif); (7) alat nano,
melaksanakan penelitian dan pengembangan biosensor, dan material; dan (8) pakan
berbasis teknologi nano. Terlebih, dengan (nanonutrien). Demikian pula, telah disusun
adanya kesesuaian antara visi Kementerian peta jalan (roadmap) litbang teknologi nano
Pertanian dan tupoksi Badan Litbang Pertanian, 2015–2019. Hal ini membuktikan keseriusan
yaitu mendukung pembangunan pertanian Badan Litbang Pertanian untuk menjadi leader
PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI NANO DALAM PERTANIAN DAN PENGOLAHAN PANGAN DI INDONESIA 15
Ening Ariningsih 

atau trend setter dalam pengembangan 34% dari tahun 2012. Pertumbuhan ini terutama
teknologi nano di bidang pertanian dan terjadi di negara-negara berkembang, termasuk
pengolahan pangan di Indonesia. di Indonesia. Sebagai konsekuensinya, akan
terjadi peningkatan permintaan global akan
Dengan adanya Laboratorium Nanoteknologi
pangan, pakan, dan energi. Estimasi awal
tersebut, Badan Litbang Pertanian telah
mengungkapkan bahwa peningkatan permin-
melakukan berbagai penelitian dan pengem-
taan dunia akan mencapai sekitar 70%. Oleh
bangan teknologi nano di bidang pertanian
karena itu, tekanan terhadap sumber daya
(prapanen) dan pangan (pascapanen dan
(khususnya lahan dan air) akan semakin tinggi
pengolahan pangan). Pengembangan teknologi
sehingga dampaknya terhadap lingkungan akan
nano di bidang pertanian yang sudah dilakukan
tinggi. Tantangannya adalah bagaimana
Badan Litbang Pertanian di antaranya adalah
memenuhi kebutuhan pangan, pakan, dan
teknologi nano untuk efisiensi pemupukan, yaitu
energi yang semakin meningkat tersebut
penyediaan pupuk nano dengan daya serap
dengan ketersediaan lahan yang tetap atau
tinggi dan bersifat controlled release.
bahkan menyusut dengan biaya input yang lebih
Perancangan sistem penghantaran pupuk
rendah dan lebih sedikit dampak buruknya
dalam matriks berstruktur nano diharapkan
terhadap ekosistem.
mampu menyediakan unsur hara sesuai
kebutuhan tanaman tanpa aplikasi berlebihan. Menurut Wheeler (2005), teknologi modern
seperti bioteknologi dan teknologi nano dapat
Pada aspek pascapanen, pengembangan
berperan penting dalam meningkatkan produksi
teknologi nano diarahkan pada penyediaan
dan memperbaiki kualitas pangan yang
ingredien pangan sehat dan bergizi. Kebutuhan
dihasilkan petani. Banyak yang percaya bahwa
masyarakat akan pangan sehat dan bergizi
teknologi modern akan mengamankan kebu-
dapat dipenuhi dengan fortifikasi mikronutrien
tuhan pangan dunia yang semakin meningkat,
(vitamin dan mineral termasuk asam folat) yang
seperti halnya lingkungan, kesehatan, dan
diformulasikan dalam bentuk premix dan ekonomi. Demikian pula Gutierrez et al. (2012)
berstruktur nano sehingga memiliki stabilitas berpendapat bahwa penerapan teknologi nano
simpan serta bioavailabilitasnya yang tinggi mempunyai prospek yang sangat baik sebagai
untuk memastikan penyerapannya dalam tubuh alat untuk mengatasi masalah-masalah, seperti
sesuai kebutuhan. manajemen dan penggunaan air, pertanian,
Secara lebih terinci, berbagai hasil penelitian eksploitasi ternak, dan pengolahan pangan.
dan pengembangan yang telah dilakukan Badan Sejalan dengan itu, FAO/WHO (2013)
Litbang Pertanian di antaranya adalah pupuk menyebutkan bahwa terdapat peningkatan tren
nano, zeolit nano, silika nano, pewarna alam pemanfaatan teknologi nano untuk menyelesai-
nano, emulsi lemak kakao nano dari sekam kan permasalahan-permasalahan di sektor
padi, minyak pala nano, kurkuma nano, serat pertanian, pangan, dan kesehatan.
nano selulosa, vitamin A nano, pangan Mukhopadhyay (2014) mengemukakan
fungsional nano, dan nutrasetikal nano (Yuliani bahwa intervensi teknologi nano dalam
et al. 2012; Yuliani et al. 2014; Yuliani et al. pertanian mempunyai prospek yang cerah untuk
2015; Hoerudin et al. 2015; Iriani et al. 2015). meningkatkan efisiensi penggunaan nutrien
Berbagai jenis hasil penelitian teknologi nano melalui formulasi pupuk nano, memecahkan
yang telah dilakukan Badan Litbang Pertanian pembatas hasil (yield barriers) melalui
tersebut memperkuat pernyataan Irawan et al. bioteknologi nano serta pengendalian hama dan
(2014), bahwa pemanfaatan Laboratorium penyakit, pemahaman mekanisme interaksi
Nanoteknologi Badan Litbang Pertanian masih inang-parasit pada tingkat molekuler,
didominasi oleh Balai Besar Penelitian dan pengembangan pestisida generasi baru dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB pembawanya, pengawetan dan pengemasan
Pascapanen). pangan dan aditif pangan, memperkuat serat
alam, menghilangkan kontaminan dari tanah
dan air, meningkatkan umur simpan sayuran
PROSPEK DAN KENDALA PENGEMBANGAN dan bunga, sumber daya nano berbasis tanah
TEKNOLOGI NANO DALAM PEMBANGUNAN liat (untuk pengaturan pasokan secara tepat),
PERTANIAN DAN PENGOLAHAN PANGAN reklamasi tanah yang dipengaruhi oleh salinitas,
DI INDONESIA stabilisasi permukaan yang rawan erosi, dan
lain-lain.
Gutierrez et al. (2012) melaporkan bahwa Akan tetapi, meskipun banyak disiplin ilmu
populasi manusia akan mencapai 9,1 miliar bergabung dalam payung pertanian, perkem-
pada tahun 2050, yang berarti kenaikan sebesar bangan teknologi nano di bidang pertanian
16 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 1-20

relatif lambat. Menurut Mukhopadhyay (2014), Badan Litbang Pertanian. Dari total tersebut,
hal ini disebabkan oleh (1) sifat unik dari 45,8% adalah peneliti BB Pascapanen.
produksi pertanian yang berfungsi sebagai Demikian pula, fasilitas teknologi nano yang
sebuah sistem terbuka di mana energi dan dibangun pada tahun 2012, sampai saat ini
substansi energi dipertukarkan secara bebas, pemanfaatannya masih di bawah koordinasi BB
skala permintaan materi input selalu sangat Pascapanen.
besar dibanding produk nano yang dihasilkan
secara industri; (2) ketiadaan kontrol input
material nano karena terkait dengan rangkaian PENUTUP
kesatuan geosfer (pedosfer)-biosfer-hidrosfer-
atmosfer (hal ini berbeda dengan produk nano
industri, misalnya telepon seluler); (3) adanya Globalisasi pasar dan liberalisasi perda-
jeda waktu antara munculnya teknologi hingga gangan yang didorong oleh revolusi teknologi
digunakan oleh petani; (4) banyak negara informasi, transportasi, dan deregulasi
berkembang tidak mau mengalokasikan dana perdagangan yang diatur dalam naungan
untuk inovasi tersebut; dan (5) kurangnya kesepakatan GATT semakin meluas diterapkan
pandangan ke masa depan (foresight) yang di seluruh negara. Globalisasi pasar menye-
disebabkan oleh kurangnya edukasi pertanian babkan harga komoditas pertanian di setiap
dan pemahaman terhadap sistem produksi negara semakin terintegrasi dengan harga di
pertanian. pasar dunia dan preferensi konsumen pada
aspek tertentu semakin bersifat universal akibat
Hambatan perkembangan teknologi nano di globalisasi informasi. Pada sisi lain, arus
Indonesia salah satunya adalah fasilitas (sarana perdagangan antarnegara semakin terbuka
dan prasarana) teknologi nano yang kurang akibat dihapuskannya berbagai hambatan
memadai dan terletak terpisah-pisah, tersebar di perdagangan antarnegara. Pada situasi tersebut
sejumlah institusi (Rochman 2012, Irawan et al. maka peningkatan daya saing produk pertanian
2013, Irawan et al. 2014), dan hal yang paling merupakan tantangan yang tidak bisa dihindari
mendasar dalam menghambat perkembangan agar agroindustri nasional tidak kalah bersaing
teknologi nano adalah ketiadaan alat pengu- dan dapat terus berkembang.
kuran (metrologi) material nano (Kompas 2013).
Kendala lain dikemukakan Rochman (2012), Dalam rangka meningkatkan daya saing di
yaitu sumber daya manusia yang masih relatif pasar dunia, peningkatan efisiensi merupakan
tidak merata dan kekurangan serta alokasi kata kunci dalam memproduksi dan mema-
pendanaan masih relatif minim, padahal sarkan produk pertanian. Dalam kaitan ini,
penelitian teknologi nano memerlukan investasi pemanfaatan teknologi nano memiliki potensi
besar. Prioritas riset nano yang sesuai dengan besar untuk mendorong peningkatan efisiensi
kondisi Indonesia juga belum ditentukan. Secara agroindustri nasional. Pada sektor produksi
lebih terperinci, disebutkan bahwa penerapan penerapan teknologi nano berpotensi untuk
teknologi nano oleh industri di Indonesia meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk,
mengalami kendala yang meliputi informasi pestisida, alat dan mesin pertanian, serta benih
(41%), teknologi (32%), SDM (11%), finansial melalui pengembangan varietas berproduktivitas
(5%), dan lain-lain (11%). tinggi dan resisten terhadap hama dan penyakit.
Pada sektor hilir, penerapan teknologi nano
Menurut Irawan et al. (2014), penelitian berpotensi meningkatkan daya simpan produk
teknologi nano belum berkembang di lingkup pertanian, meningkatkan kualitas produk, dan
Badan Litbang Pertanian (kecuali di BB meningkatkan nilai tambah produk pertanian.
Pascapanen) karena beberapa hal, di antaranya Dalam konteks yang lebih luas pemanfaatan
(1) sebagian besar peneliti Badan Litbang teknologi nano di sektor pertanian berpotensi
Pertanian belum mengenal teknologi nano; (2) untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
penelitian berbasis teknologi nano membu- sumber daya, penanganan limbah pertanian,
tuhkan biaya besar dan kontinuitas untuk mengurangi polusi lingkungan akibat penggu-
menghasilkan produk akhir berbasis teknologi naan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida,
nano; dan (3) UPT belum memiliki SDM dan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
fasilitas teknologi nano serta belum mengetahui
prosedur pemanfaatan fasilitas Laboratorium Pemanfaatan teknologi nano telah banyak
Nanoteknologi yang dikelola oleh BB dilakukan di negara-negara maju, tetapi sejauh
Pascapanen. Jumlah peneliti yang mempunyai ini lebih terfokus pada produk-produk industri
keahlian di bidang teknologi nano dan peneliti dan belum banyak menyentuh produk pertanian.
yang telah dilatih terkait teknologi nano hanya Beberapa lembaga riset dan universitas di
sebanyak 24 orang atau 1,35% dari total peneliti Indonesia juga telah mulai mengembangkan
PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI NANO DALAM PERTANIAN DAN PENGOLAHAN PANGAN DI INDONESIA 17
Ening Ariningsih 

teknologi nano, tetapi penelitian teknologi nano UCAPAN TERIMA KASIH


yang dilakukan umumnya terfokus pada produk-
produk industri. Sebagai lembaga riset
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pertanian, Badan Litbang Pertanian juga telah
Dr. Bambang Irawan yang telah memberikan
menginisiasi pengembangan teknologi nano
banyak masukan kepada penulis dalam
melalui investasi yang cukup besar untuk
penyelesaian makalah ini. Ucapan terima kasih
membangun Laboratorium Nanoteknologi.
juga ditujukan kepada Dewan Redaksi dan Mitra
Namun demikian, penelitian berbasis teknologi Bestari yang telah menelaah naskah dan
nano di bidang pertanian sejauh ini masih memberikan saran perbaikan.
sangat terbatas akibat berbagai faktor.
Untuk mendorong penerapan teknologi nano
pada agroindustri nasional maka peningkatan DAFTAR PUSTAKA
penguasaan teknologi nano di bidang pertanian
merupakan upaya penting. Terkait dengan hal Agusta MK, Indriani D, Dipojono HK. 2013. Simulasi
tersebut beberapa upaya perlu ditempuh. Ab initio untuk aplikasi bidang energi dan
(a) Membangun jaringan riset teknologi nano teknologi pangan: adsorpsi etilen (C2H4) di
pada lingkup nasional agar seluruh lembaga permukaan TiO2 dan hidrazin (N2H4) di
riset yang berkompeten dapat diberdayakan permukaan logam transisi. In: Proceedings
Workshop Nanotechnology: Research and
untuk mendukung pengembangan agroindustri Development on Nanotechnology in Indonesia;
nasional berbasis teknologi nano. Dalam kaitan 2013 Dec 12; Bandung, Indonesia. Bandung (ID):
ini, kerja sama dan sinergi penelitian teknologi National Research Center for Nanotechnology.
nano perlu dikembangkan baik pada riset dasar hlm. 11-16.
maupun riset terapan. (b) Melakukan sosialisasi
Arora A, Padua GW. 2010. Review: nanocomposites
teknologi nano dan potensi pemanfaatannya di in food packaging. J Food Sci. 75(1):R43-R49.
bidang pertanian kepada seluruh peneliti Badan doi: 10.1111/j.1750-3841.2009.01456.x.
Litbang Pertanian mengingat teknologi nano
masih merupakan barang baru bagi sebagian Chaudhry Q, Castle L. 2011. Food applications of
nanotechnologies: An overview of opportunities
besar peneliti. (c) Memperkuat SDM teknologi and challenges for developing countries. Trends
nano pada seluruh UK/UPT teknis lingkup Food Sci Tech. 22(11):595-603.
Badan Litbang Pertanian. (d) Mengembangkan
sinergi penelitian teknologi nano pada lingkup Chaudhry Q, Scotter M, Blackburn J, Ross B, Boxall
A, Castle L, Aitken R, Watkins R. 2008.
UK/UPT Badan Litbang Pertanian agar
Applications and implications of nanotechnologies
penelitian yang dilakukan dapat bersifat saling for the food sector. Food Addit Contam.
melengkapi dan tidak tumpang tindih yang dapat 25(3):241-258.
menimbulkan pemborosan. (e) Mengembang-
de Azeredo HMC, Mattoso LHC, McHugh TH. 2011.
kan tata kelola penelitian teknologi nano dengan
Chapter 4, Nanocomposites in food packaging – a
sasaran memberdayakan secara optimal review. In: Reddy B, editor. Advances in diverse
infrastruktur dan SDM teknologi nano di lingkup industrial applications of nanocomposites. Rijeka
Badan Litbang Pertanian. (f) Menetapkan (CR): InTechOpen. p. 57-78.
prioritas penelitian teknologi nano agar inovasi
Drexler KE. 1986. Engines of creation: the coming
teknologi nano yang dihasilkan lebih terarah
era of nanotechnology. New York (US):
untuk mendukung pengembangan agroindustri Doubleday.
nasional berbasis teknologi nano. Pada intinya,
prioritas penelitian teknologi nano perlu Duncan TV. 2011. Applications of nanotechnology in
food packaging and food safety: barrier materials,
diberikan pada penelitian yang mampu
antimicrobials and sensors. J Colloid Interface Sci.
menghasilkan produk-produk nano yang 363(1):1-24.
memiliki potensi dampak signifikan terhadap
peningkatan produksi, kualitas, dan nilai tambah [FAO/WHO] Food and Agriculture Organization of the
produk pertanian; penurunan ongkos produksi United States/World Health Organization. 2009.
FAO/WHO expert meeting on the application of
dan pemasaran produk pertanian; serta mening-
nanotechnologies in the food and agriculture
katkan pendapatan petani. (g) Mengembangkan sectors: potential food safety implications.
kerja sama dengan pihak swasta. Hal ini Meeting Report. Rome (IT): Food and Agriculture
diperlukan mengingat inovasi teknologi nano Organization of the United Nations/World Health
umumnya berupa produk yang pemassalannya Organization.
kepada para pengguna membutuhkan [FAO/WHO] Food and Agriculture Organization of the
keterlibatan produsen swasta, di samping untuk United States/World Health Organization. 2010.
mengatasi masalah keterbatasan anggaran FAO/WHO Expert meeting on the application of
penelitian. nanotechnologies in the food and agriculture
18 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 1-20

sectors: potential food safety implications. Rome Biogen, BB Pascapanen, BPTP Sulawesi Selatan.
(IT): Food and Agriculture Organization of the Laporan Akhir Penelitian. Bogor (ID): Pusat Sosial
United Nations and World Health Organization. Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
[FAO/WHO] Food and Agriculture Organization of the Iriani ES, Hoerudin, Yuliani S, Harimurti N,
United States/World Health Organization. Agustinisari I, Permana AW, Juniawati, Kamsiati
2013. State of the art on the initiatives and E, Suryanegara L, Fahma F, et al. 2015.
activities relevant to risk assessment and risk Pemanfaatan biomassa pertanian untuk kemasan
management of nanotechnologies in the food and pintar prospek nanoteknologi dalam membangun
agriculture sectors. FAO/WHO Technical Paper. ketahanan pangan memperkuat kemampuan
Rome (IT): Food and Agriculture Organization of swasembada pangan nano-biodegradable.
the United Nations and World Health Laporan Akhir Penelitian. Bogor (ID): Balai Besar
Organization. Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Gutiérrez FJ, Mussons ML, Gatón P, Rojo R. 2012. Pertanian.
Chapter 6, Nanotechnology and food industry. In: Joseph T, Morrison M. 2006. Nanotechnology in
Valdez B, editor. Scientific, health and social agriculture and food. Nanoforum Report [Internet].
aspects of the food industry. Rijeka (CR): [cited 2016 Jan 14]. Available from: Ftp://Ftp.
InTechOpen. p. 95-128. Cordis.Europa.Eu/Pub/Nanotechnology/Docs/Nan
Herman AS, Djumarman, Rohman NT, Purwanto S, o technology_In_Agriculture_And_Food.Pdf.
Syukri AF, Haryono A. 2008. Roadmap [ITS] Institut Teknologi Surabaya. 2016. ITS semakin
pengembangan teknologi industri berbasis serius kembangkan nanoteknologi [Internet].
nanoteknologi. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh
Pengembangan Teknologi Industri.
Nopember; [diunduh 2016 Mei 3]. Tersedia dari:
Hoerudin. 2015. Keamanan pangan produk htps://www.its.ac.id//article/tentang/ /en.
nanoteknologi. Foodrev Indones. X(2):40-4. [Kemenristekdikti] Kementerian Riset, Teknologi, dan
Hoerudin, Harimurti N. 2014. Nanoformulations for Perguruan Tinggi. 2016. Rencana induk riset
enhancing bioavailability and biological activities nasional 2015–2045. Jakarta (ID): Kementerian
of curcumin. In: Rostiana O, editor. Proceeding of Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi.
International Seminar on Spice, Medicinal and [Kemenperin] Kementerian Perindustrian. 2015.
Aromatic Plants (SMSPs); 2013 Aug 29; Jakarta,
Rencana induk pembangunan industri nasional
Indonesia. Jakarta (ID): IAARD Press.
2015–2035. Jakarta (ID): Kementerian
Hoerudin, Irawan B. 2015. Prospek nanoteknologi Perindustrian, Pusat Dokumentasi Publik.
dalam membangun ketahanan pangan. Dalam:
Kompas. 2013 Jul 22. Nanoteknologi: pengembangan
Pasandaran E, Rachmat M, Hermanto, Ariani M,
ke metrologi nanomaterial. Teknologi:13 (kol. 1-5).
Sumedi, Suradisastra K, Haryono, editors.
Pembangunan pertanian berbasis ekoregion. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. c2016.
Jakarta (ID): IAARD Press. hlm. 49-67. Struktur organisasi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Hoerudin, Ismayana A, Wismogroho AS, Amal MI, Indonesia [Internet]. Jakarta (ID): Lembaga Ilmu
Widayanti SM. 2015. Pengembangan nano-zeolit Pengetahuan Indonesia; [diunduh 2016 Jan 13].
sebagai moisture dan CO2 adsorber untuk Tersedia dari: http://lipi.go.id/struktur.
aplikasi pada penanganan buah tropis. Laporan [LPPM-ITB] Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Akhir Penelitian. Bogor (ID): Balai Besar kepada Masyarakat-Institut Teknologi Bandung.
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen c2016. Pusat Penelitian [Internet]. Bandung (ID):
Pertanian. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Holden PA, Nisbet RM, Lenihan HS, Miller RJ, Cherr Masyarakat-Institut Teknologi Bandung; [diunduh
GN, Schimel JP, Gardea-Torresdey JL. 2012. 2016 Mar 12]. Tersedia dari http://www.lppm.itb.
Ecological nano-toxicology: integrating ac.id/?page_id=131.
nanomaterial hazard considerations across the Lu J, Bowles M. 2013. How will nanotechnology
subcellular, population, community, and affect agricultural supply chains? IFAMA Rev.
ecosystems levels. Acc Chem Res. 46:813-822. 16(2):21-42.
Irawan B, Rusastra IW, Alihamsyah T, Hoerudin,
[MARS] Market Attitude Research Services. 2011.
Ariani M, Syahyuti, Suhartini SH. 2014.
Australian community attitudes held about
Pengembangan organisasi dan jaringan kerja
nanotechnology–trends 2005 to 2011. Final
pada program pengembangan nanoteknologi
Report. New South Wale (AU): Department of
Badan Litbang Pertanian. Laporan Akhir
Industry, Innovation, Science and Research.
Penelitian. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Meyer-Plath A, Schweinberger FF. 2014. Nanomaterial
Irawan B, Rusastra IW, Swastika DKS, Sutoro, Talib characterization and metrology. In: Malsch I, Emond
C, Hoerudin, Ariani M, Suhartini SH. 2013. C, editors. Nanotechnology and human health. Boca
Keselarasan prioritas pengembangan SDM, Raton, FL (US): CRC Press.
sarana/prasarana dan penelitian: kasus pada BB
PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI NANO DALAM PERTANIAN DAN PENGOLAHAN PANGAN DI INDONESIA 19
Ening Ariningsih 

[MRIN] Mochtar Riady Institute for Nanotechnology. http://www.persistencemarketresearch.com/article


c2008. Mochtar Riady Institute for Nano- /nano-enabled-packaging-market.asp.
technology [Internet]. Tangerang (ID): Mochtar
Predicala B. 2009. Nanotechnology: potential for
Riady Institute for Nanotechnology; [cited 2016
agriculture. In: Fuelling the farm. 2008 SSCA
Apr 12]. Available from: http://www.mrinstitute.
Annual Conference; 2008 Dec 29; Saskatchewan,
org/.
Canada. Saskatchewan (CN): University of
Mousavi SR, Rezael M. 2011. Nanotechnology in Saskatchewan. p. 123-134.
agriculture and food. J Appl Environ Biol Sci.
[PI LIPI] Pusat Informasi Lembaga Ilmu Pengetahuan
1(10):414-419.
Indonesia. 2014 Agu 8. Nanoteknologi: teknologi
Mukopadhyay SS. 2014. Nanotechnology in masa depan [Internet]. Jakarta (ID): Pusat
agriculture: prospects and constraints [Internet]. Informasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia;
[cited 2016 Apr 22]; Nanotechnol Sci Appl. 7:63- [diunduh 2016 Mar 13]. Tersedia dari:
71. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/ http://www.inovasi.lipi.go.id/id/berita/nanoteknologi
pmc/articles/PMC4130717/. doi: 10.2147/NSA. -teknologi-masa-depan
S39409. Rhim JW, Ng PKW. 2007. Natural biopolymer-based
Nano.com. c2016. Nanotechnology products nanocomposite films for packaging applications.
database [Internet]. [cited 2016 Apr 22]. Available Crit Rev Food Sci Nutr. 47(4):411-433.
from: http://product.statnano.com/ Rhodes CJ. 2014. Eating small: applications and
NanoTech Indonesia. [tanpa tahun]. About us implications for nanotechnology in agriculture and
[Internet]. Jakarta (ID): Masyarakat Nanoteknologi the food industry. Science Progress. 97(2):173-
Indonesia; [diunduh 2016 Apr 14]. Tersedia dari: 182. doi: 10.3184/003685014X13995384317938.
http://nano.or.id/about-us Rochman NT. 2011. Strategi pengembangan
[NNI] National Nanotechnology Initiative. [date nanoteknologi dalam rangka peningkatan daya
unknown]. What is nanotechnology? [Internet]. saing global agroindustri nasional [Disertasi].
[cited 2016 May 7]. Available from: http://www. [Bogor (ID)]: Institut Pertanian Bogor, Sekolah
nano.gov/nanotech-101/what/definition. Pascasarjana.

Neethirajan S, Jayas DS. 2011. Nanotechnology for Rochman NT. 2012. Rekayasa dan inovasi
nanoteknologi dalam upaya peningkatan daya
the food and bioprocessing industries. Food
saing produk-produk pertanian dan pangan.
Bioprocess Tech. 4(1):39-47.
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
[Perpres RI] Peraturan Presiden Republik Indonesia Sains dan Teknologi 3: Penguasaan teknologi
nomor 164 tahun 2014 tentang pembubaran rekayasa proses pengolahan pangan guna
Komite Inovasi Nasional. 2014. Jakarta (ID): mendukung pencapaian kemandirian bangsa;
Sekretariat Republik Indonesia. 2012 Jun 20; Semarang, Indonesia.
[Perpres RI] Peraturan Presiden Republik Indonesia Roco MC, Mirkin CA, Hersam MC, editors. 2010.
nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Nanotechnology research directions for societal
Pembangunan Jangka Menengah Nasional needs in 2020: retrospective and outlook
(RPJMN) 2015–2019. 2015. Lampiran: Buku II, [Internet]. World Technology Evaluation Center
Agenda pembangunan bidang. Jakarta (ID): (WTEC) and the National Science Foundation
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (NSF) Report, September 2010. Boston [US]:
Republik Indonesia. Springer; [cited 2016 May 6]. Available from:
http://www.wtec.org/nano2/Nanotechnology_Rese
Pérez-Esteve E, Bernardos A, Martínez-Máñez R, arch_Directions_to_2020/.
Barat JM. 2013. Nanotechnology in the
development of novel functional foods or their Salamanca-Buentello F, Persad DL, Court EB, Martin
package. An overview based in patent analysis. DK, Daar AS, Singer PA. 2005. Nanotechnology
Recent Pat Food Nutr Agric. 5:35-43. and the developing world. PLoS Med. 2(5):383-
386.
Pérez-de-Luque A, Hermosín MC. 2013.
Nanotechnology and its use in agriculture. In: Siegrist M, Cousin ME, Kastenholz H, Wiek A. 2007.
Bagchi D, Bagchi M, Moriyama H, Shahidi F, Public acceptance of nanotechnology foods and
editors. Bio-nanotechnology: a revolution in food, food packaging: the influence of affect and trust.
biomedical and health sciences [Internet]. Oxford Appetite. 49(2):459-466.
(GB): Blackwell Publishing Ltd; [cited 2016 May Siegrist M, Stampfli N, Kastenholz H, Keller C. 2008.
8]. Available from: http://onlinelibrary.wiley.com/ Perceived risks and perceived benefits of different
doi/10.1002/9781118451915.ch20/summary. doi: nanotechnology foods and nanotechnology food
10.1002/9781118451915.ch20. packaging. Appetite. 51(2):283-290.
Persistence. 2016 Feb 2. Global nano-enabled Silva H, Cerqueira M, Vicente A. 2012.
packaging market to gain impetus due to rising Nanoemulsions for food applications:
demand from food and beverages industry development and characterization. Food
[Internet]. [cited 2016 May 6]. Available from: Bioprocess Tech. 5:854-867
20 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 1-20

Suwarda R, Maarif MS. 2012. Pengembangan nanoteknologi-aplikasinya-untuk-nilai-tambah-kom


inovasi teknologi nanopartikel berbasis pati untuk oditas-hortikultura-indonesia.
menciptakan produk yang berdaya saing. J Tek
Ind. 13(2):104-122. WhatIs.com. 2011. Definition: nanotechnology
(molecular manufacturing) [Internet]. [cited 2016
Taniguchi N. 1974. On the basic concept of 'nano- May 7]. Available from: http://whatis.techtarget.
technology'. Proceeding of the International com/definition/nanotechnology-molecular-manufac
Conference of Production Engineering; 1974 Aug turing.
26-29; Tokyo, Japan. Part II. Tokyo (JP): Japan
Society of Precision Engineering. p.18-23. Wheeler S. 2005. Factors influencing agricultural
professional’s attitudes toward organic agriculture
Taylor R, Thyer R. 2006. Farm factories: harvesting and biotechnology. Adelaide (AU): University of
bioplastics [Internet]. California (US): CureZone; South Australia, Center for Regulation and Market
[cited 2016 Jan 3]. Available from: http:// Analysis.
www.curezone.org/forums/am.asp?i=1722193
Winarno FG, Fernandez IE. 2010. Nanoteknologi bagi
Tempo.co. 2009 Agu 11. Nanoteknologi pangan industri pangan dan kemasan. Bogor (ID): MBRIO
sebaiknya pada kemasan [Internet]. [diunduh Press.
2015 Mei 5]. Tersedia dari: https://m.tempo.co/
read/news/2009/08/11/061192099/nanoteknologi- Yuliani S, Harimurti N, Nurdjannah N, Herawati H.
pangan-sebaiknya-pada-kemasan. 2012. Teknologi nanoemulsi lemak kakao (cocoa
butter) sebagai bahan spread kaya antioksidan
[UI] Universitas Indonesia. 2015 Mar 10. Menristek untuk rerotian dan biskuit. Laporan Akhir
Dikti resmikan Mochtar Riady Plaza Quantum UI Penelitian. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan
[Internet]. Depok (UI): Universitas Indonesia; Pengembangan Pascapanen Pertanian.
[diunduh 2015 Mar 12]. Tersedia dari:
http://www.ui.ac.id/berita/menristek-dikti-resmikan- Yuliani S, Hoerudin, Harimurti N, Iriani ES,
mochtar-riady-plaza-quantum-ui.html. Agustinisari I, Permana AW, Dewandari KT,
Juniawati, Munarso SJ, Widaningrum HM, et al.
US Environmental Protection Agency. 2007. 2014. Pengembangan nanoteknologi untuk
Nanotechnology White Paper [Internet]. Report pangan fungsional, nutrasetikal dan kemasan.
EPA 100/B-07/001. Washington, DC (US). [cited Laporan Akhir Penelitian. Bogor (ID): Balai Besar
2014 Jun 9]. Available from: http://www.epa.gov/ Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
osainter/pdfs/nanotech/epa-nanotechnology-white Pertanian.
paper-0207.pdf.
Yuliani S, Hoerudin, Permana AW, Dewandari KT,
Vance ME, Kuiken T, Vejerano EP, McGinnis SP, Juniawati, Susanto U, Abdulrahman S, Zarwazi
Hochella MF Jr, Rejeski D, Hull MS. 2015. LM, Rohaeni WR, Widowati LR, et al. 2015.
Nanotechnology in the real world: redeveloping Aplikasi nanoteknologi untuk pengembangan
the nanomaterial consumer products inventory. matriks pupuk nano dan ingridien pangan
Beilstein J Nanotechnol [Internet]. [cited 2016 May fungsional. Laporan Akhir Penelitian. Bogor (ID):
7]; 6:1769-1780. Available from: http://dx.doi.org/ Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
10.3762/bjnano.6.181. Pascapanen Pertanian.
Wardana AA. 2014 Jun 17. Mengenal nanoteknologi Zhao R, Torley P, Halley P. 2008. Emerging
& aplikasinya untuk nilai tambah komoditas biodegradable materials: starch- and protein-
hortikultura Indonesia [Internet]. Jakarta (ID): based bio-nanocomposites. J Mater Sci.
Masyarakat Nano Indonesia; [diunduh 2016 Mei 43(9):3058-3071. doi: 10.1007/s10853-007-2434-
2]. Tersedia dari: http://nano.or.id/opini/mengenal- 8.

Anda mungkin juga menyukai