Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH TIDUR SIANG (BRIEF NAP) TERHADAP

PEMULIHAN KEMAMPUAN PERSEPSI

Mumpuni*

ABSTRAK

Keadaan kurang tidur yang terjadi terus-menerus menimbulkan rasa mengantuk yang
berkepanjangan, tidak mampu berkonsentrasi untuk melakukan pekerjaan yang kompleks,
hanya mampu melakukan aktifitas dasar yang bersifat rutin, keadaan tersebut merupakan
tanda terjadinya sleep deprivation. Untuk mengatasi penurunan kemampuan akibat sleep
deprivation diatas, di Jepang telah dikembangkan metode brief nap yaitu tidur siang yang
singkat sekitar 15-30 menit yang dilakukan setelah makan siang. Takahashi dan Arito
(2000) berdasarkan penelitiannya menyimpulkan bahwa brief nap dapat memberikan
dampak peningkatan kesiagaan dan kemampuan logical reasoning yang bersifat sangat
singkat yaitu sekitar dua jam saja, karena setelah itu kemampuan persepsi menurun
kembali. Mednick pada tahun 2002 melakukan penelitian yang bertujuan menentukan
berapa lama waktu efektif saat tidur siang yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi
akibat kurang tidur, diperoleh kesimpulan bahwa tidur siang selama 60 menit adalah waktu
yang paling efektif untuk memulihkan kemampuan persepsi, dengan syarat pada waktu
tersebut terjadi aktifitas Slow Wave Sleep (SWS) dan Rapid Eye Movement (REM) pada
hasil rekaman EEG.

Kata kunci: Sleep deprivation, brief nap, kemampuan persepsi.

ABSTRACTS

Less of sleep Conditions in long periods of time will caused prolong drowsiness, not able to
concentrate for complicated task, limited in performing routine activity. This situation is sign
of sleep deprivation. In order to overcome the lack of ability sleep deprivation due to the
above, in Japan already developed the brief nap method, its a short period of nap around
15-30 minutes after having lunch. Takahashi and Arito (2000) based on their study
concluded that brief nap able to increase alertness and capability in logical reasoning
which could happened in short period time; around two hours, because after that,
perceptual ability will decreased again. Mednick in 2002 conducting a research which
aimed at determining how long the effective nap when needed to recover from sleep
deprivation. Its been concluded that 60 minutes period of nap are the most effective time
to repair the perceptual ability as long as on that period of time Slow Wave sleep (SWS)
and Rapid Eye Movement (REM) is occured, which is found in EEG recordings.

Keywords: Sleep deprivation, brief nap, perceptual ability.

*
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 257


PENDAHULUAN menjadi perhatian orang banyak
adalah bahwa tidur mempunyai peran
Peningkatan aktifitas dan kesibukan yang sangat penting terhadap proses
yang terjadi pada masyarakat persepsi, khususnya dalam
modern memaksa terjadinya rutinitas kemampuan diskriminasi tekstur.
hidup yang tidak teratur, akibatnya Banyak penelitian memberikan bukti-
waktu istirahat dan tidur tidak dapat bukti yang mendukung mengenai
dilakukan secara memadai sesuai peran tidur pada proses belajar, yang
kebutuhan. Kondisi tersebut kemudian dikenal dengan istilah
menyebabkan banyak dijumpai Sleep Dependent Learning.
masalah gangguan tidur (sleep
deprivation). Penanganan gangguan Sampai dengan tahun 1940-an para
tidur sejauh ini masih bersifat medis, ilmuwan masih meyakini bahwa tidur
sedangkan penanganan non medis merupakan suatu proses pasif
untuk mengatasi gangguan tidur dimana jika terjadi penurunan input
masih sangat terbatas karena sensoris ke otak maka kita akan
membutuhkan waktu yang relatif tertidur, dan pada saat tidur otak
lebih lama, serta membutuhkan tidak melakukan aktifitas. Pada suatu
pengetahuan yang memadai percobaan, bila input sensorik ke
mengenai aspek fisiologis tidur itu otak dihambat, hewan coba tetap
sendiri. menunjukkan adanya siklus tidur dan
terjaga (wake and sleep cycle).
Sejauh ini yang sudah sering Kemudian disadari bahwa tidur
dilakukan adalah penelitian terhadap merupakan suatu proses aktif yang
tidur malam, sedangkan efek dari memerlukan koordinasi persyarafan
tidur siang sendiri, belum banyak dan hormonal yang integratif dan
diteliti. Tidur siang layak diteliti kontinyu. Peran korteks yang besar
sebagai alternatif semakin dikontrol oleh sekelompok syaraf
berkurangnya kuantitas tidur malam yang sangat kecil di batang otak
hari akibat penigkatan kebutuhan jam (formasio retikularis) yang bekerja
kerja sehari-hari. sebagai pengatur proses eksitasi dan
inhibisi dari sinaps-sinaps yang
Pengetahuan kita tentang pengaruh berasal dari sistem syaraf yang lebih
dan fungsi tidur bagi manusia, masih rendah ke bagian yang lebih tinggi di
sangat sedikit, hipotesa yang jalur asenden1.
keadaan bawah sadar dimana
Sebelum membahas tentang seseorang tidak dapat dibangunkan.
pengaruh tidur secara umum dan Terdapat berbagai tahap dalam tidur,
pengaruh tidur siang (nap) terhadap dari tidur yang sangat ringan sampai
proses pemulihan kemampuan tidur yang sangat nyenyak (dalam);
persepsi, terlebih dahulu harus para ahli membagi jenis tidur menjadi
dipahami definisi mengenai tidur, dua yang secara keseluruhan
tahap-tahap dan mekanisme memiliki kualitas yang berbeda.
pengaturannya.
A. Tahap-tahap tidur Normal.
I. FISIOLOGI TIDUR NORMAL Pada mamalia, tidur dibagi 2 fase:
REM (tidur paradoksikal) dan NREM.
Tidur didefinisikan sebagai suatu Fase NREM dibagi menjadi 4 fase
keadaan bawah sadar dimana berdasarkan kedalamannya, yaitu
seseorang dapat dibangunkan fase NREM 1-4, secara spesifik fase
dengan pemberian rangsang NREM 3 dan 4 disebut dengan SWS
sensorik atau dengan rangsang (slow wave sleep) yang ditandai
lainnya. Tidur harus dibedakan dengan adanya penurunan frekuensi
dengan koma, yang merupakan dan peningkatan amplitudo pada

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 258


EEG sehingga disebut juga dengan hari, ratio REM dan NREM
tidur gelombang lambat. Pada mengalami perubahan setiap 90
manusia, NREM dan REM menit, fase NREM-3 dan NREM-4
berlangsung secara bergantian yang disebut fase SWS atau fase
dalam pola ultradian tiap sekitar 90 gelombang lambat mendominasi di
menit, sehingga dalam waktu 8 jam awal malam, sedangkan fase NREM-
tidur terdapat sekitar 4-5 fase 2 dan REM yang agak panjang
REM.(Gambar 1). Meskipun siklus muncul di akhir malam.
REM-NREM tetap stabil pada malam

(Gambar 1. Siklus tidur terbagi atas fase terjaga, fase REM dan NREM. Fase
3 dan 4 NREM disebut juga gelombang SWS. Dalam satu siklus tidur selama
8 jam, dapat terjadi 4 – 5 fase REM)

tenang, tidak ada bangkitan,


B. Pemantauan aktifitas tidur stimulasi maupun stress pada
dengan EEG aktifitas mental seperti problem
solving9. Gelombang alfa terkadang
Proses Pemantauan tidur di muncul saat mata terbuka, namun
lakukan dengan perekaman yang lebih sering adalah saat mata
parameter elektrofisiologik, yang tertutup. Gelombang beta (β) juga
didasari pada prinsip pengkajian muncul saat mata tertutup,
polisomnografik terhadap tahap- mengandung gelombang ireguler,
tahap tidur. Parameter yang amplitudo rendah yaitu 13-30 Hz.
digunakan untuk memonitor tahap- Gelombang ini muncul dalam kondisi
tahap tidur diantaranya EEG siaga dan responsif terhadap
(elekroensefalografi), EOG kejadian di lingkungannya atau saat
(elektrookulogram) dan EMG berfikir aktif. Gelombang teta (σ)
(elekromiogram). Pada makalah ini dengan frekuensi 3,5 – 7,5 Hz,
hanya dibahas pemantauan tidur merupakan transisi antara tidur dan
dengan EEG. terjaga, terjadi gerakan mata naik
turun, kadang mata sedikit terbuka
Gelombang EEG yang ditangkap dari diikuti penutupan mata, sekitar 10
kegiatan listrik otak terdiri atas menit kemudian akan masuk ke fase
gelombang Alfa, Beta, Delta dan 2. EEG pada fase ini terlihat ireguler
Teta. Selama kondisi terjaga, dan mengandung periode sleep
gambaran EEG orang normal spindles dan K Complex. Sleep
menunjukkan dua pola aktifitas dasar spindles adalah lonjakan singkat
yaitu gelombang alfa dan beta. dengan frekuensi 12-14 Hz yang
Gelombang alfa (α) mempunyai ciri terjadi antara 2-5 kali per menit pada
adanya gelombang frekuensi sedang fase 1-4. Gelombang yang keempat
yaitu 8-12 Hz, yang dihasilkan oleh adalah gelombang delta (δ),
otak saat kondisi istirahat dengan frekuensi < 3,5 Hz. Perbedaan antara

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 259


fase 3 dan 4 tidak terlalu jelas; fase 3 EEG) dan sleep spindles (gelombang
mengandung 20-50% gelombang pendek sinkronisasi, 7-14 Hz pada
delta, sedangkan fase 4 osilasi EEG). Gelombang NREM
mengandung > 50%. yang terdalam yaitu fase NREM-3
dan NREM-4 dikelompokkan dalam
Pada NREM fase 3 dan 4, pada SWS yang merupakan gambaran
rekaman EEG terlihat adanya adanya gelombang frekuensi rendah
perlambatan frekuensi. Menuju ke (0,5 - 4 Hz dan < 1 Hz) dimana
fase NREM 2, terdapat gelombang merupakan ekspresi adanya
2
listrik fasik, termasuk kompleks K sinkronisasi kortikal .
(gelombang listrik yang tajam pada

(Gambar 2, tipikal fase tidur REM(Rapid Eye Movement) pada EEG ditandai
dengan garis merah. Gelombang REM disebut juga paradoksikal karena
frekuensi dan amplitudo sangat mirip dengan fase terjaga, namun tidak terdapat
tonus otot)2.

Selama tidur fase REM, gambaran sangat mengantuk, setiap tidur REM
EEG memperlihatkan adanya berlangsung singkat dan mungkin
desinkronisasi, dan terjadi aktifitas tidak ada. Jadi semakin lama orang
sinkronisasi pada frekuensi tinggi 30- tidur semakin lebih nyenyak
80 Hz (bila gelombang ini muncul, sepanjang malam, tidur REM akan
berarti pasien terjaga). Loncatan semakin meningkat.
periodik pada fase REM juga terjadi,
yang merupakan gambaran tidur Hal-hal yang perlu diingat mengenai
REM, dan tonus otot menurun secara tidur REM adalah :
signifikan dibandingkan dengan tidur a. Tidur REM biasanya
NREM dan terjaga (Chase dan berhubungan dengan mimpi
Morales 1990). yang aktif
b. Pada tidur REM biasanya orang
lebih sukar dibangunkan
C.Karakteristik Tidur REM dan daripada waktu tahap tidur
NREM gelombang lambat.
c. Tonus otot diseluruh tubuh
1). Tidur REM sangat berkurang, dan ini
Sepanjang tidur malam yang normal, menunjukkan adanya hambatan
Tidur REM berlangsung selama 5 yang kuat pada serat-serat
sampai 30 menit dan biasanya proyeks spinal dari area
muncul rata-rata setiap 90 menit, eksitatorik batang otak.
dimana tidur REM yang pertama d. Frekuensi denyut jantung dan
terjadi dalam waktu 80 – 100 menit pernapasan biasanya menjadi
sesudah tertidur. Bila seseorang ireguler, dan ini merupakan sifat

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 260


dari keadaan tidur dengan diseluruh otak meningkat
mimpi. sebanyak 20%. Pada rekaman
e. Walaupun ada hambatan yang EEG terlihat pola gelombang
sangat kuat pada otot-otot otak yang mirip dengan keadaan
perifer, masih timbul juga terbangun. Tidur REM disebut
beberapa gerakan otot yang juga tidur paradoksikal karena
tidak teratur. Keadaan ini hal tersebut bersifat paradoks,
khususnya mencakup yaitu seseorang dapat tetap
pergerakan mata yang cepat. tertidur sedangkan otaknya
f. Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif. ( Guyton, 2000)
sangat aktif dan metabolisme

(Gambar 3. Mekanisme pengaktifan REM-NREM )

2). Tidur NREM D. Mekanisme Persyarafan pada


Tidur NREM disebut juga tidur SWS Siklus Tidur
(Slow Wave Sleep) atau tidur
gelombang lambat. Fase ini ditandai Saat mengalami pergantian fase
dengan tidur yang sangat tenang, tidur, otak mengalami banyak
dimana terjadi penurunan tonus perubahan kegiatan neurokimia.
vaskuler perifer dan fungsi-fungsi Pada fase NREM, sistem kolinergik
vegetatif tubuh. Tekanan darah, subkortikal di batang otak dan
frekuensi napas dan laju forebrain menjadi sangat tidak aktif
metabolisme berkurang 10 sampai (Lydic dan Bagdoyan 1988). Saat
30%. terjadi potensial aksi, kadar
Walaupun tidur gelombang lambat serotonin di neuron-neuron raphe
sering disebut “tidur tanpa mimpi,” dan noradrenergik di neuron lokus
namun sebenarnya pada tahap tidur seroleus juga relatif berkurang
ini sering timbul mimpi, dan kadang- sampai pada tahap terjaga (Shima,
kadang bahkan mimpi buruk terjadi et al 1986). Selama tidur fase REM
pada tipe tidur ini. Perbedaan antara (Gambar3), kedua hormon golongan
mimpi saat fase REM dan SWS amina tersebut sangat dihambat,
adalah bahwa mimpi saat tidur REM sementara sistem kolinergik menjadi
dapat diingat kembali, sedangkan aktif atau lebih aktif daripada saat
mimpi saat tidur SWS biasanya tidak terjaga (Kametami dan Kawamura
dapat diingat. Dengan kata lain tidak 1990, Marossu et al 1995).
terjadi konsolidasi mimpi dalam
ingatan. Mekanisme pengaturan siklus tidur
belum dapat dimengerti secara
mendalam, berikut ini merupakan

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 261


beberapa prinsip-prinsip umum yang 3. Sistem modulasi yang difus
dikemukakan oleh Baer, 2001 : tersebut mengontrol ritme
1. Neuron-neuron yang sangat aktifitas talamus yang kemudian
penting dalam pengontrolan akan mengontrol gelombang-
siklus tidur-terjaga merupakan gelombang EEG di korteks
bagian dari sistem modulasi serebri. Adanya gelombang
neurotransmitter yang bersifat lambat (SWS) mengindikasikan
difus. Neron-neuron modulator di bahwa irama tidur di talamus
batang otak menggunakan mengontrol arus informasi
stimulasi sensoris ke korteks serebri.
2. Noradreanaliin (NA) dan 4. Tidur juga dipengaruhi oleh
Serotonin (5 HT) selama aktifitas jalur asenden sistem
keadaan terjaga dan modulasi difus seperti misalnya
meningkatkan status kesiagaan, pada proses inhibisi aktif neuron-
sementara beberapa neuron neuron motorik selama kita
menggunakan Asetilkolin untuk dalam keadaan mimpi, sehingga
mempertahankan fase REM tidak terjadi respon motorik.
sehingga neuron-neuron
kolinergik dalam keadaan aktif
selama keadaan terjaga.

(Gambar 4. Sistem pengaturan siklus tidur-terjaga)

II. GANGGUAN TIDUR DAN bersifat occasional, tidak dapat tidur


KEMUNDURAN PROSES cukup pada malam hari karena
PERSEPSI sesuatu hal misalnya kerja lembur,
shift malam, mengendarai mobil dan
Respon setiap individu terhadap lain-lain. Pada penelitian diketahui
adanya gangguan tidur (sleep bahwa keadaan kurang tidur pada
deprivation) sangat tergantung pada malam hari yang terus-menerus
derajat gangguan tidur yang dialami menimbulkan rasa mengantuk yang
dan karakter individu. Kebanyakan berkepanjangan, tidak mampu
orang dewasa masih mampu berkonsentrasi melakukan pekerjaan
mentoleransi gangguan tidur yang yang rumit dan hanya dapat

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 262


melakukan aktifitas dasar yang kurang tidur pada malam hari dapat
bersifat rutin. meningkatkan kesiagaan dan
meningkatkan kemampuan logical
Seseorang yang kurang tidur mulai reasoning. Namun efek tidur singkat
mengalami microsleep yaitu periode tersebut hanya tampak segera
tidur yang sangat singkat, yang khas setelahnya dan menghilang dalam
pada lansia. Pada keadaan ini akan beberapa jam kemudian, dan
terjadi penurunan performa secara pengujian hanya melibatkan
umum. Pada keadaan krisis seperti kelompok kecil. Belum diketahui
bencana alam atau perang, apakan tidur siang akan memberikan
seseorang biasanya menjadi mampu efek yang sama pada subyek uji
melakukan pekerjaan yang bersifat yang berbeda usia. Beberapa
krusial selama berhari-hari tanpa penelitian sebelumnya menunjukkan
mengalami gangguan tidur. Namun bahwa tidur siang tidak memperbaiki
kemampuan persepsi dapat performa setelah kondisi kurang tidur
mengalami perubahan atau atau tidak tidur, karena itu tidur siang
penurunan sampai waktu tertentu tidak dapat mengatasi adanya
yang berbeda-beda pada tiap gangguan tidur (sleep deprivation),
individu. namun hanya membantu
memulihkan performa pada
III. EFEK RESTORATIF TIDUR SIANG gangguan tidur yang bersifat parsial.
TERHADAP KEMUNDURAN
PROSES PERSEPSI. Efek restorasi mengacu pada proses
pemulihan kemampuan persepsi
Beberapa penelitian telah setelah suatu rentang waktu tertentu.
dilakukan mengenai efektifitas tidur Kemampuan persepsi pada
siang terhadap pemulihan beberapa kasus menunjukkan
kemampuan persepsi, diantaranya adanya hubungan dengan plastisitas
dilakukan oleh Takahashi dan Arito korteks visual3 dan dibutuhkan tidur
pada tahun 2000, yang melaporkan malam setelah dilakukan post
hasil penelitiannya terhadap subyek training4. Kemampuan persepsi
uji 12 orang mahasiswa yang dalam penelitian ini di wakili oleh
mengalami kurang tidur pada malam TDT (Texture Discrimination Task)
hari (rata-rata hanya tidur 4 jam), atau Kemampuan Diskriminasi
sebelum menjalani tes kesiagaan, Tekstur. Diketahui bahwa
memori dan logical reasoning. kemampuan diskriminasi tekstur,
Subyek uji diberi kesempatan untuk dapat pulih dalam waktu 60-90 menit
tidur siang selama 15 menit setelah setelah tidur siang, ditandai dengan
makan siang (pk. 12.30 s/d 12.45) kemunculan fase SWS dan REM.
kemudian menjalani tes beberapa
kali. Setelah tidur siang, subyek uji Mednick, dkk pada tahun 2002
merasakan rasa kantuk berkurang berdasarkan hasil penelitiannya
dibanding sebelum tidur. Pada saat menyatakan bahwa tidur siang
tes pk 13.30 mereka tercatat hampir sama efeknya dengan tidur
melakukan sedikit kesalahan pada malam selama 8 jam ditinjau dari
logical reasoning, merasa lebih magnitude, sleep stage dependency
segar, dan pada tes memori dan specificity. “Sleep dependent
menunjukkan sedikit sekali performance” dalam 24 jam
perbedaan. Pengujian yang menunjukkan bahwa kemampuan
dilakukan kembali pada sore hari belajar dapat pulih kembali ke normal
tidak menunjukkan skor yang lebih setelah 2 X 24 jam. Ditinjau dari
baik. perubahan fisiologis seperti tekanan
Penelitian diatas darah dan frekuensi napas, tidur
mengindikasikan bahwa tidur siang siang (nap) sama efeknya dengan
yang singkat (brief nap) setelah tidur malam hari dalam hal pemulihan

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 263


kemampuan persepsi (perseptual Tidur siang selama 60-90 menit
task). dimana terdapat fase SWS dan REM
pada rekaman EEG, akan
Rentang yang yang luas dalam memfasilitasi proses belajar pada
proses belajar, baik pada manusia kemampuan diskriminasi tekstur,
maupun hewan membutuhkan “post menunjukkan efek yang sama
training sleep” yang relatif panjang, dengan tidur malam hari6.
agar terjadi proses konsolidasi.
Tergantung pada sifat kemampuan A. Proses Penelitian
persepsi, berbagai tahapan tidur
mempunyai peran dalam proses Indikator kemampuan persepsi yang
konsolidasi tersebut. diobservasi adalah kemampuan
diskriminasi tekstur, dimana untuk
Peningkatan kemampuan persepsi mengidentifikasi terjadinya proses
dapat terjadi dalam periode beberapa belajar, responden dilatih untuk
menit sampai beberapa jam, bahkan melakukan diskriminasi tekstur pada
sampai beberapa hari dan menjadi pukul 09.00 pagi dan diuji pada pukul
stabil (terfiksasi) dalam beberapa 19.00 malam hari di hari pertama,
bulan. Untuk kemampuan kemudian diuji kembali esok harinya
diskriminasi tekstur, subyek uji harus pada pukul 09.00 pagi. Pada
mendiskriminasi target yang muncul percobaan, target yang berupa tirai
dengan cepat pada target yang berukuran 19 X 19 inci yang
dipasang pengganggu (distractor), merupakan garis-garis vertikal
pemulihan awal tampak terjadi di dengan target fiksasi di tengahnya
beberapa menit pertama masa berupa 3 garis diagonal, kemudian
training sedangkan pemulihan setelah diberikan beberapa ISI
lambat terjadi saat tidur pada malam (Interstimulus Interval), dimunculkan
harinya. penutup berupa garis dengan posisi
horizontal dan diagonal.
Baik fase SWS maupun REM Garis diagonal yang terdapat pada
berperan dalam model-2 fase pada bagian kiri bawah kuadran visual,
proses konsolidasi nokturnal dan akan membentuk baris horizontal dan
sangat terkait dengan banyaknya kolom vertikal. Setelah setiap tes,
fase SWS diawal malam (early night) dilihat apakah susunan garis
dan REM di tengah malam (late at diagonal berada dalam barisan atau
night)4. Uji kemampuan persepsi kolom dan apakah target fiksasi
yang dilakukan berulang-ulang pada sentral L atau T. Kemampuan
siang hari memperlihatkan bahwa diskriminasi tekstur didefinisikan
kemunduran kemampuan persepsi sebagai ambang ISI yang diperlukan
secara spesifik pulih kembali dalam oleh responden untuk
waktu 60 menit setelah tidur siang, mendiskriminasi baris/kolom, dengan
ditandai dengan munculnya banyak akurasi 80% .
gelombang SWS yang berarti subyek
uji mengalami deep sleep6. Namun, Semua responden mempunyai waktu
pada rekaman kegiatan otak saat tidur malam rata-rata 7,6 jam ± 2,1
tidur siang, terdapat sedikit fase REM pada satu hari sebelum tes dan 7,5 ±
dan proses pemulihan yang terjadi 1,2 jam pada sebelum hari kedua.
tidak dapat melampaui kemampuan Perbaikan kemampuan persepsi
dasar (basic performance). diukur berdasarkan terjadinya
Kemunduran yang sama terjadi pada penurunan ambang ISI (pukul 09.00
kondisi tanpa tidur, juga tampak pada pagi hari pertama).
tidur malam hari.

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 264


A. Hasil Penelitian6

Kelompok Waktu Tidur siang


(mean ± sd dalam menit)

Grup I Total sleep Time 59,3 ± 6,4


(60 menit) SWS 0,2 ± 2,00
REM 4,2 ± 2,2

Grup II Total Sleep Time 96,3 ± 6,3


(90 menit) SWS 47,2 ± 5,8
REM 25,6 ± 4,1

Grup III Melakukan kegiatan seperti


(kontrol) pada siang hari biasanya

Pada kelompok kontrol, terlihat (P=0,02). Proses kemunduran dari


adanya “expected deterioration” saat training ke uji pertama,
dimana pada pukul 19.00 : 13,7 ms dilakukan dengan interval 8 jam,
> panjang dari ambang ISI dengan sama dengan uji dengan interval 2
P= 0,06. (Gambar 5) terlihat lebih jam.
buruk dibanding kelompok uji

Gambar 5. Pemulihan pada hari yang sama pada kelompok ‘tidak tidur
siang’, kelompok ’60 menit’ dan ’90 menit’, dengan atau tanpa REM dan
SWS, Disebelah kiri: kelompok ‘tidak tidur siang’ menunjukkan kemunduran
pada pk 19.00. Tengah:performance setelah tidur siang, mengalami SWS
tanpa REM tidak terjadi pemulihan maupun kemunduran. Kanan: tidur siang
yang disertai SWS dan REM menunjukkan adanya pemulihan yang
signifikan.

Berdasarkan data diatas disimpulkan SWS dan REM, mengalami


bahwa baik fase SWS maupun REM perbaikan signifikan (10,0 ms,
kemungkinan dibutuhkan dalam P:0,004) (gambar 5 kanan).
proses belajar; pada kelompok ‘60 Sebaliknya, pada kelompok ‘60
menit’ yang mengalami SWS, menit’ yang mengalami SWS tanpa
kelompok yang mengalami REM dan REM, tidak menunjukkan perbaikan
NREM dan ditemukan bahwa pada (1,1 ms, P=0,72) (gambar 5 tengah)
kelompok ‘60 menit’ yang mengalami dan kurang signifikan dibanding

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 265


kelompok ‘60 menit’ mengalami fase kemudian diuji kembali pada kuadran
SWS dan REM (P=0,01). kontralateral pada pukul 19.00
terhadap kelompok ‘90 menit’ yang
Tidur siang yang mengalami fase tidur siang pada pukul 14.00.
SWS dan REM dapat memperbaiki Perbaikan yang bersifat ‘nap
kemunduran yang terjadi, tetapi tidak dependent’, bukan merupakan
memperlihatkan perbaikan secara pengaruh dari overnight
aktual, pada tidur siang yang improvement, sebaliknya saat
mengalami fase SWS dan REM, subyek uji diuji kembali pada pagi
terdapat indikasi bahwa fasevSWS berikutnya, kelompok ‘90 menit’
dapat menyebabkan perbaikan menunjukkan perbaikan tambahan
stabilisasi kemampuan persepsi, 9,7 ms (total 24 jam, 18,1 ms,
sedangkan REM dapat memfasilitasi P<0,0001) dan terjadi perbaikan lebih
perbaikan kemampuan persepsi. besar, dibanding kelompok kontrol.

C. Pengaruh Tidur Siang Pada gambar 6 terlihat bahwa pada


kelompok yang tidak tidur siang,
Penelitian ini ditujukan untuk tampak terjadi kemunduran pada
membandingkan perbedaan pukul 19.00 namun menunjukkan
kemampuan persepsi antara perbaikan ke level normal pada hari
kelompok uji yang tidur siang dan kedua (7,8 ms). Perbaikan ini tidak
tidak tidur siang. Pengujian dilakukan berbeda bermakna dibandingkan
dengan memberikan waktu training dengan kelompok kontrol kedua (24
kepada subyek uji pada pukul 09.00 jam), setelah ditraining pada pukul
pagi pada satu kuadran visual (kiri 09.00 dan diuji ulang 24 jam
bawah atau kanan bawah, secara kemudian tanpa tes intervensi pada
berkebalikan (counterbalance) dan malam harinya (P >0,4)

Gambar 6 . Pemulihan pada kelompok ‘’tidur siang’ dan ‘tidak tidur siang’.
Disebelah kiri, pemulihan terjadi setelah 24 jam training pada uji ulang
kelompok ‘tidak tidur siang’. Pada uji ulang satu kelompok kontrol 24 jam, dan
uji ulang kelompok dua, semua pada pk 09.00 pada hari kedua

Pada kelompok uji yang tidur siang jam, 18,1 ms banding 17,5 ms;
menunjukkan perbaikan 50% lebih dengan P>0,99. Dilakukan secara
besar dibanding kelompok kontrol 24 bersamaan. Secara keseluruhan
jam (18,1 banding 11,8 ms, dengan P hasil tersebut menunjukkan bahwa
= 0,07). Memang, perbaikan setelah tidur siang selama 90 menit dapat
24 jam pada kelompok tidur siang menghasilkan perbaikan kemampuan
menunjukkan perbaikan pada waktu diskriminasi sebaik tidur malam dan
2 X 24 jam (gambar 6) kontrol 48 tidur siang yang diikuti tidur malam

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 266


yang cukup akan memberikan pada area pemrosesan visual yang
manfaat seperti tidur 2 malam. lebih rendah.

Penemuan ini menunjukkan bahwa Dapat disimpulkan bahwa jaringan


tidur siang dapat meningkatkan otak yang terstimulasi oleh aktifitas
pemulihan kemampuan diskriminasi tidur siang secara dini akan
tekstur sama seperti hasil penelitian mengalami perubahan selama tidur
Stickgold dkk terhadap tidur malam siang berupa pemulihan terhadap
yang penuh (8 jam), dari segi terjadinya penurunan kemampuan
magnitude, spesifisitas retinotopik persepsi khususnya dalam
dan sleep state dependency. kemampuan diskriminasi tekstur.
Pemulihan yang sama juga terjadi
setelah 192 menit tidur di awal Walaupun fungsi fase REM pada
malam, dimana subyek rata-rata proses pemulihan tidak dapat
mengalami SWS selama 74 menit dikesampingkan, tampaknya fase
dan REM 24 menit, menunjukkan SWS yang merupakan fase deep
lama REM yang hampir sama sleep mempunyai peran yang lebih
dengan kelompok ‘90 menit’ yaitu besar. Baik fase SWS maupun REM
sebesar 25,6 ms. mempunyai implikasi pada tidur
malam berupa sleep dependent
Tidur siang dapat menimbulkan consolidation atau proses konsolidasi
pemulihan kemampuan persepsi kemampuan persepsi.
secara signifikan dan semakin
membaik setelah 24 jam. Jadi, tidur Tidur siang yang singkat sekitar 15
siang tidak saja memperbaiki menit, efektif sebagai cara pemulihan
kemunduran persepsi yang terjadi, kondisi kurang tidur yang bersifat
namun juga memfasilitasi proses sementara, mengingat efek yang
belajar yang dihasilkan dari suatu ditimbulkan oleh tidur siang sangat
latihan singkat kemampuan singkat dalam meningkatkan
diskriminasi tekstur visual yang kesiagaan, memori dan logical
dilakukan selama 1 jam. reasoning, yakni terjadi selama
sekitar dua jam pertama setelah
KESIMPULAN bangun dari tidur siang tersebut, dan
menghilang sekitar dua jam yang
Berdasarkan hasil penelitian kedua.
terhadap dampak tidur siang dapat
dikatakan bahwa perubahan normal DAFTAR PUSTAKA
kemampuan diskriminasi tekstur,
terjadi pada hari dimana dilakukan 1. Bear MF, Connors BW, Paradiso MA.
Neuroscience: Exploring the Brain.
pemaparan berulang, bahwa Second Edition. Baltimore : Lippincott
perubahan terjadi secara spesifik Williams & Wikins, 2001
pada area visual dan performance
tersebut dapat disempurnakan 2. Pace-Schott EF, Hobson JA (2002). The
dengan tidur siang pada keesokan Neurobiology of sleep. Nat. Review
Neurocsi 3: 591-605.
harinya. Hal itu mempunyai implikasi
penting mengingat bahwa: pertama, 3. Zohary, E, Celebrini, S., Britten, K.H. &
irama sirkadian mempengaruhi Newsome, W.T, Neuronal Plasticity that
perubahan kemampuan persepsi underlies improvement in perceptual
performance. Science 263, 1289-1292
yang merupakan dampak perubahan (1994)
neuronal yang dipicu oleh periode tes
awal. Kedua, area otak yang berada 4. Stickgold, R., James,L & Hobson, J.A.
pada tingkat yang lebih tinggi pada Visual discrimination learning requires
proses visual memberi dampak yang post training sleep. Nat.Neurocsi.2, 1237-
1238 (2000)
kurang spesifik , neuron-neuron yang
terpengaruh kebanyakan terletak

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 267


5. Takahashi, M & Arito, H. Maintenance of 9. Carlsson NR. Physiology of Behavior.
alertness and performance by a brief nap Seventh Edition.Massachussets : A
afer lunch under prior sleep deficit. Sleep Pearson Education Company, 2001.
23, 813-819 (2000) 10.Kandel ER, Scwartz JH, Jessel TM.
Principle of Neural Science. Fourth
6. Mednick, S.C. et al. The restorative effect Edition.New York: Mc Graw Hill, 2001.
of naps on perceptual deterioration. Nat.
Neurocsi.5, 677-681 (2002) 11.Rogers, Naomi L, Dorrian J, Dinges
DF.Sleep, Waking and Neurobehavioral
7. Dinges, D.F. & Broughton, R.J.(eds) Sleep performance. Frontiers in Bioscience 8,
and Alertness: Chronobiological, 1056-1067 (2003)
Behavioral and Medical Aspects of
Napping (Raven, New York, 1989)
12. Tietzel AJ, Lack LC (2001) The Short-
8. Maquet,P. The role of sleep in learning Term Benefits of Brief and Long Naps
and memory. Science 294, 1048-1052 Following Nocturnal Sleep Restriction.
(2001). Sleep.24 (3): 293-300.

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 268

Anda mungkin juga menyukai