Anda di halaman 1dari 10

Golongan Obat Hormonal

Hormon merupakan zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang masuk ke dalam
peredaran darah tanpa saluran untuk mempengaruhi jaringan target secara spesifik. Setiap hormon
memiliki jaringan target yang spesifik karena sel-selnya memiliki reseptor untuk hormon tersebut
(Woro 2016).

Obat-obatan hormon bias didapat dari dua secara, yaitu alamiah dan buatan. Obat hormon
yang didapat secara alamiah diambil dari ternak sapi, babi, dan biri-biri. Namun, hormon-hormon
khas seperti GH (growth hormon), FSH (follicle stimulating hormone), LH (luteinizing hormone)
tidak bisa diambil dari ternak hewan karena tidak efektif kerjanya pada manusia. Penggunaan obat
hormon yang berasal dari hewan dapat menimbulkan reaksi imunologis (Woro 2016).

Sementara obat hormonal buatan diambil dari melakukan rekayasa genetik diulenic acid
(DNA) mikroba yang diarahkan untuk memproduksi rangkaian asam amino yang memiliki urutan
sesuai dengan manusia yang diinginkan. Pembuatan obat homonal dengan metode buatan dapat
memproduksi banyak dalam waktu singkat serta dapat membantu pengadaan hormo yang
jumlahnya terbatas seperti GH dan tidak menimbulkan reaksi imunologis (Woro 2016).

Hormon memiliki analog yang merupakan zat sintetik yang berkaitan dengan hormon
tertentu. Analog hormon sangat mirip dengan hormon alam dan seringkali memiliki sifat yang
lebih menguntungkan dari pada hormon alam seperti masa kerja yang lebih panjang, tahan
terhadap enzim pencernaan dan memberikan efek samping yang lebih ringan (Woro 2016).

A. Obat Kontrasepsi
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Sari 2015). Kontrasepsi hormonal
umumnya mengandung kombinasi progestin dan estrogen atau progesterone saja (Safitri
2020). Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron
memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Sari 2015).
Alat kontrasepsi tersedia dalam berbagai bentuk. Alat kontrasepsi hormonal
terdapat beberapa jenis, yaitu pil oral (pil Kb kombinasi dan pil Kb progestin), IUD (intra-
uterine device), kontrasepsi suntik (Safitri 2020).
1. Pil oral
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh
ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal,
sehingga juga menekan releasing-factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi
(Sari 2015).
a. Pil Kb kombinasi progestin dan estrogen: mengandung kombinasi progestin dan
estrogen. Fungsi pil Kb kombinasi adalah untuk membantu menahan ovarium
untuk memproduksi telur dan menyebabkan adanya perubahan pada lendir
seviks atau leher rahim serta endometrium agar sperma tidak bisa bertemu
dengan sel telur. Pil Kb kombinasi memiliki kelebihan ,
 Mengurangi perdarahan ketika menstruasi.
 Mengurangi gejala pre-menstrual syndrome (PMS).
 Membuat siklus menstruasi menjadi lebih teratur.
 Mengurangi rasa sakit ketika menstruasi.
Selain itu pil Kb kombinasi memiliki kekurangan,
 Meningkatkan resiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular.
 Meningkatkan berat badan.
 Mengganggu produksi ASI (Safitri 2020).
b. Pil Kb progestin: berbentuk pil mini yang mengandung progestin saja dengan
dosis lebih kecil dari pada pil kombinasi. Pil kb progestin dapat membuat lendir
serviks menjadi lebih kental sehingga sel sperma tidak dapat bertemu dengan sel
telur. Selain itu, pil ini juga dapat menahan proses ovulasi meski tidak setiap
saat. Pil Kb memiliki kelebihan,
 Penggunaan lebih mudah dan jika ingin berhenti tidak perlu menunggu
terlalu lama hingga masa subur normal kembali.
 Tidak menimbulkan efek samping hipertensi dan penyakit kardiovaskular.
 Tidak mengganggu produksi ASI.
Kekurangan pil Kb progestin adalah,
 Peningkatan berat badan.
 Siklus menstruasi tidak teratur.
 Tidak membantu mengurangi resiko mengalami penyakit menular seksual
(Safitri 2020).
2. Alat Kb IUD (Intra-uterine device)
IUD merupakan alat kontrasepsi berbentuk seperti huruf T dan cara
penggunaanya adalah dengan dimasukkan ke dalam rahim dan menyisakan sedikit
benang di serviks untuk menandakan posisi alat. IUD terdapat dua jenis, yaitu
hormonal dan non-hormonal. IUD hormonal dapat digunakan selama 5 tahun.
Kelebihan IUD hormon adalah,
 Penggunaan jangka panjang.
 Penggunaan mudah.
 Tidak mengganggu kesuburan.
Kekurangan IUD hormon adalah,
 Posisinya bisa bergeser.
 Dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada akseptor maupun pasangannya.
 Dapat menimbulkan kram dan perdaraahan ketika mens lebih banyak.
3. Kontrasepsi suntik
Kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30%
kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikan dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan. Kontrasepsi suntik bekerja dengan mencegah
ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi, menghambat transportasi
gamet oleh tuba falopi. Terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengandung progestin, yaitu:
a. Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan setiap tiga bulan dengan cara di untik intramuscular (di daerah
pantat).
b. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah bokong) (Sari 2015).
Kontrasepsi suntik memiliki keuntungan,
 Sangat efektif.
 Pencegah kehamilan jangka panjang.
 Efek samping minimum.
Kekurangannya adalah,
 Gangguan menstruasi.
 Leukhorea (keputihan)
 Galaktorea.
 Jerawat.
 Rambut rontok.
 Perubahan berat badan.
4. Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi implant merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang dapat
digunakan selama 3-5 tahun. Implant dapat digunakan oleh semua ibu dalam usia
reproduksi. Terdapat 3 jenis implant,
a. Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,
dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama
kerjanya 5 tahun.
b. Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,
dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Penggunaan kontrasepsi implant dapat membuat lendir serviks menjadi
kental, mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi, mengurangi transportasi sperma, dan menekan ovulasi (Sari 2015).
Kelebihan dari pemakaian kontrasepsi implant adalah merupakan
kontrasepsi jangka panjang, memiliki efektifitas tinggi, pengembalian tingkat
kesuburan cepat, dan mengurangi nyeri menstruasi (Samiadi 2017).
Kekurangan dari penggunaan Kb implant adalah menstruasi menjadi tidak
teratur atau bahkan tidak menstruasi sama sekali, darah menstruasi menjadi lebih
banyak atau menjadi sedikit, berat badan bertambah, jerawat (Samiadi 2017).

B. Obat Infertilitas
Obat infertilitas merupakan salah satu pilihan dalam mengatasi kemandulan atau
infertilitas. Sedangkan kasus infertilitas sendiri dapat terjadi akibat banyak faktor.
Infertilitas dapat terjadi pada siapa saja (Adrian 2015).
Obat kesuburan untuk merangsang ovulasi. merupakan perawatan utama bagi
perempuan yang tidak subur akibat gangguan ovulasi. Obat-obatan ini akan mengatur atau
merangsang ovulasi. Misalnya, obat jenis clomifene atau tamoxifen akan membantu
memulai ovulasi atau membuatnya menjadi teratur (Adrian 2015).
Berikut merupakan obat-obat yang dapat membantu menangani infertilitas,
1. Clomiphene Citrate
Clomiphene adalah obat yang bekerja merangsang kerja kelenjar pituitari untuk membuat
FSH (follicle stimulating hormone). Hormon ini berperan untuk merangsang sel telur agar
cepat matang. Obat ini akan membuat mempercepat proses ovulasi. Obat ini sering
digunakan untuk wanita yang memiliki sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau masalah
lain dengan ovulasi (Setiawan 2016).
Dosis awal obat clomiphene citrate adalah 50 miligram sehari selama lima hari berturut-
turut. Obat ini berbentuk pil dan harus diminum pada hari ketiga, keempat, atau kelima,
setelah mulai mengalami menstruasi. Efek samping obat ini adalah hot flashes, perut
kembung dan terasa sakit, berat badan naik, sakit kepala, perubahan mood, mual. Pusing,
payudara jadi lebih sensitif, vagina kering, dan perdarahan menstruasi yang tidak normal
(Setiawan 2016).
2. Gonadotrophins
Gonadotrophins adalah obat penyubur kandungan yang terbuat dari luteinising hormone
(LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Kombinasi kedua zat ini bekerja
mempercepat kematangan sel telur. Obat ini digunakan dengan cara disuntikkan ke dalam
tubuh. Cara kerja gonadotropin sama seperti clomid. Namun, obat ini hanya digunakan
untuk wanita dengan PCOS yang tidak ampuh dengan obat penyubur kandungan lain atau
wanita yang menjalani bayi tabung. Kemungkinan efek samping obat penyubur kandungan
gonadotropin adalah:
 Sakit kepala
 Mual dan sakit perut
 Infeksi saluran pernapasan
 Perut kembung
 Muncul jerawat
 Perubahan mood
 Berat badan naik
 Rasa nyeri dan kemerahan pada bagian tubuh yang disuntik
 Pusing
 Perdarahan menstruasi yang tidak normal (Setiawan 2016).
3. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Obat penyubur kandungan agar cepat hamil bernama hCG ini biasanya digunakan
bersamaan dengan obat kesuburan lain, untuk memicu indung telur melepaskan sel telur
(Setiawan 2016).
4. Folicle-Stimulating Hormone (FSH)
Obat ini memicu pertumbuhan sel telur di dalam ovarium. Cara penggunaan obat ini
disuntikkan di beberapa bagian tubuh, seperti perut, lengan atas, paha atas, atau bokong.
Ketika menjalani program ini, di hari ketiga, darah berwarna merah terang mengalir selama
7-12 hari. Keberhasilan suntikan ini, 50 persen dari mereka berhasil hamil. Untuk efek
samping cenderung ringan, seperti memar atau bengkak di bagian tubuh yang disuntik.
Obat ini juga memungkinkan untuk hamil kembar (Setiawan 2016).
C. Obat Penahan Menstruasi
Obat penahan/penunda menstruasi ini biasanya digunakan untuk keperluan ibadah
dan liburan. Namun, selain untuk keperluan tersebut ada juga beberapa kondisi yang
menjadi penyebab penggunaan obat penunda menstruasi, yaitu
1. Gangguan menstruasi, misalnya menstruasi berlebihan, terasa sakit, dan berlangsung
lama.
2. Berencana berbulan madu.
3. Ingin fokus dan konsentrasi menghadapi ujian.
4. Kondisi medis tertentu yang menimbulkan gejala yang berat ketika menstruasi seperti
endometriosis dan anemia (Adrian 2020).

Sebaiknya, obat penahan/penunda menstruasi digunakan berdasarkan saran dokter agar


dokter agar dapat diberikan obat yang cocok dengan pemakai. Berikut merupakan jenis-
jenis obat penahan/ penunda menstruasi, (Luqmanah 2018).

1. Obat hormon kombinasi


Obat ini merupakan obat yang tersedia di pasaran dan merupakan obat yang cukup
efektif. Obat ini anjurannya dikonsumsi setelah selesai menstruasi. Penggunaan pil ini
secara mendadak dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti perdarahan
seperti menstruasi, erupsi pada kulit, dan reaksi alergi terhadap unsusr progesterone.
Obat ini memiliki kadar estrogen yang cukup tinggi dan dapat menimbulkan efek
samping yang cukup berat (Luqmanah 2018).
2. Progestagen
Obat oini merupakan obat yang paling seing disarankan oleh para dokter. Namun,
sering terjadi kesalahan dalam pemberian instruksi cara pemakaian dapat mengurangi
efektivitas obat. Terdapat 3 jenis progestogen, (Luqmanah 2018).
a. Levonogestrel: ini merupakan progestogen yang paling sering digunakan.
Penggunaannya adalah 7 hari sebelum menstruasi dan efektivitasnya menurun jika
digunakan lebih dari itu. Obat ini dapat menimbulkan efek samping sevalgia atau
vertigo, gangguan pengelihatan, meningkatnya nafsu makan dan penambahan berat
badan, dll (Luqmanah 2018)..
b. Linesterenol: merupakan progesterone sintetik dengan kekuatan sedang dan
memiliki efek estrogenic sehingga efektif dalam dosis rendah. Digunakan dengan
cara konsumsi dua kali sehari secara teratur sejak hari kelima menstruasi untuk
menghambat folikel degraf dan lonjakan LH. Efek samping penggunaan obat ini
adalah rasa tegang di payudara dan meningkatnya nafsu makan (Luqmanah 2018).
c. Mendroksi progesteon: hormon ini memiliki 3 dosis yaitu 2,5 mg, 5 mg, dan 10 mg.
Hormon ini baru efektif setelah tiga bulan pemakaian jadi penggunaanya adalah
tiga bulan sebelum waktu yang diharapkan efeknya terjadi. Obat ini sebaiknya
dikonsumsi setelah selesai menstruasi. Penggunaan obat ini dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan efek samping berupa peningkatan berat badan, retensi
cairan, payudara tegang, sefalgia, lambung terasa penuh, kurang bersemangat, dan
depresi (Luqmanah 2018).

Obat ini tidak boleh digunakan pada ibu menyusui, wanita yang sedang menjalani
pengobatan tertentu, Penderita kondisi medis tertentu, seperti kanker payudara,
perdarahan vagina, pembekuan darah.

D. Obat Penghenti atau Penambah ASI


1. Bromocriptine
Bromocriptine adalah obat yang digunakan untuk menghambat atau
mengurangi produksi ASI karena alasan medis tertentu. Obat ini juga berguna untuk
mengatasi sejumlah kondisi, seperti kemandulan, galaktorea (keluarnya ASI dari
puting yang tidak terkait produksi susu normal saat menyusui), dan gangguan
menstruasi (misalnya amenorrhea) yang disebabkan kadar prolaktin berada di atas
normal. Bromocriptine bekerja dengan cara menekan produksi hormon prolaktin.
Pemberian bromocriptine dalam jangka panjang dapat menangani prolaktinoma, yaitu
tumor jinak di kelenjar hipofisis (pituitari). Dosis yang diberikan biasanya cukup
rendah (Willy 2015).
Efek samping penggunaan obat ini adalah mengantuk, mual dan muntah, pusing
atau sakit kepala, sulit buang air besar (konstipasi), diare, hidung tersumbat, mulut
kering, nyeri perut, kram kaki pada malam hari, hilang nafsu makan, nyeri atau
kesemutan di jari tangan atau kaki ketika cuaca dingin, dan depresi. Karena itu
penggunaan obat ini harus diperhatikan benar-benar instruksi dari dokternya (Willy
2015).
2. Domperidone
Domperidone termasuk golongan antagonis reseptor dopamin D2. Obat ini
biasa dikenal sebagai prokinetik dan antiemetik. Secara klinis obat ini juga bermanfaat
untuk terapi refluks gastroesofageal, gastroparesis diabetik, dan dispepsia kronis.
Beberapa peneliti mulai melihat manfaat lain domperidone, yaitu sebagai
galactogogue. Penelitian terkini membuktikan bahwa obat tersebut efektif
meningkatkan produksi ASI melalui kerjanya sebagai penghambat reseptor dopamin.
Selain itu, domperidone juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan galactogogue
lain seperti metoclopramide, chlorpromazine, sulpiride, hormon oksitosin, dan hormon
pertumbuhan. Dosis domperidone dalam penggunaan adalah 30-60 mg/ hari dan
maksimal pemberian adalah 80 mg/hari (William dan Carrey 2016).
Efek samping yang sering terjadi antara lain nyeri kepala, rasa haus, mulut
kering, diare, kram perut, dan kemerahan kulit. Pada pasien dengan kondisi tertentu
seperti riwayat aritmia jantung (takiaritmia dan pemanjangan interval QT) dan
pengguna obat antiaritmia, efek samping yang perlu diwaspadai yaitu pemanjangan
interval QT pada elektrokardiografi, sehingga dapat memicu Torsades de Pointes atau
aritmia lain (William dan Carrey 2016).

Dafpus

Adrian, Kevin. 2015. Penanganan Infertilitas.

Adrian, Kevin. 2020. Obat-Obatan penunda Haid.

Luqmanah, Dewi. 2018. Pemahaman Masyarakat tentang Hukum Meminum Obat Penunda Haid
Pada Wanita untuk Menjalankan Puasa Ramadhan.

Safitri, Tania. 2020. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Beserta Kelebihan dan Kekurangannya.

Sari, Hesti Fajar. 2015. Hubungan Penggunaan dan Lama Penggunaan Jenis Kontrasepsi
Hormonal dengan Kejadian Keputihan pada Akseptor Keluarga Berencana di Wilayah Kerja
Puskesmas Kartasura Sukoharjo.

Setiawan, Andreas Wilson. 2016. Pilihan Obat Penyubur Kandungan Agar Cepat Hamil.

Siamiadi, Lika Aprillia. 2017. Cara Kerja dan Efek Samping Kb Implan.

William, Vicencius dan Cerrey Michael. 2016. Domperidone untuk Meningkatkan Produksi Air
Susu Ibu (ASI).
Willy, Tjin. 2015. Bromocriptine.
Woro, Sujati. 2016. Farmakologi. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai