Anda di halaman 1dari 36

Oleh: Andi Wahyuningsih Attas

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS
 Tempat/tgl Lahir : Ternate, 2 Agustus 1957
 Agama : Islam
 Alamat Rumah : Ozone Residence H6, Jln YRS III  ORGANISASI
Pesanggrahan Bintaro Jakarta Selatan • Periode 2018-2021 Ketua Asosiasi
 Alamat Kantor : Jl. RS. Fatmawati Cilandak, Jakarta 12430 RS Pendidikan Indonesia (ARSPI)
 Telp : 021-7501524 Ext 1302 • Periode 2016– 2019 Ketua Umum PP PERDATIN
 HP : 08161817771 (Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan
 Email : andiyoen.attas@gmail.com Terapi Intensif Indonesia)
 RIWAYAT PENDIDIKAN • Periode 2016-2019 Ketua PDMMI (Perhimpunan
1987 : Sarjana Kedokteran Universitas Hasanudin Dokter Manajemen Medik Indonesia)
1998 : Spesialis Anestesi Universitas Indonesia • Periode 2013– 2016 Ketua Umum PP PERDATIN
2012 : Konsultan Intensive Care Universitas Padjajaran Bandung (Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan
2013 : Magister Administrasi Rumah Sakit UI Terapi Intensif Indonesia)
• Periode 2012 – 2015 Ketua Asosiasi Rumah Sakit
 RIWAYAT PEKERJAAN Vertikal Indonesia (ARVI)
 Anggota KSM Anesthesi dan Terapi Intensif RSUP Fatmawati
 Direktur Utama RSUP Fatmawati (Feb 2011- Juni 2017) • Periode 2011 – 2012 Ketua Asosiasi Rumah Sakit
 Direktur Medik Spesialistik Direktorat Bina Pelayanan Medik Vertikal Indonesia (ARVI)
Spesialistik Kementerian Kesehatan RI (2010 – 2011)
 Direktur Umum, Pendidikan dan SDM RSUP Fatmawati (2005-2010)
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
 Definisi:
 Suatu reaksi hipersensitivitas sistemik yang serius dan mengancam nyawa
 Suatu reaksi alergi yang memiliki onset sangat cepat dan serius

 “a serious, life-threatening generalized or systemic hypersensitivity reaction” and


“a serious allergic reaction that is rapid in onset and might cause death.” –
Worldwide definition

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


 Algoritma WAO:
 Merupakan algoritma yang dibuat oleh federasi internasional karena merasa
pentingnya suatu alur baku global untuk anafilaksis
 Alur baku ini juga digunakan untuk dokumentasi global diagnosis dan tatalaksana
kasus anafilaksis
 Alur baku WAO juga memberikan tinjauan mengenai faktor risiko untuk anafilaksis
berat, co-faktor yang memperberat anafilaksis
 Meninjau populasi khusus seperti wanita hamil, balita, dan populasi geriatri
 Merupakan alur baku yang menitikberatkan pada penanganan dasar, walau pun di
tempat yang memiliki sumber daya minimum

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
 Faktor- faktor yang
mempengaruhi fatal/ tidaknya
suatu episode anafilaktik ternyata
hampir sama di seluruh dunia:
 Faktor usia
 Penyakit penyerta seperti asma dan
penyakit sistem respirasi kronis
lainnya
 Penyakit kardiovaskular
 Mastocytosis atau kelainan clonal
mast
 Penyakit atopik seperti rhinitis
alergi
 Medikasi: betaadrenergic blockers,
ACE inhibitors

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
 Co faktor bersifat augmentatif:
 Latihan/ olahraga (Excercise Induced)
 Makanan spesifik (gandum/ omega-5
gliadin,kerang, seledri), atau makanan
lain yang tidak spesifik.
 Konsumsi ethanol dan NSAID(
meningkatkan permeabilitas intestinal
dan penyerapan allergen)
 Co faktor bersifat amplifikatif:
 ISPA dan infeksi lainnya, demam
 Stres emosional, travelling perubahan
rutinitas lainnya
 Status premenstrual pada wanita

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
 Banyak dari pemicu anafilaksis
bersifat universal
 Bebera pemicu spesifik, misal:
 Di amerika Utara, Eropa, dan Asia:
 Susu
 Telur ayam
 Kacang,
 Kerang, dan ikan
 Di beberapa negara Eropa lainnya:
Peach
 Timur Tengah: Wijen
 Asia: Gandum, nasi, Sup sarang
burung

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


 Gigitan serangga
 Obat- obatan seperti
antimicrobial, antiviral, dan
anti- fungal (yang sering di
Indonesia, golongan
penicilin,dan obat- obatan
antituberculosis)
 NSAID secara global sering
menyebabkan anafilaksis

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


 Obat kemoterapi
 Zat diagnostik seperti media radiokontras
atau zat fluorescein
 Obat perioperatif seperti suxamethonium,
rocuronium, dan NMBA lainnya;;
thiopental, propofol, ,opioids,
antimicrobials, protamine,
 Chlorhexidine, latex, koloid .
 Natural rubber latex (NRL) yang terdapat
pada: Masker jalan nafas, ETT, cuffs, dan
stetoskop, sarung tangan, kateter, turniket,
 NRL di komunitas: sarung tangan, kondom,
balon, mainan, perlengkapan olahraga.

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


 IgE dependant
 Direct mast Cell Activation
 Idiopathic Anaphylaxis
 Idiopathic anaphylaxis didiagnosa
ketika tidak adanya pemicu yang
dapat diidentifikasi setelah
anamnesa riwayat yang mendetil,
dilakukannya allergen skin tests,hasil
serum IgE yang jelas menandakan
reaksi alergi dan pada pasien
tertentu, telah dilakukan tes
provokasi

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
 Kesulitan dalam diagnosa anafilaksis:
 Pasien dengan gangguan penglihatan/ pendengaran, penyakit neurologis,
gangguan psikiatris, Kelainan spektrum autisme, ADHD, gangguan kognitif
 Adanya penggunaan medikasi terkait sistem saraf pusat: sedatif, hypnotik,
antidepresan, generasi pertama antihistamin.
 Pasien dengan penyakit penyerta asma,COPD, CHF,yang gejalanya menyerupai
anafilaktik

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
 Anafilaksis merupakan kegawatdaruratan medis
 Manajemen perlu dilakukan secara sistemik
 Setelah Asesmen awal, langsung masuk ke protokol:
 Hilangkan paparan terhadap zat pemicu sebisa mungkin( medikasi terapeutik atau diagnostik
perlu pertimbangan khusus)
 Segera asses: Airway, Breathing, Circulation, mental status, kulit pasien dan berat badan.
 Segera setelahnya, atau secara simultan:
 Panggil bantuan, injeksi Epinephrine IM di paha mid-anterolateral
 Posisikan pasien dengan posisi yang nyaman untuk pasien bernafas
 Elevasi tungkai bawah
 Berikan segera sesuai indikasi:
 O2 Suplemenal
 Pasang kateter IV dan berikan cairan
 Lakukan CPR
 Pantau TTV pasien secara berkala, EKG, atau monitor invasiv lainnya

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
 WHO menyatakan epinefrin esensial untuk tatalaksana anafilaksis.
 Epinefrin bersifat life saving karena efek vasokonstriksi alpha-1 adrenergik di
seluruh tubuh dan karena mampu untuk membuka obstruksi saluran nafas terkait
edema mukosa, sekaligus mengatasi hipotensi.
 Kemampuan lainnya yang berguna pada kasus anafilaktik, adalah sifat inotropik
dan kronotropik agonis beta-1, meningkatkan kemampuan pompa jantung
 Dan sebagai agonis beta-2 adrenergic yang menurunkan pelepasan mediator,
menyebabkan bronkodilatasi dan mengurangi urtikaria

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


 Diinjeksi secara IM di paha area mid-anterolateral
 Dosis0.01 mg/kg dengan pengenceran 1:1,000 (1 mg/mL) .Max: 0.5 mg pada dewasa (0.3
mg anak- anak)
 Dapat diulang setiap 5- 15 menit. Respon dapat dilihat setelah 1 x pemberian. Walaupun
beberapa pasien membutuhkan 2 dosis atau lebih

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
 Pada pasien yang tidak segera mengalami perbaikan setelah algoritma dasar,
segera konsultasikan dengan tim spesialis.
 Intubasi
 Intubasi dilakukan oleh petugas medis yang berpengalaman
 Kesulitan: Edema Mukosa, lidah, angioedema.
 Berikan preoksigenasi

 Ventilasi mekanik dapat digantikan dengan bag dan suplemen oksigen( untuk
daerah yang belum terdapat ventilasi mekanik)

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


 Penggunaan vasopresor
 No clear superiority of dopamine, dobutamine, norepinephrine, phenylephrine, or
vasopressin (either added to epinephrine alone, or compared with one another), has
been demonstrated in clinical trials.
 Glucagon dapat digunakan pada pasien yang mengalami hipotensi namun sedang
menggunakan beta- adrenergic blocker dan tidak respon terhadap epinefrin.
 Penggunaan antikolinergik
 Atropin dapat digunakan pada pasien bradycardia.
 Ipratroprium dapat digunakan kepada bronchospasme yang resisten terhadap epinefrin

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


 Pada ibu hamil, penanganan sama dengan pasien biasa.
 Pada balita, penanganan sama dengan usia dewasa, namun perlu memperhatikan
dosis. Balita tidak mampu mendeskripsikan gejala dari overdosis epinefrin,
sehingga perlu diperhatikan baseline tekanan darah. Edema pulmonal dapat
dimanifestasikan lewat batuk dan distres pernafasan.
 Manajemen pada pasien geriatri lebih sulit karena adanya penyakit kardiovaskular
penyerta dan low cardiac reserve

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai