Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leaching merupakan proses pengambilan logam berharga secara selektif dari
bijih dengan leaching agents sehingga didapatkan suatu larutan kaya. Leaching juga
bertujuan menaikan kadar dari bijih. Dalam melakukan leaching menurut Habashi
1982 ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Leaching agents sebaiknya dapat diregenerasi agar bernilai ekonomis.
2. Leaching agents harus murah dan mudah didapat
3. Material umpan harus bebas dari mineral-mineral lempung
4. Leaching agents bersifat tidak beracun, tidak mudah terbakar dan tidak korosif
5. Material umpan harus bersifat porous sehingga leaching agents mudah kontak
dengan material umpan Produksi tembaga 20% dilakukan secara
hidrometalurgi, 80% dilakukan secara pirometalurgi dan elektrometalurgi.
Tembaga adalah salah satu dari sekian banyak macam mineral kelas menengah
yang penggunaan relatif lebih banyak ketimbang logam mineral yang lain. Sebagai
contoh sederhana, tembaga identik dengan kabel, karena tembaga adalah penghantar
listrik terbaik (sampai saat ini). Seluruh alat elektronik menggunakan kabel sebagai
media penghantar listriknya.
Dan masih banyak lainnya peralatan-peralatan yang menggunakan kabel sebagai
media penghantar arus listriknya. Tembaga di alam ditemukan dalam bentuk bijih
yang bermacam-macam. Teknik leaching yang bisa digunakan untuk tembaga
menurut Habashi 1982 yaitu:. Insitu Leaching Insitu leaching disebut juga sebagai
leaching in places.
Teknik leaching ini merupakan teknik yang paling tua dan sederhana serta
diterapkan pada sisa-sisa penambangan. Jadi dapat dikatakan produk yang dihasilkan
merupakan produk sampingan (by product). Waktu yang diperlukan sangat lama atau
skala tahunan dan terutama diterapkan untuk bijih tembaga berkadar rendah. Teknik

1
leaching ini dilakukan di Miami Copper Company (Arizona) untuk melarutkan
tembaga dari bijih dengan kadar 0,15% tembaga dengan waktu 10-15 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa saja jenis-jenis leaching ?
2) Bagaiman proses produksi tembaga?
3) Bagaimana proses leaching pada produksi tembaga ?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui jenis-jenis leaching.
2) Mengetahui proses produksi khususnya tembaga.
3) Mengetahui proses leaching pada produksi tembaga.

1.4 Manfaat
1) Dapat mengetahui jenis-jenis leaching dan perbedaannya.
2) Dapat mengetahui proses produksi tembaga khususnya pada tahap leaching.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Tembaga


Tembaga adalah salah satu dari sekian banyak macam mineral kelas
menengah yang penggunaan relatif lebih banyak ketimbang logam mineral yang lain.
Sebagai contoh sederhana, tembaga identik dengan kabel, karena tembaga adalah
penghantar listrik terbaik (sampai saat ini). Anda semua pasti tahu betapa bergunanya
kabel itu. Seluruh alat elektronik menggunakan kabel sebagai media penghantar
listriknya. Dan masih banyak lainnya peralatan-peralatan yang menggunakan kabel
sebagai media penghantar arus listriknya.
Tembaga di alam berupa batu. Batuan mineral. Di alam batu tembaga atau
pada istilah penambang disebut Cu Ore, jenisnya sangat beragam. Jenis-jenis tembaga
tersebut dapat ditinjau dan dikenali dengan melihat dari ikatan-ikatan kimianya.
Jenis-jenis tembaga tersebut dilihat dari ikatan kimianya adalah sebagai berikut :
1. Jenis ikatan Sulfida : Chalcopyrite, bornite, covelite, chalcocite, dll.
2. Jenis ikatan Oksida : Cuprit, Tenorite.
3. Jenis ikatan Carbonat : Malchite, Bornite, dll.
4. Native atau sudah menjadi tembaga di dalam batuan.
Tembaga berwarna coklat keabu-abuan dan mempunyai struktur kristal FCC.
Tembaga ini mempunyai sifat sifat yang sangat baik yakni; sebagai penghantar listrik
dan panas yang baik, mampu di tempa, duktil dan mudah dibentuk menjadi plat-plat
atau kawat. Bijih-bijih tembaga dapat diklasifikasikan atas tiga golongan;Bijih
Sulfida, Bijih Oksida.Bijih murni (native).

3
Dari jenis-jenis ikatan tersebut bisa ditentukan jenis proses yang cocok
dengan karakter ikatan tersebut. Misal ikatan carbonat tentu berbeda dengan proses
tembaga native. Jika jenis native maka tidak perlu repot, karena tinggal smelting,
beres. Tetapi untuk tembaga jenis ini cukup jarang di jumpai di Indonesia.
Untuk jenis ikatan carbonat ini, contohnya malchite. Malchite dengan rumus
kimia CuCO3. Untuk mendapatkan Cu (copper/tembaga) murni Untuk memecah
ikatan kimia tersebut dibutuhkan alat maupun bahan penunjang. Bahan penunjang
pada malchite yang paling utama adalah kimia. Jenis kimia yang dipakai banyak
sekali dan sangat mudah dibeli di pasaran. Setelah di campur kimia atau istilah yang
biasa dipakai Leaching.
Setelah melalui proses Leaching, mendapatkan cairan tembaga berwarna biru
atau hijau (tergantung tingkat kadar prosentase tembaga yang terkandung dalam
batuan tembaga yang kita proses tadi). Setelah terdeteksi bahwa hasil dari Leaching
tersebut sudah tidak mengandung tembaga lagi, maka kita bisa mulai proses
berikutnya, yaitu mengambil logam tembaga dari cairan hasil Leaching yang biasa di
sebut dengan istilah Cementation. Penarikan atau Cementation ini bisa menggunakan
berbagai metode. Bisa menggunakan kimia, bisa menggunakan logam. Proses-proses
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan kimia. Kalau menggunakan kimia, tinggal mencampur kimia
tersebut ke seluruh cairan tembaga terus diaduk-aduk, kemudian di tunggu
beberapa jam maka cairan tersebut akan menggumpal, lalu tinggal disaring dan
kemudian dikeringkan. Setelah kering bentuknya sepeti keripik berwarna biru.

4
Perlu diperhatikan tingkat kekeringan harus benar-benar kering, karena jika belum
terlalu kering maka akan mempengaruhi proses berikutnya.
2. Menggunakan logam. Menggunakan logam ini juga relatif mudah. Hanya tinggal
mencampurkan logam ke dalam cairan tembaga dan tinggal menunggu hasilnya.
Tetapi menggunakan logam ini lebih bagus, karena hasil yang terbentuk sudah
berupa serbuk tembaga dengan warna khas tembaga.
2.2. Proses Produksi Tembaga
Pembuatan tembaga dilakukan dalam beberapa tahap. Tembaga terikat secara
kimia di dalam bijih pada bahan yang disebut batu gang. Untuk mengumpulkan bijih-
bijh itu biasanya dilakukan dengan membersihkannya dalam cairan berbuih, di mana
di situ ditiupkan udara. Ikatan tembaga dari bijih yang digiling sampai halus
dicampur dengan air dan zat-zat kimia sehingga menjadi pulp (bubur) pada suatu
bejana silinder.
Zat-zat kimia (yang disebut Reagens) berfungsi untuk mempercepat
terpisahnya tembaga. Pada bubur tersebut ditiupkan udara atau gas sehingga timbul
buih yang banyak. Bagian-bagian logam yang kecil sekali melekat pada gelembung
udara atau gas tersebut. Di situ terdapat semacam kincir yang berputar dengan
kecepatan sedemikian rupa sehingga gaya sentrifugal melemparkan buih tersebut
dengan mineral keluar tepi bejana sehingga terpisah dari batu gang.
Setelah proses tersebut logam dihilangkan airnya. Proses selanjutnya adalah
pencarian di dalam suatu dapur mantel dengan jalan membakarnya dengan arang
debu. Di sini dapat dipisahkan zat asam dan batu-batu silikon dan besinya
dioksidasikan menjadi terak yang mengapung pada copper sulifida.
Pengolahan tembaga selanjutnya adalah dengan membawa isi dapur (yang
disebut matte) ke konverter mendatar. Di sini belerang akan terbakar oleh arus udara
yang kuat. Kemudian tembaga yang disebut blister sekali lagi dicairkan di dalam
sebuah dapur anode. Dalam proses ini (yang disebut polen) terjadi proes pengurangan
zat asam. Proses selanjutnya adalah pencarian di dalam suatu dapur mantel dengan
jalan membakarnya dengan arang debu. Di sini dapat dipisahkan zat asam dan batu-

5
batu silikon dan besinya dioksidasikan menjadi terak yang mengapung pada copper
sulifida.
Pengolahan tembaga selanjutnya adalah dengan membawa isi dapur (yang
disebut matte) ke konverter mendatar. Di sini belerang akan terbakar oleh arus udara
yang kuat. Kemudian tembaga yang disebut blister sekali lagi dicairkan di dalam
sebuah dapur anode. Dalam proses ini (yang disebut polen) terjadi proes pengurangan
zat asam. Di bawah ini adalah deskripsi singkat dari jalan.
1. Pertambangan
Awal penambangan tembaga adalah menambang bijih sulfida dan oksida
melalui menggali atau peledakan dan kemudian menghancurkan ke ukuran yang lebih
kecil.
2. Penggilingan
Bijih hancuran pertambangan adalah bola atau batang-digiling dalam jumlah
besar, berputar, mesin silinder sampai menjadi bubuk biasanya mengandung kurang
dari 1 persen tembaga. Bijih sulfida dipindahkan ke tahap berkonsentrasi, sementara
bijih oksida yang diarahkan ke tangki pencucian.
3. Berkonsentrasi
Sulfida dalam tembaga sekitar 15%. . Air didaur ulang. Tailing (impurities)
yang mengandung oksida tembaga yang diarahkan ke tangki pencucian atau
dikembalikan ke daerah sekitarnya. Setelah tembaga telah terkonsentrasi dapat
berubah menjadi katoda tembaga murni dalam dua cara yang berbeda: Pelucutan &
electrowinning atau peleburan dan pemurnian elektrolitik.
4 a. Leaching
Oksida bijih dan tailing tercuci oleh larutan asam lemah, menghasilkan solusi
tembaga sulfat lemah.

b.Peleburan
Beberapa tahap mencair dan memurnikan hasil kadar tembaga, berturut-turut,
dalam matte, melepuh dan, akhirnya, tembaga murni 99%. Tembaga daur ulang

6
memulai perjalanannya untuk menemukan penggunaan lain dengan menjadi
resmelted.

Peleburan tembaga melibatkan tiga langkah:


 Roasting - Bijih konsentrat dipanggang atau dipanaskan untuk menghilangkan
sulfur dan kelembaban.
 Smelting - Tembaga konsentrat dicampur dengan silika (pasir) dan kapur
kemudian dipanaskan dalam tungku untuk membentuk dua bercampur (secara
alami memisahkan) lapisan. Satu lapisan adalah limbah yang terdiri dari besi dan
senyawa silika dan dibuang sebagai terak. Sekitar 75% dari konsentrat tembaga
berakhir sebagai terak. Lapisan lain yang disebut "matte tembaga" terdiri dari
tembaga, besi sulfida, dan logam lainnya.
 Konversi - tembaga Matte ditransfer ke konverter, di mana silika lebih yang
ditambahkan untuk membantu memisahkan menjadi copper slag yang kaya, yang
kembali ke crusher, dan "tembaga blister," yang dikirim ke tungku untuk casting.
5 a. Elektrowining (SX / EW)
Tembaga diperlakukan dan dipindahkan ke tangki proses elektrolisis. Ketika
bermuatan listrik, ion tembaga murni bermigrasi langsung dari solusi untuk pemula
katoda yang terbuat dari foil tembaga murni. Logam mulia dapat diekstraksi dari
solusi.

b. Electrolytic Refining
Anoda dilemparkan dari tembaga hampir murni direndam dalam bak
asam. Ion tembaga murni bermigrasi elektrolitik dari anoda ke "lembar starter" yang
terbuat dari foil tembaga murni di mana mereka deposit dan membangun ke katoda
300 pon. Emas, perak dan platinum dapat pulih dari mandi digunakan.

6. Katoda Tembaga Murni


Katoda dari 99,9% kemurnian dapat dikirim sebagai mencair saham untuk
pabrik atau pengecoran. Katoda juga dapat dilemparkan ke batang kawat, billet, kue

7
atau ingot, pada umumnya, seperti tembaga murni atau paduan dengan logam
lain.Katoda diubah menjadi:
 Kawat Rod - digulung batang sekitar 1/2 "dengan diameter yang ditarik oleh
pabrik kawat untuk membuat kawat tembaga murni dari semua pengukur.
 Billet - log 30 ', sekitar 8 "diameter, dari tembaga murni yang digergaji ke dalam
panjang pendek yang diekstrusi dan kemudian ditarik sebagai stok tabung, batang
dan bar ukuran bervariasi banyak dan bentuk Rod saham dapat digunakan untuk
menempa..
 Cake - lembaran tembaga murni, umumnya sekitar 8 tebal dan sampai 28
'panjang, mungkin panas-dan cold-rolled untuk menghasilkan pelat, lembaran,
strip dan foil.
 Ingot - Bricks dari tembaga murni dapat digunakan oleh pabrik untuk paduan
dengan logam lain atau digunakan oleh pengecoran untuk casting.

Proses pemurnian bijih tembaga : Proses pemurnian bijih tembaga dapat


dilakukan dengan dua cara;
A. Proses Pyrometallurgy
Proses ini menggunakan temperatur tinggi yang diperoleh dari pembakaran
bahan bakar. Bijih tembaga yang telah dipisahkan dari kotoran-kotoran (tailing)
dipanggang untuk menghilangkan asam belerang dan selanjutnya bijih ini
dilebur.Berikut ini diberikan gambar dapur peleburan tembaga tersebut.

8
1-lining; 2-nose or mouth; 3-tuyere; 4-roller stand. Pada peleburan tersebut
bijih-bijih dipisahkan dari terak dan akan dihasilkan matte, selanjutnya matte ini
diproses pada converter sehingga unsur-unsur besi dan belerang dapat dipisahkan dan
akan menghasilkan tembaga blister.Tembaga blister masih mengandung sejumlah
unsur-unsur besi, belerang, seng, nikel, arsen dsb. sehingga blister ini harus diproses
ulang (refining) yang pelaksanaannya dapat dilakukan pada Reverberatory

B. Proses Hydrometallurgy
Metoda ini ini dilakukan dengan cara melarutkan bijih-bijih tembaga (leaching)
ke dalam suatu larutan tertentu, kemudian tembaga dipisahkan dari bahan ikutan
lainnya (kotoran).
a. Untuk meleaching bijih tembaga yang bersifat oksida, digunakan asam sulfat
(H2SO4), seperti ditunjukkan pada reaksi di bawah ini;
CuCO3 . Cu (OH)2 + 2 H2SO4 -> 2 CuSO4 + CO2 + 3 H2O

9
b. Untuk meleaching bijih yang bersifat sulfida atau native digunakan ferri sulfat
(Fe2(SO4)3), seperti bijih cholcocite di bawah ini ;
Cu2S + 2 Fe2 (SO4)3 -> Cu SO4 + 4 FeSO4 + S
c. Untuk bijih chalcopyrite dan bornite, reaksinya berjalan lambat dan tidak dapat
larut seluruhnya. Setelah hasil leaching dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak
dapat larut, kemudian larutan ini diproses secara elektrolisa,sehingga didapatkan
tembaga murni.

2.3. Leaching Pada Produksi Tembaga


Teknik leaching yang bisa digunakan untuk leaching tembaga yaitu: [Habashi,
1982]

1. Insitu Leaching
Insitu leaching disebut juga sebagai leaching in places. Teknik leaching ini
merupakan teknik yang paling tua dan sederhana serta diterapkan pada sisa-sisa
penambangan. Jadi dapat dikatakan produk yang dihasilkan merupakan produk
sampingan (by product). Waktu yang diperlukan sangat lama atau skala tahunan
dan terutama diterapkan untuk bijih tembaga berkadar rendah. Teknik leaching ini
dilakukan di Miami Copper Company (Arizona) untuk melarutkan tembaga dari
bijih dengan kadar 0,15% tembaga dengan waktu 10-15 tahun.

Gambar 1. Skematik Insitu Leaching

10
2. Heap Leaching
Teknik heap leaching dilakukan pada tumpukan bijih berkadar rendah (tailing
dari suatu proses pengolahan bijih) yang bagian bawahnya diberi lapisan kedap air
(umumnya berupa aspal). Leaching agents disemprotkan dari atas tumpukan dan
larutan kaya yang dihasilkan ditampung didalam kolam-kolam kecil dibagian bawah
sebelah kanan dan kiri tumpukan bijih tersebut. Untuk lebih jelas nya dapat dilihat
pada gambar 2. Waktu leaching-nya skala bulanan karena ada bantuan
mikroorganisme yang aktif berperan untuk mempercepat proses pelarutan. Skala
komersial heap leaching dilakukan di Rio Tinto, Spanyol untuk leaching tembaga dan
seng dari bijih pirit (pyrite).

Gambar 2. Skematik Heap Leaching

3. Percolation leaching
Teknik leaching ini menggunakan tangki sebagai tempat leaching dilakukan.
Tangki dilengkapi dengan filter sehingga bijih tidak ikut lolos kebawah tangki.
Gambar 3 menunjukkan skema tangki yang digunakan untuk melakukan teknik
percolation. Pabrik yang menggunakan teknik percolation untuk pengolahan tembaga
yaitu Anaconda Copper, Yerington Nevada (12.500 ton/hari).

11
Gambar 3. Skema Tangki Percolation Leaching

a. Leaching Agents yang Digunakan untuk Leaching Tembaga


Leaching agents yang biasa digunakan untuk leaching tembaga yaitu: [Habashi,
1982] 1. Asam Sulfat (H2SO4) 2. Amonia (NH4OH) 1. Leaching Tembaga
dengan leaching agents Asam Sulfat (H2SO4) Asam sulfat merupakan asam yang
paling murah harganya dan tingkat korosivitas yang ditimbulkan lebih kecil serta
dapat digunakan untuk melarutkan hampir semua jenis bijih daripada larutan
asam lainnya. Asam sulfat umum digunakan dalam me-leach bijih tembaga
oksida. Tembaga akan dapat diperoleh kembali dari larutan kaya hasil leaching
setelah larutan kaya tersebut di elektrolisis (dapat dilihat pada gambar 4).

Gambar 4. Diagram Alir Pelarutan Leaching Tembaga dengan Menggunakan Asam


Sulfat

12
Salah satu reaksi leaching tembaga menggunakan leaching agents asam sulfat
sebagai berikut: CuCO3.Cu(OH)2 + 2 H2SO4 → 2CuSO4+ 3H2O + CO2

b. Leaching Tembaga dengan Leaching Agents Amonia (NH4OH)


Amonia (NH4OH) adalah larutan NH3 dalam air, reaksinya dapat dituliskan
sebagai berikut: NH3 + H2O → NH4OH Melarutnya logam tembaga dalam larutan
amonia sudah diketahui sejak tahun 1858 yang ditemukan oleh Peligot. Larutan biru
yang diperoleh dari hasil reaksi ini telah digunakan secara khusus untuk melarutkan
selulosa dalam memproduksi cuprammoniun rayon, dan didalam indusri sintesis
amoniak digunakan untuk menghilangkan karbon monoksida dari gas sintesa, yang
jika tidak dapat meracuni katalis.
Pelarutan tembaga tidak akan terjadi tanpa adanya udara, reaksinya dapat
dituliskan sebagai berikut : Cu + 4NH3 + ½ O2¬ + H2O → [ Cu (NH3)4 ]2+ + 2OH-
Adapun diagram alir leaching tembaga dengan menggunakan Amonia sebagai
berikut:

Gambar 5. Diagram Alir Leaching Tembaga dengan Menggunakan Amonia

Mekanisme Pelarutan Bijih Tembaga Adapun mekanisme pelarutan tembaga


sebagai berikut: [Habashi, 1982] Mekanisme auto-katalis Pelarutan diasumsikan
berlangsung pada 3 tahap:

13
a. Pembentukan Cupro-amine kompleks 2Cu + 4NH3 + ½ O2 + H2O 2[
Cu(NH3)2]+ + 2OH- Logam Cu bereaksi dengan amonia dan diinjeksikan
oksigen menghasilkan larutan kaya Cupro-amine kompleks.
b. Oksidasi dari cupro-amine ke cupri-amine oleh oksigen [Cu(NH3)2]+ +
2NH3 + ½ O2 + H2O [ Cu(NH3)4]2+ + 2OH- Cupro-amine kompleks
bereaksi dengan amonia dan oksigen yang masih tersisa menghasilkan cupri-
amine.
c. Reduksi cupri-amine ke cupro oleh tembaga [ Cu(NH3)4]2+ + Cu 2 [
Cu(NH3)2]+ cupri-amine bereksi dengan logam Cu yang awalnya belum ikut
bereaksi menghasilkan Cupro-amine kompleks.
d. Kinetika Reaksi Leaching Tembaga Laju pelarutan Leaching Tembaga
dipengaruhi berbagai oleh ukuran partikel dari bijih, konsentrasi leaching
agents serta leaching agents ini di bantu ole bakteri seingga laju pelautan
tembaga lebih cepat. 1. Pengaruh Ukuran Partikel Semakin halus ukuran
partikel bijih, maka laju pelarutan tembaga lebih cepat jika dibandingkan
dengan ukuran partikel yang lebih besar. 2. Konsentrasi Leaching Agents
Dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini

Gambar 6. Pengaruh Konsentrasi Campuran Amonia Hidroksida dan Amonia


Karbonat Terhadap Leaching Tembaga (250C, PO2 =6,8 atm) Dari Gambar 1
merupakan hubungan konsentrasi Amonia terhadap laju pelarutan tembaga, dapat

14
dilihat bahwa semakin besar konsentrasi Amonia maka laju dari pelarutan tembaga
akan semakin cepat. 3. bantuan adanya bakteri:

Gambar 7. Leaching Tembaga Dari Chalcopyrite dengan dan tanpa bantuan


bakteri Dari gambar terlihat bahwa bakteri dapat mempercepat pelarutan tembaga.
Dimana fungsi bakteri adalah sebagai katalis, yaitu dapat mempercepat laju pelarutan
tembaga dimana tidak ikut bereaksi. Secara Nenrst Boundary Layer, menggunakan
NH4OH: Amonia senyawa kimianya dituliskan dengan rumus NH4OH. Sedangkan
Amoniak dituliskan dengan rumus NH3.
Amonia adalah larutan NH3 dalam air, reaksinya dapat dituliskan sebagai
berikut: NH3 + H2O → NH4OH Dari gambar dapat dijelaskan mula-mula NH3
berdifusi menuju fase padat, dimana NH3 berasal dari larutan NH4OH. Kemudian
bereaksi dengan fase padat sebagai reaksi anodik, reaksinya sebagai berikut: Reaksi
Anodik, Cu + 4NH3 → [ Cu (NH3)4 ]2+ +2e-
Selanjutnya O2 berdifusi menuju antarmuka dan terjadi reaksi dengan H2O
(yang berasal dari NH4OH) sebagai reaksi katodik. Reaksi Katodik, H2O + ½ O2 +
2e- → 2OH- Reaksi dari keduanya adalah sebagai berikut: Reaksi Anodik: Cu +
4NH3 → [ Cu (NH3)4 ]2+ +2e- Reaksi Katodik: H2O + ½ O2 + 2e- → 2OH-

15
16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Jenis-jenis leaching yang digunakan pada produksi tembaga adalah:
a. Insitu Leaching
b. Heap Leaching
c. Percolation leaching
d. Leaching Agents yang Digunakan untuk Leaching Tembaga
e. Leaching Tembaga dengan Leaching Agents Amonia (NH4OH)
2) Proses produksi tembaga terdiri dari:
a. Pertambangan
b. Penggilingan
c. Berkonsentrasi
d. Leaching, atau peleburan
e. Elektrowining atau elektrolitic refining
f. Katoda tembaga murni

3.2 Saran
Pemanfaatan bijih tembaga saat ini sangat diperlukan dalam berbagai industry.
Sehingga diperlukan proses pembentukan tembaga yang benar-benar efesien dan juga
penggunaan leaching sekarang sangat penting dalam pembuatan tembaga. Oleh
karena itu diperlukan proses leaching yang benar-benar dapat menghasilkan tembaga
yang murni.

17
DAFTAR PUSTAKA

Davenport, W. G. 2002. Extractive Metallurgy of Copper, Edisi 4, The Boulevard:


Elsevier Science Ltd
Habashi, Fathi. 1970. Principles of Extractive Metallurgy, Vol.2. New York : Gordon
and Breach, Science Publishers, Ltd
Brierley, Corale L. 1982. Mikrobiologi Pertambangan. Scientific American 248: 44-
53.
Hudson, Barbara K. dan Linda Sherwood, 1997. Explorations in Mikrobiologi,
Pendekatan Discovery-Based. Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.
Lennox, John E. dan Thomas Blaha, 1991. Pencucian Bijih Tembaga oleh
Thiobacillus ferrooxidans. Guru Biologi Amerika, 53: 361-368.
Torma, AE, 1977. Peran ferrooxidans Thiobacillus dalam Proses
hidrometalurgi. Kemajuan dalam Teknik Biokimia. IN: Ghose, Fletcher dan
Blackebrough, Eds, Springer-Verlag, Berlin..
http://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga
http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/tembaga/
http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2112636-pengertian-tembaga/
http://sylvanachemistry.blogspot.com/2011/08/tembaga.html
http://wanibesak.wordpress.com/2010/11/07/tembaga-tambang-sifat-dan-kegunaan/
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://w21.indonetwork.co.id/pdimage/60/13
62560_tembagacu.jpg&imgrefurl=http://indonetwork.co.id/bulagidun/1362560/batu-
tembaga-copper-ore-cu.htm&usg=__-
tubcoQyq0fA5AwFjmEQeaBsD3Y=&h=336&w=448&sz=39&hl=id&start=13&zoo
m=1&tbnid=bjazhATbuLJg2M:&tbnh=95&tbnw=127&ei=Q6nXT6rUL8btrQedzon8
Dw&um=1&itbs=1

18

Anda mungkin juga menyukai