FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2014
Nestapa Puvelia, bocah 5 tahun yang diamputasi tangannya
Defensive medicine merupakan suatu sikap atau tindakan tenaga kesehatan dalam hal
ini dokter, yang melakukan suatu pemeriksaan diagnostik atau tindakan pengobatan
yang tidak berdasarkan kepentingan pasien, melainkan untuk membela diri jikalau di
suatu saat terdapat tuntutan malapraktik dari pihak tertentu. Ditanya apakah tindakan
itu tidak melanggar sumpah dokter, dr Ronny Mewengkang menjawab, "Sekarang
siapa yang mau menerima pasien yang sedang kritis dan kemungkinan akan
meninggal? Kalau nanti akhirnya bisa berakhir di penjara."
Tindakan defensive medicine ini tidak hanya berdampak pada pasien. Frizar
mengatakan, "Karena dampaknya akan sangat luar biasa. Hasilnya akan menjadi
acuan, sehingga dokter akan mengalami kemunduran. Karena tindakannya itu tidak
hanya merugikan dokter tapi rumah sakit juga,"."Daripada saya dituntut biarkan saja
pasien mati," tutup Frizar.
Analisis :
Dalam kasus diatas dapat kita analisis bahwa tindakan yang dilakukan dr
Frizar yang menyatakan bahwa biarkan saja pasien mati dari pada saya ditutut telah
menyalahi aturan dari Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) yaitu pada :
Pasal 7a
Setiap dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai
rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabak mereka.
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup
makhluk insani.
Setiap perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara
kesehatan dan kebahagiaannya. Dengan sendirinya ia harus mempertahankan dan
memelihara kehidupan manusia.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaan seorang dokter harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanann
kesehatan yang menyeluruh ( promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif),
baik fisik maupun psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat yang sebenar-benarnnya.
Dokter adalah tenaga profesi yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan
potensi yang ada bagi terwujudnya tujuan kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat umumnya. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat itu,
pelayanan kedokteran mencakup semua aspek (pelayanan kessehatan paripuna), yaitu
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukkan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
Setiap orang wajib memberikan pertolongan pertama kepada siapa pun yang
mengalami kecelakaan atau sakit mendadak, apalagi seorang dokter. Pertolongan
utama yang diberikan tentulah sesuai kemampuan masing-masing dan sesuai dengan
sarana yang tersedia.
Secara tidak langsung tidakan dr Frizar telah menyimpang dari sumpah dokter
yang telah ia ikrarkan. Adapun Sumpah Dokter Indonesia adalah :
Demi Allah saya bersumpah, bahwa:
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan
bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur
profesi kedokteran.
4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
keprofesian saya.
5. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya untuk sesuatu
yang bertentangan dengan perikemanusian, sekalipun di ancam.
6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dan saat pembuahan.
7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat.
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan,
gender, politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan
kewajiban terhadap pasien.
9. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan
terima kasih yang selayaknya.
10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara sekandung.
11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya.
Diduga korban malpraktik, pasien meninggal setelah koma dua pekan
Solo (Espos) - Seorang pasien di RSUD dr Moewardi, Ny Puji Setyorini diduga kuat
menjadi korban malpraktik seorang dokter ahli kandungan. Setelah mengalami koma
beberapa hari, Puji meninggal dunia pada Rabu (24/11). Jenazah dibawa pulang ke
Jongke, Karanganyar, oleh kerabat almarhumah pada pukul 10.00 WIB.
Berdasar informasi yang dihimpun Espos, Selasa (23/11), peristiwa berawal ketika
Ny Puji hendak melahirkan melalui operasi sesar yang akan ditangani oleh dokter ahli
kandungan yang dikenal dengan nama dr Teguh SpOG pada Jumat (12/11).
Ny Puji meninggal di RSUD dr Moewardi pukul 08.00 WIB dan dibawa pulang oleh
keluarganya sekitar pukul 10.00 WIB ke Jongke Karanganyar. Saat ditemui Espos,
Rabu (24/11), di RSUD dr Moewardi, pihak keluarga belum mau memberikan
keterangan terkait kronologi dan penyebab meninggalnya Puji. Mereka mengatakan
masih dalam keadaan berduka. Sama halnya dengan pihak RSUD dr Moewardi. Salah
satu staf Humas mengatakan belum bisa memberikan keterangan. Ia hanya
mengetahui bahwa pasien tersebut dirawat di RSUD dr Moewardi sekitar dua pekan.
Pasien sempat dirawat di ruang ICU dan ICCU dengan keadaan koma setelah
dilakukan operasi sesar.
Bayinya juga sempat dibawa ke RS dr Oen untuk perawatan karena ada sebuah alat
yang membantu permasalahan bayi tetapi tidak tersedia di RSUD dr Moewardi. Pada
akhirnya bayi tersebut juga meninggal. Wakil Direktur Pelayanan RSUD dr
Moewardi, Yusuf Subagyo, membantah ada malpraktik yang menyebabkan Ny Puji
koma dan meninggal.
“Keadaan awal pasien sudah tidak baik. Sama halnya dengan keadaan bayinya. Kami
sudah memberikan pengertian kepada keluarga sebelumnya serta meminta
persetujuan dengan keluarga tentang pelaksanaan operasi tersebut. Kami sudah
berusaha memberikan pelayanan yang terstruktur. Kami melihat masalah itu muncul
karena faktor komunikasi,” jelasnya saat dihubungi Espos, Rabu (24/11). Ia
menambahkan, pihak rumah sakit dan dokter akan menjelaskan permasalahan
tersebut lebih lengkap kepada Espos, Kamis (24/11) besok.
Analisis :
Definisi malpraktik itu diantaranya :
1. Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan kedokteran dan keterampilan
yang sudah berlaku umum dikalangan profesi kedokteran.
2. Dokter memberikan pelayanan medik dibawah standar.
3. Dokter melakukan kelalaian berat atau kurang hati-hati, yang dapat
mencakup:
a. Tidak melakukan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan
b. Melakukan tindakan yang seharusnya tidak dilakukuan
4. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum.
Dalam kasus malpraktik yang di alami oleh Ny Puji Setyorini terlihat bahwa
dokter yang menangani beliau lalai, berlepas tangan dan tidak melakukan
kewajibannya sebagai seorang dokter yang baik terhadap pasiennya seperti yang telah
ditetapkan dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), diantaranya :
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai
dengan standar profesi yang tertinggi.
Pasal 7a
Setiap dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai
rasa kasih sayang ( compassion) dan penghormatan atas martabak mereka.
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup
makhluk insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaan seorang dokter harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanann
kesehatan yang menyeluruh ( promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif),
baik fisik maupun psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat yang sebenar-benarnnya.
dr Teguh tidak melakukan upaya terbaiknya dalam menghadapi kondisi Ny
Puji malah langsung merujukya ke RSUD tanpa berkomunikasi terlebih dahulu
kepada dokter yang akan menangani Ny Puji mengenai kondisi pasien pada saat itu
meliputi upaya apa saja yang dapat menolong pasien, apa yang harus dilakukan dan
apa yang tidak harus dilakukan. Kurangnya komunikasi antar teman sejawat
menyebabkan munculnya bayak kerugian. Diantaranya tidak terselamatkannya Ny
Puji dan bayinya.
Dokter yang menangani Ny Puji di RSUD juga seharusnya menggambil
tindakan medis yang tepat. Contohnya tidak langsung melangsungkan operasi
selanjutnya setelah pasien keluar dari masa kritisnya.
Terbukti dalam kasus tersebut bahwa dokter belum melakukan salah satu
kewajibannya sesuaidengan Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran Pasal 51 yang menyatakan bahwa kewajiban dokter atau dokter gigi
adalah memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.
Dalam kasus juga terlihat bahwa dr Teguh tidak menerapkan Etika
Kedokteran Indonesia (KODEKI) pada pasal 7a, yaitu tidak berempati terhadap
pasien dan keluarga pasien.
KESIMPULAN
Dari beberapa kasus diatas dapat dilihat bahwa kasus yang paling dominan
adalah:
1. Kasus malpraktik profesi dokter
2. Pelanggaran etik kedokteran
3. Melanggar hak pasien dan kewajiban dokter
4. Tidak mengamalkan sumpah dokter
Pada kasus ini seharusnya keluarga pasien tidak langsung mengadukan ke
polisi tapi mereka harus mengadu ke MKDKI terlebih dahulu, paling tidak ke pihak
Rumah Sakit terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, M.Jusuf dan Amri Amir. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan
edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Guwandi. 2007. Hukum Medik. Jakarta: FK UI.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2013 Tentang Pendidikan Kedokteran dan
Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
Bandung: Citra Umbara.
www.okezone.com diunduh pada tanggal 11 November 2014.
www.kompas.com diunduh pada tanggal 11 November 2014.
www.indosiar.com diunduh pada tanggal 11 November 2014.